AN ANALYSIS ON THE EFFECT OF AUDIT TENURE, CORPORATE GOVERNANCE STRUCTURE, AND SIZE OF AUDIT FIRM TO THE FINANCIAL INTEGRITY STATEMENTS By: Iqbal Zainul Abidin
Advisor Lecture: AKIE RUSAKTIVA RUSTAM, SE., MSA., AK. Accounting, Universitas Brawijaya Malang
ABSTRACT
This research attempts to obtain empirical evidence of the effect of audit tenure, corporate governance structure (independent commissioner, audit committee, managerial ownership, institutional ownership) and the size of audit firm to the financial integrity statement of manufacturing companies in Indonesia. The dependent variable used in this research is financial integrity while the independent variables are audit tenure and corporate governance structure which will be analyzed by using independent commissioner ownership, audit committee, managerial ownership, institutional ownership, and size of the audit firm. The measurement of financial integrity will be done through conservatism analysis. The samples in this research are manufacturing companies listed in BEI during 2011-2014 period. The data collection is conducted using purposive sampling method. The total sample used in this research are 120 companies. The data analysis technique method of this research utilizes multiple linear regression. The results showed that audit tenure and size of audit firm do not influence the integrity of financial statement significantly.
Keywords : financial integrity, audit tenure, corporate governance, size of audit firm
ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE, DAN UKURAN KAP TERHADAP INTEGRITAS KEUANAGAN Oleh: Iqbal Zainul Abidin
Dosen Pembimbing: AKIE RUSAKTIVA RUSTAM, SE., MSA., AK. Akuntansi, Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memeproleh bukti empiris tentang pengaruh audit tenure, struktur corporate governance (komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional) dan ukuran KAP terhadap integritas keuangan pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Variabel dependen pada penelitian ini adalah integritas keuangan dan variabel independennya adalah audit tenure, struktur corporate governance yang dianalisis dengan kepemilikan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan ukuran KAP. Pengukuran pada integritas keuangan menggunakan analisis konservatisme. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2014. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling. Total sampel sebesar 120 perusahaan. metode penelitian menggunkan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa audit tenure dan ukuran KAP tidak multiple signifikan terhadap integritas laporan keuangan. sementara itu, corporate governance (komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional) berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan
Kata Kunci: Integritas Laporan Keuangan, Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan Ukuran KAP
PENDAHULUAN Akuntansi merupakan bentuk pertanggung jawaban dan penyampaian informasi keuangan suatu perusahaan atau organisassi kepada pihak-pihak yang berkempentingan (eksternal dan internal), oleh karena itu pihak manajemen suatu perusahaan berkem pentingan untuk menyajikan laporan keuangan suatu gambaran prestasi kerja meraka. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (SAK, 2004). Informasi dalam laporan keuangan harus disajikan secara benar dan jujur dengan mengungkap fakta sebenarnya yang menjadi kepentingan banyak pihak. Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang tinggi. Financial Accounting Standar Board (FASB) dalam Statement of Financial Accounting Concept No.2 (SFAC NO.2) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi yang disediakan melalui pelaporan keuangan dan berbagai penjelasan yang digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi merupakan informasi keuangan yang digunakan oleh pihak eksternal perusahaan sebagai pemegang saham, investor, kreditur, lembaga keuangan, pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan kepentingan mereka terhadap perusahaan. Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan sebagai berikut: “Integritas laporan keuangan adalah sejauh mana laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur”. Sedangkan menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 2 kualitas informasi yang menjamin bahwa informasi secara wajar bebas dari kesalahan dan bias dan secara jujur menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan. Penelitian ini menganalisis pengaruh audit tenure, struktur corporate governance dan ukuran KAP terhadap integritas laporan keuangan. Pengukuran corporate governance diukur dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan komisaris. Integritas laporan keuangan diukur dengan konservatisme akuntansi yaitu ditentukan dengan menggunakan asumsiasumsi metode perusahaan yang digunakan yaitu antara lain metode penyusutan, metode depresiasi dan amortisasi, dan pengakuan biaya riset (Widya, 2005). Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban (Jamaan, 2008). Mayangsari dan Wilopo (2002) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa secara prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan. Salah satu contohnya pada kasus Enron, di mana perusahaan Enron melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta
Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Kasus seperti ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Keterlibatan CEO, komisaris, komite audit, auditor internal, sampai pada auditor eksternal yang melibatkan KAP big-five Andersen, hal ini membuktikan bahwa kecurangan banyak dilakukan oleh orang-orang dalam (Susiana dan Herawaty, 2007) Faktor pertama yang mempengaruhi integritas laporan keuangan adalah struktur corporate governance. Menurunya integritass laporan keuangan perusahaan, memunculkan terjadinya kasus hukum skandal manipulasi informasi akutansi yang secara langsung melibatkan komisarin independen, komite audit, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial, di mana tersaji bahwa sruktur good corporate governance yang baik belum diterapkan dalam perusahaan tersebut sehingga banyak pihak-pihak manajemen dalam perusahaan menyalahgunakan otoritas dalam kegiatan operasional perusahaan (Sabeni, 2013). Sruktur Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan, 2007). Semakin baik penerapan corporate governance yang dilakukan perusahaan maka akan