perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON DALAM USAHA PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA) KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh : Sara Verryca H 0307078
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BENIH MELON DALAM USAHA PEMBENIHAN DI CV. MULTI GLOBAL AGRINDO (MGA) KABUPATEN KARANGANYAR
yang dipersiapkan dan disusun oleh Sara Verryca H 0307078
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 21 Juli 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Anggota I
Anggota II
Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. NIP. 19570104 198003 2 001
Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. NIP. 19780708 200312 2 002
Ir. Suprapto NIP. 19500612 198003 1 001
Surakarta,
Juli 2011
Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi serta bimbingan selama masa studi penulis. 6. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS, selaku dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 7. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 8. Bapak Ir. Suprapto selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 9. Para Dosen Agrobisnis yang telah memberikan nasehat, motivasi dan commit masa to user bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Mbak Ira dan staff TU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta. 11. Bapak Mulyono Herlambang selaku Direktur CV. Multi Global Agrindo yang telah memberikan banyak informasi serta ilmu selama penulis menyusun skripsi ini. 12. Ibu Mulyono Herlambang, Mas Danas, Mbak Atik, Mas Larno, dan seluruh staf CV. Multi Global Agrindo yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini. 13. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sarwoto dan Ibu Kusdiyahwati, terimakasih untuk semua kasih sayang, doa dan pelajaran hidup yang diberikan. 14. Bulik Sri Mulyani terimakasih untuk doa dan semangatnya, Nenekku Sumiyati, terimakasih untuk doa dan sarapannya setiap pagi. 15. Saudara-saudaraku Sisca, Gilang, Desky dan Momo, terimakasih untuk semangat, motivasi dan kebersamaan yang membawa sukacita dan kekuatan. 16. Aryogito Nindyatmoko, Ibu Riyasi, Bapak Sundaru, Ajeng, dan Orin, terimakasih untuk kasih sayang, perhatian dan doa yang diberikan. 17. Sahabat-sahabatku terkasih, Raras Resthiningrum, Lani Mara, Agnes Amanda dan Kristina Vera Sagita, terimakasih untuk doa, kasih sayang dan semua waktu yang telah dihabiskan bersama, kalian yang menjadi semangat serta penceria hari-hariku. 18. Yunita Ratih, Ecy Kasih, Elisabet Endah, Nugroho, Rembulan Titi, Friska, Christy, Meijelani, Sisca, dan semua keluarga besar PMK FP UNS. Semua pengurus, alumnus, dan pendamping, serta semua anggota persekutuan dari semua jurusan dan angkatan terimakasih untuk doa, dukungan dan keluarga yang indah. 19. Yufita Ernawati serta rekan-rekan DJ. Community terimakasih untuk segala bantuan yang diberikan, motivasi dan semangat. 20. Teman-teman HIBITU terimakasih untuk semangat dan kebersamaan selama empat tahun ini. commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Surakarta,
Juli 2011
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi RINGKASAN ................................................................................................ xii SUMMARY ................................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN A. B. C. D.
Latar Belakang .................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................ Tujuan Penelitian ................................................................................ Kegunaan Penelitian ...........................................................................
1 5 6 7
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu ........................................................................... B. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 1. Budidaya dan Pembenihan Melon ................................................ 2. Analisis Break Even Point (BEP) ................................................. a. Biaya ....................................................................................... b. Penerimaan .............................................................................. c. Keuntungan/Laba .................................................................... 3. Analisis Sensitivitas ...................................................................... C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................................. D. Hipotesis.............................................................................................. E. Asumsi - Asumsi ................................................................................. F. Pembatasan Masalah ........................................................................... G. Definisi dan Pengukuran Variabel ......................................................
8 11 11 15 16 20 22 27 28 32 32 32 33
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E.
Metode Dasar Penelitian ..................................................................... Metode Pengambilan Lokasi Penelitian.............................................. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ Teknik Pengumpulan Data .................................................................. Metode Analisis Data ..........................................................................
35 35 36 37 38
IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN A. Lokasi Perusahaan............................................................................... B. Profil Perusahaan ................................................................................ commit to user
vi
41 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL ................................................................................................. 1. Karakteristik Budidaya Benih Melon Varietas MAI 119 di Lahan CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ....... 2. Analisis Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV.Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar ........................ 3. Analisis Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar .............. 4. Analisis Keuntungan ..................................................................... 5. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar... 6. Analisis Sensitivitas ...................................................................... B. PEMBAHASAN .................................................................................
60 60 62 64 76 77 81 92
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 100 B. Saran.................................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 1. Kebutuhan Bibit Pohon di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ...............
2
Tabel 2. Kebutuhan Benih Buah di Indonesia Tahun 2005 - 2009 ...............
2
Tabel 3. Data Produksi Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006 - 2009 .....................................................................................
4
Tabel 4. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 .......................................................................................
5
Tabel 5. Produk CV. Multi Global Agrindo..................................................
48
Tabel 6. Harga Produk CV. Multi Global Agrindo .......................................
49
Tabel 7. Model Penggaluran Benih Diagram Persilangan Calon Varietas (Test Cross) .....................................................................................
52
Tabel 8. Luas Lahan untuk Produksi Benih Melon MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 20062009 .................................................................................................
62
Tabel 9. Produksi, Harga, dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 .......................................................................................
63
Tabel 10. Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah) ................................................................................
65
Tabel 11. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo..................................
76
Tabel 12. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ............................................................................
78
Tabel 13. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ......................................................
78
Tabel 14. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 ....................................
82
Tabel 15. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap commit to userJumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo ..................
83
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 16. Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo ...............................................................................
84
Tabel 17. Produksi, Jumlah Retur, Harga dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 ......................................................
85
Tabel 18. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo setelah Retur .........
85
Tabel 19. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur ................................
86
Tabel 20. Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur ................................
87
Tabel 21. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur ................................................................................................
90
Tabel 22. Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo .....................................
91
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Nomor
Judul
Halaman
Gambar 1. Sifat Biaya Tetap terhadap Range Output yang Relevan ……...
18
Gambar 2. Sifat Biaya Variabel terhadap Range Output yang Relevan .......
18
Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang Relevan
19
Gambar 4. Grafik BEP ..................................................................................
26
Gambar 5. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Break Even Point (BEP) Usaha. Pembenihan Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar..............................................................
31
Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Multi Global Agrindo ..........................
46
Gambar 7. Model Pelepasan Varietas ...........................................................
54
Gambar 8. Proses Penanaman, Polinasi dan Panen ......................................
55
Gambar 9. Prosesing Benih Melon ...............................................................
55
Gambar 10. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2006 .......................
79
Gambar 11. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 .......................
79
Gambar 12. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008 .......................
80
Gambar 13. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2009 .......................
81
Gambar 14. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2006 .................................................................................
87
Gambar 15. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2007 .................................................................................
88
Gambar 16. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2008 .................................................................................
89
Gambar 17. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2009 .................................................................................
commit to user
x
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
1
Produksi, Harga, dan Penerimaan dari Benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009
2
Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah)
3
Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
4
Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009
5
Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo Data Peralatan – Peralatan Untuk Operasional di CV. Multi Global Agrindo
6 7
8
9 10 11
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
Sara Verryca. H0307078. 2011. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Endang siti Rahayu, MS. dan Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. CV. Multi Global Agrindo (MGA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pertanian dan agroindustri untuk menyediakan usaha pembenihan yang inovatif melalui riset and development (R&D). CV. MGA dalam menjalankan usahanya menghadapi perubahan jumlah produksi, biaya produksi, namun harga jual konstan. Perubahan variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan dan Break Even Point (BEP) yang dicapai perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai titik impas atau BEP serta bagaimana sensitivitasnya terhadap adanya perubahanperubahan jumlah produksi, biaya produksi dan harga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar pada titik impas/Break Even Point (BEP) dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan, serta mengetahui sensitivitas BEPnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dipilih usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Metode analisis data yang digunakan adalah 1) perhitungan Break Even Point dalam unit dan Rupiah, 2) analisis sensitivitas. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: 1) Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar selama tahun 2006 sampai 2009 telah melampaui titik break even point dan memperoleh keuntungan walaupun perusahaan menetapkan strategi pemasaran harga jual konstan 2) Adanya perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha pembenihan melon varietas MAI 119 3) Jumlah produksi dan penerimaan di CV. Multi Global Agrindo setelah diperhitungkan adanya retur dan diuji sensitivitasnya tetap melampaui titik break even point. Saran yang diberikan adalah 1) Strategi pemasaran dengan penetapan harga konstan hendaknya tetap dipertahankan oleh CV. Multi Global Agrindo, namun, perusahaan harus lebih mengontrol distribusi benih ke agen sehingga mengurangi resiko benih retur pada saat sudah kadaluwarsa 2) Sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk, selain untuik pupuk juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti to user manisan buah dan sirup sehingga commit mempunyai nilai jual.
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY Sara Verryca. H0307078. A Break Even Point (BEP) Analysis on Melon Seed in Seedling Business in CV. Multi Global Agrindo (MGA) of Karanganyar Regency. Guided by Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. and Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. CV. Multi Global Agrindo (MGA) is a company operating in agricultural technology and agro-industry sector to provide an innovative seedling business through research and development (R&D). In undertaking its business, CV. MGA, faces the change of production quantity, production cost, but constant selling price. The change of those variables will affect the profit level and Break Even Point (BEP) the company gains. For that reason, there should be a further analysis on the impact break event point or BEP as well as on how its sensitivity to the change of production quantity, production cost and price. This research aims to find out the quantity of production and revenue of melon seed in CV. Multi Global Agrindo of Karanganyar Regency in the Break Even Point (BEP) by applying the marketing strategy of constant selling price, as well as to find out BEP’s sensitivity. The method employed in this research was a descriptive analytic method, with case study as the execution technique. The location of research was selected with certain consideration consistent with the objective of research, that is, seedling business in CV. Multi Global Agrindo, Karangpandan Subdistrict, Karanganyar Regency. Methods of analyzing data used were 1) Break Even Point estimation in unit and Rupiah, and 2) sensitivity analysis. The result of research shows that are 1) the production quantity and revenue from the melon seedling business of MAI 119 variety in CV. Multi Global Agrindo (MGA) of Karanganyar Regency during 2006-2009 has surpassed the break even point and been profitable although the company states the marketing strategy of constant selling price. 2) with the change of production quantity of + 3.28%, the change of production cost of + 45.34% and the change of product price of + 41.3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) still can surpass the break even point and obtain profit from the melon seedling of MAI 119 variety. 3) the production quantity and revenue in CV. Multi Global Agrindo after calculated the return and tested the sensitivity analysis still can surpass the break even point. The recommendations given are: 1) the marketing strategy by the constant price determination should be applied by CV. Multi Global Agrindo, but the company should control more the distribution of seed to the agent so that it will mitigate the return of expired seed. 2) The melon pulp produced should be utilized as optimally as possible, in addition to being fertilizer, it can be processed into processed product such as fruit sweets, and syrup so that it has sale value.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga merupakan penyumbang devisa negara terbesar serta penyedia kebutuhan pangan dalam negeri. Menurut Satiadiredja (1994), pengembangan produk hortikultura merupakan salah satu aspek dalam pembangunan pertanian. Hortikultura dalam bahasa asing horticulture, gartenbau atau turnbaw, meliputi tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan bunga-bungaan serta merupakan bagian dari pertanian umum yang hasilnya kebanyakan tidak tahan lama, namun dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Mutu dan ketahanan barang yang segarlah yang menentukan bagaimana hasil bumi ini harus diusahakan. Kebutuhan komoditas hortikultura semakin lama semakin besar seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin tinggi pula kesadaran masyarakat akan pentingnya produk hortikultura. Hal tersebut menyebabkan usaha peningkatan produksi hortikultura perlu dilakukan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan penyediaan benih yang berkualitas. Benih merupakan salah satu faktor penentu hasil produksi dari suatu komoditas. Kualitas benih sangat mempengaruhi hasil produksi yang akan dihasilkan tanaman, jika benih yang digunakan tidak berkualitas maka hasilnya pun tidak akan maksimal. Benih yang baik adalah benih yang memiliki keunggulan antara lain daya tumbuh tinggi, daya simpan tinggi, dan tahan hama penyakit (Saryoko, 2011). Untuk mendapatkan benih yang baik (benih hybrid unggul) diperlukan sebuah riset yang bertujuan menyediakan benih berkualitas tinggi dengan kuantitas yang dibutuhkan masyarakat. Terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan produk tanaman commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hortikultura, maka riset untuk mendapatkan benih hybrid unggul semakin diperlukan. Kebutuhan akan produk tanaman hortikultura semakin meningkat ditunjukkan dengan data kebutuhan bibit pohon dan benih buah untuk tanaman hortikultura. Peningkatan kebutuhan tersebut harus disertai dengan produksi benih yang tidak terlepas dari riset. Berikut adalah data kebutuhan bibit pohon dan benih buah di Indonesia : Tabel 1. Kebutuhan Bibit Pohon di Indonesia Tahun 2005 – 2009 No
Tahun Komoditas 2005
2006
2007
2008
2009
2.920.703
4.381.055
5.257.266
7.360.173
10.304.242
10.498.684 13.648.289
17.742.776
23.065.609
29.985.292
1
Durian
2
Jeruk
3
Mangga
8.784.770
11.420.201
14.846.261
19.300.139
25.090.181
4
Manggis
615.143
984.229
1.049.844
1.469.782
2.057.684
5
Pisang
58.545.963
76.109.752
98.942.678
6.463.666
8.402.766
34.642.582 45.035.356
6
Rambutan 2.942.042
3.824.655
4.972.051
7
Buah Lain 58.271.091 75.752.418
98.478.143
128.021.586 166.428.062
Jumlah (pohon) 118.675.015 155.046.203 200.892.305
261.790.708 341.210.915
Sumber : Deptan, 2009 Kebutuhan bibit pohon terus mengalami peningkatan seiring dengan kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi bahan pangan non karbohidrat salah satunya adalah buah-buahan, sehingga diperlukan bibit yang unggul untuk memenuhi ketersedian buah-buahan tersebut. Demikian halnya dengan kebutuhan bibit pohon, kebutuhan benih buah juga mengalami peningkatan, tersaji pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Kebutuhan Benih Buah di Indonesia Tahun 2005 – 2009 Tahun No
Komoditas 2005
2006
2007
2008
2009
1
Melon
2.214
2.518
3.058
4.587
6.880
2
Semangka
26.020
28.188
28.622
30.053
39.069
28.234
30.707
31.680
34.640
45.949
Jumlah (Kg)
Sumber : Deptan, 2009
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peningkatan kebutuhan benih buah membuktikan bahwa benih sangat dibutuhkan masyarakat dan layak untuk diusahakan. Peningkatan kebutuhan benih buah menunjukkan peningkatan permintaan pasar akan produk hortikultura, tetapi pada kenyataannya belum banyak perusahaan yang mengusahakan benih hortikultura. Hal tersebut dapat menjadi sebuah peluang bisnis bagi pengusaha, maka peluang yang ada dimanfaatkan oleh CV. Multi Global Agrindo. CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pertanian dan agroindustri untuk menyediakan usaha pembenihan yang inovatif melalui riset and development (R&D). Perusahaan ini telah memanfaatkan dan menerapkan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dihasilkan oleh peneliti dan pengembang warga negara Indonesia, dan yang teruji serta terbukti kemanfaatannya bagi pembangunan nasional. Berkat kerja keras dan ketekunan yang diterapkan, perusahaan pembenihan ini mampu menghasilkan 10 jenis tanaman yang terdiri dari 22 varietas baru seperti : benih melon ladika 108, melon sumo 28, melon MAI (Melon Asli Indonesia) 116, 119, semangka metal 206 (merah total), tomat tia 403 (asli Indonesia) dan tomat buba 426 (buahnya banyak), dan lain sebagainya. CV. Multi Global Agrindo telah unggul dalam bidang perbenihan bahkan produknya sudah ekspor ke luar negeri, seperti ke Jepang dan Cina. CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan yang berusaha menghasilkan benih hortikultura yang asli dari dalam negeri yang siap bersaing dengan benih impor yang dijual di dalam negeri. Dari beberapa benih tanaman hortikultura yang telah dilempar ke pasar, benih melon yang paling diterima oleh pasar dan sekarang menjadi unggulan dalam usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, oleh karena itu, benih melon selalu diusahakan kontinyuitas produksinya. Benih melon yang diproduksi oleh CV. Multi Global Agrindo tidak hanya satu macam, namun ada empat macam varietas benih melon dengan karakteristik yang berbeda yang disajikan pada tabel 3 berikut ini : commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Data Produksi Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 No. 1 2 3 4
Varietas
Th. 2006 (kg)
Th. 2007 (kg)
Th. 2008 (kg)
Th. 2009 (kg)
19,5 32,3 11,6 23,7 87,1
25,6 5,1 13,2 8,9 52,8
57,65 0 64,4 88,8 201,85
120,25 25,7 0 35,5 181,45
MAI 119 MAI 116 LADIKA SUMO Jumlah (Kg)
RataRata (kg) 55,75 15,775 22,3 39,225 133,05
Sumber : Data Sekunder Dari produksi empat macam varietas benih melon, varietas MAI 119 merupakan varietas yang tertinggi rata-rata produksinya yaitu sebesar 55,75 kg pada tahun 2006-2009. Produksi MAI 119 terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dengan rata-rata produksi tersebut, benih melon varietas MAI 119 selalu terjual habis dalam tahun yang bersangkutan, sehingga tidak ada stock benih digudang, akibatnya kontinyuitas produksi benih terjaga. Hal itu membuktikan bahwa varietas MAI 119 merupakan varietas yang paling diminati oleh konsumen dan dapat diterima pasar daripada varietas lainnya (Varietas MAI 116, ladika maupun sumo). Jika dilihat dari jumlah produksi benih yang semakin meningkat, maka benih melon ini dapat diterima pasar sehingga perlu adanya usaha dari CV. Multi Global Agrindo untuk menjaga kontinyuitas bahkan meningkatkan jumlah produksi. Usaha peningkatan produksi dilakukan dengan tujuan untuk mencukupi permintaan pasar. Meskipun demikian perlu adanya pertimbangan orientasi laba yang menjadi tujuan utama dari perusahaan. Untuk mengetahui hal tersebut perlu adanya analisis yang tepat terutama pada volume produksi untuk menghindarkan kemungkinan perusahaan mengalami kerugian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Break Even Point (BEP), dengan analisis BEP dapat diketahui titik impas produksi dari suatu perusahaan, sehingga perusahaan dapat menetapkan target penjualan minimal, untuk membantu dalam pencapaian laba bagi perusahaan. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan masalah Salah satu produk benih di CV. Multi Global Agrindo yang telah diterima pasar dan kontinyu permintaannya adalah benih melon. Benih melon ini menjadi benih yang diunggulkan di CV. Multi Global Agrindo. Beberapa varietas benih melon yang dihasilkan adalah varietas MAI 116, MAI 119, varietas Sumo dan Ladika, dari keempat benih yang dihasilkan CV. Multi Global Agrindo, benih varietas MAI 119 yang menjadi unggulan, sehingga benih ini diusahakan kontinuitas produksinya supaya dapat memenuhi permintaan pasar. Usaha pembenihan benih melon MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo selalu mengalami perubahan baik pada jumlah produksi maupun total biaya produksi setiap tahunnya. Perubahan selama tahun 2006-2009 tersebut tersaji pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 Tahun 2006 2007 2008 2009
Produksi Perubahan benih produksi melon (%) (kg) 19,5 25,6 31,28 57,65 125,19 120,25 108,59
Total biaya produksi (Rp)
Perubahan biaya (%)
Harga jual/kg (Rp)
Perubahan harga (%)
63.219.459 93.928.136 136.700.746 198.677.530
48,57 45,54 45,34
4.750.000 4.750.000 4.750.000 4.750.000
0 0 0
Sumber : Analisis Data Sekunder Biaya produksi benih melon varietas MAI 119 terus mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah produksi benih melon. Harga benih konstan dari tahun 2006 sampai 2009 karena sebagai perusahaan baru dengan benih asli dalam negeri yang siap bersaing di pasar, CV. Multi Global Agrindo memutuskan untuk tidak menaikkan harga supaya tetap bisa bersaing dengan benih impor yang dijual di dalam negeri. Hal ini adalah strategi pemasran yang ditetapkan oleh CV. Multi Global Agrindo. Permasalahan yang muncul di CV. Multi Global Agrindo adalah commit to user keberadaannya sebagai pengusaha baru di dunia bisnis pembenihan tanaman
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hortikultura harus mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis dan perusahaan benih impor. Kompetitifnya persaingan benih hortikultura di pasar khususnya melon, maka, CV. Multi Global Agrindo menetapkan strategi pemasaran dengan harga jual benih tetap, terlihat sejak awal masuk ke pasar tahun 2006 sampai sekarang harga jual benih melon varietas MAI 119 ditetapkan sama yaitu Rp. 95.000,00 per pak (20 gr). Konsekuensinya perusahaan menanggung beban penambahan biaya pada proses produksi benih melon. Seiring dengan permintaan pasar, CV. Multi Global Agrindo harus memproduksi benih dengan jumlah meningkat tetapi harga jual konstan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai titik impas produksi (Break Even Point) dan sensitivitas terkait dengan perubahan volume penjualan dan biaya produksi benih melon di CV. Multi Global Agrindo, jika perusahaan menetapkan strategi pemasaran dengan harga jual benih yang konstan/tetap. Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan, produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar dapat melampaui titik impas/Break Even Point (BEP)? 2. Bagaimana sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan yang didapat dari penjualan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui produksi dan penerimaan benih melon di CV. Multi Global Agrindo
Kabupaten
Karanganyar
apakah
telah
melampaui
titik
impas/Break Even Point (BEP) dengan penerapan strategi pemasaran harga jual konstan. 2. Mengetahui sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan dari penjualan benih melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar jika commit to user terjadi kenaikan volume penjualan dan biaya produksi dari benih melon.
