Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan Muhammad Mauluddin dan Amy Yayuk Sri Rahayu Ilmu Administrasi Negara, FISIP UI Abstrak Mutu Pendidikan masih menjadi isu yang tak kunjung menemukan titik terangnya, oleh karena itu usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan hingga saat ini terus dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). SPMP sebagai dasar peningkatan mutu pendidikan dimanifestasikan dalam bentuk program-program peningkatan mutu yang salah satunya adalah program Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS adalah program evaluasi yang bersifat internal untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan indikator-indikator yang mebacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sehubungan dengan hal tersebut, skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan SPMP melalui EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada pelaksanaan SPMP melalui EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan belum berjalan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Selain itu, pada pelaksanaannya juga mengalami beberapa hambatan yang bersifat teknis maupun substantif. Kata kunci : Pendidikan, Mutu, Penjaminan Mutu, Evaluasi Diri. Abstract The education quality still become a never ending issue, therefore there are many education quality enhancement and improvement efforts that had been doing by government until today, which one of them is developing an education quality assurance system. The education quality assurance system as the base of education quality enhancement is manifested through education quality enhancement programs and one of them is self-evaluation of school. The self-evaluation of school is an internal evaluation program to assess school performance according to the indicators of 8 eduaction national standard. This study aims to analyze the implementation of education quality assurance system through self-evaluation of school in SDN Cilandak Timur 08 Pagi, South Jakarta. This research is qualitative descriptive interpretive. The use of data collection method is qualitative, with the main instrument by in depth-interviews and documentation study. The result of the research find that the implementation of education quality assurance system thorugh self-evaluatuion of school in SDN Cilandak Timur 08 Pagi, South Jakarta did not prescribed by the rules of education quality assurance. The implementation of the program also facing some serious problem form technical to substantive problems. Keywords: Education, Quality, Quality Assurance, Self-evaluation
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Pendahuluan Setelah merdeka 67 tahun yang lalu hingga sekarang, mutu pendidikan di Indonesia masih dapat dikategorikan dalam kondisi yang memprihatinkan. Bahkan sesudah amandemen UUD 1945 dan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamantkan agar dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN dan minimal 20 persen dari APBD, serta mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pendidikan dasar gratis, pemerintah belum bisa memenuhi amanat konstitusi tersebut (Nandika, 8). Nurcholis yang memberikan gambaran rendahnya mutu pendidikan Indonesia dilihat dari fasilitas pendidikan yang masih sangat kurang, tidak memenuhi syarat, dan ketinggalan zaman, sistem politik cenderung mengekang kebebasan pendidikan yang sentralistik menyebabkan penyebaran fasilitas pendidikan menumpuk di Jawa (65%) sisanya di luar Jawa, maraknya korupsi, anggaran pendidikan yang kurang sekali dan tidak lancar, dan penyandang dana pendidikan rendah. (Sukardjo dan Komarudin, 84). Mutu pendidikan Indonesia diantara negara lain di dunia dapat diketahui salah satunya melalui data yang diperoleh dari The Education for All Development Index (EDI) tahun 2011 yang meneliti tentang perkembangan pendidikan di 127 negara di dunia. Beberapa komponen yang diteliti oleh EDI adalah rasio pendaftaran pendidikan dasar, kemampuan literasi siswa serta kualitas pendidikan. Hasilnya adalah Indonesia berada pada peringkat 69 yang sekaligus mengkategorikan perkembangan pendidikan Indonesia berada dalam kategori medium. Perkembangan pendidikan negara tetangga yaitu Malaysia sedikit diatas Indonesia yaitu berada di peringkat 65, sedangkan Brunei Darussalam berada di kategori tinggi atau high dengan berada di peringkat 34 hampir setara dengan perkembangan pendidikan di Amerika Serikat yang berada di peringkat 33. Melihat berbagai permasalahan dalam hal mutu pendidikan seperti yang telah disebutkan di atas, sudah merupakan keharusan untuk Pemerintah Indonesia menjawab berbagai permasalahan tersebut dengan berbagai cara dan solusi agar mutu pendidikan di Indonesia tidak semakin terpuruk dari waktu ke waktu. Salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan dilakukannya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang terorganisasi dengan baik dan sistemik. Tujuan akhir penjaminan mutu pendidikan seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Nasional Nomor 63 tahun 2009 Tentang sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
adalah
meningkatkan kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam implementasinya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) dilakukan beberapa program salah satunya melalui Program Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS sendiri adalah program evaluasi yang bersifat internal oleh satuan pendidikan terkait yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). EDS juga sangat penting fungsinya karena akan menjadi sumber informasi kebijakan untuk penyusunan program pengembangan pendidikan kabupaten/kota. (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah, 6) Proses evaluasi diri sekolah merupakan siklus, yang dimulai dari pembentukan Tim Pengembang Sekolah (TPS), pelatihan penggunaan Instrumen, pelaksanaan EDS di sekolah dan penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. TPS mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan indikator-indikator yang dirumuskan dalam Instrumen. Kegiatan ini melibatkan semua warga sekolah baik Kepala Sekolah, Pengawas, Guru, Peserta Didik, Komite Sekolah dan lain-lain. EDS juga akan melihat visi dan misi sekolah. Apabila sekolah yang belum memiliki visi dan misi, maka diharapkan kegiatan ini akan memacu sekolah membuat atau memperbaiki visi dan misi dalam mencapai kinerja sekolah yang diinginkan. Hasil EDS digunakan sebagai bahan untuk menetapkan aspek yang menjadi prioritas dalam rencana peningkatan dan pengembangan sekolah pada RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. (Website LPMP DKI Jakarta, para 4) Penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) ini memilih lokasi penelitian di salah satu sekolah dasar negeri di Kotamadya Jakarta Selatan yaitu SDN Cilandak Timur 08 Pagi. SDN Cilandak Timur 08 Pagi dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan sekolah dasar negeri yang memiliki akreditasi terendah diantara sekolah dasar negeri lain di Kotamadya Jakarta Selatan yang telah menjadi sasaran Evaluasi Diri Sekolah (EDS) lebih dari satu kali. Perbandingan nilai akreditasi SDN Cilandak Timur 08 Pagi dengan sekolah dasar lain di Kotamadya Jakarta Selatan yang telah menjadi sasaran EDS lebih dari satu kali dapat dilihat pada tabel Daftar Sekolah Sasaran Bimbingan Teknis Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan berikut:
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Tabel 1.1 Daftar Sekolah Sasaran Bimbingan Teknis Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Bagi Satuan Pendidikan Tahun 2013 No.
