ANALISA PENINGKATAN KINERJA PENGIRIMAN PADA RANTAI PASOK PRODUK SUSU FRISIAN FLAG INDONESIA OLEH PT YCH INDONESIA
Oleh DITA LESTAWIYANTI H24087058
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
ANALISA PENINGKATAN KINERJA PENGIRIMAN PADA RANTAI PASOK PRODUK SUSU FRISIAN FLAG INDONESIA OLEH PT YCH INDONESIA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : DITA LESTAWIYANTI H24087058
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi : Analisa Peningkatan Kinerja Pengiriman Pada Rantai Pasok Produk Susu Frisian Flag Indonesia Oleh PT YCH Indonesia Nama : Dita Lestawiyanti NIM : H24087058
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Heti Mulyati, S.TP, MT NIP : 19770812 200501 2 001
Alim Setiawan S, S.TP, M.Si NIP: 19820227 200912 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
RINGKASAN Dita Lestawiyanti. H24087058. Analisa Peningkatan Kinerja Pengiriman Pada Rantai Pasok Produk Susu Frisian Flag Indonesia Oleh PT YCH Indonesia. Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S PT YCH merupakan salah satu perusahaan distribusi produk. Salah satu produk yang distribusikan oleh PT YCH Indonesia adalah Frisian Flag Indonesia (FFI). Target sasaran dari proses distribusi produk FFI yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia ialah toko atau agen yang berada di seluruh Indonesia yang dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori yaitu pasar modern seperti Giant, Hero, Alfamart, Indomart, Yogyamart, Carefour, dan pasar-pasar tradisional atau distributor. Penelitian ini bertujuan (1). Mengidentifikasi wilayah pengiriman yang sering mengalami keterlambatan; (2). Menganalisis faktor yang menjadi penghambat proses distribusi produk susu FFI dari PT YCH Indonesia ke pasar modern; (3). Menganalisis faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap proses pendistribusian produk FFI dari PT YCH Indonesia sampai ke pasar modern. Penelitian ini dilakukan di PT YCH Indonesia yang berlokasi di Jalan Raya Kalimalang KM 2 Cibitung Bekasi Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 130 orang responden. Pengambilan contoh responden dalam penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik judgement sampling. Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan, perpustakaan, internet, dan buku-buku yang terkait dengan tema penelitian. Analisis data menggunakan analisis diagram sebab-akibat (fishbone), dan analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan alat pengolah data LISREL 8.50 Wilayah yang paling sering mengalami keterlambatan adalah wilayah M4 (Bandung, Bogor) dengan total keterlambatan pengiriman sebanyak 256 pengiriman dari 5.391 pengiriman yang dilakukan selama kurun waktu 5 bulan. Berdasarkan hasil analisis sebab akibat (fishbone) menunjukkan bahwa faktor yang menjadi penentu dalam proses distribusi yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia terdiri dari beberapa faktor utama yaitu : i). Transportasi dan peralatan; ii). produk; iii). sistem informasi; iv). sumber daya manusia. Hasil analisis dengan metode Structural Equation Modeling (SEM). Besarnya pengaruh variabel laten bebas terhadap kinerja perusahaan: i). Produk (29%), ii). Sumber daya manusia (25%), iii). Transportasi dan peralatan (0,2%), iv). Sistem informasi (-13%). Berdasarkan nilai faktor muatan, besarnya indikator yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan: i). Kualitas produk (57%), ii). Pengiriman tepat waktu (54%), iii). Kuantitas produk (51%).
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dita Lestawiyanti, dilahirkan di Jakarta 29 Januari 1987. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Djunaedi Ali dan Nani Wijayanti. Penulis memulai pendidikan di TK Islam Pondok Duta pada tahun 1992, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Tugu X pada tahun 1993. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Cimanggis dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 99 Jakarta Timur. Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
di
Program
Keahlian
Perencanaan
dan
Pengendalian
Produksi
Manufaktur/Jasa. Penulis lulus pada tahun 2008, kemudian langsung melanjutkan pendidikan kembali pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam mengikuti kegiatankegiatan kampus, seperti peserta Pelatihan SPSS, English Conversation for Manager, serta Young Entrepreneur Awards’ 09. Selain itu, penulis aktif di bagian kemahasiswaan dengan menjabat sebagai staff Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia periode 2008-2009.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Analisa Peningkatan Kinerja Pengiriman Pada Rantai Pasok Produk Susu Frisian Flag Indonesia Oleh PT YCH Indonesia dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai minggu pertama bulan Juni sampai Agustus 2010. Penelitian ini dilakukan di PT. YCH INDONESIA yang beralamat di Jalan Raya Kalimalang KM 2 Cibitung Bekasi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) yang disesuaikan dengan tema yang terkait dengan bentuk perusahaan yaitu sebagai distributor dari produk susu FFI. Penggunaan
distributor
dilakukan
untuk
memperluas
jaringan
pemasarannya dengan menambah patner kerjasamanya. Patner kerjasama diharapkan dapat meneruskan misi dan visi dalam memasarkan produk mereka. Proses penyampaian produk hingga sampai pada tangan konsumen haruslah tepat waktu dan terjaga kualitasnya mengingat unsur ini merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam menentukan pilihan, dan juga dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bagian dari salah satu komponen keunggulan bersaing yang dimiliki.
Bogor, November 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat selesai karena bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan arahan kepada penulis. 2. Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM sebagai penguji yang telah memberikan masukkan terhadap perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc sebagai Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, IPB. 4. Bapak Rully Yendri selaku manager HRD PT YCH Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian. 5. Bapak Fengky Sandherta, Jajat Sudrajat, Ibu Etty, Ibu Lusy, Ibu Michell, Ibu kiky, Syifa, Eby, Mbk Tri, Hasan, Gozali, May, Pak Bowo, Mas Agung, Pak Hadi, Pak Jimmy yang telah memberikan saran dan kritik selama turun lapang, memberikan motivasi, dan tranning selama di PT YCH Indonesia. 6. Seluruh karyawan PT YCH Indonesia yang telah meluangkan waktu dan memberikan informasi selama penelitian. 7. Kedua Orang tuaku ( Papa, Mama ), Dhani, Mbak Dini, serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa restu, semangat, dan kasih sayang kepada penulis. 8. Rekan-rekan Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Angkatan 5 (Gita, Tia, Penti, Eta, Rika, Dicky, Agus, Kiky, Agung, Wilmar, Gilang), serta temanteman seperjuangan dalam penyusunan skripsi yang selalu memotivasi, mendengarkan, dan memberi nasehat kepada penulis. 9. Wahyu Teguh yang selalu mengingatkan penulis untuk selalu pantang menyerah, dan terus berusaha. Terima kasih untuk waktu dan kesabarannya.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis secara pribadi, maupun bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................ v DAFTAR ISI .......................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi I.
PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 2 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3 1.4. Ruang Lingkup.......................................................................... 3 1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4 2.1. Manajemen Rantai Pasok .......................................................... 4 2.2. Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasok ......................... 5 2.3. Diagram Sebab-Akibat.............................................................. 7 2.4. Structural Equation Modeling (SEM) ...................................... 8 2.4.1 Definisi SEM ................................................................... 8 2.4.2 Model SEM ...................................................................... 8 2.4.3 Ukuran Kesesuaian Model ............................................... 10 2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................. 11 III. METODE PENELITIAN .............................................................. 14 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................. 14 3.2. Tahapan Penelitian .................................................................... 16 3.3. Pengumpulan Data .................................................................... 17 3.4. Metode Pengambilan Sampel ................................................... 18 3.5. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 19 3.5.1 Diagram Sebab Akibat ..................................................... 19 3.5.2 Structural Equation Modeling (SEM) ............................. 19 3.6. Variabel Penelitian .................................................................... 20 3.7. Hipotesis ................................................................................... 23
vii
3.8. Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 24 3.8.1 Hasil Uji Validitas............................................................ 24 3.8.2 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................ 24 3.9. Uji Kecocokan Model ............................................................... 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 26 4.1.Gambaran Umum Perusahaan.................................................... 26 4.1.1 Sejarah Visi dan Misi Perusahaan.................................... 26 4.1.2 Bidang Usaha ................................................................... 27 4.2. Sistem Distribusi PT YCH Indonesia ....................................... 27 4.3. Pengiriman Barang ................................................................... 31 4.4. Identifikasi Wilayah Keterlambatan ......................................... 33 4.5. Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan ............................ 34 4.6. Indikator yang Mempengaruhi Keterlambatan ......................... 39 4.6.1 Indikator Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Jenis dan Jumlah Produk ................................................. 39 4.6.2 Indikator Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman ........................ 43 4.6.3 Indikator Variabel Ketepatan Jumlah dan Jenis Produk terhadap Kinerja Perusahaan ........................................... 47 4.6.4 Indikator Variabel Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman terhadap Kinerja Perusahaan ....... 49 4.6.5 Besarnya Indikator Variabel Laten Terikat ..................... 50 4.7. Pengaruh FaktorVariabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Jenis dan Junlah Produk ............................................................ 51 4.8. Pengaruh FaktorVariabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman ................................. 53 4.9. Pengaruh Variabel Antara terhadap Kinerja Perusahaan .......... 54 4.10. Pengaruh Variabel Laten Bebas terhadap Kinerja Perusahaan .............................................................................. 56 4.11. Implikasi Manajerial ............................................................... 57 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 59 1. Kesimpulan .................................................................................. 59 2. Saran............................................................................................. 60 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 61 LAMPIRAN ........................................................................................... 62
viii
DAFTAR TABEL No
Halaman
1.
Uji kecocokan model ……………………………….............…………
11
2.
Penelitian terdahulu ...............................................................................
12
3.
Skala likert dan bobot nilai jawaban responden ……............................
17
4.
Variabel penelitian dan indikator dalam kuesioner ...........................…
21
5.
Hasil pengujian kecocokan model ………………......………….……..
25
6.
Pembagian wilayah distribusi...................................................................
29
7.
Wilayah yang mengalami keterlambatan terbanyak periode Januari-Mei 2010………………………………………………….......................……
34
Besarnya pengaruh indikator variabel laten bebas terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk…………………………………...………….. ..
40
Besarnya pengaruh indikator variabel laten bebas terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman…...................................…….…
43
10. Besarnya pengaruh indikator variabel ketepatan jumlah dan jenis terhadap kinerja perusahaan ……………………………...………….….
47
11. Besarnya pengaruh indikator variabel ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman terhadap kinerja perusahaan ………..…………...
49
12. Indikator variabel kinerja perusahaan……………..……….....................
51
13. Pengaruh variabel laten bebas terhadap ketepatan jenis dan jumlah produk…………………………………………….…………..................
51
14. Pengaruh variabel laten bebas terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman……………………………..…………..................
53
15. Pengaruh variabel antara terhadap kinerja perusahaan...............………..
55
variabel laten bebas terhadap kinerja 16. Pengaruh perusahaan………………………………...…………………………..…
56
8.
9.
ix
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1.
Struktur rantai pasok……........…………………......…..……………..
4
2.
Ukuran kinerja …….................…………………......…..……………..
6
3.
Diagram sebab akibat..............................................................………...
7
4.
Model teoritis diagram lintas...………………....................…………...
8
5.
Kerangka pemikiran ………………........………..….......………….....
15
6.
Tahapan penelitian......................................................................……...
16
7.
Hybrid model penelitian...........................……….…….......…………..
22
8.
T-value Structur Equation Modeling ................................................…
24
9.
Proses penerimaan produk susu FFI di PT YCH Indonesia...............…
28
10. Proses distribusi PT YCH Indonesia......................................................
30
11. Peningkatan kinerja pengiriman pada rantai pasok produk susu Frisian Flag Indonesia........................................................................…
38
12. Hasil analisis Structural Equation Modeling ….................................…
39
x
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1.
Hasil uji validitas dan reliabilitas……………………… ………..
63
2.
Hasil perhitungan Construct Reliability model struktural......……
70
3.
Output SEM …………………………………………….......……
72
xi
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Semakin meningkatnya persaingan, pelaku industri kini mulai sadar bahwa
untuk menyediakan produk murah, berkualitas, cepat, dan perbaikan di internal perusahaan tidaklah cukup. Keempat aspek tersebut membutuhkan peran serta semua pihak mulai dari pemasok hingga ke konsumen. Pemasok mengelola bahan baku dari alam menjadi komponen, dan selanjutnya pabrik mengubah komponen dan bahan baku menjadi produk jadi. Selanjutnya perusahaan transportasi mengirimkan bahan baku dari pemasok ke pabrik, sampai jaringan distribusi yang akan menyampaikan produk ke pelanggan. Salah satu keunggulan bersaing perusahaan dapat dicapai melalui distribusi produk yang efisien dan efektif. Perkembangan teknologi dan inovasi dalam manajemen distribusi memungkinkan perusahaan untuk menciptakan kecepatan waktu kirim serta efisiensi yang tinggi dalam jaringan distribusi. Efisiensi dapat dilakukan melalui optimalisasi distribusi bahan baku dari pemasok, aliran bahan baku dalam proses produksi sampai dengan distribusi produk ke tangan konsumen. Distribusi yang optimal dapat dicapai melalui penerapan konsep manajemen rantai pasok. Manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya termurah (Chopra dan Meindel, 2007). PT YCH merupakan salah satu perusahaan yang mendistribusikan produk ke distributor, agen atau toko yang tersebar di Indonesia. PT YCH memiliki kantor pusat di Singapura yang kemudian membuka cabang di Indonesia pada tahun 2003. Pemberian nama YCH diambil berdasarkan nama pendiri perusahan yaitu Mr Yap Chwe Hock. Produk yang didistribusikan oleh PT YCH Indonesia yaitu produk yang berasal dari Frisian Flag Indonesia (FFI), Danone Activia, Matahari Departemen Store (Fresh Food), dan Kievit (Cremer). Produk FFI menempati hampir 90% dari produk yang dikelola oleh PT YCH Indonesia dalam pengiriman produknya. Tujuan pengiriman dari proses distribusi produk FFI yang dilakukan oleh PT
2
YCH Indonesia ialah toko atau agen yang berada di seluruh Indonesia. Berdasarkan jalur distribusi yang dilalui, proses distribusi yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu: pasar modern dan pasar tradisional. Pengiriman untuk ke pasar tradisional ditujukan pada distributordistributor FFI seluruh Indonesia dan Supply Point (SP) yang berada di Medan, Semarang, dan Surabaya. Sedangkan pengiriman ke pasar modern produk akan didistribusikan ke Giant, Hero, Alfamart, Indomart, Yogyamart, dan Carefour. Proses distribusi dilakukan setiap hari dengan persentase pengiriman sebesar 70% untuk pasar modern, karena pemesanan untuk produk susu FFI di pasar modern dilakukan tidak dalam jumlah yang banyak untuk setiap pengiriman. Hal ini dikarenakan keterbatasan gudang yang dimiliki oleh setiap pasar modern. Berbeda dengan permintaan yang dilakukan oleh pasar tradisional. Pada pasar tradisional persentase jumlah permintaan sekali kirim jumlahnya banyak tetapi periode pemesanan tidak sebanyak pasar modern. Pendistribusian
produk
susu
FFI
yang
dilakukan
sering
terjadi
keterlambatan khususnya untuk target pasar modern yang memiliki tenggang waktu pengiriman 1 (satu) hari. Selama kurun waktu 5 bulan terakhir (Januari-Mei 2010) terjadi keterlambatan sebanyak 256 kali pengiriman dari total pengiriman sebanyak 5.391 pengiriman. Keterlambatan tersebut harus diatasi secepatnya sehingga kinerja PT YCH Indonesia menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul “Analisa Peningkatan Kinerja Pengiriman Pada Rantai Pasok Produk Susu Frisian Flag Indonesia Oleh PT YCH Indonesia”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah: 1. Wilayah pengiriman manakah yang sering mengalami keterlambatan pengiriman khususnya ke pasar modern? 2. Faktor apa saja yang menghambat pendistribusian produk susu FFI dari PT YCH Indonesia sampai ke pasar modern? 3. Faktor manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap keterlambatan proses pengiriman produk FFI yang didistribusikan oleh PT YCH Indonesia?
