ANALISIS PREDIKSI FINANCIAL DISTRESS BERDASARKAN MODEL ALTMAN DAN ZMIJEWSKI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Layyinaturrobaniyah Karina Desiria Dewi Departemen Manajemen dan Bisnis Universitas Padjadjaran
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat akurasi dari model Altman dan Zmijewski serta mengetahui variabel-variabel apa saja dari kedua model yang memiliki pengaruh signifikan dalam memprediksi kemungkinan financial distress perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress dan tidak mengalami financial distress pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian berasal dari kedua model tersebut, diantaranya yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, Sales to Total Assets, Net Income to Total Assets, Total Liabilities to Total Assets, dan Current Assets to Current Liabilities, sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah variabel dummy perusahaan apakah sedang mengalami financial distress atau tidak. Metode penelitian yang digunakan adalah komparatif deskriptif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang berpengaruh signifikan dalam meramalkan kemungkinan financial distress perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Model Zmijewski tingkat akurasi yang lebihdibanding Altaman dalam memprediksi kemungkinan financial distress pada perusahaan sektor industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia dengan tingkat akurasi sebesar 68% pada periode satu tahun sebelum terjadinya kesulitan keuangan, sedangkan variabel Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, dan Market Value of Equity to Book Valus of Total Debt berpengaruh negatif signifikan dalam memprediksi financial distress perusahaan.
Kata Kunci: Model Altman, Model Zmijewski, Financial Distress
ABSTRACT This research is aimed to compare accuration rate of Altman and Zmijewski model, also to find what are the variables from both models having significant influence in predicting the corporate’s financial distress probability. The samples of this research are manufacturing companies experiencing and not experiencing financial distress listed in Indonesian Stock Exchange during the period of 2008- 2012. The independent variables used in this research are obtained from both models, they are Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, Sales to Total Assets, Net Income to Total Assets, Total Liabilities to Total Assets, and Current Assets to Current Liabilities, while for the the dependent variable, whether the companies are in financial distress status or not, is used. The research methodology used is comparative descriptive. Logistic regression test, to find which variables are significantly affecting in predicting the corporate’s financial distress probability, is used to test the hypotheses. The result of this research shows that Zmijewski model is the most accurate model and the most suitable model to predict the financial distress probability of companies belong to manufacturing industry in Indonesian Stock Exchange, with the accuration rate of 68% one year before financial distress, while the variables significantly negative affecting in corporate’s financial distress prediction are Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Asstes, and Market Value of Equity to Book Value of Total Debt.
Keywords: Altman Model, Zmijewski Model, Financial Distress
PENDAHULUAN Ketidakstabilan perekonomian dunia pada pertengahan tahun 2008 yang dipicu oleh memburuknya situasi keuangan di Amerika Serikat turut memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Ribuan karyawan di PHK, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar terus melemah hingga menembus angka di atas Rp. 12.000 per Dollar, IHSG yang turun sampai dengan 50 persen, dan juga mengakibatkan banyak perusahaan mengalami kesulitan pendanaan yang bahkan berujung pada kebangkrutan, hal ini dapat dilihat dengan adanya beberapa perusahaan yang delisting dari Burse Efek Indonesia. Dampak krisis ekonomi global tersebut paling terasa oleh industri manufaktur yang memiliki peranan penting bagi perekonomian negara, terutama perusahaan yang memiliki peranan penting bagi perekonomian negara, terutama perusahaan yang berorientasi ekspor atau menggunakan bahan baku impor. Kesulitan pendanaan dirasakan oleh beberapa perusahaan karena biaya produksi meningkat, penurunan permintaan, penumpukan persediaan, dan juga menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Adanya permasalahan tersebut menuntut perusahaan untuk mampu memperkuat manajemen yang dimilikinya guna mengantisipasi dampak krisis global yang terjadi. Dalam rangka menanggulangi keadaan tersebut, perusahaan yang tidak mampu memperbaiki kinerjanya lambat laun akan kesulitan dalam menjaga likuiditasnya, hal tersebut dapat mengakibatkan kesulitan keuangan pada perusahaan. Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan suatu pertanda negatif bagi sebuah perusahaan dan harus segera ditangani dengan cepat,
karenajika
tidak
akan menuntunnya
ke gerbang kepailitan seperti
yang
dikemukakanoleh Platt dan Platt (2002) yaitu financial distress merupakan suatu tahapan penurunan kondisi keuangan perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan. Tanda-tanda suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) dapat ditinjau melalui laporan keuangan yang dimilikinya. Laporan keuangan yang disajikan oleh pihak perusahaan merupakan cerminan nyata daripada kinerja perusahaan pada periode yang bersangkutan. Maka dari itu,evaluasi kinerja keuangan perusahaan sangat penting untuk dilakukan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam kondisi sehat yang ditunjukan dengan terpenuhinya seluruh kewajiban dan juga kinerja keuangan perusahaan telah mencapai hasil yang maksimal, ataukah justru perusahaan sedang berada pada kondisi yang tidak sehat dimana perusahaan kehilangan kemampuan dalam memenuhi kewajibannya. Pengumpulan informasi mengenai keadaan kesehatan suatu perusahaan dinilai sangat penting karena hal ini dapat menjadi sistem peringatan dini (early waning system) mengenai apa yang akan terjadi dengan perusahaan dan juga memberikan gambaran mengenai langkah apa yang