diharapkan mengurangi perilaku manajemen perusahaan yang bersifat oportunistik sehingga laporan keuangan dapat disajikan dengan integritas yang tinggi, yaitu laporan keuangan yang disajikan menunjukkan informasi yang benar dan jujur. Sistem corporate governance sendiri memerlukan pengawasan pemegang saham dan tanggung jawab manajemen. Mekanisme pengawasan manajemen baik internal (berdasarkan organisasi) maupun eksternal (berdasarkan pasar) diwajibkan (Walsh & Seward, 1990). Dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif merupakan mekanisme pengawasan internal untuk melindungi kepentingan pemegang saham dan pemilik. Disisi lain kepemilikan pihak luar, monitoring, peraturan pemerintah (perlindungan kepemilikan investor) merupakan mekanisme pengawasan eksternal yang membantu internal untuk pengawasan efektif perusahaan. Selain dari pihak perusahaan, auditor eksternal (akuntan publik) sebagai pihak independen yang memberikan opini mengenai kewajaran terhadap laporan keuangan serta profesi auditor yang merupakan profesi kepercayaan masyarakat juga mulai banyak dipertanyakan mengenai kredibilitas akuntan publik sebagai pihak independen apalagi setelah didukung oleh bukti semakin meningkatnya tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik (Susiana dan Arleen, 2007). Padahal profesi akuntan mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagi masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Fenomena skandal keuangan yang terjadi juga dapat menunjukkan suatu bentuk kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan infomasi pengguna laporan keuangan. Penyajian laba dalam laporan keuangan
tidak menunjukkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, informasi laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang akan datang. Faktor kedua adalah audit tenure. Audit tenure adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahunan (Junaidi dan Jogiyanto, 2010). Sehingga dapat dikatakan yang mempengaruhi integritas laporan keuangan yaitu audit tenure, Sinason, et al. (2001) menemukan panjang masa perikatan audit secara positif dipengaruhi oleh jenis perusahaan audit. Dengan demikian, perusahaan-perusahan audit yang besar seperti big four akan memiliki masa perikatan audit yang panjang dibandingkan perusahaan audit yang kecil seperti non big four. Perbedaan panjang masa perikatan audit antara kedua jenis perusahaan audit (Big 4 dan non Big 4) bisa mengganggu independensi auditor dalam jangka panjang. Unike (2007) dalam Indrawan (2010) menyatakan bahwa independensi dapat diproksikan menjadi 4 indiikator (lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor, pemberian jasa non audit). Salah satu ancaman yang dapat menghilangkan independensi auditor adalah masa perikatan audit yang panjang (audit tenure). Karena masa perikatan audit yang panjang dapat menyebabkan auditor mengembangkan hubungan yang nyaman serta kesetiaan yang kuat atau emosional hubungan dengan klien, yang bisa mencapai tahap di mana independensi auditor terancam. Ukuran KAP merupakan ukuran yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya suatu Kantor Akuntan Publik dengan menggolongkannya ke dalam dua golongan yaitu big four dan non-big four (Arens, et al, 2003). Ukuran KAP yang berbeda inilah membuat pemakai laporan keuangan memandang pentingnya kredibilitas KAP dengan melihat nama KAP tersebut, semakin besar nama KAP maka tingkat kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan lebih berintegritas sedangkan KAP kecil dianggap laporan keuangan yang dihasilkan kurang berintegritas. Sehingga faktor yang ketiga adalah pengaruh ukuran KAP terhadap integritas laporan keuangan. Beberapa penelitian sebelumnya, Kantor Akuntan Publik (KAP) big four dan non-big (DeAngelo 1981; Palmorose 1988; Becker et al. 1998; Inten Meutia 2004) menunjukkan bahwa KAP big four akan berusaha menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP non-big. Namun demikian, kasus Enron cukup mengguncang ekonomi Amerika Serikat karena adanya keterlibatan salah satu KAP big five Arthur Andersen dalam kecurangan laporan keuangan. Timbulnya kasus kecurangan tersebut juga menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat pasar uang dan pasar modal. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa yang berguna
dan berharga, maka nilai audit juga meningkat, sehingga KAP dituntut untuk bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dari uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul : “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan Ukran KAP Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. 1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan kondisi yang telah dibahas di atas, maka untuk menghindari terjadinya penyimpangan dari penetapan obyek yang akan diteliti, maka perumusan masalah akan dikemukakan sebagai berikut : 1. Apakah audit tenure memiliki pengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan? 2. Apakah struktur corporate governance memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan? 3.
Apakah ukuran KAP memiliki pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris apakah faktor audit tenure, struktur corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen) dan ukuran KAP berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. 1.3.2
Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian manfaat sebagai berikut: a)
yang dilakukan diharapkan
dapat memberikan
Kegunaan Teoretis
Melalui penelitian ini, peneliti ingin mencoba memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan terutama pada teori agency mengenai perbedaan kepentingan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untu perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan khususnya dibidang pengauditan.
b) Kegunaan Praktik
Penelitian ini menjadi dukungan bagi auditor agar senantiasa meningkatkan kualitas auditnya, dan menerapkan independesinya. Juga bagi manajemen perusahaan agar meningkatkan penerapan prinsip corporate governance di lingkungan perusahaannya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk mengembangkan keahlian akuntan publik baik dari perspektif individu maupun profesi (pelatihan atau seminar) sehingga dapat meningkatkan pemahaman auditor terhadap karakteristik industri tertentu dan berdampak positif pada kualitas audit.
Penelitian memberikan perusahaan untuk pelaksanaan Good Corporate Governance.
