ANALISA INVESTASI MESIN HEAT STABILIZER POWDER DOSING UNIT SEBAGAI PENGGANTI MESIN HEAT STABILIZER PELLET DOSING UNIT di PT. FILAMENDO SAKTI Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana
ABSTRAK Kualitas yang berorientasi pada sisi ekonomi saat ini menjadi trend baru di dunia industri. Efisiensi adalah tujuan utama dari semua itu. PT. Filamendo Sakti sebagai salah satu produsen benang ban terus mencoba untuk mengaplikasikannya dalam kegiatan operasional perusahaan. Dipicu oleh melambungnya harga bahan baku perusahaan yang berbahan dasar minyak bumi, perusahaan melakukan berbagai macam efisiensi dengan harapan mampu menekan tingginya biaya operasional produksi dengan tetap mempertimbangkan sisi kualitas produk. Penggunaan Heat Stabilizer ( HST ) powder sebagai salah pengganti dari HST pellet menjadi sangat penting mengingat mahalnya harga bahan penunjang itu. Dengan melakukan modifikasi dan pembelian alat baru, hasil yang didapatkan dari konversi HST ini sangat luar biasa. Dengan menjadikan metode NPV, IRR, PBP dan BEP sebagai metode untuk melakukan analisa ekonomi teknik, hasil yang didapatkan ternyata menunjukkan bahwa investasi untuk proyek ini sangat menguntungkan untuk dijalankan. Kata Kunci : Efesiensi, Konversi HST, Kelayatan Investasi ABSTRACT Economical quality nowadays become a new trend in industrial world. Eficiency become the most of its goal. PT. Filamento Sakti as one of the producer of Tire Cord Yarn always keep on trying to applícate this in the company operational activity. Because the price of raw material made from crude oil become higher day by day, the company do a lot of eficiency program so that can decrease the operational cost of production in consideration on the quality of product. The using of powder Heat Stabilizer ( HST ) instead of pellet HST become more important due to the expensive cost of HST. With make some modification and buy a new machine, the amazing result was got by the company. With the using of NPV, IRR, PBP and BEP method as the method to do the Engineering economic analysis, the result show that the investments to this project are frofitable to be applicated. PENDAHULUAN “ Berkomitmen untuk menciptakan kepuasan pelanggan dengan memproduksi produk berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing” adalah sebagian dari kebijakan perusahaan PT
Filamendo Sakti yang sesungguhnya pasti diterapkan juga oleh sebagian besar pelaku industri saat ini. Ini semua dapat dimengerti karena suhu persaingan di dunia
75
industri pada saat ini sudah sangat tinggi. Siapapun dia dan apapun bentuk industrinya jika ingin tetap dapat bertahan maka harus mampu memproduksi produk berkualitas dengan harga yang kompetitif. PT. Filamendo Sakti adalah salah satu perusahaan yang memproduksi benang ban nilon 6 ( Tyre Cord Yarn Nylon 6 ) yang berlokasi di Tangerang. Karena komitmen perusahaan yang ingin memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan produk yang berkualitas dan harga yang kompetitif, maka PT. Filamendo Sakti melakukan berbagai riset untuk menurunkan biaya produksi tanpa harus menurunkan kualitas produk. Diantara yang paling sering dijadikan andalan untuk menurunkan biaya produksi adalah efisiensi di segala aspek. Meskipun secara keseluruhan biaya produksi total tidak mungkin untuk diturunkan ( karena harga bahan baku berbasis minyak bumi yang semakin melambung ), setidaknya berbagai efisiensi yang dilakukan dapat membantu menekan membengkaknya biaya produksi total. Penggunaan Heat Stabilizer ( HST ) dalam bentuk pellet - yang harganya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga HST dalam bentuk powder - saat ini dinilai sudah kurang efektif. Dengan menganalisa kebutuhan investasi total untuk mengubah sistem produksi dari pemakaian HST pellet menjadi HST powder dan membandingkannya dengan sistem yang sudah ada, diharapkan keuntungan - keuntungan dari efisiensi akan segera didapatkan oleh perusahaan.
LANDASAN TEORI 1. Ilmu Teknik dan Ekonomi Teknik a. Ilmu Teknik Teknik ( engineering ) adalah profesi dimana pengetahuan matematis dan sains yang diperoleh dari studi,
pengalaman dan praktek diaplikasikan dengan pertimbangan nalar untuk mengembangkan berbagai cara penggunaan bahan dan kekuatan alam secara ekonomis demi kemanfaatan bagi umat manusia. Ilmu teknik merupakan seni yang merupakan perpaduan antara kemahiran dan kecerdikan dalam mengadaptasi pengetahuan untuk kegunaan umat manusia b. Efisiensi Fisik dan Ekonomi Efisiensi fisik merupakan ukuran kesuksesan aktivitas teknik di lingkungan fisik yang selalu akan lebih sedikit dibandingkan keseluruhan atau kurang dari 100 %. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan hasil akhir per unit terbaik dari pembelanjaan sumber daya. Output ( unit fisik ) Efisiensi ( secara fisik ) = Input ( unit fisik ) Sedangkan efisiensi ekonomi adalah efisiensi yang dinyatakan dalam hitungan unit output ekonomi dibagi unit input ekonomi yang masing – masing dinyatakan dalam hitungan alat tukar seperti uang. Efisiensi ekonomi harus selalu lebih besar dari 100 % untuk suksesnya suatu usaha ekonomi. Harga Efisiensi ( secara ekonomi ) = Biaya c. Ekonomi Teknik Untuk peningkatan kompetisi pasar global, kelayakan ekonomis merupakan sebuah pertimbangan yang sangat penting. Pendekatan teknik kepada pemecahan masalah telah berkembang dan meluas sehingga keberhasilan seringkali tergantung pada kemampuan yang dihadapkan dengan faktor ekonomis dan fisik. Faktor ekonomis dalam operasi sistem dan peralatan tidak dapat lagi diserahkan pada kesempatan tapi
76
harus dipertimbangkan dalam proses desain. 2. Analisa Ekonomi Pengambilan Keputusan Proses Produksi
Untuk Dalam
Identifikasi dan Formulasi Permasalahan
Pengumpulan dan Pengolahan Data yang Diperlukan
kebutuhan yang serba pasti ( diasumsikan demand akan konstan ). Nilai uang tidak akan berubah seiring dengan periode waktu berjalan ( Time Value of Money) .