harus dilakukan perusahaan selanjutya. Dengan mengetahui keadaan keuangan perusahaan lebih awal, sangat memungkinkan bagi pihak manajemen, investor, para kreditur (lembaga keuangan), dan juga pemerintah untuk melakukan langkah-langkah antisipasi guna menangani krisis keuangan perusahaan. Oleh karena itu, berbagai model prediksi mengenai financial distress terus dikembangkan agar perusahaan dapat mengidentifikasi dan juga memperbaiki kondisi keuangannya sebelum sampai ke tahap kritis atau kebangkrutan. Model Altman yang dikembangkan tahun 1968 merupakan salah satu pelopor model prediksi financial distress yang sering digunakan dan paling popular dalam meramalkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan perusahaan. Model ini dikembangkan dengan menggunakan metode multiple discriminant analysis (MDA) dan menghasilkan lima rasio keuangan yang disinyalir memiliki predictive power dalam memprediksi kesulitan keuangan perusahaan. Kelima rasio tersebut adalah Working Capital to Total Assets yang mewakili aspek likuiditas, Retained Earnings to Total Assets dan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets yang mewakili rasio profitabilitas, juga Market Value of Equity to Book Value of Total Debt dan Sales to Total Assets yang mewakili rasio aktivitas perusahaan. Ketiga aspek likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas dinilai dapat mencerminkan keadaan mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Sementara itu model Zmijewski diperkenalkan beberapa tahun setelahnya yaitu pada 1984 menggunakan metode logit dengan mengikutsertakan tiga variabel yang mewakili aspek profitabilitas dimana dicerminkan oleh rasio Net Income to Total Assets, tingkat penggunaan hutang yang dijelaskan oleh Total Liabilities to Total Assets, dan juga likuiditas perusahaan yang dilambangkan oleh rasio Current Assets to Current Liabilities. Pengembangan model untuk memprediksi financial distress perusahaan dengan metode logit dinilai lebih baik dibandingkan dengan MDA karena nilai kesalahan yang ada tidak terdistribusi normal sehingga diharapkan dengan menggunakan model Zmijewski, tingkat keakurasian peramalan lebih tinggi. Berdasarkan pendahuluan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut, model prediksi manakah yang memiliki tingkat akurasi paling tinggi dalam meramalkan kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Rasio keuangan apa sajakah dalam model Altman yang memiliki pengaruh signifikan dalam meramalkan kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Rasio keuangan apa sajakah dalam model Zmijewski yang memiliki pengaruh signifikan dalam meramalkan kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Rasio keuangan apa
sajakah yang berpengaruh signifikan dalam meramalkan kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan apakah rasio - rasio keuangan pada model Altman dan Zmijewski digabungkan bisa menjadi suatu model baru? Apakah penggabungan model Altman dan Zmijewski dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui model prediksi mana yang memiliki tingkat akurasi paling tinggi dalam meramalkan kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mengetahui rasio-rasio keuangan apa saja dalam model Altman yang memiliki pengaruh signifikan dalam meramalkan kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mengetahui rasio-rasio keuangan apa saja dalam model Zmijewski yang memiliki pengaruh signifikan dalam meramalkan kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mengetahui rasio-rasio keuangan apa saja yang berpengaruh signifikan dalam meramalkan kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jika rasio-rasio keuangan pada model Altman dan Zmijewski digabungkan menjadi suatu model baru, dan mengetahui apakah penggabungan model Altman dan Zmijewski dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan pertanda awal perusahaan mengalami kebangkrutan usahanya. Ross (2009) mendefinisikan financial distress sebagai ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhikewajiban-kewajiban yang dimilikinya (insolvency). Ketidakmampuan tersebut dapat ditunjukan dengan dua metode yaitu stock based insolvency dan flow based insolvency. Stock based insolvency adalah suatu kondisi yang menunjukan ekuitas negatif dari neraca perusahaan (negative networth), sedangkan flow based insolvency merupakan kondisi perusahaan dimana arus kas operasi (operating cash flow) yang dimilikinya negatif, kedua kondisi tersebut menunjukan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.
Sementara itu Brigham dan Gapenski (2008) mengemukakan pengertianmengenai financial distress ke dalam beberapa arti bergantung kepada keadaanperusahaan saat itu, diantaranya yaitu: a. Kegagalan
ekonomi
(economic
failure),
mengindikasikan
bahwapendapatan
perusahaan tidak mampu menutupi biaya totalnyatermasuk biaya modal, perusahaan yang mengalami kegagalanekonomi dapat terus beroperasi selama pemilik perusahaan bersediamendapatkan tingkat pengembalian yang lebih rendah. b. Kegagalan usaha (business failure), perusahaan telah menghentikankegiatan operasionalnya yang berakibat pada kerugian pihak kreditur. c. Insolvensi teknis (technical insolvency), perusahaan tidak mampumembayar kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Insolvensiteknis mengindikasikan tingkat likuiditas yang sangat rendah danmungkin hanya bersifat sementara, perusahaan juga dimungkinkan
Edward I. Altman merupakan orang pertama yang menemukan cara untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menerapkan multiple discriminate analysis (MDA) dalam pengembangan modelnya. Model yang dikembangkan oleh Altman yang kemudian dikenal dengan Altman’s Z-Score memiliki tingkat keakuratantinggi yaitu sebesar 95% untuk prediksi satu tahun sebelum kejadian. Adapun bentuk formula yang digunakan untuk menghitun Z-Score adalah sebagai berikut: Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,999 X5 Dimana X1: Working Capital/Total Assets X2 :Retained Earnings/Total Asset X3 :Earning Before Interest and Taxes/Total Asset X4 :Market Value of Equity/Book Value of Total Debt X5 :Sales/Total Asset Altman menggunakan cut off 2,675 dan 1,81, artinya jika nilai Z yang diperoleh lebih besar dari 2,675 maka perusahaan diprediksi tidak akan mengalami financial distress di masa yang akan datang. Perusahaan dengan nilai Z diantara 1,81 dan 2,675 berada dalam posisi grey area dimana perusahaan mengalami masalah dalam keuangannya walaupun tidak seserius permasalahan perusahaan yang mengalami financial distress. Sedangkan perusahaan dengan nilai Z berada dibawah angka 1,81 maka perusahaan diklasifikasikan pada zona financial distress.