lebih
memperhatikan
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi karena masingmasing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi utilitasnya. Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Dengan adanya perkembangan perusahaan yang semakin besar maka sering terjadi konflik antara prinsipal dalam hal ini adalah para pemegang saham (investor) dan pihak agent yang diwakili oleh manajemen (direksi). Agen dikontrak melalui tugas tertentu bagi prinsipal serta mempunyai tanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh prinsipal. Prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberi imbalan kepada agen atas jasa yang telah diberikan oleh agen. Adanya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya konflik keagenan. Prinsipal dan agen sama-sama menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Prinsipal dan agen juga sama-sama menghindari adanya risiko. Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Menurut Shleifer dan Vishny (1997) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), corporate governance
berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost) dan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga sahamnya. 2.1.2
Auditing dan Akuntan Publik
“Auditing is an examination of a company’s financial statements by a firm of independent publik accountants. The audit consists of a searching investigation of the accounting records and other evidence supporting those financial statements. By obtaining an understanding of the company’s internal control, and by inspecting documents, observing of assets, making inquiries within and outside the company, and performing other auditing procedures, the auditors will gather the evidence necessary to determine whether the financial statements provide a fair and reasonably complete picture of the company’s financial position and its activities during the period being audited.” (Whittington, et.al. dalam Agoes, 2001) Unsur-unsur dari auditing itu sendiri jika ditarik dari beberapa pengertian di atas adalah, berupa laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis, pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik dan tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. 2.1.3 Integritas Laporan Keuangan Integritas laporan keuangan adalah laporan keuangan yang menampilkan kondisi suatu perusahaan yang sebenarnya tanpa ada sesuatu yang ditutupi atau disembunyikan jadi apabila seorang auditor mengaudit laporan keuangan yang tidak berintegritas (tidak mencerminkan keadaan sebenarnya) maka, peluang seorang untuk di tutuntut semakin besar. Karena apabila laporan keuangan yang tidak berintegritas itu ternyata laporan keuangan yang overstate akan sangat merugikan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas reliability (Kieso, 2001) dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, sedangkan pengertian dari reliability adalah kualitas informasi dalam laporan keuangan agar dapat diandalkan oleh penggunanya (SAK 2002). Reliability memiliki kualitas sebagai berikut:
a. Verifiability Laporan keuangan suatu entitas yang mempunyai kondisi yang sama dengan laporan keuangan entitas lain akan mendapatkan opini yang sama apabila di audit oleh auditor lain b. Representational x faithfullness Angka dan keterangan yang disajikan sesuai dengan apa yang ada dan benar-benara terjadi c. Neutrality Informasi dari laporan keuangan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak tergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut merugikan beberapa pihak yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. Ukuran integritas laporan keuangan selama ini belum ada walaupun demikian secara intuitif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang biasanya diukur dengan manajemen laba. Menurut Mayangsari (2003) laporan keuangan yang reliable atau berintegritas dapat dinilai dengan cara penggunaan prinsip konservatisme dan penggunaan earning management karena informasi dalam laporan keuangan akan lebih reliable, sehingga integritas laporan keuangan dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan 2.1.4 Audit Tenure dan Integritas Laporan Keuangan Audit tenure adalah masa jabatan dari kantor akuntan publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap klienya. Ketentuan mengenai audit tenrue telah dijelaskan dalam keputusan menteri dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMk.06/2002 yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 disebutkan bahwa diwajibkan untuk mengganti Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapat penugasan mengaudit selama lima tahun berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbarui dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 dengan kewajiban mengganti KAP setelah melaksanakan audit selama enam tahun berturut-turut. Isu yang muncul akibat lamanya audit tenure adalah isu independensi auditor. Pada bulan juli 2003, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) mengeluarkan suatu dokumen Rebuilding Publik Confidence in Financial Reporting, di mana IFAC menganggap kekerabatan antara auditor dengan klien sebagai suatu ancaman bagi independensi auditor. Perhatian IFAC yang utama adalah kekerabatan yang berlebihan itu dapat mengakibatkan keragu-raguan atau kepuasan auditor untuk menghadapi tantangan sewajarnya. Dengan demikian, untuk mengurangi keraguraguan diperlukan suatu audit yang efektif (IFAC, 2003 dalam Adibowo, 2009). Louwers (1998) dalam Adibowo (2009) juga menemukan bahwa lamanya hubungan auditor-klien mempengaruhi kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going-concern. Karenanya, regulator menyatakan bahwa
rotasi auditor dapat meningkatkan kualitas audit dan meningkatan kualitas proses pelaporan keuangan (CHI dan Huang,2004). 2.1.5 Corporate Governance Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha atau berkarya. Pada prinsipnya tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai bagi pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang berkepentingan. Corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah karyawan, dan stakeholder internal maupun eksternal lain, mengenai hak dan kewajiban mereka, atau sistem di mana perusahaan diatur (directed) dan dikendalikan (controlled), tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholder (Forum For Corporate Governance, 2001:2). Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Dalam penelitian ini, elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran struktur corporate governance adalah: 2.1.5.1 Komisaris Independensi dan Integritas Laporan Keuangan Menurut Zaini (2002) dalam Astria (2011) pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu cara untuk mengawasi manajer. Namun dewan komisaris belum bisa melaksanakan tugasnya dikarenakan pemegang saham pengendali ikut campur dalam mengawaji manajer, sehingga dewan komisaris gagal mewakili kepentingan stakeholder-nya. Oleh karena itu, untuk menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) maka perlu dibentuknya komisaris yang independen. Komisaris independen adalah komisaris yang beranggotakan dewan komisaris yang berasal di luar perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan keseluruhan. Komisaris independen ini bertujuan untuk melindungi pemegang saham minoritas dan pihak-pihak yang terkait. 2.1.5.2 Komite Audit dan Integritas Laporan Keuangan Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijksanaan tersebut dan
apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite ini merupakan komisaris independen sekaligus ketua komite. Anggota lainnya yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen. Selain itu, terdapat berbagai ketentuan dan peraturan mengenai komite audit telah dibuat diantaranya: a. Pedoman Good Corporate Governance (maret 2011) yang menanjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit b. Surat edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 yang merekomendasikan perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite Audit c. KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit d. KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai Komite Audit e. KEP-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai Komite Audit Keberadaan komite audit pada saat ini diterima sebagai suatu bagian dari tata kelola organisasi perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Selain itu kehadiran komite audit akhir-akhir ini telah mendapat respon yang positif dari berbagai pihak antara lain Pemerintah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), Para Investor, Profesi Hukum (Advokat, Profesi Akuntan serta Independen Apprisal). Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keandalan. Badan ini bertugas memilih dan meniliai kinerja perusahaan kantor akuntan publik, komite audit juga bertugas untuk memlihara independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen. Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-maslah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian intern. Tujuan pembentukan komite audit adalah : 1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum 2. Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai 3. Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material di bidang keuangan dan implikasi hukumnya 4. Merekomendasikan seleksi auditor
2.1.5.3 Kepemilikan Manajerial dan Integritas Laporan Keuangan Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen termasuk didalamnya persentase saham yang dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya (Susiana & Herawaty, 2007). Kepemilikan perusahaan merupakan salah satu mekanisme yang dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai kepentingan pemilik perusahaan. Dua aspek penting dari struktur kepemilikan (Gunarsih, 2004) adalah konsentrasi kepemilikan dan komposisi kepemilikan. Komposisi kepemilikan berkaitan dengan siapakah pemegang saham, dan yang lebih penting adalah siapa diantara pemegang saham ke dalam kelompok pengendali. Kepemilikan saham manajerial merupakan persentase saham yang dimiliki oleh anak cabang perusahaan bersangkutan beserta afiliasinya. Kepemilikan manajerial juga dapat berperan dalam membatasi perilaku menyimpang dari manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat diterapkan dalam meningkatkan integritas laporan keuangan. Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajer akan cenderung bertindak dalam kepentingan pemegang saham karena mereka juga merupakan bagian dari pemegang saham, antara lain dengan tidak memanipulasi informasi yang ada dalam laporan keuangan. 2.1.5.4 Kepemilikan Institusional dan Integritas Laporan Keuangan Menurut Gunarsih (2004) tingkat kepemilikan saham oleh manajerial yang cukup tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikannya yang tinggi, sehingga mereka memiliki posisi yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan. Akibatnya pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, Fama dan Jensen (1983) serta Agrawal dan Mandeker (1990) dalam Listyani (2003) menganjurkan pentingnya suatu mekanisme pengawasan dalam perusahaan. Salah satu mekanisme pengawasan tersebut yaitu dengan mengaktifkan monitoring melalui investorinvestor institusional. Dengan kepemilikan instutisional oleh perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun lembaga lain seperti perusahaan-perusahaan akan mendorong munculnya pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajer. Kepemilikan institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer sehingga integritas laporan keuangan terjaga dengan baik. Hal ini dikarenakan, dengan adanya pengawasan tersebut maka manajer akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. Mitra (2002), Koh (2003), dan Pratana dan Mas’ud (2003) juga menemukan bahwa kehadiran kepemilikan institusional yang tinggi membatasi manajer untuk melakukan pengelolaan laba.