Total Cost ( TC ) > Total Revenue TR ) Rugi ( Loss ) Total Cost ( TC ) < Total Revenue TR ) Untung ( Profit )
( (
Untung ( Profit ) atau Rugi ( Loss ) = Total Penerimaan – Total Biaya Z = TR – TC
Pegembangan Alternatif-Alternatif Rancangan Proyek
Pada
kondisi
BEP
maka
berlaku Z = 0 atau TR = TC sehingga diperoleh analisa sebagai berikut :
Analisa dan Evaluasi Aspek Teknis Aspek Ekonomis Pengambilan Keputusan Untuk Alternatif Yang Terbaik Ditinjau Dari : Kelayakan Teknis Kelayakan Ekonomis
Gambar 2.1
Bagan Aliran Proses Pengambilan Keputusan Manajerial untuk Suatu Rancangan / Proyek Engineering 3. Analisa Titik Pulang Pokok ( Break Even Point Analysis ) Analisa titik pulang pokok ( break even point analysis ) merupakan analisa ekonomi yang umum diaplikasikan dalam proses pengambilan keputusan. Analisa dibuat dengan mempertimbangkan unit – unit biaya tetap, biaya variable dan harga per unit produknya. Analisa ini dibuat dengan mengabaikan hal – hal seperti: Kondisi masa yang akan datang yang berkaitan dengan perubahan tingkat
NBEP
TFC PV
NBEP : Jumlah output produksi pulang pokok ( BEP ) TFC : Total biaya tetap P : Harga jual per unit produk V : Biaya variabel per unit produk Asumsi : a. Harga jual per unit produk ( P ) akan selalu konstan. b. Biaya variabel per unit produk ( V ) juga dianggap konstan, tidak dikenal adanya potongan harga ( discount price ). c. Semua yang berhubungan dengan biaya ataupun penerimaan akan linier. d. Analisa ini hanya bisa diaplikasikan untuk menganalisa fasilitas produksi yang menghasilkan produk atas jasa tunggal (single output). Dengan analisa BEP, ketika terjadi kondisi merugi maka dapat dikembangkan alternatif – alternatif sebagai berikut : a. Menekan atau menurunkan Total Biaya Tetap ( TFC ). b. Menekan atau menurunkan Biaya Variabel per unit output ( V ).
77
c. Menaikkan harga jual per unit produk ( P ). d. Menaikkan jumlah atau volume unit output (N) yang dibuat. 4. Investasi Investasi adalah pengeluaran untuk suatu harapan di masa yang akan datang dan bertujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) yang layak. Ada dua faktor yang mempengaruhi satu investasi. Kedua faktor itu adalah waktu dan resiko. 5. Bunga Bunga (interest) adalah sejumlah uang yang dibayarkan akibat pemakaian uang yang dipinjam sebelumnya untuk suatu waktu tertentu. Selain itu bunga bisa pula diartikan sebagai laju pengembalian (rate of return) dari sejumlah uang yang diinvestasikan yang berasal dari milik sendiri atau pinjaman. A. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga (rate of interest) merupakan rasio atau perbandingan antara bunga yang dibebankan per periode waktu dengan jumlah uang yang dipinjam awal periode dikalikan dengan 100% atau dapat diformulasikan sebagai berikut : Rate of Interest = Bunga / satuan waktu x 100% Jumlah pinjaman awal B. Bunga Sederhana Sistem bunga sederhana ( simple interest ) yaitu sistem perhitungan bunga yang hanya didasarkan atas besarnya pinjaman semula dan bunga periode sebelumnya yang belum dibayar tidak termasuk faktor pengali bunga. I=Pxnxi I : Besarnya bunga P : Besarnya uang yang dipinjamkan atau diinvestasikan n : Periode waktu peminjaman i : Tingkat suku bunga ( interest rate ) C. Bunga Majemuk
Sistem bunga majemuk ( Compound Interest ), yaitu sistem perhitungan bunga dimana bunga tidak hanya dihitung terhadap besarnya pinjaman awal, tetapi perhitungan didasarkan atas besarnya utang awal periode yang bersangkutan. Dengan kata lain sistem bunga berbunga. 6. Perubahan Nilai Uang Terhadap Waktu dan Aplikasinya dalam Analisa Ekonomi Teknik Simbol atau notasi yang biasa digunakan adalah : i : Interest rate / tingkat suku bunga ( % ). n : Periode bunga yang ditetapkan dalam jangka waktu tertentu. P : Besarnya uang pokok yang nilainya dihitung atau diekuivalensikan pada saat sekarang ( Present Worth ) F : Besarnya uang pokok yang nilainya diekuivalensikan di masa mendatang ( Future Worth ) yaitu pada akhir periode bunga ( n ) A : Jumlah pembayaran tunggal n dari pembayaran yang sama berturut – turut ( Uniform Series ) yang dilakukan pada setiap akhir periode bunga tahunan ( Annual Payment atau Annuity ) 6.1 Pembayaran Tunggal ( Single Payments ) a. Faktor Pembayaran Tunggal Berganda ( Single Amount Payment Compound Factor ) F = P ( F/P, i%,n ) atau F=P(1+i)n 0
1
2
3
n 1
n
P
Gambar 6.1 Cash Flow Diagram Single Amount Payment Compound Factor
78
b. Faktor Nilai Sekarang Dari Pembayaran Tunggal ( Single Payment Present Worth Factor ) P = F ( P/F, i%, n ) atau
1 P F n 1 i
F = A ( F/A, i%, n ) atau
6.2 Pembayaran dalam Jumlah Sama Secara Seri ( Berturut – turut ) pada Setiap Akhir Tahun Pembayaran atau Penerimaan ( Uniform Annual Series End-of-Year Payments or Receipts ) a. Faktor Dana Tersimpan atau Terbayarkan dalam Jumlah yang Sama Secara Seri ( Uniform Series the Sinking Fund Factor )
1 A F atau n 1 i 1
0
A ?
A ?
1 i n 1 F A i d. Nilai Uang Sekarang dari Pembayaran yang Sama Secara Berturut – turut (Uniform Series Present Worth Factor)
1 i n 1 atau P A n i 1 i P = A ( P/A, i%, n ) 6.3 Cash Flow Gradient ( G )
A = F ( A/F, i%,n ) A ?
c. Faktor Dana Terkumpul dari Pembayaran yang Sama Secara Berturut – turut (Uniform Series Compound Factor)
A ?
