ANALISIS KINERJA PELAYANAN PADA RSUD ANDI MAKKASAU PAREPARE
An Analysis of Service Performance at the Andi Makkasau Regional Hospital in Parepare
UWAIS ALQARNY
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2008
ANALISIS KINERJA PELAYANAN PADA RSUD ANDI MAKKASAU PAREPARE
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan
Disusun dan Diajukan Oleh
UWAIS ALQARNY
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2008
TiS IS
ANALISIS KINERJA PELAYANAN PADA RSUD ANDI MAKKASAU PAREPARE · Disusun dan diajukan oleh
Ketua Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah
Dr. lr. Roland A. Barkey
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa
Uwais Alqarny
Nomor Pokok
p 020 420 7516
Program Studi
Perencanaan Pengembangan Wilayah
Konsentrasi Studi
Manajemen Perencanaan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan terse but.
Makassar, 22 Nopember 2008
y~~ Uwais Alqarny
PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT atas segala berkah, rahmat, hinayah dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk lebih memperdalam ilmu dan iman sebagai bekal penulis apabila kembali mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Penulisan tesis ini juga sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Magister pada Program Pasca
Sa~ana
Universitas Hasanuddin.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah mendapatkan bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati serta rasa hormat yang sebesar-besarnya kami persembahkan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Amran Razak, SE, M.Sc. dan Bapak Dr. Agussalim, SE, M.Si., selaku ketua dan anggota komisi penasehat yang telah mencurahkan
perhatian,
bimbingan
dan arahan dengan
penuh
kesabaran dan ketelitian sampai dengan selesainya tesis ini. 2. Bapak Dr. lr. Rahim Darma, MS., Bapak Prof. Dr. lr. Darmawan Salman, MS., dan lbu Prof. Dr. lr. Sitti Bulkis, MS., selaku komisi penguji yang telah memberikan arahan dan saran guna perbaikan tesis. 3. Bapak dan lbu dosen, pimpinan dan staf pada Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan yang telah memberikan bekal pengetahuan dan bantuan selama mengikuti pendidikan.
vi
4. Bapak Walikota Parepare yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti tugas belajar. 5. lbu Dr. Hj. Andi Besse Dewagong, M.Kes. selaku direktur RSUD Andi Makkasau Kota Parepare yang telah memberikan rekomendasi untuk mengikuti tugas belajar dan memberikan izin penelitian di rumah sakit, serta seluruh staf yang telah membantu dalam memberikan informasi dan data yang berkaitan dengan penulisan tesis ini. 6. Rekan-rekan angkatan V Konsentrasi Manajemen Perencanaan yang telah memberikan begitu banyak bantuan, masukan dan perhatian yang tulus dan ikhlas sehingga penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik. 7. Terkhusus kepada ibunda tercinta Hj. Andi Kunaeni Gani yang telah memberikan dukungan moral, do'a dan pengorbanan, serta istri tercinta Halija Husain dan putra putri terkasih: Suci Maulidia Anugrah, Ahmad Syarkawi dan kebahagiaan tersendiri atas kelahiran putri ketiga Saffana Zahra ditengah-tengah Penulis
telah
pe~uangan
berusaha
dalam menyelesaikan tesis.
memberikan
yang
terbaik
dalam
penyusunan tesis ini, namun apabila ada yang tidak berkenan, pada kesempatan ini penulis menghaturkan permohonan maaf yang sebesarbesarnya, juga permohonan maaf kepada semua pihak atas segala kesalahan dan kekhilafan selama mengikuti pendidikan. Semoga apa yang penulis lakukan bernilai ibadah di sisi Allah, SWT. Amin. Makassar, Nopember 2008
UWAIS ALQARNY
vii
ABSTRAK UWAIS ALQARNY, Ana/isis Kinerja. Pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Parepare · (dibimbing oleh Amran Razak dan Agussalim).
Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas pelayanan RSUD Andi Makkasau Parepare yang diberikan kepada rnasyarakat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei, kuesioner dan wawancara.Data dianalisis dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di RSUO A. Makkasau Parepare dilihat dari persepsi pasien akan pelayanan yang diterima berada pada kategori tinggi, namun demikian apabila persepsi pasien tersebut dibandingJ(an dengan harapan pasien terhadap pelayanan, maka pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau Parepare berada pada level sedang atau moderat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan masih perlu lebih ditingkatk.an lagi.
Vlll
ABSTRACT
UWAIS ALQARNY, An Analysis of Service Performance at the Andi Makkasau Regional Hospital in Parepare (supervised by Amran Razak and Agussalim). The Andi Makkasau Regional Hospital in Parepare as one of the regional hospital should evaluate the service performance. The aim of the s~udy was to discover the service quality provided to the community, so that by the improvement of public health, tt:teir life quality is also improved. The study was a descriptive survey. The data were collected through questionnaire and interview and analyzed by using SWOT analysis. The result of the study indicate that the service quality at the Andi Makkasau Regional Hospital viewed from the patient's perception for services belong to high category. However, when it is compared to the patient's expectation, the health service at the hospital is at the moderate level. This show that the quality of health service still needs to be improved.
DAFTAR lSI halaman
PRAKATA ..............................................................................................
v
ABSTRAK ...... ......... ...... ............. .. ...... ... ....... .. ..... .. .... .. ..... ....... ..... ...... .. ... vii ABSTRACT ............................................................................................. viii DAFTAR lSI ................................................. ........................................... ix DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
XV
BAB I. PENDAHULUAN ............... ................................................ ..... ..
1
A. Latar Belakang ............... ...................................................... 1 B. Rumusan Masalah .. .......... ..... .... .... ...... .... ........ ...... ............. . 8 C. Tujuan Penelitian ....... ..... ... ...... .......... .... .... ......... ................. 9 D. Kegunaan Penelitian ....... ......... ..... ...... ........ .. ....... ........ ..... .. 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10 A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ........................................... :·· 10 B. Manajemen Kinerja ....... ..... ......... ..... ........... ...... ...... .... ........ 12 1. Pengertian manajemen kinerja ....................................... 12 2. Model manajemen
kine~a
.............................................. 13
C. Pengukuran Kinerja ............................................................. 17 1. Pengertian pengukuran 2. Siklus pengukuran
kine~a
kine~a
...................................... 17
....... ..... ..... .... ................ ...... ... 19
X
3. lndikator kinerja .............................................................. 29 D. Pelayanan Publik ................................................................ 32 1. Pengertian pelayanan publik .. ........................................ 32 2. Asas pelayanan publik ................................................... 33 3. Prinsip pelayanan publik ................................................ 34 4. Standar pelayanan publik .............................................. 36 5. Kepuasan pelanggan ...................................................... 37 E. Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 39 F. Defenisi Operasional ........................................................... 42 BAB Ill. METODE PENELITIAN ............................................................. 44 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................ 44 B. Pengelolaan Peran sebagai Peneliti ... ..... .. ........ ................. 44 C. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................... 45 D. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 46 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 46 F. Teknik Analisis Data ............................................................ 50 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 54 A. Gambaran Umum RSUD A. Makkasau ................................ 54 B. Analisis Kualitas Pelayanan di RSUD A. Makkasau ............. 65 C. Standar Pelayanan Minimal RSUD A. Makkasau ................. 80 D. lndikator Kinerja RSUD A. Makkasau ................................... 91 E. Pengaruh Kinerja Pelayanan pada RSUD A. Makkasau terhadap lndikator Makro Pembangunan Kesehatan .......... 104
Xl
F. Faktor- faktor yang menghambat dan mendukung pelayanan di RSUD A. Makkasau ..... ............ ..... ... ............ 113 G. Anal isis SWOT dalam perumusan strategi kebijakan pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau ..... ...... ..... .. 117 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 131 A. Kesimpulan ....................................................................... 131 B. Saran ................................................................................. 133 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 135
Xl
F. Faktor- faktor yang menghambat dan mendukung pelayanan di RSUD A. Makkasau ..... .... ..... ... ..... ... .. ... ...... . 113 G. Analisis SWOT dalam perumusan strategi kebijakan pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau .................. 117 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 131 A. Kesimpulan ....................................................................... 131 B. Saran ...... ..... .... .... ...... ... ............. .. .... ..... .. ...... ... ...... ..... ..... .. 133 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 135
DAFTAR TABEL
nom or
1. 2.
halaman
Jumlah PNS tenaga kesehatan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare tahun 2005 - 2007
5
Jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan RSUD Andi Makkasau Kota Parepare Tahun 2005-2007
6
3.
Daftar responden penelitian
49
4.
Analisis model SWOT
52
5.
Kerangka konsep penelitian
53
6.
Distribusi jawaban responden
66
7.
Anal isis gap masing-masing dimensi pelayanan
67
8.
Standar peralatan kedokteran pada RSUD A. Makkasau Parepare
85
Standar tenaga RSU
93
9.
10. Jenis pelayanan dan intensitas jumlah kunjungan pad a rawat inap dan rawat jalan RSUD A. Mkkasau
97
11. Jumlah pasien rawat inap berdasarkan jenis pasien yang dilayani pada RSUD A. Makkasau Parepare
102
12. Jumlah pasien rawat jalan berdasarkan jenis pasien yang dilayani pada RSUD A. Makkasau Parepare
102
13. Angka kematian bayi pad a RSUD A. Makkasau Parepare
105
14. Angka kematian ibu melahirkan pada RSUD Andi Makkasau Parepare
107
15. Data anak dan balita gizi buruk pada RSUD A. Makkasau Parepare
109
Xlll
16. Angka harapan hidup beberapa kabupaten I kota di Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2004-2006
111
17. Faktor-faktor strategi internal (IFAS) pada pelayanan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare
120
18. Faktor-faktor strategi eksternal (EFAS) pada pelayanan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare
123
19. Matriks alternatif strategi pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare
125
XlV
DAFTAR GAMBAR
halaman
nom or
14
1.
Siklus manajemen
2.
Siklus manajemen kinerja Torrington dan Hall
15
3.
Sekuen manajemen kinerja Armstrong dan Baron
16
4.
Model pengukuran kinerja Gasperzs
18
5.
Skema pengukuran kinerja
19
6.
Skema service gap
38
7.
Kerangka pikir penelitian
41
8.
Mekanisme alur pelayanan instalasi rawat darurat
100
9.
Mekanisme alur pelayanan instalasi rawat inap
100
10. Mekanisme alur pelayanan instalasi rawat jalan
101
kine~a
Deming
XV
DAFTAR LAMPIRAN
nomor
halaman
1.
Kuesioner Penelitian
137
2.
Struktur Organisasi RSUD A. Makkasau Kota Parepare
143
3.
lndeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004
144
lndeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005
145
lndeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2006
146
Foto-foto kegiatan pelayanan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare
147
4.
5.
6.
