ANALISIS BUDAYA, MOTIVASI DAN PERAN DOSEN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
Ferdy Leuhery
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura Ambon. Tujuan penelitian ini adalah antara lain untuk mendapatkan gambaran minat berwirausaha mahasiswa. Rumusan masalah adalah bagaimana budaya dan motivasi berpengaruh secara langsung terhadap peran dosen dan bagaimana budaya dan motivasi berpengaruh secara langsung terhadap niat berwirausaha mahasiswa jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura Ambon. Metode penelitian ini adalah Survey dengan teknik simple random sampling dengan pendekatan analisis kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data diolah dengan menggunakan dengan Lisrel. Alat analisis dengan menggunakan Multivariat SEM (Struktural Equation Model). Hasil menunjukan bahwa budaya dan motivasi berpengaruh terhadap peran dosen, budaya dan motivasi berpengaruh terhadap niat berwirausaha dan peran dosen berpengaruh terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Kata Kunci: Budaya, Motivasi, Peran Dosen, Niat Berwirausaha
1
Latar Belakang Indonesia
seorang kini
dihadapkan
pada
sarjana
mudah
memperoleh
pekerjaan.
masalah peningkatan pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan
data
BPS
tingkat
untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi
pengangguran terbuka pada Februari 2016
ASEAN (MEA) 2015. Oleh karena itu
mencapai 7,02 juta orang atau 5,5 persen.
pemerintah
Namun
mulai
menggiatkan
intensi
jumlah pengangguran
kewirausahaan dengan menyisipkan materi
menurun
kewirausahaan di dalam perkuliahan untuk
Februari 2015, yang mencapai 7,45 juta
membekali mahasiswa ilmu kewirausahaan
orang (5,81 persen). "Apabila dibandingkan
yang
dengan
akan
membangkitkan
intensitas
bila
tersebut
dibandingkan
Agustus
dengan
2015,
tingkat
berwirausaha pada dirinya. Peningkatan
pengangguran terbuka ini juga menurun.
pertumbuhan ekonomi dirasa belum mampu
Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran
mengatasi
`dan
mencapai 7,56 juta orang atau 6,18 persen,"
penyediaan lapangan pekerjaan oleh karena
kata Suryamin di kantor BPS, Jakarta
itu
Pusat,
masalah
pemerintah
kemiskinan
meningkatkan
intensi
Rabu,
4
Mei
Ditinjau
berwirausaha bagi mahasiswa yang nantinya
berdasarkan
menghadapi MEA 2015 (Kusuma dan
persentase lulusan sekolah dasar ke bawah
Warmika, 2016).
yang menganggur menurun, yakni dari 3,61
Menurut Lestari dan Wijaya (2012),
taraf
2016.
pendidikannya,
persen menjadi 3,44 persen. "Tingkat
masalah pengangguran merupakan masalah
pengangguran
yang dihadapi oleh setiap negara. Selama
sekolah
beberapa dekade angka pengangguran telah
persentase 9,84 persen, meningkat dari 9,05
mengalami kenaikan. Di Indonesia angka
persen," ujarnya. Persentase penduduk
pengangguran terbanyak justru diciptakan
berpendidikan sekolah menengah pertama
oleh
ini
yang menganggur juga menurun, yakni dari
pengangguran tidak hanya berstatus lulusan
7,14 persen menjadi 5,76 persen. Begitu
SD sampai SMA saja, tetapi banyak juga
juga
para lulusan sarjana. Perusahaan semakin
berpendidikan
selektif
menurun dari 8,17 persen menjadi 6,95
kelompok
sementara
terdidik.
menerima tingkat
Saat
karyawan persaingan
baru semakin
persen
tinggi, maka dari itu tidak ada jaminan
tertinggi
menengah
dengan
adalah
kejuruan
persentase sekolah
Adapun
lulusan dengan
penduduk
menengah
persentase
atas
penduduk
berpendidikan diploma I, II, dan III yang 2
menganggur
juga
menurun.
"Namun
Kondisi di atas mengisaratkan betapa
tingkat pengangguran lulusan universitas
masalah pengangguran menjadi masalah
malah meningkat dari 5,34 persen menjadi
yang sangat serius. Beberapa pihak menyoal
6,22 persen," (BPS, 2016)
keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini.
Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan
Maluku pada Februari 2016 mencapai
Dikti
733.337 orang atau bertambah sebanyak
pengangguran
terdidik
22.281 orang dari tahun 2015. Seiring
menunjukkan
bahwa
semakin
tinggi
penambahan jumlah angkatan kerja, angka
pendidikan
seseorang,
semakin
rendah
pengangguran di Maluku juga mengalami
kemandirian dan semangat berwirausaha.
pertambahan “Kalau dilihat dengan jumlah
”(Siswoyo, 2009).
angkatan
kerja
tahun
di
”data
Indonesia
Kondisi yang dihadapi akan semakin
mwencapai 711.056 orang berarti terjadi
diperburuk dengan situasi persaingan global
penambahan di tahun 2016,”. Sedangkan
(misal pemberlakuan Masyarakat Ekonomi
jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi
ASEAN/MEA) yang akan memperhadapkan
Maluku pada Februari 2016 sebanyak
lulusan perguruan tinggi Indonesia bersaing
682.173 orang atau bertambah sebanyak
secara bebas dengan lulusan dari perguruan
18.912 orang dibanding pada Februari 2015
tinggi asing. Oleh karena itu, para sarjana
yang
lulusan perguruan tinggi perlu diarahkan dan
663.261
2015
menyatakan
yang
mencapai
di
Depdiknas
orang.,”(BPS
PROVINSI MALUKU, 2016). Universitas
didukung untuk tidak hanya berorientasi (Unpatti)
sebagai pencari kerja (job seeker) namun
Ambon baru saja mewisuda 983 Sarjana
dapat dan siap menjadi pencipta pekerjaan
lulusan
(job creator) juga. (Vemmy, 2012)
Unpatti
Pattimura
April
2016.
Tenaga
Kerja
Pengetahuan pada kewirausahaan
Provinsi Maluku mencatat, sejak Desember
mendukung nilai-nilai wirausaha terutama
2015 hingga Maret 2016, jumlah sarjana
bagi
yang
menumbuhkan
Sementara
Data
berstatus
periode Dinas
pengangguran
aktif
di
mahasiswa,
sehingga jiwa
diharapkan
usaha
untuk
Maluku mencapai angka 12.000 orang.
berwirausaha. Sikap, motivasi dan minat
Pengangguran aktif, yakni angkatan kerja
mahasiswa
yang tidak mempunyai pekerjaan dansedang
mahasiswa yang berwirausaha agar mampu
aktif mencari pekerjaan.(Satumaluku, 2016).
mengidentifikasi peluang usaha, kemudian 3
sangat
dibutuhkan
bagi
mendayagunakan peluang usaha untuk
timbulnya minat tersebut. Faktor-faktor
menciptakan peluang kerja baru. Minat
yang memengaruhi minat berwirausaha
mahasiswa
mereka
dapat terus dikembangkan sehingga minat
tentang kewirausahaan diharapkan akan
dapat diwujudkan mejadi usaha mandiri.
membentuk kecenderungan mereka untuk
Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang
membuka usaha baru di masa mendatang.
terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri
Hasil penelitian tentang faktor-faktor yang
atau
mempengaruhi
dihubungkan dengan keinginan-keinginan
dan
menunjukkan
pengetahuan
minat
60,4%
(Sardiman, dalam Akhmad et al, 2015).
secara total oleh modal, skill, tempat, dan
Dengan demikian minat dapat ditumbuhkan
jiwa kewirausahaan (Mulyaningsih, 2012).
dengan menghubungkan seseorang dengan
rangka
mendorong
kebutuhannya
yang
sebesar
Dalam
kebutuhan
situasi
minat
dipengaruhi
atau
sementara
variabel
wirausaha
bahwa
wirausaha
arti
sendiri
kebutuhannya sehingga timbul keinginan
tumbuhnya jiwa kewirausahaan bagi para
untuk
mahasiswa dan menciptakan lulusan yang
berwirausaha, Mahesa & Rahardja (dalam
mampu menjadi pencipta lapangan kerja
Akhmad et al, 2015) menguraikan bahwa
(job
diadakan
minat berwirausaha adalah kecenderungan
pembinaan bagi mahasiswa agar mampu
hati dalam diri subjek untuk tertarik
melaksanakan
menciptakan suatu usaha yang kemudian
creator),
maka
wirausaha
perlu
(entrepreneur).
memenuhinya.
Mengenai
Mahasiswa diarahkan berbagai program
mengorganisir,
dalam
resiko dan mengembangkan usaha yang
rangka
menumbuhkan
aktivitas
wirausaha dalam lingkungan mahasiswa, seperti
Kuliah
menanggung
diciptakannya sendiri.
(KWU),
Motivasi adalah suatu dorongan dari
Magang Kewirausahaan (MKU), Kuliah
dalam diri seseorang yang mendorong orang
Kerja
Program
tersebut untuk melakukan sesuatu, termasuk
Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang akan
menjadi young entrepreneur (Sarosa dalam
menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa
Rosmiati et al, 2015).