A ? n
Cash flow gradient adalah cash flow di mana jumlah aliran uangnya meningkat dalam jumlah tertentu setiap periodik.
i%, n G P
G
Gambar 6.2 Cash Flow Diagram Uniform Series the Sinking Fund Factor b. Faktor Dana atau modal yang Terserap Kembali dalam Jumlah Sama Secara Berturut – turut ( Uniform Series Capital Recovery Factor )
i A P 1 atau n 1 i 1 A = P ( A/P, i%, n ) atau
G A 2
A
0
1
A 3
2
A 4
3
4
…n
Gambar 6.3 Cash Flow Gradient ( G )
a. )
i1 i n A P n 1 i 1
Future ( F ) dengan Gradient ( G
F b.
n G 1 i 1 n i i
Present ( P ) dengan Gradient ( G)
79
1 i n in 1 P G atau n 2 i 1 i
Apabila NPV ≥ 0 = proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Apabila NPV ≤ 0 = proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
P = G ( P/G, i%, n ) c. )
Annual ( A ) dengan Gradient ( G
n G 1 i 1 i atau A n n i i 1 i 1
A = G ( A/G, i%, n ) 7. Kriteria atau Evaluasi untuk Menganalisa Investasi MARR ( Minimum Atractive Rate of Return ) adalah tingkat suku bunga yang dipakai sebagai patokan dasar oleh perusahaan dalam mengevaluasi atau menganalisa serta membandingkan berbagai alternatif. MARR merupakan nilai minimal dari tingkat pengembalian atau bunga yang diterima oleh investor. a. Net Present Value ( NPV ) Metode ini mengandaikan bahwa semua aliran kas dikonversikan menjadi nilai sekarang ( P ) dan dijumlahkan sehingga nilai P yang diperoleh mencerminkan nilai netto dari keseluruhan aliran kas yang tejadi selama perencanaan. Tingkat suku bunga yang dipakai untuk melakukan konversi adalah MARR. Secara sistematis, nilai sekarang dari suatu aliran kas dinyatakan sebagai berikut : n
Pi t 0
At
1 i t
atau
b. Internal Rate of Return ( IRR ) Metode NPV umumnya mencari nilai ekuivalensi cash flow dengan menggunakan suku bunga sebagai faktor penentu utamanya, maka pada metode IRR yang dicari adalah suku bunga di saat NPV = 0. Jadi metode IRR memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % periode waktu. n
Pi t 0
Pi At ( P / F , i %, t ) t 0
Dimana : Pi = Nilai sekarang aliran kas pada tingkat suku bunga i% At = Aliran kas pada akhir periode t i = MARR n = Horison perencanaan
1 r t
0
Di mana : At = Cash flow periode t r = Tingkat suku bunga yang menjadikan PV proceeds sama dengan PV dari capital outlay n = Periode terakhir dari cash flow yang diharapkan. c. Periode Penggantian ( Pay Back Period ) Periode penggantian ( pay back period ) pada dasarnya adalah jumlah periode yang diperlukan untuk mengembalikan ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Pay Back Period adalah nilai n terkecil yang memenuhi persamaan n
n
At
F t 0
t
0
Di mana : F0 = Besarnya biaya investasi Ft = Kumulatif jumlah uang pada saat n
80
METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. FILAMENDO SAKTI yang berlokasi di Kompleks Industri Gajah Tunggal jalan Gajah Tunggal, desa Pasir Jaya kecamatan Jatiuwung, Tangerang 15135 pada bulan Januari 2007 – Desember 2007. 2. Perumusan Masalah Harga minyak bumi yang semakin melambung mengakibatkan biaya untuk memproduksi benang ban nilon 6 ( Tire Cord Yarn Nylon 6 ) juga ikut merangsek naik. Untuk mengimbangi lonjakan kenaikan tersebut, penggunaan HST powder mulai dilirik lagi untuk menggantikan penggunaan HST pellet yang harganya jauh lebih mahal. Namun sebelum memulai itu semua, harus dilakukan analisa secara tepat dari segala sisi agar penerapan keputusan yang mengharuskan investasi modal dalam jumlah sangat besar ini dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, bukan sebaliknya. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan dalam Jurnal penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menurunkan biaya produksi dari penghematan yang dilakukan dengan mengganti penggunaan HST pellet dengan HST powder. 2. Menentukan layak atau tidaknya proyek konversi ini untuk dijalankan. 3. Menghitung berapa lama Break Even Point ( BEP ) dari investasi yang dikeluarkan seandainya proyek konversi ini jadi dijalankan. 4. Pegumpulan Data Dalam rangka pengumpulan informasi yang berguna bagi perusahaan, ada dua jenis data yang diambil : 1. Data Primer Yaitu hasil pengamatan dan analisa penulis. 2. Data Sekunder
Yaitu data yang sudah diolah oleh perusahaan. Data – data yang dikumpulkan meliputi : 1. Data Umum Perusahaan 2. Data kapasitas produksi aktual perusahaan, biaya depresiasi, tingkat suku bunga yang berlaku, biaya bahan baku, biaya investasi dan lain – lain. 5. Tahapan Pengolahan Data dan Analisa Data – data yang telah penulis dapatkan akan diolah sedemikian rupa sehingga data – data tersebut bisa digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur tepat atau tidaknya kebijakan yang telah diambil oleh perusahaan dengan menjalankan alternatif tersebut serta seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1. Data Investasi
Tabel 1 Umur Ekonomis Mesin dan Nilai Sisa Harga Beli Umur ekonomis Nilai sisa HST Dosing Unit Pellet Rp65.000.000 20 tahun Rp32.500.000 HST Dosing Unit Powder Rp80.000.000 20 tahun Rp40.000.000 Total biaya investasi konversi HST pellet ke HST Powder untuk satu unit / satu area adalah sebesar Rp172.811.433 2. Data Hasil Produksi Data hasil produksi diambil dari data produksi total selama periode penelitian yaitu bulan januari 2007 sampai dengan bulan desember 2007.