Metode yang digunakan oleh Zmijewski adalah regresi logit dimana metode statistik ini dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode MDA seperti yang digunakan Altman dan Springate. Dengan menggunakan metode tersebut, Zmijewski memperoleh model sebagai berikut: X = -4,3 – 4,5 Y1 + 5,7 Y2 – 0,004Y3 Dimana
Y1 : ROA (Net Income/ Total Assets) Y2 : Leverage (Total Debt/ Total Assets) Y3 : Liquidity (Current Assets/ Current Liabilities)
Zmijewski mengemukakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress memiliki nilai X lebih besar dan sama dengan 0, begitupun sebaliknya yaitu jika suatu perusahaan memiliki nilai X yang lebih kecil dari 0 maka perusahaan tersebut diprediksi tidak mengalami financial distress. Tingkat akurasi dari model yang dikembangkan oleh Zmijewski adalah 94,9%. Model Altman memiliki lima rasio keuangan yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, dan Sales to Total Assets. Dalam penelitiannya Altman mengemukakan bahwa kelima rasio keuangan tersebut memiliki pengaruh negatif terhadap kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distress. Zmijewski menggunakan tiga rasio keuangan sebagai variabel independennya yaitu Net Income to Total Assets, Total Liabilities to Total Assets, dan Current Assets to Current Liabilities.Kesimpulan
dari
penelitian
tersebut
menyatakan
bahwa
terdapat
dua
rasiokeuangan yang berpengaruh negatif terhadap kemungkinan financial distressperusahaan yaitu Net Income to Total Assets, dan Current Assets to Cureent Liabilities, sementara itu rasio Total Liabilities to Total Assets memiliki hubungan positif dalam meramalkan kemungkinan financial distress.
HIPOTESIS Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah disampaikan di atas, maka hipotesa dari penelitian ini adalah: 𝐻11 = Terdapat pengaruh negatif antara Working Capital to Total Assets terhadap prediksi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
𝐻12 = Terdapat pengaruh negatif antara Retained Earnings to Total Assets terhadap prediksi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 𝐻13 = Terdapat pengaruh negatif antara Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets terhadap prediksi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 𝐻14 = Terdapat pengaruh negatif antara Market Value of Equity to Book Value of Total Debt terhadap prediksi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 𝐻15 = Terdapat pengaruh negatif antara Sales to Total Assets terhadap prediksi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 𝐻21 = Terdapat pengaruh negatif antara Net Income to Total Assets terhadap prediksi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 𝐻22 = Terdapat pengaruh positif antara Total Liabilities to Total Assets terhadap prediksi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 𝐻23 = Terdapat pengaruh negatif antara Current Assets to Current Liabilitiesterhadap prediksi financial distress perusahaan pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatifdeskriptif. Metode komparatif merupakan suatu metode penelitian yang bersifatmembandingkan, dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah model-model prediksi financial distress yaitu model Altman dan Zmijewski, dimana terdapat perbedaan variabel penyusun dari kedua model yang dibandingkan. Adapun tujuan dari metode deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang terdapat pada perusahaan yang tergolong ke dalam industri manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2012 yang kemudian akan diolah menjadi informasi dan selanjutnya akan dianalisis untuk menghasilkan suatu penyelesaian hipotesis.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahpurposive sampling, dimana sampel yang diambil merupakan sampel yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan sebelumnya. Kriteria yang dibuat terdiri dari kriteria umum dan juga kriteria khusus. Kriteria umum yaitu kriteria yang harusdipenuhi oleh keseluruhan sampel, diantaranya yaitu: 1. Memiliki laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit selama periode tahun 2008 – 2012 2. Memiliki data harga saham yang tersedia pada tanggal perdagangan terakhir di tahun bersangkutan selama periode 2008 – 2012 Di samping kriteria umum yang telah disebutkan di atas, terdapat kriteria kriteriakhusus yang harus dipenuhi guna mengategorikan sampel yang ada.Sampel dibagi menjadi dua kategori, yaitu perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Sampel dipilihdengan menggunakan teknik matched pair, oleh karena itu jumlah sampel dari kedua kategori tersebut sama. Berikut merupakan kriteria khusus untuk sampel yang termasuk pada kategori perusahaan yang mengalami financial distress(kategori 1), yaitu: 1. Perusahaan memiliki net income negatif selama dua tahun berturutturut.Hal ini sesuai dengan definisi financial distress oleh Hofer(1980). 2. Perusahaan memiliki ekuitas yang bernilai negatif. Hal inimencerminkan bahwa perusahaan memiliki total hutang yang melebihitotal aset yang dimilikinya (TL>TA). Hal ini sesuai dengan definisifinancial distress menurut Ross,et.al. (2008). Untuk memenuhi karakteristik matched pair, maka terdapat kriteria – kriteriakhusus untuk perusahaan yang dikategorikan tidak mengalami financial distress (kategori 0), yaitu: 1. Tidak memiliki net income yang negatif selama dua tahun berturutturut. 2. Tidak memiliki nilai ekuitas yang negatif 3. Berasal dari sektor yang sama dengan sampel kategori 1 4. Memiliki nilai total asset yang relatif sama dengan sampel kategori 1 Dari sebanyak 134 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 20082012 yang menjadi populasi dalam penelitian, didapat sebanyak 50 perusahaan yang memenuhi kriteria pemilihan sampel dengan cara purposive sampling. Perusahaanperusahaan tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu 25 perusahaan yang mengalami financial distress dan 25 perusahaan lainnya yang tidak mengalami financial distress. Tabel 1
Data Sampel Perusahaan No.
