ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SAYUR, BUAH DAN KOPI, SERTA SINDROM METABOLIK KARYAWAN NON-OBESE DI PT INDOCEMENT CITEUREUP
ROSSY FEBRIANI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi, serta sindrom metabolik karyawan non-obese di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015
Rossy Febriani NIM I14100085
ABSTRAK ROSSY FEBRIANI. Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Sayur, Buah dan Kopi, serta Sindrom Metabolik Karyawan di PT Indocement Citeureup. Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI dan NAUFAL MUHARAM NURDIN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi, tekanan darah, profil lipid, sindrom metabolik dan status gizi karyawan middle age non-obese di PT Indocement Citeureup. Desain cross sectional dengan purposive sampling 59 orang karyawan middle age non-obese di PT Indocement digunakan pada studi ini. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 34% contoh memiliki status gizi lebih dan 88% contoh memiliki persen lemak yang tinggi. Sebanyak 17% contoh mengalami hipertensi dan 80% contoh mengalami dislipidemia. Sebanyak 49% contoh termasuk ke dalam kategori aktivitas fisik ringan. Sebanyak 20% contoh mengalami kejadian sindrom metabolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi sayur contoh adalah 61.5±44.8 gram yang masih rendah dibandingkan dengan anjuran dari PGS, rata-rata konsumsi buah contoh adalah 159.5±104.7 gram yang sudah sesuai dengan anjuran dari PGS dan rata-rata konsumsi kopi contoh adalah 250.1±259.8 ml yang masih termasuk dalam konsumsi wajar. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konsumsi sayur dengan lingkar perut (p<0.05). Tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi dengan kejadian sindrom metabolik (p>0.05). Kata kunci: middle age, non-obese, sindrom metabolik ABSTRACT ROSSY FEBRIANI. Analysis of Physical Activity, Consumption of Vegetables, Fruits and Coffee, and Metabolic Syndrome of Non-obese Employees at PT Indocement Citeureup. Supervised by IKEU EKAYANTI and NAUFAL MUHARAM NURDIN. This research was conducted to analyze the physical activity, the consumption of vegetables, fruits and coffee, blood pressure, lipid profile, metabolic syndrome and nutritional status of employees middle age non-obese at PT Indocement Citeureup. Design cross sectional with purposive sampling of 59 employees middle age non-obese at PT Indocement was used in this study. The results showed 34% of the samples was overweight and 88% sample had a high percent fat. As much as 17% of samples subjected to had hypertension and 80% of samples subjected to had dyslipidemia.49% of the samples were included in the category of light activity. 20% of samples subjected to had metabolic syndrome. The results showed that the average consumption of vegetable samples was 61.5±44.8 gram still low compared with the recommendation of PGS, the average consumption of fruit was 159.5±104.7 gram appropriate with the recommendation of PGS and average consumption of coffee was 250.1±259.8 ml included in reasonable consumption. There were significant negative relationship between vegetables consumption with abdominal circumference (p < 0.05). There were no significant relationship (p > 0.05) between physical activity, consumption of vegetables, fruits and coffee with incident metabolic syndrome. Keywords: metabolic syndrome, middle age, non-obese
ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SAYUR, BUAH DAN KOPI, SERTA SINDROM METABOLIK KARYAWAN NON-OBESE DI PT INDOCEMEN CITEUREUP
ROSSY FEBRIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Analisis aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi, serta sindrom metabolik karyawan non-obese di PT Indocement Citeureup. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes dan Bapak dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingannya dalam pelaksanaan kuliah selama di Departemen Gizi Masyarakat. 3. Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S.Ked, M.Gizi sebagai dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Pihak-pihak PT Indocement Citeureup yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. 5. Orang tua (Aos Rosyid dan Nuryani), Aradea Rosidiansyah dan Irhan Andifa (Kakak), Adam Asmaran dan Bilqist Almira Ramadhani (Adik), serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya selama ini. 6. Keluarga Gizi Masyarakat 47 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan. 7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Demikian yang bisa penulis sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.
Bogor, Maret 2015
Rossy Febriani
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Manfaat Penelitian
2
KERANGKA PEMIKIRAN
2
METODE
4
Desain, Tempat, dan Waktu
4
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
4
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
4
Pengolahan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
9 9
Karakteristik Karyawan
10
Status Gizi
10
Tekanan Darah
12
Profil Lipid
12
Aktivitas Fisik
14
Konsumsi Pangan
14
Sindrom Metabolik
15
Uji Hubungan antara Aktivitas Fisik, Konsumsi Sayur, Buah dan Kopi dengan Kejadian Sindrom Metabolik 18 SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Data, jenis data dan cara pengumpulan data Klasifikasi persen lemak tubuh Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR Cara pengkategorian variabel Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pendapatan Sebaran contoh berdasarkan status gizi Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah Sebaran contoh berdasarkan profil lipid darah Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik Sebaran contoh berdasarkan tanda-tanda sindrom metabolik Hasil uji hubungan antar variabel Hasil uji ubungan antara aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi dengan sindrom metabolik
5 6 6 7 10 11 12 13 14 15 16 18
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 2 Sebaran contoh terhadap kejadian dislipidemia 3 Sebaran contoh terhadap kejadian sindrom metabolik
3 14 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner
23
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Karyawan merupakan salah satu modal sumber daya manusia yang sangat penting keberadaannya karena sumber daya manusia adalah salah satu aset utama yang berfungsi sebagai penggerak perusahaan. Tingkat produktivitas yang maksimal tentunya sangat dibutuhkan oleh setiap sumber daya manusia agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Menurut Simanjuntak (1985), salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah kualitas dan kemampuan fisik tenaga kerja. Faktor ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, kesehatan, dan asupan gizi karyawan. Semakin tinggi keadaan gizi dan kesehatan seseorang, maka produktivitas kerjanya cenderung meningkat, begitupula sebaliknya. Usia juga mempengaruhi produktivitas karyawan. Rentang usia produktif adalah 15-65 tahun. Tetapi, menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I nomor: PER.02/MEN/1993 tentang usia pensiun normal dan batas usia pensiun maksimum bagi peserta peraturan dana pensiun dalam pasal 2 menyebutkan bahwa usia pensiun normal adalah 55 tahun. Usia paruh baya (middle age) adalah usia yang berkisar antara 45-59 tahun. Pada middle age akan terjadi peningkatan risiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, penyakit serebrovaskuler, penyakit jantung koroner, osteoartritis, penyakit musculoskeletal, dan penyakit paru-paru (Yenny&Herwana 2006). Salah satu penyakit yang sering diderita pada usia ini adalah sindrom metabolik. Resistensi insulin sudah ditetapkan sebagai faktor yang paling penting dalam penggambaran patofisiologi sindrom metabolik. Sindrom ini merupakan penanda faktor risiko penyakit kardiovaskuler, seperti intoleransi glukosa, hipertensi, dislipidemia dan obesitas sentral. Indeks Massa Tubuh (IMT) paling banyak digunakan untuk mencerminkan obesitas pada seseorang dan terpercaya bahwa IMT mempunyai kaitan dengan efek samping metabolisme, tetapi IMT tidak selalu berkolerasi dengan derajat resistensi insulin. Beberapa pengamatan menunjukkan bahwa subkelompok non-obese atau sedikit gemuk yang metabolically obese but normal weight (MONW), hadir dengan beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan resistensi insulin. Individu dengan MONW ditandai dengan terganggunya sensitivitas insulin, obesitas sentral, profil lipid yang bersifat aterogenik (dislipidemia), tingginya tekanan darah (hipertensi) dan rendahnya aktivitas fisik (Hwan Lee et al. 2010). Menurut Esmaillzadeh et al. (2006), banyak penelitian yang menyelidiki peran konsumsi sayur dan buah pada penyakit kronik tetapi data langsung terkait konsumsi buah dan sayur terhadap sindrom metabolik masih kurang. Konsumsi sayur dan buah dapat mengurangi risiko sindrom metabolik melalui kombinasi dari manfaat antioksidan, serat, kalium, magnesiun dan fitokimia lainnya.
