Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
ANALISA PERILAKU SUPPLY – DEMAND KOMODITAS BAWANG MERAH NASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI MODEL SISTEM DINAMIS1 Heri Utomo, Udisubekti C. M., Nurhadi S. Bidang Keahlian Manajemen Industri, Program Pascasarjana Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus MMT ITS Cokroaminoto, Surabaya 60264
ABSTRAK Di sektor pertanian, para petani bawang merah demikian konsistennya melakukan usaha tani, meski pada saaat panen raya, harga jual produknya sangat rendah, profit margin yang tidak jelas, kalau tidak dapat dikatakan merugi, namun praktek yang sama akan selalu dilakukan kembali pada musim tanam berikutnya, dengan harapan-harapan baru. Sering terdengar, meski proses produksinya terganggu akibat harga dan kelangkaan pupuk yang selalu terjadi di musim tanam, namun para petani rela membelinya dengan harga baru, dengan harapan harga jual produknya memadai. Namun yang sering dialami adalah harapan harga jual produk tidak pernah terealisasi, sementara utang untuk pembelian pupuknya yang lebih mahal, sulit untuk dipenuhi pembayarannya. Dari fenomena tersebut di atas, dapat dikenali adanya proses produksi dan pemasaran produk yang tidak match. Kajian dalam penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model sistem dinamis yang dapat menganalisis perilaku supply dan demand komoditas bawang merah nasional. Kata kunci: bawang merah, analisa perilaku, supply, demand, model sistem dinamis ABSTRACT In agricultural sector, shallots farmers consistently improve the shallots culture, eventhough during its over productions, shallots prices in the market going down, causing uncertain profit margin or loss of profit of the farmers, yet similar practices are always undertaken in the next planting season, with a hope of better condition. Frequently happened, eventhough shallots production processes were ruined by the high prices or the scarcity of the urea or TSP in the planting season, shallot farmers never care about the new higher prices of the urea or TSP, hoping that the future selling prices of shallots getting better. What mostly happening is, no better selling prices of shallots occur, while borrowed money from the bank or other financial insitution for higher production costs becoming difficult to be paid back by the farmers. From the above phenommena, i.e the production processes and the market of the shallots products far from matching. The purpose of the study is developing a dynamic system model that could analyze the behavior of the supply and demand of the national shallots commodity. Keywords: shallots, behavior analysis, supply, demand, dynamic system model.
1
Behavior Analysis of Supply Demand of National Shallots Commodity using System Dynamics Model Approach
ISBN : 979-99735-0-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
PENDAHULUAN Latar Belakang Bawang merah atau Allium ascolanium L termasuk kategori produk pertanian tanaman pangan hortikultura sayur-sayuran yang selalu mengalami fluktuasi harga yang relatif tinggi. Pada saat level harga rendah (Rp 500 per kg bawang basah di tingkat petani) setiap kali terjadi bilamana jumlah produksi pada saat panen besar/raya (penawaran atau supply) jauh melebihi kemampuan penyerapan di pasar (permintaan atau demand). Sedangkan pada saat level harga tinggi selalu terjadi pada kondisi dimana penawaran (supply) lebih rendah dibandingkan dengan besarnya permintaan. Harga bawang merah di pasaran eceran pernah mencapai tingkat harga sampai Rp 80.000 per kg bawang merah kering. Ironisnya, harga bawang merah produksi luar negeri, seperti misalnya Taiwan dan Filipina, masih lebih rendah dibandingkan dalam negeri. Hal ini akan memicu peningkatan impor bawang merah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pada periode tertentu. Penurunan kurs mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika seperti akhir-akhir ini membuat harga impor barang primer, termasuk bawang, cukup tinggi di pasar eceran dalam negeri. Pada dasarnya bidang pertanian (agribisnis dan agroindustri) merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena melibatkan berbagai stakeholder dengan berbagai kepentingan yang mungkin berbeda, bahkan mungkin bisa saling berlawanan yang mengarah pada konflik kepentingan, dan dinamis karena melibatkan masyarakat yang secara demografis akan berubah seiring dengan perubahan waktu (merupakan fungsi dari waktu). Oleh karena itu, untuk menganalisa perilaku supply–demand komoditas bawang merah nasional digunakan pendekatan simulasi model sistem dinamis. Pendekatan model sistem dinamis ini dapat dilakukan karena mengingat bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan sistem pertanian, khususnya komoditas hortikultura sayur-sayuran seperti bawang merah, memiliki karakteristik, yaitu : (1) bersifat dinamis menurut fungsi waktu, (2) hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhinya bersifat terkait, dan (3) perilaku sistem yang terjadi sulit diramalkan. Teknik ini menjadi semakin menarik untuk dikaji dan dikembangkan, karena adanya perkiraan kondisi masa depan suatu sistem. Model sistem dinamis akan dapat menyederhanakan masalah-masalah yang rumit, dan mendeteksi umpan balik dari sistem, sehingga pola dan perilaku sistem secara keseluruhan dapat diketahui. Perumusan Masalah 1. Bagaimana sebenarnya perilaku supply (penawaran) dan demand (permintaan) terhadap market price (harga di pasar) komoditas bawang merah nasional. 