2.1.6 Ukuran KAP dan Integritas Laporan Keuangan Ukuran KAP merupakan ukuran yang digunakan untuk menetukan besar kecilnya suatu kantor Akuntan Publik, KAP dikatakan besar apabila : 1. Berafiliasi dengan big 4 2. Mempunyai cabang dan klien perusahaan besar 3. Mempunyai tenaga kerja yang profesional min 25 orang Menurut (Shockley (1981) dalam Astria (2011)) mengungkapkan KAP yang besar lebih independen dibandingkan dengan KAP kecil. Dengan alasan bahwa ketika KAP besar kehilangan satu klien tidak begitu berpengaruh terhadap pendapatanya, akan tetapi apabila KAP kecil kehilangan satu klien sangat berpengaruh terhadap pendapatan KAP. Sehingga KAP besar seperti big 4 biasanya dianggap lebih independen dari pada KAP kecil. Selain itu, KAP big 4 lebih mempunyai reputasi dan dianggap mempunyai reputasi penyedia jasa yang mememiliki audit yang tinggi dan KAP yang besar diangap lebih mandiri dari tekanan manajemen. Penelitian yang dilakukan Susiana dan Herawaty (2007) dalam Astria (2011) menyatakan bahwa kualitas audit diukur dengan ukuran KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Dalam penelitian tersebut KAP dibedakan ke dalam 2 kategori KAP big four dan KAP non-big four. 2.2 Kerangka Pemikiran Hubungan auditor dengan klien (audit tenure), struktur corporate governance, dan ukuran KAP dengan integritas laporan keuangan dapat ditunjukkan dengan kerangka pemikiran teoritis yang disajikan dalam gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Hubungan Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan ukuran KAP terhadap Integritas Laporan keuangan Variabel Independen
Variabel Dependen
Audit Tenure
Struktur corporate governance Kepemilikan institusional
Integritas laporan Keuangan
Kepemilikan manajerial Komite Audit Komisaris Independen
Ukuran KAP
2.3 Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Audit Tenure Terhadap Integritas Laporan Keuangan Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap klienya. Ketentuan mengenai audit tenure sudah dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 dengan kewajiban mengganti KAP setelah melaksanakan audit selama enam tahun berturut-turut. Isu yang muncul akibat adanya audit tenure adalah isu independensi auditor. Mautz dan Sharaf (1961) dalam Astria (2011) menyatakan bahwa semakin lamanya hubungan KAP dengan klien akan mempengaruhi pengaruh yang merugikan independensi KAP karena obyektifitas KAP pada klien akan berkurang. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H1 : Audit tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. 2.3.2 Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Integritas Laporan Keuangan Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam perusahaan yang beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar manajemen perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luar dan keseluruhan. Komisaris independen bertujuan untuk menyeimbangkan pengambilan keputusan oleh manajemen guna melindungi pemilik saham minoritas dan pihak-pihak terkait. Dapat disimpulkan pula bahwa keberadaan komisaris independen pada suatu perusahaan dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen. Jika perusahaan memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang dihasilkan akan lebih berintegritas, karena di dalam perusahaan terdapat badan yang langsung memonitoring secara langsung dan melindungi hak pemakai laporan keuangan di luar manajemen. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H2 : Komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. 2.3.3 Pengaruh Komite Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independens atas proses laporan keuangan. dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggung jawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku. Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/ tahun 2000 dan Undang-undang BUMN Nomor 19/2003 pembentukan komite audit merupak suatu keharusan. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance sebagai salah satu upaya dalam mengurang kecurangan dalam penyajian laporan keuangan sehingga komite audit diharapkan dapat meningkatkan pengawasan terhadap tindakan manajem yang memungkinkan untuk melakukan manipulasi data laporan keuangan. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H3 : Komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. 2.3.4 Pengaruh Kepemilkan Manajerial Terhadap Integritas Laporan Keuangan Kepemilikan manajerial mampu menjadi mekanisme dalam mengatasi konflik keagenan dari manajerial dengan menyelaraskan kepentingan manajer dengan
pemilik saham. Kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen akan berdampak secara langsung dari keputusan ekonomi yang sudah diambil dan menanggung konsekuensi dari keputusan salah dan tanggung jawab lebih besar daam menjalankan perusahaan, mengambil keputusan terbaik untuk kesejahteraaan perusahaan, dan melaporakan laporan keuangan dengan informasi yang benar dan jujur sehingga memiliki integritas laporan keuagan yang tinggi. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H4 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif signifikan integritas laporan keuangan. 2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Integritas Laporan Keuangan Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilkan saham yang dimiliki oleh institusi dibagi dengan banyaknya saham yang beredar, sehingga dapat di katakan kepemilikan perusahaan sebagian besar dimiliki oleh institusi. Tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatianya terhadap kinerja perusahaan sehingga perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri dapat ditekan. Semakin tinggi kepemilikan institusional dalam sebuah perusahaan dapat meningkatkan tingkat pengawasan terhadap perilaku manajemen sehingga manajemen tidak dapat memanipulasi data yang berkaitan dengan laporan keuangan sehingga laporan keuangan akan lebih dapat dipercaya. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H5 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. 2.3.6 Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Integritas Laporan Keuangan Perusahaan yang membuat laporan keuangan pasti akan memilih KAP yang mempunyai kredibilitas yang tinggi agar para pengguna laporan keuangan tersebut yakin data yang di laporan keuangan jujur. Auditor dari akuntan big-eght lebih akurat dari pada akuntan non big-eight Lennox (1999) dalam Mayangsari (2003). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kantor akuntan publik yang besar mempunyai reputasi yang lebih baik dalam opini, dengan demikian semakin besar ukuran KAP maka integritas laporan keuangan yang dihasilkan tinggi. Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H6 : Ukuran KAP berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan penelitian Penenelitian yang digunakan merupakan hypothesis testing dimana dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh audit tenure, struktur corporate governance dan ukuran KAP terhadap integritas laporan keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia, sehingga menggunakan pendekatan testing hipotesis. 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah integritas laporan keuangan pengukuran yang digunakan menggunakan C-skor sebagai proksi konservatisme memiliki value revenue, sehingga laporan keuangan perusahaan yang menerapkan prinsip konservatisme akuntansi dapat mencerminkan nilai pasar perusahaan.