Sekolah
Wilayah
Akreditasi
1.
SDN Cilandak Timur 08 Pagi
Jakarta Selatan
B (74,00)
2.
SDN Srengseng Sawah 04 Pagi
Jakarta Selatan
B (80,00)
3.
SDN Kebon Baru 10
Jakarta Selatan
B (80,00)
Sumber : LPMP, 2013
SDN Cilandak Timur 08 Pagi dipilih sebagai studi kasus penelitian diantara kedua sekolah dasar negeri lainnya, karena berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa akreditasi SDN Cilandak Timur 08 Pagi merupakan akreditasi terendah diantara sekolah dasar lainnya di Jakarta Selatan yaitu berakreditasi B dengan nilai akreditasi 74,00. Akreditasi tentunya berhubungan dengan mutu sebuah sekolah karena akreditasi dilakukan berdasarkan atas penilaian delapan komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dimiliki sekolah terkait. Dijadikannya SDN Cilandak Timur 08 Pagi sebagai target atau sasaran peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan melalui bimbingan teknis oleh LPMP dan juga telah menjadi sekolah sasaran Evaluasi Diri Sekolah (EDS) tiga kali berturut-turut dari tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan bahwa SDN Cilandak Timur 08 Pagi sebagai sekolah dasar yang perlu penanganan yang serius dan komitmen yang penuh dalam meningkatkan dan menjamin mutu pendidikannya sehingga dapat menyediakan pendidikan yang lebih bermutu kepada peserta didiknya. Hal tersebutlah membuat peneliti tertarik untuk lebih lanjut menganalisis pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan di SDN Cilandak Timur 08 Pagi. Kepekaan penulis terhadap permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, menjadikan penulis mengangkat topik mengenai Analisis Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan yang akan diteliti serta dibahas pada penelitian ini secara lebih mendalam. Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari peneliti adalah menganalisis pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Tinjauan Teoritis Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. John Dewey (dalam Nugroho, 19) mengemukakan bahwa pendidikan dapat difahami sebagai sebuah upaya "konservatif" dan "progresif" dalam bentuk pendidikan sebagai pendidikan sebagai formasi, sebagai, rekapitulasi dan retrospeksi, dan sebagai rekonstruksi. Dikatakan sebagai berikut: 1.education as formation…..all education forms character, mental, and moral, but formation consists in the selection and coordination of native activities so that they may utilize the subject matter of social environment. Moreover, the formation is not only a formation of native activities, but it takes place through them. It is a proces of reconstruction, reorganization….2. education as recapitualtion and retrospection….the individual develops, but his proper development consist in repeating orederly stages the past evolution of animal life and human history. The former recapitulations occurs physiologically; the latter should be made to occur by means of education"….3. education as reconstruction ….. It is that reconstruction or reorganization of experience which adds to the meaning of experience, and which increases ability to the direct the course of subsequent experience… Mutu Dalam Pendidikan Ahmad (dalam Umiarso dan Gojali, 124-125) menyatakan bahwa mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponenkomponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku.Danim menyatakan bahwa mutu pendidikan mengacu pada masukan, proses, iuran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lainlain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur, organisasi, deksripsi kerja, dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita. Manajemen Strategis Purnomo (15-16) menyatakan bahwa manajemen strategi diartikan sebagai sebuah proses yang menggabungkan seni, keahlian dan ilmu sekaligus yang harus dikuasai manajemen organisasi untuk mencermati, memahami dan menganalisis organisasi sebagai sebuah entitas atau sistem yang integral, bukan terkotak-kotak pada ‘kerajaan kecil’ atau fungsi dan divisinya
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
sendiri-sendiri. Lingkup yang luas tersebut membuat manajemen strategi merupakan suatu proses yang senantiasa berkesinambungan dan terus berulang. Sebagaimana telah disebutkan bahwa manajemen strategi adalah sebuah proses maka tentunya tentunya terdiri atas tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut : a. Analisis lingkungan Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan organisasi. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya disederhanakan dengan memotret SWOT (Strengths, weakness, opportunities, and threats) yang dimiliki. b. Menentukan dan menetapkan arah organisasi Setelah melakukan analisis lingkungan, organisasi diharapkan memperoleh gambaran yang cukup utuh mengenai kondisi eksternal dan internalnya. Dengan demikian, diharapkan faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman sudah mampu terdefinisi dengan jelas. Berdasarkan keadaan tersebut organisasi kemudian dapat menentukan dan menetapkan arah yang ingin dituju di masa depan. c. Formulasi strategi Formulasi strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Fokus utama dari strategi organisasi adalah bagaimana menyesuaikan diri agar dapat lebih baik dan cepat bereaksi dibanding pesaing dalam persaingan yang ada. d. Implementasi Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut harus dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan. Tahap inilah yang disebut dengan implementasi strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan startegi organisasi dapat berhasil dengan baik, pimpinan harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu-isu yang berbeda dan bagaimana cara mengatasinya. e. Pengendalian strategi Tahap pengendalian strategi ini merupakan jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Manajemen Mutu Total