3
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai
berikut : 1. Mengidentifikasi wilayah pengiriman yang sering mengalami keterlambatan. 2. Menganalisis faktor yang menghambat proses distribusi produk susu FFI dari PT YCH Indonesia ke pasar modern. 3. Menganalisis faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap proses pendistribusian produk FFI dari PT YCH Indonesia sampai ke pasar modern. 1.4
Ruang Lingkup Penelitian difokuskan untuk mengetahui faktor penghambat pendistribusian
susu khususnya pada produk FFI untuk target pemasaran pasar modern dengan wilayah cakupan Jakarta, Karawang, Tangerang, Bekasi, Cimanggis, Depok, Bogor, dan Bandung. Proses distribusi menggunakan truk yang disewa dari penyedia jasa transportasi (transporter). Pemilihan target pasar modern karena proses distribusi memiliki batas waktu maksimal pengiriman hanya 1 (satu) hari setelah pesanan diterima dari PT. FFI dan juga merupakan prioritas pertama dalam distribusi produk susu FFI. 1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Perusahaan diharapkan hasil analisis ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan tentang sistem pendistribusian produk pada PT. YCH Indonesia ke pasar modern dengan menggunakan jalur darat. 2. Bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pendistribusian produk.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Rantai Pasok Menurut Pujawan (2005), rantai pasokan adalah jaringan perusahaan-
perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan mengahantarkan suatu produk ke tangan akhir. Perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik, distributor, toko atau retail, serta perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Sedangkan manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan untuk pengelolaan rantai pasok. Manajemen rantai pasok mencakup pengembangan produk (product development), bagian pembelian (procurement), perencanaan dan pengendalian (planning and control), operasi atau produksi, dan pengiriman atau distribusi. Menurut Anatan dan Lena (2008), manajemen rantai pasok merupakan strategi alternatif yang memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai pasok menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis, peningkatan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan. Sebuah rantai pasokan sederhana memiliki komponen-komponen yang disebut chanel yang terdiri atas pemasok, perusahaan, distribution center, wholesaler, dan retailer yang semuanya bekerja memenuhi konsumen akhir. Struktur rantai pasok menurut Anatan dan Lena (2008) dapat dilihat pada Gambar 1.
Pemasok
Perusahaan
Distribution center
Wholesaler
Konsumen akhir
Retailer
Aliran produk Aliran biaya Aliran informasi
Gambar 1. Struktur Rantai Pasok (Anatan dan Lena, 2008)
5
Menurut Heizer dan Render (2005), rantai pasokan mencakup seluruh interaksi antara pemasok, manufaktur, distributor, dan pelanggan. Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi, penjadwalan, transfer kredit, dan tunai serta transfer bahan baku antar pihak-pihak yang terlibat. 2.2
Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasok Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan
perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penelitian, ukuran keberhasilan perusahaan selama 1 (satu) periode tertentu dapat diketahui. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional (Van der Vorst, 2004 dalam Setiawan). Salah satu aspek fundamental dalam SCM adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasok secara holistik. Menurut Pujawan (2005), sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk : i) melakukan monitoring dan pengendalian; ii) mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasok; iii) mengetahui di mana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai; dan iv) menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Pujawan (2005) mengatakan bahwa, pengukuran dimensi kinerja aktivitas terdiri dari: 1. Biaya yang terlibat
dalam eksekusi suatu aktivitas. Biaya muncul karena
dalam pelaksanaan suatu aktivitas ada sumber daya yang digunakan. Biaya ini terkait dengan tenaga kerja, bahan baku, peralatan, dan sebagainya. Biaya ini diukur dalam bentuk absolut maupun dalam ukuran relatif terhadap suatu nilai acuan. 2. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. Ukuran ini sangat penting dalam konteks manajemen rantai pasok terutama untuk rantai pasok
6
yang berkompetisi atas dasar kecepatan respon. Kecepatan respon secara umum ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas maupun prosen dalam rantai pasok. 3. Kapasitas adalah ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh sistem atau bagian dari rantai pasok pada suatu periode tertentu. 4. Kapabilitas mengacu pada kemampuan agregat suatu rantai pasok untuk melakukan aktivitas. 5. Produktivitas yang mengukur sejauh mana sumber daya pada rantai pasok digunakan secara efektif dalam mengubah input menjadi output. 6. Utilisasi yang mengukur tingkat pemakaian sumber daya dalam kegiatan rantai pasok. 7. Outcome yang merupakan hasil suatu proses atau aktivitas. Pada proses produksi outcome bisa berupa nilai tambah yang diberikan pada produk-produk yang dihasilkan. SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain. SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 (lima) proses inti yaitu : 1. Plan Proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. 2. Source Proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Jenis proses dapat berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk barang untuk persediaan (stocked), barang untuk pemesanan (make to order). 3. Make Proses mentransformasi bahan baku atau komponen menjadi produk yang diinginkan oleh pelanggan. Kegiatan produksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi persediaan atau untuk memenuhi pesanan. 4. Deliver Merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang atau jasa. Meliputi order management, transportasi, dan distribusi.
7
5. Return Proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. 2.3
Diagram Sebab-Akibat Diagram sebab-akibat ditemukan oleh orang Jepang yang bernama Kaoru
Ishikawa, sehingga sering disebut sebagai diagram Ishikawa. Selain itu, diagram ini sering disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fish Bone Diagram). Menurut Muhandri dan Darwin (2006), diagram sebab akibat berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (berpengaruh terhadap hasil). Penyusunannya dilakukan dengan teknik Brainstorming (sumbang saran). Meskipun tiap perusahaan dapat menentukan sendiri faktor-faktor utama dalam penyusunan diagram sebab akibat, namun secara umum terdapat 5 (lima) faktor yang umum berpengaruh yaitu: (1) lingkungan; (2) manusia; (3) metode; (4) bahan; (5) mesin dan peralatan. Diagram sebab akibat menurut Muhandri dan Darwin (2006) dapat dilihat pada Gambar 3.
Metode
Manusia
Lingkungan
MASALAH
Peralatan
Mesin dan Peralatan
Gambar 3. Diagram sebab akibat (Muhandri dan Darwin, 2006)
8
2.4
Structural Equation Modeling (SEM)
2.4.1 Definisi SEM Menurut Solimun (2002), Structural Equation Modeling (SEM) merupakan pendekatan terintegrasi antara analisis faktor, model struktural, dan analisis PART. Di dalam SEM peneliti dapat melakukan kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan realiabilitas instrumen (setara dengan faktor analisis konfirmatori), pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prakiraan (setara dengan model struktural atau analisis regresi). SEM atau model persamaan struktural merupakan suatu hubungan causal dan dinilai dapat mengatasi kelemahan dalam model regresi maupun jalur path (path model). Salah satu kelebihan SEM tersebut yakni dapat mengukur suatu hubungan yang tidak bisa diukur secara langsung (Ghozali dalam Wijayanto 2008). 2.4.2 Model SEM Model persamaan struktural terdiri dari dua komponen model yaitu model variabel laten atau model struktural dan model pengukuran. Dalam model struktural digambarkan relasi antar variabel laten yang mencerminkan kerangka analisis pokok. Menurut Bollen 1989 dalam Wijayanto (2008), faktor adalah sebutan lain untuk variabel laten atau variabel tak teramati (unobserved) atau tidak dapat diukur (unmeasured) secara langsung seperti kekuatan, kepuasan, kebahagiaan dan sebagainya. Variabel laten biasanya diukur oleh beberapa indikator. Indikator tersebut dapat langsung diobservasi. Terdapat tiga komponen pada model persamaan struktural yaitu analisis jalur, konsep variabel laten dan model pengukuran serta penguraian pengaruh variabel laten. Pada diagram jalur dipresentasikan sebuah persamaan simultan. Salah satu keuntungan dari penggunaan diagram lintas adalah dapat menggambarkan hubungan antar variabel. Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan melalui diagram lintas seperti pada Gambar 4.
9
δ1
X1
λ1
δ2
X2
λ2
β1 ξ
γij
η β2
Y1
ε1
Y2
ε2
ζ
Gambar 4. Model teoritis diagram lintas (Bollen, 1989) Keterangan:
η
= variabel dependen ( laten tak bebas)
ξi
= variabel independen (laten bebas )
γ
= besar muatan faktor ξi dalam membentuk η j
ij
= tingkat kesalahan yang terjadi pada perhitungan variabel η
ζ
Dalam model pengukuran digambarkan relasi antara variabel laten dengan variabel indikator. Variabel laten tak bebas dan variabel laten bebas mempunyai hubungan linear structural sebagai berikut (Joreskog dan Sorbom, 1996 dalam Wijatanto, 2008) : η = Γξ + Bη + ζ …………………………...........…………………..……(1)
Keterangan : η
= vektor dari variabel endogen berukuran m x 1 = vektor dari variabel eksogen berukuran n x 1
ξ
Γ
= matriks koefisien dari
B
= matriks koefisien dari η berukuran m x m
ζ
= vektor kesalahan bagi persamaan struktural tersebut berukuran m x 1
ξ
berukuran m x n
Model pengukuran dirumuskan sebagai berikut: y
=
Λyη
+ ε
…………………………….................………………………(2)
x
=
Λxξ
+ δ
………………………..................…………………...………(3)
Keterangan : Y
= vektor indikator bagi variabel endogen berukuran p x 1
X
= vektor indikator bagi variabel eksogen berukuran q x 1
10
Λ y
= matriks koefisien regresi y terhadap η berukuran p x m
Λx
= matriks koefisien regresi x terhadap
ε
= vektor kesalahan pengukuran dari y berukuran p x 1
ξ
berukuran q x n
Pada model pengukuran ini dapat dilihat berapa kontribusi dan bagaimana signifikansi dari masing-masing variabel indikator terhadap variabel laten. Secara umum, tahap-tahap yang dilakukan dalam penyusunan model persamaan struktural adalah: mengembangkan model berdasarkan teori, membangun diagram lintas (path diagram), konversi diagram lintas ke persamaan, mengidentifikasi model, penetapan kriteria kesesuaian model, dan interpretasi dan modifikasi model. 2.4.3 Ukuran Kesesuaian Model Menurut Hair et al., dalam Solimun (2002), dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model sehingga digunakan beberapa fit indeks untuk mengukur kebenaran-kebenaran model.
Alat-alat yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mendapatkan
model yang sesuai antara lain : 1. Chi-Square (X2) Chi-square digunakan untuk mengukur overall fit, semakin kecil nilainya maka semakin baik model yang diuji. Uji chi-square ini biasanya dibandingkan dengan nilai derajat bebas (degree of freedom) untuk memperoleh nilai chisquare relatif. Model yang baik membutuhkan nilai chi-square yang lebih kecil daripada nilai derajat bebasnya. 2. P-value Nilai p-value diharapkan untuk lebih besar dari 0,05 atau 0,1 yaitu uji tidak signifikan. Bila hasil pengujian menunjukkan tidak signifikan, yang berarti matrik input dan matrik estimasi tidak berbeda, maka model yang diajukan cocok. P-value berkisar antara 0 sampai 1 dan model persamaan struktural akan semakin baik jika p-value mendekati 1.
11
3. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA). Ukuran kesesuaian lainnya yang dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian model ialah RMSEA. Ukuran ini mengukur kedekatan suatu model terhadap populasi. RMSEA menunjukkan kecocokan model yang dikatakan baik apabila nilainya kurang dari 0,05; reasonable jika lebih kecil dari 0,08; cukup apabila kurang dari 0,1 dan buruk apabila lebih dari 0,1. 4. Goodness-of-Fit Index (GFI) Ukuran GFI merupakan ukuran seberapa besar model mampu menerangkan keseragaman data. Semakin besar nilai ini berarti model semakin baik. Batas minimal 0,9 sering dijadikan patokan suatu model dikatakan layak. 5. Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI) Ukuran ini merupakan modifikasi dari GFI dengan mengakomodasi derajat bebas model dengan model lain yang dibandingkan. Nilai AGFI sebesar 0,9 sering dijadikan patokan suatu model dikatakan layak. Indeks-indeks yang dapat digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Uji kecocokan model Goodness of Fit Index Derajat bebas (DF) Chi-Square (X2)
Cut Off Value Positif Diharapkan kecil
Significance Probability
≥ 0,05
RMSEA
≤ 0,08
GFI
≥ 0,90
AGFI
≥ 0,90
CFI
≥ 0,95
TLI
≥ 0,90
Sumber : Ferdinand (2005) 2.5
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan distribusi dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut :
12
No.
Nama Peneliti
Judul
1.