Keterangan : Cit
=
indeks conservatism perusahaan i pada tahun t
Rpit
=
jumlah biaya riset dan pengembangan yang ada dalam laporan keuangan perusahaan i pada tahun t
DEPRit =
biaya depresiasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan i pada tahun t
NOAit =
net operating assets, yang diukur dengan rumus kewajiban keuangan bersih ; (total utang + total saham + total deviden) – (kas + total investasi) perusahaan i pada tahun t
3.1.2 Variabel Independen 3.1.2.1 Audit Tenure Audit Tenure adalah masa perikatan audit dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap klienya. Variabel audit Tenure dihitung dengan menjumlah total panjang masa perikatan audit sebelum auditor berpindah. Variabel ini diberi simbol TENURE 3.1.2.2 Struktur Corporate Governance Pengukaran variabel ini tidak diukur secara mandiri tetapi diukur dengan menggunakan 4 dimensi variabel, yaitu : 1. Komisaris Independen Komisaris independen merupakan pihak yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan iklim independen, lebih objektif dan menerapkan unsur keadilan. Komisaris independen bertugas agar komisaris secara umum proaktif dalam melakukan pengawasan dan penasihat direksi, sehingga secara tidak langsung berperan dalam menyediakan laporan keuangan yang reliabel.
Dewan komisaris yang independen secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan yang dilakukan manajemen dalam menyajikan laporan keuangan. Secara teoritis keberadaan ini akan mempunyai pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan dan tingkat rekayasa yang dilakukan manajemen. Komisaris Independensi akan diberi simbol KI dan akan diukur menggunakan persentase anggota dewan yang berada dari luar perusahaan (independen) dengan total dewan komisaris 2. Komite Audit Komite audit mempunyai fungsi untuk membantu dewan komisaris dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan wewenang yang untuk mengkontrol perusahaan sehingga dapat mengurangi manajemen laba atau kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat dilakukan oleh manajer. Komite Audit diberi simbol KA dan diukur dengan menggunakan jumlah anggota komite audit yang terdapat dalam perusahaan 3. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengembalian keputusan perusahaan dibandingkan dengan total saham yang beredar. Kepemilikan Manajerial diberi simbol KM dan diukur dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer, direksi, komisaris, ataupun pihak-pihak yang lain yang secara aktif ikut dalam pengembalian keputusan perusahaan. 4. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional yang tinggi menyebabkan pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku manajer yang oportunistik. Variabel ini diberi simbol INST yaitu dengan memperhatikan proporsi saham yang dimiliki oleh institusional atau suatu instutisi pada akhir tahun dibandingkan dengan total jumlah saham yang beredar, institusi yang dimaksud adalah perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Variabel ini diukur dengan persentase saham yang dimiliki oleh institusi 3.1.2.3 Ukuran KAP Ukuran KAP dalam penelitian ini dibagi berdasaran besar kecilnya KAP, dimana ukuran ini didasarkan pada KAP besar (big four) dan KAP kecil (non big four). Variabel ukuran KAP ini menggunakan variabel dummy, jika perusahaan klien diaudit oleh KAP besar maka diberikan nilai 1. Jika diaudit oleh KAP kecil maka akan diberi nilai 0. Adapun auditor yang termasuk dalam kelompok KAP big 4 di indonesia yaitu: a) Delloitte Touche Tohmatsu (Deloitte)
b) Ernst & Young (EY) c) klynveldPeat Marwick Goerdeler (KPMG) d) Pricewaterhouse Cooper (PwC) 3.2
Populasi dan sampel Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah go public yang menjadi emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2014. Perusahaan manufaktur dijadikan objek penelitian karena dari sekian jenis bidang usaha perusahaan, perusahaan manufakturlah yang paling banyak melakukan pergantian KAP. Metode pengumpulan sampel (sampling method) yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode pengumpulan sampel yang berdasarkan tujuan penelitian. Adapun syarat sampel yang digunakan dalam penelitian untuk menyeleksi sehingga layak dijadikan penelitian. Kriteria yang digunakan adalah : a. Perusahaan yang dijadikan objek penelitian harus perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen untuk periode waktu 2011 sampai dengan tahun 2014. c. Perusahaan telah melakukan pergantian KAP selama kurun waktu penelitian. d. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam waktu 2011-2014. e. Informasi yang disampaikan oleh perusahaan lengkap sesuai apa yang dibutuhkan peneliti. 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder yang didapat oleh peneliti yaitu data perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dari tahun 2011 sampai 2014. 3.4 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif. 3.4.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berhubungan dengan metode pengelompokan, peringkasan dan penyajian data dalam cara yang lebih informatif. Analisis diskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi data dari variabel dependen yaitu integritas laporan keuangan dan variabel independen audit tenure, struktur corporate governance, dan ukuran KAP pada perusahaan manufaktur tahun 20112014 Analisis ini disajikan dengan menggunakan tabel statistic decriptive yang memaparkan nilai minimum, nilai maksimal, nilai rata-rata (mean) dan standar