2
Konsumsi kopi terkait dengan sindrom metabolik seperti kafein pada hipertensi dan antioksidan yang terkandung di dalamnya dapat menurunkan resistensi insulin. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi, serta sindrom metabolik karyawan middle age non-obese di PT Indocement Citeureup.
Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi, tekanan darah, profil lipid, sindrom metabolik dan status gizi karyawan middle age non-obese di PT Indocement Citeureup. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh. 2. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi sayur, konsumsi buah dan konsumsi kopi dengan kejadian sindrom metabolik.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai status kesehatan karyawan middle age non-obese di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup. Informasi tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak terkait khususnya pihak PT Indocement untuk menetapkan kebijakan atau strategi yang tepat bagi perbaikan status gizi dan kesehatan karyawan sesuai dengan kebutuhannnya dalam upaya pencegahan penyakit sindrom metabolik.
KERANGKA PEMIKIRAN Sindrom metabolik merupakan sekelompok faktor risiko terkait dengan kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas, yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan penyakit lain seperti diabetes dan stroke. Meskipun sindrom metabolik lebih umum terjadi pada orang yang obesitas, akan tetapi banyak juga orang yang obesitas tidak memiliki kondisi ini. Terdapat juga kondisi sindrom metabolik dengan berat badan normal yang sering disebut dengan Metabolic Obese but Normal Weight (MONW). Individu dengan MONW ditandai dengan terganggunya sensitivitas insulin, obesitas sentral, profil lipid yang bersifat aterogenik (dislipidemia), tingginya tekanan darah (hipertensi) dan rendahnya aktivitas fisik (Hwan Lee et al. 2010). Menurut penelitian yang dilakukan Esmaillzadeh et.al (2006) menyebutkan bahwa terdapat hubungan konsumsi sayur dan buah yang tinggi dengan penurunan risiko penyakit sindrom metabolik. Uraian lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Karakteristik sampel: Usia Pendidikan pendapatan
Aktivitas fisik
Sindrom Metabolik 1) obesitas sentral (≥90 cm pada laki-laki) 2) trigliserida ≥ 150 mg/dl; 3) HDL >40 mg/dl; 4) tekanan darah sistol ≥ 130 mmHg atau tekanan darah diastol ≥85 mmHg; 5) Gula Darah Puasa ≥ 100 mg/dl.
Status gizi (IMT <27.00 dan Lingkar Perut)
Konsumsi sayur, buah dan kopi
Persen lemak tubuh
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study, bertempat di PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Citeureup. Lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan dapat tercapainya tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014, sedangkan pengolahan,
4
analisis, dan interpretasi data dilakukan pada bulan Oktober 2014 hingga Januari 2015.
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah para karyawan di PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Citeureup. Proses penarikan contoh dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi perusahaan. PT Indocement Citeureup rutin melakukan medical check up bagi karyawan tetap yang dilakukan setahun sekali. Karyawan yang terlibat dalam penelitian ini adalah karyawan yang melakukan medical check up pada bulan September 2014. Lalu pemilihan contoh dilakukan dengan metode purposive dengan kriteria inklusi yaitu: karyawan laki-laki PT Indocement, berada pada usia middle age (45-59 tahun), IMT <27.00, dan bersedia dijadikan contoh penelitian. Jumlah contoh yang dapat diambil menggunakan perhitungan Lemeshow dengan rumus: n= Keterangan:
n
𝑧𝛼2 ×𝑝 ×𝑞 (𝑑)2
= jumlah contoh yang akan diambil
𝑧𝛼
= 1,96
p
= Prevalensi sindrom metabolik di Bogor 2011-2012 (18.7%) (Sirait & Sulityowati 2014) =1-p = tingkat kesalahan yang dapat ditolerir/nilai presisi (10%)
q d Maka besar sampel:
n= n=
1.962 ×0.187 ×0.813 (0.1)2 0.584 0.01
n = 59 Dari rumus di atas diperoleh besar contoh dalam penelitian ini sebanyak 59 responden.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung dan wawancara menggunakan kuesioner. Jenis data primer yang dikumpulkan yaitu karakteristik sosial ekonomi contoh, konsumsi pangan, dan aktivitas fisik. Karakteristik contoh meliputi: nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Konsumsi pangan contoh yaitu dengan FFQ. Aktivitas fisik selama dua hari yaitu hari kerja (1×24 jam) dan hari libur (1×24 jam). Data sekunder meliputi data berat badan, tinggi badan, lingkar perut, persen lemak, gula darah puasa, profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida), tekanan darah dan gambaran umum PT Indocement tempat penelitian berlangsung. Data, jenis data dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 1.
5
Tabel 1 Data, jenis data dan cara pengumpulan data Cara pengumpulan dan Data Jenis Data No pengukuran data Karakteristik contoh (nama, jenis kelamin, usia, 1 Primer Kuisioner pendidikan, pekerjaan dan pendapatan) 2 Berat badan (kg) Sekunder Hasil medical check-up 3 Tinggi Badan (cm) Sekunder Hasil medical check-up 4 Persen lemak tubuh Sekunder Hasil medical check-up Frekuensi dan jumlah 5 Primer FFQ konsumsi pangan Kuisioner metode PAL 6 Aktivitas fisik Primer (Physical Activity Level) Profil lipid (kolesterol total, 7 Sekunder Hasil medical check-up HDL, LDL, trigliserida) 8
Tekanan darah
Sekunder
Hasil medical check-up
9
Karakteristik perusahaan (lokasi, jumlah karyawan, jam kerja, dan sarana prasarana)
Sekunder
Wawancara dengan kuesioner
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data Pengolahan data menggunakan software komputer yaitu Microsoft Excell dan SPSS versi 16.0 for windows. Proses pengolahan meliputi kegiatan editing, coding, entry dan cleaning. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dan analitik. Data karakteristik contoh yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan dan pendapatan serta data tinggi badan, berat badan dan status gizi dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan korelasi. Pendapatan pada contoh diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan Slamet (1993), interval kelas ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut : Interval kelas (A)= Skor maksimum (NT)-Skor minimum (NR) Jumlah kategori Status gizi contoh dihitung berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT diperoleh dari perbandingan indeks antropometri berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2). Rumus untuk menentukan indeks massa tubuh yaitu: 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) IMT (kg/m2) = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚2 ) Data pola konsumsi pangan mencakup frekuensi konsumsi bahan pangan dalam setahun dengan menggunakan Food Frequency Questionairre (FFQ). Kuesioner ini berisi tentang data buah-buahan, sayuran, dan kopi.
