ANALISA PREDIKSI KEGAGALAN PERUSAHAAN DENGAN MODEL ALTMAN ( Kasus Perusahaan Manufaktur)
DISUSUN OLEH : HERU PURNOMO, SE., MM
UNIVERSITAS GUNADARMA 2009
ABSTRAKSI
Tujuan penulisan ini adalah untuk memprediksi dari sisi keuangan apakah suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan pada masa yang akan datang dengan menggunakan salah satu alat analisa yang jarang sekali digunakan tetapi mempunyai tingkat keakuratan dalam hasil penelitiannya karena telah dilakukann pengujian pada banyak sample oleh Beaver (1966, 1968), Altman (1968,1984), Altman, Haldeman dan Narayanan (1976), Blum (1974), Dambolena dan Khoury (1980), Ohlson (1980), Zmijewski (1983). Analisa yang digunakan disebut dengan Altman’s Bankruptcy Prediction Mode (Z-Score) dengan menggunakan lima alat rasio keuangan yaitu : working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of total debt dan sales to total assets. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa PT.AQUA GOLDEN MISSISSIPPI memiliki nilai ZScore = 4,107841 dengan kesimpulan “Besar Kemungkinan untuk Berhasil” yang sebabkan oleh varibel X5 = 2,323 yaitu menggambarkan rasio perputaran modal (asset turnover) yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan manajemen dalam menghasilkan modal dalam jangka waktu tertentu dari hasil penjualan produknya. Dan dilanjutkan oleh variable X2 merupakan indikator profitabilitas komulatif yang relatif terhadap panjangnya waktu, maka hal ini mengisyaratkan bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kebangkrutan. Dan dilanjutkan lagi berurutan dipengaruhi oleh variabel X1, X3 & X4. Kata Kunci : Kebangkrutan, Altman’s Bankruptcy Prediction Mode (Z-Score), Altman, prediksi, modal kerja, laba ditahan, laba kotor, penjualan
PENDAHULUAN Komposisi jenis industri di Indonesia yang paling dominan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan perekonomian Indonesia salah satunya adalah perusahaan manufaktur, sehingga sudah selayaknya kita perlu memperhatikan jenis industri tersebut agar perekonomian bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Penulis hanya mengambil satu jenis industri sebagai contoh kasus dalam penelitian ini tanpa mengurangi pengaruh dari jenis industri lain dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Di pertengahan tahun 1997 dimana terjadinya krisis moneter banyak perusahaan manufaktur mengalami kegagalan atau kebangkrutan yang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor lingkungan eksternal dan internal, dimana manajemen tidak dapat mengendalikan faktor lingkungan eksternal mikro dan makro seperti perubahan ekonomi, peraturan pemerintah, perilaku konsumen, perkembangan teknologi, politik, budaya maupun pesaing, supplier, konsumen dan
lainnya. Sehingga yang perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah mengendalikan faktor lingkungan internal perusahaan seperti faktor keuangan, kebijakan dan peraturan perusahaan, penjualan dan lainnya. Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan terhadap keberadaan kondisi perusahaan, sehingga perusahaan harus memperhatikan hal tersebut. Sebenarnya perusahaan bisa memperkirakan kondisinya dimasa yang akan datang dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memastikan kondisi keuangannya di masa yang akan datang dengan ketepatan prediksi 95% (Altman 1984 untuk model MDA).
Adapun analisa yang dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan suatu perusahaan di masa yang akan datang diantaranya Analisa Bankruptcy Prediction Mode (Z-Score), dimana analisa model ini telah diuji oleh Altman (1968) dengan menggunakan metode multiple discriminant analysis (MDA) dengan mengambil 66 sampel perusahaan yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut untuk periode pengamatan tahun 1946-1965. Hasilnya menunjukkan tingkat ketepatan prediksi kebangkrutan sebesar 94% untuk model MDA tahun 1968 dan 95% untuk model MDA tahun 1984 (Foster, 1986).