Irmawati
Pengaruh Manajemen Rantai Pasok Terhadap Kinerja di PTPN VIII Gunung Mas Bogor
Penelitian
Tujuan
Metode analisis Hasil yang digunakan
1).Untuk mengkaji sistem manajemen SEM rantai pasokan (MRP) PTPN VIII Gunung Mas Bogor 2).Untuk mengkaji pengaruh MRP terhadap kinerja perusahaan PTPN VIII Gunung Mas Bogor 3).Untuk memberikan solusi penerapan MRP di PTPN VIII Gunung Mas Bogor
Strategi manajemen pemasok berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap strategi MRP sebesar 30%, strategi hubungan pelanggan berpengaruh positif dan nyata terhadap strategi MRP sebesar 90%, dan strategi MRP berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja perusahaan sebesar 84%. Untuk variabel respon cepat terhadap permintaan darurat memberikan pengaruh terbesar pada strategi MRP sebesar 2.10. Variabel strategi perusahaan terhadap pengaduan pelanggan mempunyai kontribusi terbesar dalam membentuk strategi hubungan pelanggan sebesar 1.47. Variabel perencanaan pemasaran yang melibatkan semua anggota rantai pasokan memberi pengaruh terbesar pada strategi MRP perusahaan sebesar 1.46, dan variabel kepuasan pelanggan memberikan pengaruh terbesar terhadap kinerja perusahaan sebesar1.65.
13
2.
Alfredo Febriano
Analisis Hubungan Sistem Transportasi Armada Operasional Dengan Ketepatan Waktu Pengiriman Barang Pada PT. FIN Logistics Jakarta 2008
3.
Ni Ketut Analisis Faktor-Faktor Ayu Penyebab Keterlambatan Budiani Pelaksanaan Keberangkatan Pesawat Milik PT. Malaysia Airlines di Bandara Internasional Soekarno Hatta tahun 2008
1).Untuk mengetahui tingkat ketepatan Analisis Regresi waktu pengiriman barang pada PT.FIN Logistics 2).Untuk mengetahui kelengkapan jenis kendaraan operasional yang ada di PT. FIN Logistic 3).Untuk mengetahui hubungan antara sistem transportasi armada operasional dengan ketepatan waktu pengiriman barang
Sistem Transportasi armada pada PT FIN Logistics belum optimal sebesar 78,33%. Ketepatan waktu pengiriman belum optimal yaitu sebesar 49%, dan adanya pengaruh positif antara sistem transportasi armada operasional dengan ketepatan waktu pengiriman barang pada PT FIN Logistics.
1).Untuk mengetahui tingkat Diagram perkembangan jumlah keterlambatan Fishbone pelaksanaan keberangkatan pesawat milik PT. Malaysia Airlines di bandara internasional Soekarno Hatta tahun 2008
Keterlambatan yang paling banyak disebabkan oleh penumpang dan bagasi sebesar 44,3% atau sebanyak 62 kali keterlambatan dalam setahun. Pada tingkat kedua yaitu wewenang bandara sebesar 35,7% atau sebanyak 50 kali keterlambatan dalam setahun, dan yang ketiga yaitu teknikal pesawat sebesar 10,7% atau sebanyak 15 kali keterlambatan dalam satu tahun (20072008)
2).Untuk menganalisis faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan keberangkatan pesawat milik PT Malaysia airlines di bandara internasional Soekarno Hatta tahun 2008
14
III. METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Pemikiran Penelitian PT. YCH Indonesia adalah salah satu perusahaan distributor yang hampir
90% mendistribusikan produk susu dari perusahaan Frisian Flag Indonesia (FFI). Sistem distribusi untuk pasar modern merupakan target utama dalam pendistribusian produk susu FFI yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia. Pengiriman produk susu FFI untuk ke pasar modern memiliki batas waktu pengiriman selama 1 (hari) setelah pesanan diterima oleh pihak FFI. Ukuran keterlambatan pengiriman untuk pasar modern terjadi jika produk yang dipesan tidak sampai pada batas waktu pengiriman yang telah ditentukan. Dalam mendistribusikan produk susu ke pasar modern (Jakarta, Tangerang, Karawang, Cimanggis, Depok, Bekasi, Bandung, dan Bogor), terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh PT YCH Indonesia sehingga menimbulkan keterlambatan dalam proses penyampaian produk. Berdasarkan data yang terdapat pada perusahaan, keterlambatan pengiriman untuk tujuan pegiriman ke pasar modern terdapat 256 kali keterlambatan pengiriman selama periode bulan Januari hingga Mei 2010. Keterlambatan ini tentu saja akan berdampak negatif terhadap kinerja PT YCH Indonesia sebagai salah satu perusahaan distribusi produk. Sistem pengukuran kinerja (performance measurement system) diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka mengoptimalisasi jaringan rantai pasok. Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional. Hasil dari perbaikan sistem ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap sistem distribusi, sehingga peningkatan kinerja pengiriman produk FFI yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia akan menjadi salah satu keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan. Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian terlihat pada Gambar 5.
15
Sistem Distribusi yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia
Identifikasi Faktor Keterlambatan Pengiriman Produk FFI ke pasar modern
Transportasi
Produk
Sistem informasi
Sumber daya manusia
Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman
Ketepatan Jumlah dan Jenis Produk
Peningkatan Kinerja Perusahaan ?
Ya
Keunggulan Bersaing PT YCH Indonesia
Gambar 5. Kerangka pemikiran
Tidak
16
3.2
Tahapan Penelitian Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 6 berikut ini : Pra Penelitian Identifikasi Minat Penelitian Studi Pustaka dan diskusi
Gagasan-gagasan Penentuan Topik Penelitian
Pemilihan Topik Penelitian: Analisa Pengaruh Peningkatan Kinerja Pengiriman Produk susu Frisian Flag Indonesia Oleh PT YCH Indonesia
Perumusan Masalah : 1. Wilayah pengiriman dan Transporter manakah yang sering mengalami keterlambatan pengiriman? 2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat proses distribusi yang terjadi pada PT YCH Indonesia dalam pendistribusian produk FFI dari PT YCH Indonesia hingga pasar modern? 3. Faktor manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap keterlambatan proses pengirman produk Frisian Flag Indonesia hingga ke pasar modern? Tujuan Penelitian : 1. Mengidentifikasi wilayah pengiriman dan transporter yang sering mengalami keterlambatan 2. Menganalisis faktor yang menjadi penghambat distribusi produk FFI di dalam PT YCH Indonesia 3. Menganalisis faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap proses pendistribusian produk FFI dari PT YCH Indonesia hingga ke pasar modern. Rancangan Pengumpulan Data: Identifikasi kebutuhan data, Metode pengumpulan data, Pemilihan teknik analisis Studi Pendahuluan Penyusunan Riset Desain dan Kuesioner Pengolahan Data Lapangan :
Pengumpulan dan pengolahan data
1. Observasi dan Wawancara 2. Pengisian Kuesioner
Analisis Data
Pengolahan Data : 1. Tabulasi data dan informasi 2. Identifikasi model distribusi 3. Pengolahan data dan informasi
Uji Reliabilitas Uji Validitas
1. Analisis Faktor Keterlambatan Pengiriman Diagram Fishbone 2. Analisis Pengiriman Terhadap Kinerja Perusahaan Structural Equation Modeling (SEM)
Kesimpulan dan Saran
Gambar 6. Tahapan penelitian
17
3.3
Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan manajemen perusahaan terutama bagian route planners dan Customer Relationship Management (CRM). Disamping itu, data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain seperti literatur, hasil penelitian terdahulu, dan bahan pustaka. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yang relevan untuk menunjang evaluasi dan analisa dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Observasi Pengamatan langsung obyek penelitian dengan tujuan untuk memahami kondisi proses distribusi yang terjadi. Observasi dilakukan mulai dari bagian data entry sampai dengan produk dilakukan proses muat barang untuk didistribusikan ke pasar modern. 2. Wawancara Melakukan wawancara khususnya kepada karyawan PT YCH Indonesia pada bagian operation dan distribution untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan. Pelaksanaannya dilakukan secara langsung berhadapan muka dengan orang yang diwawancarai. 3. Kuesioner Kuesioner diberikan kepada para karyawan PT YCH Indonesia seperti bagian outbound, QC, dan juga distribution. Kuesioner berupa lembar pertanyaan yang berisi pilihan jawaban yang sudah ditentukan berdasarkan skala Likert sebagaimana pada Tabel 3. Tabel 3. Skala likert dan bobot nilai jawaban responden Jawaban Sangat setuju / Sangat Penting Setuju / Penting Cukup Setuju Tidak Setuju / Tidak Penting Sangat Tidak Setuju / Sangat Tidak Penting
Bobot Nilai 5 4 3 2 1
Menurut Istijanto (2005), skala Likert meminta responden menunjukkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan
18
tentang suatu objek. Skala ini biasanya memiliki 5 (lima) atau 7 (tujuh) kategori dari “sangat setuju” sampai dengan sangat tidak setuju. Penggunaan 5 (lima) kategori dalam skala sangat populer dalam survei konsumen karena dipandang bisa mewakili dengan tingkat intensitas responden. 4. Studi Literatur Data sekunder adalah data yang berasal dari buku-buku, jurnal dan hasil penelitian terdahulu. 3.4
Metode Pengambilan Sampel Menurut Suhalis (1995), suatu metode pengambilan sampel yang ideal
mempunyai sifat-sifat seperti dibawah ini: 1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi. 2. Dapat menentukan persepsi dari hasil penelitian dengan jalan menentukan penyimpangan baku (standar) dari tafsiran yang diperoleh. Persepsi adalah perbedaan dari hasil yang didapat dari sampel, dibandingkan dengan hasil yang akan diperoleh dengan pencacahan lengkap dengan syarat bahwa keadaankeadaan dimana kedua metode dilakukan, seperti daftar pertanyaan, teknik wawancara, kualitas pencacahan, dan sebagainya adalah sama. 3. Sederhana hingga mudah dilakukan 4. Dapat memmberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendahrendahnya. Penentuan sampel atau responden merupakan hal penting dalam suatu penelitian, karena dibutuhkan sampel yang mewakili karakteristik dari populasi penelitian yang diwakilinya. Pengambilan contoh responden dalam penelitian ini menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik judgment sampling yaitu teknik pengambilan contoh yang dilakukan dengan terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai acuan penarikan sampel. Responden yang dipilih merupakan pihak yang terkait dalam proses persiapan pengiriman barang seperti bagian penyimpanan barang (gudang), dan juga Quality Control (QC). Jumlah karyawan yang dijadikan responden adalah sebanyak 130 orang yang disesuaikan dengan pendapat Solimun (2002), bahwa pendugaan parameter menggunakan metode kemungkinan maksimum besarnya sampel yang disarankan adalah 100-200.
19
3.5
Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1 Diagram Sebab Akibat Alat analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor penyebab
keterlambatan pengiriman yaitu diagram sebab akibat (cause and effect diagram). Diagram sebab akibat adalah suatu pendekatan terstruktur yang memungkinkan untuk melakukan analisis yang lebih terperinci terhadap suatu permasalahan dalam menentukan penyebab dari suatu masalah (akibat) terhadap kesulitan untuk memisahkan penyebab dari akibat (Heizer dan Render, 2005). Langkah-langkah penyusunan diagram sebab akibat menurut Muhandri dan Darwin, 2006 adalah sebagai berikut: 1. Tentukan masalah (kondisi) yang akan diperbaiki (diamati). Gambarkan garis panah dengan kotak di ujung garis sebelah kanan, dan tuliskan masalah (kondisi) kondisi yang akan diperbaiki itu didalam kotak. 2. Cari faktor utama yang berpengaruh atau mempunyai akibat pada masalah (kondisi) tersebut. Tuliskan dalam kotak yang telah dibuat di atas atau di bawah garis panah. 3. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih rinci yang berpengaruh terhaadap faktor utama tersebut. Tuliskan faktor-faktor rinci tersebut di kiri atau kanan panah penghubung, dan buatlah panah di bawah faktor rinci tersebut menuju garis penghubung. Carilah penyebab utama. Dari diagram yang sudah lengkap carilah penyebabpenyebab utama dengan menganalisa data yang sudah ada. Bila analisa data tidak dapat dilakukan, maka analisislah faktor-faktor mana saja yang berpengaruh dan mana yang tidak berpengaruh. terdahulu. 3.5.2 Structural Equation Modeling (SEM) Analisa data m menggunakan metode SEM dan diproses dengan menggunakan software. Diagram lintasan full atau hybrid model hubungan jenis dan jumlah produk yang dikirim serta ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman terhadap kinerja perusahaan disajikan pada Gambar 7. Langkahlangkah SEM dalam penelitian menurut Bollen dan Long, dalam Wijayanto, 2008 adalah sebagai berikut:
20
1. Spesifikasi model Tahap ini berkaitan dengan pembentukan awal model awal persamaan struktural, sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya. 2. Identifikasi Tahap ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada solusinya. 3. Estimasi Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilainilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia. Pemilihan metode estimasi yang digunakan seringkali ditentukan berdasarkan karakteristik dari variabel yang dianalisis. 4. Uji kecocokan Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Beberapa kriteria ukuran kecocokan atau goodness of fit (GOF) dapat digunakan untuk melaksanakan langkah ini. 5. Respesifikasi Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan thap sebelumnya. penelitian terdahulu. 3.6
Variabel Penelitian Model struktural penelitian menjelaskan bahwa kinerja perusahaan adalah
variabel laten endogen yang diperlakukan sebagai variabel dependen. Ketepatan jenis dan jumlah barang yang dikirim dan ketepatan lokasi dan waktu barang yang akan dikirim merupakan variabel yang diberlakukan sebagai variabel antara (intervening), sedangkan sistem informasi, sumber daya manusia, produk, dan Transportasi dan peralatan adalah variabel laten eksogen (independen). Variabel penelitian dan indikator dalam kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.
21
Tabel 4. Variabel penelitian dan indikator dalam kuesioner Variabel Laten Transportasi dan Peralatan (ξ 1) (Variabel laten bebas) Produk (ξ 2) (Variabel laten bebas)
Keterangan
No di Kuesioner
1. Ketersediaan truk 2. Ketersediaan peralatan
X1 X2
1,2,3 4,5,6
1. 2. 3. 4.