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi CV. Multi Global Agrindo dapat digunakan sebagai referensi dalam mengelola dan memajukan usaha pembenihan melon terkait dengan analisis Break Even Point (BEP). 2. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai informasi atau bahan pembanding bagi permasalahan yang sama. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu tentang melon dilakukan oleh Anggriani (2009) tentang Teknik Percobaan Pemberian Beberapa Sumber Unsur P Pada Tanaman Melon (Cucumis Melo L.), menyatakan bahwa tanaman melon memerlukan persyaratan tumbuh, antara lain tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, dan pH tanah mendekati netral (6-6,8). Teknik budidaya melon harus dilakukan dengan baik untuk mendukung produksi yang tinggi dan kualitas buah yang memenuhi selera pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2004) tentang Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Melon di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, benih, polybag, rafia, tenaga kerja, pupuk TSP, pupuk urea, zat perangsang dan mulsa berpengaruh nyata terhadap variasi tingkat produksi. Faktor produksi yang lain yaitu turus, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk KCl, dolomite dan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap variasi tingkat produksi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa petani dalam mempergunakan faktorfaktor produksi dalam usahataninya belum mencapai kombinasi yang optimal sehingga tingkat efisiensi ekonomi tertinggi belum dapat dicapai. Dengan demikian keuntungan yang diperolehpun belum maksimal. Penelitian tentang buah melon diatas menunjukkan bahwa penelitian buah melon baik dari segi budidaya maupun efisiensi penggunaan faktorfaktor produksi pada usahatani melon telah dilakukan, namun, belum banyak yang mengkaji tentang benih melon, terlebih kaitannya tentang keuntungan yang diperoleh dari usaha pembenihan melon. Maka, peneliti tertarik untuk meneliti benih melon kaitannya dengan keuntungan yang dianalisis dengan analisis break even point. Hasil penelitian dengan analisis break even point telah banyak dilakukan, diantaranya mengenai analisis break even sebagai alat perencanaan commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
laba perusahaan, analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan analisa break even point dan lain sebagainya. Penelitian Sulistyawati (1998) tentang Analisa Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Perusahaan menyatakan bahwa jumlah laba adalah alat utama untuk menentukan apakah suatu perusahaan sukses atau tidak. Salah satu cara untuk mengukur laba adalah dengan analisis break even. Laba akan tetap pada tingkat yang sama ketika volume penjualan bergerak secara proporsional dengan perubahan biaya tetap dan variabel. Ketika faktor yang mempengaruhi keuntungan berubah, maka, volume penjualan juga harus diubah, tujuannya adalah untuk mencapai keuntungan proporsional. Sinaga (2008) dengan judul penelitian Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Penjualan Minimum memberikan pengertian bahwa impas (break even) dapat diartikan suatu keadaan dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisa break even mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan dengan asumsi-asumsi dasar. Apabila penjualan di atas titik break even maka perusahaan akan mendapatkan laba dan sebaliknya jika penjualan di bawah titik break even perusahaan akan menderita kerugian. Penelitian mengenai analisis break even point dapat menjadi rujukan bahwa dalam rangka mencapai keuntungan perusahaan, perlu melakukan sebuah perhitungan. Analisis break even point dapat memperhitungkan keuntungan perusahaan Bagian terkait dengan analisis break even point adalah analisis sensitivitas. Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan analisis sensitivitas dilakukan oleh Rakhmawati (2008) dalam penelitiannya tentang Analisis Break Even Point Pada Usaha Pengolahan Pucuk Daun Teh (Kasus commit to user Cianjur), menunjukkan bahwa di Pabrik Teh Sumber Daun Kabupaten
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga sebesar 3%, kenaikan dan penurunan produksi sebesar 3%, serta kenaikan dan penurunan biaya produksi sebesar 5% masih dapat memberikan keuntungan bagi Pabrik Teh Sumber Daun. Oktavianingsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Break Even Point (BEP) Komoditas Minyak Pala Di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Semarang Tahun 2004-2008, menyatakan bahwa analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan terhadap perubahan yang terjadi atas kenaikan atau penurunan variablevariabel penting. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan produksi 4,81% dan 32,88%, kenaikan biaya 13,09% dan 25,02% serta penurunan harga 0,61% dan 3,30%, PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon, sedangkan penurunan produksi 34%, peningkatan biaya 96%, dan penurunan harga 33,4% akan mengubah kondisi perusahaan yang awalnya telah melampaui titik BEP menjadi tidak melampaui titik BEP dan harus menanggung kerugian. Penelitian
terkait
analisis
sensitivitas
memberikan
gambaran
pentingnya analisis sensitivitas karena perubahan variabel harga, biaya dan produksi sangat mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, bahkan dapat merubah kondisi perusahaan yang semula untung menjadi rugi, sehingga penting untuk mengkaji sensitivitas dalam analisis break even point. Persentase perubahan dapat dilakukan dengan coba-coba maupun berdasarkan perubahan minimum yang pernah terjadi di perusahaan. Dengan diketahuinya sensitivitas BEP maka perusahaan dapat meramalkan berbagai kondisi ke depan untuk menghindari kerugian akibat perubahan variabel produksi, biaya produksi dan harga. Hasil penelitian-penelitian diatas dijadikan pembanding dalam penelitian ini karena menggunakan variabel-variabel yang sama yaitu variabel jumlah produksi, biaya produksi dan harga jual, serta kajian mengenai analisis to user sensitivitas. Hasil penelitian commit terdahulu menyatakan bahwa faktor produksi,
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
biaya, harga jual dan penerimaan sangat mempengaruhi kondisi laba perusahaan dan adanya perubahan terhadap salah satu atau lebih variabel tersebut juga akan merubah kondisi laba perusahaan. Dalam penelitian analisis break even point di CV. Multi Global Agrindo ini hendak menunjukkan dampak bagi perusahaan akibat kondisi variabel harga yang konstan sementara variabel lain yaitu biaya dan produksi berubah, dengan analisis sensitivitas akan terlihat dampak bagi perusahaan akibat kondisi variabelvariabel tersebut. Kondisi harga yang konstan dengan biaya produksi yang meningkat jarang dijumpai di sebuah perusahaan, sehingga diharapkan penelitian ini memberi wacana baru dan berbeda dengan kasus-kasus yang ada dalam penelitian sebelumnya. B. Tinjauan Pustaka 1. Budidaya dan Pembenihan Melon Melon merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang pesat dikembangkan di Indonesia, baik dalam skala kecil maupun skala agribisnis. Daya pikat melon terletak pada rasanya yang enak dan manis, beraroma wangi menyegarkan, dan dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar maupun olahan seperti jus dan sirup. Usaha tani melon diminati petani karena cukup menguntungkan, umur panen pendek yaitu 55-65 hari dan harga buah melon relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas hortikultura pada umumnya. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae atau labu-labuan, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Buah melon dimanfaatkan sebagai makanan buah segar dengan commit to user kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Prihatman, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerahdaerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama (Setiadi, 1998). Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani. Benih juga dapat diartikan biji yang dikelola, diusahakan oleh manusia, khususnya para petani, Lembaga-Lembaga Pembenihan, Dinas Pertanian, untuk mengembangkan tanaman. Kuantitas dan kualitas produk yang diinginkan petani hanya dapat diperoleh apabila benihnya merupakan benih unggul atau benih yang memperoleh sertifikat. Benih bersertifikat adalah benih yang pada proses produksinya diterapkan cara dan persyaratan tertentu sesuai dengan sertifikat benih, dalam produksinya diawasi oleh Petugas Sertifikasi Benih dari Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) yang berusaha dalam bidang pembenihan (Kartasapoetra, 1989). Menurut Kartasapoetra (1989), bagi benih bersertifikat ditetapkan kelas-kelas benih sesuai dengan urutan keturunan dan mutunya, antara lain penetapannya sebagai berikut : 1. Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan pemulia tanaman yang bersangkutan atau instansinya dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. 2. Benih Dasar (BD) merupakan keturunan pertama dari benih penjenis yang diproduksi di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan ketat, sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara. Benih dasar diproduksi oleh instansi atau badan yang ditetapkan oleh Ketua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Badan Benih Nasional dan harus disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB. 3. Benih Pokok (BP) merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai benih pokok oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB. 4. Benih Sebar (BR) merupakan keturunan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai benih sebar oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih BPSB. Benih melon tidak dianjurkan untuk langsung ditanam dilapangan karena resikonya besar. Disamping tingkat kematian benih sulit di kontrol, kematian bibit muda yang baru tumbuh sulit dikendalikan karena pengaruh kondisi lingkungan serta intensitas pemeliharaan. Dengan penyisipan benih baru memang dapat diatasi, akan tetapi akan menghasilkan ukuran dan kualitas bibit muda yang tidak seragam akibat umur panen tidak serentak. Sebelum menanam tanaman melon langsung dilapangan, sebaiknya benih dikecambahkan terlebih dahulu, kemudian dibibitkan dalam polibag serta ditempatkan pada ruang yang beratap plastik. Tempat pembibitan dianjurkan dibangun di sekitar kebun dekat lahan penanaman, untuk mempermudah transportasi dan memperkecil resiko kerusakan serta kematian bibit akibat pengangkutan. Bersamaan dengan waktu penyiapan benih dan pembibitan melon, disiapkan lahan penanaman, sehingga saat bibit sudah siap dipindahkan, lahan sudah siap ditanami, selanjutnya dilakukan penanaman. Kebutuhan benih melon untuk 1 hektar sekitar 200 - 500 gram bila populasi tanaman sekitar 12.000 atau tergantung varietas/jenis melonnya (Anonim, 2009). commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik. Menurut Setiadi (1998), pada awalnya benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon. Penyiapan benih dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. a) Pengadaan benih secara generatif Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaring-jaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman disemprot dengan pupuk daun complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan) Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan yang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Media dasar yang dipakai tersusun dari garam-garam berdasarkan susunan dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myoinositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter, berbagai kombinasi hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. Sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit. Tanaman yang didapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya tanaman yang didapat dari biji.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk mengetahui keuntungan dari budidaya melon perlu sebuah analisis. Salah satu analisis yang dapat digunakan adalah Analisis break even point didalamnya tercakup komponen biaya dan penerimaan. 2. Analisis Break Even Point (BEP) Titik impas (break even point) terjadi jika tidak terdapat laba maupun rugi bersih. Laba bersih akan diperoleh bilamana volume penjualan berada di atas titik impas, sedangkan rugi bersih akan diderita seandainya volume penjualan berposisi di bawah titik impas. Tujuan analisis titik impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas dengan kondisi pendapatan dari hasil penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak menerima laba ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu, hanya penjualan, biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas (Simamora, 1999). Analisis break even memungkinkan manajer keuangan menentukan besar output atau tingkat penjualan yang menghasilkan EBIT (Earnings Before Interest and Tax) atau laba bersih sebelum bunga dan pajak = 0. Untuk membuat teknik ini mudah diaplikasikan, biaya-biaya perusahaan harus diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Tidak semua biaya dapat digolongkan secara penuh ke dalam dua kategori ini. Namun, untuk skala perencanaan pendek, sebagian besar biaya dapat dimasukkan ke biaya tetap atau biaya variabel. Bila struktur biaya telah ditentukan maka dapat diketahui titik breakeven (Martin et al, 1993). Menurut Helmi (2009), analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai : 1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Besarnya penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian. 4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh. Perlu diketahui beberapa komponen untuk menghitung titik break even point, anatara lain biaya dan penerimaan. Salah satu komponen untuk menganalisis titik impas adalah komponen biaya. Biaya yang dikeluarkan akan dibandingkan dengan penerimaan perusahaan supaya diketahui besarnya keuntungan. a. Biaya Menurut Mulyadi (1999) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan di dalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan. Menurut Adjie (2010), biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi guna memproduksi output. Macam-macam biaya berkaitan dengan analisis BEP adalah sebagai berikut : 1) Total Fixed Cost (biaya tetap total) adalah jumlah biaya yang tetap yang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksi. Contohnya adalah jumlah biaya penyusutan, sewa, dan lain sebagainya. 2) Total Variable Cost (biaya variabel total) adalah jumlah biaya yang dibayarkan
yang besarnya berubah menurut tingkat yang
dihasilkan. Contohnya adalah jumlah biaya bahan mentah, tenaga kerja, dan lain sebagainya. 3) Total Cost (biaya total) adalah penjumlahan antara biaya total tetap user dengan biaya total commit variabel.toDirumuskan TC = TFC + TVC.
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Average Fixed Cost (biaya tetap rata-rata) adalah biaya tetap yang dibebankan kepada setiap unit output. 5) Average Fixed Cost (biaya variabel rata-rata) adalah biaya variabel yang dibebankan untuk setiap unit output. 6) Average Total Cost (biaya total rata-rata) adalah biaya produksi yang dibebankan untuk setiap unit output. 7) Marginal
Cost
(biaya
marginal)
adalah
tambahan
atau
berkurangnya biaya total karena bertambahnya atau berkurangnya satu unit output. Klasifikasi biaya dikaitkan dengan volume produksi dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semi variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang secara total tidak berubah jumlahnya meskipun jumlah produksi berubah. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang bila dikaitkan dengan volume secara per unit akan selalu tetap meskipun volume produksi berubah-ubah, akan tetapi secara total biaya tersebut jumlahnya akan berubah sesuai dengan proporsi perubahan aktivitas. Sementara biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya (Daljono, 2005). Sifat biaya yang diasumsikan dalam analisis break even point menurut Martin et al (1993), adalah sebagai berikut : 1) Biaya Tetap Biaya tetap juga disebut biaya tak langsung, tidak mengalami perubahan dalam jumlah totalnya sedangkan volume penjualan atau kuantitas output berubah dalam sejumlah range output yang relevan. Jumlah biaya tetap tidak tergantung banyaknya produk yang dihasilkan dan memiliki jumlah dolar yang tetap. Jika produksi meningkat volumenya, biaya tetap per unit turun. Sebab total biaya tetap menjadi tersebar semakin besar kuantitas output. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Biaya
Biaya Tetap
0
Unit yang diproduksi dan yang terjual
Gambar 1. Sifat Biaya Tetap terhadap Range Output yang Relevan Biaya dalam gambar diatas terlihat tidak terpengaruh dengan jumlah produk yang dibuat dan terjual. Pada beberapa range output yang relevan, jumlah total biaya tetap ini bisa jadi lebih tinggi atau rendah pada perusahaan yang sama. Beberapa contoh biaya tetap dalam usaha manufaktur yang khas adalah gaji administratif, penyusutan, asuransi, satuan jumlah yang dikeluarkan untuk program periklanan, pajak bangunan dan sewa. 2) Biaya Variabel Biaya variabel juga disebut biaya langsung (direct cost). Biaya Variabel tetap untuk per unit output tapi secara total berubah bila output berubah. Total biaya variabel dihitung dengan mengambil biaya variabel per unit dan dikalikan dengan jumlah yang diproduksi dan dijual. Model break even mengandaikan bahwa antara total biaya variabel dan penjualan bersifat proporsional. Sifat biaya variabel terhadap range output yang relevan terlukis pada gambar berikut : Biaya
Biaya Variabel
0 Unit yang diproduksi commit to user dan terjual
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2. Sifat Biaya Variabel terhadap Range Output yang Relevan Total biaya variabel tergantung pada jumlah output yang dibuat dan dijual. Bila jumlah unit yang diproduksi nol, maka biaya variabel juga nol tapi biaya tetap lebih besar dari nol, akibatnya, untuk menutupi biaya tetap harga penjualan per unit harus lebih besar dari biaya variabel per unit. Ini menolong menjelaskan mengapa sejumlah perusahaan tetap menjalankan pabriknya meski penjualan sementara menurun. Maksudnya adalah untuk memperoleh hasil penjualan untuk mmenutupi biaya tetap. Contoh-contoh biaya variabel adalah buruh langsung, biaya bahan bakar (bensin, listrik, gas alam) sehubungan dengan area produksi, biaya pengangkutan untuk membawa produk dari pabrik, pengemasan dan komisi penjualan. 3) Biaya Semi Variabel Beberapa biaya mungkin tetap pada satu waktu, kemudian berubah ketika output yang lebih tinggi tercapai, kembali tetap, lalu naik lagi seiring dengan naiknya output menjadi lebih tinggi. Biaya ini diistilahkan sebagai biaya semi variabel atau semi tetap. Salah satu contohnya adalah gaji untuk supervisor produksi. Bila output berkurang 15 persen untuk masa singkat, manajemen organisasi tidak akan memotong gaji 15 persen. Hampir sama juga, komisi yang diberikan
kepada
salesman
sering
kali
mengikuti
keberhasilannya. Digambarkan sebagai berikut : Biaya
Biaya Semivariabel
0
Unit yang diproduksi commit to user dan terjual
jenjang
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 3. Sifat Biaya Semivariabel terhadap Range Output yang Relevan Menurut Mulyadi (1999), penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan, dibedakan menjadi tiga yaitu biaya produksi, biaya pemasaran serta biaya administrasi dan umum. Secara keseluruhan biaya tersebut dalam analisis BEP tercakup dalam biaya produksi, namun, pengetahuan tentang berbagai macam biaya dapat membantu mengklasifikasikan penggolongan biaya dalam analisis BEP : a) Biaya produksi Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau siap untuk dijual. Contohnya yaitu biaya bahan baku, biaya gaji karyawan, biaya overhead pabrikasi, dan lain sebagainya. b) Biaya pemasaran Biaya
pemasaran
adalah
biaya-biaya
yang
terjadi
untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya yaitu biaya iklan, biaya pengangkutan dari gudang produsen ke gudang konsumen, biaya karyawan bagian pemasaran, dan lain sebagainya. c) Biaya administrasi dan umum Biaya
administrasi
dan
umum
merupakan
biaya
untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, bagian hubungan masyarakat, dan pemeriksaan akuntansi. Setelah mengetahui biaya, perusahaan harus menghitung besarnya penerimaan untuk mengetahui keuntungan usaha. Penerimaan harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk mencapai keuntungan usaha. Apabila penerimaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan mengalami kerugian. commit to user b. Penerimaan
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ongkos (cost) dan penerimaan (revenue) adalah dua hal yang menjadi fokus utama dari seorang pengusaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimum, dalam memproduksi suatu barang. Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan atau TR = Q x P (Mubarak, 2009). Menurut Hanani (2010), penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Terdapat tiga konsep penting tentang revenue yang perlu diperhatikan untuk analisis perilaku produsen. 1) Total Revenue (TR), yaitu total penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Jadi, TR = Pq X Q, dimana Pq = harga output per unit; Q = jumlah output. 2) Average Revenue (AR), yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual. Jadi, AR adalah harga jual output per unit 3) Marginal Revenue (MR), kenaikan TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output. Penerimaan menurut Adjie (2010), adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya. Hasil total penerimaan dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah satuan barang yang dijual dengan harga barang yang bersangkutan. Dirumuskan dengan TR = Q x P Dimana : TR = Total penerimaan (Rp) Q = Jumlah produk P = Harga produk (Rp) commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Keuntungan/laba Setelah diketahui total biaya dan penerimaan maka dapat diketahui keuntungan/laba perusahaan. Menurut Downey (1992), terdapat beberapa penjelasan tentang laba diantaranya : a) Laba merupakan imbalan dari pengambilan suatu resiko dalam bisnis. Semakin besar resiko, semakin besar laba yang akan diperoleh jika usaha tersebut berhasil. Sedangkan jika terjadi kegagalan, maka semua atau sebagian modal yang ditanam akan hilang. b) Laba dihasilkan oleh pengendalian atas sumber daya yang langka. Jika sumber daya dikendalikan oleh masing-masing warga negara, dan didapatkan permintaan yang tinggi dari pihak lain, maka sumber daya tersebut dapat dijual dengan harga yang tinggi. Dengan semakin tingginya permintaan, maka semakin besar laba yang akan didapatkan. c) Laba diperoleh karena kefektifan pengelolaan. Jika para pelaku bisnis mampu melakukan perencanaan dan pemikiran yang kreatif, akan dimungkinkan usaha bisnisnya berjalan dengan efisien sehingga mampu mendatangkan laba yang besar bagi perusahaan. Menurut Sukirno (2000), keuntungan/laba dalam kegiatan perusahaan ditentukan dengan cara mengurangkan berbagai biaya yang dikeluarkan dan hasil penjualan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan meliputi pengeluaran untuk bahan mentah, pembayaran upah, pembayaran bunga, sewa tanah, dan sebagainya. Apabila hasil penjualan yang diperoleh dikurangi dengan biaya-biaya tersebut maka diperolehlah keuntungan. Menurut Simamora (1999), laba merupakan salah satu ukuran seberapa baik kinerja sebuah perusahaan. Walaupun laba bukan satusatunya tujuan perusahaan bisnis commit to user (tujuan lainnya bisa meliputi
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelangsungan hidup, pertumbuhan, mutu produk, dan lain-lain). Perolehan laba cukuplah memadai untuk memikat investasi modal yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan
pada
konsep
pemertahanan
kapital.
