JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
A-235
Analisa Penggunaan Sinyal Radar Bentuk Pulsa dan Gelombang Kontinyu untuk Target Bergerak dengan Model Clutter Terdistribusi Rayleigh Fery Gustomo dan Suwadi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 e-mail:
[email protected]) Radar dengan bentuk sinyal berupa gelombang kontinyu mempunyai prinsip kerja yaitu transmitter memancarkan gelombang dengan frekuensi f0 secara terus-menerus, sehingga radar jenis ini harus menggunakan antenna transmitter dan receiver yang berbeda. Oleh isolator, gelombang kontinyu tersebut diteruskan ke antena dan sebagian kecil gelombangnya bocor menuju detektor. Gelombang dengan frekuensi f0 tersebut akan dimodulasi dengan frekuensi carrier fc untuk dipancarkan. Kemudian apabila di udara bebas ada target yang bergerak dan mempunyai kecepatan relatif terhadap Radar ditangkap oleh gelombang tersebut, maka target akan memantulkan gelombang echo dengan pergeseran frekuensi fd sesuai dengan Azas Doppler. Gelombang echo tersebut akan diterima oleh antenna receiver. Kemudian gelombang echo tersebut diteruskan ke isolator untuk menuju ke detektor. Oleh detektor, gelombang echo digabung dengan sinyal referensi untuk mendapatkan fd. Gelombang dengan frekuensi fd kemudian diteruskan dan akan terdeteksi oleh radar. Pada bagian II, akan dibahas mengenai proses pemodelan sistem dan simulasi. Sedangkan bagian III berisi tentang pengambilan data hasil simulasi yang kemudian akan dianalisa seberapa besar pengaruh perubahan kecepatan target dan SNR terhadap kemampuan deteksi radar, baik bentuk sinyal pulsa maupun gelombang kontinyu. Untuk kesimpulan dibahas pada bagian IV.
Abstrak— Radar (Radio, Detection, and Ranging) mampu mendeteksi target untuk mendapatkan informasi berupa jarak, azimuth, dan kecepatan. Sinyal Radar ada dua jenis, yaitu pulsa (Pulsed Radar) dan gelombang kontinyu (Continuous Wave Radar). Pulsed Radar mempunyai prinsip kerja memancarkan sinyal pulsa dengan PRI (Pulse Repetition Interval) dan PRF (Pulse Repetition Frequency) tertentu dipancarkan dengan modulasi ke dalam sinyal sinusoidal dengan frekuensi yang lebih tinggi serta memanfaatkan delay dari setiap pulsanya untuk mendapatkan informasi dari target. Sedangkan Continuous Wave Radar mempunyai prinsip kerja memancarkan sinyal sinusoidal secara terus menerus dan memanfaatkan sinyal echo yang terdiri dari beberapa variasi frekuensi akibat adanya efek Doppler untuk mendeteksi target. Terdapat pengaruh jenis gelombang sinyal radar terhadap kemampuan deteksi radar. Model distribusi Rayleigh dipilih untuk dapat mewakili suatu kondisi lingkungan (clutter) yang bergerak dan mempunyai parameter kecepatan angin. Hasil simulasi dari kedua jenis sinyal menunjukkan bahwa pada model clutter terdistribusi Rayleigh, radar CW mempunyai kemampuan deteksi yang lebih baik pada kecepatan target yang lebih tinggi, karena mampu mendeteksi target dengan kecepatan 20-60 knots. Sedangkan radar pulsa mempunyai kemampuan deteksi yang lebih baik pada kecepatan target rendah yaitu pada kecepatan 15-55 knots. Untuk Probabilitas deteksi minimum 90%, Radar CW mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap noise daripada radar pulsa karena kemampuan radar pulsa terbatas pada nilai SNR 20 dB. Sedangkan radar CW mampu mendeteksi target dengan baik sampai SNR bernilai 15 dB. Sedangkan untuk deteksi terhadap kecepatan target, radar CW mempunyai hasil yang lebih akurat daripada radar pulsa.