deviasi (standard deviation). Mean digunakan untuk memperkirakan besar ratarata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai disperse rata-rata dari sampel. Maksimum dan nilai minimum digunakan untuk melihat nilai maksimum dan minimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian. 3.4.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan bahwa model telah memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah sebuah data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dinyatakan normal apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Uji yang dilakukan untuk melihat normalitas adalah dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov (Santoso, 2010:90). 2. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah suatu keadaan yang menyatakan bahwa variabel-variabel independen pada persamaan regresi mempunyai hubungan yang kuat satu sama lain. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Apabila variabel bebas saling berkorelasi maka variabelvariabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005:92). 1. Mempunyai angka tolerence diatas (>) 0,1 2. Mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10. 3. Uji Heteroskedatistas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan pada pengamatan yang lain. Apabila varians dari residual satu pengamatan pada pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105). Dasar pengambilan keputusan: 1. Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model mengandung autokorelasi atau tidak, yaitu adanya hubungan diantara variabel untuk mempengaruhi variabel dependen. Pada penelitian ini untuk menguji ada tidaknya autokorelasi baik positif atau negatif, peneliti menggunakan uji durbin-watson (DW) dengan alat bantu SPSS 17 for windows. 3.5 Uji Hipotesis 3.5.1 Uji Regresi Linier Berganda Ghozali (2006) logistic regresion merupakan uji yang membuat variabel dependent menjadi dua pilihan anatara 0 (ditolak) dan 1 (diterima) adanya 2 pilihan tersebut membuat variabel dependent hanya memiliki dua pilihan. Metode penelitian seperti ini digunakan saat variabel dependen yang tidak dapat dijabarkan dan memiliki dua pilihan antara diterima atau ditolak. Pada penelitian terdahulu menggunakan uji hipotesis logistic regresion yang membuat variabel dependen dengan penggukuran indeks konservatism menjadi dummy, sedangkan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, peneliti memilih pengukuran ini dikarenakan variabel lebih mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh atau hubungan secara linier antara variabel bebas yaitu audit tenure (TENURE), Komisaris Independen (KI), Komite Audit (KA), Kepemilikan Manajerial (KM), Kepemilikan Institusional (INST), dan besarnya KAP (KAP) terhadap variabel terikat yaitu integrtas keuangan (Y). Adapun persamaan regresi linier berganda yang digunakan untuk mengukur pengaruh tersebut adalah sebagai berikut: Y = a0 + a1TENURE1 + a2KI2 + a3KA3 + a4MANJ4 + a5INST5 + a6KAP6 + E Keterangan : CON = Ukuran integritas laporan keuangan yang diukur menggunakan variabel dummy dari asumsi konservatisme. TENURE = Masa kerja, lamanya hubungan auditor-auditee sebelum auditor berpindah. INST = Persentase kepemilikan saham oleh institusi. MANJ = Persentase kepemilikan saham oleh manajemen. KA = Jumlah anggota komite audit perusahaan. KI = Proporsi komisaris independen terhadap keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahaan. KAP = Ukuran KAP, variabel ini menggunakan variabel dummy
E
=
dan diberi nilai 1 jika KAP merupakan KAP big four dan nilai 0 untuk KAP non big four. Error
3.5. 2 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) (Goodness of Fit) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepastian yang paling baik dalam analisis regresi yang dinyatakan dengan koefisien determinasi majemuk (R2). R2 = 1 berarti variabel independent berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen, sebaliknya jika R2 = 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 3.5.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Adapun prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan terhadap F hitung kemudian membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : 3.5.4 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji statistik t) Uji t adalah pengujian secara statistik untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Jika tingkat probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Tabel 4.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel No
Kriteria
Jumlah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 1 2011-2014
568
Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada 2 periode 2011-2014
312
Perusahaan yang tidak mencamtumkan data yang 3 lengkap pada periode 2011-2014
98
4 Perusahan telah melakukan pergantian KAP Total Sampel 2011-2014
38 120
(Sumber : Hasil pengolahan Data) Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 Valid N (listwise)
120 120 120 120 120 120 120 120
Minimum .00000183 3.00 31.00 .00 20.00 3.00 .00
Keterangan notasi : X1
= Audit Tenure
X2
= Komisaris Independen
X3
= Komite Audit
X4
= Kepemilikan Manajerial
X5
= Kepemilikan Institusional
X6
= Ukuran KAP
4.2 Asumsi-Asumsi Klasik Regresi 4.2.1 Uji Normalitas
Maximum .00784991 4.00 99.97 39.48 80.00 4.00 1.00
Mean .0011536121 3.5917 71.2103 5.2676 40.9553 3.1250 .5417
St d. Dev iation .00198464204 .49359 17.98531 9.29586 13.42607 .33211 .50035
Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Dif f erences
Unstandardiz ed Residual 120 .0000000 .00136169 .123 .123 -.081 1.348 .053
Mean Std. Dev iat ion Absolute Positiv e Negativ e
Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data.