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948, disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. lnilah salah satu yang menjiwai penyusunan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang berdasarkan atas perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta pengutamaan manfaat. Adapun tujuan pembangunan kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hid up sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
2
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut, maka kebijakan desentralisasi pembangunan kesehatan berdasarkan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa
kesehatan
merupakan
bidang
pemerintahan
dilaksanakan oleh daerah kabupatenlkota.
yang
wajib
Dalam penyelenggaraan
kesehatan, segala upaya kesehatan yang dilakukan bertujuan untuk lebih mengoptimalkan pembangunan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu, juga diharapkan adanya pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dalam kerangka pembangunan kesehatan. Dengan cara ini masyarakat tidak lagi sebagai objek pembangunan, tetapi akan berperan sebagai subjek pembangunan. Hakikat desentralisasi kesehatan ini juga sesuai dengan paradigma sehat yang ditetapkan sebagai model pembangunan kesehatan di Indonesia, yaitu pembangunan kesehatan yang mengutamakan upayaupaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif. Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan bertindak mandiri dalam menjaga kesehatannya sendiri melalui kesadaran terhadap pentingnya upaya-upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Konsep
dari
pembangunan
manusia
merupakan
model
pembangunan yang menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam semua
proses
dan
kegiatan
pembangunan
(people
centered
3
development). Konsep ini merupakan suatu proses memperbesar pilihan-
pilihan bagi penduduk (a process of enlarging peoples choice) melalui upaya-upaya
pemberdayaan
yang
mengutamakan
peningkatan
kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam bidang ekonomi, politik dan sosial budaya sehingga dalam pembangunan akan menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Dalam agenda pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan
yang
lebih berkualitas,
dengan sasaran
pembangunan
kesehatan adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang antara lain tercermin dari indikator impact (indikator makro kesehatan) seperti meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun ; menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup ; menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hid up ; serta menurunnya prevelensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20 persen. (Sumber: Matriks indikator prioritas pembangunan daerah berdasarkan RPJM Nasional2004-2009) Selain itu, paradigma pemerintahan yang berkembang saat ini adalah pemerintahan good governance dimana pemerintah tidak lagi berfungsi sebagai pengatur masyarakat, akan tetapi pemerintah berfungsi sebagai pelayan
masyarakat,
sehingga pemerintah daerah dalam
4
memberikan pelayanan kepada masyarakat harus dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan itu maka RSUD Andi Makkasau Kota Parepare telah menetapkan visi dan misi yang dapat menunjang kebijakan pemerintah
pusat
di
bidang
kesehatan
dan
sekaligus
tetap
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi masyarakat serta tetap mempertahankan fungsi utama dari rumah sakit pemerintah sebagai rumah sakit yang berfungsi pelayanan sosial (social oriented). Sebagai rumah sakit pemerintah yang melaksanakan upaya-upaya kesehatan yang bersifat preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif, maka Visi RSUD A. Makkasau adalah "menjadi rumah sakit rujukan terbaik di Sulawesi Selatan", sedangkan Misi RSUD Andi Makkasau adalah "melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan sentuhan kasih sayang". Visi dan Misi tersebut hanya dapat dicapai jika pihak manajemen rumah sakit mampu memaksimalkan pengelolaan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Salah satu yang menjadi perhatian penting bagi pihak manajemen rumah
sakit
dalam
melaksanakan
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat, yaitu pengelolaan sumber daya manusia kesehatan sebagai salah satu aset utama yang akan sangat menentukan berhasil tidaknya pelayanan rumah sakit, karena sumber daya manusia kesehatan inilah yang menjadi motor penggerak pelayanan rumah sakit. Pengembangan
5
sumber daya manusia kesehatan pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare perlu diarahkan pada terciptanya tenaga-tenaga kesehatan yang profesional, ahli dan terampil di bidangnya masing-masing sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya untuk mengantisipasi masalah-masalah kesehatan yang mungkin bisa terjadi. Berikut ini ditampilkan data tentang jumlah tenaga kesehatan yang mendukung pelayanan kesehatan pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 1. Jumlah PNS Tenaga Kesehatan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare Tahun 2005 - 2007 Jumlah (Orang)
Tenaga Kesehatan 2005
2006
2007
Dolder Ahli Dolder Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Tenaga Kesmas Tenaga Farmasi Radiografer Fisioterapis Analisis Laboratorium Nutrisionis Teknisi Eleldromedis Perekam Medis
15 7 2 92 15 6 10 3 2 3 5 1 0
15 8 2 126 18 10 10 5 3 6 10 1 0
16 8 2 137 19 12 11 6 4
J U M LA H
161
214
234
7 10 1 1
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian RSUD A. Makkasau Kota Parepare Dari data di atas, terdapat peningkatan jumlah tenaga kesehatan setiap tahunnya, hal ini disebabkan karena tingkat kebutuhan tenaga
6
berbanding lurus terhadap jumlah peningkatan pasien, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Jumlah Kunjungan Rawat lnap dan Rawat Jalan RSUD A. Makkasau Kota Parepare Tahun 2005 - 2007
2005
J U M L A H (Oranu) 2006
2007
Rawat lnap
5.195
6.088
7.005
Rawat Jalan
31.093
44.439
45.309
Kunjungan
Sumber : Sub Bidang Rekam Medis RSUD A. Makkasau Kota Parepare Dari data di atas, jumlah kunjungan di Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Makkasau
Kota
Parepare dari tahun
ke tahun
mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut banyak dipengaruhi oleh letak Kota Parepare yang sangat strategis berada pada jalur lalu lintas antar daerah sehingga dengan kondisi tersebut serta didukung oleh sarana dan prasarana yang lebih lengkap dibandingkan rumah sakit di daerah lain, menyebabkan RSUD Andi Makkasau Kota Parepare berkembang menjadi rumah sakit rujukan dari beberapa kabupaten di sekitar wilayah bagian utara Propinsi Sulawesi Selatan dan beberapa kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Barat. Sebagai rumah sakit rujukan dari beberapa daerah sekitarnya, maka peluang tersebut harus dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pihak manajemen rumah sakit dengan cara peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan. Salah satu upaya yang dilaksanakan yaitu
7
rencana peningkatan tipe kelas rumah sakit dari tipe C menjadi tipe B Non-Pendidikan. Agar peluang yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik, serta dengan adanya rencana peningkatan tipe kelas rumah sakit tersebut, maka penilaian terhadap kinerja pelayanan kesehatan serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pelayanan tersebut menjadi sangat penting untuk dianalisis, dimana penilaian
kine~a
pelayanan RSUD A.
Makkasau dapat diartikan sebagai suatu kegiatan evaluasi untuk menilai keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan tugas dan fungsi yang diemban rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan. Jika melihat kondisi pelayanan sekarang ini, masih terdapat banyak keluhan-keluhan
masyarakat terhadap
pelayanan
kesehatan
yang
tersedia. Sebagai contoh pelayanan spesialistik yang sulit diakses, prosedur pelayanan yang berbelit, biaya yang sengaja dikaburkan dan tidak transparan, serta kepastian waktu pelayanan yang tidak tetap adalah merupakan suatu kondisi rill yang masih berlangsung dan dialami oleh sebagian
besar masyarakat.
Hal
ini
menunjukkan
betapa
masih
rendahnya kualitas pelayanan sektor kesehatan. Untuk itulah pelayanan sektor publik dalam hal ini pelayanan kesehatan di rumah sakit harus ditingkatkan dan dikelola dengan baik, karena sangat terkait dengan kebutuhan dan harapan masyarakat atas suatu layanan kesehatan yang tersedia.
8
Berdasarkan uraian serta data pendukung yang telah dikemukakan di atas, maka implementasi kebijakan pembangunan kesehatan dapat dimulai pada aspek pelayanan kesehatan sebagai hak dasar masyarakat serta peningkatan indikator-indikator makrcf kesehatan sebagai upaya perbaikan kualitas hid up masyarakat, dengan tetap memperhatikan faktorfaktor yang dapat mendukung serta menghambat pelayanan kesehatan tersebut. Untuk itulah penulis melakukan penelitian tentang kinerja pelayanan pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana
kine~a
pelayanan pada RSUD Andi Makkasau Kota
Parepare ditinjau dari aspek kualitas pelayanan. 2. Bagaimana merumuskan faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat pelayanan menjadi suatu alternatif strategi kebijakan pelayanan kesehatan. 3. Bagaimana pengaruh kinerja pelayanan pada RSUD A. Makkasau terhadap indikator makro pembangunan kesehatan di Kota Parepare.
9
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui sampai sejauh mana kinerja pelayanan pada RSUD Andi Makkasau Parepare ditinjau dari aspek kualitas pelayanan. 2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat pelayanan sehingga dapat dirumuskan alternatif strategi kebijakan pelayanan kesehatan 3. Mengetahui pengaruh kinerja pelayanan pada RSUD A. Makkasau terhadap indikator makro pembangunan kesehatan.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna antara lain : 1. Sebagai bahan informasi bagi manajemen rumah sakit dalam meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 2. Sebagai bahan pertimbangan untuk pemilihan strategi kebijakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka perbaikan terhadap indikator-indikator
makro
kesehatan,
sehingga
akan
dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 4. Sebagai bahan informasi bagi penulis lainnya yang berkeinginan untuk mengkaji dan melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi pada tahun 2002 dengan judul analisis hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien Rawat lnap di RSU Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto. Dalam penelitian tersebut, peneliti menganalisis harapan pasien terhadap kualitas pelayanan, komunikasi, harga dan kompetensi, serta permintaan dan penawaran. Kualitas pelayanan dianalisis dengan lima dimensi, yaitu reliability
(jaminan),
(keandalan),
responsiveness
empathy (empati)
dan
(cepat tanggap),
tangibles
assurance
(bentuk fisik).
Teknik
pengumpulan data yaitu wawancara dan kuesioner serta teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan chi-square. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu 1) Kelima dimensi kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien Rawat lnap di RSU Lanto Dg. Pasewang. 2) Variabel kualitas pelayanan dan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien, sedangkan variabel komunikasi dan harga tidak memberikan pengaruh yang signifikan. 3) Tidak ada kesenjangan antara permintaan dan penawaran terhadap utilization permintaan pelayanan kesehatan di ruang Rawat lnap RSU
Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto.
11
Penelitian lain dengan judul pengaruh pelayanan dokter terhadap kepuasan pasien umum pada Poliklinik lnterna dan THT RSU Dr. Sudiro Husodo
yang
dilakukan
pada
tahun
2007.
Penelitian
tersebut
menggunakan metode pengumpulan data yaitu untuk data primer dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen lnstalasi Rekam Medik. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil temuan dalam penelitian ini yaitu : 1) Secara parsial kualitas pelayanan dokter dari kelima dimensi RATER (reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangibles, hanya dimensi tangible berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pasien umum pada Poliklinik lnterna. 2) Kualitas pelayanan
dokter
berdasarkan
dimensi
RATER
bersama-sama
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pada Poliklinik lnterna. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan Nadirah pada tahun 2007 tentang analisia hubungan mutu pelayanan dan minat kembali pasien umum di Puskesmas Cempa di Kabupaten Pinrang. Unit analisis dalam penelitian ini pasien umum Rawat Jalan Puskesmas Cempa. Teknik pengambilan sampel yaitu probability sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi. Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa : 1) Makin tinggi mutu pelayanan, maka makin tinggi minat kembali untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan kesehatan, 2)
Kepuasan akan pelayanan ikut mendorong peningkatan
minat kembali untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
12
B. Manajemen Kinerja
1. Pengertian manajemen kinerja
Manajemen
kine~a
merupakan gaya manajemen dalam mengelola
sumber daya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi (Wibowo, 2007 : 9). Armstrong (2004, 29) lebih melihat manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati. Kata-kata kunci dalam definisi ini adalah: a. Suatu proses : manajemen kinerja bukan hanya merupakan suatu sistem formulir dan prosedur. Manajemen kinerja adalah tentang tindakan yang diambil orang untuk mencapai pembebasan hasil hari demi hari dan untuk mengelola peningkatan kinerja dalam diri mereka dan orang lain. b. Pemahaman bersama : untuk meningkatkan kinerja, individu perlu mempunyai suatu pemahaman bersama tentang seperti apa tingkat kine~a
dan kompetensi yang tinggi dan ke arah mana tingkatan-
tingkatan tersebut bekerja.