II. TEORI DAN PEMODELAN SISTEM Dalam tugas akhir ini, pemodelan dilakukan dengan software Matlab yang dikerjakan pada Matlab Editor. Clutter akan dimodelkan menurut distribusi Rayleigh. Sedangkan sinyal akan diganggu dengan noise ideal yang bersifat AWGN (Additive White Gaussian Noise). Setelah diterima kembali oleh radar, sinyal echo akan dideteksi dengan Correlator dan beberapa NBF (Narrow Band Filter) untuk mendeteksi keberadaan target. Proses simulasi sesuai dengan metodologi pada gambar 1.
Kata Kunci— Pulsed Radar, Continuous Wave Radar, Clutter, Rayleigh, Deteksi
I. PENDAHULUAN Sebagai mata bagi suatu pertahanan negara, radar merupakan salah satu komponen yang harus terus beroperasi. Kemampuan untuk mendeteksi sasarannya dengan akurat, adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap radar. Radar pulsa memancarkan dan menerima deretan sinyal pulsa yang telah termodulasi. Radar dengan sinyal bentuk pulsa dapat didefinisikan dengan beberapa parameter sebagai berikut: a. Frekuensi carrier, yang dapat bervariasi yang bergantung pada kebutuhan desain dan misi sebuah Radar. b. Lebar pulsa, yang berkaitan dengan bandwidth dan menentukan besarnya range resolution. c. Teknik modulasi yang berbeda, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan Radar. d. PRF (Pulse Repetition Frequency) yang erat kaitannya dengan daya transmit dan range ambiguities.
A. Pemodelan Sinyal Transmisi Radar Pada transmitter, dibangkitkan kedua sinyal bentuk pulsa dan gelombang kontinyu dengan frekuensi operasinya. Kemudian, sinyal tersebut dimodulasi dengan frekuensi carriernya. Modulasi sinyal Radar untuk kedua bentuk sinyal radar dapat dilihat pada gambar 2. B. Pemodelan Sinyal Echo Target Pengertian target secara spesifik, yaitu merupakan suatu objek dari pencarian dan tracking Radar. Lebih luas lagi, target juga mempunyai definisi yaitu merupakan suatu objek
JURN NAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (20113) ISSN: 23377-3539 (2301-9 9271 Print)
A-236
khusu us atau spesifikk yang dapat memantulkan m e energi sinyal kembbali ke Radar [33]. Sebuah Rad dar mempunyai target
.
/
h
(3)
.
Start
Pemodelan Sinyal Transsmisi Radar
Pem modelan Sinyal Echho Target
Pem modelan Sinyal Echho Clutter
(a)
Pemodelan Noiise
Pem modelan Sinyal Echo Radar
Pemodelan Deteeksi
Stop Gambaar. 1. Diagram Alirr Simulasi
berbeeda-beda, tergantung dari jenis j Radarny ya. Misalnya pada Radar Cuaca (Weather Rad dar), awan meenjadi target, sedan ngkan bagi Raddar Surveillancce, awan dan kondisi k cuaca lainny ya dianggap sebagai clutter.. Sesuai denggan referensi [1], didapatkan d denggan rumus: γ = √σ exp
π
dimanaa h merupakkan tinggi raata-rata gelom mbang laut, sedangkan v meruppakan kecepaatan anginnya.. v juga kan untuk meenghitung besaarnya faktor anngin (wind digunak factor) [1], A sesuaii persamaan:
(1)
dengaan gamma, γ merupakan ko oefisien reflekksi kompleks yang bergantung pada p nilai akarr dari faktor Radar R Cross Sectio on, σ dan ekspo onensial dari suudut datang, -nya. Faaktor amplituddo ini menyaatakan besarnnya redaman sinyal oleh target akibat a adanya faktor-faktor f propagasi [1]. Setelaah diperoleh koefisien refleeksinya, faktoor amplitudo dapatt ditentukan dengan rumus: λ
(b) Gambar. 2. Modulasi sinyaal Radar (a) CW (b b)Pulsa
.γ
(2)
dengaan G merupakkan gain antennna, λ merupaakan panjang gelom mbang, F meruupakan Faktorr Propagasi, R merupakan jarak Radar ke tarrget, sedangkaan L merupakkan rugi-rugi (lossees). C. Peemodelan Sinyyal Echo Clutteer Sellain dari targett, sinyal echo yang y kembali ke k Radar juga merup pakan hasil pantulan dari clutter. c Clutterr merupakan kondiisi lingkungan n maupun objek o selain target yang posisiinya berada di d sekitar targeet dan dapat memantulkan m sinyal Radar sehinggga dapat meniimbulkan ganggguan deteksi Radarr. Penyebaran n clutter yang acak, akan mengganggu m karenna sifat clutteer yang miriip dengan nooise dimana memp punyai fase dan d amplitudo yang tidak teentu. Dalam banyaak kejadian, leevel sinyal clu utter lebih beesar daripada noise. Besarnya sinyal yang kembaali ke Radarr [1], dapat ung dengan perrsamaan: dihitu
. λ 0.02
.