Gambar 4.1 Uji Normalitas Dengan PP Plot Residual Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
4.2.2 Uji Autokorelasi Gambar 4.2 Uji Durbin-Watson Tolak H0
Daerah
Daerah
Terima H0
Keragu-
Keragu-
raguan
raguan
Tolak H0
d 0
dL
dU
2
4 – dU
4 – dL
Keterangan: dU = Durbin-Watson Upper (batas atas dari tabel Durbin-Watson) dL = Durbin-Watson Lower (batas bawah dari tabel Durbin-Watson) Tabel 4.4 : Hasil Uji Autokorelasi
Model 1
DurbinWatson 1.935
Sumber: Data primer diolah 4.2.3 Uji Multikolinieritas Tabel 4.5 : Hasil Uji Multikolinieritas
Model 1
X1 X2 X3 X4 X5 X6
Collinearity Statistics Tolerance VI F .921 1.085 .823 1.215 .930 1.075 .774 1.291 .967 1.034 .884 1.132
Sumber: Data primer diolah
4
4.2.4 Uji Heterokedastisitas Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisistas
Sumber: Data primer diolah 4.3 Analisis Regresi Linier Berganda 4.3.1 Persamaan Regresi Tabel 4.6 : Persamaan Regresi
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 X4 X5 X6
Unstandardized Coef f icients B St d. Error -.0088355 .0016711 .0007790 .0002704 .0000286 .0000079 .0001021 .0000143 .0000281 .0000108 .0011527 .0003921 -.0002520 .0002723
St andardized Coef f icients Beta .194 .259 .478 .190 .193 -.064
t -5.287 2.881 3.643 7.146 2.592 2.940 -.925
Sig. .000 .005 .000 .000 .011 .004 .357
Berdasarkan pada Tabel 4.6 didapatkan persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,194 X1 + 0,259 X2 + 0,478 X3 + 0,190 X4 + 0,193 X5 – 0,064 X6 4.3.2 Koefisien Determinasi (R2) Tabel 4.7 Koefisien Korelasi dan Determinasi
Model 1
R .727
R Square .529
Adjusted R Square .504
4.4 Pengujian Hipotesis 4.4.1 Hipotesis I (F test / Serempak) Tabel 4.8 Uji F/Serempak ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .000248069 .000220649 .000468718
df 6 113 119
Mean Square .000041345 .000001953
F 21.174
Sig. .000a
a. Predictors: (Const ant ), X6, X3, X5, X1, X2, X4 b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data primer diolah Tabel 4.9 Hasil Uji t / Parsial
Model 1
(Constant) X1 X2 X3 X4 X5 X6
Unstandardized Coef f icients B St d. Error -.0088355 .0016711 .0007790 .0002704 .0000286 .0000079 .0001021 .0000143 .0000281 .0000108 .0011527 .0003921 -.0002520 .0002723
St andardized Coef f icients Beta .194 .259 .478 .190 .193 -.064
t -5.287 2.881 3.643 7.146 2.592 2.940 -.925
Sig. .000 .005 .000 .000 .011 .004 .357
Sumber: Data primer diolah 4.5 Pembahasan Analisi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian ini untuk menemukan bukti empiris apakah faktor audit tenure, struktur corporate governance dan ukuran KAP berpengaruh terhadap intergritas laporan keuangan dapat di uraikan sebagai berikut. a. Audit Tenure Hasil perhitungan statistik audit tenure menunjukan adanya pengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan dan keofesien regresi menunjukan arah positif. dengan demikian audit tenure tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. hal ini menjelaskan bahwa semakin lama masa perikatan KAP dengan klien tidak mengubah integritas laporan keuangan oleh perusahaan.
Pada Astria (2011) menduga adanya pengaruh negatif yang signifikan antara audit tenure terhadap integritas laporan keuangan. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa penelitian terdahulu masih berpengaruh sampai sampel pada tahun 2011-2014. Perubahan peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yang menyatakan perubahan KAP selama enam tahun membuat perusahaan harus beradaptasi kepada KAP baru. KAP yang baru harus mendapatkan informasi mulai dari awal sehingga manajemen dapat memanipulasi informasi perusahaan sehingga laporan keuangan yang dikeluarkan oleh KAP kurang berintegritas. Tidak adanya pengaruh yang signifikan dari audit tenure yang mencerminkan independensi KAP terhadap integritas laporan keuangan menunjukan bahwa perusahaan tidak memandang masa perikatan KAP yang lebih lama sebagai dasar penyajian laporan keuangan untuk menjadi tidak konservaif. Hal ini dengan pertimbangan bahwa perubahan dari akuntansi yang konservatif menjadi optimis akan dihindari oleh perusahaan untuk mengurangi kecurigaan investor atau pengguna laporan keuangan lainya. b. Komisaris Independen Hasil perhitungan statistik komisaris independen menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan dengan arah positif. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi keberadaan komisaris independen maka semakin tinggi pula integritas laporan keuanagan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu Mayangsari (2003) yang menemukan bukti terdapat pengaruh yang signifikan keberadaan komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan dengan arah positif. Kondisi demikian mencerminkan bahwa pada perusahaan yang memiliki komisaris independen yang lebih besar akan memainkan peran mereka secara optimal untuk mengawasi manajer dalam pengambilan keputusan dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen perusahaan (Susiana dan Herawaty, 2007). Sebagai penegah antara manajer internal dengan pihak-pihak yang berada di luar manajemen perusahaan komisaris independen menjadi pengawas manajemen internal perusahaan membuat laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan melalui KAP dapat di kontrol dan menjadiakan laporan keuangan berintegritas. c. Komite Audit Hasil perhitungan statistik komite audit menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan dengan arah positif. Hal ini menunjukan semakin tinggi jumlah komite audit maka perusahaan cenderung menyajikan laporan keuangan yang memiliki integritas yang tinggi
Sejalan dengan fungsi komite audit yaitu untuk mengawasi kebijakan manajemen serta menilai informasi yang di sajikan dalam laporan keuangan telah berjalan dengan baik. Jumlah komite audit yang berada dalam struktur organisasi perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetepkan oleh Bapepam minimal tiga orang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Jama’an (2008), Astria (2011) dan Sabeni (2013) hasil ini menunjukan bahwa hasil penelitian konsisten dengan penelitian terdahulu. Keberadaan komite audit ini dimaksudkan untuk memantau perilaku manajemen yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan, sehingga dalam hal ini keberadaan komite audit dapat memeperkecil upaya manajemen untuk memanipulasi data-data yang berkaitan dengan keuangan dan prosedur akuntansi, sehingga manajemen laba dapat di kontrol atau diminimalkan. d. Kepemilikan Manajerial Hasil perhitungan statistik kepemilikan manajerial menunjukan pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial maka perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang berintegritas Hasil penelitan yang diperoleh berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelelitian terdahulu kepemilikan manajerial memiliki hasil berpengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan sehingga semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin rendah integritas laporan keuangan yang disampaikan. Hasil yang berbeda ini dikarenakan sampel yang digunakan dalam penelitian berbeda. Hasil pada sampel 2011-2014 menunjukan kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan dikarenakan kepemilikan saham perusahaan manufaktur banyak dimiliki oleh pihak eksternal, sehingga pemilik saham dapat membatasi kebijakan yang di ambil oleh manajemen. Kepemilikan manajerial yang semakin besar mendorong manajemen untuk berusaha membuat laporan keuangan yang berintegritas. Laporan keuangan yang berintegritas dapat menarik minat investor untuk menanamkan modal di perusahaan. Karena investor lebih memilih perusahaan yang melaporkan laporan keuangan yang memiliki integritas sehingga laporan dapat di pertanggung jawabkan. Kepemilikan manajerial juga dapat berperan dalam membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh manajemen perusahaan sehingga meminta agar manajemen mengeluarkan laporan keuangan yang memiliki integritas. e. Kepemilikan Institusional Hasil perhitungan statistik kepemilikan institusional menunjukan pengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan yang berarti bahwa keberadaan pemegang saham institusional yang lebih besar dapat meningkatkan integritas laporan keuangan.