Usaha
Kewirausahaan
mengatur,
minat
(KKU),
dan
kelak lulus nanti. (Rosmiati et al. 2015)
Baum, Frese, and Baron (dalam
Dalam usaha menumbuhkan minat
Rosmiati et al, 2015) menjelaskan bahwa
berwirausaha, maka terlebih dahulu perlu
motivasi dalam kewirausahaan meliputi
diketahui faktor-faktor yang memengaruhi
motivasi yang diarahkan untuk mencapai 4
tujuan kewirausahaan, seperti tujuan yang
Pendidikan
melibatkan
eksploitasi
sarjana-sarjana muda yang memiliki kualitas
terhadap peluang bisnis. Motivasi untuk
yang tinggi dan berdaya saing. juga dirasa
mengembangkan usaha baru diperlukan
perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan
bukan hanya oleh rasa percaya diri dalam
dalam
hal kemampuannya untuk berhasil, namun
berwirausaha dapat terus dikembangkan
juga oleh kemampuannya dalam mengakses
menjadi usaha nyata sebagai aplikasi dari
informasi mengenai peluang kewirausahaan
jiwa kewirausahaan yang dimiliki.
pengenalan
Salah
satu
dan
faktor
pendorong
yang
diri
bertujuan
mencetak
mahasiswanya.
Program
Studi
Manajemen
pertumbuhan kewirausahaan di suatu negara
diharapkan
terletak pada peranan perguruan tinggi
lulusan yang ikut serta mensejahterakan
melalui
masyarakat
penyelenggaraan
pendidikan
juga
Minat
mampu
menghasilkan
dan
meningkatkan
kewirausahaan (Suharti & Sirine, dalam
perekonomian
Akhmad et al, 2015). Pihak perguruan tinggi
kewirausahaan.
bertanggung
pendidikan, Universitas Pattimura Ambon
jawab
dalam
mendidik
bangsa
melalui
Sebagai
mahasiswanya serta memberikan motivasi
telah
sehingga mereka berani untuk berwirausaha.
Kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib
Perguruan tinggi sebagai penyedia fasilitas
yang harus ditempuh mahasiswa supaya
kewirausahaan,
wawasan
tidak
akan
mencapai
menetapkan
penyelenggara
Mata
Kuliah
mahasiswa
mengenai
tujuannya dalam menghasilkan lulusan yang
kewirausahaan dapat berkembang. Fakultas
berwirausaha bila tidak disertai dengan
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura
minat yang timbul dalam diri mahasiswa.
Ambon
Dengan demikian persoalan yang dihadapi
Kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib
perguruan tinggi adalah bagaimana cara
yang harus ditempuh mahasiswa, disinilah
menumbuhkan minat berwirausaha pada
peran dosen dalam mendidik mahasiswa
mahasiswa sehingga pilihan karir yang
agar kelak pada saat lulus mahasiswa
mereka pilih setelah lulus adalah sebagai
mampu menciptakan lapangan pekerjaan
wirausahawan.
sendiri.
Program Studi Manajemen pada
menempatkan
Direktorat
Jenderal Akhmad
et
kuliah
Pendidikan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Tinggi
Pattimura Ambon merupakan Lembaga
menyebutkan bahwa sebagian besar lulusan 5
(dalam
mata
al,
2015)
perguruan tinggi cenderung memilih sebagai
mahasiswa diperkenalkan dan disadarkan
pencari kerja dari pada pencipta lapangan
tentang pentingnya mereka memiliki tujuan
pekerjaan. Dalam mengatasi permasalahan
hidup/impian.
ini diperlukan kerjasama antara perguruan
ditekankan di awal kuliah agar mahasiswa
tinggi sebagai penyelenggara pendidikan,
memiliki semangat untuk berprestasi dan
mahasiswa
bersungguh-sungguh
sebagai
pelaku
usaha
dan
Hal
ini
sangat
meraih
penting
impiannya.
pemerintah. Persepsi mahasiswa mengenai
Sangat disayangkan bila seorang mahasiswa
profesi
baru
wirausahawan
harus
diperkuat
menyadari
untuk
apa
mereka
sehingga menjadi dorongan positif bagi
sebenarnya kuliah, dan lain-lain setelah
mahasiswa untuk memulai usaha sejak masa
mereka lulus. Bahkan hal ini ditegaskan oleh
kuliah, karena kemungkinan setelah lulus
seorang pakar pendidikan Nasution (2009),
akan
yang
melanjutkan
usaha
yang
sudah
dirintisnya.
menyatakan
bahwa
kebanyakan
lulusan pendidikan menjadi pengangguran
Lulusan
berdaya
saing,
ditandai
adalah akibat mereka tidak memiliki impian
sejumlah kemampuan yang tinggi, baik hard
dan
skill
meraihnya. Oleh karena itu kegiatan awal
dan
dibidang
softskill spiritual,
serta
pengetahuan
emosional,
maupun
dalam
menghasilkan
bersungguh-sungguh
hidup.