A
0.4
(4)
njutnya, unttuk menghituung faktor Selan permukkaan, σ∅ [1] daapat digunakan rumus: σ∅
kekasaran
5 Ψh 5.5 0.0 02
14.4 λ λ
(5)
dengann Ψ merupakann sudut grazingg angle. Kem mudian, untukk menghitung nilai faktor arah a angin, A dann faktor interferrensi, A [1] daapat digunakan rumus: A
2.8 8Ψ λ
exp 0.2 cos ∅ 1
0.02
σ∅
A
σ∅
.
(6) (7)
Setellah didapatkann ketiga faktorr di atas, dapaat dihitung besarny ya koefisien penyebaran p cllutternya, σ [1] sesuai rumus: σ
10 ln n 3.9 10
λΨ . A A A
(8)
Setelahh langkah-langgkah di atas diilakukan, dapaat diketahui RCS daari clutter, σ ssesuai dengan rumus r [1]: σ
σ A
(9)
dimanaa Ac merupakkan clutter areea yang didappatkan dari tetapann laut (S ), beam width(θθ ), dan lebaar pulsanya (τ):
JURN NAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (20113) ISSN: 23377-3539 (2301-9 9271 Print)
τ
Rθ
A
sec Ψ
(10)
A-237
Sedaangkan Cumulative Densityy Function (C CDF) dari Distribusi Rayleigh yyaitu:
Tabel 1. World Meteeorological Organnisation Sea State [5] W Wave Heigght (ft) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Descriptioon
0 0 – 1/3 1/33 – 2 2–4 4–8 8 – 13 13 – 20 20 – 30 30 – 45 > 45
Calm, Glaassy Calm, Ripppled Smooth, Waavelets Slightt Moderaate Rough h Very Rou ugh High Very Hiigh Phenomeenal
Gambar. 4. Perbandingan P PDF Distribusi Raayleigh teori dan siimulasi Z1
σ v1
LPF F
u1
w1
Z2
co os
BPF F1
zz Squaaring circcuit
H ω v2
u2
sr(t)
( . )1/p
∑
Z3
FFT
BPF F2
w2 BPF F3
Max Poower
target
Z4 Z5
σ
BPF F4
Gambaar 3. Pembangkitann Distribusi Rayleigh [6]
Ψ h
Gambar. 5. Proses Demoddulasi dan Deteksi pada Receiver [7]]
λ 4h
sin 0.025
(11) 1
0.046 0 S
.
(12)
S merupakan suatu tetapaan yang mennggambarkan kekassaran (roughn ness) dari permukaan p airr laut [5]. Tingk katan S dap pat dilihat padaa tabel 1. Am mplitude Sea Factor meruppakan suatu faktor yang memp pengaruhi ampplitudo dari sinnyal yang diterrima kembali oleh Receiver Raddar. Dari sem mua parameterr yang telah didappat, dapat diteentukan besarnnya amplitudee factor [1], K menurut m persam maan: P G λ F 4π R L
K
(13)
. σ
selanjutnya digunakan d um mtuk menghitunng besarnya K poweer spectrum [1] sesuai dengann rumus: S
t
.A t e φ
K
(14)
na S t meerupakan pow wer spectrum dari clutter, diman A t merupakan m f faktor amplituudo dari cllutter yang menggikuti distribussi Rayleigh, daan e φ merupakkan Doppler velocity factor-nya. ntuk membaangkitkan ranndom variabble dengan Un distrib busi Rayleigh, digunakan metode m sesuai referensi r [6], dengaan blok diagrram pada gambbar 3. Probabbility Density Functtion (PDF) daari Distribusi Rayleigh R yang ditampilkan pada gambar 4, yaittu sesuai dengaan referensi [1]]: ;σ
σ
σ
,
0,σ
0
(15)
σ
,
∈ 0, ∞
(16)
