BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
5.3.5.5 Analisis Antrian Dengan memindahkan pintu tenant di bagian tenggara, pintu bagian selatan hanya tinggal pintu tamu. Dengan kondisi geometrik gedung Graha Niaga yang ada, pintu untuk tenant yang dipindahkan ke bagian tenggara dimungkinkan untuk membuat dua pintu tenant, sehingga kendaraan tenant yang masuk terbagi dua pintu, sehingga antrian yang akan terjadi akan menjadi lebih sedikit untuk masingmasing pintu. Berdasarkan perhitungan, untuk pintu tamu, dengan jumlah kedatangan sebesar 111 kendaraan, antrian dalam sistem hanya sebanyak satu kendaraan. Sedangkan untuk pintu tenant, dengan kedatangan sebanyak 627 kendaraan dan pintu masuk berjumlah dua, kendaraan yang mengantri dalam sistem hanya sebanyak satu kendaraan. Dengan demikian tidak akan terjadi antrian di ruas tenggara, dan antrian di ruas pun terhindari. 5.3.5.6 Kesimpulan Alternatif Memindahkan pintu tenant ke bagian tenggara dan membuat menjadi dua pintu untuk tenant diharapkan dapat mengurangi pergerakan yang berasal dari lajur lambat Sudirman, karena pergerakan ini pada kondisi eksisting pun sudah cukup mengkhawatirkan. Penambahan lebar pada jalur lambat Sudirman dan penambahan jalur pada ruas Medco pun dilakukan untuk menambah kapasitas dari simpang dan ruas yang berkaitan. Pada analisis weaving dan u-turn pun, penanganan ini berhasil untuk tetap menjaga kapasitas tetap berada di atas volume kendaraan yang ada. Akan tetapi sama seperti penjelasan sebelumnya, penambahan lajur ini harus diimbangi dengan pengorbanan, yaitu pemotongan lebar kereb pada jalur lambat Sudirman sebesar satu meter sehingga menjadi dua meter dan pemotongan lebar kereb pada ruas Medco yang tadinya lebar masing-masing sisi adalah 2.3 meter dan 1.5 meter menjadi masing-masing 0.4 meter. Pemotongan kereb inilah yang menjadi masalah, karena pemotongan ini selain membutuhkan dana untuk pemotongan, dana untuk mengaspal jalan yang ditambah, pemotongan kereb ini akan mengurangi lebar kereb yang digunakan untuk berjalan kaki pada trotoar. Belum lagi masalah Weaving yang terjadi, dapat dilihat dari hasil perhitungan DS nya meningkat, hal ini terjadi karena peralihan pergerakan yang awalnya berasal dari lajur lambat Sudirman menjadi dari arah Bengkel. 5.3.6
Alternatif 6
Pada alternatif 6 dilakukan kebijakan satu arah. Adapun penerapan ini dilakukan di ruas A (ruas Medco) dengan mengambil arah Niaga-Sudirman. Hal ini dilakukan untuk memperingan beban simpang Sudirman. Telah diketahui sebelumnya simpang Sudirman menerima beban yang sangat besar, kendaraan yang menghindari aturan three in one baik mobil, motor dan bus melewati jalur lambat Sudirman, baik yang lurus maupun ke arah Niaga. Dengan diterapkannya alternatif 6 ini, maka kendaraan yang tadinya melalui lajur lambat Sudirman untuk masuk ke arah Niaga akan beralih melalui kafe Bengkel.