2. Bagaimana merancang dan membuat model sistem dinamis yang signifikan untuk mengetahui perilaku supply dan demand komoditas bawang merah nasional. 3. Bagaimana menentukan korelasi variabel-variabel terkait ke dalam bentuk persamaan matematis untuk digunakan dalam model yang akan dirancang. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian Tesis ini adalah merancang dan membuat model sistem dinamis yang dapat menganalisis perilaku supply dan demand komoditas bawang merah nasional
ISBN : 979-99735-0-3
A-9-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Manfaat Penelitian 1. Adanya produksi komoditas bawang merah yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 2. Membangun keberdayaan petani sebagai pelaku usaha tani yang sesungguhnya, dan berperan sangat penting dalam dunia perekonomian daerah Jawa Timur. 3. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan di wilayah Jawa Timur. 4. Dapat dijadikan sebagai acuan bagi praktisi agribisnis dan pemerintah daerah untuk mengembangkan kemitraan dengan prinsip saling menguntungkan. TINJAUAN PUSTAKA Teori Sistem Sistem sering didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai komponen atau bagian yang saling berinteraksi membentuk suatu fungsi atau tujuan tertentu. Teori sistem berkembang lebih jauh lagi menjadi dua bidang ilmu manajemen utama, berpikir sistemik (system thinking) dan sistem dinamis (system dynamics). Berpikir sistemik merupakan cara pandang baru terhadap suatu kejadian yang menekankan keseluruhan rangkaian bagian secara terpadu. Sistem dinamis sangat erat hubungannya dengan berpikir sistemik. Sistem dinamis didisain untuk memberi para manajer suatu alat bantu dalam memahami sistem kompleks yang mereka hadapi. Metodologinya adalah menggunakan simulasi komputer untuk menghubungkan struktur sistem dengan perilaku sistem terhadap waktu. Dengan cara ini, sistem dinamis mampu menterjemahkan pemahaman yang diperoleh dari berpikir sistemik ke dalam model simulasi komputer. Sistem dinamis mampu menciptakan suatu learning environment – suatu laboratorium yang berperan seperti miniatur dari sistem. Aturan yang Berlaku dalam Sistem Dinamis Simulasi sistem dinamis diatur berdasarkan prinsip: (1) cause-effect (sebabakibat), (2) feedback (umpan-balik), dan (3) delay (tunda). Simulasi yang lengkap dan komprehensif pasti menggunakan ketiga prinsip tersebut untuk menghasilkan perilaku sistem yang mendekati dunia nyata. Rancangan causal-loop diagram (CLD) biasanya digunakan dalam system thinking (berpikir sistemik) untuk mengilustrasikan hubungan cause-effect (sebab-akibat). Hubungan feedback (umpan-balik) bisa menghasilkan perilaku yang bervariasi dalam sistem nyata dan dalam simulasi sistem nyata. Tidak semua hubungan sebab-akibat timbul secara instan. Sering terjadi hubungan sebab-akibat tersebut dipisahkan oleh waktu, bisa berupa detik, menit, jam, minggu, bulan, atau tahun. Delay terjadi dimanapun di dunia nyata. Adanya delay menghasilkan sesuatu hal yang menarik pada perilaku kompleks sistem, ketika sistem tersebut tidak memiliki feedback dan kompleksitas cause-effect yang terbatas. Variabel feedback yang penting adalah level dan flow. Level menunjukkan akumulasi, sedangkan flow menunjukkan perubahan pada yang terjadi pada variabel level. Teori Ekonomi Supply dan Demand Pada dunia nyata, harga pasar (market price) lebih dipengaruhi oleh ketersediaan produk oleh produsen dibandingkan dengan tingkat penawaran. Bila produsen mensuplai produk para tingkat yang sama dengan permintaan konsumen, maka teori ekonomi klasik statis menyebutnya pasar (market) menjadi seimbang (equillibrium). Tetapi, bagaimana dengan bila terjadi surplus luar biasa pada gudang penyimpanan
ISBN : 979-99735-0-3
A-9-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
(store supply room)? Produsen akan menurunkan harga dan atau mengurangi produksi untuk mengembalikan persediaan pada level yang diinginkan. Pendekatan Sistem Dinamis terhadap Supply dan Demand Teori ekonomi klasik menunjukkan suatu model supply–demand yang menjelaskan keseimbangan pasar produk tunggal. Para ekonomis mempertahankan pandangan bahwa harga (price) menentukan supply dan demand. Keseimbangan ekonomi hanya mendefinisikan interseksi kurva supply-demand, tetapi tidak bagaimana interseksi tersebut tercapai. Di lain pihak, sistem dinamis yakin bahwa ketersediaan produk dibandingkan tingkat produksi, mempengaruhi market price (harga pasar) dan demand. Ini berarti inventory (atau backlog) dari suatu produk penting dalam menentukan harga dan demand.
