ANALISA PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC TERDAFTAR DI ISSI PERIODE 2011 - 2014)
Tanzila Azizatur Rahmah (S.1115.158) Program Studi Akuntansi Islam Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Analisis dilakukan dengan menggunakan data yang berasal dari laporan tahunan dan laporan keuangan audited selama periode 2011-2014. Penelitian ini dengan menggunakan metode statistik regresi data panel. Dewan direksi independen, kepemilikan institusi saham, dan kompetensi komite audit digunakan sebagai variabel bebas (independen). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dewan direksi dan kepemilikan institusi saham berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba. Hanya dewan direksi yang memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kualitas laba, dan kepemilikan institusi saham memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kualitas laba. Sementara variabel kompetensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Penelitian ini dianggap sebagai pendekatan yang lebih luas dalam menyelidiki pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Kata Kunci : Dewan Direksi Independen, Kepemilikan Institusi Saham, Kompetensi Komite Audit, Kualitas Laba, Corporate Governance.
PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan suatu organisasi atau perusahaan mencerminkan kinerja pada perusahaan atau organisasi itu sendiri dan berguna bagi para pengguna laporan keuangan, baik bagi pihak internal maupun external perusahaan yang berguna untuk pengambilan sebuah keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Laporan keuangan juga berperan penting sebagai media informasi dalam menilai kinerja dan kualitas perusahaan tersebut yang digunakan untuk menarik perhatian dalam pengambilan keputusan para investor. Salah satu tolak ukur yang sering kali digunakan oleh para investor untuk menilai sebuah kinerja perusahaan adalah profit dan revenue yang diperoleh dalam suatu periode tertentu, yang tercermin dalam laporan laba rugi perusahaan (Beattie, et al., 1994). Laporan keuangan yang baik dan benar adalah laporan keuangan yang mengungkapkan (disclose) informasi sesuai dengan aturan standar akuntansi keuangan yang telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Untuk menjadikan informasi yang berguna, laba harus memiliki tingkat kualitas yang tinggi, selain itu juga memiliki kemampuan dalam memprediksi masa yang akan datang dan bersifat variabilitas. Salah satu indikasi laba berkualitas adalah laba yang persisten, makna “persisten” dalam laba berkualitas merujuk pada kemungkinan adanya laba perusahaan dalam periode sekarang akan terjadi lagi pada periode yang akan mendatang (Nichols dan Wahlen, 2004). Pada tahun 2002, diliput oleh beberapa media berita yang menyatakan bahwa keadaan dunia sedang menghadapi sebuah skandal besar korporasi dan manipulasi data yang menyebabkan runtuhnya beberapa perusahaan raksasa dunia di Amerika Serikat seperti Enron, dan Worldcom. Perusahaan ini dinyatakan bangkrut oleh pengadilan karena adanya kegiatan manipulasi terhadap angka laba. Berdasarkan laporan BAPEPAM (2002) dalam sebuah kutipan Boediono (2005) menyatakan bahwa, beberapa kasus juga terjadi pada negara Indonesia, seperti perusahaan besar pada PT. Lippo Tbk., PT. Kereta Api Indonesia Tbk., dan juga PT. Kimia Farma Tbk. yang mana dari pihak manajemen juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal terdeteksi adanya tindakan manipulasi laba, sehingga dapat mengakibatkan kerugian bagi beberapa pihak yang terkait.
Terjadi runtuhnya perusahaan yang dikarenakan adanya manipulasi laba terhadap laporan keuangan tersebut menunjukkan bahwa kurang adanya perhatian khusus terhadap kegiatan operasional perusahaan. Salah satunya adalah kurang adanya memperhatikan penerapan konsep pada tata kelola perusahaan yang baik. Lemahnya implementasi pada penerapan konsep good corporate governance perusahaan-perusahaan publik di Indonesia sudah ditandai dengan kurangnya sifat transparasi dan intensitas dalam pengelolaan perusahaan yang mengakibatkan lemahnya terhadap control public dan adanya campur tangan antara pemegang saham pada manajemen perusahaan yang dapat menimbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang dari norma good corporate governance (Daniri dan Simatupang, 2006). Munculnya konsep sistem good corporate governance sering dihubungkan dengan tindakan yang mengatasi konflik kecurangan pada pelaporan keuangan dan juga berperan sebagai regulator perusahaan guna terwujudnya kesejahteraan perusahaan. Perusahaan yang memiliki mekanisme corporate governance yang lemah dan didominasi oleh orang dalam, maka cenderung kurangnya perhatian khusus dan pengawasan yang ketat pada perusahaan tersebut, sehingga timbulnya tindakan fraud paling tinggi pada perusahaan tersebut (Dechow, et al., 1995). Dalam pelaksanaan mekanisme good corporate governance dapat diwakili dengan keberadaannya dewan direksi independen, dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan insitusional perusahaan, keberadaan komite audit, serta adanya audit external ataupun audit bigfour dalam memeriksa laporan keuangan. Melihat pentingnya penerapan mekanisme good corporate governance dan pentingnya peranan komite audit dalam mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk menilai perusahaan, maka persepsi mengenai kinerja komite audit akan mempengaruhi penilaian investor terhadap kualitas laba perusahaan (Suaryana, 2005). Proporsi dewan direksi yang independen yaitu proporsi dewan direksi yang tidak memiliki saham dan bukan sebagai emiten pada perusahaan tersebut, dimungkinkan dapat melakukan pengawasan (monitoring) lebih independen dan berkualitas terhadap seluruh kegiatan operasional perusahaan. Peran dewan direksi yang independen sangat dimungkinkan dapat memberikan pengaruh besar terhadap operasional perusahaan sehingga dapat menghasilkan tingkat kualitas laba yang tinggi. Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh
struktur atau komposisi dewan direksi yang ada, tetapi kinerja operasional suatu perusahaan dapat mempengaruhi dewan direksi selanjutnya yang dipilih. Oleh karena itu, hasil dari hubungan antara struktur dewan dan kinerja keuangan mungkin sulit untuk diinterprestasikan (Xie, et al., 2003). Boediono (2005) menyatakan bahwa, kepemilikan institusional berperan penting dalam membantu mengurangi potensi manajer yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan kepentingan pemilik saham melalui pengawasan yang intens. Dengan adanya kepemilikan saham oleh investor institusional, mereka dapat membantu memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar. Komite audit yang berkompetensi membuktikan secara positif terkait dengan kualitas laba perusahaan dan menurunkan tingkat manajemen laba. Semakin besar kompetensi dalam komite audit, maka semakin rendah kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba dan akan menyampaikan laba yang berkualitas (Murwaningsari, 2008). Tata kelola perusahaan tidak hanya sebagai salah satu prinsip utama dalam menjalankan sebuah perusahaan yang besar, tetapi juga menjamin atas suatu kepercayaan, keamanan dengan monitoring dan mengontrol atas seluruh kegiatan operasi perusahaan.