TINJAUAN PUSTAKA Untuk menganalisa dengan menggunakan Analisa Bankruptcy Prediction Mode (Z-Score) dibutuhkan data-data keuangan yang berkaitan dengan variabel-variabel berikut ini : Modal kerja (Working Capital) Setiap kegiatan usaha yang bersifat profit oriented maupun non-profit oriented, senantiasa membutuhkan dana untuk modal yang digunakan dalam pembelanjaan dan operasional dari perusahaan tersebut. Pada dasarnya dana atau modal yang dimiliki perusahaan digunakan untuk membiayai eksploitasi perusahaan (operating atau revenue expenditure) dan untuk membiayai investasi (capital expenditure)
secara konsepsional sesungguhnya tidak ada perbedaan antara kedua macam
pengeluaran tersebut. Dalam buku Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan oleh Dr. Bambang Riyanto (1987) : Menurut konsep kuantitatif : definisi modal kerja adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (Gross Working Capital)
Menurut konsep kualitatif : definisi modal kerja adalah sebagian dari aktiva lancar yang benarbenar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya,, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancer di atas utang lancarnya. Menurut Wilford J. Eitman – J.h. Holtz, memberikan definisi : “modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income.” “nonworking capital adalah dana yang tidak menghasilkan current income, atau kalau menghasilkan current income tidak sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. (W.J. Eiteman and J.N. Holtz, “working capital management”, dalam kumpulan karangan Essay on Business Finance, Masterco Press, Inc. Ann Arbor, Michigan, 1963, hal 209).
Laba di tahan (Retained Earning) Laba ditahan pada hakikatnya merupakan titik temu antara perkiraan-perkiraan neraca dengan perkiraan-perkiraan perhitungan rugi-laba. Dari periode ke periode, laba yang ditahan bertambah dengan adanya laba dan berkurang karena adanya kerugian dan pembagian deviden. Sebagai hasilnya, saldo laba yang ditahan menunjukkan akumulasi laba bersih. Sedangkan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1991, hal 48) : “Laba yang ditahan menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian deviden dan koreksi rugi laba periode lalu.”
Laba sebelum Bunga dan Pajak (Earning before Interest and Taxes) Kalau kita perhatikan pada laporan rugi laba, pencatatan laba sebelum bunga dan pajak posisinya berada di antara pencatatan pendapatan atau beban lainnya dan pajak penghasilan. Laba sebelum bunga dan pajak merupakan laba usaha yang posisinya belum dikurangi oleh biaya atau beban bunga dan taksiran pajak penghasilan suatu perusahaan. Sedangkan laba bersih menunjukkan kelebihan semua penghasilan dikurangi dengan semua biaya yang dikeluarkan perusahaan pada periode tertentu setelah dikurangi pajak dan bunga.
Harga Pasar dari Ekuitas (Market value of Equity) Harga atau nilai pasar dari Ekuitas atau disebut dengan Market Value of Equity merupakan nilai atau harga dari ekuitas atau saham perusahaan saat sekarang berapa rupiah menurut pasar saham di Indonesia. Jika harga atau nilai pasar dari ekuitas perusahaan tersebut lebih tinggi dari harga atau
nilai buku perusahaan, maka bisa dikatakan perusahaan tersebut mengalami kenaikan nilai pasar dari ekuitasnya. Dari bukunya John D. Martin, Arthur J.J. William Prety, David F. Scott, Jr. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan (1993): harga pasar dari ekuitas formulasinya adalah :
Harga pasar Ekuitas :
jumlah saham biasa yang beredar pada akhir tahun dikalikan dengan rata-rata harga pasar per saham untuk semester terakhir
Nilai Buku Total Hutang (Book of value to total Debt) Nilai buku total hutang diartikan sebagai berapa total piutang perusahaan lain kepada perusahaan tersebut jika dilihat dari pencatatan nilai buku perusahaannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai buku total hutang merupakan semua hutang perusahaan pada periode tertentu yang belum bisa dilunasi hingga akhir periode tutup buku. Dari bukunya John D. Martin, Arthur J.J. William Prety, David F. Scott, Jr. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan (1993): nilai buku total hutang formulasinya sbb:
Nilai Buku Total Hutang :
Jumlah Hutang Lancar
+
Jumlah Hutang Jangka Panjang
Penjualan (Sales) Menjual atau penjualan adalah ilmu dan seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya.”