13
c. Pencapaian : pada akhirnya bagi individu, manajemen kinerja adalah tentang
pencapaian
keberhasilan
berdasar pekerjaan
sehingga
mereka bisa melakukan usaha yang terbaik, menyadari potensi mereka dan memaksimalkan kontribusi mereka terhadap keberhasilan organisasi.
2. Model manajemen kinerja
Proses
tentang
bagaimana
manajemen
kinerja
seharusnya
dijalankan, diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda di antara para pakar dari yang sangat sederhana dan mendasar sampai pada proses yang mendalam. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Model Deming Deming menjelaskan proses manajemen kinerja dimulai dengan menyusun rencana, melakukan tindakan pelaksanaan, memonitor jalan dan hasil pelaksanaan dan akhirnya melakukan review atau peninjauan kembali atas jalannya pelaksanaan dan kemajuan pekerjaan yang ·telah dicapai. Manajemen kinerja Deming menggambarkan keseluruhan proses manajemen kinerja yang digambarkan sebagai berikut:
14
Rencana
Review
Tindakan
Monitor
Gambar 1. Siklus manajemen kinerja Deming Hasil kegiatan monitoring dan review dapat menyimpulkan bahwa kemajuan telah dicapai sesuai dengan rencana. Namun, dapat terjadi adanya deviasi antara rencana dengan kemajuan yang telah dicapai. Dalam keadaan demikian, perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai pada waktunya. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, langkah yang dapat diambil adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses kinerja akan berulang kembali melalui tahapan-tahapan tersebut diatas. Model proses kinerja Deming dinamakan siklus.
b. Model Torrington dan Hall Torrington dan Hall menggambarkan proses manajemen kinerja dengan merumuskan terlebih dahulu harapan terhadap kinerja atau hasil
15
yang diharapkan dari suatu kinerja. Kemudian ditentukan dukungan yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan. Sementara
itu,
pelaksanaan
kinerja
peninjauan kembali dan penilaian terhadap
berlangsung
kine~a.
dilakukan
Langkah selanjutnya
melakukan pengelolaan terhadap standar kinerja. Standar kinerja harus dijaga agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Proses manajemen kine~a
Torrington dan Hall dapat disajikan pada gambar di bawah ini:
Menentukan harapan kine~a
Mendukung
Menge lola standar kinerja
kine~a
Mereview dan menilai kine~a
Gambar 2. Siklus manajemen
kine~a
Torrington dan Hall
c. Model Armstrong dan Baron Armstrong dan Baron mengemukakan siklus manajemen
kine~a
sebagai sekuen atau urutan. Proses manajemen kinerja dilihat merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan.
16
Sekuen atau urutan kegiatan manajemen
kine~a
tersebut oleh
Armstrong dan Baron disajikan dalam bentuk gambar di bawah ini:
Corporate Mission and Strategic Goals
~ Competence Requirement
.
~ Competence Evidence
Business and Departemental Plans and Goals ~
~
Performance Standard
J
Performance and Development Agreement
Performance Measurement
~ Performance and Development Plans
~ Action - Work and Development
~ Continous - Monitoring and Feedback
~
~ Finaneial Rewa rd
~._
FormaiRe~ew,Feedback
and Joint Assesment
.....
Gambar 3 : Sekuen Manajemen Kinerja Armstrong dan Baron
Dari beberapa model manajemen kinerja yang ditampilkan di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan
bahwa
manajemen kinerja
merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus. lni didasarkan pada filosofi yang menekankan :
17
a. Peningkatan kinerja yang terus menerus, b. Pengembangan kompetensi menyeluruh yang terus menerus, c. Bahwa organisasi merupakan sebuah "organisasi belajar''.
C. Pengukuran Kinerja
1. Pengertian pengukuran kinerja
Kinerja pencapaian
(performance) pelaksanaan
adalah
suatu
gambaran
mengenai
tingkat
kegiatan/program/kebijakan
dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planning suatu organisasi.(Mahsun, 2006: 25). Sementara itu Armstrong (2004) mengartikan kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Pengertian pengukuran kinerja berdasarkan The Performance
Based Management Handbook: ongoing
monitoring
and
"Performance measurement is the
reporting
of program
accomplishments,
particularly progress towards preestablished goals". (Pengukuran kinerja adalah proses pemantauan dan pelaporan atas kemajuan pelaksanaan suatu program yang sedang berjalan, khususnya kemajuan ke arah pencapaian tujuan yang ditetapkan). Pengukuran
kine~a
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
deviasi antara progres yang direncanakan dengan kenyataan. Apabila terdapat deviasi berupa progres yang lebih rendah daripada rencana,
18
perlu dilakukan langkah-langkah untuk memacu kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai (Wibowo : 2007). Menurut Gaspersz (2002 : 70) pengukuran
kine~a
merupakan
suatu cara mengukur arah dan kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti meteran pengukur kecepatan dari sebuah mobil, seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
Posisi sekarang Keadaan yang akan datang
Keadaan Sekarang Target
Kinerja keseluruhan
Sa saran
Baseline
>
Pengukuran
Kine~a
>
Gambar 4 : Model pengukuran kinerja Gasperzs
Lebih lanjut Mahsun (2006) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu metode dan alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi
sehingga
dapat
diketahui
kemajuan
organisasi
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
serta
19
2. Siklus pengukuran kinerja
Siklus pengukuran kinerja merupakan tahap-tahap pengukuran kinerja yang harus dilakukan secara berkesinambungan agar pengukuran kine~a
bisa diterapkan dengan efektif dan efisien. Pada dasarnya
memang belum ada siklus pengukuran kinerja formal yang diterapkan untuk organisasi publik terutama instansi pemerintah. kine~a
Pengukuran
merupakan salah satu faktor penting dalam
pengimplementasian manajemen strategis, karena pengukuran kinerja merupakan salah satu tahapan dalam siklus manajemen strategis (BPKP : 2000), seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Rencana Strategis
..
Pengukuran Kinerja
t
..
lmplementasi
..
Evaluasi Kinerja
J Gambar 5. Skema Pengukuran
Kine~a
Dengan memahami siklus manajemen strategis tersebut dapat diketahui bahwa pengukuran
kine~a
merupakan tahapan yang sangat vital
bagi keberhasilan implementasi manajemen strategis. Rencana strategis yang
ditetapkan
mewujudkannya
oleh dalam
organisasi bentuk
membutuhkan aktivitas
wahana
keseharian
untuk
organisasi.
lmplementasi rencana strategis akan dapat mencapai kualitas yang diinginkan jika ditunjang oleh pola pengukuran kinerja yang berada dalam
20
koridor manajemen strategis. Pengukuran kinerja yang dimulai dari penetapan
indikator
kinerja
dan
diikuti
dengan
implementasinya
memerlukan adanya evaluasi mengenai kinerja organisasi dalam rangka perwujudan visi dan misi organisasi. Menurut Mahsun (2006), siklus pengukuran
kine~a
komprehensif
organisasi publik dapat dirinci dalam 13 tahapan berikut ini: 1. Merumuskan visi dan misi Visi merupakan gambaran umum tentang masa depan yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan misi merupakan pernyataan tentang cita-cita yang merupakan landasan kerja bersama. Organisasi harus merumuskan visi dan misi ini agar semua anggota organisasi menjadi jelas tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dengan penetapan visi dan misi secara jelas dan dijiwai oleh semua anggota organisasi maka sebuah organisasi bisa memusatkan diri dan fokus terhadap kegiatan-kegiatan organisasi karena memahami apa yang sebenarnya ingin dicapai organisasi. Jika dilihat dari sudut pandang makna pengukuran
kine~a.
sebetulnya
pengukuran kinerja ini merupakan penilaian terhadap ketercapaian visi dan misi oleh organisasi. Oleh karena visi dan misi mempunyai karakteristik yang sulit diukur, sehingga visi dan misi ini dijabarkan dalam program-program dan kegiatan operasional yang lebih terukur. Jadi, meskipun pengukuran kinerja ini dilakukan terhadap ketercapaian program dan kegiatan operasional, sebetulnya pengukuran kinerja ini
21
merupakan pengukuran terhadap ketercapaian visi dan misi. Untuk itu, beberapa organisasi berupaya agar semua kegiatan yang dilakukan para anggota organisasi tidak menyimpang dari visi dan misi yang telah dirumuskan. Upaya-upaya yang ditempuh antara lain dengan menempelkan pernyataan visi dan misi tersebut di setiap dinding yang strategis, membuat slogan, kegiatan seremonial menjelang dimulainya aktivitas organisasi, dan sebagainya. Hal ini sebetulnya merupakan upaya agar visi dan misi organisasi
dite~emahkan
oleh semua anggota
organisasi dalam setiap aktivitas operasionalnya. 2. Merumuskan falsafah Falsafah adalah nilai-nilai etis yang ditanamkan di organisasi untuk membentuk perilaku pegawai dan organisasi dan membentuk budaya organisasi yang sering diwujudkan dalam bentuk slogan atau jargonjargon. Penetapan falsafah lebih ditujukan untuk menanamkan nilainilai yang terkandung dalam visi dan misi agar dapat dijiwai anggota organisasi sehingga tercipta perilaku pegawai yang tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai organisasi. Dengan falsafah ini diharapkan tercipta budaya organisasi (organization culture) yang mengakar kuat pada setiap anggota organisasi. Oleh karena itu, falsafah sering diwujudkan dengan slogan-slogan agar mudah diingat oleh anggota organisasi dan semua stakeholders.
22
3. Menetapkan kebijakan Kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan falsafah organisasi. Kebijakan ini ditetapkan dengan mendasarkan pada falsafah yang sudah ditetapkan. Oleh karena tidak semua anggota organisasi bisa memahami dan menerapkan nilai-nilai etis yang terkandung dalam falsafah
atau slogan,
sehingga perlu kebijakan tertentu
untuk
memberikan garis-garis batas yang tidak boleh dilanggar oleh setiap anggota organisasi. Dengan demikian, kebijakan ini sering diwujudkan dalam aturan-aturan formal yang mempunyai kekuatan mengikat bagi semua anggota organisasi. Dalam konteks pengukuran kinerja, kebijakan ini berfungsi sebagai bahan masukan dalam menciptakan indikator atau ukuran
kine~a.
Hal ini karena kebijakan merupakan
salah satu kriteria yang cukup penting untuk menilai keberhasilan dalam mencapai visi dan misi organisasi. 4. Menetapkan tujuan Pada dasarnya tujuan merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dan dinyatakan secara eksplisit dan ukuran waktu pencapaiannya, misalnya 5 tahun. Dengan ditetapkan suatu tujuan, visi dan misi sudah semakin berwujud. Dalam konteks pengukuran kinerja, tujuan merupakan pedoman perumusan kriteria kine~a.
Dalam merumuskan indikator atau ukuran kinerja tidak bisa
lepas dari tujuan yang telah ditetapkan.
23
5. Menetapkan sasaran Sasaran merupakan tujuan organisasi yang dinyatakan secara lebih eksplisit, selain diikuti ukuran waktu juga dijelaskan cara mengukur ketercapaiannya. Oleh karena sifatnya yang lebih berwujud, maka sasaran ini lebih mudah diukur daripada tujuan. Sasaran pada umumnya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif dengan jangka waktu pencapaian yang lebih pendek, misalnya satu tahun atau satu semester. Sasaran sangat penting fungsinya untuk menentukan ukuran
kinerja.