Rumusan Masalah Dengan demikian rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah proporsi dewan direksi independen berpengaruh positif terhadap kualitas laba? 2. Apakah kepemilikan insitusi saham berpengaruh positif terhadap kualitas laba? 3. Apakah kompetensi komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba? 4. Apakah dewan direksi independen, kepemilikan institusi saham, dan kompetensi komite audit bersama-sama dapat mempengaruhi kualitas laba secara positif?
Tujuan Penelitian Setiap tindakan pasti ada maksud dan tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan tujuan dalam penelitian ini yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh proporsi dewan direksi independen perusahaan manufaktur terhadap kualitas laba perusahaan, 2. Mengetahui pengaruh kepemilikan institusi saham terhadap kualitas laba perusahaan, 3. Mengetahui pengaruh latar belakang komite audit dalam bidang akuntansi dan keuangan berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan, dan 4. Mengetahui peran dewan direksi independen, kepemilikan institusi saham, dan kompetensi akuntansi atau keuangan komite audit bersama-sama dalam mempengaruhi kualitas laba perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA KUALITAS LABA Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam kutipan Boediono (2005) menspesifikasikan kualitas laba sebagai informasi akuntansi dari sudut pandang pengguna dalam mengambil keputusan. Menurut kerangka konseptual FASB, kegunaan keputusan informasi keuangan secara utama tergantung pada kerelevansian, dapat difahami dan kehandalan atas informasi laporan tersebut. Schipper dan Vincent (2003) dalam kutipan Mahmud, et al., (2009) mendefinisikan kualitas laba sebagai sejauh mana dilaporkan laba yang terintegritas dapat mewakili pendapatan, di mana integritas representasional dapat diartikan sebagai korespondensi atau kesepakatan antara ukuran pada deskripsi dan fenomena yang dimaksud. Pentingnya kualitas laba dapat dijelaskan dalam tiga perspektif, yaitu: perspektif investasi, informasi perspektif pengguna laporan keuangan, dan akuntansi standar perspektif pengaturan. Velurry and Jenkish (2006). menyatakan bahwa kerelevansian laporan keuangan merupakan salah satu proksi dari kualitas laba, sehingga informasi akuntansi yang mengacu pada kerelevansian, yaitu: 1. Bersifat dapat memprediksi nilai/value 2. Menghasilakan feedback value 3. Informasi telah dipersiapkan dengan cara tepat waktu.
Kualitas laba pada dasarnya adalah sebuah konsep teoritis, dan dari peneliti belum mengidentifikasi metode yang seragam untuk mengukur multi dimensi ini. Meskipun kualitas laba dibahas dalam literatur dengan mengacu pada yang disebutkan di atas beberapa dimensi, peneliti empiris biasanya diukur hanya satu atau dua dimensi dalam studi tertentu. Ketika kita menilai kualitas laba dengan memeriksa satu, atau satu partikel kecil, dimensi dan mengabaikan dimensi yang tersisa, kita mungkin membuat kesimpulan yang keliru tentang kualitas laba dari suatu perusahaan.
Kualitas Laba dan Manajemen Laba Pelaporan informasi keuangan merupakan salah satu fenomena penting dalam sebuah pengambilan keputusan bagi para investor dan pengguna laporan keuangan. Salah satu penilaian terhadap kualitas informasi keuangan yang tinggi adalah dengan cara melihat historikal informasi dan pengambilan keputusan ekonomi dalam berinvestasi. Dalam pelaporan keuangan sudah seharusnya disajikan dengan tingkat kualitas yang tinggi (Hendra, 2014). Nichols dan Wahlen (2004), mengusulkan bahwa model pengukuran kualitas laba menunjukkan 3 hubungan penting yang mana dihubungkan dengan laba dan stock return. Model yang digunakan sebagai pengukuran kegunaan informasi keuangan yaitu pertama, adanya hubungan antara current periode laba dan ekspetasi laba di masa datang. Hubungan ini mengasumsikan bahwa angka current periode laba menyajikan informasi untuk menentukan ekspetasi profit dimasa datang. Kedua, adanya hubungan antara ekspetasi laba dimasa datang dan ekspetasi dividen dimasa datang, mengasumsikan bahwa current profitabilitas dan ekspetasi profitabilitas dimasa datang dapat menentukan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen dimasa datang. Ketiga, dengan adanya hubungan antara ekspetasi dividen dimasa yang akan datang dan harga saham dimasa sekarang, mengasumsikan keseluruhan cerminan present value atas dividen dimasa datang yang diekspetasikan. Scott (2009) dalam penemuannya, tingginya profit tidak selalu mencerminkan kualitas laba yang tinggi. Pada umumnya, ditemukan dalam literatur earning management yang mana dihubungkan dengan kebijakan akuntansi manajemen untuk mencapai tujuan yang pasti.
TEORY AGENCY Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agent dengan pemilik perusahaan selaku principal. Principal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen, yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan (Guna dan Herawaty, 2010). Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam kutipan Widyaningdyah (2001) adalah adanya hubungan atau kontrak agensi terjadi antara principal dan agent dalam suatu kepentingan yang berbeda. Dimana dari pihak principal selaku pemegang saham yang mempekerjakan agent selaku manajemen untuk melaksanakan suatu tugas guna kepentingan pihak principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari hasil investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan, tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan. Model agency theory bisa terjadi dalam keterlibatan kontrak kerja yang mana dapat memaksimalkan kegunaan yang diharapkan oleh pemilik perusahaan (principal), sementara mempertahankan agent yang dipekerjakan dan menjamin bahwa ia memilih tindakan yang optimal, atau setidaknya sama dengan level usaha yang optimal dari seorang agen. Eisenhardt (1989), dalam kutipan Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi dasar sifat manusia yaitu: (1) Manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2)
Manusia
memiliki
daya
pikir
terbatas
mengenai
persepsi
masa
mendatang
(bounded rationality), (3) Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
GOOD CORPORATE GOVERNANCE Dalam kutipan Zingales (1997), istilah kata "Corporate Governance" telah menjadi terkenal hanya selama dua dekade terakhir, terminologi ini jelas memiliki asal-usulnya dari kata Yunani "Kyberman" yang berarti untuk mengarahkan, membimbing atau memerintah. Hal ini diwariskan dari Yunani dalam kata latin sebagai kepemerintahan/gubernur dan Perancis kuno sebagai "Governer", namun kata ini telah didefinisikan dalam berbagai cara oleh organisasi yang
berbeda atau komite, menurut ideologi pertimbangan mereka sendiri. Sedangkan menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), definisi dari corporate governance adalah serangkaian sistem, proses, dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan atau organisasi, dengan tujuan utama untuk menambah nilai perusahaan, meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan moral, etika, budaya dan aturan berlaku lainnya. Prinsip dari good corporate governance menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (2006) adalah sebagai berikut : 1. Transparansi (Transparancy) 2. Akuntabilitas (Accountability) 3. Responsibilitas (Responsibility) 4. Independensi (Independency) 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE Islam memiliki konsep yang jauh lebih lengkap sempurna, universal dan komperehensif serta memiliki nilai yang tinggi. Ketaqwaan pada Allah S.W.T yang menjadi suatu tiang fondasi yang kuat untuk tidak terperosok dalam praktek yang illegal dan tidak jujur dalam menerima amanah. Corporate governance bukanlah hal yang asing dalam agama Islam. Entitas syariah di Indonesia sudah semakin berkembang pesat. Tidak hanya dalam dunia perbankan saja, asuransi syariah, pasar modal syariah, pun turut mengimplementasikan bisnis syariah saat ini. Bisnis syariah yang semakin berkembang ini tentu saja memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan good corporate governance. Entitas syariah itu sendiri tentunya memiliki perspektif yang berbeda atas dasar mekanisme corporate governance di Indonesia turut diikuti dengan keluarnya konsep pedoman good corporate governance pada bisnis syariah oleh pihak Komite Nasional Kebijakan Governance (KNBKG) pada tahun 2011 yang bekerjasama dengan LPPI meluncurkan buku Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah (GGBS) di Gedung Serbaguna Kampus Bumi LPPI, dengan tujuan sebagai acuan dalam berbisnis secara Islami regulator dalam menyusun dan menetapkan aturan atau petunjuk pelaksanaan serta sanksi yang perlu dikenakan atas penyimpangan atau pelanggaran terhadap pelaksanaan Good Governer Bisnis Syariah.