Konsep
ini
membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan (Bayu, 2009). Laba ekonomi didefinisikan sebagai laba akuntansi (accounting profit) dikurangi biaya oportunitas (opportunity cost). Dengan demikian sebelum menghitung laba ekonomi perlu diketahui dulu biaya opportunity dari berbagai alternatif yang ada. Selama masih jumlahnya diatas nol, maka itu berarti bahwa keputusan untuk mempercayakan sumberdaya dalam bisnis merupakan keputusan yang baik. Namun, jika laba ekonomi menunjukkan nilai negatif secara jelas dapat dikatakan adanya suatu masalah. Hal ini menunjukkan bahwa alternatif ini tidak baik untuk dipilih, dan perlu menjadi pertimbangan memikirkan alternatif lain/baru yang nantinya akan menghasilkan laba ekonomi yang lebih tinggi (Downey, 1992). Menurut Downey (1992) dikenal beberapa istilah laba yaitu laba bersih, laba operasi bersih, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, dalam BEP yang sering digunakan adalah istilah laba bersih, penjelasan mengenai berbagai istilah laba adalah sebagai commit to user berikut :
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Laba bersih Laba bersih merupakan ayat terakhir dalam perhitungan rugi-laba. Laba
bersih
(bottom
line)
dijadikan
sebagai
tolok
ukur
keterampilan dan kemampuan pengambil keputusan dalam mengelola sumberdaya, karyawan dan keuangan. Bahkan lebih penting lagi, laba bersih mencerminkan perusahaan. Hal itu menjadi dasar untuk pertumbuhan, modernisasi, pengembangan produk-produk baru dan imbalan bagi karyawan dan penanam modal perusahaan di masa mendatang. b) Laba Operasi Bersih Laba operasi bersih sering disebut pula sebagai margin operasi yang merupakan jumlah yang tersisa apabila beban operasi dikurangkan
dari
marjin
kotor.
Faktur-faktur
yang
mempengaruhinya sama dengan faktur-faktur yang mempengaruhi marjin kotor ditambah dengan faktor-faktor yang berupa beban usaha. c) Laba Bersih Sebelum Pajak Laba bersih sebelum pajak merupakan jumlah yang tersisa setelah semua pendapatan atau beban non operasi diperhitungkan. Pendapatan non operasi meliputi semua pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti bunga atau deviden yang diperoleh dari penanaman modal di luar. d) Laba Bersih Setelah Pajak Laba bersih setelah pajak dapat dihitung setelah diketahui besarnya pajak penghasilan. Besarnya pajak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya besarnya laba, tingkat laba tahun sebelumnya, jenis organisasi bisnis dan peraturan pajak yang lainnya.
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah diketahui konsep tentang biaya, penerimaan serta keuntungan/laba maka dapat dilakukan analisis break event point. Menurut Riyanto (1995) analisis break even point dapat dihitung dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan dengan rumus aljabar, pendekatan grafik, dan pendekatan trial and error. 1. Perhitungan Break Even Point (BEP) dengan menggunakan rumus aljabar a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit BEP (Q) =
FC P - VC
Keterangan : BEP (Q)
= volume penjualan pada BEP dalam unit
FC (Fixed Cost)
= biaya tetap (Rp)
P (Price)
= harga jual produk per unit (Rp)
VC (Variabel Cost)
= biaya variable per unit (Rp)
P – VC
= marjin kontribusi/ contribution marjin
b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah BEP (QT) =
FC VC 1S
Keterangan : BEP (QT)
= volume penjualan pada BEP dalam rupiah
FC (Fixed Cost)
= biaya tetap (Rp)
VC (Variable Cost)
= biaya variable (Rp)
S (Sales)
= volume penjualan x harga jual per unit
(Rp) 1-
VC S
= rasio marjin kontribusi/ contribution
marjin commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Perhitungan Break Event Point (BEP) dengan grafik Salah satu cara menentukan break even point adalah dengan membuat gambar atau grafik break even. Dalam gambar tersebut akan tampak garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya volume produksi atau penjualan dalam unit nampak pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan dari penjualan nampak pada sumbu vertikal (sumbu Y). Dalam gambar break even tersebut break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit. Jika dari titik tersebut ditarik garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak besarnya break even dalam rupiah. Pada grafik tersebut digunakan asumsi bahwa besarnya biaya tetap selalu konstan, besarnya biaya variabel sebanding dengan volume penjualan. Gambar grafik BEP adalah sebagai berikut :
Biaya dan penerimaan
Penghasilan penjualan
Break even point
keuntungan
laba Biaya total
Biaya variabel
Biaya tetap
rugi
Biaya tetap
Produksi (Q) Gambar 4. Grafik BEP
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pendekatan Trial and Error Perhitungan break even point dengan cara trial and error dilakukan
dengan
cara
coba-coba,
yaitu
dengan
menghitung
keuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita kerugian maka diambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikian
dilakukan
seterusnya
hingga
dicapai
volume
penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total. Analisis break event point sangat dipengaruhi oleh komponen biaya dan penerimaan. Perubahan nilai dari variabel-variabel yang mempengaruhi biaya maupun penerimaan sangat mungkin terjadi pada perusahaan. Perubahan variabel juga akan mempengaruhi break even point perusahaan. Hal tersebut tercakup dalam analisis sensitivitas. 3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas perlu dikaji untuk mengantisipasi terjadinya perubahan-perubahan nilai dari variabel-variabel yang diamati. Analisis sensitivitas menurut Supriyono (1999), adalah analisis terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi laba. Faktor-faktor tersebut meliputi : 1) Perubahan harga jual per unit barang dagangan, produk atau jasa yang dijual 2) Perubahan jumlah total biaya tetap 3) Perubahan jumlah total biaya variabel per unit 4) Kombinasi perubahan harga jual per unit, total biaya tetap, biaya variabel per unit dan volume penjualan. Analisis sensitivitas atau sering pula disebut analisis kepekaan sebenarnya bukanlah teknik untuk resiko, tetapi suatu teknik commit to mengukur user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
untuk menilai dampak atau impact berbagai perubahan dalam masingmasing variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi. Variabel penting yang dimaksud adalah variabel harga, biaya dan jumlah produksi. Analisis sensitivitas adalah suatu analisis simulasi dimana nilai variabelvariabel penyebab diubah-ubah untuk mengetahui bagaimana dampaknya terhadap hasil yang diharapkan (Riyanto, 1995). Para manajer secara berkala memutuskan apakah akan mengubah harga jual produk atau tidak. Kalangan konsumen cenderung menolak kenaikan harga dengan cara membeli lebih sedikit produk. Hal ini dapat mengurangi dampak kenaikan harga. Kenaikan harga jual per unit akan menurunkan titik impas penjualan, sedangkan penurunan harga jual per unit akan menaikkan titik impas penjualan. Sementara produk-produk dalam beberapa lingkungan bisnis sedemikian kompetitifnya sehingga manajer tidak dapat mengubah harga jual. Dalam kondisi seperti ini, manajer biasanya lebih memilih memangkas biaya produk. Perubahan biaya pun mempengaruhi titik impas penjualan. Kenaikan biaya variabel akan menaikkan titik impas, sedangkan penurunan biaya variabel akan menurunkan titik impas penjualan. Kenaikan biaya tetap akan menaikkan titik impas, sedangkan penurunan biaya tetap juga akan menurunkan titik impas penjualan (Simamora, 1999). C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Kemampuan untuk menghasilkan laba yang maksimum merupakan tujuan yang paling penting bagi perusahaan. Berbagai upaya dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk meningkatkan kemampuannya dalam meraih laba usaha. Cara yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah dengan menyusun sebuah perencanaan laba usaha. Hal penting dalam penyusunan perencanaan laba usaha adalah menentukan titik impas (break even point). Titik impas ini memberikan informasi dimana perusahaan didalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Melalui titik impas ini dapat diketahui berapa tingkat penjualan yang harus dipertahankan commit to user oleh perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan berapa
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat penjualan yang mesti dicapai guna menjamin adanya laba, maka, untuk untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan analisa break even point. Analisa break even point di CV. Multi Global Agrindo menggunakan biaya tetap antara lain biaya sewa tanah untuk tanam, biaya sewa bangunan, gaji staf kantor, biaya pajak, biaya sosial, biaya promosi, biaya pemeliharaan alat, biaya tunjangan pelaksanaan tugas karyawan, tunjangan sosial karyawan, tunjangan kesejahteraan karyawan dan biaya pembelian benih pembanding. Sedangkan biaya variabel yang digunakan adalah biaya tenaga kerja harian, biaya pengolahan tanah, biaya persemaian, biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya saprodi, biaya panen, biaya oshu, biaya bahan bakar dan biaya pengemasan. Permasalahan dalam penelitian ini dapat didekati dengan perhitungan analisis break even point dengan rumus aljabar menurut Riyanto (1995). Perhitungan Break Even Point (BEP) dengan menggunakan rumus aljabar adalah sebagai berikut : a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit BEP (Q)
=
FC P - VC
Keterangan : BEP (Q)
= volume penjualan pada BEP dalam unit (Kg)
FC
= biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya (Rp)
P
= harga jual produk per unit dalam kg (Rp)
VC
= biaya variable per unit antara lain biaya saprodi, biaya pemasaran dan lain sebagainya (Rp)
P – VC
= marjin kontribusi/ contribution marjin
b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah BEP (QT) =
Keterangan :
FC VC 1S commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah FC
= biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya (Rp)
VC
= total biaya variabel antara lain biaya saprodi, biaya pemasaran dan lain sebagainya (Rp)
S 1-
= volume penjualan x harga jual per unit (Rp) VC S
= rasio marjin kontribusi/contribution marjin ratio
Analisis sensitivitas menunjukkan kepekaan dari sebuah perusahaan terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan biaya produksi dan jumlah produksi sesuai dengan kenaikan minimum yang pernah terjadi di CV. Multi Global Agrindo untuk melihat pengaruhnya terhadap keuntungan dan BEP yang dicapai oleh perusahaan. Serta menaikkan dan menurunkan harga jual berdasarkan trend dari perusahaan pesaing yaitu perusahaan Sakata dengan benih melon merk Glamor. Data dari perusahaan pesaing ini diasumsikan sebagai perubahan di CV. Multi Global Agrindo. Berdasarkan analisis yang dilakukan akan dapat diketahui kondisi perusahaan pada saat mencapai break even point baik pada satuan unit maupun dalam rupiah serta sensitivitasnya terhadap perubahan beberapa variabel yang nantinya berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang didapat perusahan. Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut dapat mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan, terutama menyangkut kebijakan produksi. Adapun kerangka teori pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CV. Multi Global Agrindo sebagai pengusaha benih hortikultura Buah melon Proses produksi benih
Proses Pengemasan
OUTPUT
BIAYA
Benih Melon PENERIMAAN
Biaya Tetap
Biaya Variabel
(biaya sewa pajak,
(TK, saprodi,
ANALISIS BEP
PERUBAHAN BEP atas dasar penjualan dalam Rupiah
PERUBAHAN BEP atas dasar Unit
ANALISIS SENSITIVITAS
KONDISI PERUSAHAAN (BERKEMBANG/TIDAK)
Gambar 5. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Break Even Point (BEP) Usaha. Pembenihan Benih Melon di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis 1. Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha benih melon pada CV. Multi Global Agrindo masih mampu melampaui titik break even point dan menghasilkan laba meskipun diterapkan strategi pemasaran harga benih konstan. 2. CV. Multi Global Agrindo masih mampu melampaui titik break even point dan menghasilkan laba setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan perubahan minimum yang terjadi selama tahun 2006-2009. E. Asumsi-asumsi Analisis break even point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah : 1. Biaya dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 2. Proporsi besarnya biaya untuk varietas MAI 119 diasumsikan sesuai dengan luas area produksi benih melon varietas MAI 119 dibanding dengan luasan produksi benih di CV. Multi Global Agrindo secara keseluruhan. F. Pembatasan Masalah 1. Penelitian ini merupakan studi kasus pada CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar terkhusus pada usaha pembenihan melon varietas MAI 119 karena paling diterima pasar. 2. Data yang dianalisis adalah data produksi dan data biaya dari CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar pada tahun 2006-2009.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Definisi dan Pengukuran Variabel 1. Produk yang diteliti sebagai objek penelitian yang dihasilkan oleh CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar berupa benih melon varietas MAI 119. 2. Biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pihak CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar baik untuk kegiatan budidaya, pengolahan, maupun pemasaran benih melon varietas MAI 119 yang dinyatakan satuan rupiah (Rp). a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dan tidak dipengaruhi besarnya volume produksi atau penjualan, meliputi biaya sewa bangunan yang dibayarkan untuk melakukan aktivitas produksi di CV. Multi Global Agrindo, dan biaya pajak yaitu pajak perusahaan dan pajak kendaraan yang dipakai untuk aktivitas usaha dan lain sebagainya. b. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh volume produksi, meliputi biaya bahan baku yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli semua bahan-bahan untuk memproduksi benih melon meliputi di dalamnya biaya saprodi, biaya bahan bakar. Selain itu biaya pengemasan dan pemasaran selama satu tahun dan lain sebagainya. c. Biaya total adalah penjumlahan antara total biaya tetap dan biaya variabel. 3. Penerimaan adalah keseluruhan hasil yang diterima oleh perusahaan dari hasil penjualan benih melon varietas MAI 119 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). Penerimaan diperoleh dari pengalian jumlah produksi dengan harga produk. 4. Keuntungan/laba adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi dan dinyatakan dalam rupiah (Rp). commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Break Even Point dicapai pada saat jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya sehingga CV. Multi Global Agrindo (MGA) tidak memperoleh keuntungan namun juga tidak mengalami kerugian dari usaha memproduksi benih melon varietas MAI 119, dan dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg) dan rupiah (Rp). 6. Contribution Margin/marjin kontribusi merupakan biaya tambahan untuk memproduksi satu unit tambahan output. Biaya marjinal didapatkan dengan mengurangkan total biaya/total cost (TC) awal dengan TC saat mengalami perubahan. Contribution margin dapat pula diperoleh dengan mengurangkan antara harga dengan biaya variabel per unit. 7. Analisis sensitivitas adalah analisis yang digunakan untuk melihat perubahan keuntungan yang akan terjadi dengan hasil analisis jika ada suatu perubahan dari volume/jumlah produksi, harga jual, dan biaya total produksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Metode deskriptif analitis mempunyai ciri-ciri yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang actual. Data yang dikumpulkan mulamula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994). Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Surakhmad (1994), studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit yang dipandang sebagai kasus. Studi kasus umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yakni hasil pengumpulan dan analisa data kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu keluarga, satu lembaga, satu peristiwa, satu daerah, ataupun satu kelompok manusia dan kelompok objek lain yang cukup terbatas yang dianggap sebagai satu kesatuan. Penelitian analisis break even point ini memusatkan perhatian pada kasus yang terjadi dalam usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar. Dengan studi kasus maka dapat memfokuskan pada masalah yang ada di suatu lembaga yaitu dalam penelitian ini di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar. B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian Pemilihan
lokasi
penelitian
dilakukan
dengan
pertimbangan-
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dipilih usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, dengan alasan pertama, CV. Multi Global Agrindo merupakan perusahaan pertama yang bergerak commit to user di bidang pembenihan melon di
28
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jawa Tengah. Pertimbangan kedua, benih yang diusahakan adalah hasil dari penelitian dan pengembangan intern CV. Multi Global Agrindo. Pertimbangan ketiga, CV. Multi Global Agrindo konsisten dengan usaha pembenihan bahkan hasilnya telah diekspor ke Jepang. C. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang kemudian dalam pelaksanaannya dilengkapi dengan data primer atau wawancara dengan pihak perusahaan. Menurut Surakhmad (1994) jenis dan sumber data dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar diri penyelidik sendiri. Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat secara langsung dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian. Pada penelitian ini digunakan data sekunder dari CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar yaitu data produksi dan data biaya dari pembenihan melon. Serta data lain yang mendukung seperti data profile perusahaan dan data dari Dinas Pertanian. 2. Data primer Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus (penyelidikan). Data primer didapat dari sumber primer yang ada kaitannya dengan penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan pihak perusahaan, baik pemimpin maupun karyawan di CV. Multi Global Agrindo serta pihak-pihak yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pencatatan Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi yang terkait dalam penelitian ini. Tidak semua data sekunder berguna dalam sebuah penelitian, sehingga dalam pengumpulan data ini perlu diketahui sebelumnya data-data yang nantinya diperlukan dalam penelitian tersebut. Adapun instansi yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah CV. Multi Global Agrindo, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Dari perusahaan tersebut dilakukan pencatatan terkait dengan laporan keuangan perusahaan yang meliputi biaya-biaya, produksi, penerimaan, keuntungan, dan lain sebagainya. 2. Observasi Observasi merupakan salah satu kegiatan pengumpulan data dengan pengamatan terhadap obyek yang akan diteliti sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti. Observasi dilakukan dengan dua cara yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Sedangkan pada observasi tidak langsung, peneliti menggunakan perantara yang dapat berupa alat ataupun perantara yang lain dalam penelitian terhadap objek. Pada penelitian ini, dilakukan observasi langsung dengan mengamati secara langsung ke lapang terkait dengan kegiatan pembenihan melon dari budidaya tanaman melon sampai proses pembenihan dan pengemasan sehingga siap dipasarkan 3. Wawancara Teknik wawancara merupakan cara untuk memperjelas data sekunder dengan keterangan-keterangan lisan yang tidak terdapat pada data tertulis. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara langsung pada pihak perusahaan, baik commit userMulti Global Agrindo. terutama pemimpin maupun karyawan di toCV.