V-46
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
Gambar 5.43 Pergerakan alternatif 6 waktu pagi 2009
V-48
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
Gambar 5.44 Pergerakan alternatif 6 waktu sore 2009
V-49
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
5.3.6.1 Analisis Ruas Dengan memberlakukan kebijakan satu arah, yaitu arah Niaga-Sudirman, mengakibatkan beban ruas Medco menurun drastis, hal ini dapat dilihat dari nilai VCR-nya. Hal ini karenakan, volume kendaraan pada ruas ini menurun, karena yang pada awalnya ruas ini harus menerima beban volume kendaraan untuk dua arah pergerakan, kini hanya menanggung volume kendaraan untuk satu arah pergerakan saja. Akan tetapi kebijakan ini mengakibatkan peningkatan beban pada ruas Bengkel. Dengan bertambahanya volume kendaraan pada ruas ini sementara kapasitasnya tidak berubah, maka kinerja pada ruas ini menurun. Sedangkan pada ruas tenggara, volume kendaraanya pun menurun, mengingat dengan diberlakukannya kebijakan satu arah, maka tidak ada lagi kendaraan dari ruas Medco yang menuju ruas tenggara. 5.3.6.2 Analisis Simpang Dengan memberlakukan kebijakan satu arah, simpang Sudirman tidak memungkinkan lagi adanya pergerakan belok kanan dari jalur lambat Sudirman ke arah Niaga. Sehingga volume kendaraannya menjadi berkurang. Dengan berkurangnya volume kendaraan sementara kapasitasnya tetap, maka nilai DS simpang Sudirman menurun. Sementara konsekuensinya adalah DS simpang Medco bertambah besar, hal ini dikarenakan simpang Medco mendapatkan beban lebih akibat pindahnya pergerakan yang berasal dari simpang Sudirman, sementara kapasitas pada simpang Medco tidak berubah. Akan tetapi pertambahan volume pada simpmang Medco ini tidak bermaslah, karena kapasitas Medco masih diatas jumlah volume kendaraan yang membebaninya. 5.3.6.3 Analisis U-turn Dengan diberlakukannya kebijakan satu arah, maka u-turn pada wilayah kajian, khususnya ruas Medco tidak akan terjadi. 5.3.6.4 Analisis Weaving Dengan diberlakukan kebijakan satu arah, maka Weaving tidak lagi menjadi suatu hal yang harus diperhatikan secara khusus, hal ini dikarenakan bila pada sebelumnya Weaving ditakutkan menyebabkan antrian pada ruas tenggara dan terutama hingga pada ruas Medco, kini dengan satu arah Weaving tidak akan mengganggu kendaraan yang lainnya.
V-50
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
5.3.6.5 Analisis Antrian Ditukarnya posisi pintu untuk masuk mobil dengan pintu motor dan barang diharapkan perpindahan gerakan kendaraan, khususnya mobil menjadi dari arah Bengkel. Berdasarkan geometrik gedung Graha Niaga sendiri, hal ini memungkinkan, akan tetapi berdasarkan prediksi tingkat kedatangan yang telah diperhitungkan, yaitu sebesar 737 kendaraan, 111 untuk tamu dan 626 kendaraan tenant, menyebabkan antrian sebanyak tiga kendaraan dalam sistem dan dua kendaraan dalam antrian. Walaupun lahan gedung Graha Energi sendiri cukup untuk menampung kendaraan sejumlah tiga, tetapi cukup riskan, bila kendaraan yang datang melebihi sedikit, misalnya sebanyak empat kendaraan. Bila hal ini terjadi akan menimbulkan antrian di ruas tenggara dan ruas Medco. Hal ini harus dihindari. 5.3.6.6 Kesimpulan Alternatif Dengan melakukan kebijakan satu arah pada ruas Medco, permasalahanya yang terjadi berhasil ditekan, bahkan untuk simpang lajur lambat Sudirman yang sudah sangat jenuh ditekan menjadi satu. Masalah u-turn dan Weaving pun tidak perlu dikhawatirkan, karena dengan satu arah tidak akan terjadi. Adapun antrian akibat pengecekan keamanan untuk tamu hanya sebesar tiga kendaraan dalam antrian, hal ini pun masih dapat ditampung oleh keadaan geometrik gedung Graha Energi sendiri. Akan tetapi masalah yang sangat riskan pada penerapan alternatif ini adalah harus adanya persetujuan dari masing-masing tata guna lahan yang berlokasi di ruas Medco yaitu Sudirman Mansion dan Graha Niaga, karena belum tentu mereka bersedia melakukan kebijakan ini, karena bagi pengguna tata guna lahan ini yang ingin keluar dan lingin langsung menuju wilayah SCBD kini tidak dapat lagi, mereka harus melalui jalur lambat Sudirman dan masuk ke SCBD dari arah Senopati. 5.3.7
Alternatif 7
Alternatif 7 merupakan kombinasi alternatif 6 dan alternatif 2, yaitu melakukan kebijakan satu arah serta melakukan pelebaran pada ruas Medco dan lajur lambat Sudirman. Pada gambar dibawah dapat dilihat bahwa pada ruas Medco terdapat dua jalur, yaitu jalur NiagaSudirman dan jalur Sudirman-Niaga, pada penanganan ini, ruas ini akan diberlakukan satu arah saja, yaitu arah Niaga-Sudirman.