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Pada dasarnya, sekolah bermutu memiliki 5 karakteristik, yang diidentifikasi seperti pilar mutu yang digambarkan dalam ilustrasi berikut. (begitu sebuah sekolah mengembangkan filosofi mutu, maka sekolah tersebut akan mampu mengidentifikasi 5 karakteristik lain sekolah bermutu). Pilar-pilar tersebut didasarkan pada keyakinan sekolah seperti kepercayaan, kerjasama dan kepemimpinan. a. Terfokus Pada Kostumer Umiarso dan Gojali (152) menyatakan bahwa organisasi bergantung pada kostumer. Oleh karenanya, organisasi harus memahami kebutuhan masa kini dan masa mendatang dari kostumernya, serta harus memenuhi dan berusaha melampaui harapan kostumer. Kemampuan menarik perhatian, melayani, dan memelihara pelanggan adalah tujuan tertinggi dari sekolah. Tanpa fokus dan keterlibatan ksotumer, tujuan manajemen mutu tidak berarti. b. Keterlibatan Total Anggota pada semua tingkatan merupakan inti suatu organisasi, dan pelibatan penuhnya memungkinkan kemampuannya dipakai untuk manfaat organisasi. Para pegawai harus dilibatkan pada setiap proses untuk menyusun arah dan tujuan serta peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mutu, sehingga setiap individu akan terlibat dan punya tanggung jawab untuk mencari perbaikan yang terus-menerus terhadap proses yang berada pada lingkup tugasnya. Memperbaiki proses kerja hanya akan berhasil jika semua pihak, dari atas sampai ke bawah dan juga persilangan antarfungsi, terlibat dalam perubahan. c. Pengukuran Para profesional pendidikan mesti belajar untuk mengukur mutu. Para profesional perlu memahami pengumpulan dan analisa data yang diperlukan dalam proses yang sedang kita bahas ini. Begitu para profesional belajar mengumpulkan dan menganalisa data, para profesional pendidikan itu pun dapat mengukur dan menunjukkan nilai tambah pendidikan. d. Komitmen Para pengawas sekolah dan dewan sekolah harus memiliki komitmen pada mutu. Bila mereka tidak memiliki komitmen, proses transformasi mutu tidak akan dapat dimulai karena kalaupun dijalankan pasti gagal. Setiap orang perlu mendukung upaya mutu. Mutu merupakan perubahan budaya yang menyebabkan organisasi mengubah cara kerjanya. Orang biasanya tidak mau berubah, tapi manajemen harus mendukung proses perubahan dengan memberi pendidikan, perangkat, sistem, dan proses untuk meningkatkan mutu.
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
e. Perbaikan Berkelanjutan Perbaikan berkesinambungan atas kinerja organisasi secara menyeluruh hendaknya dijadikan sebagai sasaran tetap dari organisasi. Proses berkesinambungan adalah prinsip dasar dimana mutu menjadi pusatnya. Proses ini merupakan pelengkap dan yang menghidupkan prinsip orientasi proses dan prinsip fokus pada pelanggan. (Umiarso dan Gojali 154) Teknologi Informasi Dalam Pendidikan Rochaety (25) menyatakan bahwa TI merupakan salah satu fasilitas lembaga pendidikan yang lebih tepat dalam melayani pelanggan dan memuaskan pemilik lembaga pendidikan tersebut (share holder). Hubungan antarlembaga pendidikan juga mengalami evolusi ataupun revolusi sejalan dengan munculnya e-learning dan e-school. Jadi, proses pembelajaran yang dilaksanakan melalui TI, hasilnya bisa dipastikan lebih unggul karena formulasi pola pembelajaran sudah dibuat lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan penyedia maupun pengguna jasa pendidikan. Evaluasi kinerja Simanjuntak (103-106) menyatakan bahwa evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau kelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dahulu. Kinerja individu adalah tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Kinerja organisasi adalah tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang harus dicapai oleh organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Metode Penelitian Dalam penelitian mengenai pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik atau menyeluruh tentang masalah yang diteliti yaitu mengenai pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan. Dalam pengumpulan data sebagai kelengkapan dalam penelitan mengenai pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan ini, peneliti menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer merupakan data yang peneliti dapatkan langsung melalui teknik wawancara. Teknik wawancara dipilih karena peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi. Sumber data sekunder
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
merupakan data yang peneliti dapatkan melalui studi dokumentasi baik diperoleh melalui media cetak seperti buku teks; karya akademis; jurnal, serta sumber cetak lainnya maupun media elektronik melalui akses jaringan internet seperti e-book. Peneliti melakukan studi dokumentasi untuk mendapatkan data tambahan dan sebagai pelengkap selain data yang diperoleh melalui wawancara. wawancara yang dalam penelitian ini dilakukan melalui rekaman, akan diformat melalui transkrip data menjadi bentuk verbatim wawancara. Setelah data ditranskrip menjadi format verbatim, lalu akan dilakukan pengorganisasian dan kategorisasi data, setelah itu data akan diberi kode (Coding) untuk memudahkan peneliti terkait dengan penggunaan data. Format dari verbatim wawancara lebih lengkapnya akan dilampirkan pada lampiran penelitian ini. Hasil dari verbatim wawancara tersebut akan membantu peneliti dalam melakukan pembahasan dari masalah yang diteliti karena dapat menjadi instrumen bukti dan fakta dari penelitian yang dilakukan. Setelah analisis terhadap hasil wawancara, selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap hasil studi dokumentasi. Dokumen-dokumen pada penelitian ini misalnya peraturan-peraturan terkait penjaminan mutu pendidikan dan Evaluasi Diri sekolah (EDS), dokumen petunjuk pelaksanaan EDS, dokumen EDS yang telah jadi dan sebagainya. Analisis dilakukan dengan membaca dengan seksama dokumen-dokumen tersebut. Setelah itu dokumen-dokumen terkait akan dilampirkan, dicantumkan ataupun dikutip dalam bentuk asli ataupun diolah peneliti sehingga memudahkan dalam proses pemahaman atas hasil penelitian yang diperoleh dan juga mampu memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara. Analisis Berdasarkan petunjuk umum pelaksanaan EDS yang dirancang oleh Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP) dan rencana tindak lanjut implementasi EDS di satuan pendidikan Tahun 2012 yang dibuat oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi diketahui langkah-langkah dalam pelaksanaan EDS. Langkah-langkah tersebut diantaranya yang pertama adalah pembentukan dan penetapan Tim Pengembang Sekolah (TPS), setelah TPS terbentuk maka langkah selanjutnya adalah anggota TPS tersebut mengikuti diseminasi atau dalam hal ini pelatihan program EDS yang dalam pelatihannya meliputi materi mengenai konsep EDS, Analisis profil mutu sekolah, penyusunan rekomendasi program peningkatan mutu, penyusunan RKS, teknis pengisian angket, serta materi mengenai cara downloading format rekapitulasi angket.