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pihak-pihak yang berperan dalam pembudidayaan melon, pengolahan untuk menjadi benih melon, serta pihak-pihak yang berperan dalam pengaturan data keuangan. Teknik wawancara ini membutuhkan komunikasi langsung antara peneliti dengan subjek yang dijadikan sumber informasi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara bersifat penting karena merupakan alat komunikasi antara peneliti dengan pihak yang diwawancarai. Wawancara dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan data atau keterangan yang lebih banyak daripada data objektif yang telah ada. E. Metode Analisis Data Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan tentang analisis break even point, maka metode analisis data sebagai berikut : 1. Analisis besarnya break even point di CV. Multi Global Agrindo Untuk mengetahui nilai break even point digunakan rumus aljabar. Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu break even point atas dasar unit dan break even point atas dasar penjualan dalam rupiah. a. Analisis Break Even Point (BEP) atas dasar unit BEP (Q) =
FC P - VC
Keterangan : BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit (Kg) FC
= biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya (Rp)
P
= harga jual produk per unit dalam kg (Rp)
VC
= biaya variabel per unit antara lain biaya saprodi, biaya pemasaran dan lain sebagainya (Rp)
P – VC = marjin kontribusi/ contribution marjin Break even point atas dasar unit menunjukkan unit penjualan yang harus dicapai untuk menghindarkan dari kerugian. Sedangkan commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
contribution margin/marjin kontribusi menunjukkan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup semua biaya tetap. b. Analisis Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah BEP (QT) =
FC VC 1S
Keterangan : BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah FC
= biaya tetap antara lain pajak, biaya sewa dan lain sebagainya (Rp)
VC
= total biaya variabel antara lain biaya saprodi, biaya pemasaran dan lain sebagainya (Rp)
S 1-
= volume penjualan x harga jual per unit (Rp) VC S
= rasio marjin kontribusi/ contribution marjin ratio Break even point atas dasar penjualan menunjukkan besarnya
penerimaan minimal yang harus dicapai dari hasil penjualan untuk mencapai keadaan impas dan mampu menutup semua biaya. Rasio marjin kontribusi merupakan rasio dari marjin kontribusi terhadap harga jual. 2. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas menunjukkan suatu kepekaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel tertentu antara lain jumlah produksi, biaya produksi dan harga jual. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan variabel-variabel tersebut. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu jumlah produksi dan biaya produksi, serta harga jual yang konstan, sehingga analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan jumlah produksi dan biaya total produksi benih melon varietas MAI 119. Besarnya persentase yang dipilih berdasarkan perubahan minimum pada masing-masing variabel yang terjadi selama tahun penelitian (tahun 2006-2009) karena perubahan commit to useruntuk mengkaji sensitivitas BEP. ini dapat mewakili kondisi perusahaan
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi perusahaan yang dimaksud adalah kondisi yang sudah stabil, bukan ketika perusahaan sedang mempeluas pasar dan promosi. Selain itu digunakan trend eksternal dari perusaahaan sejenis yang fluktuatif perubahan variabel harga jual dijadikan dasar untuk meramalkan kondisi di CV. Multi Global Agrindo. Perubahan yang terjadi pada variabel tersebut akan menyebabkan perubahan pula pada titik impasnya sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya keuntungan yang didapatkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IV. KONDISI UMUM PERUSAHAAN
A. Lokasi Perusahaan CV. Multi Global Agrindo beralamat di Jalan Raya SoloTawangmangu Km. 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lahan CV. Multi Global Agrindo terletak pada ketinggian 450490 mdpl dengan luas kebun ± 10 ha. Suhu udara sekitar kebun poduksi bervariasi antara 24ºC - 31ºC dengan curah hujan rata-rata 3150 mm/tahun dan kelembaban udara rata-rata sebesar 61-91%. Keadaan tanah di CV. Multi Global Agrindo merupakan jenis tanah latosol dengan kemiringan lahan ± 15º dan pH tanah sebesar 6,5-7,0. B. Profil Perusahaan CV. Multi Global Agrindo adalah salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang pembenihan, yaitu dengan menyiapkan sarana produksi pertanian berupa benih. CV. Multi Global Agrindo melakukan R&D bredding, produsen sekaligus pemasaran sehingga ada berbagai tingkatan klasifikasi benih. Benih di CV. Multi Global Agrindo adalah BS (Breeder Seed/ induknya induk), PS (Parent Stock/ induk) dan ES (Extention Seed/ benih sebar/ benih yang dijual kepada petani. Produk benih yang dihasilkan akan didistribusikan kepada para petani atau pembudidaya tanaman. CV. Multi Global Agrindo diprakarsai oleh seorang pengusaha bernama Mulyono Herlambang. Berdirinya perusahaan ini terinpirasi oleh kondisi pertanian di Indonesia, sekaligus guna menangkap peluang usaha di bidang agribisnis khususnya industri perbenihan. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi sehingga Bapak Mulyono Herlambang berjuang mendirikan perusahaan perbenihan yang dapat menghasikan produk asli benih dalam negeri. Berdirinya perusahaan memerlukan dasar pemikiran, semangat, filosofi yang fundamental dan pertimbangan ekonomis maupun teknis, maka berdirilah CV. Multi Global agrindo (CV. MGA) dengan dasar pemikiran, semangat, filosofi, pertimbangan ekonomis maupun pertimbangan commit to user teknis sebagai berikut :
34
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Dasar pemikiran (landasan pola pikir) 1) Indonesia adalah negara agraris yang semestinya maju dibidang IPTEK Pertanian dan mampu mencukupi kebutuhan pangan dan bahan pertanian bagi masyarakatnya. 2) Plant
Breeding
(Pemuliaan
Tanaman) merupakan
dasar dari
keberhasilan revolusi hijau untuk peningkatan produktivitas dan kualitas
pangan
sehingga
dapat
menuju
kemakmuran
serta
pembangunan berkelanjutan. 3) Benih adalah Blue Print Agribisnis karena dengan menggunakan benih unggul bermutu tinggi akan didapatkan tanaman yang mempunyai produktivitas dan kualitas yang tinggi pula. b. Landasan semangat. Landasan semangat kerja keras dari seluruh pengurus, staf dan karyawan CV. MGA, walaupun berangkat dari kondisi awal yang serba kurang dan sulit namun dengan tekat bulat, maka berani untuk memulai. Harapannya CV. MGA dapat mengatasi kesulitan dan dapat memecahkan berbagai permasalahan, sehingga pada saatnya CV. MGA akan berhasil menjadi perusahaan yang maju, berkembang, besar, kuat dan menjadi tuan di negara sendiri. c. Landasan filosofi Kerja keras dengan menggunakan teknologi yang unggul serta menerapkan manajemen yang baik untuk tercapainya keberhasilan CV. MGA, sehingga dapat berkontribusi terhadap kemajuan pertanian Indonesia
sekaligus
dapat
berperan
untuk
memajukan
dan
mensejahterakan petani. d. Pertimbangan ekonomis 1) Bisnis perbenihan mempunyai peluang dan kesempatan yang sangat besar, sehingga dapat dijadikan kegiatan usaha yang menjanjikan untuk meraih keuntungan/laba. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
2) Komoditas benih bersifat carrieable (ringkas, mudah diangkut dan didistribusikan) dan sebagai komoditas strategis di dalam sarana produksi pertanian. e. Pertimbangan teknis. Bahwa untuk menghasilkan benih unggul bermutu tinggi hibrid F1 diperlukan teknologi breeding, oleh karena itu CV. MGA telah menyiapkan teknologi tersebut dengan langkah sebagai berikut: 1) Tahun 1980 – 1981 : Proses pembelajaran Plant Breeding di OISCA International dan YAE NOGEI BREEDING STATION di Jepang. 2) Tahun 1986 : Proses pembelajaran Research and Development di TARI (Taiwan Agriculture Research Institute di Taiwan). Adapun proses pentahapan kegiatan dan berdirinya CV. MGA adalah sebagai berikut : a. Tahun 1993 dimulai dengan embriyo kegiatan berupa ujicoba pelaksanaan R&D dan kaderisasi Breeder (staf peneliti). b. Tahun 1998 berdiri CV. MGA dengan Akte Notaris Agus Haryanto No. 28. c. Dengan riset yang dilakukan sejak tahun 1993 maka, pada tahun 2003, 2004 dan 2005 menghasilkan 23 varietas baru dari 10 jenis tanaman yang telah diakui dan dilepas oleh Departemen Pertanian dengan SK Menteri Pertanian. Namun riset tetap dilakukan untuk mendapatkan varietas baru generasi berikutnya maupun perbaikan mutu terhadap varietas lama yang telah dihasilkan. d. Tahun 2004 mulai dibentuk bagian produksi
untuk memproduksi
secara masal varietas – varietas baru yang telah dihasilkan oleh bagian R&D. e. Tahun 2005 mulai dibentuk bagian pemasaran untuk melakukan uji coba pasar. f. Tahun 2006 mulai dengan kegiatan pemasaran baik untuk devisi pemasaran dalam negeri maupun ekspor dan telah dilakukan commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendaftaran merek pada Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia, tanggal 29 Maret 2006. Dari berbagai kegiatan dan upaya yang telah dilakukan oleh CV. MGA maka beberapa penghargaan telah diperoleh yaitu : a. Tahun 2003 1) Penghargaan Kalpataru dari Presiden Republik Indonesia. 2) Pengembangan usaha Hortikultura dari Dirjen Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanian. b. Tahun 2004 1) Pengembangan Industri Perbenihan Hortikultura dari Presiden RI. 2) SIDDHA KRETYA (bagi perusahaan yang melakukan riset) dari Menteri Riset dan Teknologi. 3) Pemulia tanaman dari HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia). 4) Pengembangan
ketahanan
pangan
melalui
pengembangan
Agribisnis dari Menteri Pertanian. c. Tahun 2005 Kesempatan Presentasi tentang hasil – hasil riset yang dilakukan oleh CV. MGA pada Sidang Kabinet di Istana Negara yang dipimpin oleh Presiden. 1. Visi, Misi dan Budaya Perusahaan Visi merupakan kondisi ideal perusahaan yang ingin dicapai dimasa yang akan datang yang mencerminkan cita–cita yang hendak dicapai dengan mempertimbangkan seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu dengan didasari semangat, pola pikir dan filosofi perusahaan, maka CV. MGA merumuskan visinya sebagai berikut : ” CV. Multi Global Agrindo menjadi perusahaan benih yang kompetitif, sehat, maju dan berkembang ”. Untuk mencapai tujuan yang ideal sebagai mana yang dimaksud pada visi tersebut CV. MGA merumuskan misinya sebagai berikut : ” CV. Multi Global Agrindo mampu menghasilkan benih dengan kuantitas dan to user kualitas yang tinggi sertacommit mampu memasarkan produk benihnya baik
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam negeri maupun luar negeri”. Adapun upaya–upaya untuk mendukung terwujudnya visi dan misi tersebut maka CV. Multi Global Agrindo menetapkan kegiatan dan budaya perusahaan sebagai berikut: a. Melakukan R & D dan inovasi teknologi tiada henti baik untuk produk baru, penyempuraan produk atau varian produk. b. Melakukan SOP (Standart Operasional Prosedure) dari setiap langkah kegiatan di setiap bagian, dengan demikian akan dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi baik pada produk, administrasi maupun keuangan. c. Melakukan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia), SDFF (Sumber Daya Fasilitas dan Finansial) dimana kedua komponen tersebut sangat berpengaruh pada kinerja perusahaan. d. Melakukan perbaikan manajemen perusahaan baik sistem maupun mekanisme kerja. e. Melakukan perbaikan kesejahteraan staff dan tenaga kerja. f. Meningkatakan disiplin dan etos kerja, motivasi diri serta susana kebersamaan.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Struktur Organisasi Adapun struktur organiasi CV. Multi Global Agrindo (CV. MGA) dapat dilihat pada gambar berikut: Direktur
Bagian R&D
Bagian Keuangan
Bagian Pemasaran
Bagian Gudang
Bagian Produksi
Sales Manajer Salesman
Field Technical Assisten
R1
R2
R3
Petani
Gambar 6. Struktur Organisasi CV. Multi Global Agrindo Keterangan: R1: Retail 1 R2: Retail 2 R3: Retail 3 Alur benih dari Retail ke petani commit to user Arus kegiatan produksi di CV. Multi Global Agrindo
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bidang Usaha. CV. MGA memfokuskan kegiatan usaha dibidang perbenihan. Seperti diketahui bahwa industri dan pasar benih nasional masih dikuasai oleh perusahaan asing atau produk-produk impor. Sangat luasnya cakupan produk benih yaitu tanaman pangan (padi dan palawija) dan hortikultura (buah, sayur, biofarmaka dan tanaman hias) yang terdiri dari berbagai jenis tanaman dan varietas, maka bisnis dibidang perbenihan ini masih sangat terbuka lebar. Begitu pula inovasi teknologi dibidang perbenihan selalu mengalami peningkatan, sehingga CV. MGA berupaya untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Sementara CV. MGA melakukan riset terhadap 10 jenis tanaman (buah dan sayuran), selanjutnya mulai tahun 2008 menambah riset untuk 7 jenis tanaman. Dengan penambahan riset 7 jenis tanaman tersebut akan dihasilkan varietas-varietas baru, sehingga lebih banyak menambah varian komoditas yang dapat dipasarkan. 4. Jaringan Perusahaan CV. MGA telah melakukan riset selama 18 tahun, termasuk umur yang relatif muda bagi perusahaan perbenihan yang melakukan breeding, sementara perusahaan kompetitor lainnya sudah begitu kuat dan mapan. Oleh karena itu fokus pemasaran didalam negeri baru difokuskan di daerah–daerah sentra hortikultura di Pulau Jawa dengan : a. Kantor pusat di Jl. Solo-Tawangmangu Km.29 Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. b.
Wilayah pemasaran, meliputi : Zona
I. Ponorogo, Ngawi, Madiun, Malang, Bojonegoro II. Rembang, Pati, Kudus, Demak dan Purwodadi III. Semarang, Kendal, Pekalongan, Pemalang, dan Brebes IV. Surakarta, DIY, Purworejo dan Banyumas V. Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Banjarnegara VI. Bandung, Bogor, Sukabumi dan Indramayu
c. 180 outlet pada toko–toko kios pertanian. commit to user d. 80 kelompok tani.
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Produk dan Harga Benih Perusahaan a. CV. MGA menghasilkan beberapa produk yang siap bersaing dengan benih impor yang beredar di Indonesia. Produk berupa benih buah dan sayuran dengan daftar jenis tanaman dan varietas meliputi : Tabel 5. Produk CV. Multi Global Agrindo NO 1
2
3
4
5
JENIS NAMA SK PELEPASAN MENTERI PERTANIAN TANAMAN VARIETAS VARIETAS Melon Sumo 407/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Semangka
Cabe
Tomat
Timun
MAI 119
405/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
MAI 116
404/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Ladika
406/kpts/LB.240/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Redtop
463/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Metal
452/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Rekab
83/kpts/SR/120/3/2005
Dr. Anton Apriyant0no
Pertiwi
84/kpts/SR/120/3/2005
Dr. Anton Apriyant0no
Tia
450/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Maestro
449/kpts/PD.210/8/2003 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
Tina Tera
6
7
Terong
Pare
Teho
289/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Silila
288/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Jelita
287/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Jamrud
285/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Petra
284/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no
Mutia
286/kpts/SR/120/3/2005 Dr. Anton Apriyant0no 475/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
8
Buncis
Citra
9
Gambas
Belut
10 Kc. Panjang
Dadung Hijau 469/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec Bapan
471/kpts/LB.240/8/2004 Prof.Dr.Ir Bungaran Saragihm.Ec
(Sumber : Data Produk CV. Multi Global Agrindo) Produk benih melon varietas MAI119 dikemas 20 gr karena standar pasar untuk benih melon adalah 500 biji atau 20 gr. Hal ini diterapkan CV. MGA sebagai strategi penetrasi pasar awal untuk merebut pangsa pasar, terkait pula dengan harga benih yang terjangkau maka diharapkan CV. commit to user MGA cepat memasuki pasar.
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Daftar harga benih CV. Multi Global Agrindo Tahun 2006-2009. Harga benih yang dihasilkan CV. Multi Global Agrindo berbeda-beda sesuai macam benih dan banyaknya/isi benih. Namun, harga jual masing-masing varietas per tahunnya konstan. Harga di tingkat retail/agen/toko berbeda dengan harga eceran tertinggi yang diterima konsumen. Berikut daftar harga benih di CV. Multi Global Agrindo : Tabel 6. Harga Produk CV. Multi Global Agrindo Varietas Melon MAI 116 Melon MAI 119 Melon Ladika Melon Sumo Timun Tina Timun Tera Semangka Redtop Semangka Metal Tomat Tia Tomat Maestro Cabe Pertiwi Cabe Rekab Pare Mutia Pare Petra Pare Jamrud Terong Silila Terong Jelita Terong Teho Buncis Citra Gambas Belut
Isi 20 gr/bks 20 gr /bks 20 gr /bks 17gr/bks 10 gr/bks 10 gr/bks 20 gr/bks 20 gr/bks 5 gr/bks 5 gr/bks 10 gr/bks 10 gr/bks 20 gr/bks 20 gr/bks 20 gr/bks 10 gr/bks 10 gr/bks 10 gr/bks 500 gr/bks 10 gr/bks
HARGA R1 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
95.000,00 95.000,00 95.000,00 80.000,00 8.000,00 8.000,00 20.000,00 20.000,00 25.000,00 25.000,00 40.000,00 40.000,00 12.500,00 12.500,00 12.500,00 7.000,00 7.000,00 7.000,00 12.000,00 7.500,00
HET Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
110.000,00 110.000,00 110.000,00 100.000,00 10.000,00 10.000,00 25.000,00 25.000,00 35.000,00 35.000,00 50.000,00 50.000,00 15.000,00 15.000,00 15.000,00 10.000,00 10.000,00 10.000,00 15.000,00 10.000,00
(Sumber : Harga Produk CV. Multi Global Agrindo) 6. Proses Produksi Indukan Benih. Proses Produksi Indukan benih di CV. Multi Global Agrindo berlangsung setiap tahunnya karena perusahaan ini tidak pernah lepas dari riset untuk mengembangkan kualitas benih dari varietas yang dihasilkan. Indukan benih berbagai tanaman dan varietas yang dihasilkan di CV. Multi Global agrindo termasuk indukan benih untuk MAI 119 melalui beberapa proses antara lain pengumpulan plasma nutfah, seed bank, commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penggaluran, test cross, test kombinasi/test hibrid, uji F1 hibrid, uji multi lokasi, pelepasan varietas, yaitu sebagai berikut : a. Pengumpulan Plasma Nutfah. Seperti diketahui bahwa bidang usaha CV. Multi Global Agrindo adalah melaksanakan riset dibidang breeding tanaman untuk menghasilkan varietas unggul baru baik hibrid (F1) atau OP (Open Polination). Didalam riset breeding tersebut dilakukan perakitan genetik, sehingga memerlukan bahan baku berupa berbagai jenis dan spesies tanaman yaitu disebut plasma nutfah. Didalam teori kemungkinan bahwa semakin banyak bahan baku yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai nilai superior yang tinggi akan didapatkan hasil breeding berupa varietas baru yang unggul dan kompetitif dipasaran. Oleh karena itu CV. Multi Global Agrindo terus berupaya mengumpulkan plasma nutfah baik secara hunting (berburu) keberbagai penjuru daerah dan negara, mencari produk yang ada dipasaran dan kemudian melakukan segregasi (pembuyaran gen kembali), melakukan barter dengan perusahaan lain atau bahkan menerima sumbangan dari kolega. Pencarian plasma nutfah dilakukan dinegara–negara Asia Timur (Jepang, Korea, Taiwan), Asia Tenggara (Malaysia, Indonesia, Philipina, Thailand), Singapura, Asia Selatan, Myanmar dan Nepal. b. Seed Bank Selanjutnya plasma nutfah yang terkumpul disimpan didalam seed bank yaitu suatu ruangan yang di disain untuk menyimpan benih. Benih–benih tersebut diberi label (identitas) didata dan disusun seperti halnya arsip. Dengan sistem penyimpanan tersebut benih akan mudah diambil (digunakan sewaktu–waktu) dan awet daya tumbuhnya. Di dalam seed bank tersebut secara garis besar benih dikelompokan berdasar klas benih galur dan benih induk. Benih galur dan benih induk dikelompokan berdasarkan jenis tanaman dan tahun perolehan. commit to user ± 30.000 spesi plasma nutfah. Sampai tahun 2010 telah terkumpul
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Penggaluran. Langkah awal dari kegiatan riset di lahan adalah dimulai dengan penggaluran yaitu kegiatan penanaman dari berbagai jenis plasma nutfah dengan pengelompokan petak–petak tanaman. Dari tiap batang individu tanaman pada petak–petak tersebut dikawinkan sedarah artinya bunga betina dikawinkan dengan bunga jantan yang berasal dari tanaman itu sendiri. Kemudian diadakan seleksi tanaman individu dan dipilih yang terbaik. Benih dari hasil seleksi tanaman tersebut ditanam kembali dan dilakukan hal yang sama terus menerus sekitar 7 sampai dengan 10 kali periode penanaman akan didapatkan tanaman yang baik dilihat dari kuantitas, kualitas maupun tingkat keseragamanya yang kemudian tanaman terpilih yang memerlukan waktu bertahun–tahun disebut galur murni. d. Test Cross. Dari galur murni yang telah terpilih dilakukan penanaman dan dicoba disilangkan antar galur murni yang satu dengan yang lain sesuai kehendak/inspiratif peneliti dengan harapan mendapatkan keturunan yang terbaik diantara ujicoba persilangan yang dilakukan. Teori Hukum Mandel akan membantu untuk memperkirakan kemungkinan keturunan yang bakal terjadi. Misalanya galur murni A sebagai betina disilangkan dengan galur B sebagai pejantan dimana galur murni A mempunyai sifat bentuk bagus, warna bagus, rasa enak tetapi buah kecil dan tidak tahan hama penyakit dislilangkan dengan galur murni B yang mempunyai sifat buah besar, tahan hama penyakit tetapi kualitasnya kurang baik maka diharapakan dari hasil keturunanaya (F1) akan didapatka varietas baru yang mempunyai sifat buah besar, tahan hama penyakit, bentuk bagus, warna bagus dan rasa buah enak. Atau A X C, A X D, A X C, B X C, B X D dan seterusnya yang jumlahnya puluhan atau bahkan ratusan test cross, sehingga mempunyai harapan akan didapat varietas baru yang diinginkan. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7.
Model Penggaluran Benih Diagram Persilangan Calon Varietas (Test Cross)
♂ ♀
A
B
C
D
E
dst
A
-
ν
Ν
ν
Ν
ν
B
ν
-
Ν
ν
Ν
ν
C
ν
ν
-
ν
Ν
ν
dst
ν
ν
Ν
ν
Ν
ν
(Sumber : Bagian R & CV. Multi Global Agrindo) e. Test Kombinasi / Test Hibrid. Dari test coss yang dilakukan diatas masing–masing silangan diberi tanda dan setelah panen benihnya diambil diproses dan tiap silangan dibungkus terpisah dan diberi label tentang data silangan. Musim tanam berikutnya benih–benih tersebut ditanam kembali. Tiap silangan ditanam 10 batang dan 2 kali ulangan sejak dari persemaian, pertanaman muda dan tanaman dewasa dilakukan pendataan tentang daya tumbuh, ketahanan hama penyakit, adaptasi terhadap kondisi iklim, pembuahan dan sebagainya. Setelah panen diadakan pendataan buah dan produktivitas meliputi : berat rata–rata, ukuran, ketebalan daging buah, warna, serat, guratan/net, kadar gula, dan rasa. Dari data–data yang terkumpul dan ditabulasikan akan didapatkan komulatif data untuk menilai silangan (calon ) hibrid (F1) yang terbaik. f. Uji F1 Hibrid Dari hasil penelitian uji kombinasi tersebut didapatkan 10 besar yang baik dan 10 besar tersebut dilakukan uji penanaman kembali dengan petak kontrol dari varietas yang sudah diterima pasar, baik varietas tersebut adalah milik perusahaan lain maupun milik perusahaan sendiri. Pendataan sejak daya tumbuh maupun sampai pasca panen dilakukan dan hasilnya ditandingkan dengan varietas commit to user kontrol. Di harapkan dari antara 10 besar tersebut ada beberapa calon
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
varietas yang mendapat nominasi terbaik 1 – 3 calon varietas dan bahkan mengungguli varietas kontrol. Dengan demikian perusahaan dapat memperhitungkan bahwa hasil riset F1 yang dilakukan akan memperoleh varietas yang lebih unggul dengan harapan apabila saatnya nanti dipasarkan calon produk baru tersebut bisa mengungguli kompetitor yang sudah diterima oleh pasar. g. Uji Multi Lokasi. Uji multi lokasi dilakukan terutama diluar wilayah penelitian dan mempunyai karakter iklim dan jenis yang berbeda. Biasanya dilakukan di 3 lokasi yang berbeda dengan 2 petak ulangan. Uji multi lokasi ini memperlakukan yang sama sehingga akurasi hasil yang didapatkan
seobyektif
mungkin.