V-51
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
Gambar 5.50 Pergerakan alternatif 7 waktu pagi 2009
V-55
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
Gambar 5.51 Pergerakan alternatif 7 waktu sore 2009
V-56
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
5.3.7.1 Analisis Ruas Dengan memberlakukan kebijakan satu arah, yaitu arah Niaga-Sudirman, mengakibatkan beban ruas Medco menurun drastis, hal ini dapat dilihat dari nilai VCR-nya. Hal ini karenakan, volume kendaraan pada ruas ini menurun, karena yang pada awalnya ruas ini harus menerima beban volume kendaraan untuk dua arah pergerakan, kini hanya menanggung volume kendaraan untuk satu arah pergerakan saja. Ditambah dengan pelebaran jalan yang dilakukan, maka kapasitas dari ruas Medco akan meningkat, sehingga kinerja ruas ini makin bertambah baik, bila dibandingkan penanganan sebelumnya. Akan tetapi kebijakan ini mengakibatkan peningkatan beban pada ruas Bengkel. Dengan bertambahanya volume kendaraan pada ruas ini sementara kapasitasnya tidak berubah, maka kinerja pada ruas ini menurun. Sedangkan pada ruas tenggara, volume kendaraanya pun menurun, mengingat dengan diberlakuakn kebijakan satu arah, maka tidak ada lagi kendaraandari ruas Medco yang menuju ruas tenggara. 5.3.7.2 Analisis Simpang Dengan memberlakukan kebijakan satu arah, simpang Sudirman tidak memungkinkan lagi adanya pergerakan belok kanan dari jalur lambat Sudirman ke arah Niaga. Sehingga volume kendaraannya menjadi berkurang. Dilakuakan penambahan lebar jalur lambat Sudirman selebar satu meter dan penamabahan satu lajur pada ruas Medco menambha kapasitas pada simpang Sudirman. Dengan berkurangnya volume kendaraan sementara kapasitasnya ditambah, maka nilai DS simpang Sudirman menurun. Sementara konsekuensinya adalah DS simpang Medco bertambah besar, hal ini dikarenakan simpang Medco mendapatkan beban lebih akibat pindahnya pergerakan yang berasal dari simpang Sudirman, sementara kapasitas pada simpang Medco tidak berubah. Akan tetapi pertambahan volume pada simpmang Medco ini tidak bermaslah, karena kapasitas Medco masih diatas jumlah volume kendaraan yang membebaninya. 5.3.7.3 Analisis U-turn Dengan diberlakukannya kebijakan satu arah, maka u-turn pada wilayah kajian, khususnya ruas Medco tidak akan terjadi. 5.3.7.4 Analisis Weaving Dengan diberlakukan kebijakan satu arah, maka Weaving tidak lagi menjadi suatu hal yang harus diperhatikan secara khusus, hal ini dikarenakan bila pada sebelumnya Weaving ditakutkan menyebabkan antrian pada ruas tenggara dan terutama hingga pada ruas Medco, kini dengan satu arah Weaving tidak akan mengganggu kendaraan yang lainnya.
V-57
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
5.3.7.5 Analisis Antrian Ditukarnya posisi pintu untuk masuk mobil dengan pintu motor dan barang diharapkan perpindahan gerakan kendaraan, khususnya mobil menjadi dari arah Bengkel. Berdasarkan geometrik gedung Graha Niaga sendiri, hal ini memungkinkan, akan tetapi berdasarkan prediksi tingkat kedatangan yang telah diperhitungkan, yaitu sebesar 737 kendaraan, 111 untuk tamu dan 626 kendaraan tenant, menyebabkan antrian sebanyak tiga kendaraan dalam sistem dan dua kendaraan dalam antrian. Walaupun lahan gedung Graha Niaga sendiri cukup untuk menampung kendaraan sejumlah tiga, tetapi cukup riskan, bila kendaraan yang datang melebihi sedikit, misalnya sebanyak empat kendaraan. Bila hal ini terjadi akan menimbulkan antrian di ruas tenggara dan ruas Medco. Hal ini harus dihindari. 5.3.7.6 Kesimpulan Alternatif Sama seperti alternatif sebelumnya, dengan melakukan kebijakan satu arah pada ruas Medco, permasalahanya yang terjadi berhasil ditekan, apalagi dengan bertambahnya kapasitas pada ruas Medco dan simpang Suidrman. Bahkan untuk simpang lajur lambat Sudirman yang sudah sangat jenuh ditekan menjadi sdibawah satu untuk waktu puncak. Masalah u-turn dan Weaving pun tidak perlu dikhawatirkan, karena dengan satu arah tidak akan terjadi. Adapun antrian akibat pengecekan keamanan untuk tamu hanya sebesar tiga kendaraan dalam antrian, hal ini pun masih dapat ditampung oleh keadaan geometrik gedung Graha Energi sendiri. Adapun masalah pertama yang sangat perlu diperhatikan pada penerapan alternatif ini adalah harus adanya persetujuan dari masing-masing tata guna lahan yang berlokasi di ruas Medco yaitu Sudirman Mansion dan Graha