6
Persen lemak yang diukur dapat menggambarkan jumlah simpanan lemak dalam jaringan adiposa. Pengukuran persentase lemak tubuh menggunakan alat yaitu Body Fat Monitoring (Omron). Data persen lemak tubuh diolah dengan mengelompokkan data berdasarkan jenis kelamin, kemudian diklasifikasikan berdasarkan standar alat Body Fat Monitoring (Omron) yang dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi persen lemak tubuh Jenis Kelamin Persen Lemak Tubuh Laki-laki Perempuan Kurang <10% <20% Normal 10-20% 20-30% Tinggi >20% >30% Pengukuran aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan metode record jenis aktivitas fisik yang dilakukan sampel dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. Record aktivitas fisik yang diambil adalah selama 2x24 jam yaitu satu hari pada hari kerja dan satu hari pada hari libur. Menurut FAO/WHO/UNU (2001) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik yang didapat dengan menggunakan rumus PAL sebagai berikut: ∑(𝑃𝐴𝑅 ×𝑎𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛) PAL = 24 𝑗𝑎𝑚 Keterangan : PAL : physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PAR : physical activity rasio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas fisik per satuan waktu tertentu) Setiap aktivitas mempunyai nilai PAR yang berbeda dalam kilokalori per menitnya. Beberapa jenis aktivitas yang dilakukan contoh pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAR Aktivitas Aktivitas umum Tidur Berbaring Duduk diam Berdiri Mencuci tangan/muka dan rambut Cara Transportasi Jalan lambat Jalan cepat Duduk di bus/kereta Mengendarai motor Mengendarai mobil/truk Pekerja kantor Membaca Duduk Berdiri/bergerak Mengetik Menulis
Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)
Rata-rata PAR Laki-laki Perempuan 1.0 1.2 1.2 1.4 2.3
1.0 1.2 1.2 1.5
2.8 3.8 1.2 2.7 2.0
3.0
1.3 1.3 1.6 1.8 1.4
1.5
1.8 1.4
7
Dislipidemia didefinisikan sebagai status plasma lipid yang tidak normal. Keadaan lipid yang tidak normal termasuk naiknya kadar kolesterol total, LDL dan trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dikatakan dislipidemia jika mengalami salah satu atau lebih keadaan lipid yang tidak normal (Ballantyne et al. 2009). Menurut International Diabetes Federation (IDF), National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), World Heart Federation (WHF), International Atherosclerosis Society (IAS) dan America Heart Association (AHA) (2009), seseorang dikatakan sindrom metabolik apabila mengalami 3 kelainan dari 5 kriteria berikut: 1)obesitas sentral (≥90 cm pada laki-laki) 2) trigliserida ≥ 150 mg/dl; 3) HDL <40 mg/dl; 4) tekanan darah sistol ≥ 130 mmHg atau tekanan darah diastol ≥85 mmHg; 5) Gula Darah Puasa ≥ 100 mg/dl (Alberti et al. 2009). Tabel 4 Cara pengkategorian variabel No. Variabel Kategori 1. Kurus (< 18.5) Status Gizi Berdasarkan IMT 1 2. Normal (≥18.5 – 24.9) (Depkes 2013) 3. Berat badan lebih (≥25.0 – 26.9) 1. Ringan (1,40 ≤ PAL ≤ 1,69) Aktivitas fisik 2. Sedang (1,70 ≤ PAL ≤ 1.99) 2 FAO/WHO/UNU (2001) 3. Berat (2,0 ≤ PAL ≤ 2,40) 1. Baik (<150 mg/dL) 3 Trigliserida (Kopapdi 2005) 2. Sedang (150-199 mg/dL) 3. Buruk (≥200 mg/dL) 1. Optimal (<200 mg/dl) 4 Kolesterol total (Depkes 2013) 2. Sedang (200-239 mg/dl) 3. Tinggi (≥ 240 mg/dl) 1. Baik (> 40 mg/dl) 5 HDL (Depkes 2013) 2. Buruk (<40 mg/dl) 1. Optimal (<100 mg/dl) 2. Mendekati optimal (100-129 mg/dl) 6 LDL (Depkes 2013) 3. Sedang (130-159 mg/dl) 4. Tinggi (160-189 mg/dl) 5. Sangat tinggi (≥190 mg/dl) 7
Dislipidemia
1. Tidak 2. Iya
8
Sindrom metabolik
1. Tidak 2. Iya
Analisis Data Analisis data menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010 dan SPSS 16.0 for Windows, dengan analisis sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif meliputi: a. Pendidikan dan pendapatan b. Status gizi (IMT dan lingkar perut) dan persen lemak c. Profil lipid yang meliputi trigliserida, HDL, LDL, dan kolesterol total serta kejadian dislipidemia
8
d. Tekanan darah dan kejadian hipertensi e. Aktivitas fisik f. Konsumsi buah, kopi dan sayur meliputi frekuensi dan URT g. Kejadian sindrom metabolik 2. Uji korelasi Pearson dan Spearman yang digunakan untuk melihat hubungan antara a. Aktivitas fisik dengan lingkar perut, HDL, trigliserida, gula darah puasa, sistol dan diastol. b. Konsumsi sayur dengan lingkar perut, HDL, trigliserida, gula darah puasa, sistol dan diastol. c. Konsumsi buah dengan lingkar perut, HDL, trigliserida, gula darah puasa, sistol dan diastol. d. Konsumsi kopi dengan lingkar perut, HDL, trigliserida, gula darah puasa, sistol dan diastol. 3. Uji korelasi Chi Square yang digunakan untuk melihat hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi dengan kejadian sindrom metabolik.
Definisi Operasional Contoh adalah karyawan PT Indocement Bogor. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh karyawan meliputi usia, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan. Usia contoh adalah usia karyawan saat dilakukan pengambilan data penelitian. Pendidikan contoh adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh karyawan. Pendapatan adalah jumlah uang yang dimiliki per bulan dari hasil kerja. Berat badan adalah massa tubuh dalam dalam satuan kilogram yang meliputi lemak, otot, tulang, cairan tubuh, dan lain-lain. Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan karyawan dalam posisi berdiri tegak sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan. Frekuensi konsumsi pangan adalah frekuensi contoh mengkonsumsi makanan dan minuman dalam satu tahun terakhir. Aktivitas fisik adalah banyaknya waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari yang menuntut pergerakan fisik tubuh seseorang. Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Persen lemak tubuh adalah komposisi lemak dalam tubuh yang tersimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan alat Body Fat Monitoring (Omron) dan diklasifikasikan menjadi kurang, normal, dan tinggi.