lulusan
demikian dibutuhkan kurikulum pendidikan
TINJAUAN PUSTAKA
yang
Budaya
mengintegrasikan
aspek
afektif,
kognitif, dan psikomotorik. Selaras dengan pernyataan
di
atas,
Godsell
untuk
adalah mengenai urgensi impian dalam
kreativitas. Perguruan tinggi juga menyadari bahwa
tidak
Kata
(2005)
adalah
Kebudayaan
seluruh
cara
atau
budaya
kehidupan
dari
menyatakan bahwa salah satu orientasi
masyarakat dan tidak hanya mengenai
pendidikan adalah menjadikan peserta didik
sebagian tata cara hidup saja yang dianggap
(mahasiswa) mandiri dalam arti memiliki
lebih tinggi dan lebih diinginkan”. Jadi,
mental yang kuat untuk melakukan usaha
kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek
sendiri, tidak lebih sebagai pencari kerja
kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara
(job seeker) akan tetapi sebagai pencipta
berlaku,
lapangan pekerjaan (job creator). Sebelum
sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan
berbicara mengenai wirausaha, ada baiknya
manusia yang khas untuk suatu masyarakat 6
kepercayaan-kepercayaan
dan
atau kelompok penduduk tertentu. Seperti
karena kemampuan yang luar biasa dari
semua
konsep
manusia untuk belajar dari pengalamannya.
kebudayaan berhubungan dengan beberapa
Benar bahwa manusia tidak terlalu istimewa
aspek “di luar sana” yang hendak diteliti
dalam belajar karena mahluk lainnya pun
oleh
Konsep-konsep
ada yang mampu belajar, tetapi kemampuan
kebudayaan yang dibuat membantu peneliti
belajar dari manusia sangat luar -biasa dan
dalam melakukan pekerjaannya sehingga ia
hal lain yang juga sangat penting adalah
tahu apa yang harus dipelajari.Bagaimana
kemampuannya untuk beradaptasi dengan
konsep
apa yang telah dipelajari itu (Mintargo,
konsep-konsep
seorang
ilmiah,
ilmuwan.
kebudayaan
membantu
dalam
membandingkan mahluk-mahluk ini? Isu yang
sangat
penting
disini
2012)
adalah
kemampuan belajar dari berbagai mahluk
Manusia
pada
dasarnya
hidup
hidup. Lebah melakukan aktifitasnya hari
sebagai makhluk budaya yang memiliki
demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi
akal,
tahun dalam bentuk yang sama (Effendy et
membuahkan suatu gagasan dan hasil karya
al, 2010).
yang
Setiap
jenis
dan
berupa
daya
seni,
untuk
moral,
dapat
hukum,
mempunyai
kepercayaan yang terus dilakukan dan pada
pekerjaan yang khusus dan melakukan
akhirnya membentuk suatu kebiasaan atau
kegiatannya
adat istiadat yang kemudian diakumulasikan
secara
memperdulikan
lebah
budi
kontinyu
perubahan
tanpa
lingkungan
dan
disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk mengumpulkan
sosial
atau
kemasyarakatan (Siregar, 2011). Manusia memiliki kemampuan pikir
Tingkah laku ini sudah terprogram dalam
manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki
gen mereka yang berubah secara sangat
manusia.
lambat
perubahan
operasional yang mendorong untuk aktif
lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah
berbuat demi kepentingan dan peningkatan
laku
hidup manusia. Fungsi akal adalah untuk
lebah
untuk
secara
koloninya.
dalam
madu
ditransmisikan
mengikuti
akhirnya
harus
menunggu
Berpikir
berfikir
perbuatan
perubahan dalam gen nya. Hasilnya adalah
berfikir,
tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel.
mempunyai fungsi mengingat kembali apa
Berbeda dengan manusia, tingkah laku
yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya
manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi
untuk memecahkan masalah dan akhirnya 7
kemampuan
adalah
manusia
membentuk tingkah laku Budi : akal yang
bahwa motivasi merupakan semangat kerja
merupakan unsur rohani dalam kebudayaan.
yang timbul demi mencapai keinginan diri
Budi diartikan sebagai batin manusia,
dan tujuan dari suatu organisasi.
