Analisi Presuposisi...(Jumadiana, Mohd. Harun dan Rostina Taib)
ANALISIS PRESUPOSISI DALAM NOVEL KOALA KUMAL KARYA RADITYA DIKA
Jumadiana, Mohd. Harun, Rostina Taib Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Unsyiah ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Analisis Presuposisi dalam Novel Koala Kumal Karya Raditya Dika” bertujuan mendeskripsikan unsur presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi leksikal, presuposisi nonfaktif, presuposisi konterfaktual, dan presposisi struktural dalam novel Koala Kumal karya Raditya Dika. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara membaca dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan kelima unsur presuposisi tersebut dalam novel Koala Kumal, kemudian diklasifikasikan dalam bentuk tabel. Data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) mengidentifikasi data ke dalam bentuk tabel/korpus data, (2) mengklasifikasi data dalam bentuk klasifikasi jenis-jenis presuposisi, dan (3) mendeskripsikan jenis-jenis presuposisi yang terdapat dalam novel Koala Kumal karya Raditya Dika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel Koala Kumal karya Raditya Dika hanya terdapat lima jenis presuposisi, yaitu presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi leksikal, presuposisi nonfaktif, presuposisi konterfaktual, sedangkan presuposisi struktural tidak ditemukan. Kata kunci: analisis, wacana, pragmatik, presuposisi, novel ABSTRACT The research entitled “Presupposition Analysis in Novel Koala Kumal by Raditya Dika” aimed to describe elements of existence, factive, lexical, factive, non factive, counterfactual, and structure presupposition in Koala Kumal Novel by Raditya Dika. The data was collected by reading and taking note related to those five elements of presupposition in the novel. Then, these elements were classified into tables. The data was analyzed by several steps. First, the data was identified into tables. Second, it was classified into types of presupposition. Third, it was described into kinds of presupposition which existed in Koala Kumal Novel by Raditya Dika. The result of the research shown that there were five types of presupposition in Koala Kumal Novel by Raditya Dika. The elements were existence, factive, lexical, non factive, and counterfactual presupposition. In the meantime, structural presupposition was not found. Keywords: analysis, discourse, pragmatics, presupposition, novel
17
Volume.01 Nomor 01; Agustus 2016 17-31
Pendahuluan Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang komponennya meliputi kata, frasa, klausa, dan kalimat. Menurut Harimurti Kridalaksana (dalam Sumarlam, 2003:5), wacana ialah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. James Deese (dalam Sumarlam, 2003:6) menyebutkan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak dan atau pembaca. Wacana yang baik adalah wacana yang dapat dipahami oleh pembaca/pendengar. Kohesi dan kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi kepaduan wacana yang dirasakan pembaca/pendengar muncul dari cara pegutaraan bagaimana wacana itu dibaca atau cara dituturkan. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa terdiri atas bentuk dan makna, hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk yang disebut kohesi dan hubungan makna atau semantis yang disebut koherensi. Dengan demikian, wacana yang padu adalah wacana yang apabila dilihat dari hubungan bentuk atau struktur lahir bersifat kohesif dan dilihat dari hubungan makna atau struktur batinnya bersifat koheren (Sumarlam, 2003:23). Dari pernyataan di atas terlihat bahwa, suatu wacana sangat terikat pada konteks, tanpa konteks, yaitu hanya bahasa, tidak akan tercipta wacana yang dapat dipahami. Sebuah papan nama yang bertuliskan awas, anjing galak!, misalnya tidak merupakan wacana apabila diletakkan dengan barang lain di dalam sebuah gudang tempat penyimpanan barang rongsokan. Keadaaan unsur-unsur bahasa yang saling merujuk dan berkaitan secara semantis itu disebut kohesi. Kohesi tidak datang dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara formal oleh alat bahasa, yang disebut pemarkah kohesi, misalnya kata ganti, kata tunjuk, kata sambung, dan kata yang diulang (Rushartanti, 2005:96) Koherensi adalah keberterimaan suatu tuturan atau teks karena kepaduan semantisnya (Rushartanti, 2005:101). Secara lebih spesifik, koherensi diartikan sebagai hubungan antara teks dan faktor di luar teks berdasarkan pengetahuan seseorang. Pengetahuan seseorang yang berada di luar teks itu sering disebut konteks bersama atau pengetahuan bersama. Berkenaan dengan masalah kohesi, Halliday dan Hassan (dalam Darma, 2009:37) membagi kohesi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Dalam analisis wacana, bentuk atau struktur lahir wacana disebut aspek gramatikal wacana, sedangkan segi makna atau struktur lahir wacana disebut aspek leksikal wacana. Struktur batin wacana disebut juga unsur eksternal wacana. Struktur internal wacana terdiri atas kata, kalimat, teks, dan koteks. Unsur eksternal wacana adalah sesuatu yang menjadi