DEWAN DIREKSI INDEPENDEN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas (UUPT) pada pasal 97 ayat 2 menyatakan bahwa dewan direksi adalah seseorang atau organ penting dari perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Dewan direksi dipilih dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang mana dari anggota direksi tersebut bersifat independen dan bertanggungjawab atas pengurusan perusahaan demi kepentingan stakeholder. Melalui peran dewan direksi dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan direksi dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan (Boediono, 2005). Peran dewan direksi dalam perlindungan pemegang saham telah lama menjadi subyek dalam perdebatan dan penelitian. Fama dan Jensen (1983) mengamati bahwa direksi dari luar perusahaan bersaing di pasar tenaga kerja memiliki insentif untuk mengembangkan reputasi sebagai ahli dalam manajemen pemantauan, karena nilai modal sumber daya manusia perusahaan tergantung pada kinerja dewan direksi sebagai pemantau atas kinerja manajer dalam organisasi atau perusahaan tersebut.
KEPEMILIKAN INSTITUSI SAHAM Bushee (1998) dalam kutipan Boediono (2005) mendefinisikan investor institusi kepemilikan besar seperti perbankan, perusahaan asuransi, reksa dana dan dana pensiun yang berinvestasi atas nama orang lain dan mengelola setidaknya $100 juta dalam ekuitas. Investor institusional adalah proporsi saham yang beredar dan dimiliki oleh instituisi lain diluar perusahaan, seperti perbankan, asuransi, investasi, dana pensioun dan lain-lain yang diungkapkan pada akhir tahun dan diukur dalam bentuk persentase. Hal ini umumnya mengacu pada kehadiran investor institusional dapat menyebabkan perubahan perilaku perusahaan di mana mereka berinvestasi melalui kegiatan monitoring mereka. Dibawah pengawasan yang ketat dan aktif diyakini bahwa, karena besarnya kekayaan yang diinvestasikan oleh lembaga yang kemungkinan untuk secara aktif mengelola investasi mereka.
Kepemilikan saham menjadi terfokus akan tampaknya potensi, bahwa blockholders lebih memungkinkan untuk memiliki akses ke informasi pribadi yang mungkin di eksploitasi. Jika demikian halnya, blockholders dimungkinkan cenderung tidak banyak berperan dalam mendorong pihak manajemen untuk melaporkan kualitas laba yang tinggi. Berdasarkan kontribusi terhadap literatur yang ada, dengan memeriksa pengawasan kelembagaan dari perspektif kualitas pelaporan keuangan, yaitu penting mengingat hubungan antara pendapatan dan saham kinerja pasar. Jika pemilik institusional dapat memonitor jauh lebih baik dari manajemen daripada investor individu, maka kita akan mengharapkan kualitas laba meningkat dengan kenaikan tingkat kepemilikan institusional (Taruno, 2013).
KOMPETENSI KOMITE AUDIT Kompetensi seorang auditor merupakan salah satu bentuk kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Sesuai dengan pendapat Rai (2008) dalam penelitian Sukriah, et al., (2009) menyatakan bahwa kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, symposium. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi profesional yaitu: memiliki keahlian teknis, memiliki kesungguhan dan ketelitian dalam bekerja, berani berisiko, tekun, dan ulet, seta memiliki rasa percaya diri, integritas, komitmen terhadap profesi yang dimiliki, dan kepribadian yang baik. KERANGKA PEMIKIRAN
JENIS PENELITIAN DAN SUMBER DATA Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data quantitative sekunder, yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Dengan melihat dokumentasi yang sudah terjadi pada laporan keuangan dan audited perusahaan tercatat yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia, pada ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) di tahun 2011-2014 sebagai sumber informasi tentang unsur tata kelola perusahaan yang baik sebagai penunjang kualitas laba pada perusahaan. Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca, mempelajari literature dan dokumentasi publikasi yang berhubungan dengan penelitian.
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Untuk mendapatkan berbagai data dan informasi yang dapat diuji kebenarannya, penelitian diadakan langsung pada 37 perusahaan manufaktur go public yang terdaftar pada ISSI pada tahun 2011-2014. ISSI dipilih sebagai tempat penelitian karena ISSI merupakan lembaga di Indonesia yang memiliki catatan historis yang panjang dan lengkap, serta berbasis syariah mengenai perusahaan pada bidang manufaktur yang sudah go public, dan terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tahun 2015.
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam ISSI tahun 2011-2014. Sedangkan sampel dari penelitian ini terdapat pada perusahaan go public manufaktur terdaftar di ISSI yang didapat sebanyak 37 perusahaan, selama 4 tahun berturut-turut (2011-2014) sehingga didapatkan pooling data dengan unit analisis n = 4 x 37 = 148 data. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan go public bidang manufaktur terdaftar di ISSI periode 2011-2014, 2. Menerbitkan laporan keuangan berbasis kurs Indonesia Rupiah audited selama periode pengamatan penelitian, yaitu dari tahun 2011-2014, 3. Menerbitkan laporan tahunan audited perusahaan go public (manufaktur) terdaftar di ISSI pada periode penelitian 2011-2014,
4. Data lengkap laporan keuangan, dewan direksi, kepemilikan intitusi saham, dan komite audit pada perusahaan go public yang sudah terdaftar pada tahun 2011-2014.
OPERASIONAL VARIABEL VARIABEL BEBAS 1.