panduan akal dan perasaan yang dapat
Manusia
dimotivasi
sejumlah
untuk
menimbang baik buruk segala sesuatu
memuaskan
kebutuhan
yang
(Bahtiar, 2012)
melekat pada diri setiap manusia yang cendrung bersifat bawaan. Kebutuhan ini
Motivsi
terdiri dari lima jenis dan terbentuk dalam
Motivasi merupakan salah satu aspek
suatu tingkat atau hirerarki kebutuhan,
yang sangat penting dalam menentukan
yaitu : 1. Kebutuhan fisiologikal, seperti
perilaku seseorang, termasuk perilaku kerja. Untuk
dapat
memotivasi
sandang, pangan dan papan. 2. Kebutuhan
seseorang
keamanan, tidak hanya dalam arti fisik,
diperlukan pemahaman tentang bagaimana proses terbentuknya
akan tetapi juga mental psikologikal dan
motivasi. Motivasi
intelektual. 3. Kebutuhan sosial, berkaitan
dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang
dengan menjadi bagian dari orang lain,
mengarahkan dan mendorong perilaku atau
dicintai orang lain dan mencintai orang
keinginan seseorang untuk melakukan suatu
lain. 4. Kebutuhan prestise yang pada
kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk
umumnya
usaha yang keras atau lemah (Marihot, 2007,
dalam
berbagai
simbol-simbol status. 5. Aktualisasi diri
hal : 320).
dalam arti tersedianya kesempatan bagi
Motivasi mempersoalkan bagaimana
seseorang untuk mengembangkan potensi
caranya mengarahkan daya dan potensi
yang terdapat dalam dirinya sehingga
bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif
tercermin
berhasil
mencapai
berubah
dan
menjadi
kemampuan
nyata
(Maslow dalam Marwansyah, 2010).
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Teori yang dikembangkan oleh
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah
Herzberg (dalam Mangkunegara, 2009)
hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
dikenal dengan “Model dua faktor” dari
mendukung perilaku manusia, supaya mau
motivasi, yaitu faktor motivasional dan
bekerja giat dan antusias mencapai hasil
faktor higiene atau “pemeliharaan”. Faktor
yang optimal (Malayu, 2013, hal : 140). Dari
motivasional adalah hal-hal pendorong
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan
berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang 8
berarti
bersumber
seseorang,
dari
sedangkan
dalam
yang
diri
melalui
pendidikan,
penelitian,
dan
dimaksud
pengabdian kepada masyarakat. Dosen yang
dengan faktor higiene atau pemeliharaan
profesional adalah dosen yang menjalankan
adalah
sifatnya
tugasnya. Pada bagian kedua mengenai hak
ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar
dan kewajiban pasal 60 (c), bahwa dosen
diri seseorang, misalnya dari organisasi,
berkewajiban
tetapi turut menentukan perilaku seseorang
mengembangkan kualifikasi akademik dan
dalam kehidupan kekaryaannya. Menurut
kompetensi secara berkelanjutan sejalan
Herzberg, yang tergolong sebagai faktor
dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
motivasional antara lain ialah pekerjaan
teknologi,
seseorang,
diraih,
menunjukkan bahwa dosen memiliki peran
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam
strategis dalam pengembangan pendidikan
berkarir
faktor-faktor
yang
keberhasilan
dan
Sedangkan
yang
pengkuan
faktor-faktor
seorang
seni.
Hal
dan
tersebut
lain.
termasuk untuk mengembangkan model
higiene
atau
pembelajaran interprofesi. Pembicaraan mengenai kualitas PT
organisasi, hubungan dengan
tidak
bisa
terlepas
dari
pembicaraan
atasannya,
profesionalisme dosen. Dosen sebagai salah
hubungan seseorang dengan rekan-rekan
satu komponen PT berperan sangat besar
sekerjanya,
dalam mewujudkan kualitas PT. Dosen
sistem
karyawan
dan
meningkatkan
orang
pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam
untuk
kebijaksanaan
administrasi
dalam
organisasi, orgnisasi,
dengan
kewenangan
utama
langsung
mengajar
kondisi kerja dan sistem imbalan yang
berhadapan
dengan
para
berlaku.
mahasiswa dalam arena proses belajarmengajar. Di arena inilah dosen berinteraksi
Peran Dosen
dengan para mahasiswa. Dalam interaksi
Menurut Undang-undang Nomor 14
edukatif ini, diharapkan
(2005 dalam Dikti, 2010) mengenai Guru
mengalami proses belajar dan memperoleh
dan Dosen dijelaskan bahwa dosen adalah
hasil belajar sebagaimana yang diharapkan.
pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas
utama
mengembangkan,
Banyak mensinyalir bahwa pada
mentransformasikan, dan
para mahasiswa
umumnya,
menyebarluaskan
kemampuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dosen
belum
profesional.
memiliki Kualitas
profesional dosen saat ini masih rendah 9
(Mahmud,
2002).
pengamatan
yang masih terpuruk, pelaksanaan dari
Semiawan (1998) menunjukkan bahwa di
kebijakan tersebut dirasakan masih banyak
kelasnya, dosen adalah sebagai aktor utama
menemukan hambatan.
sehingga
Hasil
mahasiswa
secara
dominan
Bagaimanakah sosok dosen yang
bersikap pasif. Untuk
profesional? Untuk menjawab pertanyaan ini hal
tersebut,
ada
perubahan
orientasi
profesionalisme yang dikemukakan oleh
pendidikan tinggi. Menurut Brodjonegoro
Hall (dalam Wood dan Tener, 2012).