Analisi Presuposisi...(Jumadiana, Mohd. Harun dan Rostina Taib)
bagian wacana, namun tidak secara eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks. Salah satu unsur yang termasuk dalam unsur eksternal wacana adalah unsur presuposisi. Presuposisi berasal dari kata to pre-suppose, yang dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang kawan bicara atau hal yang dibicarakan (Pandiangan, 2012:2). Menurut Sudaryat, (124:2009) presuposisi adalah prakiraan atau sangkaan yang berkaitan dengan kemustahilan sesuatu bisa terjadi, masalah proyeksi atau penonjolan sesuatu hal serta berbagai macam keterangan atau perjelas. Stalnaker (dalam Brown dan Yule, 1983:29) berpendapat bahwa presuposisi adalah apa yang digunakan penutur sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan. Presuposisi adalah dasar dari fenomena wacana. Presuposisi memegang peranan penting dalam menetapkan keruntutan suatu wacana. Dalam suatu komunikasi baik lisan maupun tulisan acapkali dihadirkan presuposisi. Presuposisi membantu lawan tutur atau pembaca dalam memahami inti pembicaraan yang dituturkan oleh penutur atau pembaca. Wijana (dalam Nadar, 2009:65) menyatakan bahwa sebuah kalimat dinyatakan mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua (kalimat yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat pertama (kalimat yang mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Presuposisi hanya akan terjadi bila antara penutur atau penulis dan mitra tutur atau pembaca memiliki kesepemahaman (background knowledge) yang sama. Jika keduanya tidak memiliki kesepemahaman yang sama, presuposisi tidak akan terjadi. Presuposisi digunakan dalam suatu komunikasi atau wacana baik lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dalam sebuah novel. Lahirnya sebuah novel tidak terlepas dari penggunaan presuposisi. Dalam sebuah novel juga terdapat banyak pernyataan yang mengandung presuposisi. Oleh karena itu pembaca harus memahami presuposisi untuk memahami alur cerita dalam sebuah novel tersebut. Begitu pula halnya dengan novel Koala kumal karya Raditya Dika. Berdasarkan pemaparan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah presuposisi yang terdapat dalam novel Koala kumal karya Raditya Dika?
19
Volume.01 Nomor 01; Agustus 2016 17-31
A. Kajian Teoretis Pengertian Presuposisi Presuposisi adalah suatu dugaan yang dihasilkan mitra tutur ketika berbicara dengan penutur. Hal ini dapat membantu mitra tutur dalam menafsirkan ujaran dari penutur. Menurut Levinson, Gazdar, dan Mey (dalam Indrowaty, 3:2014), pada awalnya presuposisi merupakan kajian dalam lingkup ilmu semantik, tetapi dalam perkembangannya para linguis cenderung berpendapat bahawa kajian presuposisi dalam semantik saja tidak dapat memuaskan mereka. Oleh karena itu presuposisi bergeser ke wilayah pragmatik. Mey (dalam Indrowaty, 3:2014) menyatakan bahwa alasan pergeseran ini karena tuturan lebih dari sekedar konsep abstrak mengenai benar atau salah sebagaimana dalam pengkajian presuposisi dari sudut pandang semantik, tuturan tidak dapat dipandang sebagai suatu bagian yang terisolasi dari penutur dan lawan tutur serta berbagai faktor yang relevan dengan situasi pertuturan. konsep benar dan salah merupakan konsep filsafat, sedangkan dalam kenyatannya pemakaian tuturan dalam kehidupan lebih dari konsep tersebut karena ada sejumlah hal lain selain konsep benar dan salah yang perlu diperhatikan oleh masyarakat pengguna bahasa. Presuposisi (presupposition) berasal dari kata to pre-suppose, yang dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang lawan bicara atau hal yang dibicarakan. Stalnaker (Brown dan Yule 1983:29) berpendapat bahwa presuposisi adalah apa yang digunakan penutur sebagai dasar bersama bagi para peserta percakapan. Selain definisi tersebut, beberapa definisi lain tentang presuposisi di antaranya adalah Levinson (Nababan, 1987: 48) memberikan konsep presuposisi yang disejajarkan maknanya dengan presupposition sebagai suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu tindakan, teori, atau ungkapan mempunyai makna. Presuposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur, bukan kalimat (Yule, 1996:43). Contoh: Dina membeli tiga ekor kuda. Ketika menghasilkan tuturan tersebut penutur tentunya diharapkan memiliki presuposisi bahwa ada seseorang yang bernama Dina. Penutur juga mungkin menyimpan presuposisi yang lebih khusus bahwa