Gambar – Contoh model dinamis supply-demand industri garmen METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar – Diagram Alir Metode Penelitian
ISBN : 979-99735-0-3
A-9-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Pengembangan model dinamis untuk pembangunan sektor pertanian sub sektor komoditas hortikultura khususnya bawang merah meliputi pengembangan model yang terdiri dari lima tahapan, yaitu (1) definisi masalah, (2) batasan model, (3) pengumpulan data, (4) disain model secara konseptual, dan (5) formulasi model. ANALISA DAN PEMBAHASAN Identifikasi Variabel Terkait Besarnya jumlah permintaan (demand) dipengaruhi oleh berbagai faktor atau variabel sebagai berikut: (1) harga bawang merah yang berlaku di pasaran, (2) pendapatan per kapita rumah tangga, (3) harga barang komplementer yang lain, (4) harga barang turunan dari bawang merah, dan (5) hari-hari besar (misalnya perayaan keagamaan). Permintaan terhadap bawang merah selain untuk keperluan bawang merah segar juga diperlukan untuk keperluan industri olah lanjut, yaitu industri bawang goreng. Sedangkan besarnya jumlah penawaran (supply) bawang merah dipengaruhi oleh berbagai faktor atau variabel sebagai berikut : (1) ketersediaan lokasi yang sangat cocok untuk bercocok tanam bawang merah, dan atau luas lahan produktif, (2) iklim atau agroklimat, (3) teknologi budidaya, dan (4) harga faktor produksi.2 Hal ini dapat dikaitkan dengan produksi bawang merah di Indonesia yang hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Produksi bawang merah cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Daerah penghasil bawang merah terbesar adalah pulau Jawa, terutama Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Daerah yang lain yaitu Sumatera Utara (pulau Samosir di danau Toba), Bali, Lombok, Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Untuk tingkat kabupaten, Brebes merupakan daerah penghasil terbanyak yaitu sebesar 22% dari total produksi seluruh Indonesia. Sebenarnya bagi Indonesia pasokan bawang merah bukan merupakan masalah, karena panen bawang merah setiap musimnya diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengatur produksi bawang merah, sehingga dalam setiap musim panen tidak sampai terjadi kelebihan pasokan yang dapat menjatuhkan harga di tingkat petani. Jatuhnya harga pada masa panen raya dapat mengakibatkan para petani tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya, baik untuk kepentingan keluarganya sendiri maupun untuk kepentingan usaha taninya di waktu berikutnya, dan yang terkait dengan kredit di bank. Pada waktu musim langka produksi (off season), petani seringkali menghadapi kesulitan dalam menyediakan dana untuk memenuhi kebutuhan awal kegiatan usaha taninya. Pengumpulan dan Pengolahan Data Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber, yaitu Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, dan sebagainya. Kemudian akan digunakan sebagai pedoman awal untuk menentukan perilaku awal dari data secara nasional. Menurut hasil wawancara dengan beberapa tenaga ahli dari Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, produksi bawang merah secara nasional dibagi menjadi dua sentra besar, yaitu Jawa Tengah untuk memenuhi kebutuhan permintaan (demand) domestik Indonesia bagian barat, dan Jawa Timur untuk untuk memenuhi kebutuhan permintaan (demand) domestik Indonesia bagian timur. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa untuk permintaan domestik dan ekspor tidak dipisahkan. 2
Bank Indonesia (2005). Laporan Model Kelayakan Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) Budidaya Tanaman Bawang Merah, Sistem Informasi Pola Pembiayaan/Lending Modal Usaha Kecil (SI-LMUK), Bank Indonesia.