81
Tabel 2 Data Hasil Produksi Area 61 ( denier 1260 ) Periode Januari 2007 - Desember 2007 Periode Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Sub Total
Total Produksi ( Kg ) 35.883 175.991 241.028 239.057 232.928 229.617 1.154.502
Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Sub Total TOTAL
237.268 225.238 223.639 243.195 235.276 241.280 1.405.896 2.560.398
Rata- rata produksi bulan Mar 07-Des 07
234.852
Untuk data hasil produksi 20 tahun ke depan ( umur ekonomis mesin ) diperkirakan tidak akan berubah. Tabel 3 Data Hasil Produksi Area 61 ( denier 1260 ) Periode tahun 2008 - 2027 Periode 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Total Produksi ( Kg ) 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224
3. Kebutuhan Heat Stabilizer ( HST ) Kebutuhan HST
= Total Produksi bulan januari 2007 x 0.00435 = 35.883 Kg x 0.00435 = 156.09 Kg
Tabel 4 Data Hasil Produksi & Konsumsi HST Area 61 ( denier 1260 ) Periode Januari 2007 - Desember 2007 Periode Jan-07 Feb-07 Mar-07 Apr-07 Mei-07 Jun-07 Sub Total Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Sub Total TOTAL
Total Produksi ( Kg ) 35.883 175.991 241.028 239.057 232.928 229.617 1.154.502 237.268 225.238 223.639 243.195 235.276 241.280 1.405.896 2.560.398
Konsumsi HST (Kg ) ( 0,435 % ) 156,09 765,56 1.048,47 1.039,90 1.013,24 998,83 5.022,09 1.032,12 979,79 972,83 1.057,90 1.023,45 1.049,57 6.115,65 11.137,73
Tabel 5 Data Hasil Produksi & Konsumsi HST untuk Area 61 ( denier 1260 ) Periode tahun 2007 - 2027 Periode 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Total Produksi ( Kg ) 2.560.398 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224 2.818.224
Tabel 6 HST
Harga HST Powder & HST Pellet
Harga / Kg Harga / Kg Harga / Kg (
A B C D E
Pellet Asumsi kurs
Konsumsi HST ( 0,435 % )( Kg ) 11.137,73 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27 12.259,27
( Yen ) ( Euro ) Rupiah ) 1120 Rp96.320 2510 Rp215.860 2470 Rp212.420 610 Rp52.460 270 Rp23.220 Harga 1 Kg HST Powder 12,5 Rp170.500
% Kebutuhan 47 6,63 6,37 2 38 100
Harga x % Kebutuhan untuk 1 Kg ( Rp ) Rp45.270 Rp14.312 Rp13.531 Rp1.049 Rp8.824 Rp82.986 Rp170.500
1 Yen = Rp 86 1 EURO = Rp 13.640
( Kurs valuta asing Bank BTN : 21 Agustus 2008 ) Harga ini merupakan nilai saat ini ( P ) untuk tahun 2007. Dengan asumsi harga HST akan naik sebesar 5 % pertahun maka untuk menghitung harga HST tahun berikutnya dipergunakan rumus ( 2-14 & 2-15 ) pembungaan majemuk tunggal (F = P ( 1 + i ) n ) atau F = P ( F/P, i%,n ). Dalam hal ini, i adalah asumsi rata – rata kenaikan harga HST pertahun ( 5 % ). Maka contoh perhitungan harga HST pellet pada tahun 2011 (periode peramalan ke-4) dimana : P = Rp 170.500 peramalan )
n = 4 ( periode
82
Tabel 8 Total Penghematan dari selisih harga HST Pellet dengan HST Powder Tahun 2007
i = 5% Untuk diketahui bahwa n adalah periode peramalan untuk menghitung kenaikan harga bukan merupakan periode untuk analisa investasi. Perhitungan : F4=P(1+i)n F 4 = Rp.170.500 ( 1 + 5 % ) 4 F 4 = Rp.170.500 ( 1,157625 ) F 4 = Rp. 207.244 ,Tabel 7 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Prediksi harga HST
Harga HST Powder / Kg Rp82.986 Rp87.135 Rp91.492 Rp96.067 Rp100.870 Rp105.914 Rp111.209 Rp116.770 Rp122.608 Rp128.739 Rp135.175 Rp141.934 Rp149.031 Rp156.482 Rp164.307 Rp172.522 Rp181.148 Rp190.205 Rp199.716 Rp209.701 Rp220.187
Harga HST Pellet / Kg Rp170.500 Rp179.025 Rp187.976 Rp197.375 Rp207.244 Rp217.606 Rp228.486 Rp239.911 Rp251.906 Rp264.501 Rp277.727 Rp291.613 Rp306.194 Rp321.503 Rp337.578 Rp354.457 Rp372.180 Rp390.789 Rp410.329 Rp430.845 Rp452.387
4. Data Penghematan yang Diperoleh Adanya perbedaan harga antara HST pellet dengan HST powder menimbulkan perbedaan anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli HST. Dengan mengalikan jumlah kebutuhan konsumsi HST dengan harga HST untuk masing – masing jenis maka akan diperoleh besarnya kebutuhan biaya untuk membeli HST. Dengan mengurangkan biaya HST pellet dengan biaya HST powder maka akan diperoleh besarnya penghematan untuk pembelian HST.
Konsumsi HST Harga HST Powder Harga HST Pellet Total Penghematan ( Kg ) ( 0,435 % ) Jan-07 156,09 Rp12.953.300 Rp26.613.376 Rp13.660.076 Feb-07 765,56 Rp63.530.833 Rp130.528.125 Rp66.997.292 Mar-07 1.048,47 Rp87.008.300 Rp178.764.071 Rp91.755.771 Apr-07 1.039,90 Rp86.296.827 Rp177.302.304 Rp91.005.477 Mei-07 1.013,24 Rp84.084.361 Rp172.756.652 Rp88.672.291 Jun-07 998,83 Rp82.889.162 Rp170.301.040 Rp87.411.878 Sub Total 5.022,09 Rp416.762.782 Rp856.265.568 Rp439.502.785 Periode
Jul-07 Agust-07 Sep-07 Okt-07 Nop-07 Des-07 Sub Total TOTAL
1.032,12 979,79 972,83 1.057,90 1.023,45 1.049,57 6.115,65 11.137,73
Rp85.651.198 Rp81.308.463 Rp80.731.169 Rp87.790.564 Rp84.932.144 Rp87.099.414 Rp507.512.951 Rp924.275.734