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Setelah pelatihan tersebut, dengan anggapan bahwa TPS telah mengerti mengenai konsep EDS, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan EDS di sekolah masing-masing yang dimulai dari penggandaan angket dan pengisian angket. Angket tersebut formatnya telah ditentukan dari pusat yaitu dari PPMP, secara umum angket tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan pada 8 indikator Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pengisian angket dilakukan dengan cara menyebar angket kepada kepala sekolah, guru, komite sekolah dan juga siswa-siswi sekolah terkait. Proporsi responden pengisi angket berdasarkan petunjuk pelaksanaan adalah kepala sekolah satu orang, guru minimum sejumlah mata pelajaran sekolah yang ada dan maksmimum 30 orang, komite sekolah 3 orang dan siswa minimal berjumlah 30 orang, maksimal berjumlah 60 orang. Lalu setelah angket terisi seluruhnya, maka langkah selanjutnya adalah entry data dan uploading hasil rekapitulasi angket dengan menggunakan sistem yang telah diberi oleh pusat dalam bentuk program Microsoft Excel. Dari hasil rekapitulasi angket tersebut akan muncul grafik yang menampilkan skor tiap indikator dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), dari situ dapat dilihat kelebihan dan kelemahan serta capaian dari sekolah terkait. Berdasarkan hasil rekapitulasi angket tersebut dan dari bersumber dokumen lain dibuatlah profil mutu sekolah, penyusunan rekomendasi program peningkatan mutu dan penyusunan RKS. Setelah itu sekolah akan melakukan Finalisasi RKS/RKAS, dan finalisasi laporan EDS. Setelah semua laporan rampung, maka langkah terakhir adalah pengumpulan laporan EDS. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa langkah pertama dalam pelaksanaan EDS adalah pembentukan TPS yang ebrhubungan dengan alokasi sumber daya manusia. Alokasi sumber daya manusia pada pelaksanaan EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi dikukuhkan dalam pembentukan Tim Pengembang Sekolah (TPS). Tim Pengembang Sekolah (TPS) terdiri dari kepala sekolah, wakil dari guru dan wakil dari komite sekolah. Kepala sekolah adalah sebagai pihak penanggung jawab, sedangkan anggota lainnya merupakan pelaksana utama pada pelaksanaan EDS di sekolah terkait. Meskipun telah TPS dibentuk yang seharusnya disertai dengan distribusi tanggung jawab, namun berdasarkan wawancara mendalam dengan Pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi menyatakan bahwa tidak semua pihak yang terlibat bekerja sebagaimana mestinya, hanya dirinya dan kepala sekolah yang dominan dalam pelaksanaan EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi.
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
"Tapi kalo dilaporan situ kan tim eds ini ini misalkan seakan-akan tuh mereka kerja semua padahal kan aplikasinya kita ngerjain sendiri nah itu justru yang ditutup-tutupin yang itu, sdmnya" (Wawancara dengan Pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi) Bukan hanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang harus jelas, namun setiap pihak juga harusnya benar-benar dilibatkan dan ada transfer tanggung jawab seperti yang dikemukakan oleh Umiarso dan Gojali (153) bahwa para pegawai harus dilibatkan pada setiap proses untuk menyusun arah dan tujuan serta peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mutu, sehingga setiap individu akan terlibat dan punya tanggung jawab untuk mencari perbaikan yang terus-menerus terhadap proses yang berada pada lingkup tugasnya. Memperbaiki proses kerja hanya akan berhasil jika semua pihak, dari atas sampai ke bawah dan juga persilangan antarfungsi, terlibat dalam perubahan. Tahap selanjutnya dalam pelaksanaan EDS adalah kegiatan capacity building. Peserta Kegiatan Capacity Building Program EDS dan MSPD ini adalah para pengawas satuan pendidikan yang berasal dari kabupaten/kota sasaran EDS Tahun 2012 dan diutamakan yang mempunyai kemampuan IT. Kemampuan penggunaan IT memang sangat penting dalam pelaksanaan EDS dan MSPD di tahun 2012, karena mulai diterapkan sistem teknologi dan informasi dalam pelaksanaannya, misalnya dalam proses entry data instrumen EDS yang berupa angket menggunakan program Microsoft Excel dan dalam proses uploading hasil pengisian instrumen EDS juga dibutuhkan kemampuan dalam penggunaan internet yang mapan. Dalam hal kemampuan penggunaan IT tersebut cukup menjadi kendala bagi pengawas sebagaimana disampaikan oleh salah satu pengawas yang menjadi peserta capacity building yang menyatakan bahwa pada saat pelaksanaan capacity building satu hal yang menjadi kendala adalah penggunaan IT, karena beberapa pengawas masih kurang friendly dalam penggunaan IT. Menurut Rochaety (25) keahlian teknis sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, mengingat cepatnya perkembangan teknologi informasi yang terjadi. Pengetahuan mengenai dunia pendidikan biasanya diperoleh dari hasil interaksi antar-SDM yang terlibat dalam dunia pendidikan, dan mengetahui proses operasional lembaga pendidikan yang menggunakan bantuan teknologi informasi serta kemungkinan untuk meningkatkan nilai tambah bagi lembaga pendidikan tersebut. Namun, berdasarkan kutipan wawancara mendalam dengan Bu Endah yang menyatakan bahwa para pengawas kurang friendly dengan penggunaan IT sehingga menjadi kendala tersendiri pada pelaksanaan EDS.