Analisi Presuposisi...(Jumadiana, Mohd. Harun dan Rostina Taib)
Dina memiliki banyak uang sehingga ia mampu membeli tiga ekor kuda yang termasuk binatang peliharan mahal. Semua presuposisi menjadi milik penutur dan semua presuposisi tersebut boleh jadi sah. Rahardi (2005:42) menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat dikatakan mempranggapkan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan. Tuturan yang berbunyi kucing putih itu manja sekali. Mempraanggapkan adanya seekor kucing yang bertingkah sangat manja. Apabila kenyataannya memang ada seekor kucing berwarna putih dan bertingkah manja, tuturan diatas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di dalam kelas itu tidak ada seeokor kucing putih yang bertingkah manja, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya. Menurut Cummings (2007:46), praanggapan adalah asumsi-asumsi atau inferensiinferensi yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan linguistik tertentu. Dari beberapa definisi presuposisi di atas dapat disimpulkan bahwa presuposisi adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh mitra tutur. Lebih jelas lagi presuposisi yaitu sesuatu yang tidak dinyatakan tetapi sudah dipahami oleh pembaca/pendengar/audience. Presuposisi adalah dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa (menggunakan bahasa) yang membuat bentuk bahasa (kalimat atau ungkapan) mempunyai makna bagi pendengar atau pembaca, dan sebaliknya membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa (kalimat dan lainnya) yang dapat dipakai untuk mengungkapkan makna atau pesan yang dimaksud (Nababan, 1987:46). Presuposisi memiliki sifat keajegan. Pada dasarnya, keajegan di bawah penyangkalan berarti bahwa presuposisi suatu pernyataan akan tetap ajeg (tetap benar) walaupun kalimat pernyataan itu dijadikan penyangkal ( Yule, 1996:45). Contohnya Semua orang tahu bahwa laki-laki itu sudah menikah. Kalimat pernyataan tersebut bisa disangkal dengan kalimat pernyataan Tidak semua orang tahu bahwa laki-laki itu sudah menikah. Ciri-ciri Presuposisi Presuposisi memiliki ciri-ciri tertentu yang mudah dikenali. Ciri-ciri tersebut adalah: (1) Tetap Benar Walaupun Dinegasikan
21
Volume.01 Nomor 01; Agustus 2016 17-31
Ciri-ciri presuposisi yang mendasar adalah sifat kebenaran di bawah penyangkalan (Yule, 2006:45). Hal ini memiliki maksud bahwa presuposisi suatu pernyataan akan tetap benar walaupun kalimat itu dijadikan kalimat negatif atau dinegasikan. Sebagai contoh perhatian beberapa kalimat berikut: (1) Gitar budi itu baru. (2) Gitar budi tidak baru Kalimat (2) bentuk negatif dari kalimat (1). Presuposisi kalimat (1) adalah Budi memiliki gitar. Dalam kalimat (2) ternyata presuposisi itu tidak berubah meski kalimat (2) mengandung penyangkalan, yaitu dengan adanya kata negasi tidak dari kalimat (1) yaitu memiliki presuposisi yang sama bahwa Budi memiliki gitar. Wijana (dalam Nadar, 2009:64) menyatakan bahwa sebuah kalimat dinyatakan mempreposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua (kalimat yang dipreposisikan) mengakibatkan kalimat pertama tidak dapat dikatakan benar atau salah. Untuk memperjelas pernyataan tersebut perhatikan contoh berikut: (1) Istri pejabat itu cantik sekali. (2) Pejabat itu mempunyai istri. Kalimat (2) merupakan presuposisi dari kalimat (1). Kalimat tersebut dapat dinyatakan benar atau salahnya bila pejabat tersebut mempunyai istri. Namun, bila berkebalikan dengan kenyataan yang ada (pejabat tersebut tidak mempunyai istri), kalimat tersebut tidak dapat ditentukan kebenarannya. Hal ini berarti bahwa presuposisi yang dihasilkan oleh penggunaan unsur leksikal tetap sama walaupun kalimat yang berisi unsur leksikal tersebut ditiadakan. (2) Dapat Dibatalkan Seperti halnya implikatur percakapan, presuposisi juga dapat dibatalkan atau dihapus. Presuposisi dapat dihapus jika tidak sesuai dengan: asumsi yang tersirat, implikatur percakapan, dan konteks kebahasaan. Selanjutnya, presuposisi dapat ditunda karena adanya argumen-argumen yang terkurangi oleh kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam wacana. Perhatikan contoh berikut: “Saya tidak bisa datang pagi besok karena ada halangan”. Tuturan tersebut diungkapkan seseorang kepada temannya. Teman tersebut pasti akan mempunyai presuposisi mungkin dia akan mengantar anaknya sekolah atau ada halangan lain. Akan tetapi jika seseorang tersebut melanjutkan ucapannya “Saya ada rapat dinas penting besok pagi”, maka presuposisi akan batal karena sudah diberitahukan langsung oleh penuturnya sehingga lawan tutur tidak memiliki presuposisi lagi terhadap pernyataan tersebut.