Definisi lain oleh William G Nickels, menyebutkan istilah penjualan tatap muka atau personal selling : Penjualan tatap muka adalah interaksi antara individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.”
Pada industri manufaktur pos penjualan terbagi menjadi dua, yaitu penjualan bersih dan penjualan kotor. Penjualan bersih merupakan penjualan yang telah dikurangi retur, potongan maupun diskon penjualan. Penjualan kotor merupakan penjualan yang belum dikurangi dengan retur, potongan maupun diskon penjualan.
Prediksi Kegagalan Perusahaan Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memprediksi kegagalan suatu usaha. Penelitian ini antara lain dilakukan oleh Beaver (1966, 1968), Altman (1968,1984), Altman, Haldeman dan Narayanan (1976), Blum (1974), Dambolena dan Khoury (1980), Ohlson (1980), Zmijewski (1983). Penelitian ini umumnya menggunakan model analisa rasio keuangan, karena rasio keuangan terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan serta dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat. Salah satu Penelitian prediksi kebangkrutan usaha dilakukan oleh Altman (1968) dengan menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis (MDA) dengan mengambil sample sebanyak 66 perusahaan yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut untuk periode amatan 1946-1965. Adapun rasio keuangan yang digunakan terdapat 5 rasio, yaitu : working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of total debt dan sales to total assets. Berdasarkan metode tersebut maka dihasilkan formulasi (Z-Score) sebagai berikut :
(Z-Score)
=
1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Keterangan : X1
= Modal Kerja / Total Aktiva ( Working Capital to Total Asset )
X2
= Laba ditahan / Total Aktiva
X3
= Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva
X4
= Harga atau Nilai Pasar dari Ekuitas / Nilai Buku Total Hutang
( Retained Earning to Total Assets ( Earning Before Interest and Taxes to Total Assets) ( Market Value Equity to Book Value of Total Debt )
X5
= Penjualan / Total Aktiva ( Sales to Total Assets )
Altman membuat ambang batas untuk nilai Z-Score yang digunakan sebagai tolak ukur Kriteria Kebangkrutan atau Keberhasilan Perusahaan yang dapat dibagi menjadi 3 ambang batas, yaitu kurang dari nilai 1,81 dinyatakan Besar Kemungkinan akan Gagal (Bangkrut), diantara 1,81
sampai dengan 2,99 ada 2 kemungkinan : jika kurang 2,675 = Gagal, lebih dari 2,675 = Berhasil. Selanjutnya nilai Z-Scorenya lebih dari 2,99 maka dinyatakan Besar Kemungkinan akan Berhasil. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini :
Tabel Kriteria Kebangkrutan Altman SKOR KEBANGKRUTAN Kurang dari 1,81 Kemungkinan Gagal terbilang Besar Skor ini meramalkan Kegagalan
Antara 1,81 – 2,99 Kemungkinan Gagal sulit dipastikan Kurang dari 2,675 meramalkan Kegagalan Lebih dari 2,675 meramalkan Keberhasilan
Lebih dari 2,99 Kemungkinan Gagal terbilang Kecil Skor ini meramalkan Keberhasilan
Dari formulasi diatas maka dapat dinyatakan bahwa : 1. Suatu perusahaan yang berpotensi gagal mulai berkurang investasinya untuk Aktiva Lancar (Variabel X1 ) 2. Karena variable X2 merupakan indicator profitabilitas kumulatif yang relative terhadap panjangnya waktu, maka hal ini mengisyaratkan bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kebangkrutan. 3. Variable X3 mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan dalam mendatangkan pendapatan. Melemahnya variable ini merupakan indicator terbaik yang menyebabkan kebangkrutan 4. Variable X4 melambangkan solvabilitas (leverage) atau kemantapan financial jangka panjang dari suatu perusahaan 5. Variable X5 menggambarkan rasio perputaran modal (asset turnover) yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan manajemen dalam menghasilkan modal dalam jangka waktu tertentu dari hasil penjualan produknya.