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Selain capacity building, pengawas juga akan melaksanakan kegiatan penguatan program EDS. Secara umum, tujuan kegiatan Penguatan Program EDS dan MSPD bagi Pengawas ini mempersiapkan para Fasilitator/Pendamping yang akan bertugas mendampingi dan membimbing TPS dalam mengimplementasikan sistem penjaminan mutu di tempat masing-masing. Setelah mengikuti pelatihan ini, secara khusus peserta diharapkan memiliki kemampuan seperti yang telah dijelaskan pada bagian Capacity Building Program EDS dan MSPD bagi Pengawas. Secara umum peserta, fasilitator, hasil yang diharapkan, skenario kegiatan, dan metode/teknik pelatihannya hampir sama dengan Capacity Building Program EDS dan MSPD bagi Pengawas. Perbedaan antara Capacity Building Program EDS dan MSPD bagi Pengawas dan penguatan program EDS dan MSPD bagi Pengawas hanya terletak pada alokasi waktu pada pelaksanaan pelatihan untuk masing-masing materi/topik dalam struktur programnya, jika Capacity Building Program EDS dan MSPD bagi Pengawas estimasi waktunya 40 jam pertemuan, sedangkan penguatan program EDS dan MSPD bagi Pengawas alokasi waktunya hanya 30 jam pertemuan. Salah satu pegawai LPMP mengungkapkan bahwa penguatan program EDS dan MSPD dalam pelaksanaannya oleh LPMP Provinsi DKI Jakarta sebenarnya dilaksanakan, hanya saja disatukan dengan capacity building program EDS dan MSPD bagi pengawas. Penguatan program EDS dan MSPD bagi pengawas ini lebih ditujukan bagi pengawas yang telah mengikuti capacity building di tahun sebelumnya. Jadi baik pengawas yang telah mengikuti capacity building sebelumnya kembali menjadi peserta dan bergabung dengan pengawas yang baru pertama kali mengikuti capacity building. Intinya penguatan program EDS dan MSPD bagi pengawas hanya masalah terminologi atau istilah saja. Setelah pengawas mengikuti capacity building, maka giliran pengawas yang melaksanakan capacity building (In Service Pertama) bagi TPS. Kegiatan ini merupakan in service 1 kegiatan pendampingan EDS di satuan pendidikan sasaran, dilaksanakan di lokasi titik binaan berbasis pengawas. Contohnya jika seorang pengawas memiliki 8 sekolah binaan, maka CB TPS ini dilaksanakan di lokasi yang dapat menampung peserta (TPS) dari 8 sekolah tersebut, yang jumlahnya 40 orang. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan pada pelaksanaan capacity building bagi pengawas diikuti oleh seluruh anggota TPS sekolah terkait. Namun, pada kenyataannya berdasarkan wawancara dengan pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi sebagai salah satu peserta capacity building menyatakan bahwa tidak semua anggota TPS di sekolahnya mengikuti capacity building oleh pengawas tersebut.
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Tahap selanjutnya dalam pelaksanaan EDS adalah supervisi Implementasi EDS. Kegiatan supervisi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap 1 dilaksanakan untuk mensupervisi kegiatan Training EDS yang dilakukan pada saat kegiatan Training EDS berlangsung kemudian supervisi tahap 2 dilaksanakan untuk mensupervisi kegiatan pendampingan EDS oleh pengawas terhadap TPS dan dilakukan pada saat kegiatan pendampingan EDS. Pentingnya supervisi oleh tim LPMP yang biasa disebut sebagai tim pendamping sangatlah penting seperti yang dinyatakan oleh salah satu informan yaitu Pak Fery yang merupakan pegawai LPMP mengatakan bahwa LPMP sebagai tim pendamping bertugas untuk memastikan jalannya EDS dengan baik sehingga dapat berjalan lancar, bahkan filosofi EDS dapat dirasakan semua pihak sekolah yang terlibat. Bantuan dari pihak LPMP tersebut juga dirasakan oleh pihak sekolah yaitu dari SDN Cilandak Timur 08 Pagi yang menyatakan bahwa pihak sekolah cukup terbantu oleh pihak LPMP dalam pelaksanaan EDS ini. Langkah penting lain dalam pelaksanaan EDS adalah terkait dengan instrumen angket. Dalam proses pengisian angket, responden yang ikut serta adalah kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan siswa. Di satu sekolah jumlah responden yang dibutuhkan adalah: (1) untuk kepala sekolah, satu orang, (2) untuk guru, minimum sama dengan jumlah mata pelajaran yang ada di sekolah itu dan maksimum 30 guru, (3) untuk siswa minimum 30 dan maksimum 60 siswa. (4) komite sekolah, tiga orang. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti diketahui bahwa di SDN Cilandak Timur 08 Pagi pengisian angketnya sebagai instrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk kepala sekolah dan guru penyebarannya sudah sesuai dengan petunjuk, namun angket untuk komite sekolah hanya diisi oleh satu orang saja, padahal berdasarkan peraturan sebaiknya diisi oleh tiga orang anggota komite. Sedangkan, angket untuk siswa di SDN Cilandak Timur 08 Pagi, seluruh siswa disebarkan angket yang berdasarkan data berarti ada 226 siswa yang disebarkan angket, padahal berdasarkan petunjuk yang ada, angket untuk siswa itu minimal 30 orang saja dan maksimal 60 orang. Dalam proses penyebaran angket kepada siswa-siswi, peneliti menemukan bahwa dalam pengisian angket siswa ini guru turun tangan langsung memberikan instruksi dan pengarahan untuk mengisi angket yang berpotensi bias karena yang dinilai adalah guru itu sendiri sehingga bisa terjadi subyektifitas dalam pengisian angket. Penyebaran angket kepada siswa dan siswi juga kepada anggota komite sekolah sesungguhnya bertujuan untuk mengetahui kebutuhan siswa dan siswi serta komite sekolah yang
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
posisinya dalam hal ini adalah sebagai kostumer. Umiarso dan Gojali (152) menyatakan bahwa organisasi bergantung pada kostumer. Oleh karenanya, organisasi harus memahami kebutuhan masa kini dan masa mendatang dari kostumernya, serta harus memenuhi dan berusaha melampaui harapan kostumer. Setelah instrumen angket telah terisi seluruhnya sesuai dengan jumlah yang ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah proses entry dan rekapitluasi data.