Analisi Presuposisi...(Jumadiana, Mohd. Harun dan Rostina Taib)
Presuposisi semantik merupakan cara penyimpulan yang didasarkan atas implikasi logis. Implikasi ini diperoleh dari hubungan makna antara kalimat satu dan kalimat yang lain secara logis. Teori presuposisi semantik sebenarnya berasal dari konsep hubungan makna yang disebut dengan entailment (keterkandungan makna). konsep ini sudah berkembang sebelum konsep presuposisi dikembangkan oleh para ahli bahasa (Yuliana, 2011:26). Dalam kajian linguistik selanjutnya, terdapat perbedaan antara presuposisi dan keterkandungan makna (entailment). Oleh Leech (dalam Hodidjah, 2014:1) dikemukakan bahwa ada tiga hubungan yang bersifat implikasi keterkandungan makna memiliki implikasi logis. Implikatur memiliki hubungan pragmatik dan presuposisi berada diantara keduanya, atau campuran antara logis dan pragmatis. Kajian semantik terhadap presuposisi merumuskan adanya pemarkah yang secara grammatikal menandai kalimat yang dapat ditarik presuposisi tertentu. Mengenai hal ini, Leech dan levinson (dalam Hodidjah, 2014:2) menyebutnya sebagai pemicu presuposisi. Beberapa pemarkah gramatikal itu diantaranya adalah pelengkap verba faktif, verba keadaan perubahan keadaan, klausa relatif, klausa temporal, keterangan perbandingan, dan frasa pemilikan. Jenis-jenis Presuposisi Presuposisi terbagi dalam beberapa jenis. Yule (2006:46) mengklasifisikasikan presuposisi kedalam enam jenis. a. Presuposisi eksistensial (existensial presupposition) Presuposisi eksistensial adalah presuposisi yang menunjukkan eksistensi/ keberadaan/ jati diri referen yang diungkapkan dengan kata yang definit. Jelasnya presuposisi ini tidak hanya diasumsikan keberadaannya dalam kalimat-kalimat yang menunjukkan kepemilikan, tetapi lebih luas lagi keberadaan atau eksistensi dari pernyataan dalam tuturan tersebut (Pandiangan, 2012:4). Presuposisi eksistensial menunjukkan bagaimana keberadaan atas suatu hal dapat disampaikan lewat presuposisi. Contoh: Mobil itu berjalan Presuposisi dalam tuturan tersebut menyatakan keberadaan, yaitu (1) Ada mobil berjalan (2) Ada orang menyetir mobil b. Presuposisi Faktif (factive presupposition) Presuposisi faktif adalah presuposisi di mana informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan. Presuposisi ini muncul dari 23
Volume.01 Nomor 01; Agustus 2016 17-31
informasi yang ingin disampaikan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta atau berita yang diyakini keberadaannya. Kata-kata yang bisa menyatakan fakta dalam tuturan ialah kata kerja yang dapat memberikan makna pasti tuturan tersebut. Contoh: Kami menyesal mengatakan kepadanya Dalam kalimat di atas presuposisinya adalah (a) Kami mengatakan kepadanya. Pernyataan tersebut menjadi faktual karena telah disebutkan dalam tuturan. Penggunaan kata ‘mengatakan’,’mengetahui’, ‘sadar’, ‘mau’ adalah kata-kata yang menyatakan sesuatu yang dinyatakan sebagai sebuah fakta dari sebuah tuturan (Pandiangan, 2012:5). Walaupun di dalam tuturan tidak ada kata-kata tersebut, kefaktualan suatu tuturan yang muncul dalam presuposisi bisa dilihat dari partisipan tutur,konteks situasi, dan juga pengetahuan bersama. c. Presuposisi Leksikal (lexical presupposition) Presuposisi leksikal dipahami sebagai bentuk presuposisi dimana makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan presuposisi bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami. Presuposisi ini merupakan presuposisi yang didapat melalui tuturan yang diinterpretasikan melalui penegasan dalam tuturan (Yule, 2006:48). Berbeda dengan presuposisi faktif, tuturan yang merupakan presuposisi leksikal dinyatakan dengan cara tersirat sehingga penegasan atas presuposisi tuturan tersebut bisa didapat setelah pernyataan dari tuturan tersebut. Contoh: Mereka mulai mengeluh Presuposisi pada tuturan diatas adalah: (a) Sebelumnya mereka tidak mengeluh Presuposisi tersebut muncul dengan adanya penggunaan kata ‘mulai’ bahwa sebelumnya tidak mengeluh namun sekarang mengeluh. d. Presuposisi Nonfaktif (nonfactive presupposition) Presuposisi (presuposisi) nonfaktif adalah suatu presuposisi yang diasumsikan tidak benar. Presuposisi ini masih memungkinkan adanya pemahaman yang salah karena penggunaan kata-kata yang tidak pasti atau ambigu. Contoh: Andai aku seorang anggota DPR. Dari tuturan diatas presuposisi yang muncul adalah: (a) Aku bukan anggota DPR Penggunaan andai sebagai pengandaian bisa memunculkan presuposisi nonfaktif. Selain itu presuposisi yang tidak faktual bisa diasumsikan melalui tuturan yang kebenarannya masih diragukan dari fakta yang disampaikan.