9
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan indeks berat badan dan tinggi badan Lingkar perut adalah angka yang menunjukkan keliling perut dalam satuan sentimeter (cm) yang diukur dengan mencari lingkar perut yang paling besar. Gula darah puasa adalah gula darah yang diukur pada saat contoh tidak makan atau minum sesuatu yang mengandung gula selama delapan jam. Profil lipid adalah gambaran trigliserida, HDL, LDL dan kolesterol total di dalam darah contoh. Dislipidemia adalah status plasma lipid yang tidak normal. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik contoh di atas normal. Sindrom metabolik adalah kumpulan kelainan metabolik baik lipid maupun nonlipid yang merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler, yang terdiri atas obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida tinggi dan HDL rendah), hipertensi, dan gula darah puasa yang abnormal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia dengan merk dagang “Tiga Roda”. Selain menjadi produsen semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga memproduksi beton siap pakai (Ready-Mix Concrete) dan mengelola tambang Agregat dan Trass. Sampai saat ini, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki 12 unit produksi yang tersebar di tiga tempat yaitu Citeureup di Bogor, Palimanan di Cirebon, dan Tarjun di Kalimantan Selatan. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk resmi didirikan pada tanggal 16 Januari 1985. Produk utama Indocement adalah semen tipe Ordinary Portland Cement disingkat OPC dan Pozzolan Portland Cement disingkat PPC yang kemudian digantikan oleh Portland Composite Cement yang disingkat PPC sejak 2005. Indocement juga memproduksi semen jenis lain misalnya Portland Cement Type II dan Type V serta Oil Well Cement. Indocement juga merupakan satusatunya produsen semen jenis Semen Putih (White Cement) di Indonesia. Tenaga kerja di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terdiri dari tenaga kerja tetap, tenaga kerja kontrak, dan tenaga kerja harian. Sumber tenaga kerja berasal dari lokal dan tenaga kerja asing yang biasanya dibatasi dalam masa kontrak. Perincian tenaga kerja yang ada di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ditinjau dari tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Jumlah karyawan di
10
Indocement pada tahun 2013 adalah 7300 orang. Pembagian kerja yang dilakukan pada karyawan PT Indocement Tunggal Prakarsa dibagi dalam 2 waktu kerja, yaitu waktu kerja normal dan waktu kerja shift. PT Indocement memiliki beragam upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan karyawan. Beberapa upaya tersebut adalah mengadakan aerobik rutin selama dua kali/minggu dan mengadakan medical check-up rutin bagi karyawan setiap tahunnya. Karakteristik Karyawan Contoh pada penelitian ini adalah karyawan laki-laki. Contoh yang diambil adalah kelompok pada usia middle age. Usia contoh berkisar antara 45-55 tahun dengan rata-rata usia sebesar 50.0 ± 3.1 tahun. Pendidikan dan Pendapatan Karyawan Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pendapatan Karakterisitik n % Pendidikan Tidak Sekolah 1 2 SD/Sederajat 6 10 SMP/Sederajat 6 10 SMA/Sederajat 42 71 Sarjana/S1 4 7 Pascasarjana/S2 0 0 Total 59 100 Pendapatan
Kelompok I (<9.000.000) Kelompok II (9.000.000-14.499.999) Kelompok III (≥15.000.000)
39 66 17 29 3 5 Total 59 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar karyawan 71% berpendidikan SMA/Sederajat. Sisanya, sebanyak masing-masing 10% karyawan berpendidikan SD/Sederajat dan SMP/Sederajat, sebanyak 7% karyawan berpendidikan Sarjana/S1 dan sebanyak 2% karyawan tidak sekolah. Kisaran pendapatan contoh adalah Rp 3500000 – Rp 20000000. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh (66%) memiliki pendapatan yang tergolong dalam kelompok I. Sementara sisanya yaitu sebesar 29% contoh termasuk ke dalam kelompok II dan sebesar 5% contoh termasuk ke dalam kelompok III. Rata-rata pendapatan contoh adalah Rp 7949153 ± Rp 3045198. Kelompok dengan status ekonomi lebih tinggi akan memiliki pola makan yang lebih sehat karena kelompok tersebut lebih sadar akan kesehatan dan mempunyai gaya hidup yang lebih sehat (Gibney et al 2005).
Status Gizi Status gizi diartikan sebagai keadaan kesehatan seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Soekirman 2002). Menurut Sukandar (2009) status gizi pada orang
11
dewasa usia 18 tahun ke atas dapat ditentukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Selain menggunakan IMT, status gizi juga dapat diukur dengan menggunakan lingkar perut. Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan status gizi Status Gizi n % IMT Kurang 1 2 Normal 38 64 Berat Badan Lebih 20 34 Total 59 100 Lingkar Perut Normal 46 78 Obesitas Sentral 13 22 Total 59 100 Persen Lemak
Normal 7 12 Tinggi 52 88 Total 59 100 Contoh yang diambil dalam penelitian ini adalah kelompok non obesitas sehingga hanya ada tiga kelompok saja yaitu kurus, normal dan berat badan lebih. Berdasarkan hasil penelitian 64% contoh termasuk ke dalam kelompok status gizi normal. Sedangkan sisanya sebanyak 34% contoh termasuk ke dalam kelompok status gizi lebih dan 2% contoh termasuk ke dalam kelompok status gizi kurang. Menurut Almatsier (2003) status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin. Sebagian besar lingkar perut contoh (78%) termasuk dalam kategori kelompok normal dan sisanya yaitu 22% termasuk dalam kategori kelompok obesitas sentral. Jika dibandingkan dengan prevalensi obesitas sentral di Indonesia yaitu 26.6% (Depkes 2013), prevalensi obesitas sentral pada contoh masih di bawah prevalensi obesitas sentral di Indonesia. Menurut Cahyono (2008), obesitas sentral merupakan salah satu penyebab kerentanan seseorang terhadap diabetes melitus sekaligus juga hipertensi, dislipidemia, dan pembengkakkan jantung. Para ahli juga menyebut kumpulan tanda ini sebagai sindrom metabolik. Persen lemak dapat menggambarkan jumlah simpanan lemak dalam jaringan adiposa. Rata-rata persen lemak contoh adalah 25.1±3.9. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 88% contoh memiliki persen lemak yang tinggi sedangkan 12% contoh memiliki persen lemak yang normal. Persen lemak dalam tubuh harus terdapat dalam persentase yang normal karena jika persentase lemak tubuh melebihi batas normal dapat terjadi kelainan-kelainan padatubuh kita seperti kegemukan, penebalan dinding pembuluh darah (aterosklerosis), peningkatan tekanan darah, stroke dan serangan jantung (Huda 2007). Menurut Tamher dan Noorkasiani (2009) seiring dengan meningkatnya usia seseorang maka persen lemak tubuh juga cenderung meningkat.
12
Walaupun sebagian besar IMT contoh tergolong dalam kategori normal tetapi persen lemak contoh termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa IMT yang normal itu tidak bisa menggambarkan persen lemak dalam tubuh karena komposisi tubuh setiap individu berbeda-beda.