Ketersediaan produk di gudang Jumlah produk di gudang Waktu persiapan pengiriman Produk rusak saat loading
X3 X4 X5 X6
7,8,9,10 11,12 13,14 15,16
Gangguan sinyal Perbedaan status barang
X7 X8
17,18 19,20
Pencarian batch baru Peletakkan barang di stagging area Pengecekkan barang di stagging area Pengambilan barang
X9 X10 X11 X12
21,22 23,24,25 26,27 28,29
Kode produk Penyimpanan barang di gudang Persiapan jenis produk sesuai dengan BPL Pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim Persiapan jumlah produk yang akan dikirim Pengetahuan jumlah produk yang dikirim Pengecekan terhadap jumlah produk yang akan dikirim Ketepatan pengiriman untuk masingmasing konsumen Peletakkan barang di stagging area (permintaan penuh) Pelaksanaan SOP persiapan pengiriman Ketersediaan truk untuk proses pengiriman Kualitas produk Pengiriman tepat waktu Kuantitas produk
Y1 Y2 Y3 Y4
30 31 32 33
Y5 Y6 Y7
34 35 36
Y8
37
Y9
38
Y10 Y11
39 40
Y12 Y13 Y14
41 42 43
Variabel Indikator
1. Sistem informasi (ξ 2. 3) (Variabel laten bebas) 1. Sumber daya 2. manusia (ξ 4) 3. (Variabel laten 4. bebas) 1. Jumlah dan Jenis 2. Produk ( 1) 3. (variabel laten antara) 4. 5. 6. 7. Lokasi dan Persiapan Waktu Pengiriman ( 2) (variabel laten antara)
1. 2. 3. 4.
Kinerja ( 3) (variabel laten terikat)
1. 2. 3.
22
X1
Transportasi dan peralatan X2
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
ξ1
X3 X4 X5
Y1
Ketepatan jumlah dan jenis produk yang Produk ξ dikirim 2
1
3
X6
Kinerja 2
X7
Sistem informasi X8
Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman
ξ3
X9
X10
X11
X12
Sumber daya manusia
Y8
Y9
Y10
ξ4
Gambar 7. Hybrid model penelitian
Y11
Y12
Y13
Y14
23
3.7
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penelitian ini dapat dirumuskan ke
dalam 3 (tiga) model persamaan dan 10 (sepuluh) hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Model ketepatan jenis dan jumlah produk terhadap ketepatan variabel laten bebas (JJ=T,P,SI,SDM). H-1 : Ketepatan jenis dan jumlah produk secara positif berhubungan dengan transportasi dan peralatan H-2 : Ketepatan jenis dan jumlah produk secara positif berhubungan dengan Produk H-3 : Ketepatan jenis dan jumlah produk secara positif berhubungan dengan sistem informasi H-4 : Ketepatan jenis dan jumlah produk secara positif berhubungan dengan sumber daya manusia 2. Model ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman terhadap ketepatan variabel laten bebas (LW=T,P,SI,SDM). H-5 : Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman secara positif berhubungan dengan transportasi dan peralatan H-6 : Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman secara positif berhubungan dengan produk H-7 : Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman secara positif berhubungan dengan sistem informasi H-8 : Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman secara positif berhubungan dengan sumber daya manusia 3. Model ketepatan variabel kinerja perusahaan terhadap variabel antara (intervening) (K=JJ,LW). H-9 : Kinerja perusahaan secara positif berhubungan dengan ketepatan jenis dan jumlah produk . H-10 : Kinerja perusahaan secara positif berhubungan dengan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman.
24
3.8
Validitas dan Reliabilitas
3.8.1 Hasil Uji Validitas Menurut Ghozali dan Fuad dalam Wijayanto (2008), mengatakan bahwa validitas suatu indikator dapat dievaluasi dengan tingkat signifikansi pengaruh antara variabel laten dengan indikatornya. Jika nilai loadingnya (λ) signifikan yaitu nilai t lebih besar dari 1,96 dengan tingkat sinifikasi lima persen, maka suatu indikator tersebut adalah valid. Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat bahwa semua indikator valid.
Gambar 8. T- value Structural Equation Modeling 3.8.2 Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat kekonsistenan variabel indikator dalam mengukur variabel laten. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan construct reliability. Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2. Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa indikator mempunyai kekonsistenan yang tinggi dalam mengukur variabel laten. Nilai reliabilitas yang tertinggi yaitu kinerja perusahaan sebesar 0,87.
25
3.9
Uji Kecocokan Model Metode SEM keseluruhan digunakan untuk menguji model kausalitas
yang telah dinyatakan sebelumnya dalam berbagai hubungan sebab akibat (kausal model), melalui analisis SEM akan terlihat ada tidaknya kesesuaian model dan hubungan kausalitas yang dibangun dalam model yang diuji. Sesuai dengan
tujuan
penelitian
maka
akan
dilakukan
pengujian
dengan
menggunakan model persamaan struktural melalui program LISREL 8.50. Berdasarkan hal tersebut, maka struktur dapat dibahas lebih lanjut. Hasil pengujian dengan program LISREL 8.50 atas model disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil pengujian kecocokan model Kriteria
Hasil Penelitian Nilai Kritis
Kesimpulan
283
Positif
Positif
429,02
Rendah
Tinggi
P-value
0.0
≥0.05
Tidak signifikan
RMSEA
0.063
≤0.08
Model fit
GFI
0.80
≥0.90
Model cukup fit
AGFI
0.75
≥0.90
Model cukup fit
CFI
0.87
≥0.95
Model cukup fit
Degree of Freedom Chi-square (X2)
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah dan Visi Misi Perusahaan YCH Group Pte Ltd, merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dibidang logistik seperti warehousing, manajemen persediaan, transportasi dan distribusi. YCH berdiri pada tahun 1955 di Singapura oleh Mr. Yap Chwe Hock. Pada awalnya YCH merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi penumpang lokal yang bernama General Contractors and Yap Chwe Hock Tranport (“YCH Transport”). Pada tahun 1977, YCH melakukan pengalihan arah bisnisnya
dari
transportasi
penumpang
ke
transportasi
muatan
(cargo
transportation). Setahun kemudian, YCH menjadi salah satu dari kontraktor pengangkutan cargo yang utama untuk Pelabuhan dari Otoritas Singapura. Pada tahun 1995, YCH melakukan investasi dengan membangun suatu sistem pergudangan yang otomatis di Singapura. Meningkatnya persaingan di bidang logistik dan kebutuhan klien yang meningkat dan kompleks, maka YCH mengembangkan layanan manajemen rantai pasok melalui suatu deretan dari solusi rantai persediaan, yakni Intibution (raw materials management to support manufacturing) pada tahun 1996, Retrogistic (service and returns management) pada tahun 1998 dan Intrabution (customer goods distribution) di tahun 2000. YCH berdiri di Indonesia pada tahun 2003, yang berlokasi di Jl. Kalimalang Km 2 Cibitung-Bekasi yang secara langsung dikendalikan dan diatur oleh YCH pusat di Singapura. YCH didirikan dengan filosofi Cina menggunakan karakter (Sheng) berarti Reliability, Integrity, Sincerity, Enterprise (RISE). Visi yang ingin diwujudkan oleh PT YCH adalah “Membangun The Logistic Superhighway Tiada Batas Dunia mewakili perusahaan dalam menciptakan pengalaman yang paling optimal dari lalu lintas cepat efisiensi dan kecepatan”. Sedangkan misi yang ingin dicapai adalah menjadi No 1 Pemasok rantai jalan keluar di Asia Pasifik.
27
4.1.2 Bidang Usaha Jenis jasa yang ditawarkan oleh PT YCH Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Transportasi dan Manajemen Distribusi (Transportation and Distribution Management Services) Jasa penanganan muatan (kargo) PT YCH Indonesia meliputi penanganan persyaratan muatan klien dan kegiatan lain, mencakup pemesanan, dan penjadwalan kegiatan muatan, persiapan dan koordinasi (pengarahan) dokumen yang dibutuhkan. PT YCH Indonesia telah membentuk jaringan dengan agen angkutan udara dan angkutan laut untuk pengiriman ke berbagai daerah di Indonesia. PT YCH Indonesia memiliki perwakilan di empat kota besar di Indonesia yaitu Medan, Jakarta, Semarang dan Surabaya. 2. Manajemen Gudang dan Persediaan (warehousing and inventory management) PT YCH Indonesia menyediakan jasa manajemen pergudangan dan persediaan (inventory) seperti pengaturan ruang gudang, penjajakan dan penyimpanan persediaan, dan pelayanan dukungan lainnya seperti pemuatan dan penurunan muatan, penanganan, pengepakan dan pelabelan. 4.2
Sistem Distribusi PT YCH Indonesia Proses pengiriman merupakan penyampaian produk yang telah siap jual
agar sampai ke tangan konsumen tepat pada waktunya sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Gudang yang dimiliki yaitu berada di daerah Cibitung sebagai gudang pusat di Jakarta dan dibantu oleh 1 (satu) gudang lagi di daerah Bekasi. Proses penerimaan produk susu FFI ke PT YCH Indonesia dapat dilihat pada Gambar 9.
28
Pengecekan jumlah dan jenis produk susu FFI yang akan dikirim ke PT YCH Indonesia Pengiriman Produk Susu FFI ke PT YCH Indonesia Proses Penerimaan Produk Susu FFI di PT YCH Indonesia
Jumlah dan Jenis susu FFI sudah sesuai ?
Tidak
Membuat laporan jumlah dan jenis yang tidak sesuai
Ya Update jumlah persediaan dalam sistem Penyimpanan Susu FFI di Gudang PT YCH Indonesia Gambar 9. Proses penerimaan produk susu FFI di PT YCH Indonesia Kerjasama yang dilakukan antara FFI dan PT YCH meliputi penyediaan gudang untuk penyimpanan produk jadi berupa susu siap minum, susu bubuk dalam kemasan kaleng ataupun sachet, dan juga melakukan proses penyampaian produk (distribusi) hingga ke konsumen (pasar modern dan pasar tradisional). Jalur transportasi yang digunakan FFI dilakukan melalui jalur darat (land) dan melalui jalur laut (seafreight). PT YCH Indonesia mendistribusikan produk ke pulau Jawa, Bali sampai Pekanbaru melalui jalur darat. Distribusi produk untuk wilayah Medan, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur dilakukan melalui jalur laut (seafreight). PT YCH Indonesia memiliki supply point (SP) di beberapa tempat di Indonesia yaitu Semarang, Surabaya, dan Medan. Daerah Melabouh,
29
Aceh, dan sekitarnya memperoleh produk dari distribusi yang dilakukan oleh supply point PT YCH Indonesia yang berada di Medan. Proses pengiriman produk susu FFI melalui jalur darat menggunakan alat transportasi berupa truk. Truk tersebut merupakan truk yang disewa oleh PT YCH Indonesia kepada pihak ketiga (transporter) seperti Antariksa, VTP, Anugrah, GMT. Setiap masing-masing wilayah telah ditetapkan transporter yang bertanggung jawab terhadap proses pengiriman. Sedangkan pengiriman produk dengan jalur laut menggunakan alat angkut berupa container. Pembagian distribusi melaui jalur darat dan jalur laut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pembagian wilayah distribusi susu FFI oleh PT YCH Indonesia Kode wilayah M1 M2 M3 M4 G1 G2 G2 G3 G4 G6 G5 G7 G8 G9
Cakupan wilayah Jakarta Tangerang, Karawang Bekasi, Cimanggis, Depok Bandung, Bogor Jabodetabek Jawa Barat Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Lampung sampai dengan Pekanbaru Medan Pangkal Pinang Pontianak, Kalimantan Makasar, Manado, Jayapura
Jalur transportasi
Jalur Darat
Jalur Laut
PT YCH Indonesia mengkategorikan target pemasaran produk susu FFI ke konsumen dibagi menjadi dua yaitu langsung ke konsumen melalui pasar-pasar modern seperti Giant, Hero, Yogyamart, Alfamart, Indomart, Carefour dan melalui distributor atau SP untuk masing-masing wilayah (pasar tradisional). Pengiriman ke pasar modern dilakukan tiap hari sesuai dengan jumlah dan jenis yang diminta oleh masing-masing pasar modern, yang memiliki batas waktu pengiriman 1 (satu) hari. Sedangkan pendistribusian ke pasar tradisional dibagi berdasarkan wilayah yang telah ditetapkan dan memiliki waktu pengiriman yang berbeda untuk setiap wilayah. Proses distribusi produk susu FFI secara umum dapat dilihat pada Gambar 10.