Rp175.975.818 Rp167.053.394 Rp165.867.307 Rp180.371.281 Rp174.498.476 Rp178.951.270 Rp1.042.717.545 Rp1.898.983.112
Rp90.324.620 Rp85.744.931 Rp85.136.138 Rp92.580.717 Rp89.566.332 Rp91.851.856 Rp535.204.594 Rp974.707.379
Perhitungan besarnya penghematan selama periode tahun 2008 hinga 2027 dilakukan dengan cara yang sama dengan metode perhitungan untuk tahun 2007. Data hasil perhitungan ditampilkan pada tabel di bawah ini. Tabel 9 Total Penghematan dari selisih harga HST Pellet dengan HST Powder Periode tahun 2007 - 2027 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Kebutuhan Biaya HST Powder HST (Kg) 11.137,73 Rp924.275.734 12.259,27 Rp1.068.215.553 12.259,27 Rp1.121.626.330 12.259,27 Rp1.177.707.647 12.259,27 Rp1.236.593.029 12.259,27 Rp1.298.422.681 12.259,27 Rp1.363.343.815 12.259,27 Rp1.431.511.005 12.259,27 Rp1.503.086.556 12.259,27 Rp1.578.240.883 12.259,27 Rp1.657.152.928 12.259,27 Rp1.740.010.574 12.259,27 Rp1.827.011.103 12.259,27 Rp1.918.361.658 12.259,27 Rp2.014.279.741 12.259,27 Rp2.114.993.728 12.259,27 Rp2.220.743.414 12.259,27 Rp2.331.780.585 12.259,27 Rp2.448.369.614 12.259,27 Rp2.570.788.095 12.259,27 Rp2.699.327.499
Biaya HST Pellet
Total Penghematan
Rp1.898.983.112 Rp2.194.716.599 Rp2.304.452.429 Rp2.419.675.051 Rp2.540.658.803 Rp2.667.691.744 Rp2.801.076.331 Rp2.941.130.147 Rp3.088.186.655 Rp3.242.595.987 Rp3.404.725.787 Rp3.574.962.076 Rp3.753.710.180 Rp3.941.395.689 Rp4.138.465.473 Rp4.345.388.747 Rp4.562.658.184 Rp4.790.791.094 Rp5.030.330.648 Rp5.281.847.181 Rp5.545.939.540
Rp974.707.379 Rp1.126.501.047 Rp1.182.826.099 Rp1.241.967.404 Rp1.304.065.774 Rp1.369.269.063 Rp1.437.732.516 Rp1.509.619.142 Rp1.585.100.099 Rp1.664.355.104 Rp1.747.572.859 Rp1.834.951.502 Rp1.926.699.077 Rp2.023.034.031 Rp2.124.185.733 Rp2.230.395.019 Rp2.341.914.770 Rp2.459.010.509 Rp2.581.961.034 Rp2.711.059.086 Rp2.846.612.040
5. Biaya – Biaya Operasional Mesin HST Dosing Unit Biaya Perawatan mesin dan biaya utilitas berdasarkan pengalaman perusahaan diprediksikan akan naik sebesar 5 % per tahun .
83
Tabel 10 Biaya - Biaya mesin HST Pellet Dosing Unit n
Tahun
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
n Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Tabel 12 Total Penurunan Pendapatan
Biaya Utilitas TOTAL penunjang Rp20.000.000 Rp22.000.000 Rp42.000.000 Rp21.000.000 Rp23.100.000 Rp44.100.000 Rp22.050.000 Rp24.255.000 Rp46.305.000 Rp23.152.500 Rp25.467.750 Rp48.620.250 Rp24.310.125 Rp26.741.138 Rp51.051.263 Rp25.525.631 Rp28.078.194 Rp53.603.826 Rp26.801.913 Rp29.482.104 Rp56.284.017 Rp28.142.008 Rp30.956.209 Rp59.098.218 Rp29.549.109 Rp32.504.020 Rp62.053.129 Rp31.026.564 Rp34.129.221 Rp65.155.785 Rp32.577.893 Rp35.835.682 Rp68.413.574 Rp34.206.787 Rp37.627.466 Rp71.834.253 Rp35.917.127 Rp39.508.839 Rp75.425.966 Rp37.712.983 Rp41.484.281 Rp79.197.264 Rp39.598.632 Rp43.558.495 Rp83.157.127 Rp41.578.564 Rp45.736.420 Rp87.314.984 Rp43.657.492 Rp48.023.241 Rp91.680.733 Rp45.840.366 Rp50.424.403 Rp96.264.769 Rp48.132.385 Rp52.945.623 Rp101.078.008 Rp50.539.004 Rp55.592.904 Rp106.131.908 Rp53.065.954 Rp58.372.550 Rp111.438.504 Tabel 11 Biaya - Biaya mesin HST Powder Dosing Unit
Biaya perawatan
Biaya perawatan
Biaya tenaga kerja
Rp20.000.000 Rp21.000.000 Rp22.050.000 Rp23.152.500 Rp24.310.125 Rp25.525.631 Rp26.801.913 Rp28.142.008 Rp29.549.109 Rp31.026.564 Rp32.577.893 Rp34.206.787 Rp35.917.127 Rp37.712.983 Rp39.598.632 Rp41.578.564 Rp43.657.492 Rp45.840.366 Rp48.132.385 Rp50.539.004 Rp53.065.954
Rp48.000.000 Rp52.800.000 Rp58.080.000 Rp63.888.000 Rp70.276.800 Rp77.304.480 Rp85.034.928 Rp93.538.421 Rp102.892.263 Rp113.181.489 Rp124.499.638 Rp136.949.602 Rp150.644.562 Rp165.709.018 Rp182.279.920 Rp200.507.912 Rp220.558.703 Rp242.614.574 Rp266.876.031 Rp293.563.634 Rp322.919.998
Biaya Utilitas penunjang Rp30.000.000 Rp31.500.000 Rp33.075.000 Rp34.728.750 Rp36.465.188 Rp38.288.447 Rp40.202.869 Rp42.213.013 Rp44.323.663 Rp46.539.846 Rp48.866.839 Rp51.310.181 Rp53.875.690 Rp56.569.474 Rp59.397.948 Rp62.367.845 Rp65.486.238 Rp68.760.550 Rp72.198.577 Rp75.808.506 Rp79.598.931
TOTAL Rp98.000.000 Rp105.300.000 Rp113.205.000 Rp121.769.250 Rp131.052.113 Rp141.118.558 Rp152.039.710 Rp163.893.442 Rp176.765.035 Rp190.747.900 Rp205.944.369 Rp222.466.570 Rp240.437.378 Rp259.991.475 Rp281.276.500 Rp304.454.321 Rp329.702.433 Rp357.215.490 Rp387.206.993 Rp419.911.144 Rp455.584.883
6. Beban Biaya Akibat Penurunan Kualitas Produk Setelah alternatif baru ini dijalankan, ternyata banyak ditemukan permasalahan teknis yang mengakibatkan adanya penurunan koalitas produk. Penurunan kualitas produk tentunya berdampak secara langsung terhadap penerimaan perusahaan dari segi penjualan produk karena harga produk yang bermasalah lebih rendah dibandingkan harga produk yang bagus.