Sektor Industri
Perusahaan Distress
Non Distress
1
Keramik
PT Intikeramik Alamsari Industri Tbk
PT Arwana Citramulia Tbk
2
Keramik
PT Mulia Industrindo Tbk
PT Asahimas Flat Glass Tbk
3
Logam
PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk
PT Pelangi Indah Camindo Tbk
4
Logam
PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
PT Lion Metal Works Tbk
5
Logam
PT Pelat Timah Nusantara Tbk
PT Saranacentral Bajatama Tbk
6
Kimia
PT Barito Pacific Tbk
7
Kimia
PT Intanwijaya Internasional Tbk
8
Pulp dan Kertas
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
9
Pulp dan Kertas
PT Kertas Basuki Rachmat Ind Tbk
PT Suparma Tbk
10
Plastik
PT Alam Karya Unggul Tbk
PT Sekawan Intipratama Tbk
11
Plastik
PT Titan Kimia Nusantara Tbk
12
Plastik
PT Siwani Makmur Tbk
13
Kayu
PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk
14
Otomotif
PT Prima Alloy Steel Universal Tbk
PT Multi Prima Sejahtera Tbk
15
Tekstil
PT Argo Pantes Tbk
PT Panasia Indo Resources Tbk
16
Tekstil
PT Century Textile Industry Tbk
PT Star Petrochem Tbk
17
Tekstil
PT Eratex Djaja Tbk
PT Unitex Tbk
18
Tekstil
PT Apac Citra Centertex Tbk
PT Tifico Fiber Indonesia Tbk
19
Tekstil
PT Asia Pacific Fibers Tbk
PT Polychem Indonesi Tbk
20
Tekstil
PT Sunson Textile Manufacturer Tbk
PT Ricky Putra Globalindo Tbk
21
Kabel
PT Sat Nusapersada Tbk
PT KMI Wire and Cable Tbk
22
Makanan
PT Davomas Abadi Tbk
PT Mayora Indah Tbk
23
Makanan
PT Sekar Bumi Tbk
PT Sekar laut Tbk
24
Makanan
PT Akasha Wira International Tbk
PT Cahaya Kalbar Tbk
25
Farmasi
PT Schering Plough Indonesia Tbk
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk PT Yanaprima Hastapersada Tbk PT Argha Karya Prima Industry Tbk
PT Taisho Pharmaceutical Ind Tbk
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat sekunder, dimanadata-data diperoleh secara tidak langsung tetapi melalui perantara. Data keuangan yang diperlukan
dalam penelitian dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dapat diakses melalui www.idx.co.id maupun situs resmi perusahaan yang terkait.
HASIL PENELITIAN Model Altman memiliki nilai cut off sebesar 2,675 dimana jika suatu perusahaan memiliki nilai lebih besar dari 2,675 maka perusahaan tersebut diprediksi tidak akan mengalami financial distress. Begitu pun sebaliknya, jika nilai suatu perusahaan berada di bawah angka 2,675 maka perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami financial distress. Dalam penelitiannya, model Altman dapat memprediksi kemungkinan suatu perusahaan mengalami financial distressdengan tingkat akurasi sebesar 95% pada periode satu tahun sebelum kejadian, 72% pada periode dua tahun sebelum, 48% pada periode tiga tahun sebelum, dan 29% pada periode empat tahun sebelum perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Tabel 2 Hasil Perhitungan Tingkat Akurasi Model Altman
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dengan membandingkan model prediksi Altman untuk periode tahun 2008-2011 dengan kondisi nyata perusahaanpada tahun 2012 apakah mengalami kesulitan keuangan atau tidak, dari total sampel sebanyak 25 perusahaan yang mengalami financial distress dan 25 perusahaan yang tidak mengalami financial distress, model Altman mampu memprediksi kemungkinan suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan selama empat tahun dan juga tiga tahun sebelum kejadian dengan tingkat akurasi sebesar 54%, lalu untuk dua tahun sebelum terjadinya kesulitan keuangan adalah sebesar 58%, sementara itu satu tahun sebelum terjadinya financial diistress yaitu pada tahun 2011 model Altman mampu memprediksi dengan tingkat akurasi sebesar 60%. Adapun tingkat Error Type I yaitu kesalahan model dalam memprediksi perusahaan yang tidak mengalami distress padahal pada kenyataannya perusahaantersebut mengalami financial distress dalam periode satu tahun sebelum, dua tahun sebelum, tiga tahun sebelum, dan empat tahun sebelum terjadinya financial distress pada perusahaan adalah sebesar 8%,
8%, 12%, dan 12%. Sedangkan untuk tingkat kesalahan dalam memprediksi keadaan perusahaan yang mengalami financial distress padahal sebenarnya perusahaan tersebut tidak mengalami distress atau Error Type II pada model Altman memiliki nilai yang tergolong tinggi, yaitu sebesar 72% pada periode satu tahun sebelum, 76% pada periode dua tahun sebelum, 80% pada periode tiga tahun sebelum, dan pada empat tahun sebelum terjadinya financial distress perusahaan adalah sebesar 80%. Model Altman memiliki nilai Error Type II yang tergolong besar, hal ini mencerminkan model tersebut memiliki batasan tinggi dalam menyatakan bahwa sebuah perusahaan aman dari kondisi financial distress. Model Zmijewski memiliki tiga variabel independen yang digunakan yaitu Total Liabilities to Total Assets, Net Income to Total Assets, dan yang terakhir adalah Current Assets to Current Liabilities. Nilai cut off pada model Zmijewski adalah 0, dimana jika suatu perusahaan memiliki nilai lebih kecil dari 0 maka perusahaan tersebut diprediksi tidak akan mengalami financial distress, tetapi jika perusahaan memiliki nilai lebih besar dari 0, perusahaan tersebut diprediksi mengalami financial distress. Pada penelitiannya, model prediksi Zmjewski memiliki ketepatan dalam meramalkan kemungkinan suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada periode satu tahun sebelum terjadinya financial distress adalah sebesar 94,5%. Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan model tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Perhitungan Tingkat Akurasi Model Zmijewski
Dengan mengacu pada kondisi aktual perusahaan di tahun 2012, dengan melakukan perhitungan nilai Zmijewski untuk tahun 2008-2011 menggunakan 25 sampel perusahaan yang mengalami financial distress dan 25 perusahaan yangtidak mengalami distress, maka berdasarkan penjelasan tabel 3 terlihat bahwa model Zmijewski mampu memprediksi kemungkinan suatu perusahaanmengalami financial distress satu tahun sebelum kejadian adalah sebesar 68%,pada periode dua tahun sebelum 68%, tiga tahun sebelum adalah sebesar 66%, dan pada periode empat tahun sebelum perusahaan mengalami financial distressadalah sebesar 68%.