Namun
demikian
harus
tetap
diperhatikan
keterkaitannya dengan tujuan. kebijakan, falsafah, misi, dan visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, jika sasaran bisa dicapai dengan baik, berarti aktivitas dan pelaksanaan program tidak menyimpang dari visi dan misi organisasi. 6. Menyusun strategi Substansi dari strategi sebetulnya adalah bagaimana cara atau teknik untuk mencapai sasaran dan tujuan yang sudah diterjemahkan lebih lanjut dari visi dan misi organisasi. Pada dasarnya organisasi harus membuat pedoman tentang teknik-teknik atau metode yang efektif untuk bisa mencapai sasaran dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Strategi ini sangat mungkin berubah-ubah jika organisasi menghadapi
lingkungan yang
sangat turbulen,
sehingga
perlu
dilakukan review agar strategi yang diterapkan tetap relevan dan
24
efektif. Pengukuran
kine~a
juga bertujuan untuk menilai apakah
strategi yang ditetapkan sudah diterapkan dengan benar. 7. Menyusun program Program adalah kegiatan pokok yang akan dilaksanakan organisasi untuk melaksanakan strategi yang telah ditetapkan. Pengukuran kine~a
dimaksudkan untuk menilai apakah program-program tersebut
sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dan bagaimana manfaat dan dampaknya bagi manajemen dan stakeholders. Tanpa ada suatu program, pengukuran
kine~a
juga tidak mungkin bisa dilakukan karena
program sangat penting untuk dijadikan pedoman dan kriteria penilaian. Dalam pengukuran kinerja dengan fokus hasil (outcome), program ini menjadi titik sentral pengukuran kinerja organisasi. Untuk mengukur efektivitas organisasi dan kelayakan outcome sangat diperlukan petunjuk tentang target kegiatan pokok yang akan dilaksanakan organisasi yang itu semua terwujud dalam bentuk program-program formal baik rutin maupun program pengembangan. 8. Menyusun anggaran Anggaran
merupakan
rencana
keuangan
masa
datang
yang
mencakup harapan manajemen terhadap pendapatan, biaya, dan transaksi keuangan lain dalam masa satu tahun. Anggaran sebenamya merupakan penjabaran secara terperinci atas program-program yang telah ditetapkan dalam bentuk satuan moneter. Dengan menentukan anggaran, suatu organisasi bisa melihat proyeksi keuangan dalam
25
masa satu tahun yang akan datang. Dalam pengukuran kinerja anggaran berfungsi sebagai ukuran
kine~a
input. Dengan melakukan
analisis selisih anggaran, maka dapat diketahui ekonomi dan efisiensi operasional.
Pendekatan
tradisional
dalam
pengukuran
kinerja
menggunakan tolok ukur ekonomi dan efisiensi ini dalam mengukur keberhasilan instansi pemerintah. Dengan demikian, tanpa anggaran yang jelas pun, kita tidak bisa melakukan pengukuran kinerja karena tidak mempunyai ukuran
kine~a
input yang justru sangat penting
artinya karena berhubungan dengan faktor finansial. 9. Merumuskan indikator dan ukuran
kine~a
Dalam suatu aktivitas pengukuran pasti terdapat sesuatu yang diukur dan kriteria yang digunakan untuk mengukur. Kriteria ini menjadi tolok ukur atas keberhasilan obyek yang diukur. Kriteria pengukuran kinerja organisasi dapat berupa indikator atau ukuran kinerja. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, indikator mengacu pada penilaian
kine~a
kine~a
adalah kriteria
yang
secara tidak langsung yaitu hal-hal
yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kine~a
kine~a
kine~a.
Ukuran
adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian
kine~a
secara langsung. lndikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi. Dalam merumuskan indikator dan ukuran
kine~a
ini tetap
harus berpedoman pada visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sasaran, strategi, program, dan anggaran.
26
10. Menetapkan sistem pengukuran kinerja Pengukuran
kine~a
merupakan aktivitas mengukur kinerja dengan
menggunakan indikator
kine~a
dan ukuran kinerja yang telah
dirumuskan. Sekali lagi, perumusan indikator dan ukuran kinerja ini harus mempertimbangkan karakteristik operasional organisasi dan mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator}. Sistem
pengukuran
kinerja
formal
dapat
ditetapkan
agar
bisa
mengkomunikasikan strategi dengan lebih baik dan sebagai alat pengendalian organisasi. Jadi sistem pengukuran kinerja adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial yang diterapkan pengukuran
secara kine~a
konsisten
dan
menyeluruh.
Suatu
sistem
dapat diwujudkan atau berbentuk software,
databases, dan prosedur-prosedur formal. Sistem pengukuran kinerja harus dimasukkan dalam sistem pengendalian formal yang ditetapkan organisasi. Jadi, sebuah sistem pengukuran
kine~a
adalah sub sistem
dari sebuah sistem pengendalian formal organisasi. Dengan demikian, dalam menetapkan struktur organisasi, pusat pertanggungjawaban, perencanaan strategi, pemrograman, dan penganggaran harus juga dipertimbangkan kine~anya.
bagaimana
teknik
pengukuran
dan
pelaporan
Selanjutnya, dukungan dan peran manajemen puncak
27
sangat vital agar implementasi sistem pengukuran kinerja bisa optimal sesuai tujuan ditetapkannya sistem pengukuran kinerja ini. 11. lmplementasi sistem pengukuran Jika kita
sudah
mempunyai
kine~a
sistem
pengukuran
kinerja,
yang
merupakan subsistem dari sistem pengendalian manajemen formal, maka selanjutnya pengukuran
bisa diimplementasikan.
kine~a
lmplementasi sistem
ini berhubungan dengan teknik pengukuran kinerja
yang digunakan. 12. Pelaporan hasil pengukuran kinerja Pelaporan hasil pengukuran kinerja adalah tahap pengukuran setelah
analisis
dilaksanakan digunakan.
data
sesuai Tujuan
yang dengan
pelaporan
berkaitan teknik hasil
kine~a
dengan pengukuran
pengukuran
kine~a
selesai
kinerja kine~a
menyajikan, menjelaskan, dan menyampaikan informasi
yang adalah
kine~a
yang
telah berhasil diukur dan dianalisis sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan perbaikan pada periode berikutnya. 13. Monitoring dan Evaluasi Kinerja a. Monitoring kinerja Monitoring kinerja merupakan alat yang bisa digunakan untuk mengevaluasi apakah layanan dan program-program pemerintah sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat dan stakeholders monitoring
lainnya.
kine~a
Dengan
melakukan
pengukuran
dan
organisasi layanan publik diharapkan bisa
28
digunakan
sebagai
Pertanyaan
dasar
memperbaiki
mendasar dalam
proses
kinerja
monitoring
organisasi. ini
adalah
bagaimana sumber daya digunakan dan apakah tindakan yang diperlukan untuk menjamin tercapainya pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien sudah dilakukan. Jika organisasi layanan publik ini adalah rumah sakit, monitoring kinerja berarti menjawab pertanyaan
tentang
apakah
rumah
sakit
tersebut
sudah
menyediakan layanan terbaik untuk masyarakat dan bukan sekedar orientasi input, misalnya jumlah dokter per pasien. b. Evaluasi kinerja Evaluasi kinerja adalah kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan manajer publik dalam melaksanakan kegiatan dan fungsi yang diamanahkan kepadanya sebagaimana visi dan misi organisasi. Evaluasi kinerja ini sebenamya merupakan kegiatan
lanjutan dari
melakukan evaluasi
pengukuran
kine~a
kinerja,
sehingga dalam
harus berpedoman pada ukuran-ukuran
dan indikator yang telah disepakati dan ditetapkan. Evaluasi kinerja juga merupakan suatu proses umpan balik (feed back) atas hasil kinerja saat ini dan masa lalu sebagai dasar dan pelajaran untuk memperbaiki kinerja di masa datang.
29
3. lndikator kinerja
Defenisi indikator
kine~a
adalah ukuran kuantitatif dan/atau
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara menurut Lohman dalam Mahsun (2006), menyatakan bahwa indikator
kine~a
(performance
indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan
secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa indikator
kine~a
merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. lndikator kine~a
ukuran
kine~a
(performance indicator} sering disamakan dengan
(performance measure). Namun sebenarnya, meskipun
keduanya merupakan kriteria pengukuran makna. lndikator
kine~a
kine~a.
mengacu pada penilaian
terdapat perbedaan kine~a
secara tidak
langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kine~a. kine~a
sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran adalah kriteria
kine~a
yang mengacu pada penilaian kinerja secara
langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. lndikator kinerja dan
ukuran
kine~a
ini
sangat dibutuhkan
untuk menilai tingkat
ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi. Penggunaan indikator
kine~a
sangat penting untuk mengetahui
apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan
30
efektif. lndikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan indikator
kine~a
perlu mempertimbangkan komponen
sebagai berikut: a. Biaya pelayanan (cost of service) lndikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost}, misalnya biaya per unit pelayanan. Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya, karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat dibuat indikator kinerja proksi, misalnya belanja per kapita. b. Penggunaan (utilization) lndikator penggunaan pada dasarnya membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public demand).
lndikator ini harus mempertimbangkan
preferensi publik, sedangkan pengukurannya biasanya berupa volume absolut atau persentase tertentu, misalnya persentase penggunaan kapasitas. c. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards) lndikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indikator yang paling sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Penggunaan indikator kualitas dan standar pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terlalu menekankan indikator
31
ini justru dapat menyebabkan kontraproduktif. Contoh indikator kualitas dan
standar
pelayanan
misalnya
perubahan
jumlah
komplain
masyarakat atas pelayanan tertentu. d. Cakupan pelayanan (coverage) lndikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat kebijakan atau peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan. e. Kepuasan (satisfaction) lndikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment), dapat juga digunakan untuk menetapkan
indikator kepuasan.
Namun demikian,
dapat juga
digunakan indikator proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut memerlukan kerja sama antar unit kerja. Adapun syarat indikator kinerja menurut BPKP (2000) adalah sebagai berikut: a. Spesifik dan jelas,
sehingga
dapat dipahami
dan
tidak
ada
kemungkinan kesalahan interpretasi. b. Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yaitu dua atau lebih pengukuran indikator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.
32
c. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan. d. Dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak serta proses. e. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan/penyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan f.
Efektif. Data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia.
D. Pelayanan Publik
1. Pengertian pelayanan publik
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan ketentuan
kebutuhan peraturan
penerima
pelayanan
perundang-undangan.
maupun Adapun
pelaksanaan penyelenggara
pelayanan publik adalah instansi pemerintah. lnstansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi satuan ke~a/satuan
organisasi kementerian, departemen, lembaga pemerintah
non departemen, kesekretariatan lembaga tertinggi dan tinggi negara, dan
33
instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sedangkan yang dimaksud dengan unit penyelenggara pelayanan publik adalah unit
ke~a
pada instansi pemerintah yang secara langsung
memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik. Yang
dimaksud
dengan
pemberi
pelayanan
publik
adalah
pejabat/pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan
publik
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
Sedangkan penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum.
2. Asas pelayanan publik
Berikut ini adalah asas-asas pelayanan publik : a. Transparansi ; bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas ; dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Kondisional ; sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
34
d. Partisipatif
mendorong
peran
serta
masyarakat
dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. e. Kesamaan hak ; tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi. f.