Tekanan Darah Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah Tekanan Darah n % Normal 47 80 Hipertensi 12 20 Total 59 100 Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. (Gunawan 2001). Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh yaitu 80% contoh memiliki nilai tekanan darah yang termasuk ke dalam kategori normal sedangkan 20% contoh termasuk ke dalam kategori hipertensi. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah agar oksigen dan nutrisi tubuh dapat dipenuhi. Jika hal ini dibiarkan, keadaan ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Depkes 2013). Menurut Gunawan (2001) ada beberapa faktor penyebab terjadinya hipertensi yaitu faktor keturunan, umur, jenis kelamin, ras, dan kebiasaan hidup seperti konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, stres, merokok dan minum alkohol. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terpenting dalam perkembangan Cardiovaskuler Disease (CVD) di seluruh dunia. Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada sindrom metabolik. Diantara semua komponen metabolik sindrom , kemunculan hipertensi menjadi penanda kematian yang kuat akibat kardiovaskuler.
Profil Lipid Profil lipid terdiri dari trigliserida, HDL, LDL dan kolesterol total. Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa sebanyak 56% contoh memiliki kadar trigliserida normal dan 19% contoh memiki kadar trigliserida buruk. Trigliserida merupakan simpanan lemak tubuh yang terdapat juga dalam aliran darah. Trigliserida merupakan sumber energi yang sangat penting bagi otot jantung. Peningkatan jumlah trigliserida adalah faktor risiko bagi penyakit jantung dan stroke, terutama dalam hubungannya dengan resistensi insulin (D’Adamo dan Whitney 2004). Sebanyak 53% contoh memiliki kadar HDL (High Density Lipoprotein) yang baik dan 47% contoh memiliki kadar HDL yang buruk. HDL sering disebut sebagai kolesterol baik. Semakin tinggi kadar HDL akan semakin baik karena HDL bisa melawan terjadinya endapan arteri jantung. HDL akan mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam aliran darah dan menyerahkannya ke
13
lipoprotein lain untuk diangkut kembali ke hati untuk diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh (Almatsier 2006). Hasil penelitian untuk LDL (Low Density Lipoprotein) adalah sebanyak 32% contoh memiliki kadar LDL yang sedang, 7% contoh memliliki kadar LDL yang tinggi dan 4% contoh memiliki kadar LDL yang sangat tinggi. LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat karena jika LDL teroksidasi di pembuluh darah akan mengakibatkan penumpukan dalam pembuluh darah. Jika terjadi dalam jangka panjang maka kolesterol akan menumpuk pada pembuluh darah dan membentuk plak sehingga menyebabkan aterosklerosis (Almatsier 2006). Kadar kolesterol total merupakan susunan dari banyak zat termasuk diantaranya trigliserida, LDL kolesterol dan HDL kolesterol. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 56% contoh memiliki kadar kolesterol optimal, 34% contoh memiliki kadar kolesterol sedang dan 10% contoh memiliki kadar kolesterol tinggi. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan profil lipid darah Profil Lipid n % Trigliserida Baik 33 56 Sedang
Buruk Total HDL Baik Buruk Total LDL Optimal Mendekati optimal Sedang Tinggi Sangat tinggi Total Kolesterol total Optimal Sedang Tinggi Total
15
25
11 59
19 100
35 24 59
59 41 100
12 22 19 4 2 59
20 37 32 7 4 100
33 20 6 59
56 34 10 100
Dislipidemia Dislipidemia adalah gangguan atau perubahan pada kadar lipid dalam darah. Gangguan itu dapat berupa peningkatan kadar total kolesterol atau hiperkolesterolemia, penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL), peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) atau peningkatan kadar trigliserida dalam darah (hipertrigliserida) (Marmot, 1993). Dikatakan dislipidemia jika trigliserida contoh temasuk ke dalam kategori sedang dan buruk, HDL termasuk dalam kategori buruk, LDL termasuk dalam kategori sedang, tinggi sampai sangat tinggi serta kolesterol total yang termasuk kategori sedang dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa contoh yang
14
dislipidemia sebesar 80% (47 contoh) dan contoh yang tidak dislipidemia sebesar 20% (12 contoh). Gambar 2 Sebaran contoh terhadap kejadian dislipidemia Dislipidemia 20%
80%
Iya Tidak
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah kegiatan yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik seperti berjalan, berlari, berolahraga dan lainlain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan kerja otot (FKM-UI 2007). Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik Aktivitas Fisik n % Ringan 29 49 Sedang 27 46 Berat 3 5 Total 59 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 49% contoh termasuk ke dalam kategori aktivitas fisik yang ringan, 46% contoh termasuk ke dalam kategori aktivitas fisik sedang, dan 5% contoh termasuk ke dalam kategori aktivitas fisik berat. Gaya hidup sedentary adalah gaya hidup dimana gerak fisik sangat minimal. Umumnya aktivitas fisik yang dilakukan contoh pada saat bekerja adalah duduk, berjalan, mengoperasikan komputer, memonitor alat, mengendarai motor atau mobil, mengoperasikan alat berat dan mengangkat barang. Sedangkan aktivitas fisik yang dilakukan contoh pada saat hari libur adalah berbaring, duduk santai, mengurus kebun, menonton televisi dan jalan-jalan. Aktivitas fisik erat kaitannya dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Tubuh yang sehat akan mampu melakukan aktivitas fisik secara optimal, dan aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dalam porsi cukup mempunyai dampak yang positif terhadap kesehatan tubuh (Widodo &Syafruddin 1990).
Konsumsi Pangan Konsumsi Sayur dan Buah Sayuran bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan. Rata-rata konsumsi sayur pada contoh adalah sebesar 61.5±44.8 gram. Sayur yang paling banyak dikonsumsi adalah bayam, timun dan wortel. Akan
15
tetapi rata-rata konsumsi sayuran ini masih jauh di bawah anjuran yaitu 250 gram atau setara dengan 2.5 porsi dalam sehari (PGS 2014). Buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang paling baik. Serat pangan ini berfungsi untuk mencegah bebagai penyakit degenereratif. Rata-rata konsumsi buah pada contoh adalah sebesar 159.5±104.7 gram. Rata-rata konsumsi buah ini sudah mencapai anjuran yaitu 150 gram setiap hari (PGS 2014). Buah yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah pepaya, pisang dan jeruk. Sayur dan buah adalah sumber serat pangan yang sangat mudah ditemukan dalam bahan pangan. Menurut Winarno (1992), beberapa penelitian menyebutkan bahwa konsumsi serat dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah terutama jika dilakukan secara kontinyu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lairon et al. jumlah konsumsi serat makanan dan serat tak larut yang tinggi berhubungan dengan penurunan risiko kelebihan berat badan (overweight), tekanan darah dan kolesterol. Menurut PGS (2014) berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi buah dan sayur yang cukup dapat menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah yang cukup berpengaruh dalam pencegahan penyakit kronik yang tidak menular. Konsumsi Kopi Konsumsi kopi dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja. Senyawa paling penting yang terkandung di dalam kopi adalah kafein. Kafein dalam kopi mempengaruhi sistem saraf pusat, otot, dan ginjal. Konsumsi kafein harus dilakukan dengan hati-hati, terutama bagi seseorang yang sensitif atau berisiko tinggi menderita gangguan fungsi jantung dan ginjal (Anwar Faisal & Ali Khomsan 2009). Konsumsi kopi rata-rata contoh adalah 250.1±259.8 ml atau setara dengan ± dua cangkir sehari. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi contoh masih dalam batas wajar karena konsumsi kafein (kopi) dalam jumlah wajar, yaitu sekitar 300 mg per hari atau setara dengan ± tiga cangkir kopi per hari, tidak menyebabkan gangguan kesehatan pada orang dewasa normal.