Sedangkan untuk tingkat kesalahan model dalam meramalkan perusahaan tidak mengalami financial distress tetapi pada kenyataannya perusahaan tersebut mengalami distress atau Error Type I satu tahun sebelum kejadian adalah sebesar60%, dua tahun sebelum sebesar 60%, tiga tahun sebelum sebesar 52%, dan empat tahun sebelum terjadinya kesulitan keuangan adalah sebesar 48%. Adapun tingkat kesalaham model dalam memprediksi perusahaan tidak mengalami financial distress padahal seharusnya perusahaan tersebut mengalami distress atau Error Type II adalah sebesar 4% pada periode satu tahun dan dua tahun sebelum kejadian, serta 16% pada periode tiga tahun dan juga empat tahun sebelum terjadinya financial distress pada suatu perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa model Zmijewski memiliki batasan yang rendah dalam menyatakan suatu perusahaan aman dari kondisi financial distress, ditunjukan dengan hasil nilai Error Type II yang relatif kecil.
PEMBAHASAN Model Altman Tabel 4 Estimasi Pengujian Hipotesis Model Altman
Berdasarkan tabel 4 maka dapat disusun persamaan linier logisticsebagai berikut: Z = -0,887920 + 0,036162 X1 – 1,790537 X2 – 4,275855 X3 + 0,0321354 X4 + 0,332821 X5 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai McFadden R-Squared adalah sebesar 0,257110, dimana hal tersebut menunjukan bahwa proporsi atau persentase variasi total dalam variabel dependen yaitu status perusahaan mengalami financial distress dijelaskan oleh variabel-variabel independennyayaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, dan Sales to Total Assets adalah sebesar 25,7110% dimana sisanya
sebesar 74,289% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sedangkan untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel independen secara individual, dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas tiap-tiap variabel dengan tingkat signifikansi α sebesar 5%. Adapun variabel-variabel independen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Working Capital to Total Assets terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Berdasarkan tabel 4dapat dilihat dari hasil regresi logistik untuk variable Working Capital to Total Assets (WCTA) memiliki nilai koefisien positif sebesar 0,036162, hasil tersebut menunjukan setiap terdapat peningkatan 1 satuan Working Capital to Total Assets justru akan meningkatkan kemungkinan suatuperusahaan mengalami financial distress sebesar 0,036162. Sedangkan nilai probabilitas dari variabel tersebut adalah 0,8925, hasil tersebut tidak signifikan pada tingkat α sebesar 5%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 0 diterima, yang artinya secara parsial variabel Working Capital to Total Assetstidak memiliki pengaruh secara negatif terhadap prediksi financial distressperusahaan. 2. Pengaruh Retained Earnings to Total Assets terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik yang terdapat dalam tabel 4diketahui bahwa nilai koefisien untuk variabel Retained Earnings to Total Assetsbernilai negatif sebesar -1,790537, yang berarti setiap terjadi kenaikan 1 satuan dari variabel Retained Earnings to Total Assets menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress sebesar 1,790537. Sedangkan nilai probabilita dari variabel tersebut adalah 0,0000 dimana hasilnya bernilai signifikan pada tingkat α sebesar 5%. Probabilitas yang memiliki nilai lebih kecil dari tingkat signifikansi α sebesar 5% merupakan salah satu kriteria penolakan hipotesis 0, dengan demikian pernyataan pada hipotesis 𝐻12 yaitu variable Retained Earnings to Total Assets berpengaruh secara negatif terhadap prediksi financial distress perusahaan dapat diterima. 3. Pengaruh Earnings Before Interest andTaxes to Total Assets terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Melalui tabel 4 yang menyajikan hasil pengujian dengan menggunakan statistik logit diketahui bahwa koefisien dari variabel EBITTA adalah bernilainegatif sebesar -4,275855, hal tersebut menjelaskan bahwa setiap kenaikan 1 satuan variabel Earnings Before Interest and Taxes akan menurunkankemungkinan kesulitan keuangan perusahaan sebesar 4,275855. Nilai probabilitas variabel adalah sebesar 0,0014 dimana hasil tersebut bernilai signifikan jika dibandingkan dengan nilai α sebesar 5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa
pernyataan pada hipotesis 0 ditolak, dengan kata lain pernyataan pada hipotesis 𝐻13 yaitu Earnings Before Interest and Taxes to Total Assetsberpengaruh secara negatif terhadap prediksi financial distress perusahaan dapat diterima. 4. Pengaruh Market Value of Equity to Book Value of Total Debt terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Setelah dilakukan pengujian statistik, melalui tabel 4 dapat diketahui nilai koefisien untuk variabel Market Value of Equity to Book Value of Total Debtadalah positif 0,321354 yang berarti setiap kenaikan 1 satuan Market Value of Equity to Book Value of Total debt meningkatkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress sebesar 0,321354, sedangkan probabilitas dari variabel tersebut adalah sebesar 0,0783 dimana nilai tersebut tidak signifikan ada tingkat α sebesar 5%. Dengan demikian, pernyataan pada hipotesis 0 dapat diterima yaitu Market Value of Equity to Book Value of Total Debt tidak berpengaruh secara negatif terhadap prediksi financial distress perusahaan. 