Sulitnya monitoring pihak manajemen perusahaan oleh investor minoritas menyebabkan manajemen melaporkan laporan keuangan yang kurang berintegritas, sehingga melalui investor institusional perusahaan investasi seperti bank, perusahaan asuransi dan lembaga lain dapat mendorong pengawasan yang lebih terhadap pihak manajemen perusahaan sehingga manajemen tidak dapat membuat kebijakan yang dapat mengurangi atau melebihkan data pada laporan keuangan sehingga laporan keuangan memiliki integritas yang tinggi. Hal ini menyebabkan investor minoritas dapat memperoleh laporan keuangan yang berintegritas. Penelitian ini mendukung Astria (2011) namun pada penelitian Astria menunjukan perbedaan pada koefisien regresi bertanda negatif sehingga kesimpulan yang di dapat berbeda dengan hasil penelitian. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan sampel dan tahun pengambilan sampel, pada penelitian ini sampel yang digunakan pada tahun 2011-2014 sedangakan penelitian Astria pada tahun 2007-2009. Perubahan waktu pada saat penelitian membuat hasil yang berbeda karena kebijakan manajemen terus mengalami perubahan dan kepemilikan saham yang mengalami perubahan setiap waktu sehingga perubahan kepemilikan saham oleh pihak institusional sangat berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Atik (2015) mendukung hasil penelitian yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan keuangan namun sampel yang digunakan oleh Atik adalah perusahaan pertambangan 2008-2013. f. Ukuran KAP Hasil perhitungan statistik pada variabel ukuran KAP menunjukkan pengaruh negatif signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Dapat disimpulkan bahwa Integritas Keuangan dapat dipengaruhi tidak signifikan oleh ukuran KAP yang berarti meningkatkan ukuran KAP maka Integritas laporan keuangan rendah. Hasil dari penelitian Astria (2011) memberikan hasil yang sama. Hasil ini tidak sesuai dengan persepsi KAP big four yang seharusnya dapat menghasilkan laporan keuangan yang berintegritas tinggi namun terlalu banyak klien dan wilayah klien yang diaudit oleh KAP big four terlalu luas dengan waktu yang terlalu singkat menyebabkan laporan keuangan cenderung berintegritas rendah. Alasan mengapa perusahaan tetap memakai KAP big four dengan pandangan bahwa perusahaan akan mendapatkan kepercayaan oleh investor atau dukungan dari pasarmodal terkait dengan laporan keuangan yang disampaikan. KAP non-big four akan memberikan hasil yang lebih berintegritas dikarenakan ruang lingkup klien yang tidak terlalu luas sehingga auditor dapat lebih fokus pada perusahaan klien yang diaudit.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang mempunyai pengaruh pada integritas keuangan. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah variabel audit tenure, corporate governance (komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional), dan ukuran KAP terhadap variabel terikat (integritas keuangan). Berdasarkan analisis keseluruhan: 1. Audit tenure mepengaruhi integritas keuangan. lamanya hubungan klien dengan KAP membuat akuntan dengan manajemen sehingga independensi akuntan dapat mempengaruhi laporan keuangan yang akan dibuat sehingga laporan keuangan berintegritas rendah. 2. Secara keseluruhan corporate governance memilki pengaruh terhadap integritas keuangan baik komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komisaris independen 3. Ukuran KAP tidak mempengaruhi integritas keuangan hasil dari penelitian menunjukan KAP big four dan KAP non-big four namun dengan nama big-four pengguna laporan keuangan akan mempercayai integritas keuangan Berdasarkan pada penghitungan analisis regresi linier berganda, dapat diketahui : 1.
2.
3.
Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap Integritas Keuangan dilakukan dengan pengujian F-test. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Integritas Keuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas terhadap variabel integritas keuangan dapat diterima. Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) variabel bebas audit tenure, corporate governance (komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional), dan ukuran KAP terhadap Integritas Keuangan dilakukan dengan pengujian t-test. Berdasarkan pada hasil uji didapatkan bahwa kedua variabel mempunyai pengaruh signifikan terhadap integritas keuangan yaitu audit tenure, corporate governance (komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional). Berdasarkan pada hasil uji t didapatkan bahwa variabel komite audit mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar. Sehingga variabel komite audit mempunyai pengaruh yang paling kuat dibandingkan dengan variabel yang lainnya maka variabel komite audit mempunyai pengaruh yang dominan terhadap Integritas Keuangan.
5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan, antara lain: 1. Diharapkan pihak perusahaan dapat menambah jumlah komite audit, karena variabel komite audit mempunyai pengaruh yang dominan dalam mempengaruhi Integritas Keuangan sehingga laporan keuangan akan berintegritas tinggi. Sehingga pengguna laporan keuangan dapat menggambil keputusan dengan tepat dengan adanya laporan keuangan yang berintegritas tinggi. 2. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi integritas keuangan diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabelvariabel lain yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah masuk dalam penelitian ini.