(2002)
Menurut Hall, profesionalisme terdiri atas
diperlukan
mengatasi
adanya
perubahan
pengajaran
itu
ditujukan
menjadi
pada:
pembelajaran;
lima
baiknya
menyimak
konsep, yaitu afiliasi
kebutuhan
berpusat pada kemampuan (faculty) ke
terhadap peraturan sendiri/profesi, dedikasi
berpusat pada pembelajar; pembelajaran
pada profesi, dan kewajiban sosial. Afiliasi
solitari (solitary learning) ke pembelajaran
komunitas menuntut seorang profesional
interaktif, dan koperatif; pembelajaran di
menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
kelas menjadi pembelajaran di masyarakat.
termasuk di dalamnya organisasi formal dan
Arah perubahan ini jelas menuju pada model
kelompok-kelompok
kolega
informal
pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip-
sebagai
utama
pekerjaan.
prinsip
Kebutuhan untuk mandiri menuntut seorang
modern,
teori-teori
seperti
pembelajaran
pembelajaran koperatif
sumber
profesional
mandiri,
komunitas,
mahasiswa pasif menjadi pembelajar aktif;
atau
untuk
konsep
ide
harus
mampu
keputusan
aktif
terhadap peraturan sendiri/profesi mengacu
active
learning),
dan
pada
(student-centered learning).
berwenang menilai pekerjaan profesional
sesungguhnya
sudah
yang
paling
adalah rekan sesama profesi yang memiliki kompetensi
dalam
pemerintah dengan kebijakan peningkatan
pekerjaan.
Dedikasi
kualitas
pendidikan
mencerminkan pengabdiaan secara total
pascasarjana dan pelatihan teknis fungsional
dengan menggunakan pengetahuan dan
(Depdiknas, 2010). Hanya saja, karena
kecakapan yang dimiliki. Kewajiban sosial
kondisi ekonomi dan keuangan negara kita
menuntut seorang profesional menyadari
dosen
direspons
bahwa
Keyakinan
pembelajaran yang berpusat pada siswa
Kondisi rerata dosen yang demikian
keyakinan
mandiri.
membuat
(cooperative learning), pembelajaran siswa (student
secara
keyakinan
melalui
oleh
10
bidang pada
ilmu
dan
profesi
pentingnya profesi dan manfaatnya bagi
mengarah pada perilaku ditentukan oleh
masyarakat, di samping bagi diri sendiri.
konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku, yang disebut dengan istilah keyakinan
Niat Berwirausaha
terhadap perilaku.
Pendekatan teoritis yang digunakan
Kata entrepreneur berasal dari kata
untuk menjelaskan intensi perilaku dalam
kerja
penelitian ini adalah teori perilaku terencana
merupakan gabungan kata ”wira” (gagah
yang
berani, perkasa) dan kata ”usaha”. Jadi
merupakan
pengembangan
teori
tindakan beralasan yang dikemukakan oleh
wirausaha
Azjen (dalam Adelin, 2011). Teori ini
bahasa
utama untuk memprediksi perilaku manusia
kekuatan
motivasi
semangat,
Perilaku
yaitu: Sikap
a.
Sikap
terhadap
kemampuan,
sikap,
perilaku
individu dalam menangani usaha/kegiatan
mencoba
yang
menetapkan perilaku, yang terdiri dari tiga determinan,
2003)
2011) mengartikan kewirausahaan sebagai
merefleksikan
untuk
(Riyanti,
operasinya. Drucker (dalam Do Paco et al,
2012) mengemukakan bahwa berdasarkan
individu
Indonesia
memasarkannya serta mengatur permodalan
Fishbein dan Ajzen (dalam Aditya,
keinginan
gagah
operasi untuk pengadaan produk baru,
yang dimaksud (Eagly & Chaiken, 1993).
intensi
yang
menentukan cara produksi baru, menyusun
dalam usaha untuk menghasilkan perilaku
tersebut,
orang
pandai atau berbakat mengenali produk,
seseorang dalam hal perencanaan yang sadar
teori
”wirausaha”
mengartikan wirausaha sebagai: ”orang yang
dan sebagai sebuah konstruk psikologis menunjukan
berarti
Kata
berani/perkasa dalam usaha. Kamus umum
menjelaskan bahwa intensi merupakan kunci
yang
Enterprende.
mengarah
menciptakan,
Terhadap
teknologi,
perilaku
upaya
menerapkan
dan
meningkatkan
dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku
pada
produk efisiensi
mencari,
cara
kerja,
baru
dengan
dalam
rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan
tersebut akan membawa kepada hasil yang
atau memperoleh keuntungan yang lebih
diinginkan atau tidak diinginkan. Individu
besar.