Analisi Presuposisi...(Jumadiana, Mohd. Harun dan Rostina Taib)
e. Presuposisi Struktural (structural presupposition) Presuposisi struktural mengacu pada struktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai presuposisi secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat tanya, secara konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan di mana) sudah diketahui sebagai masalah. Dengan kata lain presuposisi ini dinyatakan dengan tuturan yang strukturnya jelas dan langsung dipahami tanpa melihat kata-kata yang digunakan Contoh: Kemana Dika bertamasya? Tuturan di atas menunjukkan presuposisi yaitu (a) Dika bertamasya Presuposisi yang menyatakan ‘keberadaan’ sebagai bahan pembicaraan yang dipahami oleh penutur melalui struktur kalimat tanya yang menanyakan ‘kemana’. f. Presuposisi konterfaktual (counter-factual presupposition) Presuposisi konterfaktual berarti bahwa yang di praanggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataan. Rahardi (2002:42) memberikan contoh yang berkaitan dengan presuposisi ini: “Tuturan yang berbunyi kalau kamu sudah sampai Jakarta, tolong aku diberi kabar. Jangan sampai lupa, aku tidak ada di rumah karena bukan hari libur. Tuturan itu tidak semata-mata dimaksudkan di dalam tuturan itu melainkan ada sesuatu yang tersirat dari tuturan itu yang harus dilakukannya, seperti misalnya mencari alamat kantor atau nomor telepon si penutur”. Presuposisi ini menghasilkan pemahaman yang berlebihan dari pernyataannya atau kontradiktif. Kondisi yang menghasilkan presuposisi seperti ini biasanya dalam tuturannya mengandung ‘if clause’ atau pengandaian. Hasil yang didapat menjadi kontradiktif dari pernyataan sebelumnya. Contoh: Kalau Angie mengaku, dia akan dipenjara Dari contoh di atas kita akan menemukan presuposisi yang muncul adalah: (a) Angie tidak mengaku Presuposisi tersebut muncul dari kontradiksi kalimat dengan adanya penggunaan kara kalau. Penggunaan kalau membuat presuposisi yang kontradiktif dari tuturan yang disampaikan. Untuk menentukan pranggapan dalam sebuah tuturan atau pernyataan terdapat tiga penanda yang harus diperhatikan, yaitu: (1) Pengetahuan bersama Pengetahuan bersama digunakan sebagai struktur yang membangun interpretasi yang tidak muncul dalam teks atau tuturan. Untuk menyampaikan pesan yang sesuai dengan tujuan penutur, pengetahuan bersama berfungsi untuk menghindari
25
Volume.01 Nomor 01; Agustus 2016 17-31
kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Fungsi struktural ini berguna untuk melihat pola dalam tuturan sehingga pemahaman yang di dapat sesuai dengan yang diinginkan penutur (Yule, 2005:85) (2) Partisipan Partisipan dapat diidentifikasikan melalui ekspresi yang digunakan dalam tuturan. Hubungan yang dimiliki antara nama atau sebutan yang sesuai objek yang dibicarakan menunjukkan kaitan partisipan dengan tuturan. Dengan adanya penyebutan tertentu oleh atau partisipan, asumsi dari sebuah tuturan jadi berbeda dan memiliki ciri khas satu sama lain (Yule, 2005:21). Partisipan menjadi sangat penting dalam sebuah tuturan karena dapat memberikan informasi tambahan mengenai tuturan dan membedakan konteks yang terjadi dalam tuturan tersebut. (3) Konteks Situasi Konteks situasi merupakan bagian dari situasi dalam kajian linguistik yang mengacu pada penggunaan ungkapan dalam tuturan. Hymes (dalam Chaer, 1995:84) meberi contoh sederhana bahwa percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu istirahat tentu berbeda dengan yang terjadi di kelas saat pelajaran berlangsung. Konteks dipercaya memiliki dampak yang lebih besar terhadap tuturan karena lebih mudah dipahami (Yule, 2005:22). 2.4 Novel Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur ekstrinsik dan instrinsik. Istilah novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang kemudian berkembang di Inggris dan Amerika menjadi novel. Esten (dalam Irhamna, 2012:7) mengatakan bahwa novel merupakan pengungkapan masalah perjalanan kehidupan manusia dalam jangka waktu yang lebih panjang dan terjadi konflik-konflik yang akhinya menyebabkan perubahan jalan hidup tokohnya. Selanjutnya Tarigan (dalam Irhamna, 2012:9) memaparkan ciri-ciri novel sebagai berikut. (1) Jumlah katanya mencapai lebih dari 35.000 kata. (2) Jumlah halaman minimal 100 halaman kwarto. (3) Jumlah waktu rata-rata yang dipergunakan untuk membaca novel yang pendek minimal 2 jam atau 120 menit. (4) Novel bergantung pada pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku (5) Novel menyajikan lebih dari satu impresi (6) Novel menyajikan lebih dari satu efek (7) Novel menyajikan lebih dari satu emosi