Sindrom Metabolik Sindrom metabolik adalah kumpulan gangguan metabolik yang menandakan seseorang lebih berisiko mengidap penyakit jantung/pembuluh darah dan Diabetes Mellitus (DM). Gangguan metabolik ini terjadi karena banyak faktor-faktor risiko seperti hiperglikemia, hipertensi, obesitas sentral, dislipidemia, dan resisten insulin (Gibney et al.2005). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan tanda-tanda sindrom metabolik Tanda Sindrom Metabolik Lingkar perut Trigliserida HDL Gula darah puasa Tekanan darah
Normal n 46 33 35 45 47
Tidak % 78 56 59 76 80
n 13 26 24 14 12
% 22 44 41 24 20
Tabel di atas menunjukkan tanda-tanda sindrom metabolik pada contoh. Salah satu tanda sindrom metabolik yang paling banyak terjadi pada contoh
16
adalah nilai trigliserida di atas normal yaitu terdapat pada 44% contoh dan yang paling rendah adalah nilai tekanan darah di atas normal yang terdapat pada 20% contoh. Contoh dikatakan sindrom metabolik apabila memiliki tiga atau lebih faktor risiko lainnya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa contoh yang terkena sindrom metabolik sebesar 20% (12 contoh) dan untuk yang tidak sindrom metabolik sebesar 80% (47 contoh). Faktor risiko kejadian sindrom metabolik pada contoh yang paling banyak terjadi adalah karena nilai lingkar perut dan trigliserida di atas normal serta nilai HDL yang berada di bawah normal. Gambar 3 Sebaran contoh terhadap kejadian sindrom metabolik Sindrom Metabolik 20% Iya
80%
Tidak
Tabel 11 Hasil uji hubungan antar variabel Variabel Aktivitas Fisik Konsumsi Sayur Konsumsi Buah Konsumsi Kopi
Lingkar perut P r
HDL
Trigliserida
p
r
P
r
Gula Darah Puasa p R
Sistol
Diastol
p
r
p
r
0.85
-0.02
0.45
0.10
0.28
0.14
0.22
-0.16
0.35
-0.12
0.59
0.07
0.04
-0.27
0.85
-0.03
0.51
0.09
0.59
-0.07
0.42
-0.11
0.42
-0.11
0.92
-0.01
0.08
0.23
0.56
-0.08
0.61
-0.07
0.83
0.03
0.25
0.15
0.62
-0.07
0.32
-0.13
0.97
-0.01
0.07
-0.24
0.74
0.04
0.40
-0.11
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan secara signifikan dengan lingkar perut, HDL, trigliserida, gula darah puasa, serta sistol dan diastol. Hal ini diduga karena aktivitas fisik pada contoh tergolong ringan dan sebagian contoh jarang berolahraga. Menurut Cahyono (2008) aktivitas fisik yang ringan dapat menyebabkan penumpukan lemak khususnya di bagian perut. Penumpukan lemak ini disebabkan oleh kelebihan kalori yang tidak diimbangi oleh aktivitas fisik yang sesuai. Penumpukan lemak yang berlebih juga membuat kadar gula meningkat lebih tinggi dari kadar normal Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shaper dan Wannamethee (1991) pada populasi laki-laki middle aged di British menyebutkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kenaikan kadar HDL. Menurut Almatsier (2002) aktivitas fisik dan olahraga dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL kolesterol dan trigliserida serta dapat memperbaiki HDL, yaitu suatu jenis kolesterol yang kadarnya sulit untuk dinaikkan. Menurut Kowalski dalam Angraini (2014) aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah. Tidak hanya itu, aktivitas fisik juga
17
meningkatkan aliran darah ke jantung, melambatkan aterosklerosis dan menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara lingkar perut dengan konsumsi sayur pada contoh. Hal ini berarti semakin rendah konsumsi sayur maka lingkar perut contoh akan semakin bertambah besar. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dengan HDL, trigliserida, gula darah puasa, serta sistol dan diastol. Serta konsumsi buah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan lingkar perut, HDL, trigliserida, gula darah puasa, serta sistol dan diastol. Hal ini diduga karena konsumsi sayur dan buah pada contoh masih kurang dari anjuran. Sayur dan buah mengandung serat yang memiliki manfaat bagi tubuh manusia. Menurut Koh-Banerjee et al (2003), peningkatan asupan serat 12 gram/hari berhubungan dengan penurunan 0.63 cm lingkar perut dalam waktu 9 tahu. Serat dapat membatasi asupan energi dengan efek mempercepat rasa kenyang. Menurut Sukardji (2007) konsumsi serat terutama serat tidak larut dapat membantu mencegah terjadinya diabetes dengan cara meningkatkan kerja hormon insulin dalam mengatur gula darah dalam tubuh. Penelitian yang dilakukan Esmaillzadeh et al. (2006) pada guru usia 40-60 tahun yang tinggal di Tehran juga menyebutkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dan buah terhadap kejadian HDL rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santawati (2010) pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Semarang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi sayur dan buah dengan kadar trigliserida dan kolesterol HDL. Hal ini diduga karena asupan serat sebagian contoh masih kurang. Sayur dan buah mengandung serat yang dibutuhkan oleh tubuh. Menurut Nainggolan et al. (2005) serat larut dalam saluran pencernaan dapat mengikat asam empedu yang merupakan produk akhir kolesterol dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Semakin tinggi konsumsi serat larut maka semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh. Dalam hal ini serat membantu mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Penelitian yang dilakukan Miura et al. (2004) yang dilakukan pada populasi laki-laki middle aged yang menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi sayur dan buah yang tinggi terhadap penurunan kejadian meningkatnya tekanan sistol dan d iastol darah. Menurut Lairon et al. (2005) konsumsi serat larut tinggi yang berasal dari buah-buahan dapat mencegah penyakit kardiovaskular seperti aterosklerosis. Serat larut ini memiliki fungsi yang berhubungan dengan asam empedu. Serat larut dapat mencegah penyerapan asam empedu, kolesterol dan lemak sehingga darah yang pekat akan menjadi lebih encer dan tekanan perifernya akan menjadi berkurang. Hal ini membuat tekanan darah menurun. Konsumsi kopi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan lingkar perut, HDL, trigliserida, gula darah puasa, serta sistol dan diastol. Hal ini diduga karena konsumsi kopi contoh masih termasuk dalam konsumsi wajar. Konsumsi kopi telah lama dicurigai sebagai penyebab hipertensi, tetapi bukti yang tersedia dari berbagai penelitian tidak konsisten. Hasil penelitian yang dilakukan Jee et al. (1990) menyebutkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah sistol maupun diastol. Penelitian yang dilakukan Arnlov (2004) tentang konsumsi kopi pada orang yang sehat menyebutkan bahwa kopi dapat meningkatkan sensitifitas insulin. Arnlov menemukan bahwa peningkatan konsumsi 1 gelas kopi sehari
18
berhubungan dengan peningkatan sensitifitas insulin sebesar 0.16 unit. Karena kafein telah dilaporkan dapat mengganggu kerja insulin, hasil penelitian ersebut menunjukkan bahwa mungkin terdapat unsur lain dalam kopi yang berperan dalam meningkatkan sensitifitas insulin. Kopi mengandung senyawa fenol yang mempunyai aktivitas antioksidan. Terdapat kemungkinan antioksidan di dalam kopi ini dapat meningkatkan sensitifitas insulin.