DEWAN DIREKSI/BOD (X1)
Siregar dan Utama (2008) dalam penelitiannya menggunakan pengukuran persentase jumlah dewan direksi independen terhadap total seluruh anggota dewan direksi yang ada dalam susunan dewan direksi perusahaan. Dewan direksi yang independen dilihat dari struktur kepemilikan saham diperusahaan tersebut. Apakah dewan direksi ini memiliki saham atau sebagai emiten pada perusahaan tersebut. Apabila dewan direksi sebagai emiten pada perusahaan tersebut, maka dewan direksi tersebut tidak bersifat independen. Berikut ini adalah penghitungannya secara sistematis:
BOD =
2.
KEPEMILIKAN INSTITUSI SAHAM/KIS (X2)
Kepemilikan institusional saham merupakan jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham institusional. Kepemilikan institusional diukur dengan jumlah proporsi saham yang dimiliki perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang telah diterbitkan oleh perusahaan (Boediono, 2005). Berikut ini adalah penghitungan persentase kepemilikan saham: KIS =
3.
KOMPETENSI KOMITE AUDIT/COMPAC (X3)
Kompetensi komite audit merupakan salah satu bentuk kualitas komite audit yang dimiliki oleh perusahaan. Variabel kompetensi komite audit ini, melihat pada background pendidikan komite audit perusahaan tersebut, apakah komite audit tersebut memiliki background akuntansi atau keuangan. Setelah mengetahui background pendidikan komite audit, maka jumlah dari keseluruhan anggota komite audit yang memiliki background keuangan atau akuntansi ini
sebagai pengukuran pada variabel ketiga ini. Hal ini konsisten dengan penelitian Lin et al. (2006), variabel ini diukur secara numeral, yaitu dilihat jumlah nominal dari anggota komite audit yang memiliki background akuntansi atau keuangan. VARIABEL TERIKAT KUALITAS LABA/KL (Y) Pada penelitian Taruno (2013) mengukur variabel kualitas laba dengan menggunakan penghitungan kualitas pendapatan (quality of income) atau discreational accruals, yaitu berikut ini pengukuran variabel kualitas laba:
KL =
ANALISIS MODEL REGRESI DATA PANEL Adapun bentuk matematis analisis regresi berganda adalah sebagai berikut: KL = α +β1BOD + β2KIS + β3COMPAC + ε Keterangan: KL
= Kualitas Laba (variabel terikat)
α
= Konstanta
β
= Koefisien Regresi atau nilai sensitivitas variabel terikat
BOD
= Dewan Direksi Independen (variabel bebas 1)
KIS
= Kepemilikan Institusi Saham (variabel bebas 2)
COMPAC
= Kompetensi Komite Audit (variabel bebas 3)
ε
= Standard Error
UJI ASUMSI KLASIK Uji Autokolerasi Dalam pengujian autokelarasi ini digunakan dengan correlogram Eviews version 7.0 terdapat hasil signifikan pada second difference. Berikut ini adalah tabel hasil uji autokolerasi:
(Sumber : Olahan Data Eviews7)
Diketahui bahwa nilai probabilitas sebesar 0.079 atau 7.9% yang artinya dari penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi. Koefisien autoregressive secara keseluruhan sama dengan nol, menunjukkan tidak terdapat autokorelasi pada setiap orde. Uji Heteroskedasitas
(Sumber : Olahan Data Eviews7)
Gambar diatas menjelaskan bahwa residualnya tidak membentuk pola tertentu dan berbentuk fluktuatif, dengan kata lainnya residualnya cenderung konstan. Maka dalam penelitian ini terbebas dari masalah heteroskedasitas. Uji Multikolinearitas BOD
KIS
COMPAC
BOD
1.000000
0.187604
0.045737
KIS
0.187604
1.000000
-0.207667
COMPAC
0.045737
-0.207667
1.000000
(Sumber : Olahan Data Eviews7)
Dari gambar diatas menjelaskan bahwa, nilai koefisien korelasinya antar variabel independen dibawah 0.80.
Uji Normalitas
(Sumber : Olahan Data Eviews7)
Dinyatakan bahwa nilai Jarque-Bera lebih kecil dari Chi Square dengan signifikan nilai yang kita pakai 0.05 atau 5%. Didapat nilai Chi Square sebesar 0.965734 yang berarti nilai JB lebih kecil dari nilai Chi Square (0.069735 < 0.965734). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal. UJI STATISTIK DESKRIPTIF KL
BOD
KIS
COMPAC
MEAN
0.009441
0.878378
0.808514
2.027027
MEDIAN
0.009441
1.000000
0.810000
2.000000
MAXIMUM
0.018399
1.000000
1.000000
3.000000
MINIMUM
0.000497
0.000000
0.500000
0.000000
STD. DEVIASI
0.005323
0.220494
0.1455450
0.746383
(Sumber : Olahan Data Eviews7)
Variabel dependen kualitas laba yang diproksikan sebagai (KL) memiliki nilai rata-rata hitung (mean) sebesar 0.00944 artinya rata-rata KL pada perusahaan manufaktur listed ISSI selama periode 2011-2014 adalah sebesar 94.41% dari memiliki nilai maksimum sebesar 0.018399 artinya rata-rata KL selama periode 2011-2014 adalah sebesar 18.40% artinya banyak dari perusahaan yang belum memiliki kualitas laba yang baik. Memiliki standar deviasi (simpangan baku) sebesar 0.005323 artinya selama 4 tahun pengamatan variasi kualitas laba pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menyimpang dari rataratanya sebesar 53,23% Variabel dewan direksi independen (BOD) pada gambar diatas memiliki nilai rata-rata hitung (mean) sebesar 0.878378 artinya rata-rata BOD selama periode 2011-2014 adalah sebesar
87.83% dari nilai maksimum sebesar 1 artinya banyak dari dewan direksi perusahaan telah melakukan tata kelola perusahaan dengan baik sangat berpengaruh terhadap kualitas laba. Dan memiliki standar deviasi (simpangan baku) sebesar 0.220494, artinya selama 4 tahun pengamatan variasi dewan direksi independen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menyimpang dari rata-ratanya sebesar 22.94% Variabel kepemilikan institusi saham (KIS) pada gambar diatas memiliki nilai rata-rata hitung (mean) sebesar 0.808514 artinya rata-rata KIS selama periode 2011-2014 adalah sebesar 80.85% dari nilai maksimum sebesar 1 artinya banyak dari investor yang telah memiliki saham perusahaan. Dan memiliki standar deviasi (simpangan baku) sebesar 0.1455450 Dan memiliki standar deviasi (simpangan baku) sebesar 0.1455450 artinya selama 4 tahun pengamatan variasi kepemilikan institusi saham pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menyimpang dari rata-ratanya sebesar 14.55% Variabel kompetensi komite audit (COMPAC) pada gambar diatas menjelaskan bahwa compac memiiki nilai rata-rata hitung (mean) 2.027027 artinya rata-rata KIS selama periode 2011-2014 adalah sebesar 22.07% dan nilai maksimum 3 artinya banyak dari perusahaan memiliki komite audit yang berkompetensi, dimana komite audit perusahan memiliki background pendidikan keuangan ataupun akuntansi. Dan memiliki standar deviasi (simpangan baku) sebesar 0.746383 artinya selama 4 tahun pengamatan variasi kompetensi komite audit pada perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menyimpang dari rataratanya sebesar 74.64%. UJI REGRESI DATA PANEL Pooled Least Square Berdasarkan hasil uji Chow, maka model pooled least square dipilih menjadi model terbaik, maka berikut ini adalah tabel hasil uji model PLS : Variable