Pengamatan
dilakukan
sejak
pertanaman sampai panen, bahkan sampai pasca panen dengan pendataan yang cermat. Hasil pendatan dikompilasikan dan akhirnya dapat diketahui pada kondisi agroklimat dan jenis tanah yang berbeda didapatkan hasil yang sesuai yang diharapkan. Apabila komulatif data dari 3 lokasi tersebut varietas yang dihasilkan ternyata kalah dengan varietas kontrol berarti gugurlah menjadi baru tetapi apabila ternyata memang mengungguli varietas kontrol berarti bisa dilanjutkan untuk proses pelepasan varietas. h. Pelepasan Varietas. Untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah bahwa varietas baru yang telah dihasilkan oleh lembaga penelitian ataupun perusahaan maka harus lewat proses pelepasan varietas yang dalam hal ini dilakukan oleh Team Pelepasan Varietas yang terdiri dari para peneliti ahli dari Litbangtan, Perguruan Tinggi dan unsur Direktorat yang ada dibawah Dirjentan yang berkaitan dengan komoditas yang dilepas. Mekanisme/prosedur proses pelepasannya sebagai berikut :
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penentuan Waktu Dan Tempat Pelepasan
Penyampaian Proposal Dari Perusahaan
Pengumuman Hasil Penilaian Team
Menunggu Hasil Penilaian Dari Team
Penyampaian Penjelasan / Presentasi Dari Perusahaan
Tanya Jawab Team Dengan Perusahaan
Keluar Sk Mentan Tentang Pelepasan Varietas
Gambar 7. Model Pelepasan Varietas ( Sumber : Tim Pelepasan varietas Departemen Pertanian ) 7. Produksi Benih Melon Setelah proses riset untuk mendapatkan indukan benih selesai dan mendapatkan pengakuan pelepasan varietas oleh Departemen Pertanian barulah perusahaan memproduksi benih yang akan dijual ke konsumen. Adapun proses produksi benih melon varietas MAI 119 tersebut adalah sebagai berikut :
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Proses penanaman, polinasi dan panen Adapun proses penanaman, polinasi dan panen dapat dilihat pada gambar berikut: Penanaman Induk Jantan ± 10 %
Proses Polinasi
Panen
Penanaman Induk Betina 100 %
Gambar 8. Proses Penanaman, Polinasi dan Panen ( Sumber : Bagian Produksi CV. Multi Global Agrindo) Penanaman induk jantan sebanyak 10 % hal ini dikarenakan tanaman hanya diambil bunga jantannya, tepung sari dari bunga jantan untuk menyerbuki bunga betina, sedangkan jumlah bunga jantan dalam setiap batang tanaman mempunyai kemampuan menyerbuki 10 batang bunga betina. Dalam hal ini diperhitungkan efisiensi biaya yang dikeluarkan. b. Prosesing benih melon Adapun prosesing benih melon dapat dilihat pada gambar berikut : Panen Buah Melon
Seleksi Buah Melon
Pengambilan Benih Melon
Pencucian Benih Melon
Pengeringan Benih Melon
Seleksi
Gambar 9. Prosesing Benih Melon ( Sumber : Bagian Produksi CV. Multi Global Agrindo) 1) Panen Buah. Dilakukan pada waktu buah betul–betul masak baik dengan tanda– to user tanda fisik maupuncommit perhitungan fisiologis.
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Seleksi Buah. Untuk membedakan umur buah, ukuran buah, kesehatan tanaman. 3) Pengambilan Benih. Pemecahan buah, pengambilan benih, pengumpulan benih dan dibiarkan semalam untuk fermentasi agar memudahkan pencucian dari lendir. 4) Pengeringan Dapat dilakukan dengan mesin pengering atau penjemuran matahari yang penting dapat mencapai tingkat kekeringan dengan kadar air 6 - 8 %. 5). Seleksi Benih. Pemisahan benih–benih yang hampa, bentuk yang tidak normal dan sebagainya sehingga mutu benih betul–betul bagus. c. Sertifikasi BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) Untuk benih yang dijual didalam negeri harus melewati pengawasan dan mendapatkan sertifikat oleh BPSB. Untuk Provinsi Jawa Tengah dan DIY para produsen benih melakukan permohonan sertifikasi di BPSB Tegalgondo. Adapun pertahapan sertifikasi adalah sebagai berikut : 1) Pendaftaran sebagai produsen benih. 2) Permohonan sertifikasi benih. 3) Peninjauan awal oleh petugas BPSB ke lokasi penanaman. 4) Peninjauan tengah dilakukan oleh petugas BPSB pada waktu paroses polinasi / pembastaran / penyilangan. 5) Peninjauan akhir dilakukan petugas BPSB pada waktu menjelang panen. 6) Uji sampel benih untuk mengetahuai daya tumbuh dan kemurnian serta ada tidaknya hama / penyakit. Salah satu syarat benih dinyatakan berkualitas adalah benih yang mempunyai daya tumbuh > 85 %, tingkat kemurnian benih > 98 % dan terbebas dari hama / commit to user penyakit.
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Uji keseragaman (dilakukan khusus pada benih hibrid) hal ini dilakukan karena benih tersebut hasil persilangan dari induk jantan dan induk betina. Tingkat keseragaman harus > 95 %. Hasil penilaian dari setiap langkah/pertahapan tersebut akan menentukan mendapatkan
apakah
benih
sertifikat
tersebut
BPSB.
Hal
memenuhi tersebut
syarat
untuk
dilakukan
untuk
perlindungan pada konsumen/petani dan akan menambah tingkat kepercayaan konsumen kepada produsen benih. d. Penyimpanan Benih. Benih sayuran dan buah–buahan termasuk buah melon akan cepat menurun kualitasnya terutama daya tumbuhnya. Kemampuan ketahanan terhadap daya tumbuh hanya ± 1 tahun. Oleh karena itu supaya daya tumbuh tidak merosot dalam waktu ± 1 tahun, maka harus dilakukan teknik penyimpanan dengan baik antar lain : 1) Ruang benih dengan kontruksi yang memenuhi syarat yaitu : a) Kedap udara. b) Tingkat kelembaban ruangan harus stabil pada 30 – 40 % untuk itu harus dipasang mesin pengatur kelembaban yang harus selalu beroperasional, sebab tingkat kelembabanseperti pada ruangan biasa yang ± 75 % akan menurunkan daya tumbuh. c) Pengaturan
suhu
ruangan/gudang,
sehingga
suhu
yang
diharapakan juga stabil ± 10 ºC d) Penyimpanan pada ruangan yang gelap. Dengan penyimpanan yang bagus benih dapat dipertahankan daya tumbuhnya sampai dengan 5 tahun. Bahkan semakin canggih peralatan dan pengaturan suhu dan didukung dengan kontruksi gudang yang baik benih akan bertahan diatas 10 tahun. Hal ini dilakukan khususnya untuk benih – benih yang digunakan sebagai bahan riset/ breeding. commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Packing/kemasan. Sebagaimana halnya produk – produk yang lain, maka produk benih melon sebelum didistribusikan sampai kepada konsumen harus dilakukan packing. Packing tersebut diupayakan dapat mempunyai fungsi keunggulan produk yang menyangkut : 1) Fungsi Teknis. Seperti diketahui bahwa benih adalah benda hidup, mereka sebagai produk harus dilindungi keberadaanya (kualitasnya) supaya tetap baik dalam kurun waktu tertentu sebelum kadaluarsa (selama 1 tahun), maka penggunaan bungkus dengan bahan aluminium foil dengan ukuran tertentu sehingga memenuhi syarat akan dapat menjaga kualitas. Begitu pula laminating terhadap bungkus tersebut. 2) Fungsi untuk menarik perhatian konsumen. Bahwa penampilan/desain (ukuran, bentuk, gambar, warna, tata letak/komposisi gambar dan tulisan, mutu percetakan dll) akan sangat berpengaruh terhadap keseluruhan mutu kemasan yang dapat mempengaruhi/memberikan daya tarik kepada konsumen. 3) Fungsi Ekonomis. Tak kalah pentingnya perusahaan memperhitungkan nilai ekonomis kemasan dibanding nilai ekonomi dari benih yang dikemas. Bagaimanapun juga hal tersebut harus diperhitungkan dengan baik. 4) Fungsi Informatif. Pada kemasan informasi
yang
tersebut harus dicantumkan berbagai
menyangkut
keberadaan
didalamnya seperti : a) Nama varietas – Jenis tanaman. b) Kemurnian/keseragaman. c) Kadaluarsa. commit to user d) Potensi produksi.
benih
yang
ada
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Teknik budidaya ( petunjuk budidaya ). 5) Fungsi Legalitas. a) Merek. b) Sertifikasi BPSB. c) Nama/alamat perusahaan dan lain-lain. 6) Fungsi pengaman dari upaya klaim yang tidak sesuai/diluar tanggung jawab produsen. a) Bahwa produsen hanya bertanggung jawab senilai benih. b) Bahwa produsen tidak bertanggung jawab atas perusakan di pertanaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL 1. Karakteristik Budidaya Benih Melon Varietas MAI 119 di Lahan CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar CV. Multi Global Agrindo (MGA) memproduksi empat macam varietas benih melon antara lain varietas MAI 119, MAI 116, Ladika dan Sumo. Keempat varietas benih yang ada memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Varietas MAI 119 berbentuk bulat dagingnya berwarna kuning, varietas MAI 116 berbentuk bulat cenderung lonjong, dagingnya berwarna kuning. Varietas Ladika berbentuk bulat oval benar-benar lonjong, daging buahnya berwarna kuning, sementara varietas sumo berbentuk bulat namun warna daging buahnya hijau. Dari keempat varietas yang ada varietas MAI 119 yang paling diterima pasar. Benih varietas MAI 119 rasa dagingnya manis, daging buahnya berwarna kuning/orange (dikenal dengan melon merah) dan berat buahnya sekitar 2,5 kg. Petani menyukainya dilihat dari berat buah, konsumen rumah tangga menyukai dari segi rasa, sementara pedagang buah menyukai dari daya simpan (keawetan) yang tinggi dari buah hasil benih melon varietas MAI 119. Hal tersebut mengakibatkan permintaan pasar untuk benih melon varietas MAI 119 meningkat, sehingga perusahaan harus menjaga ketersediaan benih melon yang siap jual. Perusahaan melakukan budidaya buah melon dilahan untuk mendapatkan benih melon yang siap jual. Lahan yang akan digunakan untuk budidaya benih buah melon MAI 119 memiliki beberapa persyaratan, antara lain cukup perairan, tanahnya subur, cukup unsur hara serta ditanam di kondisi yang sehat, tidak banyak hama penyakit. Biasanya ditanam di dataran rendah dan iklim tropis. Proses budidaya diawali dari pengolahan tanah, pembuatan bedengan setengah jadi, kemudian dilakukan pemupukan dengan pupuk kompos, lalu dicampur dengan tanah commit user mulsa plastik untuk mengurangi dan dibuat gundukan, setelah itu todiberi
59
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
penguapan, mencegah gulma, hama penyakit dan mengawetkan pupuk. Setelah 3-5 hari dilakukan penanaman kemudian dipasang ajir untuk perambatan daun dan buah. Perawatan buah dengan penyemprotan dan pemberian pupuk susulan seperti pupuk NPK, KCL dan ZA. Saat musim penghujan perlu penanganan ekstra dengan memperdalam got supaya air tidak menggenang sehingga dapat merusak tanaman. Penanaman melon dapat mencapai dua kali dalam setahun untuk satu lahan, masa tanamnya selama kurang lebih 3 bulan dalam sekali musim tanam. Setelah panen buah melon, tanah dapat ditanami pare, kacang panjang, terong atau cabai selama kurang lebih 3 bulan, setelah itu untuk menetralkan tanah ditanami padi. Setelah panen padi kembali ditanami untuk budidaya melon. Pola tanamnya menjadi melon-pare-padimelon. Pada saat melakukan budidaya melon, ditanam terlebih dulu bibit untuk pejantan, baru setelah sekitar satu minggu ditanam bibit untuk betina. Pada saat bibit pejantan sudah berbunga, bunganya dipetik disilangkan dengan bunga hasil dari benih betina sampai menghasilkan buah untuk menghasilkan benih MAI 119. Pada buah melon sebenarnya dalam satu tanaman sudah ada bunga jantan maupun betina, namun, budidaya melon di CV. Multi Global Agrindo diarahkan untuk benih maka harus dihasilkan buah yang unggul, sehingga disilangkan antara bunga jantan dari benih pejantan unggulan hasil research dengan bunga betina dari hasil benih research supaya menghasilkan buah unggulan untuk benih. Satu bunga pejantan dapat menyerbuki sepuluh bunga betina, sehingga luas lahan untuk benih pejantan hanya 10 % dari luas lahan untuk menanam benih betina. Luas lahan produksi di CV. Multi Global Agrindo mencapai 8 hektar atau 80.000 m2 untuk melakukan proses produksi keseluruhan benih dengan berbagai varietas. Hanya beberapa bagian yang digunakan untuk produksi benih melon dan masih terbagi dalam empat varietas. Luas lahan commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang digunakan untuk produksi melon MAI 119 dapat dilihat dari Tabel 8 berikut : Tabel 8. Luas Lahan untuk Produksi Benih Melon MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 Varietas MAI
Th. 2006
Th. 2007 2
Th. 2008 2
Th. 2009
(m )
(m )
(m )
(m2)
Benih Betina
3000
3600
4000
4500
Benih Jantan
300
360
400
450
JUMLAH
3300
3960
4400
4950
119
2
Sumber : Data Sekunder Luas lahan untuk budidaya melon varietas MAI 119 meningkat dari tahun ke tahun, akibat semakin tingginya permintaan pasar maka perusahaan harus mengimbangi dengan peningkatan produksi, hal ini sebanding dengan bertambahnya luas dan jumlah produksi benih melon. Benih melon hasil produksi akan dipasarkan ke konsumen. Proses produksi benih melon dari budidaya sampai benih siap dipasarkan memerlukan waktu sekitar lima bulan, selama waktu itu perlu dijaga kontinyuitas produksi benih melon varietas MAI 119 untuk memenuhi permintaan pasar. Dengan luas lahan yang tersedia, perusahaan mengusahakan hasil produksi buah melon yang optimal. Buah melon tersebut akan diambil bijinya dan diolah menjadi benih yang siap jual sehingga menghasilkan penerimaan bagi perusahaan. 2. Analisis Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar Penerimaan perusahaan merupakan hasil penjualan dari produk yang dihasilkan. Penerimaan benih melon varietas MAI 119 didapatkan dari hasil perkalian antara produksi benih melon varietas MAI 119 selama satu tahun dengan harga. Satu buah melon dengan berat sekitar 1,5 kg untuk benih terdapat sekitar 450 biji, dari biji yang ada hanya sekitar 300 biji yang dapat digunakan untuk prosesing menjadi benih, sehingga sekitar sepertiga dari biji buah tidak bisatodiproses. Hal ini disebabkan biji tidak commit user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sempurna atau kosong. Dari biji yang berisi akan diolah, diproses menjadi benih yang siap jual. Daging buah melon MAI 119 selama ini hanya digunakan
untuk
pupuk
dan
sisanya
dibuang,
sehingga
belum
dimanfaatkan secara maksimal untuk mendapatkan penerimaan. Hanya benih hasil pengolahan dari biji melon MAI 119 yang akan dijual untuk menghasilkan penerimaan bagi perusahaan. Perhitungan
penerimaan
benih
melon
varietas
MAI
119
menggunakan besarnya produksi selama satu tahun yang terjual habis, sehingga besarnya jumlah produksi sama dengan jumlah penjualan. Harga yang digunakan dalam perhitungan ini merupakan harga jual perusahaan kepada retail/agen yaitu sebesar Rp. 95.000,00/pak (20gr). Data penerimaan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 8 berikut : Tabel 9. Produksi, Harga, dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 Konversi Tahun
Produksi Benih melon (gr)
dalam pak
Harga jual per pak (Rp)
Penerimaan (Rp)
(20gr) 2006
19500
975
95.000
92.625.000
2007
25600
1280
95.000
121.600.000
2008
57650
2882,5
95.000
273.837.500
2009
120250
6012,5
95.000
571.187.500
Sumber : Analisis Data Sekunder
Besarnya penerimaan dipengaruhi oleh dua komponen yaitu besarnya produksi dan harga. Produksi benih melon varietas MAI 119 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 memproduksi 19,5 kg, tahun 2007 meningkat menjadi 25,6 kg, melonjak dua kali lipat tahun 2008 menjadi 57,65 kg dan produksi tertinggi pada tahun 2009 sebesar 120,25 kg. Penambahan hasil produksi yang besar pada tahun 2009 disebabkan iklim pada tahun 2009 bagus untuk kondisi tanaman sehingga menghasilkan yang jauh lebih banyak. Selain itu, commitbenih to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peningkatan produksi menunjukkan bahwa benih ini sangat diterima di pasar sehingga ada kontinyuitas produksi. Seiring dengan penambahan jumlah produksi maka penerimaan perusahaan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Benih yang telah diproduksi dikemas dengan berat per pak 20gr, dijual seharga Rp. 95.000,00 per pak. Harga jual dari benih melon varietas MAI 119 ini selalu tetap setiap tahunnya akibat sangat kompetitifnya persaingan di pasar, CV. Multi Global Agrindo sebagai perusahaan baru dengan kulitas benih dari dalam negeri harus siap bersaing dengan perusahaan benih impor. Untuk menghadapi hal tersebut, CV. Multi Global Agrindo menetapkan strategi pemasaran dengan tidak menaikkan harga jual supaya tetap terjangkau oleh konsumen sebanding dengan kualitas benih yang diproduksi. 3. Analisis Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar Analisis biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tentang keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh CV. Multi Global Agrindo dalam memproduksi benih melon varietas MAI 119 yang meliputi biaya budidaya tanaman melon, biaya pengolahan benih serta biaya pemasaran. Secara keseluruhan, masing-masing komponen biaya tersebut digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Penggolongan ini didasarkan pada pengaruhnya terhadap produksi buah dan benih melon varietas MAI 119 yang dihasilkan. Secara rinci, biaya memproduksi benih melon varietas MAI 119 dapat diketahui dari tabel 10 berikut ini :
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Biaya Produksi Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 (dalam Rupiah) BIAYA TETAP Sewa Tanah untuk Tanam Sewa Bangunan Biaya Riset Gaji Staf Kantor Pajak Biaya Sosial Biaya Promosi Biaya Pemeliharaan Alat Tunj Pelaksanaan Tugas Tunj Sosial Karyawan Tunj Kesejahteraan Karyawan Pembelian Benih Pembanding Jumlah biaya tetap BIAYA VARIABEL Gaji TK Harian Pengolahan Tanah Persemaian Biaya Tanam Biaya Pemeliharaan Biaya Saprodi Pertanian Biaya Panen Biaya Oshu Biaya Bahan Bakar Biaya Pengemasan Jumlah biaya variable Jumlah Biaya Total
2006 7.920.000 1.513.875 8.246.016 5.273.827 501.446,1 60.307,5 191.812,5 1.103.991 504.613,4 143.756,3
2007 9.504.000 3.891.195 12.251.496 8.415.413 1.470.945,9 94.282,65 1.132.733,3 3.584.830,6 658.919,25 239.431,5
2008 10.560.000 7.157.975 17.830.532 13.250.451 1.412.084,3 107.167,5 506.165 2.341.394,3 669.264,48 105.600
2009 11.880.000 5.197.500 25.914.460 15.286.200 1.978.165,8 126.410,63 957.930,19 3.913.803,5 845.223,02 207.900
548.418,8
671.962,5
1.076.900
1.242.450
59.255,63 26.067.320
18.389,25 41.933.599
514.580 55.532.114
307.642,5 67.857.686
11.708.727 2.773.332 770.304 622.916 5.498.998 9.899.151 1.077.916 2.064.262 2.440.013 296.520,8 37.152.139
16.748.251 3.640.888 1.011.200 817.778 7.219.200 13.984.923 1.415.110 2.808.909,9 4.058.908,2 289.369,08 51.994.537
20.009.605 8.199.110 2.277.174 1.841.598 16.257.300 19.506.124 3.186.764 5.126.807 4.475.468,7 288.681,14 81.168.632
20.213.789 17.102.222 4.749.874 3.841.318 33.910.500 26.072.914 6.647.152 9.232.398 5.607.845,3 3.441.832 130.819.844