ISBN : 979-99735-0-3
A-9-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Perancangan dan Pembuatan Causal Loop Diagram (CLD) Diagram sebab akibat (causal loop diagram) menggambarkan hubungan sebab akibat antar variabel dalam model sistem dinamis yang saling mempengaruhi. Berikut ini adalah gambar diagram sebab-akibat yang menggambarkan hubungan keterkaitan antar sektor supply–demand dan harga bawang merah di pasaran:
Formulasi Model Dinamis
Simulasi dan Analisa Hasil Simulasi
ISBN : 979-99735-0-3
A-9-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
Pada simulasi model dinamis dengan Harga_Ref sebesar Rp 2.000,00 per kilogram, Penawaran_Ref diasumsikan sebesar 237.842.000 kilogram atau 237.842 ton. Ini berdasarkan data produksi bawang merah tahun 2003. Harga bawang merah saat ini kurang lebih Rp 8.000,00 per kilogram (sebagai test input, Penawaran_Ref sebesar 100.000.000 Permintaan_Ref_Awal sebesar 236.000.000, diperoleh Harga sebesar Rp 8.003,78), sehingga dengan perhitungan matematis sederhana yaitu (237842000 x 236000000) / 100000000, diperoleh permintaan_ref_awal sebesar 561.307.020. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil pengolahan data dan simulasi yang dilakukan terhadap model dinamis supply-demand komoditas bawang merah nasional menunjukkan adanya keterkaitan antar variabel yang digunakan. Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Harga mempengaruhi permintaan dan penawaran. Bila harga tinggi, permintaan menurun dan penawaran meningkat. Begitu juga sebaliknya bila harga rendah, permintaan meningkat dan penawaran menurun. Permintaan dapat berupa kebutuhan pasar domestik maupun ekspor, sedangkan penawaran berupa hasil produksi dalam negeri dan impor. 2. Model sistem dinamis ini dirancang dengan cara menggabungkan submodel penawaran (supply), permintaan (demand) dan harga (price). 3. Korelasi antar variabel Penawaran_Ref (nilai acuan penawaran), Permintaan_Ref_Awal (nilai awal acuan permintaan) dan Harga_Ref (harga jual di tingkat petani setelah produksi atau panen) ini mempengaruhi model sistem dinamis secara keseluruhan. Sebagai kesimpulan tambahan, melihat kondisi riil di lapangan, hasil atau keuntungan tinggi ternyata masih dinikmati pedagang dan tengkulak, ini disinyalir karena petani sudah merasa puas dengan harga yang ditetapkan sedikit di atas biaya produksi. Bahkan tidak jarang, petani meminjam modal ke pedagang atau tengkulak ini menyebabkan bargaining power petani bawang merah menjadi lemah. Saran Untuk pengembangan penelitian di masa mendatang, berikut ini saran-saran yang perlu dipertimbangkan: 1. Penambahan beberapa variabel-variabel yang lebih relevan hubungannya dengan permintaan (demand), misalnya pendapatan per kapita rumah tangga, atau kebutuhan industri.
ISBN : 979-99735-0-3
A-9-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005
2. Komponen produksi, seperti luas panen, teknologi budidaya, serangan hama/OPT, jumlah SDM petani bisa juga ditambahkan untuk melengkapi submodel penawaran (supply) pada model sistem dinamis. 3. Hubungan antara komponen penghasilan bersih petani dan atau pedagang bisa ditambahkan dalam model sistem dinamis untuk melihat korelasi antar penghasilan, harga, penawaran dan permintaan. 4. Pembuatan software interface yang bisa menampilkan simulasi secara keseluruhan, sehingga user bisa melakukan uji coba untuk berbagai variasi skenario. DAFTAR PUSTAKA Aminullah, Erman (2004). Berpikir Sistemik untuk Pembuatan Kebijakan Publik, Bisnis dan Ekonomi. Penerbit PPM, Jakarta. Halaman 1 – 58. Low, Gilbert W. (1974). Supply and Demand in a Single-Product Market. Exercise Prepared for the Economics Workshop of the System Dynamics Conference at Dartmouth College, Summer 1974, System Dynamics Group, MIT, USA http://sysdyn.clexchange.org. Powersim AS (2003). Powersim Studio 2003 User’s Guide, Powersim Software AS, Norway. Sterman, John D. (2004). Business Dynamics: Systems Thinking and Modelling for a Complex World. International Edition, McGraw-Hill, Singapore. Whelan, Joseph and Msefer, Kamil (1994). Economic Supply and Demand. Road Maps: A Guide to Learning System Dynamics, MIT System Dynamics in Education Project, http://sysdyn.clexchange.org.
ISBN : 979-99735-0-3
A-9-8