Uji Hubungan antaraAktivitas Fisik, Konsumsi Sayur, Buah dan Kopi dengan Kejadian Sindrom Metabolik Tabel 12 Hasil uji hubungan antara aktivitas fisik, konsumsi sayur, buah dan kopi dengan kejadian sindrom metabolik Variabel Aktivitas Fisik Ringan Sedang Berat Total Konsumsi Sayur Kurang dari anjuran Sesuai anjuran Total Konsumsi Buah Kurang dari anjuran Sesuai anjuran Total Konsumsi Kopi Normal Tinggi Total
Sindrom metabolik Tidak Iya n % n %
n
%
22 23 2 47
75.9 85.2 66.7 79.7
7 4 1 12
24.1 14.8 33.3 20.3
29 27 3 59
100 100 100 100
0.583
46 1 47
79.3 100 79.7
12 0 12
20.7 0 20.3
58 1 59
100 100 100
1.000
26 21 47
78.8 80.8 79.7
7 5 12
21.2 19.2 20.3
33 26 59
100 100 100
1.000
0 47 47
0 81 79.7
1 11 12
100 19 20.3
1 58 59
100 100 100
0.203
Total
p
Hasil uji korelasi Chi Square yang dilakukan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian sindrom metabolik. Sesuai dengan pernyataan sebelumnya bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan dengan semua komponen sindrom metabolik yaitu lingkar perut, HDL, trigliserida, gula darah puasa, sistol dan siastol. Hal ini diduga karena aktivitas fisik pada contoh sebagian besar termasuk dalam kategori ringan. Menurut Quarino (2014) aktivitas fisik yang ringan dalam jangka panjang akan mempengaruhi munculnya penyakit yang termasuk dalam komponen sindrom metabolik. Kurangnya aktivitas fisik dan kelebihan asupan kalori akan menyebabkan peningkatan berat badan sehingga terjadinya obesitas. Aktivitas fisik yang kurang akan mempengaruhi proses lipolisis sehingga terjadi penumpukan lemak terutama di daerah perut. Timbunan lemak ini akan mengganggu produksi insulin di hati sehingga terjadi resistensi insulin dan menyebabkan peningkatan kadar glukosa di dalam darah. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dan konsumsi buah dengan kejadian sindrom
19
metabolik. Pernyataan sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konsumsi sayur dengan lingkar perut. Tetapi untuk komponen sindrom metabolik lain yaitu HDL, LDL, gula darah puasa, sistol dan diastol dengan konsumsi sayur dan buah. Hal ini diduga karena rata-rata konsumsi sayur contoh masih dibawah anjuran dari PGS. Menurut penelitian yang dilakukan Esmaillzadeh et al.(2006) pada populasi yang berusia 40-60 tahun menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dan konsumsi buah dengan kejadian sindrom metabolik. Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi dengan kejadian sindrom metabolik. Hal ini diduga karena rata-rata konsumsi kopi contoh masih dalam batas wajar sehingga tidak mempengaruhi kejadian sindrom metabolik. Penelitian longitudinal yang dilakukan Balk et al. (2009) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi dalam jangka panjang dengan faktor risiko sindrom metabolik. Hal ini diduga karena populasi pada penelitian relatif sehat dan rata-rata konsumsi kopi pada populasi adalah 4.5 cangkir/hari pada laki-laki. Rata-rata konsumsi kopi ini relatif masih di bawah literatur, dimana diketahui konsumsi kopi tinggi adalah sebesar >6 atau >7 cangkir/hari yang memberikan efek yang besar terhadap kejadian sindrom metabolik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Semua contoh pada penelitian ini adalah karyawan laki-laki dengan ratarata usia sebesar 50.0 ± 3.1 tahun. Sebagian besarcontoh yaitu 71% menempuh pendidikan hingga SMA/Sederajat dan hanya 7% yang menempuh pendidikan hingga Sarjana/S1. Pendapatan rata-rata contoh sebesar Rp 7949153 ± Rp 3045198. Sebagian besar status gizi contoh yaitu 64% termasuk kategori normal. Lingkar perut contoh yang termasuk dalam kategori obesitas sentral adalah 22%. Persen lemak sebagian besar contoh yaitu 88% termasuk kategori tinggi. Sebanyak 20% contoh mengalami hipertensi. Sebanyak 56% contoh memiliki kadar trigliserida baik, 59% contoh memiliki kadar HDL baik, 37% contoh meiliki kadar LDL medekati optimal, dan 56% contoh memiliki kadar kolesterol total baik. Sebanyak 49% contoh termasuk ke dalam kategori aktivitas ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi sayur contoh adalah 61.5±44.8 gram yang masih di bawah anjuran PGS, rata-rata konsumsi buah contoh adalah 159.5±104.7 gram yang sudah sesuai dengan anjuran dari PGS dan rata-rata konsumsi kopi contoh adalah 250.1±259.8 ml yang masih termasuk dalam konsumsi wajar. Sebanyak 20% contoh mengalami kejadian sindrom metabolik. Tidak terdapat hubugan yang signifikan (p>0.05) antara aktivitas fisik dengan sindrom metabolik. Begitu pula dengan konsumsi sayur, konsumsi buah
20
dan konsumsi kopi yang tidak berhubungan signifikan (p>0.05) dengan sindrom metabolik.
Saran Saran untuk karyawan sebaiknya tetap mempertahankan berat badan agar profil lipid karyawan tetap dalam kategori normal. Karyawan juga dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah serta meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga secara teratur. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menambahkan variabel lain seperti FFQ konsumsi lemak, recall konsumsi pangan dan kebiasaan merokok.