63.219.459
93.928.136
136.700.746
198.677.530
Sumber : Analisis Data Sekunder 1. Biaya Tetap Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa biaya memproduksi benih melon varietas MAI 119 digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya tetap tidak dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Proporsi besarnya biaya tetap untuk MAI 119 terhadap keseluruhan biaya ditentukan oleh direksi perusahaan. Proporsi untuk total biaya tetap varietas MAI 119 yaitu 4,125 % pada tahun 2006, tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 % sedangkan tahun 2009 sebesar commit6,1875 to user%. Persentase didapat dari luasan
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produksi varietas MAI 119 dibagi dengan luasan produksi keseluruhan benih dan varietas di CV. Multi Global Agrindo. Berdasarkan hasil analisis, yang tergolong ke dalam biaya tetap diantaranya yaitu biaya sewa tanah untuk tanam, biaya sewa bangunan, biaya riset, gaji staf kantor, biaya pajak, biaya sosial, biaya promosi, biaya pemeliharaan alat, biaya tunjangan pelaksanaan tugas karyawan, tunjangan sosial karyawan, tunjangan
kesejahteraan
karyawan
dan
biaya
pembelian
benih
pembanding. Penjelasan tentang unsur biaya tetap tersebut adalah sebagai berikut : a. Biaya Sewa Tanah untuk Tanam Biaya sewa tanah untuk tanam merupakan pembebanan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan setiap tahunnya. Perusahaan masih harus menyewa lahan petani untuk melakukan pembudidayaan buah melon. Harga sewa dari tahun 2006 sampai 2009 masih tetap yaitu Rp. 2.400.000,00 per 1000 m2 per tahun, dengan data luas tanam pada tabel 8 maka dapat diketahui biaya sewa tanah pertahunnya. Biaya sewa tanah untuk tanam mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya luas tanah untuk tanam. Pertambahan luas tanam disebabkan bertambahnya target produksi benih melon akibat permintaan pasar. Biaya sewa tanah untuk tanam ini digolongkan biaya tetap karena besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi benih melon MAI 119. b. Biaya Sewa Bangunan Biaya sewa bangunan dimaksudkan biaya sewa untuk bangunan dan lahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi benih melon MAI 119, dapat dikatakan merupakan biaya sewa kantor. Secara keseluruhan biaya sewa bangunan mencapai Rp. 130.145.000 pada tahun 2008, sementara proporsi untuk MAI 119 hanya 5,5 % dari total biaya. Besarnya biaya sewa bangunan untuk MAI 119 ini cenderung meningkat dan biaya tertinggi terjadi pada tahun 2008 disebabkan commit to user pemilik kantor mengadakan pembangunan untuk beberapa fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
ruangan penyimpan benih sehingga harga sewa meningkat mencapai Rp. 7.157.975,00 setelah tahun 2009 kembali turun karena pemilik bangunan memberikan keringanan biaya. Biaya sewa bangunan termasuk biaya tetap karena berapa saja jumlah produksi MAI 119, setiap tahunnya perusahaan harus mengeluarkan biaya sewa bangunan yang besarnya sesuai dengan harga kesepakatan pemilik kantor dengan pihak perusahaan. c. Biaya Riset Biaya riset merupakan biaya yang pasti dikeluarkan perusahaan tiap tahun karena pada dasarnya perusahaan ini adalah perusahaan yang selalu melakukan riset dalam memproduksi benih melon untuk mendapat induk berkualitas tinggi. Biaya riset dikeluarkan untuk sewa tanah, tenaga kerja ahli dan saprodi seperti budidaya tanaman produksi, tetapi digunakan untuk penggaluran, test cross, test combination (uji calon F1). Besarnya biaya riset mengalami peningkatan dari tahun ke tahun karena target produksi selalu meningkat seiring dengan permintaan pasar. Adanya peningkatan target produksi mengakibatkan ketersediaan benih induk harus lebih banyak, akibatnya biaya riset meningkat. Biaya riset terbesar pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 25.914.460,00 karena pada tahun tersebut target produksi lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. d. Gaji Staf Kantor Beban gaji staf kantor merupakan beban yang harus ditanggung perusahaan dalam usaha produksi benih melon varietas MAI 119 untuk membayar karyawan perusahaan (staf kantor) yang terlibat dalam produksi benih melon varietas MAI 119 tersebut. Besarnya gaji tersebut ditentukan oleh pihak direksi dan bersifat tetap setiap tahunnya. Besarnya biaya gaji staf kantor dari tahun 2006 sampai 2009 terus mengalami kenaikan karena adanya peningkatan gaji dan penambahan karyawan. Adanya penambahan karyawan diharapkan commit to user produksi di CV. Multi Global dapat semakin memperlancar kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
Agrindo karena setiap karyawan (staf kantor) memiliki tanggung jawab yang berbeda di setiap bagian dalam rangkaian produksi benih melon. Proporsi untuk varietas MAI 119 pada tahun 2006 sebesar 4,125 %, tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 % sedangkan tahun 2009 sebesar 6,1875 %. e. Beban Pajak Beban pajak merupakan biaya yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pihak pemerintah atas pemakaian berbagai fasilitas perusahaan antara lain pajak telepon, fax, internet, telegram, pajak air, listrik dan pajak bangunan. Beban pajak ini tidak bisa ditangguhkan perusahaan karena pemakaian fasilitas yang ada. Fasilitas tersebut sangat berguna untuk produksi, pemasaran maupun distribusi benih MAI 119. Proporsi beban pajak untuk varietas MAI 119 pada tahun 2006 sebesar 4,125 %, tahun 2007 sebesar 4,95 %, tahun 2008 sebesar 5,5 % sedangkan tahun 2009 sebesar 6,1875 % dari total beban pajak secara keseluruhan dalam satu tahun. f. Biaya Sosial Biaya sosial merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kegiatan-kegiatan sosial berupa bantuan dana maupun sumbangan seperti bantuan dana untuk perbaikan jalan, sumbangan untuk perayaan hari kemerdekaan dan lain sebagainya. Proporsi besarnya biaya sosial untuk MAI 119 sama dengan gaji staf kantor maupun beban pajak. g. Biaya Promosi Biaya promosi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mempromosikan benih melon varietas MAI 119. Biaya promosi selama tahun 2006-2009 cenderung berfluktuasi karena perusahaan sering melakukan perluasan pasar dengan memasuki daerah-daerah baru, sehingga pada saat itu biaya untuk promosi meningkat, karena diperlukan biaya untuk mengikuti pameran serta commitseperti to userspanduk dan kaos untuk promosi pembelian alat-alat promosi
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
serta penyebaran sampel benih melon MAI 119 ke pasar sasaran secara gratis. Pasar sasaran yang dimaksudkan adalah petani yang meminta sampel untuk benih MAI 119 untuk ditanam. Sampel yang diberikan sebanyak 100 biji/pak. Biaya promosi tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 1.132.733,30 karena pada tahun tersebut perusahaan melakukan perluasan pasar dengan mengikuti banyak pameran dan melakukan berbagai kegiatan promosi antara lain dengan pemasangan spanduk dan pembuatan kaos. h. Biaya Pemeliharaan Alat Biaya pemeliharaan alat harus dikeluarkan perusahaan untuk menjaga kondisi alat-alat kinerja perusahaan agar tetap berfungsi dengan optimal. Misalnya perbaikan mobil dan pergantian suku cadang. Kegiatan pemeliharaan mesin tersebut perlu dilakukan secara rutin oleh pihak perusahaan. Biaya pemeliharaan alat termasuk biaya depresiasi alat yang meliputi depresiasi untuk truk, pompa air, traktor, mobil box, mobil angkut, mesin pengepres, mesin pengambil benih, mesin waki (penyerap kelembapan udara), timbangan dan mesin perekat (rincian biaya depresiasi dapat dilihat pada lampiran). Proporsi besarnya biaya pemeliharaan alat untuk MAI 119 sama dengan gaji tenaga kerja maupun beban pajak. i. Tunjangan Pelaksanaan Tugas Biaya tunjangan pelaksanaan tugas merupakan biaya yang meliputi biaya perjalanan maupun seminar yang diikuti oleh staf/karyawan CV. Multi Global Agrindo sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam rangka pengembangan perusahaan. Setiap tahunnya perusahaan mengeluarkan biaya ini akibat kebijakan dari direksi perusahaan yang sangat menjunjung tinggi wawasan dan pengembangan sumber daya manusia sehingga biaya ini termasuk biaya tetap. Proporsi besarnya biaya tunjangan pelaksanaan tugas untuk MAI 119 seperti dengan gaji tenaga kerja, biaya commit to user pemeliharaan alat maupun beban pajak yaitu sebesar 4,125 % dari total
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
biaya tunjangan pelaksanaan tugas selama tahun 2006, 4,95 % selama tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan 6,1875 % selama tahun 2009. Proporsi ini dipakai karena biaya tunjangan pelaksanaan tugas tergolong dalam biaya tetap yang harus dipisahkan dari total biaya tetap dari seluruh varietas yang diproduksi perusahaan, tidak hanya untuk melon. j. Tunjangan Sosial Karyawan Biaya tunjangan sosial karyawan merupakan salah satu biaya yang
dikeluarkan
perusahaan
sebagai
kepedulian
terhadap
staf/karyawan CV. Multi Global Agrindo sebagai penunjang kesehatan karyawan. Digolongkan dalam biaya tetap karena keputusan direksi perusahaan untuk mengeluarkan biaya ini setiap tahunnya. Proporsi besarnya biaya tunjangan sosial karyawan untuk MAI 119 sama dengan tunjangan pelaksanaan tugas, gaji tenaga kerja, biaya pemeliharaan alat maupun beban pajak yaitu sebesar 4,125 % dari total biaya tunjangan sosial karyawan selama tahun 2006, 4,95 % selama tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan 6,1875 % selama tahun 2009. Proporsi ini dipakai karena biaya tunjangan sosial karyawan tergolong dalam biaya tetap yang harus dipisahkan dari total biaya tetap dari seluruh varietas yang diproduksi perusahaan, tidak hanya untuk melon saja. k. Tunjangan Kesejahteraan Karyawan Biaya tunjangan kesejahteraan karyawan berbeda dengan tunjangan sosial, karena diberi secara berkala dalam beberapa bulan sekali, sementara tunjangan sosial diberi per bulan. Tunjangan ini merupakan pemberian bonus kepada karyawan yang berprestasi maupun sebagai bonus pada saat hari raya. Termasuk biaya tetap karena setiap tahun perusahaan mengeluarkan biaya ini. Proporsi besarnya biaya tunjangan kesejahteraan karyawan untuk MAI 119 sama dengan tunjangan sosial karyawan, tunjangan pelaksanaan tugas, commit to user alat maupun beban pajak yaitu gaji tenaga kerja, biaya pemeliharaan
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 4,125 % dari total biaya tunjangan sosial karyawan selama tahun 2006, 4,95 % selama tahun 2007, 5,5 % selama tahun 2008 dan 6,1875 % selama tahun 2009. Proporsi ini dipakai karena biaya tunjangan kesejahteraan karyawan tergolong dalam biaya tetap yang harus dipisahkan dari total biaya tetap dari seluruh varietas yang diproduksi perusahaan, tidak hanya untuk melon saja. l. Pembelian Benih Pembanding Biaya
pembelian
benih
pembanding
selalu
dikeluarkan
perusahaan setiap tahunnya karena bagian riset perusahaan selalu membutuhkan benih pembanding yang sedang trend di pasar dan memiliki brand yang bagus sebagai control kualitas produksi benih MAI 119 yang dihasilkan. Pembelian secara berkala tidak bergantung pada jumlah produksi MAI 119 yang dihasilkan. Total biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan pertahunnya tidak terlalu banyak selisihnya, namun terus mengalami peningkatan seiring kemajuan perusahaan. Pada tahun 2006, total biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 26.067.320,00, tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 41.933.599,00, pada tahun 2008 kembali meningkat menjadi sebesar Rp. 55.532.114,00, terakhir pada tahun 2009 biaya tetap total perusahaan mencapai Rp.67.857.686,00. Peningkatan biaya tetap dikarenakan bertambahnya aktivitas perusahaan dan kemajuan perusahaan, antara lain biaya riset semakin besar, promosi semakin besar, biaya pemeliharaan alat semakin besar, staf bertambah banyak, tunjangan untuk karyawan semakin besar. Selain biaya tetap, perusahaan juga menanggung biaya variabel dalam memproduksi benih MAI 119. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya variabel dari proses produksi benih melon varietas MAI 119 dapat dibedakan atas biaya tenaga kerja harian, biaya pengolahan tanah, biaya persemaian, biaya tanam, biaya pemeliharaan, biaya saprodi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
biaya panen, biaya oshu, biaya bahan bakar dan biaya pengemasan. Secara rinci penggolongan biaya variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Gaji Tenaga Kerja Harian Tenaga kerja harian adalah pekerja di CV. Multi Global Agrindo diluar staf kantor. Tenaga kerja harian bertugas untuk memproses benih dari buah yang dibudidayakan menjadi benih siap jual. Gaji tenaga kerja harian tergantung pada jumlah produksi benih melon MAI 119. Gaji tenaga kerja harian tergolong besar karena memerlukan 50 sampai 100 tenaga kerja untuk proses memproduksi benih melon. Banyaknya pekerja berfluktuatif karena tergantung pada banyaknya pekerjaan di CV. Multi Global Agrindo. Apabila pada waktu tertentu ada produksi benih besar – besaran, kegiatan di lahan bertambah, maka tenaga kerja harian bertambah. b. Biaya Pengolahan Tanah Biaya pengolahan tanah termasuk biaya varibel karena semakin banyak produksi benih MAI 119 maka biaya pengolahan tanah makin besar. Biaya pengolahan tanah meliputi biaya pembayaran pekerja untuk membajak, membuat bedeng, mengecer pupuk dan memasang mulsa. Hal ini berarti semakin banyak produksi benih MAI 119 berarti pemabayaran hari orang kerja makin besar. Biaya pengolahan tanah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 17.102.222,00 karena pada tahun tersebut luas tanah paling besar. c. Biaya Persemaian Biaya persemaian juga termasuk biaya variabel karena semakin banyak benih yang diproduksi berarti semakin banyak benih yang harus disemai. Jumlah benih yang disemai tergantung pada tes daya tumbuh benih berapa persen, apabila untuk menanam benih melon dalam 1000 m2 lahan diperlukan sekitar 2000 biji dan diketahui bahwa user menyemai 2400 benih. Biaya daya tumbuh 80 %,commit maka toakan
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persemaian meliputi biaya buruh atau tenaga kerja untuk melakukan semai, perawatan maupun untuk mengangkut bibit. Semakin banyak benih yang diproduksi berati hari orang kerja bertambah, biaya persemaian
bertambah.
Biaya
persemaian
terus
mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 4.749.874,00 karena pada tahun tersebut benih yang harus disemai lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. d. Biaya Tanam Biaya tanam juga termasuk biaya variabel seperti halnya dengan biaya pengolahan tanah maupun biaya semai. Biaya tanam mencakup biaya pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan kegiatan penanaman dan memasang ajir. Semakin banyak benih yang akan diproduksi berarti buah yang ditanam harus semakin banyak akibatnya menambah hari orang kerja, maka penambahan jumlah produksi semakin menambah biaya. Biaya tanam terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 3.841.318,00 karena bertambahnya bibit yang ditanam. e. Biaya Pemeliharaan Biaya pemeliharaan termasuk biaya variabel mencakup biaya pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan serangkaian kegiatan pemeliharaan tanaman. Kegiatan tersebut antara lain penyulaman, pengairan, penyiangan, menali, menggantung buah, pemberian pupuk susulan dan kegiatan penjagaan. Semakin banyak benih yang akan diproduksi berarti buah yang ditanam harus semakin banyak akibatnya menambah hari orang kerja, maka penambahan jumlah produksi semakin menambah biaya. Biaya pemeliharaan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya commit to user terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 33.910.500,00 karena bibit yang
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipelihara jumlahnya semakin banyak sebanding dengan bertambahnya luas tanam, hasil buah ditahun 2009 juga melimpah. f. Biaya Saprodi Pertanian Biaya saprodi pertanian termasuk biaya variabel karena semakin banyak buah melon yang ditanam untuk memproduksi benih maka semakin besar biaya untuk membeli sarana produksi. Pembelian sarana produksi antara lain untuk pembelian pupuk (ZA, SP, KCL, NPK), pembelian pestisida, mulsa, rafia, perekat, bambu klip dan ajir. Biaya saprodi terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 26.072.914,00 akibat hasil produksi yang terbesar juga terjadi pada tahun 2009. Apabila dilakukan pemisahan biaya pada tahun 2009 untuk pembelian pupuk sebesar Rp. 8.171.251,25 atau sebesar 31,34 % dari total biaya saprodi, untuk pembelian pestisida sebesar Rp. 5.696.931,71 atau sebesar 21,85 % dari total biaya saprodi, untuk mulsa, ajir dan lain-lain sebesar Rp. 12.204.731,04 atau sebesar 46,81 % dari total biaya saprodi. g. Biaya Panen Biaya
panen
termasuk
biaya
variabel
mencakup
biaya
pembayaran buruh atau tenaga kerja untuk melakukan kegiatan panen buah. Selain itu untuk membeli peralatan saat panen, antara lain pembelian karung kresek, kantong benih dan tong benih. Semakin banyak benih yang akan diproduksi berarti alat yang digunakan bertambah, juga menambah biaya tenaga kerja. Akibatnya biaya panen bertambah. Biaya panen terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp. 6.647.152,00 karena bertambahnya hasil panen. h. Biaya Oshu Biaya oshu adalah biaya untuk memproduksi benih untuk pejantan. Total biaya oshu sebesar 10 % dari total biaya produksi untuk benih betina meliputi biaya pengolahan tanah, persemaian, biaya user tanam, pemeliharaan,commit biaya tosaprodi dan biaya panen. Hal ini
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disebabkan satu bunga jantan dapat membuahi sepuluh bunga betina, jadi luas tanam untuk benih betina dapat sepuluh kali lipat dari luas tanam untuk benih jantan yang akan diambil bunganya untuk proses penyerbukan. Semakin banyak benih yang akan diproduksi berarti benih betina yang dibudidayakan semakin banyak, akibatnya benih jantan bertambah kebutuhannya, biaya oshu meningkat. Biaya oshu terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119. Biaya terbesar pada tahun 2009 sebesar Rp 9.232.398,00 karena terjadi peningkatan jumlah produksi i. Biaya Bahan Bakar Biaya bahan bakar ini dimaksudkan untuk transportasi. Biaya bahan bakar digolongkan ke dalam biaya variabel dikarenakan besar kecilnya biaya tersebut dipengaruhi oleh produksi benih melon varietas MAI 119.