modelan Noise D. Pem Dari setiap proppagasi komun nikasi, pasti mengalami han sinyal akkibat gangguann dari noise. P Pada tugas perubah akhir ini menggunaakan noise dengan d asumssi AWGN (Additiive White Gauussian Noise).. Noise AWG GN bersifat additivve (menambahhkan sinyal),, white (berrada pada sepanjaang spektrum ffrekuensi kerjaa), gaussian (m mempunyai distribuusi Normal/Gaaussian). E. Pem modelan Sinyall Echo Radar Setellah ketiga eleemen echo siinyal, yaitu siinyal echo target, sinyal echo cllutter dan noisse diperoleh, maka m sinyal echo radar secara keseluruhan dapat diperroleh dari penjum mlahan ketiga sinyal tersebut[[1]. modelan Detekssi F. Pem Pada receiver, siinyal yang diiterima akan mengalami proses demodulasi, kemudian dideteksi d padaa detektor. Deteksi dilakukan ppada domain frekuensi meenggunakan beberappa NBF (Narroow Band Filterr) [2]. Pada prosesnya, deteksi dilakuukan dengan ttahap-tahap sebagaii berikut: a. Sinyyal echo yanng telah kemb bali ke radar, kemudian dideemodulasi denngan sinyal refferensi yang berasal b dari trannsmitter sehinggga didapatkan n sinyal dengann frekuensi Doppppler yang mendekati frekuensi fr baseeband dan terppisah dari ffrekuensi traansmittnya. Demodulasi D dilaakukan dua kalli untuk memissahkan , dann -nya b. Sinyyal yang dipeeroleh, akan seelanjutnya dikkonversikan ke dalam d spektrum m dengan dom main frekuensi. Perubahan darii domain wakktu ke domain frekuensi meenggunakan FFT T (Fast Fourrieer Transform) .
JURN NAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (20113) ISSN: 23377-3539 (2301-9 9271 Print)
A-238
c. Seelanjutnya, sinnyal ini akan difilter dengann LPF (Low Pa ass Filter) daan beberapa BPF (Band Pass P Filter) deengan bandwiddth yang sempiit (Narrow Bannd Filter).
Dataa hasil simulaasi perbandinggan output NB BF dengan parameeter kecepatan target yang berrvariasi dari 100-70 knots 0 0.014
Z1
0 0.012
Z2 Z3
Power
0.01
Z4 Z5
0 0.008 0 0.006 0 0.004 0 0.002
0
(a)
10 15 20 2 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Target Speedd (a) 0.16
Z1
0.14
Z2
Power
0.12
Z3
0.1
Z4
0.08
Z5
0.06 0.04 (b) Gambaar. 6. Pergeseran spektrum s sinyal Radar akibat frekueensi Doppler (a) CW (b b) Pulsa
Rentang frekuennsi LPF dihituung dari frekuuensi nol (0 Hz) H sampai dengan keceepatan minim mum kapal. Seedangkan baandwidth BPF F dihitung berdasarkan keecepatan kapaal minimum dan maksim mum sebagai frekuensi cut-offfnya. BPF teerakhir digunaakan sebagai p keceepatan target peembanding daan sekaligus pembatas maksimum. m d. Paada akhirnya, spektrum hasil dari output kedua filter diibandingkan. Jika J power darri output Z1 atau a Z5 lebih keecil dari outpuut Z2, Z3, dan Z4, maka akaan terdeteksi olleh radar sebaagai target. Seebaliknya, jikaa power dari ouutput Z1 atau Z5 lebih besar dari output Z2, Z3, dan Z4, maka m akan terd deteksi oleh raadar sebagai target. t Daya sin nyal dihitung dengan d menggu unakan fungsi variansi. III. HASIL L SIMULASI DAN ANALISA Beerikut merupakkan beberapa hasil dari sim mulasi yang telah dilaksanakann dari kedu ua bentuk siinyal radar, daian ntaranya melipputi bentuk sinyal termodulasi pada gambbar 2, perbanddingan PDF daari clutter antaara teori dan simullasi yaitu pada gambar 4, 4 spektrum sinyal yang menggalami pergeseeran frekuensii akibat adanyya pengaruh Dopppler shift pada gambar g 6. Diigunakan bebeerapa parameteer dan asumsi yang sangat berpeengaruh terhaddap hasil simullasi, yaitu: freekuensi radar f= 30 kHz, frekuenssi carrier fc= 9 MHz, waktu, t yaitu antara 0 saampai dengan n 100 μs, cepat c rambat gelombang elektrromagnetik c=3x108 m/s, asuumsi maksimuum kecepatan targett= 50 knots, gaain antenna G = 23 dBi, fakttor propagasi F = 2, 2 losses L = 8 dB, daya paancar Pt = 3 Watt, W asumsi jarak target R = 20 nmi, RCS (Raadar Cross Secction) σ = 10 a sudut datang d θ = 5º, kecepatan anngin vw = 10 m2, asumsi m/s, Sea S State (Ssea) = 3, half pow wer beamwidth θ3dB = 1.5º
0.02 0 4 45 50 55 60 65 70 10 15 200 25 30 35 40 Target Speed (b) Gambar. 7. Grafik Hasil Siimulasi output NB BF (a) CW (b) Pulssa
ditampilkan pada gam mbar 7 dalam bentuk b grafik, sedangkan pada gaambar 8 meruppakan data hassil simulasi unttuk melihat probabilitas deteksi ((Probability off Detection), yang biasa disingkkat PD. Sesuai dengan refereensi [4], bahw wa besarnya PD minimum ditentukkan sebesar 0.90=90%. A. Anaalisa pengaruh kecepatan targ rget terhadap kemampuan k deteksii radar Dari data hasil sim mulasi pada raadar pulsa, terlihat bahwa radar ini mempunyyai kemampuaan deteksi unntuk target dengann rentang keceppatan antara 155 knots sampai dengan 60 knots. Sedikit S lebih baik daripada CW C radar. B. An nalisa pengaruuh SNR terhaadap kemampuuan deteksi radar Pada analisa seelanjutnya, ak kan dibahas mengenai pengaru uh besarnya SN NR terhadap kemampuan k detteksi radar. Pada taahap ini dilakukkan 100 kali siimulasi untuk m mengetahui besarnyya PD dari masing-masing pro oses deteksi. Dari data-data yanng telah dipero oleh pada gambbar 8, pada bentuk sinyal radar gelombang kontinyu k (CW W), terlihat bahwa radar CW maampu bertahann dengan kualiitas deteksi yang baik (PD min=00,90) hingga SN NR bernilai 155 dB. Pada nilai SN NR 10 dB B, hasil deteksii semakin burruk, karena semakiin banyak terjaadi kesalahan deteksi. d Hal ini dikatakan gagal, karena k dari bebberapa variasi kecepatan terllihat bahwa PD lebiih dari 0,90. M Maka, deteksi pada p nilai SNR R 10 dB
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
A-239
dapat dikatakan gagal karena hasilnya tidak memenuhi PD minimum. 10
0.9
20
0.8 PD
Kecepatan target (knots)
1
90
0.7
30
0.6
40
0.5
50
0.4 0
5
10
15
20
25
30
1
PD
30
0.6
40
0.5
50
0.4 0
5
10
15 SNR (dB)
20
25
30
60 70
(b) Gambar. 8. Grafik Hasil Simulasi Probability of Detection (a) CW (b) Pulsa
Sedangkan untuk radar dengan bentuk sinyal pulsa, keberhasilan deteksi pada SNR 20 dB. Pada deteksi dengan nilai SNR tersebut, masih di atas batas bawah PD=0,90. Kecuali pada kecepatan 60 knots, terlihat bahwa PD sangat rendah. Artinya pada kecepatan ini, radar pulsa gagal mendeteksi target. Hal ini disebabkan karena radar pulsa mempunyai batas kemampuan deteksi maksimum mendekati 60 knots. Sehingga untuk deteksi pada kecepatan 60 knots dikatakan gagal, walaupun pada percobaan sebelumnya, radar mampu mendeteksi target bergerak dengan kecepatan hingga 60 knots. Kemudian untuk SNR 20 dB, deteksi juga gagal karena PD mempunyai harga di bawah 0,90. Artinya, radar pulsa mempunyai ketahanan yang lebih rendah terhadap noise.