DAFTAR PUSTAKA Alberti KGMM, Eckel RH, Grundy SM, Zimmet PZ, Cleeman JI, Donato KA, Fruchart JC, James WPT, Loria CM, Smith SC. 2009. Harmonizing the metabolic syndrome: a joint interim statement of the International Diabetes Federation Task Force on Epidemiology and Prevention; National Heart, Lung, and Blood Institute; American Heart Association; World Heart Federation; International Atherosclerosis Society; and International Association for the Study of Obesity. Circulation 120:1640-1645. Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ________. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Angraini, RD. 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT), Aktivitas Fisik, Rokok, Konsumsi Buah, Sayur dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pulau Kalimantan (Analisis Data Riskesdas 2007) 2014. S1 Under Graduate, Universitas Esa Unggul. Anwar F dan Khomsan A. 2009. Makan Tepat, Badan Sehat. Jakarta Selatan: Hikmah. Arnlov J. 2004. Coffee consumption and insulin sensitivity. JAMA 291: 1199. Balk L, Trynke H, Jos T. 2009. Relationship between long-term coffe consumption and components of the metabolic syndrome: the Amsterdam Growth and Health Longitudinal Study. Eur J Epidemiol 24: 203-209. Ballantyne C, James HO, Antonio MG. 2009. Dyslipidemia & Atherosclerosis Essentials: Fourth Edition. United States of America: Jones and Bartlett Publishers. Cahyono S. 2008. Gaya Hidupdan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius. D’Adamo PJ and Whitney C. Diabetes: Fight It with the Blood Type Diet. USA: Putnam’s Sons. Dallongeville J, Dominique C, Jean F, Dominique A, Annie B, Jean BR, Bernadette H, Pierre D, Philippe A. 2005 Househol income in associated with the risk of metabolic syndrom in a sex-specific manner. Diabetes Care 28:409-415.
21
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Balitbangkes-Depkes RI. Esmaillzadeh A, Masoud K, Yadollah M, Leila A, Frank BH, Walter CW. 2006. Fruit and vegetable intakes, C-reactive protein, and the metabolic syndrome. Am J Clin Nutr. 84: 1489-1497. [FAO] Food and Nutrition Technical Report Series. 2001. Human Energy Requirments. Rome: FAO/WHO/UNU. Gibney JM, Barrie MM, John MK, Lenore A. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Gunawan L. 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius. Hwan Lee, Hee Sung Ha, Young Jun Park, Jin Hee Lee, Hyeon Woo Yim, Kun Ho Yoon, Moo Il Kang, Won Chul Lee, Ho Young Son, Yong Moon Park, Hyuk Sang Kwon. 2010. Prevalence and characteristics of metabolically obese but normal weight and metabolically healthy but obese in middleaged Koreans: the chunju metabolic disease cohort (CMC) Study. Endocrinol Metab. 26. 133-141. Jee SH, He J, Whwlton PK, Suh I, Klag MJ. 1990. The effect of chronic coffee drinking on blood pressure: a metro analysis of controlled trials. Hypertension. 33: 647-652 [Kemenkes]. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Koh-Banerjee P, Chu NF, Spigelman D, Rosner B, Colditz G, Willett W, and Rimm E. 2003. Prospective study of the association of changes in dietary intake, physical activity, alcohol consumption, and smoking with 9-y gain in waist circumference among 16587 US men. American Journal Clinical Nutrition 78: 719-727. Lairon D. Arnault N, Bertrais S, Planells R, Clero E, Hercberg S, and Christine M. 2005. Dietary fiber intake and risk fctors for cardiovascular disease in French Adults. Am J Clin Nutr 82: 1185-94. Marmot MG. 1993. Epidemiology of tryglicerides and coronary heart disease. Lancet 342: 781 -2. Miura K, Greenland P, Stamler J, Liu K, Daviglus ML, and Nakagawa H. 2004. Relation of vegetable, fruit, and meat intake to 7-year blood pressure change in middle aged man. American Journal of Epidemiology 159: 572580. Nainggolan, Olwin dan Adimunca. Diet sehat dengan serat. Cermin Dunia Kedokteran 147:43-46. Quarino A. 2014. Perbandingan Rerata Jumlah Langkah sebagai Penanda Aktivitas Fisik antara Pekerja Dengan Sindroma Metabolik dan Tanpa Sindroma Metabolik. S1 Under Graduate, Universitas Indonesia. Santawati FV. 2010. Hubungan Asupan Serat dengan Beberapa Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler. S1 Under Graduate, Universitas Diponegoro. Shaper AG and Wannamethee G. 1991. Physical activity and ischaemic heart disease in middle-aged British men. Br Heart J 66: 384-94. Simanjuntak J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta. Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo: Dabara Publisher.
22
Sukandar D. 2009. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Taher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yenny dan Herwana E. 2006. Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan. Universa Medicina.25: 4.
23
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SAYUR, BUAH DAN KOPI SERTA SINDROM METABOLIK KARYAWAN NON-OBESE DI PT INDOCEMENT CITEUREUP
NAMA RESPONDEN
:
ALAMAT RESPONDEN
:
NO. TELEPON/HP
:
HARI/TANGGAL WAWANCARA
:
ENUMERATOR
:
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
24
A. DATA KARAKTERISTIK INDIVIDU Nama
:
Jenis Kelamin
:L/P
Usia
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir: (a) SD/Sederajat
(b) SLTP/Sederajat
(c) SLTA/Sederajat
(d) D3
(e) Sarjana/S1
(f) Pascasarjana/S2
Plant/Dept/Sect
:
Posisi Pekerjaan
:
Waktu Kerja
: Normal/Shift
Pendapatan(/bulan) : A. STATUS GIZI (diisi oleh enumerator) Berat badan
:
kg
Tinggi badan
:
cm
IMT
:
kg/cm2
Lingkar perut
:
cm
Persen lemak
:
%
B. PROFIL LIPID (diisi oleh enumerator) Trigliserida
:
HDL
:
LDL
:
Kolesterol total
:
Glukosa
:
C. TEKANAN DARAH (diisi oleh enumerator) Sistol
:
mmHg
Diastol
:
mmHg
25
D. KUESIONER FREKUENSI MAKAN (*Isilah pada satu kolom saja) No.
Jenis pangan
1.
Frekuensi pangan ... kali per* Hari Minggu Bulan Tahun Buah-buahan
URT Gram
a. Jambu b. Pepaya c. Semangka d. Melon e. Mangga f. Nanas g. Pisang h. Nangka i. Jeruk j. Salak k. Durian l. Alpukat m. Kelapa muda n. Sirsak o. Manggis p. Pir q. Apel 2.
Sayuran a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Bayam Kangkung Sawi Wortel Kol Daun singkong Daun pepaya Kacang panjang Timun
3.
Minuman a. Kopi
26
E. AKTIVITAS FISIK Hari kerja Jenis kegiatan
Durasi (Jam)
Keterangan
27
Hari Libur Jenis kegiatan
Durasi (Jam)
Keterangan
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 20 Februari 1992 dari ayah Aos Rosyid dan ibu Nuryani. Penulis adalah putri ketiga dari lima bersaudara. Awal pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak di Bogor tahun 1997−1998, kemudian melanjutkan sekolah dasar (SD Negeri Panaragan 1 Bogor) tahun 1998−2004. Tahun 2004−2007 penulis menduduki pendidikan di bangku SMP (SMP Negeri 4 Bogor) dan tahun 2007−2010 duduk di bangku SMA (SMA Negeri 1 Bogor). Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu Music Agricultur X-pression (MAX!!) dan pernah menjabat sebagai bendahara divisi Event Organization pada tahun 2012-2013.Juni − Agustus 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan Februari − Maret 2014 penulis mengikuti Internship Dietetic (ID) di RSUD Tangerang. Penulis mendapatkan beasiswa BBM dari Dikti pada tahun 2011−2014.