Coefficient
C BOD KIS COMPAC
0.019304 0.005164 -0.007548 0.000383
Std. Error
t-Statistic
0.003090 6.246793 0.001939 2.663964 0.003001 -2.515132 0.000575 0.665853
Prob. 0.0000 0.0086 0.0130 0.5066
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.511266 0.502751 0.005071 0.003702 574.1028 6.009404 0.000692
Mean dependent var 0.009441 S.D. dependent var 0.005323 Akaike info criterion -7.704092 Schwarz criterion -7.623086 Hannan-Quinn criter. -7.671179 Durbin-Watson stat 0.024338
(Sumber : Olahan Data Eviews7)
Dari tabel diatas, model regresi pooled least square yang dihasilkan dapat dilihat pada persamaan dibawah ini: KL = 0.019304 + 0.005164BOD + -0.007548KIS + 0.000383COMPAC + ε Pada tabel 4.5 diatas menyatakan bahwa, dewan direksi (BOD) memiliki nilai signifikan pada nilaiprobabilitas 0.0086, kepemilikan institusi saham (KIS) memiliki nilai signifikan pada nilai probabilitas 0.0130, dan kompetensi komite audit (COMPAC) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.5066. Sehingga output yang dihasilkan pada R-squared sebesar 0.511266, dan memiliki nilai Prob (F-statistik) sebesar 0.000692 dibawah taraf nyata 5%, serta nilai DurbinWatson stat sebesar 0.024338. UJI CHOW
Effects Test
Statistic
Cross-section F 2288943.206626 Cross-section Chi-square 2004.658492
d.f.
Prob.
(36,108) 36
0.0553 0.0564
(Sumber : Olahan Data Eviews7)
Tabel diatas menjelaskan bahwa, nilai probabilitas untuk probabilitas Chi Squaresebesar 0.0564. Nilai tersebut lebih besar diatas taraf nyata α sebesar 5% (0.05). Oleh karena itu, tolak H1 dan terima H0. Sehingga dapat dikatakan bahwa model sementara yang diterima adalah model common effect dan menolak pada model fixed effect.
UJI t STATISTIK (PARSIAL) Hasil uji t diperoleh dengan membandingkan nilai p-value dengan α sebesar 5% (0.05). Berdasarkan model common effect yang terpilih dalam penelitian ini, maka persamaan model yang tertera pada tabel 4.5 diatas dijelaskan sebagai berikut : KL = 0.019304 + 0.005164BOD + -0.007548KIS + 0.000383COMPAC + ε Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa variabel terikat dari kualitas laba (KL), dapat dijelaskan oleh variabel dewan direksi (BOD), kepemilikan institusi saham (KIS), kompetensi komite audit (COMPAC). Namun dari ketiga variabel tersebut, hanya dua variabel yang memiliki nilai signifikan dan berpengaruh terhadap kualitas laba (KL). Variabel independen yang berpengaruh signifikan tersebut adalah variabel dewan direksi (BOD), dan kepemilikan institusi saham (KIS). Variabel dengan koefisien positif yaitu: dewan direksi (BOD) dan kompetensi komite audit (COMPAC). Sedangkan pada variabel dengan koefisien negatif yaitu: kepemilikan institusi saham (KIS). PENGARUH DEWAN DIREKSI TERHADAP KUALITAS LABA Hubungan ini dapat dilihat dari nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai 5% yaitu, 0.0086 (0.01 < 0.05) dan dengan nilai koefisien yang positif, yaitu sebesar 0.005164, dan juga memiliki nilai t-statistic sebesar 2.663964. Artinya, berdasarkan penelitian ini variabel bebas dewan direksi (BOD) dapat menjelaskan variabel terikat dari kualitas laba (KL). Dengan demikian, H1 diterima yang mengartikan bahwa dewan direksi (BOD) berpengaruh positif terhadap kualitas laba (KL). Koefisien yang menunjukkan hasil nilai yang positif sejalan dengan adanya pengembangan hipotesis. Dengan adanya hubungan searah ini, menunjukkan bahwa setiap bertambahnya 1 (satu) satuan variabel dewan direksi dengan asumsi lain tetap, maka log dari variabel terikat kualitas laba ini akan meningkat sebesar 0.005164 satuan. Sehingga dapat dikatakan semakin kecil nilai independensi dewan direksi, maka nilai kualitas laba perusahaan akan semakin kecil pula. Begitupula jika nilai independensi dewan direksi semakin tinggi, maka semakin tinggi pula pengaruh signifikannya terhadap kualitas laba. Berdasarkan uji statistik deskriptif, terlihat bahwa rata-rata dari variabel dewan direksi (BOD) adalah sebesar 0.878378. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa nilai independensi dewan
direksi diatas 0.878378 merupakan suatu penilaian bahwa, perusahaan memiliki dewan direksi yang independen, sehingga telah melakukan tata kelola perusahaan dengan baik dan sangat berpengaruh terhadap kualitas laba yang tinggi (> 0.878378), begitu pula sebaliknya. Data penelitian yang diperoleh menunjukkan dari 148 data, terdapat 108 data dewan direksi yang memiliki nilai independensi yang tertinggi yaitu dengan nilai persentase 100%, dan terdapat 8 data dewan direksi yang memiliki nilai independensi yang terendah, yaitu dengan nilai persentase dibawah 40%. Artinya, banyak dari perusahaan yang memiliki dewan direksi independen dengan rata-rata sebanyak 88% (0.88). Hal ini menyatakan perbedaan persentase yang cukup jauh berbeda antara dewan direksi yang independen dan dewan direksi yang tidak independen, sehingga menghasilkan output yang signifikan terhadap kualitas laba. Beberapa penelitian sebelumnya yang mencoba menguji pengaruh ukuran dan komposisi dewan direksi terhadap kinerja dan peningkatan nilai perusahaan masih memberikan hasil yang konsisten (Suranta dan Midiastuty, 2003). Melalui peran dewan direksi dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan direksi dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan (Boediono, 2005). Selain adanya bukti analisis statistik deskriptif yang telah diungkapkan diatas, sehingga menyebabkan data sesuai dengan literature terdahulu yang menyatakan bahwa pengaruh ukuran dan komposisi dewan direksi semakin tinggi terhadap kinerja dan peningkatan nilai perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai independensi dewan direksi dan terdapat pengaruh yang kuat terhadap kualitas laba atau laporan keuangan perusahaan. Pemikiran ini didukung oleh penelitian Raharja (2012), hasil penelitian ini memberikan simpulan bahwa perusahan yang memiliki komposisi dewan direksi yang independen, maka tingkat pengaruh kualitas laporan keuangan mendapatkan hasil yang konsisten. Hal ini sejalan dengan Fama dan Jensen (1983) anggota dewan yang juga manajer atau anggota dewan perusahaan lain memiliki insentif untuk mengembangkan reputasi sebagai ahli dalam mengontrol keputusan dan kemampuan pemantauan. Membuktikan bahwa direktur yang independen untuk dewan direksi faktanya menjadi mekanisme tata kelola perusahaan yang efektif untuk mengurangi kualitas masalah keagenan dan peningkatan pendapatan (Klein, 2002).