Keseimbangan hak dan kewajiban ; pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
3. Prinsip Pelayanan Publik
Berikut ini adalah prinsip pelayanan publik : a. Kesederhanaan ; prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan. b. Kejelasan: 1. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik; 2. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan
pelayanan
dan
penyelesaian
keluhan/
persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik;
3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. c. Kepastian waktu ; pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. d. Akurasi ; produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sa h.
35
e. Keamanan ; proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum. f. Tanggung jawab ; pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik. g. Kelengkapan sarana dan prasarana ; tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika). h. Kemudahan akses ; tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,
mudah
dijangkau
oleh
masyarakat,
dan
dapat
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika. i.
Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan ; pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
j.
Kenyamanan ; lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
36
4. Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya suatu kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan Standar pelayanan publik, sekurang-kurangnya meliputi : a. Prosedur pelayanan ; prosedur yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan. b. Waktu penyelesaian ; waktu yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan
sampai dengan penyelesaian
pelayanan termasuk
pengaduan. c. Biaya pelayanan ; biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan. d. Produk pelayanan; hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. e. Sarana dan prasarana ; penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. f.
Kompetensi petugas pemberi pelayanan ; kompetensi petugas harus ditetapkan
dengan
tepat
berdasarkan
pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
keahlian,
37
5. Kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan menurut Kotler (1997), adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapanharapannya. Kepuasan terhadap kualitas jasa yang diterima dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jasa yang dirasakan (perceived seNice) dan jasa yang diharapkan (expected seNice). Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Freddy Rangkuti (2006), ciri-ciri kualitas jasa dapat dievaluasi ke dalam lima dimensi besar yang di kenai dengan istilah "RATER", yaitu: a. Reliability (keandalan), untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang tepat dan dapat diandalkan. b. Assurance Oaminan), untuk mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh karyawan. c. Tangible (kasat mata), untuk mengukur penampilan fisik, peralatan, karyawan serta sarana komunikasi. d. Empathy (Empati), untuk mengukur pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen serta perhatian yang diberikan oleh karyawan. e. Responsiveness (daya tanggap), untuk membantu dan memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan cepat. Berdasarkan model di bawah ini, persoalan pelayanan bukan saja tanggung jawab dari karyawan terdepan (front line!} melainkan juga merupakan tanggung jawab dari pimpinan instansi dan juga seluruh
38
karyawan lainnya. Dalam hal ini, budaya organisasi merupakan hal yang juga menjadi faktor penentu dalam memberikan pelayanan prima kepada pelanggan. Untuk lebih jelas tentang gambar di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:
Persepsi Manajemen thd harap«J konstlnen
E
Keseniangan II
e e
L
Perierjemahtrl persepsi mjd spesifikasi kuaias jasa
D
Keseniangan ill a.
+
D
Penyalff)8m j8s8 ~ermast.t
g
Sebe!IJII/sest.mh kortrak)
Komunikasi ekstemal kepada pelanggan
a. D
Keseniangan IV Jasa vanQ dipersepsikan Jasa vana diharaokan
Komunikasi mulut ke mulut
Kebutuhan prtbadi
Gambar 6. Skema Service Gap Dari gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : Gap-1
merupakan kesenjangan yang terjadi antara harapan
masyarakat dengan apa yang dipikirkan oleh pimpinan instansi pemberi layanan publik. Misalnya, pimpinan berpikir bahwa waktu persetujuan
39
suatu dokumen paling telat adalah 2 hari sedangkan masyarakat berharap tidak lebih dari 24 jam. Gap-2 merupakan kesenjangan yang terjadi antara apa yang
· dipikirkan oleh pimpinan instansi terhadap harapan publik dengan spesifikasi dari kualitas pelayanan yang diberikan. Dalam hal ini apakah pimpinan lembaga terkait telah memiliki sebuah standar dalam pelayanan, jika sudah apakah standar-standar tersebut sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Gap-3 terjadi tatkala pemberian pelayanan (service delivery) dengan apa yang tertuang dalam spesifikasi standar pelayanan yang ada. Gap-4 merupakan persoalan komunikasi yang terjadi jika janji
pemerintah kepada masyarakat tidak sesuai dengan apa yang diberikan. Beberapa pengalaman menyebutkan bahwa penyebab dari munculnya gap keempat ini disebabkan oleh persoalan koordinasi internal organisasi itu sendiri.
E. Kerangka Pikir Penelitian
Salah satu fungsi pemerintahan yang wajib dilaksanakan di kabupatenlkota adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan hak dasar masyarakat. Pemerintah Kota Parepare dalam hal ini RSUD A. Makkasau sebagai pusat pelayanan kesehatan di daerah dalam mengemban amanat tersebut harus mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan arahan dalam
40
perencanaan stratejik rumah sakit. lmplementasi program dan kegiatan dalam penyelenggaraan pelayanan tersebut sangat ditekankan pada aspek kualitas pelayanan yang diberikan, yang meliputi dimensi RATER: reliability (keandalan),
assurance Oaminan),
tangible (bentuk fisik),
empathy (empati) dan responsiveness (daya tanggap). Pada kelima aspek
kualitas pelayanan, terdapat suatu kondisi dimana harapan masyarakat atas suatu pelayanan berkualitas harus diakomodir sedemikian rupa sehingga pelayanan yang diterima saat ini (kondisi aktual) sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat (kondisi ideal) pelayanan. Apabila pelayanan kesehatan yang diterima tidak sesuai dengan harapan masyarakat akan pelayanan, maka ada kesenjangan (gap) terhadap kondisi pelayanan tersebut. Tingkat kesenjangan (gap) tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien akan pelayanan, dan pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare. Untuk meminimalisasi kesenjangan (gap) dalam penyelenggaraan pelayanan, perlu diperhatikan oleh pihak manajemen RSUD A. Makkasau Kota Parepare, adalah faktor-faktor yang dapat menghambat pelayanan, karena faktor-faktor tersebut akan menjadi kelemahan dan ancaman bagi organisasi dalam hal pemberian pelayanan kepada masyarakat. Selain faktor penghambat pelayanan, terdapat pula faktor-faktor yang dapat mendukung pelayanan, yang harus dijadikan kekuatan dan peluang dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan. Untuk mengelola faktor-faktor
41
internal dan eksternal tersebut di atas, maka dilakukan analisis SWOT, sehingga akan menghasilkan formulasi strategi dan kebijakan untuk perbaikan
kine~a
pelayanan,
yang
pada
akhirnya
akan
dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan indikator makro kesehatan seperti peningkatan umur harapan hidup, penurunan angka kematian bayi, penurunan angka kematian ibu melahirkan serta perbaikan gizi pada anak balita. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pikir penelitian dapat di lihat pada skema di bawah ini: Renstra RSUD A Makkasau
! Penyelenggaraan Pelayanan
! Kualitas Pelayanan
~ ~
Dimensi RATER
lndikator Makro Kesehatan
Faktor-faktor pendukung & penghambat pelayanan
I
+ Kondisi Ideal
L+
•••••• Kondisi Aktual Gap
Tingkat Kepuasan +--Pasien
~
~,
Formulasi Strategi Kebijakan
Kinerja Pelayanan Gambar 7. Kerangka Pikir Penelitian
42
F. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, maka dibuat batasan defenisi operasional sebagai berikut: 1.
Kine~a
adalah hasil yang telah dicapai dari suatu pekerjaan yang
berhubungan erat dengan tujuan organisasi. 2. Pengukuran
kine~a
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan organisasi, apakah terdapat deviasi antara hasil yang dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 3. lndikator
kine~a
adalah kriteria yang digunakan untuk menilai
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. 4. Sarana pelayanan kesehatan adalah institusi yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik kesehatan dasar, penunjang maupun rujukan. 5. Kualitas pelayanan adalah perbandingan antara kualitas layanan yang dirasakan (persepsi) pasien dengan kualitas layanan yang diharapkan pasien, yang mencakup aspek: a. Reliability (keandalan), b.
Responsiveness (daya tanggap),
c.
Assurance Oaminan),
d.
Empathy, dan
e. Tangibles (bentuk fisik).
43
6. Kepuasan pasien adalah perasaan senang atau kecewa dari orang yang menerima pelayanan kesehatan, berasal dari perbandingan antara harapan yang diinginkan terhadap kenyataan pelayanan yang diterimanya atau dirasakan. 7. lndikator makro kesehatan adalah kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkat derajat kesehatan masyarakat, seperti angka umur harapan hidup, angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan serta persentase gizi kurang pada anak balita.
BAB Ill METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif, dimana hasil penelitian ini akan menggambarkan tentang kinerja pelayanan pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare dinilai dari aspek kualitas pelayanan, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelayanan serta menetapkan suatu strategi kebijakan dengan memperhatikan faktorfaktor pendukung dan penghambat pelayanan tersebut, serta melihat hubungan antara
kine~a
pelayanan RSUD Andi Makkasau Kota Parepare
apakah dapat mempengaruhi perbaikan indikator makro kesehatan (peningkatan umur harapan hidup, penurunan angka kematian bayi dan ibu melahirkan serta perbaikan gizi pada anak balita).
B. Pengelolaan Peran Sebagai Peneliti Dalam hal ini peneliti berperan sebagai instrumen utama penelitian dan kehadiran peneliti diketahui oleh informan, dimana peneliti akan melakukan
wawancara
terhadap
informan
yang
telah
ditentukan.
Kehadiran peneliti sangat perlu diketahui oleh informan, agar penelitian dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
45
Disamping itu peneliti juga mengedarkan kuesioner kepada pasien yang berisi tentang persepsi pasien selaku penerima jasa pelayanan, apakah telah sesuai dengan harapan mereka terhadap pelayanan yang diterima, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, mulai tanggal 1 Agustus sampai dengan 30 September 2008. Adapun lokasi penelitian ditetapkan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare, dengan pertimbangan RSUD A. Makkasau merupakan pusat pelayanan kesehatan di Kota Parepare, dimana telah direncanakan akan ditingkatkan tipe kelas rumah sakit dari tipe C menjadi tipe B-Non Pendidikan. Disamping itu sarana dan prasarana yang lebih lengkap dibandingkan rumah sakit di daerah lain, menyebabkan RSUD A. Makkasau Kota Parepare berkembang menjadi rumah sakit rujukan dari beberapa kabupaten di sekitarnya sehingga dengan sendirinya akan menjadi pusat pelayanan kesehatan utamanya di bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan, yang berdampak pada perbaikan indikator makro kesehatan di Kota Parepare dan beberapa kabupaten di sekitar bag ian utara Provinsi Sulawesi Selatan tersebut.
46
D. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil wawancara mendalam dengan
informan yang telah
ditentukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare. Sumber data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan pasien
serta
kuesioner yang
dibagikan
kepada
pasien
ataupun
pengunjung rumah sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu data primer juga diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dari pihak manajemen rumah sakit yaitu Direktur Rumah Sakit, Kepala Bidang Pelayanan dan Keperawatan, Kepala Sub Bidang Pelayanan dan Penunjang Medis dan penanggung jawab unit pelaksana teknis fungsional dan kepala bangsal. Sedangkan data sekunder sebagai data pendukung berupa dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan pengukuran kinerja pelayanan rumah sakit, seperti dokumen perencanaan stratejik, profil RSUD A. Makkasau, data kepegawaian, data jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan, alur pelayanan rawat inap dan rawat jalan, data indeks pembangunan manusia kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang meliputi data indikator makro kesehatan, serta data-data lain yang terkait.