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Data Keuangan Perusahaan Manufaktur Ada beberapa data keuangan yang perlu diolah lagi dengan melakukan perhitungan melalui formulasi yang ada seperti Nilai pasar dari Ekuitas, untuk mencarinya diperlukan formulasi sbb:
Nilai Pasar dari Ekuitas
= Jumlah saham biasa yang beredar akhir tahun dikalikan rata-rata harga pasar per saham pada semester terakhir
Catatan :
Untuk mencari jumlah saham beredar akhir tahun di neraca perusahaan dengan cara mencatat modal yang disetor dan ditempatkan, karena jumlah saham beredar akhir tahun merupakan modal yang disetor oleh perusahaan. Untuk mencari data harga pasar per saham bisa kita gunakan formulasi berikut ini :
Rata-rata harga pasar per saham
= Nilai saham yang disetor + agio/disagio saham kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredara pada akhir tahun
Analisa yang digunakan Analisa yang digunakan dalam penelitian ini disebut dengan Analisa Bankruptcy Prediction Mode (Z-Score), dengan formulasi sebagai berikut :
(Z-Score)
=
1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Keterangan : X1 X2 X3 X4 X5
= = = = =
Modal Kerja / Total Aktiva Laba ditahan / Total Aktiva Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva Harga atau Nilai Pasar dari Ekuitas / Nilai Buku Total Hutang Penjualan / Total Aktiva
Perhitungan Analisanya adalah sbb : PT. AQUA GOLDEN MISSISIPPI, Tbk (Tahun 2008) X1
= Modal Kerja / Total Aktiva
= 0.688857179 X2
= Laba ditahan / Total Aktiva
= 0.749366444 X3
= Laba sebelum bunga dan pajak / Total Aktiva
= 0.314496496 X4
= Harga atau Nilai Pasar dari Ekuitas / Nilai Buku Total Hutang
= 0.031692332 X5
= Penjualan / Total Aktiva
= 2.323428463
Sehingga jika kita masukkan nilai 5 variabel tersebut diatas pada Formulasi Z-Score nya : (Z-Score) = 1,2 X1
+
1,4X2 + 3,3X3 +
0,6X4 +
1,0X5
(Z-Score) = 1,2 (0.688857179) + 1,4 (0.749366444) + 3,3 (0.314496496) + 0,6 (0.031692332) + 1,0 (2.323428463) (Z-Score) = 4.107840913 Menurut Tabel Kriteria Kebangkrutan Altman maka nilai Z-Score PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk yang bernilai 4.107840913 dinyatakan bahwa Perusahaan tersebut BERHASIL pada tahun 2008 disebabkan karena besarnya nilai Variable X5 yang menggambarkan rasio perputaran modal (asset turnover). Beberapa Perusahaan yang telah dilakukan perhitungan Z-Score juga : 1. PT.GUDANG GARAM, Tbk ( Tahun 2008 ). Hasilnya : Z-Score = 2.174962202 kesimpulan : Diprediksikan GAGAL 2. PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk ( Tahun 2008 ) Hasilnya : Z-Score = 1.34738636 kesimpulan : BESAR Kemungkinan jadi GAGAL 3. PT. HOTEL SAHID JAYA INTERNATIONAL, Tbk ( Tahun 2004 ) Hasilnya : Z-Score = -0.64167 kesimpulan : BESAR Kemungkinan jadi GAGAL 4. PT. AGIS, Tbk ( Tahun 2004 ) Hasilnya : Z-Score = 1.574396
kesimpulan : BESAR Kemungkinan jadi GAGAL