Periode Investasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tahun
Penurunan Pendapatan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 TOTAL
Rp236.697.136 Rp268.347.945 Rp276.398.384 Rp284.690.335 Rp293.231.045 Rp302.027.977 Rp311.088.816 Rp320.421.481 Rp330.034.125 Rp339.935.149 Rp350.133.203 Rp360.637.199 Rp371.456.315 Rp382.600.005 Rp394.078.005 Rp405.900.345 Rp418.077.355 Rp430.619.676 Rp443.538.266 Rp456.844.414 Rp6.976.757.177
Penurunan pendapatan ini bisa diperhitungkan sebagai penghematan yang dihasilkan oleh penggunaan mesin HST pellet dosing Unit. Sehingga dapat dipergunakan dalam perhitungan analisa ekonomi teknik pada bab selanjutnya. ANALISA PEMECAHAN MASALAH 1. Analisa Penggunaan HST Pellet a. Analisa dengan Metode Net Present Value ( NPV ) Tabel 5.1 Investasi, Nilai Sisa, Total Penghematan dan Total Biaya Periode (n) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tahun
Investasi
Nilai Sisa
2006 Rp65.000.000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 Rp32.500.000
Total Penghematan
Total Biaya
Rp236.697.136 Rp268.347.945 Rp276.398.384 Rp284.690.335 Rp293.231.045 Rp302.027.977 Rp311.088.816 Rp320.421.481 Rp330.034.125 Rp339.935.149 Rp350.133.203 Rp360.637.199 Rp371.456.315 Rp382.600.005 Rp394.078.005 Rp405.900.345 Rp418.077.355 Rp430.619.676 Rp443.538.266 Rp456.844.414
Rp42.000.000 Rp44.100.000 Rp46.305.000 Rp48.620.250 Rp51.051.263 Rp53.603.826 Rp56.284.017 Rp59.098.218 Rp62.053.129 Rp65.155.785 Rp68.413.574 Rp71.834.253 Rp75.425.966 Rp79.197.264 Rp83.157.127 Rp87.314.984 Rp91.680.733 Rp96.264.769 Rp101.078.008 Rp106.131.908
Tingkat suku bunga yang dipakai diasumsikan sebesar 9 % (
84
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Agustus 2008 ). Dengan demikian NPV dapat dihitung dengan rumus n
Pi At ( P / F , i %, t ) t 0
atau rumus
P = F ( P/F, i%, n
).
Tabel 2 Perhitungan IRR mesin HST pellet dosing unit
Sebagai contoh untuk perhitungan peride ke – 1 adalah sebagai berikut : P1 = ( NS Penghematan 1 + NS Nilai Sisa 1 ) – ( NS Investasi 1 + NS Biaya 1 ) = [ F penghematan 1 ( P/F,i %, n ) ( F Biaya 1 ( P/F, i %, n )] = [ F penghematan 1 ( P/F,9%, 1 ) – ( F Biaya 1 ( P/F, 9%, 1 )] = [ 236.697.136 ( 0.9174 ) – ( 42.000.000 ( 0.9174 )] = Rp 178.615.153 ,-
Tabel 1. NPV Mesin HST Pellet Dosing Unit Discount Factor Periode Tahun ( p/f,9%,n) (n) 0 2006 0,9174 1 2007 2 2008 0,8417 0,7722 3 2009 2010 0,7084 4 5 0,6499 2011 2012 0,5963 6 0,5470 7 2013 8 2014 0,5019 0,4604 9 2015 2016 0,4224 10 11 0,3875 2017 2018 0,3555 12 0,3262 13 2019 14 2020 0,2992 0,2745 15 2021 2022 0,2519 16 17 0,2311 2023 2024 0,2120 18 0,1945 19 2025 20 2026 0,1784 TOTAL
Perhitungan dilakukan dengan melakukan perhitungan secara coba – coba hingga ditemukan nilai NPV positif dan nilai NPV negatif. Selanjutnya dilakukan interpolasi untuk memperoleh IRR yang diinginkan.
Nilai Saat Ini ( P ) per Periode -Rp65.000.000 Rp178.615.153 Rp188.749.496 Rp177.678.111 Rp167.232.048 Rp157.392.641 Rp148.135.321 Rp139.378.225 Rp131.158.146 Rp123.378.451 Rp116.066.803 Rp109.166.356 Rp102.669.447 Rp96.565.100 Rp90.778.100 Rp85.347.781 Rp80.251.653 Rp75.430.259 Rp70.883.240 Rp66.608.520 Rp68.365.111 Rp2.308.849.963
Dapat dilihat bahwa bila mempertahankan mesin HST Pellet dosing unit akan menghasilkan NPV positif yaitu sebesar Rp. 2.438.849.963,-. Ini berarti investasi penggunan mesin HST pellet dosing unit masih layak secara ekonomi untuk dipertahankan.
( p/f,i%,n) Periode i = 70% (n) 0 0,588235 1 2 0,346021 0,203542 3 0,119730 4 5 0,070430 0,041429 6 0,024370 7 8 0,014335 0,008433 9 0,004960 10 11 0,002918 0,001716 12 0,001010 13 14 0,000594 0,000349 15 0,000206 16 17 0,000121 0,000071 18 0,000042 19 20 0,000025 TOTAL
Nilai Saat Ini ( P ) per Periode -Rp65.000.000 Rp114.527.727 Rp77.594.445 Rp46.833.581 Rp28.264.758 Rp17.056.632 Rp10.292.012 Rp6.209.622 Rp3.746.163 Rp2.259.767 Rp1.362.997 Rp822.014 Rp495.695 Rp298.882 Rp180.192 Rp108.622 Rp65.470 Rp39.456 Rp23.775 Rp14.325 Rp9.429 Rp245.205.563
( p/f,i%,n) i = 90%
0,526316 0,277008 0,145794 0,076734 0,040386 0,021256 0,011187 0,005888 0,003099 0,001631 0,000858 0,000452 0,000238 0,000125 0,000066 0,000035 0,000018 0,000010 0,000005 0,000003 TOTAL
Nilai Saat Ini ( P ) per Periode -Rp65.000.000 Rp102.472.177 Rp62.118.544 Rp33.546.200 Rp18.114.508 Rp9.780.699 Rp5.280.465 Rp2.850.575 Rp1.538.683 Rp830.465 Rp448.175 Rp241.840 Rp130.484 Rp70.395 Rp37.972 Rp20.481 Rp11.045 Rp5.956 Rp3.211 Rp1.731 Rp1.019 Rp172.504.627
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada perhitungan dengan menggunakan tingkat suku bunga ( i ) 70 % dan 90 % ternyata total NPV masih bernilai positif. Ini menunjukkan bahwa nilai IRR berada di atas angka 90 %. Hal ini dapat terjadi karena biaya investasi dari mesin yang sangat kecil bila dibandingkan dengan hasil penghematan yang diperoleh dalam jangka waktu ( periode ) yang sangat lama. Sangat besarnya jumlah penghematan yang diperoleh juga dipengaruhi oleh sangat tingginya harga dan cukup banyaknya jumlah bahan baku yang diproses. c. Analisa dengan Metode Payback Period ( PBP ) Pay Back Period ( PBP ) yang dihitung disini adalah periode pengembalian terdiskonto dimana pada proses perhitungannya dipengaruhi oleh nilai uang terhadap waktu. Perhitungan pada periode ( n ) 0 :
b. Analisa Internal Rate of Return ( IRR )
85
0
F t 0
t
0
(Rp 0 ( P / F, i %, n ) )- Rp 65.000.000 > 0 0 - Rp 65.000.000 > 0 - Rp 65.000.000 > 0 Nilai n = 0 tidak memenuhi persamaan, sehingga PBPnya bukanlah 0. Untuk perhitungan pada periode ( n ) = 1 Rp ( 236.697.136–42.000.000) (P / F, 9 %, 1 ) )- Rp 65.000.000 > 0 Rp194.697.136 ( 0.9174 ) Rp 65.000.000 > 0 Rp178.615.153 - Rp 65.000.000 > 0 Rp113.615.153 > 0 Dari perhitungan di atas diketahui bahwa n = 1 memenuhi persamaan yang diinginkan. Nilai PBP secara tepat diperoleh dengan interpolasi sebagai berikut : n = 1 – ( 113.615.153 / 178.615.153 ) n = 1 - 0,6361 n = 0,3639 tahun n = 132,8 hari atau 4 bulan 13 hari
Tabel 3 Perhitungan PBP
Pembatasan – pembatasan : Nilai penerimaan ( revenue ) diambil dari besarnya penghematan yang dihasilkan per kilogram produk. Penghematan yang dimaksud sama dengan penghematan mesin HST pellet dosing unit yang dipakai dalam perhitungan NPV sebelumnya.