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut :
47
1. Wawancara mendalam Untuk mendapatkan data primer,
penulis menggunakan teknik
wawancara mendalam yang diperoleh dari informan yang telah ditentukan, sehingga dapat digali informasi tentang tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, sistem dan prosedur pelayanan yang ada di rumah sakit. Wawancara juga dilakukan
untuk menggali
informasi tentang
faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat pelayanan di rumah sakit, dan informasi lain yang ada kaitannya dengan penelitian. 2. Kuesioner Data diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada masyarakat dalam hal ini pasien atau pengunjung rumah sakit yang mendapatkan pelayanan
kesehatan,
berisi
data-data penilaian,
persepsi dan
tanggapan pasien terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. 3. Unit Analisis, Populasi dan Sampel Unit analisis yang diteliti dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan pasien yang berobat dan dirawat pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, dengan variabel: a. Reliability (kehandalan), meliputi dimensi: 1. Prosedur pelayanan 2. Tarif pelayanan 3. Waktu pelayanan 4. Proses penanganan pasien
48
b. Assurance Oaminan), meliputi dimensi : 1. Kepastian hukum 2. Keadilan dan kesamaan hak 3. Keamanan dan ketenangan pasien 4. Kemampuan, kesopanan dan kejujuran petugas c. Tangible (bentuk fisik), meliputi dimensi: 1. Fasilitas fisik berupa gedung dan ruang pelayanan, ruang tunggu pasien, tempat parkir, toilet dan sarana air bersih. 2. Jumlah petugas medis dan karyawan 3. Peralatan medis yang digunakan 4. Kebersihan, keindahan dan kenyamanan rumah sakit d. Empathy (empati), meliputi dimensi : 1. Komunikasi antar pasien dan petugas 2. Perhatian kepada pasien 3. Keramahan petugas 4. Memahami kebutuhan dan keinginan pasien e.
Responsiveness (cepat tanggap), meliputi dimensi:
1. Cepat tanggap memberikan bantuan 2. Cepat tanggap terhadap keluhan pasien 3. Cepat tanggap dalam memberikan informasi 4. Petugas ada jika dibutuhkan
Adapun populasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu jumlah pasien yang berobat dan dirawat pada RSUD A. Makkasau
49
selama periode penelitian. Karena keterbatasan waktu, maka peneliti tidak akan mungkin mengambil seluruh populasi yang ada, sehingga peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jumlah pasien yang dijadikan sampel adalah 50 orang. Adapun teknik sampling yang digunakan yaitu sampling insidental dimana penentuan sampel
diambil
kebetulan/insidental
dengan bertemu
cara
siapa
dengan
saja
peneliti
di
yang
secara
lapangan
dan
dianggap orang yang kebetulan ditemui tersebut, memenuhi syarat sebagai sumber data (Sugiyono; 2007). Tabel3. Daftar responden penelitian No
1. 2. 3. 4. 5.
Jumlah (orang)
Respond en
Manajemen RS : Direktur Rumah Sakit Kabid. Pelayanan dan Keperawatan Kasubbid. Pelayanan dan Penunjang Medis Penanggung Jawab UPF Kepala Bangsal
Jumlah
1. 2.
Masyarakat : Pasien Rawat Jalan Pasien Rawat lnap
1 1 1
8 10 21
40 10 Jumlah
50
50
4. Studi Dokumen (document research) Untuk data sekunder yang terkait dengan objek penelitian, maka penulis mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen seperti dokumen perencanaan stratejik, profil RSUD A. Makkasau, data kepegawaian, data jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan, alur pelayanan rawat inap dan rawat jalan, data indeks pembangunan manusia kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang meliputi data indikator makro kesehatan, sehingga kajian atas dokumen tersebut dapat mendukung hasil penelitian. F. Teknik Ana lis is Data
1. Untuk menjawab permasalahan pertama, maka teknik analisis yang digunakan yaitu ana/isis gap dimana dianalisis kondisi ideal (harapan pasien) terhadap pelayanan yang diberikan, dibandingkan dengan kondisi riil atau kenyataan yang ada (persepsi masyarakat) terhadap pelayanan yang diterima. Kesenjangan (gap) antara harapan pasien dengan pelayanan yang diterima saat ini, akan menggambarkan tingkat kepuasan pasien, sehingga dapat diketahui tingkat
kine~a
pelayanan ditinjau dari aspek kualitas pelayanan pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelayanan dilakukan analisis deskriptif kualitatif dengan langkahlangkah sebagai berikut :
51
a. Data reduction (Reduksi data) : Pada
ini,
tahapan
peneliti
mengumpulkan
data
sebanyak-
banyaknya dan dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian data dirangkum dan difokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari polanya. Data yang tidak berhubungan dengan penelitian direduksi. b. Data display (Penyajian data) Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data yaitu menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
c. Conclusion Drawing (Verification) Langkah ketiga yang dilakukan adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam analisis kualitatif merupakan suatu temuan yang belum pernah ada sebelumnya. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, akan tetapi apabila temuan yang dikemukakan telah didukung oleh data-data yang valid, maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel. Setelah
mengetahui
faktor-faktor
yang
mendukung
dan
menghambat pelayanan, maka untuk menentukan alternatif strategi kebijakan pelayanan kesehatan, digunakan teknik analisis SWOT. Dalam analisis SWOT diidentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan
kelemahan)
dan
faktor-faktor
eksternal
(peluang
dan
ancaman}, selanjutnya ditentukan faktor-faktor strategi internal dan
52
eksternal, setelah itu disusun matriks interaksi antara faktor internal dan eksternal, seperti pada tabel berikut:
Tabel 4. Analisis model SWOT Eksternal
Opportunities (Peluang) Susun daftar peluang
Threats (Ancaman) Susun daftar ancaman
Strengths (Kekuatan) Susun daftar kekuatan
Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (Strategi SO)
Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman (Strategi ST)
Weaknesses (Kelemahan) Susun daftar kelemahan
Menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang (Strategi WO)
Memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman (Strategi WT)
Internal
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kinerja pelayanan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare terhadap trend peningkatan indikator makro kesehatan di Kota Parepare, dianalisis secara deskriptif bagaimana hubungan antara kinerja pelayanan di RSUD A. Makkasau Parepare dengan data indikator makro kesehatan tersebut.
Tabel 5. Kerangka Konsep Penelitian: Pengukuran Kinerja Pelayanan pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
VARIABEL
INDIKATOR
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
DATA& INFORMASI
SUMBER DATA
ANALISIS DATA
Bagaimana kinerja pelayanan RS ditinjau dari aspek kualitas pelayanan
Mengetahui kine~a pelayanan RS ditinjau dari aspek kualitas pelayanan
Kualitas Pelayanan
1. Realibility 2. Assurance 3. Tangibles 4. Empathy 5. Responsiveness
Kuesioner
Primer
Masyarakat/pasien yang berobat di rumah sa kit
Ana lisis Gap
Bagaimana merumuskan faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat pelayanan menjadi suatu altematif strategi kebijakan pelayanan kesehatan
Mengetahui faktorfaktor yang dapat mendukung dan menghambat pelayanan sehingga dapat dirumuskan alternatif strategi kebijakan pelayanan kesehatan
Strategi kebijakan pelayanan
1. Faktor Eksternal 2. Faktor Internal
1. Wawancara mendalam (indepth Interview) 2. Studi dokumen
Primer Sekunder
1. Direktur RS 2. Kabid Pelayanan dan Keperawatan 3. Kasubid. Pelayanan Penunjang medis 4. Penanggungjawab unit pelaksana teknis fungsional 5. Kepala Bangsal 6. Renstra RS 7. Profil RS
Analisis Deskriptif dan Anal isis SWOT
Bagaimana pengaruh kine~a pelayanan terhadap indikator makro kesehatan
Mengetahui pengaruh kine~a pelayanan terhadap indikator makro kesehatan
Studi Dokumen
Sekunder
1. Data IPM Propinsi Sulawesi Selatan 2. Data Rekam Medik RSUD A Makkasau
Analisis Deskriptif
Pembangunan 1. Umur Harapan Hid up Kesehatan 2. Angka Kematian Bayi 3. Angka kematian lbu melahirkan 4. Gizi kurang pada balita ---
------
VI
w --
BABIV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSUD A. Makkasau
Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau berlokasi di Kelurahan Bumi Harapan Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, merupakan salah satu rumah sakit yang dibangun dengan bantuan Bank Dunia pada tahun 1985, serta mulai dioperasionalkan pada tanggal 1 Juli 1987, dan diresmikan pemakaiannya pada tanggal 18 Oktober 1988 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota Parepare merupakan rumah sakit tipe Kelas C yang secara teknis administrasi maupun secara teknis operasional bertanggung jawab kepada Walikota Parepare melalui Sekretaris Daerah Kota Parepare, serta merupakan rumah sakit rujukan dari beberapa kabupaten/kota disekitarnya, utamanya dari kabupatenlkota di bagian utara Propinsi Sulawesi Selatan dan kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Barat. Pada tanggal 10 Januari 2005, Rumah Sakit Urn urn Daerah Andi Makkasau Kota Parepare telah berhasil memperoleh sertifikat akreditasi penuh tingkat dasar oleh Tim Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) untuk 5 jenis pelayanan, antara lain: pelayanan administrasi, pelayanan
55
medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan dan pelayanan rekam medis. Dalam perkembangannya lebih lanjut, pada tanggal 9 Februari 2007, RSUD Andi Makkasau Kota Parepare berhasil memperoleh sertifikat akreditasi penuh tingkat lanjutan oleh Tim Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) untuk 12 jenis pelayanan, antara lain: pelayanan administrasi, pelayanan medis, gawat darurat, keperawatan, rekam medis, bedah sentral, pelayanan perinatal, laboratorium, radiologi, farmasi, pelayanan gizi, serta kesehatan dan keselamatan
ke~a.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh RSUD Andi Makkasau Kota Parepare adalah sebagai berikut: 1. Luastanah
= 44.582 m2
2. Luas bangunan
= ± 30.000 m2
3. Jumlah gedung
= 21 unit
4. Jumlah tempat tidur = 144 buah 5. Sumber listrik
= PLN dan Generator
6. Sumber air
= PDAM
7. Pengelolaan limbah = lncenerator dan IPAL Visi, Misi, Filosofi, Tujuan dan Sasaran RSUD A. Makkasau
Visi, Misi, Filosofi, Tujuan dan Sasaran RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, adalah sebagai berikut: 1. Visi RSUD Andi Makkasau Kota Parepare adalah menjadi rumah sakit rujukan terbaik di Sulawesi Selatan.
56
2. Misi RSUD Andi Makkasau Kota Parepare adalah melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan sentuhan kasih sayang. 3. Filosofi RSUD Andi Makkasau Kota Parepare adalah kesembuhan, keselamatan, keamanan dan kepuasan pasien. 4. Tujuan RSUD Andi Makkasau Kota Parepare adalah: a. Meningkatkan mutu pelayanan b. Meningkatkan kualitas sumber daya man usia c. Meningkatkan kesejahteraan karyawan 5. Sasaran RSUD Andi Makkasau Kota Parepare adalah: a. Terwujudnya RSUD Andi Makkasau sebagai rumah sakit rujukan terbaik di Sulawesi Selatan b. Terwujudnya peningkatan kualitas sumber daya manusia c. Terciptanya kepuasan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Andi Makkasau Kota Parepare d. Terwujudnya kesejahteraan karyawan. Ke~asama
RSUD A. Makkasau Kota Parepare dengan pihak-pihak
lain yaitu sebagai berikut: 1. Kerjasama Bidang Pendidikan : a.