30 20 10 200
300
400
500
600
700
IV. KESIMPULAN Dari simulasi dan analisa data yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Parameter kecepatan target mempengaruhi kemampuan deteksi dari kedua bentuk sinyal radar akibat adanya pergeseran spektrum yang ditimbulkan oleh besarnya frekuensi Doppler. Pada clutter terdistribusi Rayleigh, Radar CW mempunyai kemampuan deteksi yang lebih baik pada target bergerak dengan kecepatan yang lebih tinggi, karena mampu mendeteksi target dengan kecepatan 20 - 65 knots. Sedangkan radar pulsa mempunyai kemampuan deteksi yang lebih baik untuk target bergerak pada kecepatan target rendah yaitu pada kecepatan 15 - 55 knots. 2. Besarnya SNR berpengaruh pada hasil deteksi radar, baik bentuk pulsa maupun gelombang kontinyu. Semakin besar SNR, maka Probability of Detection (PD) akan semakin besar. Sebaliknya, jika SNR semakin kecil, maka PD juga semakin kecil. Pada clutter terdistribusi Rayleigh, radar CW mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap noise daripada radar pulsa karena kemampuannya mampu mendeteksi target bergerak dengan baik sampai SNR bernilai 15 dB. Sedangkan radar pulsa terbatas pada nilai SNR 20 dB. 3. Pada radar CW, hasil deteksinya sama dengan perhitungan secara teori untuk semua variasi kecepatan dari 10-70 knots. Hal ini berarti bahwa radar CW dapat mendeteksi kecepatan secara akurat. Sedangkan untuk radar pulsa, mempunyai grafik yang bergeser dari perhitungan teorinya. Hanya pada kecepatan 60 knots, radar pulsa dapat mendeteksi kecepatan secara akurat. Oleh karena itu, radar CW mempunyai kemampuan yang lebih baik pada deteksi kecepatan.
B. Analisa deteksi frekuensi Doppler pada radar CW dan pulsa Simulasi yang terakhir adalah analisa mengenai deteksi terhadap kecepatan target. Target yang telah terdeteksi keberadaannya sebelumnya, diambil data pergeseran Doppler-nya, kemudian dikonversi kembali ke data kecepatan target.
40
Pada grafik 4.5 di atas, terlihat dengan jelas perbandingan deteksi kecepatan dari kedua bentuk sinyal radar. Pada radar CW, hasil deteksinya sama dengan perhitungan secara teori untuk semua variasi kecepatan dari 10-70 knots. Hal ini berarti bahwa radar CW dapat mendeteksi kecepatan secara akurat. Sedangkan untuk radar pulsa, mempunyai grafik yang bergeser dari perhitungan teorinya. Hanya pada kecepatan 60 knots, radar pulsa dapat mendeteksi kecepatan secara akurat. Oleh karena itu, radar CW mempunyai kemampuan yang lebih baik pada deteksi kecepatan.
20
0.7
Radar Pulsa
50
Doppler shift (Hz) Gambar 4.5 Hasil Deteksi Kecepatan pada Radar CW dan Pulsa
10
0.8
Radar CW
60
100
(a)
0.9
Teori
70
0
60 70
SNR (dB)
80
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3] [4] [5]
[6]
[7]
Qin Hua, Cha Hao, Zhou Mo. “Simulation and Modeling of Radar Echo Signal”. Institute of Ocean Electromagnetic Environment Naval University of Engineering Wuhan, China. 2012. Mahafza, Bassem R. “Radar System Analysis and Design Using Matlab”. Chapman& Hall/CRC. Washington DC. 2000. Barton, David K. “Radar Technology Encyclopedia”. Artech House. Boston. 1998. Eaves, Jerry L and Reedy, Edward K. “Principles of Modern Radar”. Van Nostrand Reinhold Company Inc. USA. 1987 Keith D. Wards, Robert JA Tough, Simon Watts. “Sea Clutter: Scattering, the K-Distribution, and Radar Performance”. IET Radar, Sonar and Navigation Series 20. London. 2006 M. Janes Marrier, Jr. “Correlated K-Distributed Clutter Generation for Radar Detection and Track”. IEEE Transactions On Aerospace And Electronic Systems Vol. 31, No. 2. Minneapolis, Minnesota. 1995 Merrill L, Skolnik. “Introduction to Radar System”, Second Edition. Mc Graw Hill Book Company. Singapore. 1981
A-240