Penghematan tahun 2007 = Rp236.697.136 Total Produksi tahun 2007 = 2.560.398 Kg, maka penghematan per kilogram produk : Penghematan ( P )= Rp236.697.136/2.560.398 Kg = Rp 92,- / Kg produk.
Biaya Tetap ( TFC ) adalah biaya investasi mesin HST pellet dosing unit yaitu sebesar Rp 65.000.000,-. Biaya variabel ( V ) adalah biaya operasional tahun 2007 dibagi total produk yang dihasilkan pada tahun 2007 sehingga menjadi V = Rp 42.000.000 / 2.560.398 Kg = Rp. 16,4037 / Kg
Dari data – data di atas maka dapat dihitung jumlah / volume produk yang menjadikan BEP ( NBEP ). NBEP
Periode ( n ) Akumulasi Arus Kas (Ft) 0 Rp0 1 Rp178.615.153 0,3639 Rp65.000.000
Investasi Awal (Fo) Selisih ( Ft - Fo ) Rp65.000.000 -Rp65.000.000 Rp65.000.000 Rp113.615.153 Rp65.000.000 Rp0
d. Analisa dengan Metode Break Even Point ( BEP ) Pada analisa titik pulang pokok ( Break Even Point / BEP ), diasumsikan bahwa nilai uang tidak akan berubah seiring dengan periode waktu berjalan ( time value of money ). BEP akan terjadi bilamana : Total Revenue = Total Cost
NBEP
TFC P V
65.000.000 92 16.4037
NBEP = 859.830,4 Kg 2. Analisa Penggunaan HST Powder a. Analisa dengan Metode Net Present Value ( NPV ) Tabel 4 NPV Mesin HST Powder Dosing Unit
86
Periode (n) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 TOTAL
Discount Factor ( p/f,9%,n)
0,9174 0,8417 0,7722 0,7084 0,6499 0,5963 0,5470 0,5019 0,4604 0,4224 0,3875 0,3555 0,3262 0,2992 0,2745 0,2519 0,2311 0,2120 0,1945 0,1784
Nilai Saat Ini ( P ) per Periode -Rp172.811.433 Rp804.291.349 Rp859.544.921 Rp825.961.413 Rp793.548.372 Rp762.341.579 Rp732.346.146 Rp703.273.965 Rp675.419.729 Rp648.397.463 Rp622.451.683 Rp597.381.040 Rp573.238.393 Rp550.058.566 Rp527.502.333 Rp505.878.584 Rp485.144.462 Rp465.022.271 Rp445.580.544 Rp426.879.661 Rp415.876.793 Rp12.247.327.836
Dapat dilihat bahwa dengan bila mengganti mesin HST Pellet dengan mesin HST Powder akan menghasilkan NPV positif yaitu sebesar Rp.12.592.950.702,-. Ini berarti investasi penggunan mesin HST powder dosing unit layak secara ekonomi untuk dilaksanakan. b. Analisa dengan Metode Internal Rate of Return ( IRR )
ternyata total NPV masih bernilai positif. Ini menunjukkan bahwa nilai IRR berada di atas angka 90 %. Hal ini dapat terjadi karena biaya investasi dari mesin yang sangat kecil bila dibandingkan dengan hasil penghematan yang diperoleh dalam jangka waktu ( periode ) yang sangat lama pula. Sangat besarnya jumlah penghematan yang diperoleh juga dipengaruhi oleh sangat tingginya harga dan cukup banyaknya jumlah bahan baku yang diproses. c. Analisa dengan Metode Payback Period ( PBP ) Tabel 5.8 Perhitungan PBP Periode ( n ) Akumulasi Arus Kas (Ft) Investasi Awal (Fo) 0 Rp0 Rp172.811.433 1 Rp804.291.349 Rp172.811.433 0,2149 Rp172.811.433 Rp172.811.433
Selisih ( Ft - Fo ) -Rp172.811.433 Rp631.479.916 Rp0
Dari data di tabel dapat kita lihat bahwa PBP adalah 0.2149 tahun atau 78.4 hari atau 2 bulan 18.4 hari 2 bulan 18 hari.