30
PT. FFI Mengirimkan Sales Order Kepada PT YCH Indonesia
Proses Persiapan Pengiriman Produk Susu FFI dari PT YCH Indonesia Kepada Konsumen Jalur Distribusi yang Dilakukan oleh PT YCH
Distribusi menggunakan Jalur Laut
Distribusi menggunakan Jalur Darat
Tujuan Distribusi ke pasar tradisional yang terdiri dari :
Tujuan Distribusi ke pasar tradisional yang terdiri dari :
1. Distributor 2. Supply Point
1. Distributor 2. Supply Point
Tujuan Distribusi ke pasar modern yang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
KONSUMEN Gambar 10. Proses distribusi PT YCH Indonesia
Giant Hero Alfamart Indomart Yogyamart Careefour
31
4.3
Pengiriman Barang Sebelum produk diterima oleh konsumen, ada beberapa tahap persiapan
distribusi yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia. Proses distribusi produk ke konsumen melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1. Penerimaan pesanan FFI akan mengirimkan sales forecast berupa sales order (SO) yang telah diolah kepada PT YCH Indonesia. Hal tersebut digunakan sebagai acuan untuk pengiriman barang ke pasar modern maupun pasar tradisional. SO tersebut diterima oleh bagian data entry PT YCH Indonesia melalui sinyal internet. Setelah SO diterima maka data entry akan membuat Batch Picking List (BPL). 2. Persiapan pemuatan barang BPL berisikan tentang jenis, jumlah, dan nomor produk susu yang akan dikirimkan serta lokasi pengambilan produk yang berada gudang (warehouse) PT YCH Indonesia. Penyimpanan produk disusun pada rak-rak yang berjumlah 54 baris dan 6 kolom. BPL yang telah selesai dibuat kemudian diserahkan kepada bagian operation untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu proses pengambilan barang yang dilakukan oleh picker dengan alat bantu forklift. Picker adalah petugas gudang yang berwenang untuk melalukan pengambilan barang dari gudang hingga stagging area. Staging area adalah area peletakan barang sebelum dimasukan ke dalam truk atau container. Selama berada di area staging, barang yang akan dikirim terlebih dahulu dilakukan inspeksi atau pengecekan baik jumlah, jenis, dan keadaan produk berdasarkan BPL. Hal ini dilakukan oleh checker staging. 3. Proses pemuatan barang Sebelum dilakukan proses muat ke dalam truk atau container terlebih dahulu barang dilakukan pengecekan kembali oleh checker loading dan disaksikan juga oleh pihak perwakilan dari transporter (krani) dengan berpedoman pada stuffing plan. Keterlibatan pihak transporter dalam pengecekan barang dilakukan karena setelah barang berada di atas truk atau container, maka barang tersebut menjadi tanggung jawab pihak transporter. Setelah proses muat selesai, maka transporter akan menerima dokumen berupa gatepass dan dokumen Delivery Order (DO). DO adalah dokumen yang
32
berisikan tentang nomor DO, jumlah, jenis barang, dan tempat tujuan barang tersebut dikirim. Sedangkan gatepass adalah surat izin keluar dari lingkungan PT YCH Indonesia. Ketika truk sudah mulai keluar dari PT. YCH Indonesia, kerusakan dan kehilangan barang menjadi tanggung jawab pihak transporter dan pemantauan akan terus dilakukan oleh pihak CRM hingga produk sampai kepada agen atau distributor. 4. Proses bongkar barang Setelah truk atau container sampai di tempat tujuan baik pasar modern ataupun pasar tradisional, maka proses bongkar akan dilakukan oleh pihak transporter yang disesuaikan dengan DO. DO digunakan sebagai panduan bongkar atau turun barang. Barang yang diturunkan harus sesuai dengan DO baik jumlah maupun jenis barangnya, sehingga memudahkan pihak penerima (toko, outlet, atau distributor) dan juga pihak transporter saat serah terima. Setelah proses bongkar selesai maka pihak transporter akan menerima kelengkapan dokumen berupa DO asli. DO asli berisikan tentang jumlah barang dan jenis barang dimana data-data tersebut harus sesuai dengan Bukti Terima Barang (BTB). DO ini bertujuan sebagai tanda barang telah diterima oleh pihak distributor atau toko. Pengembalian DO harus dikembalikan kepada PT YCH Indonesia paling lambat 1 hari setelah produk tersebut diterima oleh pihak agen atau distributor. Pengembalian dokumen ini dapat dikirim langsung dengan menggunakan faximili atau melalui pihak transporter. 5. Penolakan barang Jika produk tidak terjual di pasar modern karena telah mendekati masa kadarluarsa atau rusak, maka produk tersebut dapat dikembalikan lagi kepada PT YCH Indonesia. Namun jika terjadi kerusakan atau telah mendekati kadarluarsa di pasar tradisonal maka, produk tidak akan dikembalikan ke PT YCH Indonesia tetapi akan disimpan di distributor. Barang yang dikirim kadang kala sering terjadi penolakan oleh agen atau distributor. Barang-barang yang termasuk dalam kriteria barang yang ditolak oleh agen atau distributor adalah sebagai berikut :
33
1.
Produk tidak dipesan oleh outlet
2.
Terjadi kesalahan jumlah, item barang yang dipesan
3.
Barang yang telah mendekati masa kadarluarsa
4.
Umur PO habis dari yang ditentukan
5.
Produk rusak. Kategori produk rusak yaitu :
a. D1 : Karton Rusak Barang-barang yang termasuk ke dalam kategori D1 yaitu barangbarang yang mengalami kerusakan pada kemasan baik pada kartonnya maupun pack, maka akan dikenakan biaya tagihan sebesar 3% dari nilai barang yang dibebankan kepada pihak transporter. b. D2 : Karton dan Barang dalam Kondisi Rusak Barang dalam kategori ini dikatakan rusak jika mengalami keruskan berat seperti penyok atau bocor hingga tidak layak dijual ke konsumen, maka akan dikenakan tagihan sebesar 20% dari nilai barang 6.
Produk hilang jika barang yang hilang dalam perjalanan maka transporter harus mengganti 100% dari nilai barang yang dikirim.
4.4
Identifikasi Wilayah Keterlambatan Distribusi susu FFI hingga ke tangan konsumen yang dilakukan oleh PT
YCH dibagi kedalam beberapa kelompok wilayah pengiriman. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa selama bulan Januari hingga Mei 2010, didapati bahwa wilayah Bandung dan Bogor memiliki tingkat keterlambatan yang tinggi yaitu sebanyak 227 pengiriman dibandingkan dengan dengan wilayah lainnya pada pasar modern. Hal ini dikarenakan letak dari wilayah ini yang paling jauh dengan PT YCH sebagai pusat distribusinya dibandingkan dengan wilayah lain. Alasan lain yang juga memperkuat keterlambatan wilayah ini adalah telah ditutupnya SP Bandung, sehingga pengiriman produk susu untuk wilayah Bandung dan Bogor dikirim langsung oleh PT YCH yang berada di daerah Cibitung. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
34
Tabel 7. Wilayah yang mengalami keterlambatan terbanyak periode Januari-Mei 2010
Bulan
Kode Cakupan
Januari
M4
Februari
M2
Maret
M4
April
M4
Mei
M4
4.5
Wilayah
Jumlah Keterlambatan (pengiriman)
Jumlah Pengiriman (pengiriman)
Persentase Keterlambatan (pengiriman)
34
1.037
3
29
818
4
56
1.219
5
29
1.152
3
108
1.165
9
Bandung, Bogor Tangerang, Karawang Bandung, Bogor Bandung, Bogor Bandung, Bogor
Identifikasi Faktor Penyebab Keterlambatan Penyebab keterlambatan pengiriman barang dikaji dengan menggunakan
diagram sebab akibat. Faktor-faktor tersebut terdiri dari : 1. Faktor Transportasi dan Peralatan Salah satu faktor keterlambatan pengiriman terjadi dikarenakan faktor dari truk yang mengangkut produk maupun peralatan yang mendukung proses persiapan produk. Faktor ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: A. Ketersediaan truk a. Truk masih diperjalanan Dalam proses bongkar barang di pasar modern terdapat waktu dimana pembongkaran untuk produk susu FFI mendapat hak prioritas utama pada jam-jam tertentu (Blocking Time). Blocking Time yaitu truk dapat langsung melakukan bongkar barang tanpa harus mengantri. Namun jika pada saat blocking time truk belum datang, maka truk tidak akan mendapatkan hak prioritas tersebut. Sehingga truk tersebut harus mengikuti antrian bongkar. Jika antrian bongkar sedang penuh maka truk harus menginap hingga waktu bongkar. Keterlambatan pembongkaran di outlet mengakibatkan waktu tiba truk di PT YCH mengalami keterlambatan. b. Truk tidak sesuai spesifikasi Truk yang digunakan untuk melakukan proses pengiriman produk susu ke hingga ke pasar modern sebelumnya harus dilakukan pengecekan kondisi truk, seperti terbebas dari kotoran, bau menyengat, dan lubang agar produk
35
terhindar dari kebasahan jika terjadi hujan ketika di perjalanan. Truk yang dinyatakan tidak layak untuk melakukan proses kirim, maka truk tersebut tidak dapat melakukan proses pengiriman barang. B. Ketersediaan peralatan: a. Peralatan rusak Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses persiapan pengambilan barang terdiri dari : forklift, ristrak, dan juga feeder. Total forklift yang dimiliki oleh PT YCH Indonesia berjumlah 25 buah, dan 10 feeder, dan 10 ristrak. b. Jumlah peralatan tidak memadai Peralatan berupa ristrak yang digunakan untuk pengambilan barang pada rak-rak yang tinggi untuk setiap shift berjumlah 4 (empat) buah. Fungsi yang dimiliki oleh feeder dan forklift hampir sama yaitu memudahkan dan mempercepat proses pencarian barang. Feeder yang digunakan untuk setiap shift berjumlah 6 (enam) buah. Peralatan tersebut digunakan untuk pengambilan barang pada rak yang berjumlah 54 baris dan 6 kolom. 2. Faktor Sistem Informasi A. Status produk yang akan dikirim Penyebab adanya discrepency produk adalah perbedaan status barang yang akan dilakukan proses kirim. Produk yang dapat dilakukan proses pengiriman jika produk tersebut telah berstatus “A” (Approve), baik pada sistem WMS maupun SAP. B. Gangguan sinyal Sistem PGI digunakan untuk melakukan cetak gatepass dan sistem DLV yang digunakan untuk produk pencarian batch produk yang akan dikirim sering kali mengalami gangguan sinyal. 3. Faktor Produk A. Ketersediaan produk di gudang Proses pengambilan produk di gudang yang dilakukan oleh picker tidak sesuai dengan BPL, sehingga mengakibatkan barang yang akan diambil untuk dilakukan pengiriman tidak tersedia di gudang.
36
B. Jumlah produk di gudang Kekurangan produk ini terjadi karena penyimpanan dan pengambilan barang di gudang tidak sesuai dengan SOP, sehingga terjadi perbedaan terhadap jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. C. Produk rusak saat loading Proses pengambilan produk di gudang PT YCH Indonesia yang akan dikirim ke target pasar dilakukan dengan menggunakan bantuan alat. Ketika proses ini terjadi, terdapat produk yang terjatuh atau terbentur sehingga mengakibatkan produk rusak seperti kardus penyok. Oleh sebab itu, produk tersebut dilakukan proses pengemasan ulang, sehingga layak untuk dikirim. D. Waktu persiapan pengiriman Produk yang akan dikirim terlebih dahulu diletakan di stagging area untuk dilakukan pengecekan sebelum di muat ke dalam truk. Truk yang digunakan untuk proses pengiriman telah datang dan dalam kondisi siap digunakan, namun truk harus menunggu barang yang akan di muat karena barang tersebut belum siap di area stagging. Belum tersedianya barang di stagging area dikarenakan picker masih melakukan pencarian barang atau barang masih dilakukan proses pengecekan sebelum proses di loading. 4. Faktor Sumber Daya Manusia A. Pengambilan barang Pengambilan barang di gudang yang dilakukan oleh picker tidak sesuai dengan barang yang tertera di dalam BPL. Hal ini sering dilakukan karena adanya permintaan barang-barang tidak satu palet. Pengambilan secara acak oleh picker ini mengakibatkan jumlah barang yang tertera di dalam sistem tidak sesuai dengan aktual yang terjadi. B. Pencarian batch baru Ketika proses pemuatan barang kadang kala terdapat produk yang harus dilakukan proses pengemasan ulang yang membutuhkan waktu yang lama. Jika hal ini terjadi maka akan dilakukan proses pencarian batch baru yang sesuai. Hal ini dilakukan agar proses pengiriman dapat segera dilakukan.
37
C. Pengecekan barang di stagging area Sebelum proses loading dilakukan terlebih dahulu akan dilakukan proses pengecekan produk yang akan dikirim. Luas lokasi dari stagging area dengan banyaknya jumlah produk yang akan dikirim tidak sesuai. Hal ini terlihat tidak adanya ruang gerak yang cukup untuk petugas checcker stagging untuk melakukan pengecekan secara optimal. D. Peletakan barang di stagging area Luas lokasi stagging area tidak sesuai dengan jumlah produk yang akan dikirim. Hal tersebut mengakibatkan peletakan produk yang akan dikirim tidak pada tempatnya sehingga kadang kala pengiriman untuk 1 (satu) customer diletakan di tempat yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.
38
Produk
Sistem Informasi
Ketersediaan produk Jumlah produk tidak sesuai
Perbedaan status barang
Waktu persiapan pengiriman
Gangguan Sinyal Poduk rusak saat loading
Posedur pengambilan barang
Ketersediaan truk
Peletakkan produk di stagging area Pencarian batch baru
Ketersediaan peralatan
Pengecekkan di stagging area Sumber Daya Manusia
Transportasi dan Peralatan Gambar 11. Faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman produk susu Frisian Flag Indonesia
Faktor-faktor penyebab keterlambatan pengiriman produk susu Frisian Flag Indonesia
39
4.6
Indiikator yangg Mempenggaruhi Ketterlambatan n Proses Distribusi Berd dasarkan 7 (tujuh) parameter p nilai GOF F terdapat 3 (tiga) yang
mengindik kasikan med diocore (meedium) yaittu nilai GFI, G AGFI, dan CFI tetapi t hal terseebut sudah h dapat dik katakan baahwa model SEM seccara keselurruhan sudah fit (ada keseesuaian anttara modell dan data)). Hasil annalisis peng garuh t vaariabel laten n antara dann variabel laaten terikat serta variabel laaten bebas terhadap pengaruh masing-maasing indikaator berdasaarkan SEM dapat dilihhat pada Gaambar 12.
Gambar 12. Hasil Analisis A Stru uctural Equaation Modeeling n Bebas terrhadap Ketepatan Ju umlah dan Jenis 4.6.1 Indiikator Variabel Laten Prod duk Besaarnya penggaruh variaabel laten bebas b yangg dibentuk oleh indik katorindikator dari X1 hinngga X12 teerhadap keteepatan jumlah dan jennis produk dapat dilihat padda Tabel 8.
40
Tabel 8.
Besarnya pengaruh indikator variabel laten bebas terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk
Variabel Laten Bebas
Indikator
Pengaruh Langsung
Total Pengaruh
Peringkat
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12
0,052 x 0,48 0,052 x 0,62 0,52 x 0,45 0,52 x 0,50 0,52 x 0,37 0,52 x 0,39 -0,3 x 0,81 -0,3 x 0,65 0,54 x 0,35 0,54 x 0,34 0,54 x 0,50 0,54 x 0,49
0,02 0,03 0,23 0,26 0,19 0,20 -0,24 -0,20 0,19 0,18 0,27 0,26
10 9 4 3 6 5 12 11 7 8 1 2
Transportasi dan Peralatan Produk
Sistem informasi
SDM
A. Transportasi dan Peralatan 1. Ketersediaan truk (X1) Penambahan jumlah truk untuk proses pengiriman barang akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 2%. Truk yang digunakan untuk proses pengiriman barang ke pasar modern telah ditetapkan transporter mana yang bertanggungjawab untuk proses pengiriman untuk masing-masing wilayah. Jika truk tidak yang dibutuhkan tidak tersedia atau masih melakukan pembongkaran di pasar modern, maka akan dilakukan pecah DO jika produk yang dikirim terlalu banyak. 2. Ketersediaan peralatan (X2) Peningkatan jumlah peralatan akan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 3%. Hal ini dikarenakan peralatan yang tersedia di perusahaan digunakan untuk membantu proses peletakkan barang dan pengambilan barang di gudang. Ketersediaan peralatan yang cukup akan membuat picker melakukan pengambilan barang di gudang sesuai dengan BPL.