Bahan bakar yang digunakan dalam pengolahan benih
melon varietas MAI 119 adalah bensin dan solar sebagai penunjang sarana transportasi, semakin banyak produksi benih, pasar tersebar semakin luas akibatnya biaya bahan bakar untuk transportasi bertambah. Biaya pengeluaran terbesar untuk bahan bakar terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar Rp 5.607.845,30 karena bertambahnya benih yang dipasarkan. j. Biaya Pengemasan Biaya pengemasan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli alat pengemas yang berupa aluminium foil, stiker, kardus, dan kantong plastik. Besarnya biaya pengemasan ini dipengaruhi oleh besarnya produksi benih melon varietas MAI 119. Semakin besar produksi benih melon varietas MAI 119, maka semakin besar biaya pengemasan yang harus dikeluarkan. Terjadinya fluktuasi pada biaya pengemasan di CV. Multi Global Agrindo terjadi akibat persediaan alat pengemas yang ada, namun saat terjadi lonjakan produksi tahun commit user dari Rp. 288.681,14,00 menjadi 2009, biaya pengemasan naiktodrastis
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rp 3.441.832,00 yang merupakan biaya pengemasan terbesar selama tahun 2006 sampai 2009. Jumlah biaya variabel selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 jumlah biaya variabel sebesar Rp.37.152.139,00. Tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 51.994.537,00, tahun 2008 meningkat hamper dua kali lipat menjadi Rp. 81.168.632,00 seiring dengan peningkatan produksi. Jumlah biaya variabel tertinggi tahun 2009 sebesar Rp. 130.819.844,00. Penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel dalam proses produksi benih melon varietas MAI 119 menghasilkan biaya total. Besarnya biaya total antara tahun 2006-2009 selalu mengalami peningkatan karena jumlah produksi benih MAI 119 mengalami peningkatan. Biaya total terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 63.219.459,00 dan biaya total tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp 198.677.530,00. Komponen biaya yang sudah diketahui baik biaya tetap maupun biaya variabel berguna dalam mengetahui keuntungan perusahaan maupun dalam menganalisis break even point perusahaan. 4. Analisis Keuntungan Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan keseluruhan biaya produksi. Penerimaan total dari penjualan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo diperoleh dari perkalian antara harga jual benih dengan jumlah benih yang terjual. Keuntungan yang diperoleh CV. Multi Global Agrindo pada tahun 2006-2009 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo Keterangan Penerimaan Total Biaya tetap biya variabel Biaya total Keuntungan
2006 92.625.000 26.067.320 37.152.139 63.219.459 29.405.541
Tahun 2007 2008 121.600.000 273.837.500 41.933.599 55.532.114 51.994.537 81.168.632 93.928.136 136.700.746 27.671.864 137.136.755
commit to user
Sumber: Analisis Data Sekunder
2009 571.187.500 67.857.686 130.819.844 198.677.530 372.509.970
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo selalu memperoleh keuntungan bahkan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119 yang semakin meningkat sementara proporsi kenaikan biaya total lebih kecil daripada proporsi kenaikan penerimaan perusahaan. Mulai tahun 2007 penerimaan total meningkat lebih dari 200%, sementara kenaikan biaya total tidak mencapai 200%. Hal ini terjadi akibat penekanan biaya saprodi. Keuntungan tertinggi yang diperoleh CV. Multi Global Agrindo adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 372.509.970,00. Tinggi rendahnya keuntungan tergantung dari jumlah penerimaan dan biaya totalnya. 5. Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar Analisis Break even point (BEP) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi impas suatu usaha, sehingga dengan analisis BEP dapat diketahui besarnya produksi saat mencapai kondisi keuntungan sama dengan nol. Dengan demikan, jumlah produksi tersebut dijadikan sebagai jumlah produksi minimum yang harus dicapai perusahaan agar terhindar dari kerugian. Analisis BEP dibedakan menjadi dua yaitu BEP atas dasar unit (kg) dan BEP atas dasar rupiah. Nilai BEP atas dasar unit diperoleh dengan membandingkan antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variable per unit (marjin kontribusi). Nilai BEP atas dasar rupiah diperoleh dengan membandingkan antara biaya tetap dengan rasio marjin kontribusi. Nilai BEP atas dasar rupiah menunjukkan seberapa besar minimal penerimaan yang harus dicapai perusahaan agar terhindar dari kerugian. Penerimaan tersebut sama besarnya dengan biaya total yaitu penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Nilai BEP atas dasar unit dan nilai BEP atas dasar rupiah tersaji pada Tabel 12 dan Tabel 13 berikut : commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 12.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 Tahun
Jumlah Biaya Tetap (Rp)
Jumlah Biaya Variabel (Rp)
Produksi (kg)
2006
26.067.320
37.152.139
19,5
2007
41.933.599
51.994.537
25,6
2008
55.532.114
2009
67.857.686
Biaya Variabel per unit
Harga/kg
BEP (kg)
1.905.237,90
4.750.000
9,16
2.031.036,60
4.750.000 15,42
81.168.632
57,65 1.407.955,45
4.750.000 16,62
130.819.844
120,25 1.087.898,91
4.750.000 18,53
Sumber : Analisis Data Sekunder
Nilai BEP atas dasar unit menunjukkan seberapa besar minimal produksi yang harus dicapai perusahaan tersebut selama satu tahun agar terhindar dari kerugian atau telah mampu menutup semua biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabelnya. Selain break even point atas dasar unit, juga dihitung break even point atas dasar rupiah, dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini : Tabel 13.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 Tahun
Jumlah Biaya Tetap (Rp)
Jumlah Biaya Variabel
Penerimaan
BEP (Rp)
(Rp)
2006
26.067.320
37.152.139
92.625.000
43.525.527,10
2007
41.933.599
51.994.537
121.600.000
73.257.549,32
2008
55.532.114
81.168.632
273.837.500
78.926.997,52
2009
67.857.686
130.819.844
571.187.500
88.016.141,73
Sumber : Analisis Data Sekunder Nilai BEP atas dasar rupiah tersebut jika dibandingkan dengan jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119, maka dapat dikatakan bahwa jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo telah melampaui titik break even/titik impas. Dengan demikian maka CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar telah mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon varietas MAI 119. commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut adalah grafik break even point CV. Multi Global Agrindo (MGA) tahun 2006 – 2009 : 80,000,000 70,000,000 60,000,000
BE P
Biaya dan Penerimaan
50,000,000
TFC TVC
40,000,000
TC
30,000,000
Sales
20,000,000
Profit
10,000,000 0 (10,000,000)
3
5
9
12
15
(20,000,000) (30,000,000) Produksi dan Penjualan
Gambar 10. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2006 Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2006, CV. Multi Global Agrindo telah melampaui titik impas, pada saat produksi 9,16 kg dan penerimaan sebesar Rp. 43.525.527,10. Kondisi BEP mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di tahun 2007, tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 sebagai berikut : 120,000,000
BE P
100,000,000
Biaya dan Penerimaan
80,000,000
TFC TVC
60,000,000
TC Sales
40,000,000
Profit
20,000,000 0 10
12
15
17
20
(20,000,000) (40,000,000) Produksi dan Penjualan
commit userCV. MGA Tahun 2007 Gambar 11. Grafik Break EventoPoint
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2007, CV. Multi Global Agrindo kembali dapat melampaui titik impas, yaitu pada saat produksi 15,42 kg dan penerimaan sebesar Rp.73.257.549,32. Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di tahun 2008, tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008 sebagai berikut : 120,000,000 100,000,000
BE P
Biaya dan Penerimaan
80,000,000
TFC TVC
60,000,000
TC Sales
40,000,000
Profit
20,000,000 0 10
13
17
20
21
(20,000,000) (40,000,000) Produksi dan Penjualan
Gambar 12. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008 Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2008, BEP di CV. Multi Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui, yaitu pada saat produksi 16,62 kg dan penerimaan sebesar Rp.78.926.997,52. Memasuki tahun 2009, Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi, tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2009 sebagai berikut :
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
140,000,000 120,000,000
Biaya dan Penerimaan
100,000,000
BE P
TFC
80,000,000
TVC TC
60,000,000
Sales
40,000,000
Profit
20,000,000 0 12
15
19
24
26
(20,000,000) (40,000,000) Produksi dan Penjualan
Gambar 13. Grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2009 Berdasarkan grafik diatas, ternyata pada tahun 2009, BEP di CV. Multi Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui, yaitu
pada
saat
produksi
18,53
kg
dan
penerimaan
sebesar
Rp.88.016.141,73. Berdasarkan grafik-grafik di atas dapat diketahui bahwa titik BEP adalah titik pertemuan antara garis biaya total dengan garis total penerimaan, dari grafik tersebut dapat diketahui pula bahwa saat terjadi BEP maka profit atau keuntungan yang didapat perusahaan sama dengan nol. Perusahaan
selalu
menginginkan
keuntungan
dalam
setiap
usahanya, namun, pada kenyataannya kondisi di pasar akan selalu berubah-ubah, sehingga penting untuk meramalkan dan mengetahui kemungkinan perubahan tersebut maka akan dikaji analisis sensitivitas bagi usaha pembenihan melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar. 6. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk mengetahui dampak perubahan variabel-variabel penting terhadap hasil yang mungkin terjadi. Variabel-variabel yang dianggap penting dalam penelitian ini terkait dengan analisis yang digunakan commit to user yaitu variabel jumlah produksi,
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel biaya, dan variabel harga. Perubahan-perubahan dari variabel penting tersebut tersaji pada Tabel 14 berikut ini : Tabel 14. Data Perubahan Produksi, Biaya Produksi dan Harga dari Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 Tahun 2006
Produksi Perubahan benih produksi melon (kg) (%) 19,5 -
Total biaya produksi (Rp) 63.219.459
Perubahan Harga biaya jual/kg (%) (Rp) 4.750.000
Perubaha n harga (%) -
2007
25,6
31,28
93.928.136
48,57
4.750.000
0
2008
57,65
125,19
136.700.746
45,54
4.750.000
0
2009
120,25
108,59 198.677.530
45,34
4.750.000
0
Sumber : Analisis Data Sekunder Harga jual benih melon varietas MAI 119 per kilogram di CV. Multi Global Agrindo konstan selama tahun 2006-2009 yaitu sebesar Rp. 4.750.000,00 per kilogramnya, sehingga perubahan harga jual 0%. Diambil perusahaan sejenis yang menjual benih melon dengan kualitas bersaing dengan MAI 119. Perusahaan yang dijadikan pembanding adalah perusahaan Sakata merupakan perusahaan benih impor dengan merk Glamor, benih melon merk ini juga disukai konsumen dari segi kualitasnya, selang waktu 2009 sampai 2010 harga jual benih perusahaan meningkat dari Rp. 46.000,00/100 biji menjadi Rp. 65,000,00/100 biji (sumber : data pesaing CV. Multi Global Agrindo). Hal ini berarti terjadi perubahan harga jual sebesar 41,30%. Berdasarkan hasil analisis tentang perubahan beberapa variabel yang tertera pada tabel 14 maka dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisis sensitivitas yaitu dengan tujuan utama untuk mengetahui kepekaan variabel-variabel tersebut terhadap perubahan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan metode trial and eror atau cobacoba dengan menaikkan dan menurunkan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119, biaya, serta harga benih melon varietas MAI 119. Besarnya persentase perubahan yang digunakan pada analisis sensitivitas yaitu menaikkan dan menurunkan jumlah produksi sebesar 31,28%, biaya commit to user produksi sebesar 45,34% dan harga produk sebesar 41,30%. Perubahan
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berdasarkan besarnya perubahan terendah dari data jumlah produksi, biaya produksi selama tahun analisis 2006-2009, dan harga jual produk dari benih pesaing MAI 119 di pasar, dengan karakteristik benih yang sama. Adanya perubahan pada variabel yang diteliti yaitu jumlah produksi, biaya, dan harga jual benih melon varietas MAI 119 akan menyebabkan perubahan pada titik Break Even Point (BEP). Secara rinci analisis sensitivitas BEP tersaji pada Tabel 15 berikut ini : Tabel 15. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo No
Komponen perubahan
BEP Benih MAI 119 (kg)
Semua konstan (thn. 2009) 1
2
3
BEP Benih MAI 119 (Rp)
18,53
88.016.141,73
(+)31,28%
17,30
82.198.420,33
(-)31,28%
21,43
101.776.097,30
(+)45,34%
31,12
147.834.719,40
(-)45,34%
8,93
42.398.862,70
(+)41,3%
12,07
80.984.332,05
(-)41,3%
39,91
111.273.603,5
Jumlah Produksi 120,25 kg
Biaya Produksi 198.677.530
Harga Rp. 4.750.000,00
Sumber : Analisis Data Sekunder
Ditinjau dari segi keuntungan, analisis sensitivitas dapat dijabarkan dalam tabel 16 berikut ini :
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 16. Analisis Sensitivitas Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo No 1.
2.
3.
Uraian jml produksi Harga jual jml produksi
Biaya tetap
Biaya Variabel
Biaya Variabel per unit 1.087.898,91
571.187.500
BEP per BEP (Rp) unit 18,53 88.016.141,73
penerimaan
Keuntungan
120,25
4.750.000
67.857.686
130.819.844
(+)31,28%
157,86
4.750.000
67.857.686
130.819.844
828.707,99
749.835.000
17,30
82.198.420,33
551.157.
(-)31,28%
82,64
4.750.000
67.857.686
130.819.844
1.583.008,76
392.540.000
21,43
101.776.097,30
193.862.
biaya
120,25
4.750.000
67.857.686
130.819.844
1.087.898,91
571.187.500
18,53
88.016.141,73
372.509.970
(+)45,34%
120,25
4.750.000
98.624.360,83
190.133.561,3
1.581.152,28
571.187.500
31,12
147.834.719,40
282.429.577,
(-)45,34%
120,25
4.750.000
37.091.011,17
71.506.126,73
594.645,54
571.187.500
8,93
42.398.862,70
462.590.362,
harga
372.509.970
120,25
4.750.000
67.857.686
130.819.844
1.087.898,91
571.187.500
18,53
88.016.141,73
372.509.970
(+)41,30%
120,25
6.711.750
67.857.686
130.819.844
1.087.898,91
807.087.937,5
12,07
80.984.332,05
608.410.407,
(-)41,30%
120,25
2.788.250
67.857.686
130.819.844
1.087.898,91
335.287.062,5
39,91
111.273.603,5
136.609.532,
Sumber : Analisis Data Sekunder Perusahaan
dalam
menjalankan
usahanya
selalu
bertujuan
menghasilkan untung, namun, keuntungan yang didapatkan perusahaan akan selalu berfluktuasi sesuai dengan perubahan variabel-variabel yang mempengaruhi. Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap komponen jumlah produksi, biaya maupun harga, dapat diketahui bahwa perusahaan tetap mendapatkan keuntungan. Terjadi peningkatan keuntungan apabila ada penambahan jumlah produksi, pengurangan biaya produksi dan kenaikan harga jual. Sebaliknya terjadi penurunan keuntungan saat terjadi pengurangan jumlah produksi, peningkatan total biaya dan penurunan harga jual. Kenaikan volume penjualan sebesar 31,28% akan meningkatkan keuntungan perusahaan dari Rp. 372.509.970,00 menjadi Rp. 551.157.470,00 atau sebesar 47,96%. Kenaikan biaya produksi sebesar 45,34% akan menurunkan keuntungan perusahaan dari Rp. 372.509.970,00 menjadi Rp. 282.429.577,90 atau sebesar 24,18%. Sementara kenaikan harga jual meningkatkan keuntungan perusahaan dan sebaliknya penurunan harga jual menurunkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi yang telah dipaparkan merupakan kondisi seluruh hasil produksi benih terjual semua tanpa ada resiko kerusakan maupun retur dari agen. Berdasarkan wawancara dengan direksi perusahaan, tiap tahunnya ada benih yang tidak dapat dijual dan retur karena beberapa faktor antara lain daya tumbuhnya kurang dari 85%, kesalahan polinasi, maupun tidak laku dijual oleh agen. Benih yang retur tersebut tidak menghasilkan penerimaan, sehingga adanya retur dianggap sebagai sebuah resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan perusahaan. Berikut adalah data jumlah retur dan penerimaan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo : Tabel 17. Produksi, Jumlah Retur, Harga dan Penerimaan Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kab. Karanganyar Tahun 2006-2009 Produksi Jumlah Benih Tahun retur melon (gr) (gr)
Persen Konversi Harga tase Produksi dalam jual per Jumlah Terjual Pak pak retur (gr) (20 gr) (Rp) (%) 26,92 14250 712,5 95.000
Penerimaan (Rp)
2006
19500
5250
67.687.500
2007
25600
4700
18,36
20900
1045
95.000
2008
57650
13850
24,02
43800
2190
95.000 208.050.000
2009
120250
30100
25,03
90150
4507,5
95.000 428.212.500
99.275.000
Sumber : Analisis Data Sekunder Produksi yang tidak terjual/retur merupakan sebuah resiko yang dihadapi perusahaan. Semakin banyak jumlah benih yang retur, maka semakin mengurangi penerimaan perusahaan. Hal ini dikarenakan jumlah produksi yang terjual berkurang. Hal ini juga sangat mempengaruhi keuntungan perusahaan, ditunjukkan pada tabel 18 berikut ini :
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 18. Data Keuntungan CV. Multi Global Agrindo setelah Retur Keterangan
Tahun 2006
2007
2008
2009
Penerimaan Total
67.687.500
99.275.000
208.050.000
428.212.500
Biaya tetap
26.067.320
41.933.599
55.532.114
67.857.686
biya variabel
37.152.139
51.994.537
81.168.632
130.819.844
Biaya total
63.219.459
93.928.136
136.700.746
198.677.530
Keuntungan
4.468.041
5.346.864
71.349.254
229.534.970
Sumber: Analisis Data Sekunder Keuntungan perusahaan sangat kecil saat dua tahun pertama memasuki pasar (2006-2007) dibandingkan dengan tahun 2008-2009, hal ini disebabkan CV. Multi Global Agrindo masih pemula memasuki persaingan bisnis penjualan benih tanaman hortikultura terkhususnya melon. Masih terbatasnya promosi maupun ekspansi pasar sehingga pemasaran masih sangat terbatas, namun, kegiatan promosi besar-besaran di tahun 2007 memberikan hasil di tahun 2008 dan 2009, terjadi peningkatan keuntungan mencapai lebih dari sepuluh kali lipat di tahun 2008. Keuntungan yang besar disebabkan adanya penerimaan yang jauh lebih besar dari biaya produksi. Dengan adanya perubahan penerimaan dan biaya produksi akibat adanya retur, maka akan mempengaruhi break event point perusahaan. BEP atas dasar unit maupun rupiah yang dicapai perusahaan saat diperhitungkan adanya resiko benih yang tidak terjual/retur mengalami perubahan, tersaji dalam tabel 19 berikut ini :
commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 19.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Unit Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur Tahun
Jumlah Biaya Tetap (Rp)
2006
26.067.320
Jumlah Biaya Variabel (Rp) 37.152.139
2007
41.933.599
2008 2009
Produksi Terjual (kg)
Biaya Variabel per unit
Harga/kg
BEP (kg)
14,25
2.607.167,65 4.750.000 12,16
51.994.537
20,90
2.487.776,89 4.750.000 18,54
55.532.114
81.168.632
43,80
1.853.165,11 4.750.000 19,17
67.857.686
130.819.844
90,15
1.451.135,26 4.750.000 20,57
Sumber : Analisis Data Sekunder Nilai BEP atas dasar unit setelah memperhitungkan retur juga menunjukkan seberapa besar minimal produksi yang harus dicapai perusahaan tersebut selama satu tahun agar terhindar dari kerugian atau telah mampu menutup semua biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabelnya. Nilai BEP mengalami peningkatan dibanding sebelum memperhitungkan adanya resiko karena perusahaan menanggung beban biaya yang lebih besar. Selain break even point atas dasar unit, juga dihitung break even point atas dasar rupiah, dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini : Tabel 20.Break Even Point (BEP) Atas Dasar Rupiah Benih Melon Varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2009 setelah Retur Tahun
Jumlah Biaya Tetap (Rp)
Jumlah Biaya Variabel
Penerimaan
BEP (Rp)
(Rp)
2006
26.067.320
37.152.139
67.687.500
57.783.227,86
2007
41.933.599
51.994.537
99.275.000
88.048.165,70
2008
55.532.114
81.168.632
208.050.000
91.057.154,41
2009
67.857.686
130.819.844
428.212.500
97.707.555,25
Sumber : Analisis Data Sekunder Nilai BEP atas dasar rupiah tersebut jika dibandingkan dengan jumlah penerimaan benih melon varietas MAI 119, maka dapat dikatakan bahwa jumlah penerimaancommit benih to melon user varietas MAI 119 di CV. Multi
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Global Agrindo setelah memperhitungkan resiko, masih dapat melampaui titik break even/titik impas. Dengan demikian maka CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar telah mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon varietas MAI 119. Berikut adalah grafik break even point CV. Multi Global Agrindo (MGA) tahun 2006 – 2009 setelah memperhitungkan adanya resiko/retur benih melon varietas MAI 119 yang diproduksi : 80,000,000 70,000,000
BE P
Biaya dan Penerimaan
60,000,000
TFC
50,000,000
TVC
40,000,000
TC
30,000,000
Sales Profit
20,000,000 10,000,000 0 (10,000,000)
9
10
12
14
15
(20,000,000) Produksi dan Penjualan
Gambar 14. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2006 Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2006, CV. Multi Global Agrindo setelah memperhitungkan adanya resiko tetap mampu melampaui titik impas. Kondisi impas/BEP terjadi pada saat produksi 12,16 kg dan penerimaan sebesar Rp. 57.783.227,86. Kondisi BEP mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di tahun 2007, tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2007 sebagai berikut :
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
120,000,000
BE P
Biaya dan Penerimaan
100,000,000
TFC
80,000,000
TVC TC
60,000,000
Sales Profit
40,000,000 20,000,000 0 14
16
19
20
22
(20,000,000) Produksi dan Penjualan
Gambar 15. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2007 Berdasarkan grafik diatas, setelah memperhitungkan adanya resiko, CV. Multi Global Agrindo tetap melampaui titik impas pada tahun 2007, yaitu pada saat produksi 18,54 kg dan penerimaan Rp. 88.048.165,70. Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi di tahun 2008, tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2008 sebagai berikut : 120,000,000
Biaya dan Penerimaan
100,000,000
BE P TFC
80,000,000
TVC TC
60,000,000
Sales Profit
40,000,000 20,000,000 0 15
17
19
22
23
(20,000,000) Produksi dan Penjualan
Gambar 16. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2008 commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan grafik diatas, pada tahun 2008, BEP di CV. Multi Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui, yaitu pada saat produksi 19,17 kg dan penerimaan sebesar Rp. 91.057.154,41. Memasuki tahun 2009, Kondisi BEP kembali mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah produksi, tersaji dalam grafik Break Even Point CV. MGA Tahun 2009 sebagai berikut : 140,000,000 120,000,000
BE P
Biaya dan Penerimaan
100,000,000 TFC
80,000,000
TVC TC
60,000,000
Sales
40,000,000
Profit
20,000,000 0 12
15
21
24
26
(20,000,000) (40,000,000) Produksi dan Penjualan
Gambar 17. Grafik Break Even Point dengan adanya Retur di CV. MGA Tahun 2009 Berdasarkan grafik diatas, ternyata pada tahun 2009, BEP di CV. Multi Global Agrindo terus mengalami peningkatan dan dapat terlampaui, yaitu pada saat produksi 20,57 kg dan penerimaan sebesar Rp. 97.707.555,25. Berdasarkan grafik-grafik di atas dapat diketahui bahwa titik BEP adalah titik pertemuan antara garis biaya total dengan garis total penerimaan, dari grafik tersebut dapat diketahui pula bahwa saat terjadi BEP maka profit atau keuntungan yang didapat perusahaan sama dengan nol. Perusahaan usahanya,
selalu
sehingga
harus
menginginkan
keuntungan
diperhitungkan
berbagai
dalam
setiap
kemungkinan
perubahan berbagai variabel akibat perubahan pasar. Perubahan variabel tersebut antara lain perubahan biaya, perubahan jumlah produksi yang commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjual dan perubahan harga supaya perusahaan terhindar dari kerugian. Berbagai kemungkinan tersebut tersaji dalam analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan perubahan minimum yang pernah terjadi di perusahaan (sesuai tabel 14), maka persentase yang dipilih adalah perubahan produksi sebesar 31,28%, biaya produksi sebesar 45,34% dan perubahan harga sebesar 41,30%, disajikan dalam tabel 21 berikut ini : Tabel 21. Analisis Sensitivitas BEP Terhadap Jumlah Produksi, Biaya Produksi dan Harga Jual di CV. Multi Global Agrindo setelah Retur No
Komponen perubahan
BEP Benih MAI 119 (kg)
Semua konstan (thn. 2009) 1
2
3
BEP Benih MAI 119 (Rp)
20,57
97.707.555,25
(+)31,28%
18,62
88.438.162,68
(-)31,28%
25,72
122.169.415,20
(+)45,34%
37,34
177.387.316,7
(-)45,34%
9,37
44.526.355,04
(+)41,3%
12,90
86.576.160,17
(-)41,3%
50,75
141.501.838,10
Jumlah Produksi 120,25 kg
Biaya Produksi 198.677.530
Harga Rp. 4.750.000,00
Sumber : Analisis Data Sekunder Ditinjau dari segi keuntungan, analisis sensitivitas setelah memperhitungkan resiko dapat dijabarkan dalam tabel 22 berikut ini :
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 22. Analisis Sensitivitas setelah Retur Ditinjau dari Segi Keuntungan di CV. Multi Global Agrindo No 1.