Niaga, karena belum tentu mereka bersedia melakukan kebijakan ini, karena bagi pengguna tata guna lahan ini yang ingin keluar dan lingin langsung menuju wilayah SCBD kini tidak dapat lagi, mereka harus melalui jalur lambat Sudirman dan masuk ke SCBD dari arah Senopati. Masalah yang kedua adalah penambahan lajur ini harus diimbangi dengan pengorbanan, yaitu pemotongan lebar kereb pada jalur lambat Sudirman sebesar satu meter sehingga menjadi dua meter dan pemotongan lebar kereb pada ruas Medco yang tadinya lebar masing-masing sisi adalah 2.3 meter dan 1.5 meter menjadi masing-masing 0.4 meter. Pemotongan kereb inilah yang menjadi masalah, karena pemotongan ini selain membutuhkan dana untuk pemotongan, dana untuk mengaspal jalan yang ditambah, pemotongan kereb ini akan mengurangi lebar kereb yang digunakan untuk berjalan kaki pada trotoar. 5.3.8
Alternatif 8
Pada alternatif 8 selain dilakukan kebijakan satu arah sama seperti alternatif 7, juga dilakukan hal lainnya. Adapun hal lainnya adalah membagi pintu menjadi empat bagian, yaitu pintu tenant di bagian tenggara, tenant di bagian selatan, pintu tamu di bagian tenggara serta pintu motor dan barang di bagian tenggara. Selain itu juga melakukan kebijakan satu arah sepanjang ruas Bengkel hingga ruas Medco, sehingga kendaraan keluar dari Grand Lucky harus keluar menuju arah Sudirman. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan titik konflik di simpang Medco.
V-58
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
Gambar 5.57 Pegerakan alternatif 8 waktu pagi 2009
V-62
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
Gambar 5.58 Pegerakan alternatif 8 waktu sore 2009
V-63
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
5.3.8.1 Analisis Ruas Dengan memberlakukan kebijakan satu arah, yaitu arah Niaga-Sudirman, mengakibatkan beban ruas Medco menurun drastis, hal ini dapat dilihat dari nilai VCR-nya. Hal ini karenakan, volume kendaraan pada ruas ini menurun, karena yang pada awalnya ruas ini harus menerima beban volume kendaraan untuk dua arah pergerakan, kini hanya menanggung volume kendaraan untuk satu arah pergerakan saja. Akan tetapi pada penanganan ini volume kendaraan sedikit bertamabah bila dibandingkan penanganan sebelumnya, karena pada alternatif ini pergerakan keluar dari Grand Lucky dialihkan ke ruas Medco. Selain itu, ditambah dengan pelebaran jalan yang dilakukan, maka kapasitas dari ruas Medco akan meningkat, sehingga kinerja ruas ini makin bertambah baik, bila dibandingkan penanganan sebelumnya. Akan tetapi kebijakan ini mengakibatkan peningkatan beban pada ruas Bengkel. Dengan bertambahnya volume kendaraan (akibat berpindahnya pergerakan yang awalnya dari arah Sudirman) pada ruas ini sementara kapasitasnya tidak berubah, maka kinerja pada ruas ini menurun. Sedangkan pada ruas tenggara, volume kendaraanya pun menurun, mengingat dengan diberlakuakn kebijakan satu arah, maka tidak ada lagi kendaraan dari ruas Medco yang menuju ruas tenggara. 5.3.8.2 Analisis Simpang Dengan memberlakukan kebijakan satu arah, simpang Sudirman tidak memungkinkan lagi adanya pergerakan belok kanan dari jalur lambat Sudirman ke arah Niaga. Sehingga volume kendaraannya menjadi berkurang. Dilakuakan penambahan lebar jalur lambat Sudirman selebar satu meter dan penamabahan satu lajur pada ruas Medco menambha kapasitas pada simpang Sudirman. Dengan berkurangnya volume kendaraan sementara kapasitasnya ditambah, maka nilai DS simpang Sudirman menurun. Sementara konsekuensinya adalah DS simpang Medco bertambah besar, hal ini dikarenakan simpang Medco mendapatkan beban lebih akibat pindahnya pergerakan yang berasal dari simpang Sudirman, sementara kapasitas pada simpang Medco tidak berubah. Akan tetapi pertambahan volume pada simpmang Medco ini tidak bermaslah, karena kapasitas Medco masih diatas jumlah volume kendaraan yang membebaninya. 5.3.8.3 Analisis U-turn Dengan diberlakukannya kebijakan satu arah, maka u-turn pada wilayah kajian, khususnya ruas Medco tidak akan terjadi. 5.3.8.4 Analisis Weaving Dengan diberlakukan kebijakan satu arah, maka Weaving tidak lagi menjadi suatu hal yang harus diperhatikan secara khusus, hal ini dikarenakan bila pada sebelumnya Weaving ditakutkan menyebabkan antrian pada ruas tenggara dan terutama hingga pada ruas Medco, kini dengan satu arah Weaving tidak akan mengganggu kendaraan yang lainnya.