41
B. Produk 1. Ketersediaan produk di gudang (X3) Indikator ketersediaan produk di gudang pada penelitian ini adalah signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 23%. Dengan kata lain, jika produk yang tersedia di gudang sesuai antara aktual dengan sistem maka akan maningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 23%. 2. Jumlah produk di gudang (X4) Jumlah produk yang tidak sesuai di gudang memiliki pengaruh terbesar ke 3 (tiga) yaitu sebesar 26%. Nilai ini berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Hal ini dapat dilakukan dengan cara peletakkan barang dan pengambilan jumlah barang sesuai SOP agar tidak lagi terjadi selisih jumlah barang di gudang. 3. Waktu persiapan pengiriman (X5) Hasil penelitian menyatakan bahwa waktu persiapan pengiriman memiliki pengaruh langsung sebesar 19% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi petugas membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan pengecekkan terhadap barang yang akan dikirim, terutama jika barang yang diminta oleh pasar modern jenisnya lebih banyak daripada jumlahnya (tidak 1 pallet). 4. Produk rusak saat proses persiapan (X6) Peralatan digunakan untuk membantu proses persiapan pengiriman barang agar produk yang akan dilakukan pengiriman kepada pasar modern sesuai dengan yang tertera di BPL. Penggunaan peralatan yang tidak hati-hati akan menyebabkan
produk
mengalami
kerusakan.
Dari
hasil
penelitian
menyatakan bahwa produk rusak saat proses persiapan ini berpengaruh langsung terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 20%. C. Sistem Informasi 1. Gangguan sinyal (X7) Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh langsung yang bernilai negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Ketepatan
42
jumlah dan jenis produk yang akan dikirim akan mengalami penurunan sebesar 24% apabila pihak perusahaan saat ini mengambil keputusan untuk meningkatkan sistem informasi. Responden menganggap bahwa banyaknya BPL yang tersedia akan menyebabkan penumpukan barang di stagging are. Hal ini dikarenakan pengecekkan pada stagging area masih menggunakan tenaga manusia. 2. Perbedaan status barang (X8) Menurut hasil penelitian, status poduk yang akan dikirim memberikan pengaruh negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim, yaitu sebesar 20%. Hal ini dikarenakan jika produk yang akan dikirim belum memiliki status “A” (Approve), maka produk tersebut tidak dapat dilakukan pengiriman. D. Sumber Daya Manusia 1. Pencarian batch baru (X9) Produk yang tidak layak kirim seperti bocor, kemasan rusak akan dilakukan proses penggantian produk yang akan dikirim. Pada penelitian ini pencarian batch memiliki pengaruh positif langsung sebesar 19% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Indikator pencarian batch ini signifikan tehadap t-value. Selain itu, indikator pencarian batch ini memiliki peringkat ketujuh dari 12 indikator yang diukur. 2. Peletakkan barang di stagging area (X10) Peletakkan barang yang sesuai dengan SOP memudahkan karyawan dalam melakukan pengecekkan barang di stagging area terhadap produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa sebesar 18% indikator peletakkan barang di stagging area berpengaruh langsung terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Indikator peletakkan barang di stagging area menempati urutan kedelapan dari 12 indikator yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. 3. Pengecekkan barang di stagging area (X11) Proses pengecekaan barang dilakukan secara manual oleh karyawan. Oleh sebab itu, diperlukan ketelitian untuk memastikan bahwa barang yang akan
43
dikirim sesuai dengan keinginan konsumen. Pengaruh pengecekkan barang di stagging area memiliki pengaruh positif sebesar 27% terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya jika pengecekkan barang di stagging area ditingkatkan 1% maka akan terjadi peningkatan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 27%. 4. Prosedur pengambilan barang (X12) Pengambilan barang yang sesuai dengan BPL dan SOP yang berlaku akan membuat barang yang akan dikirim sesuai dengan keinginan dari pasar modern. Indikator prosedur pengambilan barang pada penelitian ini adalah signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 26%. Dengan kata lain, pengaruh indikator prosedur pengambilan barang adalah sebesar 26% dan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. 4.6.2 Indikator Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman Besarnya pengaruh variabel laten bebas yang dibentuk oleh indikatorindikator dari X1 hingga X12 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.
Besarnya pengaruh indikator variabel laten bebas terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengriman Total Pengaruh -0,03
x2
-0,069 x 0,62
-0,04
10
x3
0,61 x 0,45
0,27
2
x4
0,61 x 0,50
0,31
1
x5
0,61 x 0,37
0,23
4
x6
0,61 x 0,39
0,24
3
x7
-0,15 x 0,81
-0,12
12
x8
-0,15 x 0,65
-0,10
11
x9
0,37 x 0,35
0,13
7
x10
0,37 x 0,34
0,13
8
x11
0,37 x 0,50
0,19
5
x12
0,37 x 0,49
0,18
6
Indikator
Transportasi dan peralatan
Produk
Sistem informasi
SDM
x1
Pengaruh Langsung -0,069 x 0,48
Komponen
Peringkat 9
44
A. Transportasi dan Peralatan 1. Ketersediaan truk (X1) Pengaruh ketersediaan truk memiliki pengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang yaitu sebesar 3%. Artinya jika perusahaan meningkatkan jumlah truk yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah pintu untuk proses muat maka akan terjadi penumpukkan barang di stagging area. 2. Ketersediaan peralatan (X2) Hasil pengaruh langsung yang bernilai negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang akan mengalami penurunan sebesar 4% apabila pihak perusahaan mengambil keputusan menaikkan ketersediaan peralatan. Responden menganggap bahwa untuk meminimumkan proses persiapan pengiriman barang, peningkatan pada peralatan saja tidak cukup. Namun harus didukung oleh faktor lain seperti ketersediaan produk, jumlah karyawan, serta luasan stagging area sebagai tempat peletakkan barang sementara. B. Produk 1. Ketersediaan produk di gudang (X3) Kegiatan mencari merupakan salah satu kegiatan yang tidak efektif sehingga perlu diminimumkan atau bahkan dihilangkan. Kemudahan karyawan dalam menemukan barang yang akan dikirim memberikan pengaruh sebesar 27% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Artinya jika kegiatan pencarian barang di gudang dihilangkan akan meningkatkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 2. Jumlah produk di gudang (X4) Ketidaksesuaian jumlah produk antara di sistem dengan aktual di gudang akan menambah waktu persiapan pengiriman barang. Jumlah produk tidak sesuai berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 31%. Adanya respon yang cepat terhadap ketersedian barang di gudang jika mendapati jumlah produk yang dicari tidak sesuai dengan yang telah ditentukan maka akan membantu mempercepat proses persiapan barang.
45
3. Waktu persiapan pengiriman (X5) Banyaknya jumlah dan jenis produk yang dipesan oleh pasar modern harus dilakukan pengecakkan secara telit pada saat barang berada di stagging area. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada saat barang dikirim ke pasar modern, baik dari segi jumlah, jenis, dan lokasi pengiriman produk. Berdasarkan penelitian waktu persiapan pengiriman memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 23%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap karyawan pada saat proses persiapan pengiriman barang khususnya pada saat pengecekkan barang di staging area, maka akan meminimumkan waktu pengecekkan barang. 4. Produk rusak saat proses persiapan (X6) Penyampaian informasi yang cepat terhadap barang yang tidak layak kirim kepada bagian operation, akan mempercepat proses penggantian barang yang akan dikirim. Produk rusak saat proses persiapan memiliki pengaruh terbesar ketiga terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 24 %. C. Sistem Informasi 1. Gangguan sinyal (X7) Berdasarkan penelitian gangguan sinyal memiliki pengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 12%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap sinyal, maka akan menurunkan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dikarenakan, jika terjadi peningkatan sinyal untuk proses cetak BPL, maka akan terjadi pekerjaan ulang khususnya pada saat proses pengambilan barang di gudang. Pekerjaan ulang dilakukan karena terjadi ketidaksesuaian barang yang diambil oleh petugas. 2. Status produk (X8) Produk yang layak kirim merupakan produk yang telah lolos uji. Baik uji kualitas produk maupun uji kandungan yang terdapat pada produk. Peningkatan status produk memiliki pengaruh yang negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 10%. Artinya jika dilakukan peningkatan terhadap status produk yang dikirim, maka akan menurunkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang.
46
D. Sumber Daya Manusia 1. Pencarian batch baru (X9) Pemberian informasi secara cepat terhadap produk yang tidak layak kirim seperti bocor, kemasan rusak akan meminimumkan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan proses penggantian barang yang akan dikirim. Dari hasil penelitian menunjukkan indikator pencarian batch baru bernilai signifikan dan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Indikator pencarian batch baru memiliki nilai 13% berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 2. Peletakkan barang di stagging area (X10) Dari hasil penelitian, Peletakkan barang di stagging area memiliki pengaruh langsung terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Pengaruh tersebut adalah sebesar 13% dan pengaruh tersebut adalah signifikan. Peletakkan barang yang sesuai dengan SOP memudahkan karyawan dalam melakukan pengecekkan barang di stagging area terhadap produk yang akan dikirim, sehingga proses pengecekkan barang di stagging area dapat dilakukan dengan cepat. 3. Pengecekkan barang di stagging area (X11) Proses pengecekaan barang dilakukan secara manual oleh karyawan. Oleh sebab itu, diperlukan waktu untuk pengecekkan barang agar barang yang dipesan oleh pasar modern sesuai dengan keinginan konsumen. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pengecekkan barang di stagging area sebesar 19% berpengaruh langsung terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Indikator pengecekkan barang di stagging area menempati urutan kelima dari 12 indiakator yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 4. Prosedur pengambilan barang (X12) Pengambilan barang di gudang yang dilakukan oleh petugas picker yang sesuai dengan SOP, maka tidak akan ada lagi perbedaan jumlah dan jenis produk di gudang. Sehingga waktu persiapan barang khususnya dalam hal mencari barang di gudang dapat dilakukan dengan cepat. Pada penelitian ini prosedur
47
pengambilan barang memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0.18 atau 18% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Dari seluruh indikator yang diukur, prosedur pengambilan barang menempati posisi keenam. Hal ini membuktikan bahwa prosedur pengambilan barang memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 4.6.3 Indikator Variabel Ketepatan Jumlah dan Jenis Produk terhadap Kinerja Perusahaan Besarnya pengaruh variabel antara yang dibentuk oleh indikator-indikator dari Y1 hingga Y7 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Besarnya pengaruh indikator variabel ketepatan jumlah dan jenis terhadap kinerja perusahaan Komponen
Indikator
Ketepatan Jenis dan Jumlah Barang yang Dikirim
y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
Pengaruh Langsung 0,32 x 0,41 0,32 x 0,49 0,32 x 0,34 0,32 x 0,36 0,32 x 0,31 0,32 x 0,48 0,32 x 0,42
Total Pengaruh 0,13 0,16 0,11 0,12 0,10 0,15 0,13
Peringkat 4 1 6 5 7 2 3
1. Jenis produk yang tersedia (Y1) Proses pengambilan barang di gudang dilakukan dengan cara melihat kode barang yang tercantum pada kemasan karton setiap produk. Karyawan harus mengetahui kode yang tertera pada setiap karton untuk mengidentifikasi jenis produk. Indikator jenis produk yang tersedia pada penelitian ini adalah signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai 13%. Dengan kata lain, pengaruh indikator jenis produk yang tersedia adalah sebesar 13% dan berpengaruh positif terhadap pengembangan kinerja perusahaan. 2. Ketepatan dalam peletakkan barang di gudang(Y2) Peletakkan barang yang sesuai dengan lokasi yang tertera pada sistem komputer akan mempermudah dalam melakukan pencarian produk di gudang. Ketepatan dalam peletakkan barang di gudang memiliki pengaruh yang paling
48
besar dibandingkan dengan 7 indikator lainnya terhadap kinerja perusahaan, yaitu sebesar 16%. 3. Persiapan jenis produk sesuai dengan BPL (Y3) Persiapan pengiriman jenis barang untuk seluruh konsumen harus dipastikan sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen (sesuai dengan BPL). Dari hasil penelitian, persiapan jenis produk sesuai dengan BPL bernilai signifikan sehingga dapat mengukur pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Persiapan jenis produk sesuai dengan BPL berpengaruh positif yaitu sebesar 11% terhadap pembentukan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perhatian terhadap jenis produk yang akan dikirim haruslah tepat. 4. Pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim (Y4) Permintaan susu FFI oleh konsumen terdiri dari beberapa jenis produk dalam satu kali pemesanan, sehingga dilakukan proses pengecekkan terhadap jenis barang yang akan dikirim. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim memiliki pengaruh langsung sebesar 12% terhadap kinerja perusahaan. Jadi pengecekkan terhadap jenis barang yang akan dikirim haruslah tepat. Indikator pengecekkan terhadap jenis produk yang dikirim ini bernilai signifikan sehingga indikator ini mampu mengukur kinerja perusahaan. 5. Persiapan jumlah produk (Y5) Agar tidak mengecewakan pelanggan, PT YCH Indonesia melakukan pengecekkan terhadap jumlah produk yang akan dikirim agar sesuai dengan permintaan. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa sebesar 10% indikator persiapan jumlah produk berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Indikator persiapan jumlah produk ini menempati urutan ketujuh dari 7 indiaktor yang diukur dan berpengaruh postif signifikan terhadap kinerja perusahaan. 6. Pengetahuan jumlah produk (Y6) Proses persiapan produk yang akan dikirim jumlahnya harus sesuai dengan jumlah yang tertera pada BPL agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan produk yang dikirim ke konsumen. Pada penelitian ini pengetahuan jumlah produk yang akan dikirim memiliki pengaruh positif langsung sebesar 15%
49
terhadap kinerja perusahaan. Indikator pengetahuan jumlah produk ini signifikan tehadap t-value. Selain itu, indikator pengetahuan jumlah produk ini memiliki peringkat kedua dari 7 indikator yang diukur. 7. Pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim (Y7) Pengecekkan secara menyeluruh sebanyak 2 kali terhadap jumlah produk yang akan dikirim dilakukan oleh bagian cheker stagging dan cheker loading. Pada penelitian ini pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0.13 atau 13% terhadap kinerja perusahaan. Dari seluruh indikator yang diukur, pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim menempati posisi ketiga. Hal ini membuktikan bahwa pengecekkan terhadap jumlah barang yang dikirim memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap terbentuknya kinerja perusahaan. 4.6.4 Indikator Variabel Ketepatan Lokasi Pengiriman terhadap Kinerja Perusahaan
dan
Waktu
Persiapan
Besarnya pengaruh variabel antara yang dibentuk oleh indikator-indikator dari Y8 hingga Y11 terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Besarnya pengaruh indikator variabel ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman terhadap kinerja perusahaan Komponen
Indikator
Ketepatan Lokasi dan Waktu Pengiriman
y8 y9 y10 y11
Pengaruh Langsung 0,21 x 0,48 0,21 x 0,43 0,21 x 0,48 0,21 x 0,47
Total Pengaruh 0,10 0,09 0,10 0,09
Peringkat 1 4 2 3
1. Ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen (Y8) Agar tujuan distribusi untuk setiap konsumen (pasar modern) sesuai, maka peletakkan disesuaikan dengan masing-masing tujuan. Hal ini akan membantu dalam proses pengecekan barang yang dilakukan pada saat barang berada di stagging area. Hasil penelitian menyatakan ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen memiliki pengaruh langsung sebesar 10% terhadap kinerja perusahaan. Jadi ketepatan pengiriman untuk masing-masing konsumen bernilai signifikan sehingga indikator ini mampu mengukur kinerja perusahaan.