5. Pengaruh Sales to Total Assets terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan metode logisticyang disajikan pada tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai koefisien dari variable Sales to Total Assets bernilai positif sebesar 0,332821 yang berarti setiap kenaikan 1 satuan variabel Sales to Total Assets meningkatkan kemampuan perusahaan mengalami kesulitan keuangan sebesar 0,332821. Sedangkan nilai probabilitas daripada variabel Sales to Total Assets tidak signifikan dengan nilai α 5% yaitu sebesar 0,1056. Nilai probabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan signifikansi α 5% merupakan salah satu kriteria penerimaan hipotesis 0, dengandemikian dapat disimpulkan bahwa rasio Sales to Total Assets tidak berpengaruh secara negatif terhadap prediksi financial distress perusahaan. Hasil penelitian yang bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968) adalah Working Capital to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, dan Sales to Total Assets. Sedangkan penelitian ini yang mendukung penelitian Altman (1968) adalah Retained Earnings to Total Assets dan Earning Before Interest and Taxes to Total Assets. Model Zmijewski Tabel 5 Estimasi Pengujian Hipotesis Model Zmijewski
Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat dalam tabel 5 maka dapat disusun suatu model logistik sebagai berikut: X = -1,066379 – 3,460168 Y1 + 1,503023 X2 + 0,035838 X3 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui nilai McFadden R-Squaredadalah sebesar 0,129841, dimana hal tersebut menunjukan bahwa proporsi atau persentase variasi total dalam variabel dependen yaitu status perusahaan mengalami financial distress dijelaskan oleh variabel-variabel independennya yaitu Net Income to Total Assets, Total Liabilities to Total Assets, dan Current Assets to Current Liabilities dalah sebesar 12,9841% dimana sisanya adalah sebesar 87,0159% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sedangkan untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh variabel independen secara individual, dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas tiap-tiap variabel dengan tingkat signifikansi α sebesar 5%. Adapun variabel-variabelindependen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Net Income to Total Assets terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Berdasarkan hasil pengujian statistik yang terdapat pada table 5, diketahui bahwa koefisien untuk variabel Net Income to Total Assets memiliki nilai negatif sebesar -3,460168 yang berarti setiap kenaikan 1 variabel Net Income to Total Assets menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress sebesar 3,460168. Sedangkan nilai probabilita yang dimiliki oleh variable Net Income to Total Assets adalah sebesar 0,0001. Nilai probabilita yang dimiliki oleh rasio Net Income to Total Assets bernilai signifikan dengan tingkat α sebesar 5%. Hal tersebut mendukung kriteria penolakan hipotesis 0, dengan demikian hipotesis 𝐻𝑎21 yang menyatakan bahwa variabel Net Income to Total Assetsberpengaruh secara negatif terhadap prediksi financial distress perusahaan dapat diterima dan juga terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel tersebut. 2. Pengaruh Total Liabilities to Total Assets terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan metode logistik pada tabel 5 dapat diketahui bahwa variabel Total Liabilities to Total Assets memiliki koefisien bernilai
positif sebesar 1,503023 yang artinya setiap kenaikan 1 satuan variabel Total Assets to Total Liabilities maka akan meningkatkan kemungkinan perusahaan mengalami financial distress sebesar 1,503023. Sedangkan tingkat probabilitas yang dimiliki variabel ini adalah sebesar 0,0001. Hasil tersebut signifikan pada tingkat α sebesar 5%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis 0 dalam penelitian ini ditolak, maka hipotesis Ha22 yang menyatakan bahwa variabel Total Liabilities to Total Assetsberpengaruh positif terhadap prediksi financial distress perusahaan dapat diterima. 3. Pengaruh Current Assets to Current Liabilities terhadap Prediksi Financial Distress Perusahaan Dari tabel 5 dapat dilihat hasil pengujian statistik yang menyebutkan bahwa variabel Current Assets to Current Liabilities memiliki koefisien bernilai positif sebesar 0,035838 yang berarti setiap kenaikan 1 satuan variabel Current Assets to Current Liabilities meningkatkan kemampuan perusahaan mengalami financial distress sebesar 0,035838 sedangkan nilai probabilitasnya memiliki nilai tidak signifikan diatas 0,05 yaitu 0,1931 yang masuk ke dalam kategori penerimaan hipotesis 0. Dengan demikian variabel ketiga dalam model Zmijewskiyaitu variabel Current Assets to Current Liabilities tidak berpengaruh secara negatif terhadap prediksi financial distress perusahaan. Hasil penelitian ini yang mendukung kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Zmijewski (1984) adalah Net Indome to Total Assets dan Total Liabilities to Total Assets. Sedangkan,Hasil penelitian ini yang tidak mendukung kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Zmijewski (1984) adalah Current Assets to Current Liabilities.