Proses entry data
berdasarkan petunjuk pelaksanaan menjadi tanggung jawab Tim Pengembang Sekolah (TPS), pada pelaksanaannya di SDN Cilandak Timur 08 Pagi yang melakukan entry data adalah seorang operator. Pada proses entry data yang digunakan adalah software Microsoft Excel yang format dan rumusannya telah terprogram oleh Pusat. Instrumen angket yang telah terkumpul seluruhnya baik angket untuk kepala sekolah, guru, komite dan juga siswa kemudian telah di entry atau dimasukkan ke dalam sistem otomatis, untuk mengetahui rekapitulasinya. Maka langkah selanjutnya adalah proses penguploadan atau pengiriman hasil rekapitulasi angket tersebut. Hasil tersebut menurut pihak dari LPMP dan juga pendamping bagi SDN Cilandak Timur 08 Pagi langsung dikirim menggunakan fasilitas internet ke sistem yang dimiliki Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Instrumen angket yang telah dibahas diatas sesungguhnya merupakan bentuk evaluasi kinerja terhadap individu (misalnya: guru) dan juga evaluasi kinerja organisasi. Menurut Simanjuntak (103-106) Evaluasi kinerja berarti memberi nilai atas pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan untuk itu diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja. Sedangkan, Evaluasi kinerja organisasi dilakukan untuk mengetahui posisi organisasi, terutama bila terjadi kelembatan atau penyimpangan. Bila terjadi kelambatan, harus segera dicari penyebabnya, diupayakan mengatasinya. Namun berbeda dengan pelaksanaan EDS yang dilakukan di SDN Cilandak Timur 08 Pagi, temuan-temuan yang ada dijadikan dasar untuk menyusun program dalam RKS dengan waktu pelaksanaan program rentangnya empat tahun, namun menurut teori evaluasi kinerja temuan-temuan yang ada harus segera disikapi. Masih dalam rangkaian kegiatan capacity building bagi TPS, dalam capacity building bagi TPS peran pengawas bukan hanya pada tahap pengisian dan terkirimnya instrumen EDS saja. Peran pengawas juga dibutuhkan sebagai fasilitator pada pertemuan ke-2 yang dilaksanakan untuk mendampingi langsung TPS di sekolah dalam melakukan proses penyusunan profil mutu
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
sekolah, penyusunan draft RKS/RKAS dan penyusunan draft laporan EDS. Produk dari pertemuan ke-2 adalah tersusunnya profil mutu sekolah, tersusunnya rencana peningkatan mutu sekolah dalam bentuk draft RKS dan RKAS, serta tersusunnya draft laporan EDS. Berdasarkan
wawancara
dengan
pengawas
sekolah
yang
menyatakan
bahwa
pendampingan yang dilakukan adalah dengan mendatangi secara langsung ke sekolah binaannya dan mengecek berkas-berkas terkait pengisian instrument EDS, RKS dan rekomendasi kegiatan. “yah kita cek satu-satu per kelas, yah guru kelas 1 tolong adminisitranya mana, kita lihat absen per hari masuk gak, nilai-nilai udah masuk kah, mana nilai harian anak, mana nilai ulangannya, mana ulangan semesternya, nilainya sudah masuk belum, soalnya udah dibuat bener gak, iya cek langsung” (wawancara dengan pihak pengawas) Setelah instrumen angket selesai, maka langkah selanjutnya dalam pelaksanaan EDS adalah penyusunan profil mutu. Profil mutu satuan pendidikan sendiri dapat didefinisikan sebagai gambaran singkat yang menjelaskan karakteristik satuan pendidikan menurut jenjang, jalur, dan jenis satuan pendidikan yang disusun berdasarkan data kuantitatif atau kualitatif yang dikumpulkan melalui evaluasi, sertifikasi, dan akreditasi yang mencerminkan pemenuhan dan pencapaian standar. Dengan deksripsi mutu tersebut diharapkan secara sekilas profil mutu dapat menarik perhatian dan mudah bagi pembaca untuk mengetahui mutu masing-‐masing satuan pendidikan. Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti terhadap profil mutu sekolah yang telah dibuat oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi, diketahui bahwa ada beberapa ketidaksesuaian dengan aturan atau standar yang telah ditentukan. Misalnya, pada data pokok satuan pendidikan yang dimiliki SDN Cilandak Timur 08 Pagi masih ada kekurangan informasi atau kekosongan data yaitu pada bagian telepon, fax, website, kelurahan, kecamatan, kota, kabupaten serta yang paling penting adalah data isian akreditasi belum diisi. Kelengkapan informasi khususnya di bagian data pokok satuan pendidikan tentunya sangat penting sebagai bagian dari profil mutu sekolah, karena dengan data yang lengkap juga mudah bagi penggunan data untuk memanfaatkan data yang ada. Misalnya saja jika pengguna memiliki keperluan untuk menghubungi pihak sekolah dengan cara mengirim surat atau menggunakan sarana telepon akan agak sulit, karena di profil mutu sekolah tidak dicantumkan oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi, sehingga kalaupun pengguna mencari pada data atau dokumen lain tidak efesien dan terkesan menyita waktu.