50
2. Peletakkan barang di stagging area (permintaan penuh) (Y9) Luas stagging area yang dimiliki luasnya terbatas, sehingga jika permintaan meningkat akan mengakibatkan produk di letakkan tidak sesuai dengan 1 tujuan pengiriman, sehingga mempersulit karyawan untuk melakukan pengecekkan terhadap produk yang akan dikirim. Pada penelitian ini peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi memiliki nilai pengaruh langsung sebesar 0,09 atau 9% terhadap kinerja perusahaan. Dari seluruh indikator yang diukur, peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi menempati posisi keempat. Hal ini membuktikan bahwa peletakkan barang di stagging area pada saat permintaan tinggi memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan. 3. Pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman (Y10) Penerapan SOP sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan akan meminimumkan terjadinya waktu keterlambatan dari proses persiapan pengiriman barang. Hasil penelitian membuktikan bahwa pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan yang akan terbentuk. Pengaruh langsung dari pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman yaitu sebesar 0.10 atau 10% terhadap kinerja perusahaan. Pelaksanaan SOP dalam persiapan pengiriman menempati posisi kedua dari 4 indikator terukur yang diteliti dengan t-value yang signifikan. 4. Ketersediaan truk untuk proses pengiriman (Y11) Ketersediaan truk yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh PT YCH Indonesia, maka akan memperlancar proses distribusi produk tepat waktu. Dari hasil penelitian, ketersediaan truk untuk proses pengiriman memiliki pengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh tersebut adalah sebesar 9% dan pengaruh tersebut adalah signifikan. 4.6.5 Besarnya Indikator Variabel Laten Terikat Variabel laten terikat yaitu kinerja perusahaan memiliki 3 (tiga) indikator sebagai alat ukurnya yang terdiri dari kualitas produk, pengiriman tepat waktu, dan kualitas produk. Besarnya pengaruh untuk masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel 12.
51
Tabel 12. Indikator variabel kinerja perusahaan Komponen Kualitas produk Pengiriman tepat waktu Kuantitas produk
Indikator Y12 Y13 Y14
Pengaruh 0,57 0,54 0,51
T – Value 5,29 9,83 10,13
Peringkat 1 2 3
Pada Tabel 12 diatas, terlihat bahwa seluruh variabel terukur yang diteliti memiliki t-value lebih dari 1.96. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel terukur tersebut berkontribusi secara signifikan dalam mengukur kinerja perusahaan pada tingkat kepercayaan 95%. Pada tabel di atas, juga dapat dilihat bahwa berdasarkan nilai faktor muatan, kualitas produk Y12 memberikan kontribusi yang paling besar yaitu sebesar 0.57 atau 57%. Dan pada urutan kedua ketiga adalah peubah Y13 yaitu pengiriman tepat waktu sebesar 54% dan Y14 (kualitas produk) yang bernilai 0.51. Berdasarkan hasil penelitian, responden memberikan jawaban bahwa kualitas dari produk yang dikirim merupakan hal yang terpenting dalam mengukur sebuah kinerja bagi perusahaan distributor seperti PT YCH Indonesia. Proses penyampaian produk hingga konsumen haruslah terjaga kualitasnya. Oleh sebab itu, PT YCH Indonesia melakukan proses pengecekkan sebanyak 2 (dua) kali terhadap produk-produk yang akan dikirim. Hal ini dilakukan agar produk yang sampai ke tangan konsumen (pasar modern), adalah produk yang kualitasnya baik (tidak bocor, penyok). 4.7
Pengaruh Faktor Variabel Laten Bebas terhadap Ketepatan Jenis dan Jumlah Produk Berikut ini adalah rangkuman hasil besarnya pengaruh variabel laten bebas
terhadap variabel antara dari hasil pengujian model SEM. Tabel 13. Pengaruh variabel laten bebas terhadap ketepatan jenis dan jumlah produk Variabel Laten Bebas Transportasi dan peralatan Produk Sistem informasi Sumber daya manusia
Pengaruh 0,052 0,52 -0,30 0,54
Hipotesis Diterima Diterima Ditolak Diterima
52
1. Transportasi dan peralatan digunakan untuk memperlancar penyampaian produk hingga ke pasar modern. Transportasi dan peralatan memiliki pengaruh sebesar 0,052 atau 5,2 % terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya adalah jika transportasi dan peralatan dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim sebesar 5,2%. Transportasi dan peralatan ini memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa transportasi dan peralatan berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa transportasi dan peralatan memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian. 2. Produk merupakan salah satu elemen penting dalam proses distribusi. Dalam penelitian ini produk memiliki kontribusi pengaruh sebesar 0,52 atau 52% terhadap peningkatan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai signifikan 3,86 (lebih besar dari 1,96). Artinya adalah jika produk dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 52%. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk berpengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa produk memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian. 3. Sistem Informasi. Hasil penelitian mengatakan bahwa sistem informasi berpengaruh negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim sebesar 30%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa sistem informasi berhubungan positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Artinya adalah system informasi tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan peralatan yang digunakan untuk
53
melakukan proses persiapan pengiriman barang dan luasan stagging area yang dimiliki oleh perusahaan. Peningkatan sistem informasi khususnya pada proses pencetakaan BPL dalam persepsi karyawan adalah berdampak negatif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. 4. Sumber Daya manusia. Hasil penelitian menunjukkan hal yang serupa dengan hipotesis yang diajukan, yaitu sumber daya manusia memiliki hubungan yang positif terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim. Sumber Daya Manusia memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 54%. Nilai ini merupakan nilai terbesar dari 4 (empat) komponen variabel laten bebas. Penting adanya bagi perusahaan memberikan perhatian khusus dalam mengembangkan sumber daya manusianya. 4.8
Pengaruh Faktor Variabel Laten Bebas terhadap Lokasi dan Waktu Persiapan Pengiriman Berikut ini adalah rangkuman besarnya pengaruh variabel laten bebas
terhadap lokasi dan waktu persiapan pengiriman dari hasil pengujian model SEM. Tabel 14. Pengaruh variabel laten bebas terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman Variabel Laten Bebas Pengaruh Hipotesis Transportasi dan peralatan -0,069 Ditolak Produk 0,61 Diterima Sistem informasi -0,51 Ditolak Sumber daya manusia 0,37 Diterima 1. Transportasi dan Peralatan. Hasil penelitian mengatakan bahwa transportasi dan peralatan berpengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 6,9%. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa transportasi dan peralatan berhubungan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Artinya ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman tidak berpengaruh terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat terjadi karena tahapan akhir untuk proses persiapan pengiriman barang yaitu pengecekkan terhadap produk yang akan dikirim di stagging area masih dilakukan secara manual. Pengecekkan sendiri dilakukan berdasarkan BPL
54
terhadap barang yang telah dilakukan pengambilan digudang PT YCH Indonesia. 2. Produk. Dalam penelitian ini produk memiliki kontribusi pengaruh sebesar 0,61 atau 61% terhadap peningkatan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang dengan nilai signifikan 4,31 (lebih besar dari 1.96). Artinya jika produk dinaikkan sebesar 1%, maka akan meningkatkan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 61%. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengatakan bahwa produk berpengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan, produk memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Jadi kesimpulannya adalah hipotesis yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian. 3. Sistem Informasi. Hasil penelitian mengatakan bahwa sistem informasi berpengaruh negatif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang sebesar 15%. Artinya adalah system informasi tidak memiliki pengaruh terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa sistem informasi berhubungan positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat terjadi karena penambahan jumlah BPL tidak akan mempercepat proses persiapan pengiriman barang, karena keterbatasan jumlah peralatan dan luas dari stagging area yang dimiliki oleh perusahaan. 4. Sumber Daya Manusia. Hipotesis sumber daya manusia memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Hal ini dapat dilihat dari nilai pengaruh variabel laten sumber daya manusia sebesar 37%. Nilai ini merupakan pengaruh kedua terbesar dibandingkan variabrl laten lainnya. Dengan kata lain peningkatan terhadap sumber daya manusia akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. 4.9
Pengaruh Variabel Antara terhadap Kinerja Perusahaan Berikut ini adalah rangkuman besarnya pengaruh variabel antara terhadap
kinerja peusahaan dari hasil pengujian dengan model SEM.
55
Tabel 15. Pengaruh variabel antara terhadap kinerja perusahaan Variabel Laten Antara Ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang
Pengaruh 0,32
T-Value 2,63
Hipoteis
0,21
1,78
Diterima
Diterima
1. Ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim Hipotesis mengenai ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim yang diajukan pada penilitian ini memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan hipotesis tersebut. Nilai pengaruh variabel laten antara ini bernilai 32% dengan nilai t sebesar 2,63 (>1,96). Artinya adalah jika ketepatan jenis dan jumlah produk yang akan dikirim dinaikkan sebesar 1%, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 32%. Nilai ini merupakan pengaruh yang paling besar dibandingkan variabel laten antara lainnya. Dengan kata lain ketepatan jumlah dan jenis produk yang dikirim berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja perusahaan. 2. Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang memiliki pengaruh sebesar 0,21 atau sebesar 21% dengan nilai t sebesar 1,78 pada taraf lima persen (<1,96). Pada penelitian ini, ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang bernilai tidak signifikan (t<1,96) akan tetapi variabel ini tidak dihapuskan dari struktur karena variabel ini memiliki kontribusi dalam pembentukan struktur untuk penelitian ini. Ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang ini berpengaruh sebesar 21% terhadap ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang. Walaupun tidak signifikan, pengaruh ketepatan lokasi dan waktu persiapan pengiriman barang ini berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
56
4.10 Pengaruh Variabel Laten Bebas terhadap Kinerja Perusahaan Berikut ini adalah rangkuman besarnya pengaruh variabel antara terhadap kinerja peusahaan dari hasil pengujian dengan model SEM. Tabel 16. Pengaruh variabel laten bebas terhadap kinerja perusahaan Variabel Laten Bebas Transportasi dan peralatan
Pengaruh 0,0022
Produk
0,29
Sistem informasi
-0,13
Sumber daya manusia
0,25
1. Transportasi dan peralatan memiliki pengaruh sebesar 0,0022 atau 0,2 % terhadap kinerja pengiriman. Artinya adalah jika transportasi dan peralatan dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 0,2%. 2. Produk dalam penelitian ini memiliki kontribusi pengaruh sebesar 0,29 atau 29% terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Artinya adalah jika produk dinaikkan sebesar 1% maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 29%. Produk memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap kinerja perusahaan dibandingkan dengan variabel laten bebas lainnya. 3. Sistem Informasi hasil penelitian mengatakan bahwa sistem informasi berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan sebesar 13%. Artinya bahwa sistem informasi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. 4. Sumber Daya manusia memiliki hubungan yang signifikan terhadap ketepatan jumlah dan jenis produk yang akan dikirim dengan nilai 0,25 atau 25%. Artinya jika sumber daya manusia ditingkatkan sebesar 1% maka akan meningkatkan kinerja perusahaan sebesar 25%.