yang memiliki keyakinan yang positif
Untuk
memperoleh
keuntungan
diperlukan kreatifitas dan pennemuan hal-
terhadap suatu perilaku akan memiliki
hal baru.
kecenderungan untuk melakukan tindakan
Wirausaha
tersebut. Atau dengan kata lain, sikap yang
adalah
usaha
untuk
menciptakan nilai dengan peluang bisnis, 11
berani mengambil resiko dan melakukan
tentang kerangka pemikiran penelitian ini,
komunikasi serta ketrampilan melakukan
maka dilihat pada gambardi bawah ini:
mobilisasi agar rencana dapat terlaksana dengan baik. Pendapat lain diekmukakan oleh Pekerti (dalam Cahaya Ningrum et al, 2013) bahwa wirausaha adalah individu yang
mendirikan,
mengembangkan
dan
mengelola, melembagakan
perusahaan miliknya sendiri dan individu yang dapat menciptakan kerja bagi orang H1: Budaya berpengaruh meningkatkan
lain dengan berswadaya.
peran dosen jurusan manajemen
Menurut teori perilaku berencana, pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
sikap terhadap perilaku tertentu, pada
Universitas Pattimura Ambon
keyakinan-keyakinan
berpengaruh
norma-norma subjektif, dan pada kontrol
H2: Motivasi berpengaruh meningkatkan
perilaku yang dihayati. Ketiga dimensi ini
peran dosen jurusan manajemen
berinteraksi dan menjadi determinan bagi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
intensi
Universitas Pattimura Ambon
yang
menentukan
pada apakah
gilirannya
akan
perilaku
yang
H3: Budaya Berpengaruh meningkatkan niat
bersangkutan akan dilakukan atau tidak
berwirausaha mahasiswa manajemen
(Azwar, 2005). Berdasarkan penjelasan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
atas
Universitas Pattimura Ambon
maka
kesungguhan
pengertian niat
intensi
adalah
seseorang
untuk H4: Motivasi berpengaruh meningkatkan
melakukan perbuatan atau memunculkan
niat berwirausaha mahasiswa
suatu perilaku tertentu.
manajemen Fakultas Ekonomi dan Kerangka Pemikiran
Bisnis Universitas Pattimura Ambon
Kerangka pemikiran yang diajukan
H5: Peran dosen berpengaruh meningkatkan
untuk penelitian ini berdasarkan pada hasil
niat berwirausaha mahasiswa
teoritis seperti yang telah diuraikan di atas.
manajemen Fakultas Ekonomi dan
Untuk
Bisnis Universitas Pattimura Ambon.
lebih
memudahkan
pemahaman
12
berikut jika CR ≥ 0,70 dan VE ≥ 0,50.
METODOLOGI PENELITIAN
sedangkan untuk mencari nilai CR atau
Jenis penelitian ini adalah survei sendangkan analitis,
metodenya
Subjek
Mahasiswa
yaitu
penelitian
jurusan
Construct Reliability dan VE atau Variance
deskriptif ini
manajemen
extracted, maka hasil yang didapat adalah
adalah
bahwa semua nilai CR ≥ 0,70 dan semua
yang
nilai VE ≥ 0,50 maka dapat dikatakan bahwa
berkuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
data reliabilitas terhadap model adalah baik.
Jurusan Manajemen Universitas Pattimura, Ambon, sedangkan objek penelitian ini dilakukan
pada
mahasiswa
Hasil
Jurusan
Pengujian
Hubungan
Antar
Variabel
Manajemen, sampel penelitian berjumlah
Penggunaan SEM memungkinkan peneliti
200, metode pengumpulan data dengan
untuk mengetahui seberapa besar presentase
kuesioner.