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
Profil mutu sekolah yang telah dibuat, seperti yang disebutkan sebelumnya akan menjadi dasar dalam penyusunan RKS. Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang dibuat dalam kerangka empat tahun maupun tahunan merupakan hal yang sangat penting, karena RKS dapat digunakan sebagai pedoman kerja (kerangka acuan) dalam mengembangkan Sekolah, dasar untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pengembangan Sekolah, serta sebagai bahan acuan untuk mengidentifikasi dan mengajukan sumberdaya pendidikan yang diperlukan dalam pengembangan Sekolah. Tujuan utama penyusunan RKS adalah agar Sekolah mengetahui secara rinci tindakan-‐tindakan yang harus dilakukan sehingga tujuan, kewajiban, dan sasaran pengembangan Sekolah dapat dicapai. RKS juga menjamin bahwa semua program dan kegiatan yang dilakukan untuk
mengembangkan
sekolah
sudah
memperhitungkan
harapan-‐harapan
pemangku
kepentingan dan kondisi nyata sekolah/ madrasah. Dalam proses menyusun RKS langkah awal yang dilakukan adalah analisis lingkungan. Menurut Purnomo (15-16) analisis lingkungan merupakan langkah awal dari manajemen strategis. Lingkungan organisasi di sini mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya disederhanakan dengan memotret SWOT (Strengths, weakness, opportunities, and threats) yang dimiliki. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman sedangkan analisis lingkungan internal akan memberikan tentang keunggulan dan kelemahan dari perusahaan. Namun, dalam pelaksanaan EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi diketahui bahwa hanya dilakukan analisis lingkungan untuk faktor-faktor internal saja, sedangkan faktor-faktor internal tidak menjadi fokus analisis, sehingga hanya diperoleh strenghts dan weakness saja dalam analisis SWOT nya. Berdasarkan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti terhadap dokumen RKS SDN Cilandak Timur 08 Pagi dalam bentuk Skala Prioritas, diketahui bahwa ada beberapa hal yang menarik untuk dicermati, yang pertama berdasarkan peraturan, skala prioritas dibuat dalam jangka waktu empat tahun yang dalam hal ini berarti dari tahun 2012 hingga tahun 2015, sehingga program-program yang ada rentang waktu pelaksanaannya dapat dilakukan antara tahun 2012 hingga 2015, namun alokasi waktu yang dibuat SDN Cilandak Timur 08 Pagi berturut-turut hanya dua tahun yaitu dari tahun 2012 hingga 2013. Sehingga program-program yang ditetapkan oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi secara berturut-turut dilaksanakan setiap semester hingga
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
tahun 2013, padahal pemerintah memberikan rentang waktu 4 tahun dan pelaksanaan programnya juga tidak perlu berturut-turut sehingga dapat lebih efektif dan efisien dari segi waktu maupun biaya. Hal kedua yang perlu dicermati adalah ada beberapa program dan kegiatan yang tercantum dan tertera dalam dokumen skala prioritas, namun tidak tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS), misalnya saja program pembinaan keterampilan mencari informasi/pengetahuan lebih lanjut dapat dilakukan di ruang kelas, pada kegiatan ekstrakulikuler, dan bimbingan BK secara berkelanjutan, kemudian program workshop reviw silabus dan RPP, dan beberapa program lain yang tertera dalam dokumen skala prioritas tapi tidak tercantum dalam RKAS. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat pada dokumen skala prioritas dan RKAS yang ada di bagian lampiran. Dari kedua temuan tersebut, dapat diketahui bahwa sekolah cenderung tidak cermat dan teliti dalam proses pengisian dokumen skala prioritas dan RKAS. Berdasarkan studi dokumentasi terhadap dokumen RKAS tahun 2012/2013 yang telah dibuat oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi, peneliti menemukan beberapa hal yang perlu ditelaah lebih lanjut, yang pertama adalah seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat beberapa program yang tertera di dalam dokumen skala prioritas tetapi tidak tertera di dalam RKAS, seperti program workshop review silabus dan RPP, kemudian kegiatan workshop penyusunan instrument penilaian dan masih banyak program lain yang tercantum dalam skala prioritas tetapi tidak tercantum dalam RKAS. Hal kedua yang menarik adalah jika diperhatikan dengan seksama, semua penanggung jawab yang tertera dalam RKAS adalah kepala sekolah SDN Cilandak Timur 08 Pagi, namun jika kita bandingkan dengan dokumen skala prioritas penanggung jawabnya bukan hanya kepala sekolah tetapi ada juga guru kelas bahkan penjaga sekolah. Kedua permasalahan tersebut cukup menarik karena terlihat bahwa ada ketidakcocokan atau ketidaksinambungan data antara dua dokumen yang sangat penting dan harusnya terkait satu sama lain, hal tersebut menunjukkan ketidakcermatan atau ketidaktelitian dalam membuat dokumen yang dilakukan oleh pihak sekolah. Masih dalam kerangka kegiatan capacity building bagi TPS, langkah terkahir dari proses tersebut adalah capacity building in service 2. Kegiatan ini merupakan in service 2, dilaksanakan di lokasi titik binaan pengawas sebanyak 2 kali pertemuan masing-masing dilaksanakan 1 hari. Pertemuan ke-1 dilaksanakan untuk mendampingi langsung dalam memverifikasi draft RKS dan RKAS yang dibuat sekolah serta finalisasi RKS dan RKAS masing-masing sekolah. Fasilitator
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