Tabel 5 Perhitungan IRR mesin HST powder dosing unit Periode ( p/f,i%,n) i = 70% (n) 0 0,588235 1 2 0,346021 0,203542 3 0,119730 4 5 0,070430 0,041429 6 0,024370 7 8 0,014335 0,008433 9 0,004960 10 11 0,002918 0,001716 12 0,001010 13 14 0,000594 0,000349 15 0,000206 16 17 0,000121 0,000071 18 0,000042 19 20 0,000025 TOTAL
Nilai Saat Ini ( P ) per Periode -Rp172.811.433 Rp515.710.223 Rp353.356.764 Rp217.712.416 Rp134.121.736 Rp82.614.916 Rp50.881.284 Rp31.332.480 Rp19.291.463 Rp11.875.877 Rp7.309.582 Rp4.498.229 Rp2.767.634 Rp1.702.507 Rp1.047.075 Rp643.828 Rp395.786 Rp243.244 Rp149.455 Rp91.803 Rp57.358 Rp1.262.992.226
( p/f,i%,n) i = 90%
0,526316 0,277008 0,145794 0,076734 0,040386 0,021256 0,011187 0,005888 0,003099 0,001631 0,000858 0,000452 0,000238 0,000125 0,000066 0,000035 0,000018 0,000010 0,000005 0,000003 TOTAL
Nilai Saat Ini ( P ) per Periode -Rp172.811.433 Rp461.424.936 Rp282.881.176 Rp155.944.175 Rp85.956.842 Rp47.373.456 Rp26.105.378 Rp14.383.415 Rp7.923.695 Rp4.364.390 Rp2.403.509 Rp1.323.397 Rp728.538 Rp400.985 Rp220.654 Rp121.395 Rp66.771 Rp36.717 Rp20.185 Rp11.093 Rp6.202 Rp918.885.476
Dari tabel di atas diketahui bahwa pada perhitungan dengan menggunakan tingkat suku bunga ( i ) 70 % dan 90 %
d. Analisa dengan Metode Break Even Point ( BEP ) Pembatasan – pembatasan : Nilai penerimaan ( revenue ) diambil dari besarnya penurunan biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli HST per kilogram produk. Penurunan biaya = harga 1 Kg HST pellet – harga 1 Kg HST powder. = Rp170.500 - Rp82.986 = Rp87.514 / Kg HST Karena 1 kg produk hanya membutuhkan 0.435 % HST, maka dari 1 kg HST dapat digunakan untuk menghasilkan 229,885 Kg produk. Sehingga penurunan harga akibat penggantian HST Pellet ke HST Powder adalah sebesar Rp381 / kg produk ( P ). Biaya Tetap ( TFC ) adalah biaya investasi mesin HST powder dosing unit yaitu sebesar Rp172.811.433,-.
87
Biaya variabel ( V ) adalah biaya operasional tahun 2007 dibagi total produk yang dihasilkan pada tahun 2007 sehingga menjadi V = Rp 98.000.000 / 2.560.398 Kg = Rp. 38,2753 / Kg Dari data – data di atas maka dapat dihitung jumlah / volume produk yang menjadikan BEP ( NBEP ). TFC P V 172.811.433 NBEP 381 38.2753
KESIMPULAN DAN SARAN
NBEP
NBEP = 504.228,1 Kg
1. Kesimpulan
3. Perbandingan Kedua Mesin a. Mesin HST Pellet Dosing Unit
Memiliki nilai NPV positif yaitu Rp2.438.849.963. ini menunjukkan bahwa secara ekonomi teknik, mesin HST pellet dosing unit masih layak untuk dipertahankan ( NPV > 0 ) Memiliki nilai IRR > 90 %. Dengan nilai MARR ( suku bunga bank ) yang hanya 9 % pertahun, maka IRR yang ada jauh di atas nilai MARR ( IRR > MARR ). Mempunyai tingkat pengembalian ( PBP ) yang sangat cepat ( 132.8 hari ), jauh di bawah umur ekonomis mesin yang mencapai 20 tahun. Mempunyai NBEP yang sangat kecil yitu sebesar 859.830,4 Kg produk yang jauh lebih kecil dari hasil produksi tahun 2007 (2.560.398 Kg ).
b. Mesin HST Powder Dosing Unit
Memiliki nilai NPV positif yaitu Rp12.592.950.702. ini menunjukkan bahwa secara ekonomi teknik, mesin HST powder dosing unit sangat layak untuk dioperasikan ( NPV > 0 ) Memiliki nilai IRR > 90 %. Dengan nilai MARR ( suku bunga bank ) yang hanya 9 % pertahun, maka IRR yang ada jauh di atas nilai MARR ( IRR > MARR ). Mempunyai tingkat pengembalian ( PBP ) yang sangat cepat ( 78.4 hari ),
jauh di bawah umur ekonomis mesin yang mencapai 20 tahun. Mempunyai NBEP yang sangat kecil yitu sebesar 504.228,1 Kg produk yang jauh lebih kecil dari hasil produksi tahun 2007 (2.560.398 Kg ).
Mesin HST pellet dosing unit memiliki nilai NPV positif sebesar Rp2.438.849.963, mempunyai nilai IRR sebesr > 90 %, tingkat PBP selama 132.8 hari dan NBEP sebanyak 859.830,4 Kg produk. Mesin HST powder dosing unit memiliki nilai NPV positif sebesar Rp12.592.950.702, mempunyai nilai IRR sebesr > 90 %, tingkat PBP selama 78.4 hari dan NBEP sebanyak 504.228,1 Kg produk. Dari kedua mesin di atas, ternyata mesin HST powder dosing unit memiliki nilai NPV dan IRR yang lebih besar dari mesin HST pellet dosing unit. Selain itu, mesin HST powder dosing unit juga memiliki PBP & NBEP yang lebih kecil dari mesin HST pellet dosing unit. Semua itu menunjukkan bahwa mesin HST powder dosing unit lebih memiliki keunggulan dibandingkan mesin HST pellet dosing unit meskipun keduanya layak untuk di operasikan.
2. Saran Bagi PT. Filamendo Sakti, kemungkinan untuk melakukan efisiensi di unit produsi lain masih ada, namun jangan sampai melupakan kebijakan perusahaan yang akan tetus mengedepankan mutu dan kepuasan pelanggan.
88
DAFTAR PUSTAKA
DeGarmo.Paul.E, 1997, Ekonomi Teknik. Jilid 1 (Economy Engineering Tenth Edition) , Prenhallindo, Jakarta DeGarmo.Paul.E, 1997, Ekonomi Teknik. Jilid 2 (Economy Engineering Tenth Edition) , Prenhallindo, Jakarta Giatman M, 2006, Ekonomi Teknik, Edisi 1, PT. Raja Grafinda Persada, Jakarta Kholil M., 2006, Modul Ekonomi Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta Sritomo Wignjosoebroto, Pengantar Teknik dan Manajemen Industri, Edisi Pertama, Jakarta ; Penerbit Guna Widya Raharjo, Feriyanto, 2007, Ekonomi Teknik : Analisis Pengambilan Keputusan Thuesen.Gerald.J, Fabrycky.W.J, 2001, Ekonomi Teknik, Prenhallindo, Jakarta
89