Analisi Presuposisi...(Jumadiana, Mohd. Harun dan Rostina Taib)
(8) Skala novel lebih luas (9) Seleksi novel lebih luas (10) Kelajuan dalam novel kurang diutamakan (11) Unsur-unsur kepadatan dan intensitas kurang tepat Selain sebuah karya sastra yang dapat dianalis unsur ekstrinsik dan instrinsiknya novel juga merupakan sebuah wacana yang dapat dianalisis unsur eksternal dan internalnya. Unsur eksternal wacana dalam novel salah satunya adalah presuposisi. Presuposisi adalah salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu wacana termasuk dalam novel. Presuposisi membantu pembaca untuk lebih memahami isi novel. B. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif karena data diolah dengan tidak menggunakan angka-angka, tetapi menggunakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris. Menurut Whitney (dalam Nazir, 2005:54), pendekatan kulitatif deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Pendekatan kualitatif ini sering disebut juga penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010:1). Moleong (2005:6) menyatakan bahwa penelitian kualiatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran dan rumit. Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi, 2008:21) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang, perilaku dan hal yang dapat diamati termasuk karya sastra. Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (2010:3). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan analisis isi. Menurut Ratna (dalam Asnawarni, 2013:32) penelitian deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologi deskripsi analisis bermakna menguraikan, tetapi penelitian ini tidak hanya semata-mata menguraikan melainkan juga akan memberikan pemahaman dan alasan serta penjelasan. Dalam penelitian ini peneliti menguraikan bagian-bagian yang mengandung unsur presuposisi dalam novel yang diteliti dan memusat perhatian padanya, untuk kemudian diuraikan dan dijelaskan tentang presuposisi yang terdapat dalam novel Koala kumal karya Raditya Dika. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Koala kumal karya Raditya Dika. Novel ini terdiri atas 247 halaman dan 12 bagian. Novel ini diterbitkan oleh Gagas Media
27
Volume.01 Nomor 01; Agustus 2016 17-31
tahun 2014. Data dalam penelitian ini adalah kutipan atau teks-teks yang terdapat dalam novel tersebut pada setiap bab yang mengandung unsur presuposisi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca dan mencatat mengenai halhal yang berhubungan dengan presuposisi dalam novel Koala kumal karya Raditya Dika, kemudian mendaftar/mengklasifikasi dalam bentuk tabel. Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagi berikut: (1) Data dalam penelitian ini dicatat dan diberi kode pada teks-teks yang mengandung unsur presuposisi. (2) Kutipan atau teks-teks yang mengandung unsur presuposisi dikumpulkan oleh peneliti. (3) Kutipan atau teks-teks yang telah dikumpulkan dianalisis, kemudian ditarik kesimpulan. Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan (Moleong, 2005:6). Menurut Sugiyono (2010:337), analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Teknik ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan segala gambaran bagaimana proses mengatur urutan data, mengelompokkannya kedalam pola kategori, dan satuan urutan dasar. Sebelum dianalisis, data yang telah terkumpul perlu diseleksi dan diklasifikasikan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Seleksi data; dilakukan untuk memilih dan menjaring data hingga akhirnya diperoleh data yang benar-benar tepat. Kutipan atau teks-teks yang sudah terkumpul berkenaan dengan unsur presuposisi ditulis dan dibaca berulang-ulang. (2) Klasifikasi data; dilakukan untuk memilih dan mengelompokkan data berdasarkan masalah yang ingin dibicarakan. (3) Penyajian data; dilakukan dalam bentuk deskripsi, yaitu mendeskripsikan dalam kalimat-kalimat yang jelas dan terperinci. C. Pembahasan Ternyata novel juga banyak mengandung unsur presuposisi. Berdasarkan hasil penelitian dan pendeskripsian data yang telah dilakukan, dari enam jenis presuposisi hanya ditemukan lima jenis presuposisi yang terdapat dalam novel Koala kumal. Presuposisi yang tidak ditemukan adalah presuposisi struktural. selanjutnya peneliti melakukan pembahasan terhadap masalah presuposisi yang terdapat dalam novel Koala
Analisi Presuposisi...(Jumadiana, Mohd. Harun dan Rostina Taib)