hubungan yang terjadi antar variabel. Untuk itu,
Model Penelitian
berdasarkan
hubungan
yang
Output terjadi
Lisrel, antar
maka variabel
digambarkan sebagai berikut:
Analisis Data Berdasarkan gambar di atas uji koefisien jalur dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Untuk menganalisis data dengan menggunakan model Structural Equation Model (SEM). Kriteria validitas yang baik, yaitu dimana jika standardized loading factor ≥ 0,50 maka semua muatan faktor pada model memiliki validitas yang baik, mengukur apakah reliabilitas itu baik maka kriteria yang digunakan adalah sebagai 13
Hasil Pengujian Hipotesis
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan penghitungan dari
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
hasil kuesioner yang dilakukan terhadap 200
pembahasan maka penelitian ini dapat
responden, maka hubungan yang terjadi
disimpulkan sebagai berikut:
antar variabel serta indikatornya dalam
1. Budaya berpengaruh secara langsung
penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
dan signifikan terhadap peran dosen. Dimana peran dosen tergantung dengan budaya atau kebiasaan yang terdapat di tempat dosen tersebut mengajar.\ 2. Motivasi berpengaruh secara langsung terhadap peran dosen. Dimana peran dosen
sangat
berpengaruh
dalam
meningkatkan motivasi mahasiswa. 3. Budaya berpengaruh secara langsung terhadap niat berwirausaha. Dimana budaya atau kebiasaan mahasiswa untuk berwirausaha tergantung dari lingkungan disekitarnya. sekitarnya Berdasarkan gambar di atas, maka hasil
penelitian
penelitian
adalah
berdasarkan
hipotesis
sebagai
berikut:
Apabila banyak
berwirausaha,
lingkungan
mahasiswa
maka
akan
yang
menjadi
kebiasaan mahasiswa tersebut. 4. Motivasi berpengaruh secara langsung terhadap niat berwirausaha. Dimana motivasi mahasiswa dalam berwirausaha akan
meningkat
apabila
diberikan
motivasi dari lingkungan kampus. 5. Peran
dosen
berpengaruh
secara
langsung terhadap niat berwirausaha. Dimana dosen memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan niat mahasiswa dalam berwirausaha. 14
Hasibuan, Malayu. 2013. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Cetakan ke Tujuh Cetakan kesepuluh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 2009. “Manajemen Sumber Daya Perusahaan” Marihot Tua Efendi. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. Jakarta : Grasindo Marwansyah. 2010.” Manajemen Sumber Daya Manusia” Bandung: Alfabeta Mintargo, S, Bambang, 2012, Tinjauan Manusia Dan Nilai Budaya, Universitas Trisakti, Jakarta Mulyaningsih. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat wirausaha pengelolaan pangan organik. Jurnal Wacana. Nasution. (2009). Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Rosmiati, Donny Teguh Santosa Junias , Munawar1. (2015). SIKAP, MOTIVASI, DAN MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA. JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOl. 17(NO. 1), 21-30. SATUMALUKU. (2016). JUMLAH ANGKATAN KERJA DI MALUKU BERTAMBAH, PENGANGGURAN JUGA BERTAMBAH. Retrieved 12 November (6:19 WIT), 2016, from https://satumaluku.com/2016/05/06/jumlahangkatan-kerja-di-maluku-bertambahpengangguran-juga-bertambah/ Siregar (2011). Antropologi dan Konsep Kebudayaan. Jurnal kebudayaan, Vol.3(No.2). Siswoyo, Bambang Banu. (2009). Pengembangan Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan Mahasiswa. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, VOL.14(NO.2), 114-123. Sularso, C. Agustina dan L. (2011). Intensi kewirausahaan mahasiswa (Studi perbandingan antara fakultas ekonomi dan fakultas ilmu komputer). Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur, & Sipil) Universitas Gunadarma, Depok. E63E69. Vemmy, Caecilia. (2012). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 2(No. 1), 117-125. Wood and Tener (2012). “The Role Of The Lecturer as Tutor: Doing What EffectiveTutor Do In Large Lecture Class, Life Science Educatio, Vol.11(No.1), 3-9.
DAFTAR PUSTAKA Aditya Dion Mahesa. 2012. Analisis Faktor-Faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha. Skripsi Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang. Akhmad Suharto, Rudi Kusubagio, Abadi Sanosra dan M. Mishbah A. (2015). PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EXTERNAL DIRI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember). Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia, Vol. 1(No. 2), 221-240. Andrew, O. C., & Sofian., d. S. (2012). Individual Factors and Work Outcomes of Employee Engagement.International Journal of Business and Behavioral Sciences Vol. 3, No.3; March 2013 . BPS, (BADAN PUSAT STATISTIK). (2016). PENGANGGURAN TERBUKA 2016. Retrieved 12 November (5:23 WIT), 2016, from www.bps.go.id BPS, PROVINSI MALUKU. (2016). PENGANGGURAN TERBUKA 2016. Retrieved 12 November (5:50 WIT), 2016, from https://ambonkota.bps.go.id/backend/brs_in d/brsInd-20150505213228.pdf. Dirjen Perguruan Tinggi Negeri, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2010 Do Paco, A.M.F., et al. (2011). Behavioral and Entrepreneurial Intention: Empirical Finding about secondarystudents, Jurnal Entrepreneurship DOI 10.1007/s10843-0100071-9.Portugal Effendy, Zamzami, Lucky, 2010, Antropologi Dan Pembangunan Di Masyarakat Lokal, http://Izamzami.multiply.com/reviews/item/ 2, Akses 10 Desember 2016 Kusuma, Made Wirananda Adi, & Warmika, I Gde Ketut. (2016). ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA S1 FEB UNUD. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol 5(No 1), 678-705. Lestari, Retno Budi, & Wijaya, Trisnadi. (2012). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI. Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol 1(No 2), 112-119
15