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSI SAHAM TERHADAP KUALITAS LABA Variabel kepemilikan institusi saham (KIS) ini sebagai variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba (KL) sebagai variabel terikatnya. Hal ini dapat diamati dari besarnya nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0.05 yaitu, 0.0130 (0.01 < 0.03) dan dengan nilai koefisien yang negatif sebesar -0.007548, serta juga memiliki nilai t-statistic sebesar -2.515132. Artinya, berdasarkan penelitian ini variabel bebas kepemilikan institusi saham (KIS) dapat menjelaskan pengaruh signifikan dengan berbanding terbalik terhadap variabel terikat kualitas laba (KL). Hubungan negatif ini menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan 1 (satu) satuan pada variabel (KIS) dengan asumsi variabel lain tetap, maka variabel (KL) akan menurun sebesar 0.007548 satuan. Dapat disimpulkan bahwa jika terjadi peningkatan kepemilikan institusi saham (KIS) pada perusahaan, maka kualitas laba (KL) akan menurun. Begitupula sebaliknya, jika kepemilikan institusi saham (KIS) mengalami penurunan, maka kualitas laba (KL) akan semakin besar. Maka, H2 tidak diterima. Dalam arti, kepemilikan institusi saham berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laba. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusi saham (KIS) berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas laba (KL). Hal ini konsisten terhadap hasil variabel kepemilikan institusi saham yang menunjukkan hubungan negatif signifikan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, et al., (2004) mekanisme monitoring yang menyebabkan struktur kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Selain dari bukti penelitian empiris ini, dimungkikan juga adanya temuan yang terkait dengan karakteristik dari struktur kepemilikan perusahaan go public di Indonesia. Di Indonesia, walaupun pemegang saham dalam bentuk institusi tetapi itu merupakan kepanjangan tangan dengan manajemen itu sendiri. Hal itu dikarenakan kepemilikan institusional itu dalam kenyataannya memiliki afiliasi yang kuat dengan manajemen. Sehingga status sebagai pemilik saham dari luar menjadi semu karena masih adanya hubungan keluarga antar perusahaan go public di Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan hasil penelitian menjadi berpengaruh signifikan negatif karena dengan adanya kepemilikan saham dari pihak luar yang menginginkan laba yang tinggi, sehingga pihak manajemen perusahaan melakukan manajemen laba untuk menarik perhatian investor. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Bushee (1998) kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan
diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens. Namun, pemikiran ini didukung oleh hasil penelitian Midiastuty dan Mahfoedz (2003) yang memberikan simpulan bahwa variabel kepemilikan saham institusional di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Namun, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, et al., (2004) yang membuktikan secara empiris bahwa adanya kepemilikan institusional perusahaan berpengaruh negatif signifikan. Hal ini didukung pula oleh penelitian Bathala, et al.. (1994) dalam kutipan Rachmawati, et al., (2013) menjelaskan bahwa kepemilikan institusional telah meningkatkan kapasitas untuk tindakan kolektif. PENGARUH KOMPETENSI KOMITE AUDIT TERHADAP KUALITAS LABA Variabel bebas kompetensi komite audit (COMPAC) ini sebagai variabel bebas yang berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas laba (KL) sebagai variabel terikatnya. Hal ini dapat diamati dari besarnya nilai probabilitas yang lebih besar dari 0.05 yaitu 0.5066 (0.50 > 0.05). Dengan nilai koefisien yang positif sebesar 0.000383, serta juga memiliki nilai t-statistic sebesar 0.665853. Artinya, berdasarkan penelitian ini, pada variabel bebas kompetensi komite audit (COMPAC) tidak dapat menjelaskan variabel terikat kualitas laba (KL). Dapat disimpulkan bahwa, H3 tidak diterima, dengan arti kompetensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Berdasarkan uji statistik deskriptif terlihat bahwa rata-rata variabel kompetensi komite audit adalah sebesar 2.027027, sedangkan standar deviasi sebesar 0.746383, hal tersebut membuktikan bahwa data tidak berdistribusi dengan baik.Hal tersebut dikarenakan nilai standar deviasi jauh lebih besar daripada rata-rata data penelitian. Dari 148 objek pengamatan, terdapat 4 data yang mana perusahaan tidak memiliki kompetensi komite audit. Dan beberapa perusahaan banyak dari komite audit yang kurang kompeten, sehingga inilah yang mengakibatkan variabel kompetensi komite audit tidak signifikan terhadap kualitas laba.
Hal ini sejalan dengan pemikiran Wilopo (2004) dalam kutipan Rachmawati, et al., (2013) yang mana menyimpulkan bahwa komite audit ini bersifat seremonial dan sebagian besar
dari komite audit tidak efektif dalam meningkatkan pelaporan keuangan. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Xie, et al., (2003) yang membuktikan bahwa komite audit berpengaruh kuat terhadap kualitas laba, mencegah adanya tindakan manajemen laba, dapat ditemukan bahwa keberadaan komisaris independen dan komite audit yang aktif serta memiliki pengetahuan tentang keuangan menjadi faktor penting dalam pencegahan kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba.
Akan tetapi penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Rachmawati, et al., (2013), yang menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa yang mendorong tercapainya fungsi komite audit bukanlah jumlah anggota yang ada dalam komite audit tersebut tetapi efektivitas pengawasan serta independensi para anggota komite audit tersebut. Didukung oleh penemuan Sefiana (2009) yang menyatakan bahwa komite audit tidak ada pengaruhnya terhadap kualitas laba. Dari hasil tersebut ditunjukkan bahwa komite audit tidak mampu mengurangi tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. UJI F STATISTIK (SIMULTAN) Uji F (simultan test) digunakan untuk menguji apakah pada variabel independen secara bersama-sama dapat berpengaruh signifikan terhadap variabel independen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian, yaitu: dewan direksi (BOD), kepemilikan institusi saham (KIS), dan kompetensi komite audit (COMPAC) apakah secara keseluruhan atau simultan dapat berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kualitas laba (KL). Berikut ini adalah hipotesis dari uji F (simultan test): H0: Dewan direksi (BOD), Kepemilikan Institusi Saham (KIS), Kompetensi Komite Audit (COMPAC), secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Laba (KL), H1: Dewan direksi (BOD), Kepemilikan Institusi Saham (KIS), Kompetensi Komite Audit (COMPAC), secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Laba (KL). Melihat pada nilai probabilitas pada model common effect, maka dinyatakan signifikan secara simultan. Hal ini disebabkan bahwa nilai probabilitas kurang dari nilai α (0.000692 < 0.05). Maka model pada penelitian ini menunjukkan pengaruh signifikan secara simultan.