Ke~asama
dengan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar, yaitu pendidikan calon dokter umum dan dokter spesialis b. Lembaga pendidikan lainnya : AKPER, AKFIS, AlGI, dan lain-lain.
ATRO,
SMAK,
57
2. Kerjasama Bidang Pelayanan Kesehatan: a. Bidang pelayanan jaminan kesehatan, bekerjasama dengan PT. ASKESdanJAMSOSTEK b. Bidang farmasi bekerjasama dengan PT. KIMIA FARMA 3. Kerjasama Bidang Administrasi Keuangan: yaitu kerjasama dengan Bank Sulsel Cabang Parepare, dimana Kantor Kas Pembantu berada pada lokasi rumah sakit. 4.
Ke~asama
Bidang Pelayanan Transfusi Darah/Bank Darah: yaitu
kerjasama dengan Unit Transfusi Darah Cabang Parepare.
Organisasi dan Tata Kerja RSUD A. Makkasau
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 14 Tahun 2004 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Daerah, maka susunan organisasi Badan Pelayanan Kesehatan Daerah RSUD A. Makkasau Kota Parepare adalah sebagai berikut: 1. RSUD Andi Makkasau Kota Parepare dipimpin oleh seorang kepala badan yang sehari-hari disebut direktur. 2. Direktur membawahi bidang dan bagian, antara lain: a. Bagian Tata Usaha, yang membawahi: 1) Sub Bag ian Administrasi Umum dan Kepegawaian 2) Sub Bagian Keuangan b. Bidang Pelayanan dan Keperawatan, membawahi: 1) Sub Bidang Bina Keperawatan 2) Sub Bidang Pelayanan dan Penunjang Medik
58
c. Bidang Perencanaan dan Pengembangan, membawahi: 1) Sub Bidang Penyusunan Program, Monitoring dan Evaluasi 2) Sub Bidang Bina Pendidikan dan Pelatihan d. Bidang Pelaporan Yankes, membawahi: 1) Sub Bidang Rekam Medik dan Pelaporan 2) Sub Bidang Pengawasan dan Pengendalian e. Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)
f.
Kelompok Jabatan Fungsional Adapun struktur organisasi RSUD Andi Makkasau Kota Parepare,
tercantum pada lampiran 2 halaman 143. Berikut ini disajikan uraian tugas organsasi RSUD Andi Makkasau Kota Parepare menurut Peraturan Walikota Parepare Nomor 31 Tahun 2005, sebagai berikut :
1. Direktur Direktur
mempunyai
tugas
pokok
memimpin,
mengawasi
dan
mengkoordinasikan tugas-tugas secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan serta pelaksanaan upaya rujukan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu. Adapun uraian tugas direktur, sebagai berikut: a. Menyelenggarakan pelayanan medis b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis
59
c. Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f.
Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
2. Bagian Tata Usaha Bagian Tata Usaha mempunyai uraian tugas sebagai berikut: a. Pelaksanaan ketatausahaan dan tata kearsipan, pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan kantor b. Pelakasanaan administrasi kepegawaian dan pemberian tanda jasa c. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit d. Pengkoordinasian perumusan peraturan perundang-undangan dan penelaahan hukum rumah sakit e.
Penyelenggaraan hubungan dengan masyarakat dan pemasaran rumah sakit
f.
Melakukan koordinasi dengan instansi lain yang terkait
g. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit, serta menyusun draft rencana kegiatan h. Pengelolaan keuangan rumah sakit
i.
Pelaksanaan koordinasi dalam rangka mobilisasi dana
j.
Penyajian laporan keuangan dan kegiatan mobilisasi dana
k. Menyiapkan data/bahan penyusunan laboran akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
60
I.
Melakukan verifikasi dana dan akuntansi rumah sakit
m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur
3. Bidang Pelayanan dan Keperawatan Bidang Pelayanan dan Keperawatan mempunyai uraian tugas sebagai berikut: a. Menyusun rencana
ke~a
sebagai acuan pelaksanaan tugas
b. Mendistribusikan, memberi petunjuk kepada bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas c. Meneliti hasil pekerjaan bawahan d. Mengkoordinasikan rencana kebutuhan pelayanan medis dan penunjang serta kebutuhan keperawatan e. Memantau
dan
mengawasi
penggunaan fasilitas
pelayanan,
kegiatan pelayanan medik dan penunjang medik serta kegiatan dan kebutuhan keperawatan f.
Mengawasi dan mengendalikan penerimaan dan pemulangan pas ian
g. Melaksanakan
koordinasi
perencanaan
kebutuhan
tenaga
pelayanan medis maupun non medis dan tenaga perawatan h. Melaksanakan kegiatan perawatan janazah i.
Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja/instansi terkait dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
j.
Menginventaris
permasalahan-permasalahan
dan
menyiapkan
data/bahan pemecahan masalah sesuai bidang tugasnya
61
k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.
4. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Bidang Perencanaan dan Pengembangan mempunyai uraian tugas sebagai berikut: a. Menyusun rencana ke~a sebagai acuan pelaksanaan tugas b. Mendistribusikan, memberi petunjuk kepada bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas c. Meneliti hasil kerja bawahan d. Melakukan koordinasi dalam perencanaan strategi rumah sakit e. Melaksanakan kegiatan audit dan dokumentasi mutu program f.
Melaksanakan kegiatan audit atas aktifitas mutu program
g. Melaksanakan
kegiatan
audit
atas
aktifitas
pelayanan
dan
keperawatan h. Melaksanakan kegiatan audit atas performance kine~a i.
Melaksanakan validasi program dan produk
j.
Melaksanakan koordinasi perencanaan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia
k. Melaksanakan koordinasi dengan unit ke~a/instansi terkait dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas I.
Menginventaris
permasalahan-permasalahan
dan
menyiapkan
datalbahan pemecahan masalah sesuai bidang tugasnya
62
m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.
5. Bidang Pelaporan dan Yankes Bidang Pelaporan dan Yankes mempunyai uraian tugas: a. Menyusun rencana
ke~a
b. Mendistribusikan,
memberi petunjuk kepada bawahan dalam
sebagai acuan pelaksanaan tugas
rangka pelaksanaan tugas c. Meneliti hasil kerja bawahan d. Mengkoordinasikan data rekam medik e. Melaksanakan pelaporan kegiatan pelayanan rumah sakit f.
Memberikan informasi sesuai peraturan
g. Melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan h. Melakukan pengawasan dan pengendalian alat-alat pelayanan kesehatan serta sarana dan prasarana pelayanan kesehatan i.
Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja/instansi terkait dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
j.
Menginventaris
permasalahan-permasalahan
dan
menyiapkan
data/bahan pemecahan masalah sesuai bidang tugasnya k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.
63
6. lnstalasi a. lnstalasi merupakan fasilitas penyelengaraan pelayanan medis dan keperawatan, pelayanan penunjang medis, kegiatan pelayanan, pelatihan, penelitian dan pengembangan b. Masing-masing instalasi dipimpin oleh Kepala dalam jabatan non struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan sesuai bidang tugasnya c. Jenis instalasi disesuaikan kelas, kemampuan rumah sakit dan kebutuhan masyarakat berdasarkan pedoman yang berlaku d. Jenis instalasi yang ada di RSUD A. Makkasau terdiri dari instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi perawatan intensif, instalasi radiologi, instalasi farmasi, instalasi gizi, instalasi patologi klinik, instalasi perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana medis dan non medis rumah sakit, serta instalasi rehabilitasi medis. 7. Komite Medik a. Komite Medik adalah kelompok tenaga medis yang keanggotannya dipilih dari anggota staf medis fungsional yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan, b. Komite Medik mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam menyusun
standar
pelayanan,
memantau
pelaksanaan,
melaksanakan pembinaan etika profesi mengatur kewenangan profesi anggota staf medis fungsional, mengembangkan program
64
pelayanan,
pendidikan
dan
pelatihan
serta
penelitian
dan
pengembangan. 8. Staf Medis Fungsional a. Staf medis fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di instansi dalam jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan kesehatan, pendidikan, pelatihan serta penelitian dan pengembangan b. Staf medis fungsional dikelompokkan sesuai dengan keahliannya dan setiap kelompok dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh anggota kelompok lainnya untuk masa bakti 3 (tiga) tahun serta berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan c. Ketua kelompok diangkat oleh Walikota atas usul Kepala Badan. 9. Kelompok Jabatan Fungsional a. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kepala badan sesuai keahlian dan kebutuhan b. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya c. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Walikota d. Jumlah dan jenis jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
65
B. Analisis Kualitas Pelayanan di RSUD A. Makkasau
Kualitas pelayanan dievaluasi dalam lima dimensi antara lain dimensi Reliability, Assurance, Tangible, Empathy dan Responsiveness Untuk mengukur kelima dimensi tersebut maka teknik analisis yang digunakan yaitu ana/isis gap dimana dianalisis kondisi ideal (harapan pasien) terhadap pelayanan yang diberikan, dibandingkan dengan kondisi riil atau kenyataan yang ada (persepsi masyarakat) terhadap pelayanan yang diterima. Kesenjangan (gap) antara harapan pasien dengan pelayanan yang diterima saat ini, akan menggambarkan tingkat kepuasan pasien, sehingga dapat diketahui tingkat kinerja pelayanan ditinjau dari aspek kualitas pelayanan. Respon pasien terhadap kualitas pelayanan di RSUD Andi Makkasau Kota Parepare mencakup dimensi Reliability, Assurance, Tangible, Empathy dan Responsiveness, masing-masing
diukur dengan empat butir pertanyaan dengan skala jawaban sebagai berikut: Sangat tidak setuju
diberi nilai 1
Tidak setuju
diberi nilai 2
Netral
diberi nilai 3
Setuju
diberi nilai 4
Sangat Setuju
diberi nilai 5
Dari skala jawaban tersebut di atas, maka diperoleh distribusi jawaban responden pada tabel berikut :
66
Tabel 6. Distribusi jawaban responden PERSEPSI PASIEN DIMENSI
STS
TS
N
s ss
1
0
1
8
35
~
2
0
5
6
'ii
3
1
12
4
1
5
;g ~
HARAPAN PASIEN
ITEM
GAP
r
X
STS
TS
N
s ss r
6
196
3,92
0
0
1
18
31
230
4,60
31
8
192
3,84
0
0
3
14
33
230
4,60
15
22
0
158
3,16
0
0
3
18
29
226
4,52
8
29
7
186
3,72
0
0
0
18
32
232
4,64
3,66
Rata- rata
X
4,59
Rata- rata
1
1
2
18
22
7
182
3,64
0
0
3
15
32
229
4,58
c
2
2
4
9
21
14
191
3,82
0
0
0
16
34
234
4,68
:I
3
0
3
2
33
12
204
4,08
0
0
0
16
34
234
4,68
4
0
6
8
22
14
194
3,88
0
0
0
16
34
234
4,68
G) (,)
l!
cc" "
3,86
Rata- rata
4,66
Rata- rata
1
0
0
2
19
29
227
4,54
0
0
1
10
39
238
4,76
.!
2
1
2
7
24
16
202
4,04
0
0
2
12
36
234
4,68
Q
3
0
2
5
26
17
208
4,16
0
0
0
14
36
236
4,72
~
4
0
2
4
25
19
211
4,22
0
0
1
11
38
237
4,74
:e" c
4,24
Rata- rata
4,73
Rata- rata
..