Penggabungan Model Altman dan Zmijewksi Tabel 6 Estimasi Pengujian Hipotesis Penggabungan Model Altman dan Zmijewski
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik yang terdapat pada tabel 6, maka dapat disusun persamaan linier logistik adalah sebagai berikut: Si= -1,486088 – 0,084525 X1 - 1,415940 X2 – 9,793602 X3 - 0,402268X4 + 0,371520 X5 + 5,882902 Y1 + 0,750384 Y2 + 0,054000 Y3 Melalui hasil tersebut diketahui bahwa nilai dari McFadden R-Squareduntuk model penggabungan Altman dan Zmijewski pada perusahaan yang mengalami distress dan nondistress adalah sebesar 0,289530. Dengan demikian, variabel-variabel independen yang terdapat dalam model tersebut yaitu Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, Sales to Total Assets, Net Income to Total Assets, Total Liabilities to Total Assets, dan Current Assets to Current Liabilities memiliki proporsi atau presentase variasi total dalam variabel dependennya berupa status perusahaan apakah mengalami financial distress atau tidak adalah sebesar 28,9530% sementara sisanya sebesar 71,047% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel-variabel yang berpengaruh dalam meramalkan kemungkinan terjadinya financial distress suatu perusahaan sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan antara lain adalah Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, dan Market Value of Equity to Book Value of Total Debt. Ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh negatif seperti yang telah dirumuskan sebelumnya dan juga signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Sementara itu variabel Total Liabilities to Total Assets bernilai positif seperti yang telah dirumuskan pada hipotesis tetapihubungannya dengan prediksi financial distress tidak signifikan. Variabel - variabel lainnya yaitu Working Capital to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total
Debt, Sales to Total Assets Net Income to Total Assets, dan Current Assets to Current Liabilities tidak berpengaruh secara signifikan dalam memprediksi kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa sebelum terjadi penggabungan model Altman dan Zmijewski, variabel independen dalam model Altman yang berpengaruh signifikan dalam memprediksi kemungkinan perusahaan mengalami financial distress adalah variabel Retained Earnings to Total Assets dan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets. Setelah dilakukan penggabungan kedua model prediksi, kedua variabel tersebut merupakan variabel yang secara konsisten tetap berpengaruh signifikan dalam memprediksi kemungkinan perusahaan mengalami financial distress ditambah dengan variabel Market Value of Equity to Book Value of Total Debt. Sedangkan tidak terdapat variabel yang berasal dari model Zmijewski berpengaruh signifikan dalam memprediksi kemungkinan perusahaan mengalami financial distress ketika dilakukan penggabungan kedua model prediksi, padahal sebelumnya variabel Net Income to Total Assets dan Total Liabilities to Total Assets berpengaruh signifikan. Disamping itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh kedelapan variable independen yang berasal dari model Altman dan Zmijewski terhadap variable dependennya yaitu status perusahaan apakah mengalami financial distress atautidak secara simultan ditunjukan oleh Prob (LR-Statistics), dengan hipotesis penelitian sebagai berikut:
𝐻0 ∶ 𝑏1 = 𝑏2 = 𝑏3 = 𝑏4 = 𝑏5 = 𝑏6 = 𝑏7 = 𝑏8 = 0
Variabel Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, Sales to Total Assets, Net Income to Total Assets, Total Liabilities to Total Assets, dan Current Assets to Current Liabilities secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi kemungkinan terjadinya financial distress pada suatu perusahaan.
𝐻𝑎 ∶ 𝑏1 ≠ 𝑏2 ≠ 𝑏3 ≠ 𝑏4 ≠ 𝑏5 ≠ 𝑏6 ≠ 𝑏7 ≠ 𝑏8 ≠ 0
Variabel Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, Sales to Total Assets, Net Income to Total Assets, Total Liabilities to Total Assets, dan Current Assets to Current Liabilities secara simultan berpengaruh signifikan terhadap prediksi kemungkinan terjadinya financial distress pada suatu perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian statistik pada tabel 6 Prob (LR-Statistics) memiliki nilai sebesar 0,0000 dimana hasil tersebut lebih kecil jika dibandingkandengan signifikansi α sebesar 5%. Dengan demikian, kondisi tersebut mendorong karakteristik penolakan hipotesis 0, maka dapat disimpulkan jika hipotesis Ha yang menyatakan bahwa Variabel Working Capital to Total Assets, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, Market Value of Equity to Book Value of Total Debt, Sales to Total Assets, Net Income to Total Assets, Total Liabilities to Total Assets, dan Current Assets to Current Liabilities secara simultan berpengaruh signifikan terhadap prediksi kemungkinan terjadinya financial distress pada suatu perusahaan dapat diterima. Tabel 7 Hasil Perhitungan Tingkat Akurasi Penggabungan Model Altman dan Zmijewski
Berdasarkan penjelasan pada tabel 7 terlihat bahwa dari total sebanyak 25 sampel perusahaan yang termasuk pada kategori distress, model penggabungan Altman dan Zmijewski dapat memprediksi dengan tepat sebanyak 7 perusahaanmengalami distress, sementara terdapat kesalahan dalam memprediksi sebanyak18 perusahaan yang diprediksi tidak mengalami distress. Sedangkan dari 25 perusahaan yang tergolong kategori tidak mengalami distress, model penggabungan Altman dan Zmijewski memprediksi sebanyak 24 perusahaan tidak mengalami distress, dan sisanya sebanyak 1 perusahaan diprediksi mengalami distress. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa model penggabungan Altman dan Zmijewski memprediksi dengan benar sebanyak 31 sampel perusahaan dari total sebanyak 50 perusahaan atau dengan kata lain tingkat akurasi dari model ini adalah sebesar 62%. Terdapat kesalahan pada model penggabungan Altman dan Zmijewski dalam memprediksi perusahaan yangseharusnya mengalami distress tetapi dalam hasil perhitungan menggunakan model menunjukan perusahaan tersebut tidak mengalami distress atau Error TypeI sebesar 72%. Sedangkan dalam memprediksi kondisi perusahaan yang mengalami financial distress tetapi pada kenyataannya perusahaan tersebut tidak mengalami distress atau Error Type II, model penggabungan Altman dan Zmijewski memiliki persentase kesalahan
sebesar 0,04%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dikatakan bahwa model penggabungan Altman dan Zmijewski memiliki batasan yang rendah dalam menyatakan suatu perusahaan aman dari kondisi financial distress, ditunjukan dengan nilai Error Type II yang relatif kecil. Setelah melakukan perhitungan akurasi dengan menggunakan perusahaan sampel, maka akan dilakukan prediksi dengan perhitungan model pada perusahaan yang bukan merupakan sampel awal penelitian (out of sample) dengan menggunakan metode logistik berdasarkan data perusahaan periode tahun 2012.Perusahaan yang akan diprediksi berjumlah 20 perusahaan. Perusahaan - perusahaan tersebut dipilih secara acak dari sekian banyak perusahaan yang terdaftar sebagai industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan model penggabungan Altman dan Zmijewski, maka diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 8 Prediksi Perusahaan Menggunakan Model Altman dan Zmijewski
Dengan pengaplikasian model gabungan antara Altman dan Zmijewski yang menggunakan metode logistik pada nilai cut off sebesar 0, maka berdasarkan tabel 8 dari sebanyak 20 sampel perusahaan yang dipilih secara acak pada industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hanya terdapat satu perusahaan yang diprediksi akan mengalami kesulitan keuangan ataufinancial distress di masa yang akan datang, perusahaan tersebut adalah PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Sementara itu sisanya yaitu PT Gajah Tunggal Tbk, PT Pan Brothers Tbk, PT Jembo Cable Company Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk, PT Surya Toto Indonesia Tbk, PT Alumindo Light Metal Industry Tbk, PT Lionmesh Prima Tbk, PT Ekadharma International Tbk, PT Unggul Indah Cahaya Tbk, PT Fajar Surya Wisesa Tbk, PT Tirta Mahakam Resources Tbk, PT Japfa Comfeed IndonesiaTbk, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Gudang Garam Tbk, PT Merck Tbk,PT Pyridam Farma Tbk, PT Mustika Ratu Tbk, dan PT Langgeng MakmurIndustry Tbk diprediksi tidak akan mengalami financial distress di masa yang akan datang.
KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis perbandingan mengenaiprediksi kemungkinan terjadinya kondisi financial distress pada suatu perusahaan menggunakan model Altman dan Zmijewski. Dengan menghitung tingkat akurasi kedua model prediksi dan juga melalui perhitungan statistik logistik dengan menggunakan software Eviews, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Model Zmijewski memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan model Altman dalam memprediksikemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun2008-2012. 2. Terdapat dua rasio keuangan yaitu Retained Earning to Total Assetsdan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets dalam modelprediksi Altman yang memiliki pengaruh negatif dan signifikandalam meramalkan kondisi financial distress pada perusahaanmanufaktur di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. 3. Dalam model Zmijewski, terdapat rasio keuangan yang berpengaruhnegatif signifikan yaitu Net Income to Total Assets, berpengaruhpositif signifikan yaitu Total Liabilities to Total Assets, sedangkanrasio Current Assets to
Current Liabilities tidak memiliki pengaruhsignifikan dalam meramalkan kondisi financial distress padaperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periodetahun 2008-2012. 4. Dengan menggabungkan model Altman dan Zmijewski, rasioRetained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets, dan Market Value of Equity to Book Value of Total Debt memiliki pengaruh negatif signifikan dalam
meramalkankondisi
financial
distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftardi Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2012. 5. Penggabungan model Altman dan Zmijewski dapat digunakan sebagaiuntuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan pada industrimanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana terdapatsatu perusahaan yang diprediksi akan mengalami financial distress dimasa yang akan datang yaitu PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
DAFTAR PUSTAKA Altman, E. I., 1968. Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy. The Journal of Finance, pp. 589-609. Anggraeni, Atika., 2003. Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik (Perbandingan antara The Zmijewski Model, The Altman Model, dan The Springate Model). E-Journal Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Avenhuis, Jeroen O., 2013. Testing the Generalizability of the Bankruptcy Prediction Models of Altman, Ohlson, and Zmijewski for Dutch Listed and Large Non-Listed Firms. Journal of School of Management and Governance University of Twente. Brigham, J. F., 2011. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 11 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Damami, W., 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat. David, F., 2009. Strategic Management Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat. Gujarati, Damodar, 2005. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Harahap, S. S., 2009. Analisis Krisis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hasanah, Nur., 2010. Analisis Krisis Atas Laporan Keuangan. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Uniersitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hofer, C., 1980. Turnaround Strategies. Journal of Business Strategy, Volume 1, pp. 19-31. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir, 2011. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Satu, Cetakan Keempat penyunt. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kementrian Perindustrian, 2012. Laporan Kinerja Sektor Industri dan Kinerja Kementrian Perindustrian. Jakarta Kumar, Radha Ganesh K. K., 2012. A Comparison of Bankruptcy Models. International Jornal of Marketing, Financial Services, and Management Research, Volume 1. Munawir, 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Empat Jakarta: Salemba Empat. Platt H., M. B. P., 2002. Predicting Financial Distress. Journal of Financial Service Professionals, Volume 56, pp. 12-15. Prihanthini, Ni Made Evi Dwi & Maria M. Ratna Sari, 2013. Prediksi Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Ramadhani, Ayu Suci., 2008. Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan Altman Modifikasi dengan Ukuran dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Siasat Bisnis, pp. 15-28. Ridwan S. Sundjaja, B. I., 2001. Manajemen Keuangan. Edisi I Cetakan I. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rifqi, M., 2008. Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Ohlson, Zmijewski, dan Springate dalam Penerapannya di Indonesia. E-Journal Skripsi Universitas Indonesia. Riyanto, B., 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat Cetakan Ketujuh penyunt. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Ross, S., 2009. Pengantar Keuangan Perusahaan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. Soemarso, R., 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat. Storey, D., 1994. Understanding the Small Business Sector. London: Routlege. Sudjana, R. S., 2001. Manajemen Keuangan. Edisi I Cetakan I. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Warren, Carl S., 2006. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Whitaker, R. B., 1999. The Early Stages of Financial Distress. Journal of Economics and Finance, Volume 23, pp. 123-133. Wibowo, Tofan Hary., 2012. Analisis Metode Prediksi Financial Distress Altman, Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia: Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Zmijewski, M. E., 1984. Methodological Issues Related to the Estimation of Financial Distress Prediction Models. Journal of Accounting Research, Volume 22. http://sahamok.com http://idx.co.id