R-SQUARED (KOEFISIEN DETERMINASI) Secara keseluruhan variabel terikat (dependen) yaitu kualitas laba yang diproksikan sebagai earning quality (KL) dapat dijelaskan secara signifikan oleh variabel bebas (independen) yang terdiri dari dewan direksi independen (BOD), kepemilikan institusi saham (KIS), dan kompetensi komite audit (COMPAC) yang ditransformasikan dalam bentuk persamaan: KL = C + BOD + KIS + COMPAC + ε Dari variabel-variabel diatas menjelaskan nilai R-Squared sebesar 0.511266 atau 51.13%. Artinya, 48.87% sisanya dijelaskan oleh variabel diluar model penelitian ini. Besar nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini menunujukkan bahwa semakin R-squared mendekati angka 1, maka model penelitian semakin dapat menjelaskan suatu perubahan yang terjadi pada variabel dependen. KESIMPULAN Setelah adanya penelitian mengenai ‘Analisa Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba’, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya: 1. Hasil penelitian menggunakan common effect model menunjukkan bahwa proporsi dewan direksi (BOD) berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba, 2. Hasil penelitian menggunakan common effect model menunjukkan bahwa kepemilikan institusi saham (KIS) menunjukkan nilai yang signifikan dengan koefisien negatif terhadap kualitas laba, 3. Hasil penelitian menggunakan common effect model menunjukkan bahwa kompetensi akuntansi komite audit (COMPAC) tidak memiliki nilai signifikan terhadap kualitas laba, dan 4. Hasil analisis dari common effect model menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama), variabel independen dan variabel dependen yaitu dewan direksi independen (BOD). Kepemilikan Institusi Saham (KIS), Kompetensi Komite Audit (COMPAC), dan Kualitas Laba (KL) yang berpengaruh signifikan secara simultan.
SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya bagi para pembaca untuk dapat dipertimbangkan dari beberapa saran adalah sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan hendaknya menggunakan variabel yang dipertimbangkan, diharapkan akan memiliki pengaruh terhadap laporan keuangan dan kualitas laba, 2. Peneliti selanjutnya, akan lebih baik menggunakan data populasi dan sampel sesuai dengan data yang didapat di BEI. Karena sampai saat ini perusahaan manufaktur yang terdaftar di ISSI memiliki data yang terbatas. Dikarenakan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) baru berdiri pada tahun 2011, dan 3. Peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan analisis regresi berganda untuk menggambarkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
menggunakan skor pengukuran, sebagai parameternya.
kualitas
laba
dengan
DAFTAR PUSTAKA Al-‘Arooby, Ibnu. Tafsir Ahkamul Qur’an, (1432 H), hal. 189. Beirut: Darr Jail Alijoyo A., Bouma E., Satiadhi V. D., dan Kameyama T., (2005) “Corporate Governance of Banks in Indonesia” Forum for Corporate Governance in Indonesia, Mei Al-Sarkhasi, (1989) “Syamsudin.Kitab Al-Mabsut”, Juz VI, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, Beirut, Libanon, hal. 194) _______ Al Qurān Al Karīm dan Hadist. Anders T., Sandager R., Johanson S. J., Andersen S. H., Last updated on (2013) “Introduction to Eviews 6.0 and 7.0” Analytics Group, AARHUS University. Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke, (1994). “Auditing an Integrated Approach”, 6th Edition, Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. _______ BAPEPAM (Badan Pengawasan Pasar Modal), 2002 _______ BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN), surat keputusan menteri bumn no. kep117/m-mbu/2002 _______ BAPEPAM Undang-Undang NO Kep-29/PM/2004 Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Bathala, C. T., Moon, K. P., dan Rao, R. P. (1994) “Managerial Ownership, Debt Policy, and The Impact of Institutional Holdings: an Agency Perspective” Financial Management, 23 (3), 38–50. Beattie V., Brown S., Ewers D., John B. Thomas D. Turner M., dan Manson S. (1994), “Extraordinary Items and Income Smoothing: A Positive Accounting Approach” Journal of Business Finance and Accounting 21 (6), Vol.21. September, p.791811.0306 686X. _______ BEI (Bursa Efek Indonesia), 2004. _______ Bursa Efek Jakarta (BEJ) No Kep- 315/BEJ/06/2000 poin 2f, Nomor I-A Bellovary J. L., Giacomino D. E., and Akers M. D., (2005) “Earnings Quality: It’s Time to Measure and Report” November, The CPA Journal, 75, 11; ABI/INFORM Global pg. 32 Bistrova J., dan Lace N., (2012) “Quality Of Corporate Governance System and Quality of Reported Earnings: Evidence From Cee Companies” Jurnal Economics And Management: 17 (1), ISSN 2029-9338.
Boediono G. SB., (2005). “Kualitas Laba Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance ,dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur” Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasioanal Akuntansi VIII Solo tanggal 15 – 16 September. Bushee, B. J. (1998). “Institutional Investor, Long Term Investment, and Earnings Management”. The Accounting Review, Vol.73. No.3. p.305-333. Chung, R., Firth, M. and Kim, J.B. (2005). “Earning management, surplus free cash flow and external monitoring”. Journal of Business Research. 58. 766-77 Darmawati D., Khomsiyah, dan Rahayu G. R., (2004). "Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja perusahaan". Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember. Dechow P. M., Richard G. S., dan Amy P Sweeney (1995). “Detecting Earnings Management” The Accounting Review, Vol.70 No. 2 April, p.193-225. Dechow P., Ge W., Schrand C., (2010), “Understanding earnings quality: A review of the proxies, their determinants and their consequences” Elsevier, Journal of Accounting and Economics 50 (2010) 344–401 Daniri M. A., dan Simatupang A. I. (2006) “Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good Corporate Governance” Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia. Eynon, G., N.T. Hill, & K.T. Stevens. (1996) “Perceptions of Sole Practitioners On Ethics Training In The Professional” National Public Accountant, 41 (April), 25. Fama. E.F. and M.C. Jensen (1983). “Separation of Ownership and Control.” Journal Of Law and Economics, Vol.26. p.301-325. Financial Accounting Standards Boards FASB, (1997) “Statement of Financial Accounting Concepts Nomor 1: Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises.” Financial Accounting Standards Boards FASB, (1980) ”Statement of Financial Accounting Concepts Nomor 2: Qualitative Characteristics of Accounting Information.” Stanford, Connecticut. Mei. Firth M., Fung Peter M.Y., dan Rui O. M., (2007), “Ownership, Two-Tier Board Structure, and the Informativeness of Earnings – Evidence from China” Journal of Accounting and Public Policy 26 463–496, Elsevier.