V-64
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
5.3.8.5 Analisis Antrian Dengan membagi pintu tenant di kedua pintu masuk, antrian yang terjadi dalam sistem untuk pintu tenant menjadi berkurang. Dengan jumlah kedatangn tenant sebanyak 313 untuk masing-masing pintu dalam waktu satu jam, hanya membuat antrian dalam sisten sebanyak satu kendaraan. Begitu juga dengan antrian pada pintu tamu. 5.3.8.6 Kesimpulan Alternatif Sama seperti alternatif sebelumnya, dengan melakukan kebijakan satu arah pada ruas Medco, permasalahanya yang terjadi berhasil ditekan, apalagi dengan bertambahnya kapasitas pada ruas Medco dan simpang Suidrman. Bahkan untuk simpang lajur lambat Sudirman yang sudah sangat jenuh ditekan menjadi sdibawah satu untuk waktu puncak. Masalah u-turn dan Weaving pun tidak perlu dikhawatirkan, karena dengan satu arah tidak akan terjadi. Adapun antrian akibat pengecekan keamanan untuk tamu hanya sebesar tiga kendaraan dalam antrian, hal ini pun masih dapat ditampung oleh keadaan geometrik gedung Graha Energi sendiri. Untuk alternatif ini, kendaraan yang keluar dari Grand Lucky dialihkan ke arah ruas Medco, sehingga titik konflik di simpang Medco menjadi hilang. Dengan menambahkan pintu tenant di bagian tenggara, pintu tenant di bagian selatan akan lebih ringan, sehingga antrian yang akan terjadi akan menjadi lebih sedikit untuk masing-masing pintu. Berdasarkan perhitungan, untuk pintu tamu, dengan jumlah kedatangan sebesar 111 kendaraan, antrian dalam sistem hanya sebanyak satu kendaraan, begitu juga dengan keadaan pintu tenant di bagian tenggara dan selatan, dengan masing-masing jumlah kedatangan sebanyak 267 dan 360 kendaraan. Adapun masalah pertama yang sangat perlu diperhatikan pada penerapan alternatif ini adalah harus adanya persetujuan dari masing-masing tata guna lahan yang berlokasi di ruas Medco yaitu Sudirman Mansion, Graha Niaga dan Grand Lucky, karena belum tentu mereka bersedia melakukan kebijakan ini, karena bagi pengguna tata guna lahan ini yang ingin keluar dan lingin langsung menuju wilayah SCBD kini tidak dapat lagi, mereka harus melalui jalur lambat Sudirman dan masuk ke SCBD dari arah Senopati. Masalah yang kedua adalah penambahan lajur ini harus diimbangi dengan pengorbanan, yaitu pemotongan lebar kereb pada jalur lambat Sudirman sebesar satu meter sehingga menjadi dua meter dan pemotongan lebar kereb pada ruas Medco yang tadinya lebar masing-masing sisi adalah 2.3 meter dan 1.5 meter menjadi masing-masing 0.4 meter. Pemotongan kereb inilah yang menjadi masalah, karena pemotongan ini selain membutuhkan dana untuk pemotongan, dana untuk mengaspal jalan yang ditambah, pemotongan kereb ini akan mengurangi lebar kereb yang digunakan untuk berjalan kaki pada trotoar.
V-65
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
Tabel 5.20 Rekapitulasi alternatif solusi
V-66
BAB V ANALISIS DATA ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN GEDUNG GRAHA ENERGI (MEDCO TOWER)
Tabel 5.20 Rekapitulasi alternatif solusi (lanjutan)
Keterangan : DS1 = Derajat kejenuhan pada Simpang Sudirman DS2 = Derajat kejenuhan pada Simpang Mrdco VCR A = Rasio volume terhadap kapasitas pada ruas Medco VCR B = Rasio volume terhadap kapasitas pada ruas Tenggara VCR C = Rasio volume terhadap kapasitas pada ruas Bengkel
V-67