5. PT. ANEKA TAMBANG, Tbk ( Tahun 2008 ) Hasilnya : Z-Score = 1.381205 kesimpulan : BESAR Kemungkinan jadi GAGAL 6. PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk ( Tahun 2008 ) Hasilnya : Z-Score = 1.788337 kesimpulan : BESAR Kemungkinan jadi GAGAL Hasil Penelitian Dari hasil perhitungan analisa dengan menggunakan Z-Score, maka dapat dikatakan bahwa : Hasil perhitungan Z-Score menyatakan nilai skor dari perusahaan PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk sebesar 4.107840913. Dimana skor tersebut jika dibandingkan dengan tabel Kriteria Kebangkrutan Altman nilainya lebih besar dari nilai skor tabel tersebut (2,99), bisa kita bandingkan Tabel Kriteria Kebangkrutan Model Altman dengan hasil Penelitian sbb :
Tabel Kriteria Kebangkrutan Altman : SKOR KEBANGKRUTAN Kurang dari 1,81 Kemungkinan Gagal terbilang Besar Skor ini meramalkan Kegagalan
Antara 1,81 – 2,99 Kemungkinan Gagal sulit dipastikan Kurang dari 2,675 meramalkan Kegagalan Lebih dari 2,675 meramalkan Keberhasilan
Lebih dari 2,99 Kemungkinan Gagal terbilang Kecil Skor ini meramalkan Keberhasilan
Tabel Perbandingan antara Skor Kebangkrutan (Z-Score) dengan Skor Perhitungan dari analisis yang dilakukan :
Tabel Perbandingan antara Skor Kebangkrutan (Model Altman) dengan Skor Hitung PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk Ketentuan Skor Kebangkrutan (Model Altman) Perusahaan
Skor Hitung
PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk
4,107840913
Kurang dari 1,81
Gagal Besar
Kuran g dari 2,675
Lebih dari 2,675
Gagal
Berhasil
Lebih dari 2,99
Berhasil Besar
Kesimpulan
Diramalkan Berhasil
Hasil Penelitian PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk adalah sebesar 4,107840913, dimana menurut Tabel Skor diatas termasuk pada kriteria kolom yang paling kanan (Lebih dari
2,99), maka dengan demikian PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk pada tahun yang akan datang yaitu tahun 2010 menurut kondisi keuangan perusahaan, maka dapat diprediksikan bahwa akan berhasil atau terhindar dari kebangkrutan.
KESIMPULAN Dengan demikian maka berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan Analisa Kebangkrutan Model Altman (Z-Score), maka dapat disimpulkan bahwa:
Pada tahun yang akan datang (Tahun 2010) “PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk” diprediksikan akan berhasil atau terhindar dari kebangkrutan jika dilihat dari sisi keuangan perusahaan tersebut.
Faktor dominan yang mendorong keberhasilannya adalah dari : Variabel
X5 merupakan variabel yang menggambarkan rasio perputaran modal (asset
turnover) yaitu besar kecilnya kemampuan manajemen dalam menghasilkan modal dalam jangka waktu tertentu dari hasil penjualan produknya dengan nilai skor sebesar
2.323428463. Dengan kata lain perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menghasilkan modal pada jangka waktu tertentu dari penjualannya.
SARAN
Dari hasil penelitian tersebut maka ada satu variabel yang menjadi perhatian bagi perusahaan dimana nilai skor tersebut merupakan nilai skor yang terendah yaitu Variabel X4 yang melambangkan solvabilitas (leverage) atau kemantapan finansial jangka panjang dari perusahaan tersebut dengan nilai skor sebesar 0.031692332. Dengan kata lain perusahaan tersebut mempunyai kemampuan yang kurang baik dalam hal finansial jangka panjang, sehingga perlu ditingkatkan kembali sesuai dengan kebijakan perusahaan tersebut.