Ghozali, Imam (2005) ”Analisis Multivariate SPSS” Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gujarati, Damodar. N. (1978). Ekonometrika Dasar. Diterjemahkan oleh Zain, Dr. Sumarno. Jakarta: Erlangga. Hal 98- 188. Gujarati, Damodar. N. (2006). Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid I. Diterjemahkan oleh Mulyadi, Julius A. Jakarta: Erlangga. Hashim H. A. dan Devi S. S. P.hd. (2007) “Corporate Governance, Ownership Structure and Earnings Quality: Malaysian Evidence” Working Paper, University Malaya. Hendra G. I., (2014) “Earning Quality in Islamic Banks International Evidence”, Thesis of Degree Master (Accountant) IIUM, Malaysia. I Guna W. dan Herawaty A. (2010) “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Factor Lainnya yang Mempengaruhi Manajemen Laba” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 no. 1, April Ikatan Akuntan Indonesia IAI (2009). “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25” Jakarta: Salemba Empat. Indra, S.Si, M.Si. t.t. “Analisis Data Panel” STEI Tazkia Indriantoro, Nur & Bambang Supomo. (2002). “Metedologi Penelitian Bisnis”, Yogyakarta : Edisi Pertama. Penerbit BPFE Junaidi, Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M. S. (2012). “Ekonometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi” Bogor: IPB Press. Hal. 177-178. Klein. A., (2002), “Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management” Journal of Accounting and Economic 33 375-400 Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia – LPPI (2011), “KNKG Luncurkan Pedoman Umum
Good
Governance
Bisnis
Syariah
(GGBS)
di
LPPI”
November,
http://www.lppi.or.id/index.php Lin, Jerry W., June F. Li, and Joon S. Yang., (2006) “The Effect of Audit Committee Performance on Earnings Quality”. Managerial Auditing Journal, Vol. 21, No. 9, pp. 921-933 Mahmud R., Ibrahim K. M., dan Pok W. C., (2009) “Earnings Quality Attributes and Performance
of
Malaysian
Public
http://dx.doi.org/10.2139/ssrn. 1460309.
Listed
Firms”
Available
at
SSRN:
Midiastuty P. P., dan Machfoedz M. (2003), “Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba” Simposium VI, Surabaya, pp. 176-186. Muid D. (2009), “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia” Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis Vol. 6 no. 2. Murtanto, dan Gudono. 1999. Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit: Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.Vol 2. No 1. Januari. Hal 37-52 Murwaningsari E. (2008), “Pengujian Simultan: Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC)” Simposium Nasional Akuntansi (SNA) Ke XI Pontianak, 23 - 24 Juli. Nichols C. D. dan Wahlen J. M. (2004), “How Do Earnings Numbers Relate to Stock Returns? A Review of Classic Accounting Research with Updated Evidence” Journal of Accounting Horizons Vol. 18, No. 4 pp. 263–286, Desember. _______ OECD. (2004), “OECD Principles of Corporate Governance.” _______ Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (2006), KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) Rachmawati, Triamoko H., dan Yushita N. A (2013), ”Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Auditor Eksternal, dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba” Jurnal Economia, Volume 9, No. 2, Oktober Raharja I. B (2012) “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bei 2010)” Diponegoro University Journal Of Accounting _______ Standard Audit seksi 210, dan seksi 230 SPAP (2001) Schipper, K. and Vincent, L. (2003). “Earnings Quality” Accounting Horizons, 17 (Supplement), 97-110. Scott R. William, (2009) “Financial accounting theory (5th edition)”, Pearson education, Toronto, Canada ISBN 978-0-13-207286-1 xiii + 546 pages, Sefiana, E. (2009) “Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadapM-anajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang telah Go Publik di BEI”. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, 12 (3), 211-222.
Siregar S. V. dan Utama S,, (2008) “Type of Earning management and The Effect of Ownership Structure, Firm Size, and Corporate-Governance Practice: Evidence From Indonesia” The International Journal of accounting 43 no. 1–27, ELSEVIER. Suaryana A. (2005), “Pengaruh Komite audit Terhadap Kualitas Laba” Bali, Universitas Udayana, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo, 15 – 16 September 2005. Sukriah I., Akram dan Inapty B. (2009) “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit” Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang. Suradi
W.
(2010)
“Mengenal
Sarbanes
Oxley-Act
(SOX/SOA)”
http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/palembang/attachments/146 Suranta E., dan Midiastuty P. P (2005) “Corporate Governance, Earnings Dan Return Saham” Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November. Suranta, E., & Midiastuty, P. P. (2003) “Analisis Struktur Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan dan Investasi dengan Model Persamaan Simultan Linier”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Susanti, A.N., Rahmawati, & Aryani, A. (2010) “Analisis Pengaruh Jalur Mekanisme Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variable Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007”. Simposium Nasional Keuangan I. Tapanjeh A. M. A. (2009) “Corporate governance from the Islamic perspective: A comparative analysis with OECD principles” Critical Perspectives on Accounting 20 (2009) 556– 567, Elsevier. Taruno S. A., (2013), “Pengaruh Corporate Governancen Terhadap Kualitas Laba: Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening” Accounting Analysis Journal AAJ 2 (3) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj _______ The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). _______ UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal 97 ayat 2. Ujiyantho M. A., dan Pramuka B. A. (2007), “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur)” Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, UNHAS, Makassar, 26- 28 Juli 2007
Velury U, Jenkins D. S., (2006) “Institutional ownership and the quality of earnings” Journal of Business Research 59 1043–1051, Elsevier Watts R. L., dan Zimmerman J. L., (1986), ”Positive Accounting Theory”, New Jersey: PrenticeHall, Inc. Widyaningdyah U. A., (2001), “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management
Pada
Perusahaan
Go
Public
Di
Indonesia”
http://Puslit.Petra.Ac.Id/Journals/Accounting// Wilopo (2004) “The Analysis of Relationship of Independent Board of Directors, Audit Committee, Corporate Performance, and Discretionary Accruals”. Ventura, 7 (1), 125. _______ www.idx..co.id http://laporanperusahaantercatat// Xie B., Davidson W. N., DaDalt P. J., (2003) “Earnings management and corporate governance: the role of the board and the audit committee” Journal of Corporate Finance 9 no. 295– 316, Elsevier Zingales L., (1997), “Corporate Governance” NBER Working Paper Series 6309, Desember, JEL No. G3. Zuhaili, Dr. Wahbah. 1989. Al-Fiqhul-Islami wa Asillatuhu. Suriah: Daarul Fikr. (Kajian Terhadap Peran Harta dalam Aktivitas Bisnis Berbasis Syari’ah).