kumal. Hasil pembahasan tersebut yaitu tentang presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi leksikal, presuposisi nonfaktif, dan presuposisi konterfaktual. Ada 40 data yang dikaji, meliputi 5 presuposisi eksistensial, 5 presuposisi faktif, 14 presuposisi leksikal, 10 presuposisi nonfaktif, dan 6 presuposisi konterfaktual. Presuposisi eksistensial adalah pranggapan yang menunjukkan eksistensi atau keberadaan referen yang diungkapkan dalam tuturan. Dalam tuturan yang mengandung unsur presuposisi eksistensial lawan tutur/pembaca dapat membuktikan keberadaan referen yang disebutkan oleh penutur/penulis. Hal yang dipranggapkan dalam presuposisi eksistensial diungkapkan secara definit. Pandiangan (2012) menyatakan bahwa presuposisi eksistensial adalah praanggapan yang menjelaskan keberadaan benda atau objek yang disebutkan dalam tuturan. Dalam pernyataan dia menyuruh asistennya untuk membelikan layangan mengandung asusmsi bahwa penutur adalah seorang majikan dan dia memiliki seorang pembantu rumah tangga yang dimintai tolong untuk membeli layangan. Yuliana (2011) menyatakan dalam kalimat orang itu berlari mengasumsikan bahwa ada seseorang di sekitar penutur dan orang tersebut sedang berlari. selanjutnya, Presuposisi faktif adalah presuposisi yang memberi informasi yang dipraanggapkan mengikuti frasa kerja yang dapat dianggap sebagai suatu kenyataan. Presuposisi ini muncul dari informasi yang ingin disampaikan dengan frasa-frasa yang menunjukkan suatu fakta atau berita yang dapat diyakini keberadaannya. Presuposisi faktif adalah mempraanggapkan hal yang disebutkan dalam tuturan benar-benar terjadi. Dalam pernyataan ketika si kekasih sampai rumah, dia mengaku deg-degan memberikan asumsi bahwa sesorang tersebut sedang dalam keadaan tegang, gelisah, dan sedikit raguragu. Ini dikarenakan kali pertama dia bertamu ke rumah pacarnya sehingga dia belum mengatahui bagamana sifat orang tua pacarnya. Nina (2011) menyatakan bahwa dalam pernyataan menyesal online skripsi semester lalu. Kalau tau kek gini kan kan ngak online kita mengandung asumsi kebenaran bahwa penutur telah melakukan online skripsi pada semester lalu. Kata menyesal menandakan bahhwa tindakan tersebut telah terjadi. Selanjutnya, Presuposisi leksikal adalah mempraanggapkan suatu makna yang konvensional disebutkan dalam tuturan dengan makna lain yang tidak dinyatakan dalam tuturan. Presuposisi leksikal dinyatakan secara tersirat sehingga presuposisi tersebut didapat setelah pernyataan dari tuturan tersebut. Dalam pernyataan Ini pertama kalinya bokap mengajak gue main layangan. Entah apa yang ada di pikirannya, tetapi ia terlihat antusias mengasumsikan bahwa ayah penutur belum pernah mengajaknya bermain layangan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan pernyataan ini adalah pertama kalinya yang berarti tidak pernah terjadi sebelumnya. Yuliana (2011) menyebutkan bahwa dalam pernyataan dia berhenti mendengkur mengandung praanggapan bahwa seseorang
29
Volume.01 Nomor 01; Agustus 2016 17-31
sebelumnya mendengkur dalam tidurnya tetapi sekarang sudah tidak lagi. Kata berhenti mengasumsikan hal tersebut. Selanjutnya, Presuposisi nonfaktif adalah suatu praanggapan yang diasumsikan tidak benar. Presuposisi ini masih memungkin adanya asumsi yang salah pada lawan tutur/pembaca. Presuposisi nonfaktif akan menghasilkan asumsi yang ambigu karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam pernyataan gue seperti petugas sensus kontet mengandung asumsi bahwa penutur bukan petugas sensus hanya saja ia bertubuh kontet atau pendek. Nina (2011) menyatakan bahwa dalam pernyataan padahal aku ingin dosen ada di kampus hari ini mengasumsikan bahwa dosen yang diharapkan tidak datang atau tidak berada di prodi saat itu. Terakhir, Presuposisi konterfaktual adalah presuposisi yang mempraanggapkan sesuatu hal yang tidak hanya tidak benar tetapi juga kebalikan dari hal tersebut. Presuposisi ini menghasilkan pemahaman yang kontradiktif atau pemahaman yang berlebihan dari pernyataan. Presuposisi ini biasanya terdapat dalam kalimat pengandaian. Kalimat pengandaian ditandai dengan kata jika, seandainya, andai saja, dan sebagainya. Dalam pernyataan “Kita shooting hari lain aja, kalau pemainnya udah kumpul semua” mengandung asumsi bahwa penutur tidak akan melakukan proses syuting sampai semua para pemain berkumpul semua dan sebaliknya, syuting tidak akan dilakukan jika para pemain tidak berkumpul semua. Nina (2011) juga menyatakan bahwa dalam tuturan kalau dia tiap hari datang ke prodi, ‘kan bisa dia temui ibu tu mengasumsikan bahwa kenyataannya penutur tidak datang ke prodi setiap hari. Praanggapan ini diasumsikan dari kata kalau yang berarti hal tersebut belum atau tidak terjadi. D. Penutup Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dideskripsikan, maka dapat disimpulkan bahwa di dalam novel Koala kumal terdapat lima jenis presuposisi dari enam jenis presuposisi yang dikelompokkan oleh Yule. Presuposisi-presuposisi tersebut adalah presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi leksikal, presuposisi nonfaktif, dan presuposisi konterfaktual, sedangkan presuposisi struktural tidak ditemukan. Data keseluruhan sebanyak 40 data dengan rincian yaitu, Presuposisi eksistensial 5 data, presuposisi faktif 5 data, presuposisi leksikal 14 data, presuposisi nonfaktif 9 data, dan presuposisi konterfaktual 7 data. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa presuposisi yang terdapat dalam novel Koala kumal karya Raditya Dika paling banyak adalah presuposisi leksikal, yaitu 14 data,
Analisi Presuposisi...(Jumadiana, Mohd. Harun dan Rostina Taib)
sedangkan yang paling sedikit adalah presuposisi eksistensial dan presuposisi faktif masing-masing hanya terdapat 5 data. Presuposisi digunakan dalam sebuah wacana adalah untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud yang terkandung dalam wacana tersebut. Demikian pula presuposisi yang terdapat dalam novel Koala kumal ini, bertujuan agar pembaca memahami jalan cerita yang ditulis oleh pengarang. Presuposisi dihasilkan oleh pembaca bukan oleh penulis. Oleh sebab itu presuposisi yang ditimbulkan antara pembaca yang satu dengan lainnya mempunyai kemungkinan berbeda. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengajukan beberapa saran berikut ini: 1) Bagi mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia penelitian tentang analisis presuposisi dalam novel Koala kumal ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan presuposisi. 2) Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan serta sebagai inspirasi baru di bidang kebahasaan khususnya wacana. Daftar pustaka Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asnawarni. 2013. “Analisis Unsur Batin dalam Syair Seribu Pulau 2 Karya Kabri Wali dan Kawan-Kawan”. Banda Aceh. Skripsi PBSI FKIP Unsyiah (tidak diterbitkan). Brown, Gillian dan George Yule. 1994. Analisis Wacana. (diterjemahkan oleh I. Soetikno). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur. Bandung: Eresco. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisisis Teks Media.Yogyakarta: LkiS. Faiqoh, Muflihana Dwi. 2014. Pengertian Praanggapan. http://kindhearte .blogspot .co.id/2014/06/praanggapan.html. diakses pada tanggal 21 Oktober 2015. Fuadi, A. 2011. Ranah Tiga Warna. Jakarta: Gramedia. Hidayat, Dedy N. 2003. Analisis Wacana. Yogyakarta: LkiS. Hodidjah, Widyaiswara Muda. 2014. Praanggapan Semantik Dan Praanggapan
31
Volume.01 Nomor 01; Agustus 2016 17-31
Pragmatik.http://bdkpalembang.kemenag.go.id/praanggapan-semantik-danpraanggapan-pramagmatik/. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2015. Indrowaty, Sri Aju. 2014. Praanggapan Dan Perikutan Dalam Bahasa Inggris Dan Bahasa Jepang. Universitas pesantren tinggi darul ulum jombang jurnal diglossia April 2014 vol. 5 No. 2. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015. Irhamna. 2012. Analisis Nilai Religius dalam Novel Surat Kecil untuk Tuhan. Skripsi (tidak diterbitkan) Banda Aceh. PBSI FKIP Unsyiah. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. (cet.6). Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Noor, Juliansyah. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana. Nursalamah. 2008. Implikatur dalam Wacana Iklan Televisi. Jurnal Lingua vol. 8 tahun 2008. Hal. 41-57. Pandiagan, Sumiati Agustina. Presuposisi Pada Kartun Sukribo Pada Surat Kabar harian Kompas. FBS Unimed Jurnal Nomor 422-648-1-SM. Diunduh pada tanggal 20 September 2015. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya. Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.Wardani, Gendis Kusuma. 2014. “Penalaran, Referensi, Inferensi, dan Implikasi”.http://gendiswardani.blogspot.co.id/2014/10/penalaran-proposisiinferensi- implikasi_11.html. Dikses pada tanggal 10 Januari 2016. Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yuliana, Nuryati. 2011. Analisis pragmatik dalam kartun editorial “kabar bang one” pada program berita TV One. Skripsi (tidak diterbitkan). Surabaya: PBSI Universitas Sebelas Maret. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2015. Yusra, May. 2012. “Analisis Konflik dalam Novel Seulanga: Gelora Cinta di Tengah Perjuangan Aceh Karya Rianti MK”. (skripsi tidak diterbitkan). Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.