2.
3.
jml produksi
90,15
4.750.000
67.857.686
130.819.844
Biaya Variabel per unit 1.451.135,26
(+)31,28%
118,35
4.750.000
67.857.686
130.819.844
1.105.374,21
562.157.370
18,62
88.438.162,68
363.479.
(-)31,28%
61,95
4.750.000
67.857.686
130.819.844
2.111.663,65
294.267.630
25,72
122.169.415,20
95.590.100
biaya
90,15
4.750.000
67.857.686
130.819.844
1.451.135,26
428.212.500
20,57
97.707.555,25
229.534.
(+)45,34%
90,15
4.750.000
98.624.360,83
190.133.561,3
2.109.079,99
428.212.500
37,34
177.387.316,7
139.454.577,
(-)45,34%
90,15
4.750.000
37.091.011,17
71.506.126,73
793.190,53
428.212.500
9,37
44.526.355,04
319.615.362,
Uraian jml produksi Harga jual
harga
Biaya tetap
Biaya Variabel
428.212.500
BEP per BEP (Rp) unit 20,57 97.707.555,25
penerimaan
Keuntungan 229.534.
90,15
4.750.000
67.857.686
130.819.844
1.451.135,26
428.212.500
20,57
97.707.555,25
(+)41,30%
90,15
6.711.750
67.857.686
130.819.844
1.451.135,26
605.064.262,5
12,90
86.576.160,17
406.386.732,
(-)41,30%
90,15
2.788.250
67.857.686
130.819.844
1.451.135,26
251.360.737,5
50,75
141.501.838,10
52.683.207,
Sumber : Analisis Data Sekunder Perusahaan
dalam
menjalankan
usahanya
selalu
bertujuan
menghasilkan untung, namun, keuntungan yang didapatkan perusahaan akan selalu berfluktuasi sesuai dengan perubahan variabel-variabel yang mempengaruhi. Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan analisis sensitivitas terhadap komponen jumlah produksi, biaya maupun harga, dapat diketahui bahwa perusahaan tetap mendapatkan keuntungan. Terjadi peningkatan keuntungan apabila ada penambahan jumlah produksi, pengurangan biaya produksi dan penambahan harga jual. Sebaliknya terjadi penurunan keuntungan saat terjadi pengurangan jumlah produksi, peningkatan total biaya dan penurunan harga jual. Kenaikan volume penjualan sebesar 31,28% akan meningkatkan keuntungan perusahaan dari Rp. 229.534.970,00 menjadi Rp. 363.479.840,00 atau sebesar 58,35%. Kenaikan biaya produksi sebesar 45,34% akan menurunkan keuntungan perusahaan dari Rp. 229.534.970,00 menjadi Rp. 139.454.577,90 atau sebesar 39,24%. Sementara kenaikan harga jual meningkatkan keuntungan perusahaan dan sebaliknya penurunan harga jual menurunkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Setelah dipertimbangkan adanya resiko perusahaan tetap mendapatcommit keuntungan. to user
229.534.
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
B. PEMBAHASAN Nilai BEP atas dasar unit diperoleh dengan membandingkan antara biaya tetap dengan hasil pengurangan antara harga dan biaya variabel per unit (marjin kontribusi). Nilai BEP atas dasar rupiah diperoleh dengan membandingkan antara biaya tetap dengan rasio marjin kontribusi. Nilai BEP atas dasar unit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah biaya tetap, harga dan biaya variable per unit. Jumlah biaya tetap bersifat berbanding lurus terhadap nilai BEP, artinya jika jumlah biaya tetap tinggi maka nilai BEP juga akan tinggi, dan sebaliknya. Sedangkan harga mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan nilai BEP, artinya jika harga naik maka nilai BEP akan turun, dan sebaliknya. Marjin kontribusi yang besar akan menyebabkan penurunan pada nilai BEP. Pada kenyataannya di CV. Multi Global Agrindo menetapkan strategi pemasaran harga tetap sehingga perlu diketahui perubahan nilai BEPnya. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa CV. Multi Global Agrindo produksinya selalu melampaui titik impas bahkan meningkat dari tahun ke tahun walaupun harga jual benih dari perusahaan selalu tetap. Pada tahun 2006 kondisi impas terjadi pada produksi 9,16 kg. Sedangkan produksi benih melon varietas MAI 119 yang telah dihasilkan perusahaan pada tahun 2006 sebesar 19,5 kg. Dengan demikian jumlah produksi tersebut telah melampaui titik impas dan menghasilkan keuntungan. Pada tahun 2007, BEP terjadi saat perusahaan memproduksi benih MAI 119 sebesar 15,42 kg, pada kenyataanya telah memproduksi sebesar 25,6 kg benih melon varietas MAI 119, sehingga perusahaan telah melampaui titik impasnya pada tahun 2007. Pencapaian titik impas juga terjadi selama tahun 2008, jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan sebesar 57,65 kg, kondisi impas tercapai ketika produksi 16,62 kg. Hal ini berarti perusahaan telah mencapai titik impas selama tahun 2008. Pada tahun 2009, perusahaan masih mampu melampaui titik impas bahkan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi impas tercapai pada saat perusahaan memproduksi benih commit to perusahaan user sebesar 18,53 kg, pada kenyataannya telah memproduksi benih
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
MAI 119 sebesar 120,25 kg, sehingga produksi perusahaan telah jauh melampaui titik BEP. Hal yang menarik adalah pada tahun 2008 produksi perusahaan sebesar 57,65 kg benih, BEP tercapai saat produksi 16,62 sementara pada tahun 2009 produksi perusahaan melonjak dua kali lipat menjadi 120,25 kg, namun BEP telah tercapai pada saat perusahaan hanya memproduksi 18,53 kg. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain penekanan biaya produksi, kondisi iklim dan kualitas bibit indukan. Adanya penekanan biaya produksi yaitu biaya saprodi pertanian. Penekanan biaya dapat terjadi akibat penanaman melon pada musim tanam kedua di tahun tersebut masih menggunakan beberapa bahan dari penanaman sebelumnya, antara lain mulsa plastik dan tidak memasang ajir akibatnya dapat menekan biaya, selain itu didukung dengan iklim di tahun 2009 yang sangat sesuai untuk budidaya melon sehingga hasil benih yang dihasilkan melimpah. Hasil benih yang melimpah tidak lepas dari faktor bibit indukan benih hasil riset tiap tahunnya, semakin berkualitas bibit indukan benih yang ditanam, semakin besar potensi benih yang dihasilkan. Perusahaan selalu melakukan riset tiap tahun dan indukan benih yang dihasilkan selalu lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga menjadi faktor pendukung hasil benih yang melimpah. Akibatnya dengan hasil yang melimpah tersebut, perusahaan dapat menjual lebih banyak, dengan harga jual konstan, maka penerimaan perusahaan meningkat. Dilihat dari biaya tenaga kerja harian juga mengalami penekanan yang besar karena tenaga kerja harian semakin terampil sehingga sedikit pekerja dapat mengerjakan pekerjaan yang lebih banyak. Dengan adanya penekanan biaya maka perusahaan cepat mencapai BEP. Sama halnya dengan tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi penekanan biaya saprodi, sehingga persentase perubahan biaya menurun walaupun jumlah produksinya naik. Nilai BEP atas dasar rupiah menunjukkan penerimaan minimal yang harus dicapai perusahaan agar terhindar dari kerugian. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa selama tahun 2006-2009 nilai BEP atas dasar rupiah user selalu mengalami perubahancommit yaitu to mengalami peningkatan dari tahun ke
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
tahun. BEP atas dasar rupiah sebanding dengan BEP atas dasar unit, besarnya penerimaan minimal yang harus diterima perusaahaan untuk mencapai BEP mengalami peningkatan namun tidak sebanding dengan kenaikan penerimaan perusahaan. Hal ini disebabkan adanya penekanan biaya produksi dan dengan input yang sama hasil benih melimpah akibat iklim yang mendukung. Berdasarkan data tersebut, nilai BEP atas dasar unit dan atas dasar rupiah tertinggi terjadi pada tahun 2009 dan terendah terjadi pada tahun 2006. Sementara itu, produksi benih melon varietas MAI 119 selama periode 20062009 selalu lebih besar dari titik impasnya. Sehingga jika dibandingkan antara nilai BEP dengan jumlah produksi benih melon varietas MAI 119, maka dapat dikatakan bahwa jumlah produksi benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo Kabupaten Karanganyar telah melampaui titik break even/titik impas. Pada keadaan tersebut maka CV. Multi Global Agrindo setiap tahunnya mendapatkan keuntungan dari usaha benih melon varietas MAI 119. Keuntungan perusahaan dapat berkurang apabila terjadi resiko dalam usaha yang dilakukan sehingga penting untuk memperhitungkan adanya resiko dalam usaha pembenihan di CV. Multi Global Agrindo. Resiko dari penjualan benih melon varietas MAI 119 ini meliputi resiko karena hasil produksi benih tidak layak jual dan resiko pemasaran. Benih MAI 119 yang layak jual memiliki persyaratan yang ditetapkan oleh BPSB antara lain ukuran benih 0,50,8 cm, bernas (mentes), daya tumbuh > 85 %, waktu pencucian tenggelam, kadar air < 10 %, warna benih kuning langsat. Benih tidak layak jual disebabkan tidak memenuhi standar yang ditetapkan antara lain disebabkan ukuran tidak memenuhi syarat, benih tidak bernas, daya tumbuh benih kurang dari 85% sehingga benih tidak dapat dikemas dan dipasarkan. Resiko pemasaran yaitu adanya retur dari agen yang tidak mampu menjual benih melon kepada konsumen. Hasil retur tidak dapat menjadi sebuah penerimaan karena tidak memiliki nilai jual. Hal tersebut dikarenakan pengembalian benih saat benih sudah rusak, tidak layak pakai/kadaluwarsa sehingga benih yang rusak tersebut dibakar. Hal ini dapat terjadi terkait dengan penerapan strategi commit to user pemasaran CV. Multi Global Agrindo untuk memperluas pasar dengan
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menitipkan benih kepada agen tanpa adanya pembayaran diawal, sehingga kemungkinan retur menjadi sebuah resiko. Hasil analisis break even point setelah diperhitungkan adanya resiko menunjukkan bahwa CV. Multi Global Agrindo (MGA) masih mampu melampaui titik break even point dan mencapai keuntungan walaupun nilai BEP lebih tinggi dan keuntungan lebih rendah dibanding sebelum diperhitungkan resikonya. Hal ini terjadi terkait hasil produksi yang terjual lebih sedikit, akibatnya penerimaan berkurang, saat penerimaan perusahaan berkurang maka keuntungan perusahaan berkurang. Pengurangan keuntungan setelah diperhitungkan resiko didukung dengan harga jual konstan yang merupakan strategi pemasaran di CV. MGA. Penerapan strategi pemasaran ini terkait dengan distribusi pemasaran benih melon dari CV. MGA. Cara CV. MGA memasarkan benih dengan mendistribusikan ke agen lalu agen menjualnya ke konsumen, namun, mengingat CV. MGA masih baru di pemasaran benih melon, terkadang agen tidak menerima distribusi benih dari CV. MGA, sehingga strategi yang dilakukan CV. MGA adalah dengan menguji cobakan sampel benih ke petani dengan harga retail (agen), setelah petani mencoba dan berhasil, distribusi benih langsung ke petani dihentikan dengan harapan petani akan mencari benihnya ke agen setempat, sehingga harapannya agen yang pada mulanya menolak distribusi benih dari CV. MGA menjadi menerima dengan baik. Penerapan strategi ini dari tahun ke tahun terus dievaluasi sehingga berbagai kelemahan yang ada dapat diantisipasi. Pada dasarnya, CV. MGA berupaya untuk tetap melampaui titik BEP dalam produksinya,
dengan
menerapkan strategi
pemasaran baik itu
cara
pendistribusian maupun penerapan harga jual konstan. Penerapan strategi pemasaran harga jual benih konstan oleh CV. Multi Global Agrindo ternyata tetap melampui titik BEP. Hal ini disebabkan peningkatan hasil produksi yang melimpah justru dapat dilakukan penekanan biaya akibat efisiensi penggunaan faktor produksi, didukung dengan iklim yang mendukung, hasil produksi lebih besar, penerimaan lebih banyak, commit to userdapat melampaui titik BEP. sehingga dengan biaya minimal perusahaan
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah mengetahui kondisi perusahaan maka dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan meramalkan kondisi perusahaan apabila terjadi berbagai macam perubahan dari variabel-variabel yang mempengaruhi keuntungan perusahaan antara lain kemungkinan perubahan variabel harga, jumlah produksi maupun biaya produksi. Dengan analisis sensitivitas tersebut diharapkan
perusahaan
dapat
mengantisipasi
berbagai
kemungkinan
perubahan yang terjadi. Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa perubahan jumlah produksi bersifat positif, artinya jumlah produksi terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2009. Hal ini dikarenakan permintaan pasar meningkat sehingga perusahaan meningkatkan produksi melon varietas MAI 119. Pada tahun 2009, kondisi iklim sangat bagus untuk budidaya melon, sehingga menjadi faktor pendukung peningkatan hasil produksi. Selain faktor jumlah produksi, faktor total biaya produksi juga sangat mempengaruhi sensitivitas BEP. Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Perubahan yang terjadi pada biaya total terutama terjadi akibat adanya perubahan pada biaya variabelnya. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap jumlah produksi, harga dan total biaya produksi pada tahun 2009. Jumlah produksi benih melon varietas MAI 119 sebesar 120,25 kg dan total biaya produksi sebesar Rp. 198.677.530,00 dengan harga jual benih Rp. 4.750.000,00/kg benih. Penerimaan perusahaan sebesar Rp. 571.187.500,00. Perubahan harga jual diramalkan dengan perubahan harga benih pesaing dengan kualitas sejenis. Analisis perubahan dilakukan dengan memasukkan perubahan variabelvariabel yaitu perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,30%. Peningkatan jumlah produksi sebesar 31,28% akan menurunkan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg, BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan produksi 31,28% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 17,30 kg dan commit to user atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 82.198.420,33, sebaliknya ketika
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
terjadi penurunan jumlah produksi 31,28% terjadi kenaikan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 21,43 kg dan Rp. 101.776.097,30 ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat melampaui titik BEP. Peningkatan biaya produksi sebesar 45,34% akan menaikkan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg, BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan biaya produksi 45,34% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 31,12 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 147.834.719,40 sebaliknya ketika terjadi penurunan biaya produksi 45,34% terjadi penurunan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 8,93 kg dan Rp. 42.398.862,70 ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat melampaui titik BEP. Peningkatan harga sebesar 41,3% akan menurunkan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, semula dengan produksi 120,25 kg, BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 18,53 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 88.016.141,73. Setelah terjadi peningkatan harga 41,3% BEP atas dasar unit tercapai dengan produksi 12,07 kg dan atas dasar rupiah pada saat penerimaan Rp. 80.984.332,05 sebaliknya ketika terjadi penurunan harga jual terjadi peningkatan nilai BEP atas dasar unit maupun atas dasar rupiah, menjadi 39,91 kg dan Rp. 111.273.603,50, ketika terjadi demikian, produksi dan penerimaan perusahaan masih dapat melampaui titik BEP. Berdasarkan analisis sensitivitas dari masing-masing variabel, dapat disimpulkan bahwa kenaikan jumlah produksi, penurunan biaya produksi dan kenaikan harga jual akan menyebabkan penurunan BEP. Baik BEP atas dasar unit maupun BEP atas dasar rupiah. Kebalikannya, jika ada penurunan jumlah produksi, kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual akan menyebabkan kenaikan tingkat BEP. Hal ini terjadi karena semakin tinggi biaya yang dikeluarkan maka penerimaan berkurang, sehingga BEP commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
meningkat. Kondisi tersebut akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan untuk mendapatkan keuntungan harus memperhitungkan perkiraan perubahan yang terjadi dalam analisis sensitivitas, namun, juga harus memperhatikan aspek teknis untuk menghindari gagal panen yang akan menyebabkan banyak kerugian. Antisipasi yang dilakukan dari segi teknis dengan meningkatkan intensitas perawatan, pengendalian hama dan penyakit, pemotongan cabang tepat waktu agar bekas luka tidak meluas sehingga tanaman tidak mudah terinfeksi, selain itu dengan pengaturan jarak tanam supaya sirkulasi udara baik. Aspek teknis yang dilakukan sebagai sarana mengantisipasi gagal panen, mengingat tanaman melon sangat rentan hama penyakit terlebih di musim penghujan. Hasil panen melon sangat mempengaruhi jumlah produksi benih yang dihasilkan sehingga sebisa mungkin perusahaan mengantisipasi terjadinya gagal panen. Antisipasi yang dilakukan apabila telah gagal panen adalah mempersiapkan stock benih tahun sebelumnya (tahan simpan 2 sampai 3 tahun), sebab kerugian terbesar saat pelanggan beralih ke produk lain saat CV. MGA tidak mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga CV. MGA mengatur persediaan benih untuk mengantisipasi perubahan jumlah produksi. Sementara untuk meminimalisasi adanya retur karena benih tidak layak jual, CV. MGA memperketat SOP (Standart Operasional prosedure) pada setiap tahap pembuatan benih dari mulai budidaya melon, panen, pemilihan buah, pengambilan biji, pengeringan sampai ke seleksi benih sehingga diharapkan resiko benih tidak layak jual semakin kecil. SOP yang ditetapkan sesuai dengan ketetapan yang telah dirumuskan oleh CV. MGA sebelumnya dibawah pengawasan BPSB. Apabila SOP terpenuhi maka jumlah benih tidak layak jual diharapkan dapat berkurang walaupun jumlah produksi meningkat setiap tahunnya. Manfaat diketahuinya pengaruh dari perubahan jumlah produksi, biaya produksi, dan harga bagi perusahaan adalah untuk membuat estimasi jumlah produksi dan penentuan harga yang nantinya akan mempengaruhi penerimaan commit toperusahaan. user dan keuntungan yang akan diperoleh Dengan diketahui kondisi
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan setelah diuji sensitivitas BEPnya maka dapat dilihat kondisi perusahaan apakah tetap berkembang walaupun harus menghadapi kondisi varibel yang berubah. Berdasakan hasil analisis sensitivitas, maka CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar tetap berkembang karena mampu melampaui titik BEP dengan perubahan yang ada dan mendapatkan keuntungan dari menjalankan usahanya. Penetapan strategi prmasaran harga jual benih konstan tidak membuat perusahaan rugi karena masih mampu melampaui titik BEP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan berikut ini : 1. Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha pembenihan benih melon varietas MAI 119 di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar selama tahun 2006 sampai 2009 telah melampaui titik break even point dan memperoleh keuntungan walaupun perusahaan menetapkan strategi pemasaran harga jual konstan. 2. Adanya perubahan jumlah produksi sebesar + 31,28%, perubahan biaya produksi sebesar + 45,34% dan perubahan harga produk sebesar + 41,3%, CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha pembenihan melon varietas MAI 119. 3. Jumlah produksi dan penerimaan di CV. Multi Global Agrindo setelah diperhitungkan adanya retur dan diuji sensitivitasnya tetap melampaui titik break even point. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Strategi pemasaran dengan penetapan harga konstan hendaknya tetap dipertahankan oleh CV. Multi Global Agrindo, namun, perusahaan harus lebih mengontrol distribusi benih ke agen sehingga mengurangi resiko benih retur pada saat sudah kadaluwarsa (jangka waktu penggunaan benih habis). 2. Sebaiknya daging buah melon hasil produksi dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan diversifikasi produk, selain untuik pupuk juga dapat diolah menjadi produk olahan seperti manisan buah dan sirup sehingga mempunyai nilai jual. commit to user
100