57
4.11 Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik suatu implikasi manajerial yang kemudian akan menjadi gambaran dan rekomendasi bagi PT YCH Indonesia untuk menentukan langkah-langkah strategis ke depannya. Berikut ini dijabarkan rekomendasi dalam bentuk langkah-langkah konkret sebagai implikasi manajerial dari hasil penelitian : 1. Transportasi dan Peralatan Transportasi dan peralatan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mempermudah proses penyampaian barang ke konsumen. Indikator yang dianalisis dalam penelitian ini adalah ketersediaan peralatan, dan ketersediaan truk. Kedua indikator ini merupakan aspek krusial yang harus dipertahankan ataupun dikembangkan oleh PT YCH Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh sebesar 0,2% terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh sebesar 0,2% ini merupakan persentase yang menempati posisi ketiga dari 4 (empat) elemen transportasi dan peralatan yang diteliti. Dari hasil perhitungan ini, pihak perusahaan harus meningkatkan ketersediaan dari peralatan dan truk dengan cara perbaikan terhadap Memorandum Of Understanding (MOU) antara PT YCH Indonesia dengan pihak penyedia jasa angkutan (transporter). 2. Produk Produk memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan nilai 29%. Nilai ini merupakan nilai terbesar pertama dari 4 komponen variabel laten bebas yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian, karyawan PT YCH Indonesia yang melakukan tugas menyimpan dan mengambil barang di gudang harus sesuai dengan SOP atau sesuai dengan yang tertera pada sistem yang berlaku. Hal ini dilakukan agar menghilangkan waktu pencarian barang di gudang. 3. Sistem Informasi Dari hasil penelitian sistem informasi memiliki pengaruh negatif sebesar 13% terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pihak perusahaan sebaiknya pada saat ini lebih meningkatkan jumlah peralatan dan jumlah sumber daya manusianya dibandingkan dengan
58
peningkatan sistem informasi. Hal ini dilakukan karena peningkatan sistem informasi yang tidak diimbangi dengan jumlah peralatan serta sumber daya manusia akan menyebabkan pekerjaan ulang (rework) yang disebabkan ketidaktelitian dari karyawan dalam melakukan proses pengambilan barang di gudang. 4. Sumber Daya Manusia Proses yang diukur pada penelitian ini terdiri dari beberapa indikator diantaranya pencarian batch baru, peletakkan barang di stagging area, pengecekkan barang di stagging area, serta proses pengambilan barang digudang.Variabel laten bebas sumber daya manusia memiliki pengaruh positif dan signifikan sebesar 25% terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil pengaruh ini dapat disimpulkan bahwa perlu adanya peningkatan terhadap kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara pemberian reward and punishment terhadap karyawan guna meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja
59
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan Berdasarakan hasil analisis pengaruh peningkatan kinerja pengiriman
produk Frisian Flag Indonesia (FFI) oleh PT YCH Indonesia dengan menggunakan diagram sebab akibat dan Structural Equation Modeling (SEM), dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian, diantaranya adalah : 1) Wilayah yang menjadi target distribusi produk FFI yang sering mengalami keterlambatan khususnya pada periode Januari hingga Mei 2010 adalah wilayah dengan kode cakupan M4 atau wilayah Bandung dan Bogor. Hal ini dikarenakan wilayah M4 merupakan wilayah yang memiliki jangkauan yang terjauh dari pusat distribusi yaitu PT YCH Indonesia yang berada di wilayah Cibitung. Keterlambatan terjadi akan semakin tinggi apabila proses distribusi terjadi pada saat kenaikan volume jumlah kendaraan diperjalanan (macet). 2) Faktor yang menjadi penentu dalam proses distribusi yang dilakukan oleh PT YCH Indonesia tergambarakan dalam diagram sebab akibat (fishbone) terdiri dari beberapa faktor utama yaitu : i). Transportasi dan peralatan; ii). produk; iii). sistem informasi; iv). sumber daya manusia. 3) Hasil analisis dengan metode Structural Equation Modeling (SEM). Pengaruh variabel laten bebas terhadap kinerja perusahaan: i).Produk (29%), ii).Sumber daya manusia (25%), iii).Transportasi dan peralatan (0,2%), iv).Sistem informasi (-13%). Berdasarkan faktor, indikator yang paling berpengaruh terhadap kinerja perusahaan: i).Kualitas produk (57%), ii).Pengiriman tepat waktu (54%), iii).Kuantitas produk (51%).
60
2.
Saran Saran-saran yang dapat dirumuskan berdasarkan hasil pembahasan adalah :
1. Pihak perusahaan yaitu PT YCH Indonesia harus meningkatkan kinerjanya terutama terhadap sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, dan juga peningkatan terhadap produk (penyimpanan produk di gudang), sehingga diharapkan meminimumkan waktu proses persiapan pengiriman barang hingga ke pasar modern. 2. Perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tentang sistem manajemen gudang dan studi gerak dan waktu (ergonomi) seperti perhitungan waktu baku untuk setiap tahapan proses persiapan pengiriman barang.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anatan, L dan Lena E. 2008. Supply Chain Management Teori dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta. Chopra, Sunil & Peter Meindl. 2007. Supply Chain Management: Strategy, Planning & Operations, 3rd Edition. Jakarta: Pearson Prentice Hall. Ferdinand, A. 2005. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen. Aplikasi Model-Model. Tesis. Magister dan Disertasi Doktor. Penerbit Badan Penerbit Universitas Dipenogoro Heizer, J dan B. Render. 2005. Operations Management. Jakarta: Salemba Empat. Indah, P. 2009. Kajian Supply Chain Management : Analisis Relationship Marketing Antara Peternakan Pamulihan Farm Dengan Pemasok dan Pelanggan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Muhandri, T dan Darwin, Kadarisman. 2006. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Bogor : IPB Press. Pujawan, Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Jakarta : Guna Widya. Render, Barry dan Jay Heizer. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Operasi. Jakarta : Salemba Empat. Setiawan, A. 2009. Studi peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi Terpilih di Jawa Barat. Tesis. Magister Sains Pascasarjana IPB. Solimun. 2002. Structural Equation Moodeling Lisre dan Amos. Malang. Universitas Negeri Malang. Wijayanto, S,T. 2008. Structural Equation Modeling. Jakarta : Graha Ilmu.
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1. Hasil uji validitas dan reliabilitas VALIDITAS RELIABILITAS 1. TRANSPORTASI VALIDITAS Correlations X1 X1
Pearson Correlation
X2 .560**
.879**
.001
.000
30
30
30
.560**
1
.887**
1
Sig. (2-tailed) N X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.001
N TOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
RELIABILITAS Reliability Statistics Cronbach's N of Items .717
2
.000
30
30
30
.879**
.887**
1
.000
.000
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Alpha
TOTAL
30
64
lanjutan lampiran 1. 2. PRODUK
Correlations X3 X3
Pearson Correlation
X4
X4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
X5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.635**
.835**
.000
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
.602**
1
.709**
.844**
.904**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.568**
.709**
1
.605**
.834**
.001
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.635**
.844**
.605**
1
.877**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.835**
.904**
.834**
.877**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .876
4
TOTAL
.568**
.000
N
X6
.602**
1
Sig. (2-tailed) N
X5
.000
30
65
lanjutan lampiran 1. 3. Sistem Informasi
Correlations X7 X7
Pearson Correlation
X8 .781**
.944**
.000
.000
30
30
30
.781**
1
.943**
1
Sig. (2-tailed) N X8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.000
N TOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Reliability Statistics Cronbach's N of Items .877
2
.000
30
30
30
.944**
.943**
1
.000
.000
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Alpha
TOTAL
30
66
lanjutan lampiran 1. 4.SDM
Correlations X9 X9
Pearson Correlation
X10
X10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
X11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.673**
.886**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.680**
1
.749**
.803**
.906**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.812**
.749**
1
.700**
.910**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.673**
.803**
.700**
1
.881**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.886**
.906**
.910**
.881**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .916
4
TOTAL
.812**
.000
N
X12
.680**
1
Sig. (2-tailed) N
X11
.000
30
67
lanjutan lampiran 1. 5. Jumlah dan jenis produk Correlations Y1 Y1
Pearson Correlation
Y2
Y2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y3
Y4
Y5
Y6
.082 .071 .025 .000 .001
.000
30
.755**
1
.000
Sig. (2-tailed)
30
30
30
.306 .273 .248 .658** .595**
.841**
.101 .145 .186 .000 .001
.000
30
1 .458* .760** .356 .570**
.641**
.082
.101
.011 .000 .054 .001
.000
30
30
.273 .458*
Sig. (2-tailed)
.071
.145
.011
30
30
30
30
30
1 .304 .597** .478**
.615**
.102 .000 .007
.000
30
.409*
.248 .760** .304
Sig. (2-tailed)
.025
.186
30
30
Sig. (2-tailed) N TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30
30
30
1 .229 .547**
.564**
.224 .002
.001 30
.356 .597** .229
1 .530**
.825**
.054 .000 .224
.003
.000
30
30
30
.567** .595** .570** .478** .547** .530**
1
.807**
.000
.000
30
30
.001
.001
30
30
30
30
30
30
30
.761** .658**
30
30
30
.000 .102 30
30
30
Pearson Correlation
Pearson Correlation
30
30
.306
30
30
30
30
.334
N
30
30
.001 .007 .002 .003
30
.828** .841** .641** .615** .564** .825** .807**
1
.000
30
30
30
30
30
.000 30
.000
30
.000 .000 .001 .000 .000 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
30
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
Y7
30
.323
Pearson Correlation
Y7 TOTAL
.000
Pearson Correlation
N
Y6
.828**
30
N
Y5
.323 .334 .409* .761** .567**
30
N
Y4
1 .755**
Sig. (2-tailed) N
Y3
30
30
30
30
30
68
lanjutan lampiran 1. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items .820
7
6. Lokasi Correlations Y8 Y8
Y9
.452*
.822**
.042
.000
.012
.000
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.374*
1
.444*
.465**
.710**
Sig. (2-tailed)
.042
.014
.010
.000
N
N
30
30
30
30
30
.667**
.444*
1
.716**
.877**
.000
.014
.000
.000
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.452*
.465**
.716**
1
.780**
Sig. (2-tailed)
.012
.010
.000
30
30
30
30
30
.822**
.710**
.877**
.780**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y11
N TOTAL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .795
TOTAL
.667**
1
Sig. (2-tailed)
Y10
Y11
.374*
Pearson Correlation
Y9
Y10
4
.000
30
69
lanjutan lampiran 1. 7. KINERJA Correlations Y12 Y12
Pearson Correlation
Y13 1
Sig. (2-tailed) N Y13
30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
TOTAL
.649
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Cronbach's Alpha
N of Items .906
.697**
.844**
.000
.000
.000
30
30
30
1
**
.943**
.000
.000
3
.932
30
30
30
30
**
**
1
.962**
.697
.932
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
1
.844
.943
.000
.962
.000
.000
.000
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
TOTAL
.649**
.000
N Y14
**
Y14
30
70
Lampiran 2. Hasil perhitungan construct reliability model struktural Variabel Laten
Construct Reliability
Transportasi dan peralatan
0,80
Produk
0,74
Sistem informasi
0,80
Sumber daya manusia
0,71
Ketepatan jenis dan jumlah produk
0,82
Ketepatan waktu dan lokasi pengiriman
0,81
Kinerja perusahaan
0,87
Perhitungan construct reliability pada model struktural dilakukan dengan perhitungan dibawah ini : Construct reliability Transportasi dan peralatan : ∑
2
= (0,48+0,62)2 = 1,21 = (0,25+0,05) = 0,30 =
Construct reliability
=
∑ standardized loading 2
∑
1,21 1,21 0,30
2 ∑
= 0,80
Construct reliability Produk : ∑
2
= (0,45+0,50+0,37+0,39)2 = 2,92 = (0,28+0,21+0,35+0,19) = 1,03 =
Construct reliability
=
∑ standardized loading 2
∑
2,92 2,92 1,03
2 ∑
= 0,74
Construct reliability Sistem informasi : ∑
Construct reliability
2
= (0,81+0,66)2 = 2,16 = (0,26+0,28) = 0,54 = =
∑ standardized loading 2
∑ ,
2,16 0,54
= 0,80
2 ∑
71
lanjutan lampiran 2. Construct reliability Sumber daya manusia : ∑
2
= (0,35+0,34+0,50+0,49)2 = 2,82 = (0,36+0,42+0,19+0,19) = 1,16 =
Construct reliability
=
∑ standardized loading 2
2,82 2,82 1,16
2 ∑
∑
= 0,71
Construct reliability Ketepatan jenis dan jumlah produk : ∑
2
= (0,41+0,49+0,34+0,36+0,31+0,48+0,42)2 = 7,90 = (0,23+0,73+0,10+0,13+0,08+0,21+0,26) = 1,74 =
Construct reliability
=
∑ standardized loading 2
7,90 7,90 1,74
2 ∑
∑
= 0,82
Construct reliability Ketepatan waktu dan lokasi : ∑
= (0,48+0,43+0,48+0,47)2 = 3,46
_
2
= (0,23+0,31+0,10+0,19) = 0,83 =
Construct reliability
=
∑ standardized loading 2
∑
3,46 3,46 0,83
2 ∑ 〱
= 0,81
Construct reliability Kinerja perusahaan : ∑
Construct reliability
2
= (0,57+0,54+0,51)2 = 2,62 = (0,15+0,15+0,10) = 0,40 = =
∑ standardized loading 2 ∑
2,62 2,62 0,40
= 0,87
2 ∑
72
Lampiran 3. Output SEM Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 283 Minimum Fit Function Chi‐Square = 465.49 (P = 0.00) Normal Theory Weighted Least Squares Chi‐Square = 429.02 (P = 0.00) Estimated Non‐centrality Parameter (NCP) = 146.02 90 Percent Confidence Interval for NCP = (94.19 ; 205.82) Minimum Fit Function Value = 3.61 Population Discrepancy Function Value (F0) = 1.13 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.73 ; 1.60) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.063 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.051 ; 0.075) P‐Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.041 Expected Cross‐Validation Index (ECVI) = 4.38 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (3.98 ; 4.84) ECVI for Saturated Model = 5.44 ECVI for Independence Model = 13.46 Chi‐Square for Independence Model with 325 Degrees of Freedom = 1684.84 Independence AIC = 1736.84 Model AIC = 565.02 Saturated AIC = 702.00 Independence CAIC = 1837.39 Model CAIC = 828.02 Saturated CAIC = 2059.50 Normed Fit Index (NFI) = 0.72 Non‐Normed Fit Index (NNFI) = 0.85 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.63 Comparative Fit Index (CFI) = 0.87 Incremental Fit Index (IFI) = 0.87 Relative Fit Index (RFI) = 0.68 Critical N (CN) = 95.58 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.034 Standardized RMR = 0.076 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.80 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.75 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.64
73
lanjutan lampiran 3. The Modification Indices Suggest to Add the Path to from Decrease in Chi‐Square New Estimate Y8 JENIS 12.7 0.23 JENIS LOKASI 30.3 0.83 LOKASI JENIS 30.3 0.98 The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance Between and Decrease in Chi‐Square New Estimate LOKASI JENIS 30.3 0.41 Y5 Y3 12.3 0.04 Y8 Y6 15.0 0.09 X2 X1 30.3 ‐33.54 X3 Y7 9.6 0.08 X7 Y4 8.8 0.07 X8 X7 30.3 4.69 X10 Y10 10.3 ‐0.07 Syntax FULL STRUKTUR Raw Data from file 'D:\DITA\DATA.psf' Latent Variables TRANS PRODUK SI SDM JENIS LOKASI KINERJA Relationships X1‐X2=TRANS X3‐X6=PRODUK X7‐X8=SI X9‐X12=SDM Y1‐Y7=JENIS Y8‐Y11=LOKASI Y12‐Y14=KINERJA JENIS = TRANS PRODUK SI SDM LOKASI =TRANS PRODUK SI SDM KINERJA = JENIS LOKASI Path Diagram Iterations = 250 Method of Estimation: Maximum Likelihood End of Problem