pada pertemuan ke-1 ini adalah pengawas sekolah sasaran EDS. Produk dari pertemuan ke-1 adalah terverifikasinya draft RKS dan RKAS dan tersusunnya RKS dan RKAS. Pertemuan ke-2 dilaksanakan untuk mendampingi langsung TPS dalam finalisasi laporan EDS untuk masingmasing sekolah. Fasilitator pada pertemuan ke-2 ini adalah pengawas sekolah sasaran EDS. Produk dari pertemuan ke-2 adalah Tersusunnya laporan EDS secara lengkap. Pada tahap ini berdasarkan wawancara dengan pengawas sekolah yang memaparkan bahwa dalam melakukan verifikasi dilakukan pemeriksaan langsung antara RKAS dengan kebutuhan yang benar-benar perlu dipenuhi sekolah misalnya dalam hal sarana dan prasarana. Berdasarkan penelitian di SDN cilandak Timur 08 Pagi diketahui ada beberapa faktor yang menjadi pendukung pada pelaksanaan EDS khususnhya di tahun 2012. Yang pertama adalah terkait dengan anggaran. Hal yang menarik disini adalah meskipun anggaran dirasakan semakin sedikit dibanding tahun lalu dan juga dirasakan tidak cukup, namun disisi lain dirasakan sebagai faktor yang mendukung dalam pelaksanaan EDS. Hal tersebut dinyatakan oleh pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi yang menyatakan bahwa dengan adanya anggaran dirasakan mampu menjadi motivasi dalam pelaksanaan EDS. "Faktor yang mendukung pelaksanaan eds sih sebenernya, kita gak munafik yang pertama awalnya pas kita rapat pokoknya kalian harus semangat semua, kita dari LPMP kita akan mencairkan dana untuk sekolah masing-masing” (wawancara dengan pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi) Selain dari segi anggaran, seperti yang dikutip pada kutipan wawancara, pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi juga menyatakan bahwa faktor pendukung lainnya pada pelaksanaan EDS adalah pemberian motivasi oleh pihak LPMP. Faktor pendukung lain yang menurut pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi adalah diadakannya pelatihan atau pembinaan. Menurut informan menyatakan bahwa dengan adanya pembinaan, dirinya dapat mengutarakan pertanyaanpertanyaan atau sesuatu yang belum diketahuinya pada pembinaan tersebut. Apalagi, sistem EDS tahun 2012 merupakan sistem online sehingga dalam pembinaan tersebut pihak sekolah dilatih untuk bisa melaksanakan EDS di sekolah masing-masing. Dalam melaksanakan sebuah program tidak terlepas dari faktor-faktor selain faktor pendukung yaitu tentunya ada pula faktor penghambatnya. Berdasarkan penelitian di SDN Cilandak Timur 08 Pagi diketahui beberapa faktor penghambat diantaranya adalah dari segi koordinasi antar pihak, kemudian dari segi waktu pelaksanaan EDS yang dirasa kurang, kemudian dari segi anggaran yang dirasakan juga masih kurang, kemudian dari segi penggunaan
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
teknologi informasi yang belum optimal. Berikut adalah pernyataan dari pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi mengenai sulitnya koordinasi dengan beberapa pihak dan juga mengenai waktu yang begitu sempit pada pelaksanaan EDS. "Hambatannya yaitu kita sulit koordinasi sama guru-guru, terus eeh yang kedua pelaksanaannya juga terlalu sempit dari segi waktunya” (wawancara dengan pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi) Selain dari segi waktu, anggaran juga dirasakan menjadi kendala. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi yang menyatakan bahwa anggaran Pelaksanaan EDS tahun 2012 dirasakan masih kurang sehingga sekolah harus menutupinya dari sumber anggaran lain. Simpulan dan Saran Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan yang dirancang oleh Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP). Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi juga mengalami beberapa kendala dan permasalahan yaitu masih lemahnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pada pelaksanaan EDS yang mulai menerapkan sistem digital dan online; kemudian dari segi anggaran yang masih dirasakan kurang oleh beberapa pihak khususnya pada pelaksanaan EDS tahun 2012; Durasi waktu pelaksanaan EDS yang dirasakan pihak sekolah masih kurang dan cenderung cepat sehingga memberatkan pihak sekolah; Koordinasi dan kerja sama antar pihak belum terjalin dengan maksimal sehingga mengesankan adanya one man show pada pelaksanaan EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi; dan yang terakhir terkait instrumen angket/kuisioner yang masih tidak relevan penyebarannya kepada siswa-siswi sekolah dasar. Berdasarkan simpulan sebelumnya, maka terdapat beberapa saran yang perlu ditindaklanjuti yaitu perlunya pelatihan yang intensif bagi pihak sekolah dan pengawas sekolah terkait penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi mengingat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) yang mulai menerapkan sistem digital, lalu diperlukannya penambahan durasi waktu pada pelaksanaan EDS, karena beberapa pihak merasa bahwa durasi waktu pelaksanaan EDS masih kurang, sehingga terkesan memberatkan pihak pelaksana EDS, dengan durasi waktu yang tepat diharapkan pihak sekolah bisa lebih maksimal pada pelaksanaan EDS, selanjutnya Tim Pengembang Sekolah (TPS) lebih diperkuat perannya dalam pelaksanaan EDS,
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013
selain itu diperlukan melakukan evaluasi kinerja TPS dan menerapkan sistem reward and punishment terhadap kinerja anggota TPS tersebut, lalu pertanyaan dalam instrumen angket yang disebarkan kepada siswa-siswi sebaiknya dirancang sesuai dengan kemampuan siswa-siswi sekolah dasar, selain itu pola jawabannya juga sebaiknya tidak perlu beragam, terakhir yaitu saat proses pengisian angket diperlukan pihak luar yang independen untuk mengawasi sehingga netralitas dan obyektifitas dalam pengisian angket tetap terjaga terutama instrument angket untuk siswa-siswi; Daftar Pustaka Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah. Panduan Teknis Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Jawa Tengah: Tim Penyusun, 2010. Nandika, Dodi. Pendidikan di Indonesia di Tengah Gelombang Perubahan. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2007. Nugroho, Riant. Kebijakan Pendidikan yang Unggul : Kasus Pembangunan Pendidikan di Kabupaten Jembrana 2000-2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Purnomo, Setiawan Hari. Manajemen strategi: sebuah konsep pengantar. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2007. Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP).(2012). Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan tahun 2012. Jakarta: Tim Penulis. Rochaety, Eti, et al. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. SDN Cilandak Timur 08 Pagi. Laporan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Jakarta: Tim Penyusun, 2012. Simanjuntak, Payaman. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2005. Sukardjo & Ukim Komarudin. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Umiarso & Imam Gojali. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD, 2011. United Nation Education, Science and Cultural Organization. Education for All Report. New York: UNESCO, 2011. http://lpmpdki.web.id Diakses Pada 24 Maret 2013 Pukul 17.50 WIB
Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013