Analisis Kebangkrutan Model Altman ini hanya melihat kemampuan perusahaan dari sisi keuangannya (finansial) saja, sedangkan terjadinya Kebangkrutan bisa disebabkan
dari
berbagai segi, sehingga diperlukan analisis lain yang bisa memprediksikan keadaan perusahaan di masa yang akan datang dari sisi lain selain keuangan atau finansial. Yang pada akhirnya analisis yang kami lakukan saling menguatkan dengan analisis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi ke dua, cetakan ke sepuluh, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Madam Yogyyakarta, 1984. Djarwanto Ps, Statistik Nonparametrik, Edisi kedua, cetakan pertama, juli 1985, BPFE Yogyakarta Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Prinsip Akuntansi Indonesia 1984, Jakarta, Rineka Cipta, 1990
John D. Martin, J.William Prety, Arthur J.Keown, et all, Basic Financial Management, Fifth Edition, Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, New Jersey 07632 , Dasar-dasar Manajemen Keuangan, jilid dua, edisi lima, Penerbit Rajawali Pers Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 4 No.2, hal 184-198, Mei 2001
LAMPIRAN PERHITUNGAN ANALISA Z-SCORE Nama Perusahaan : Laporan Keuangan :
PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk TAHUN 2008
DATA KEUANGAN YANG DIGUNAKAN
NO
STATEMENT
JUMLAH
1
Aktiva Lancar ( A.L )
IDR 660,532,261,807
2
Hutang Lancar ( H.L )
IDR 84,482,374,710
3
Modal Kerja ( M.K )
IDR 576,049,887,097
4
Total Aktiva ( T.A )
IDR 1,003,487,929,389
5
Laba ditahan ( L.DT ) Laba sebelum Bunga & Pajak ( EBIT ) Jumlah Saham Beredar (lbr) ( J.S.B ) Nilai Nominal Saham ( NOM ) Agio/Disagio Saham ( AGI/DIS ) Rata2 Harga Pasar per-shm ( R.H.P ) Nilai Pasar dari Ekuitas ( N.P.E )
IDR 1,000
Hutang Tak Lancar ( H.TL ) Nilai Buku Total Hutang ( N.B.T.H ) Penjualan (pendapatan) ( JUAL )
IDR 327,984,030,836
6 7 8 9 10 11 12 13 14
KETERANGAN STATEMENT
FORMULASI
HITUNG
HASIL
Aktiva Lancar - Hutang Lancar
X1 = M.K / T.A
0.5740476
0.688857179
IDR 537,128,700,640
Saldo Laba (rugi)
X2 = L.DT / T.A
0.5352617
0.749366444
IDR 95,634,374,933
Laba (rugi) Usaha Jumlah Modal Saham Disetor & Ditempatkan
X3 = EBIT /T.A
0.095302
0.314496496
X4 = N.P.E / N.B.T.H
0.0528206
0.031692332
X5 = JUAL / T.A
2.3234285
2.323428463
13,162,473
IDR 8,624,230,550 IDR 1,655 IDR 21,786,703,550
IDR 412,466,405,546
Nil.nominal shm + Agio&Disagio / Jumlah shm Beredar Jumlah shm Beredar x rata2 harga pasar per-shm Hutang Lancar + Hutang Tak Lancar
IDR 2,331,532,417,087
HASIL PERHITUNGAN Z-SCORE = Kriteria Kebangkrutan Altman SKOR Kurang dari 1,8 Kurang dari 2,675 Lebih dari 2,675 Lebih dari 2,99
KETERANGAN BESAR Kemungkinan jadi GAGAL Diprediksikan GAGAL Diprediksikan BERHASIL BESAR Kemungkinan untuk BERHASIL
KESIMPULAN : BESAR Kemungkinan untuk BERHASIL
4.107840913