1
0
4
12
24
10
190
3,80
0
0
1
16
33
232
4,64
.c ca
>.
2
1
4
6
31
8
191
3,82
0
0
1
15
34
233
4,66
a. E
3
1
6
9
26
8
184
3,68
0
0
3
14
33
230
4,60
w
4
0
2
7
31
10
199
3,98
0
0
4
11
35
231
4,62
3,82
Rata- rata
""c
4,63
Rata- rata
1
2
8
·9
22
9
178
3,56
0
0
2
14
34
232
4,64
2
0
6
14
23
7
181
3,62
0
0
3
13
34
231
4,62
3
0
5
9
28
8
189
3,78
0
0
1
16
33
232
4,64
4
0
3
8
27
12
198
3,96
0
0
2
14
34
232
4,64
-0,93
-0,80
-0,49
-0,81
G) G)
> 'iii c 0
a.
"
~ i
Rata- rata
3,73
Rata- rata
4,64
-0,91
Rata - rata semua dimensi
3,86
Rata - rata semua dlmensi
4,65
-0,79
Sumber: Hasil olahan data primer, 2008
67
Dari tabel di atas, maka dapat dianalisis Gap masing-masing dimensi pelayanan seperti tercantum pada tabel berikut : Tabel7. Analisis Gap masing-masing dimensi pelayanan Dlmensl
No.
Realibllity 1
2
3
4
Pertanyaan Prosedur pelayanan pada RSUD A. Makkasau Parepare tidak berbelit-belit Tarif/biaya sesuai dengan kualitas pelayanan yang diberikan Pelayanan dimulai tepat waktu sesuaidenganjadwalyang ditetapkan Pemeriksaan dan penanganan pasien dilakukan dengan tepat sesuai prosedur kerja
Rata-rata Assurance 1
2
3
4
RSUD A Makkasau Parepare memberikan jaminan apabila te~adi kesalahan prosedur kerja Pelayanan yang diberikan, sama dan adil lepada semua pihak Petugas medis/karyawan memberikan jaminan keamanan dan ketenangan kepada pasien Petugas medis/karyawan memiliki kemampuan, sopan dan jujur dalam menjalankan tug as
Rata-rata Tangibles 1
2
3
4
RSUD A Makkasau memiliki fasilitas fisik seperti gedung, ruang tunggu, tempat parkir dan toilet Kondisi ruang perawatan, ruang tunggu, toilet dan halaman rumah sakit bersih dan nyaman Jumlah petugas medis/kary. mencukupi dan berpakaian seragam/rapi dim menjalankan tugas Kondisi peralatan medis yang digunakan lengkap, layak pakai dan steril
Rata-rata
Persepsi Pasien
Harapan Pasien
Gap
3,92
4,60
-0,68
3,84
4,60
-0,76
3,16
4,52
-1,36
3,72
4,64
-0,92
3,66
4,59
-0,93
3,64
4,58
-0,94
3,82
4,68
-0,86
4,08
4,68
-0,60
3,88
4,68
-0,80
3,86
4,66
-0,80
4,54
4,76
-0,22
4,04
4,68
-0,64
4,16
4,72
-0,56
4,22
4,74
-0,52
4,24
4,73
-0,49
68
Empathy 1
2
3
4
Petugas medis/karyawan memiliki sifat ramah dalam melayani pasien Petugas medis/karyawan memberikan perhatian kepada pasien Petugas medis/karyawan dapat memahami kebutuhan dan keinginan pasien Komunikasi pasien dengan petugas medis/karyawan berjalan baik dan lancar
Rata-rata Responsiveness
1
2
3
4
Petugas medis/karyawan selalu ada ditempat jika dibutuhkan Petugas medis/karyawan cepat dan tanggap terhadap keluhankeluhan pasien Petugas medis/karyawan cepat dan tanggap dalam membantu pasien Petugas medis/karyawan dalam memberikan informasi jelas dan mudah dimengerti
Rata-rata
3,80
4,64
-0,84
3,82
4,66
-0.84
3,68
4,60
-0,92
3,98
4,62
-0,64
3,82
4,63
-0,81
3,56
4,64
-1,08
3,62
4,62
-1
3,78
4,64
-0,86
3,96
4,64
-0,68
3,73
4,64
-0,91
Sumber : Hasil olahan data primer, 2008
Rata-rata respon tersebut kemudian diklasifikasikan agar lebih mudah .diinterpretasikan, dalam rentang rata-rata dari terkecil sebesar 1 sampai dengan terbesar sebesar 5 memiliki interval: Interval = (Skor tertinggi- Skor terendah) I Jumlah kelompok =(5-1)/5
=0.8 Sehingga diperoleh klasifikasi jawaban sebagai berikut: Interval 1 - 1.8 > 1.8 - 2.6 > 2.6 - 3.4
Klasifikasi
= = =
Sangat Rendah Rendah Sedang
69
> 3.4 - 4.2 > 4.2 - 5
= =
Tinggi Sangat Tinggi
Dalam tabel 6 terlihat persepsi pasien terhadap pelayanan pada dimensi realibility sebesar 3.66 ; dimensi assurance sebesar 3.86 ; dimensi empathy sebesar 3.82 dan dimensi responsiveness sebesar 3. 73 termasuk dalam klasifikasi tinggi, sedangkan untuk dimensi tangibles sebesar 4,24 termasuk dalam klasifikasi sangat tinggi. Berarti pasien RSUD A. Makkasau Kota Parepare sudah menilai baik terhadap pelayanan yang ada. Meskipun demikian bila skor persepsi pasien dibandingkan dengan skor harapan pasien terlihat masih dibawah harapan. Dalam tabel tersebut terlihat grand mean pada harapan pasien pada dimensi realibility sebesar 4.59 ; dimensi assurance sebesar 4.66 ; dimensi tangibles sebesar 4. 73 ; dimensi empathy sebesar 4.63 dan dimensi responsiveness sebesar 4.64 termasuk dalam klasifikasi sangat tinggi. Selisih (Gap) antara persepsi dengan harapan menjelaskan tingkat kepuasan pasien, kepuasan paling rendah terjadi pada saat kinerja jauh dibawah harapan, yaitu saat
kine~a
maksimal (5), nilainya sebesar 1 - 5 tinggi
te~adi
minimal (1) sedangkan harapan
= -4.
Sebaliknya kepuasan paling
pada saat kinerja jauh melampaui harapan, yaitu saat
kine~a
maksimal (5) sedangkan harapan minimal (1), nilainya sebesar 5-1 Rentang kepuasan -4 sampai dengan terbesar 4 memiliki interval:
=4.
70
Interval
=(Skor tertinggi- Skor terendah) I Jumlah kelompok
=(4- (-4)) /5 = 1.6 Sehingga diperoleh klasifikasi kepuasan pasien sebagai berikut: Klasifikasi
Interval
Sangat Rendah
-4 s/d -2.4 > -2.4 s/d -0.8
Rendah
> -0.8 s/d 0.8
Sedang
> 0.8 s/d 2.4
Tinggi
> 2.4 s/d 4
Sangat Tinggi
Dalam tabel 6 terlihat rata-rata pelayanan
sebesar
3.86
sedangkan
kine~a
dari semua dimensi
harapannya
4.65,
menghasilkan gap atau tingkat kepuasan sebesar 3.86 - 4.65
sehingga
= -0,79.
Dalam klasifikasi kepuasan gap ini termasuk dalam klasifikasi sedang, berarti pelayanan yang ada di RSUD A. Makkasau Kota Parepare dalam tingkatan moderat.
1. Pelayanan Reliability Reliability (keandalan) merupakan kemampuan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan dengan tepat sesuai dengan yang telah dijanjikan pihak manajemen rumah sakit, sehingga dapat memuaskan pasien. Secara rata-rata, gap yang pasien sebesar 3,66-4,59
te~adi
antara persepsi dengan harapan
=-0,93. Dari nilai tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pelayanan dari dimensi reliability dapat diklasifikasikan rendah.
71
Dari tabel 7 dilihat pada dimensi reliability, pelayanan yang mempunyai gap paling kecil atau tingkat kepuasan terbesar adalah item nomor 1 yaitu prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit sebesar -0.68, ini disebabkan karena pihak manajemen rumah sakit telah menetapkan suatu prosedur pelayanan yang telah baku dan dibuat sesederhana mungkin, dapat dilihat pada mekanisme alur pelayanan rawat darurat, rawat jalan dan rawat inap pad a halaman 100 dan 101. Sedangkan gap yang skornya paling tinggi atau tingkat kepuasan terkecil adalah item nomor 3 yaitu pelayanan dimulai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan sebesar -1 ,36. Dari hasil kuesioner dan wawancara dengan pasien, rata-rata pasien kurang puas dengan pernyataan tersebut, mereka beranggapan bahwa jadwal pelayanan di rumah sakit sering tidak tepat waktu, utamanya pada unit pelayanan rawat jalan, pasien sering menunggu lama baru dilayani. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor keterlambatan dokter di poliklinik, sehingga sangat berpengaruh terhadap jadwal pelayanan yang tidak bisa dimulai dengan tepat waktu. Dari kelima dimensi pelayanan, pelayanan dengan dimensi realibility yang memiliki gap paling tinggi antara persepsi dan harapan
pasien akan pelayanan kesehatan.
Hal tersebut harus mendapat
perhatian yang lebih serius bagi pihak manajemen rumah sakit, karena dimensi rea/ibility inilah yang sangat menunjang berhasil tidaknya pelayanan yang dilaksanakan di rumah sakit. Karena pelayanan realibility dapat dikategorikan sebagai pelayanan terdepan bagi rumah sakit.
72
Kepastian biaya, kepastian waktu pelayanan dan kepastian prosedur pelayanan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien.
2. Pelayanan Assurance Assurance Oaminan) merupakan tanggapan
kapabilitas
pengetahuan
petugas kesehatan
kemampuan, kesopanan dan
sifat
dapat
pasien terhadap
yang
ada
dipercaya
mencakup
yang
dimiliki
petugas kesehatan, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan, sehingga pasien dapat merasa yakin dalam berobat. Secara rata-rata gap yang terjadi antara persepsi dengan harapan pasien sebesar 3.86 - 4.66
= -0.80 termasuk dalam
klasifikasi sedang,
berarti pelaksanaan assurance masih dalam tingkatan moderat. Dari tabel 7 pada dimensi assurance, item yang mempunyai gap paling kecil atau tingkat kepuasan terbesar adalah item nomor 3 yaitu petugas medis dan karyawan memberikan jaminan keamanan dan ketenangan dalam menjalankan tugasnya dengan nilai gap sebesar -0,60. Sedangkan gap yang besar atau tingkat kepuasan terkecil pada item nomor 1 yaitu RSUD A. Makkasau Kota Parepare memberikan jaminan apabila
te~adi
kesalahan prosedur
ke~a
dari tenaga medis dan karyawan,
dengan nilai gap sebesar -0,94. Sebenarnya pihak manajemen rumah sakit telah menetapkan peraturan internal rumah sakit (Hospital By Laws) yang mengacu pada pedoman peraturan internal rumah sakit yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Rl. Salah satu tujuan dibuatnya Hospital By Laws ini adalah
73
selain dapat sebagai acuan dalam menyelenggarakan rumah sakit, juga bertujuan untuk melindungi semua pihak secara baik dan benar, antara lain melindungi penyelenggara rumah sakit, petugas kesehatan dan melindungi pasien. Hospital By Laws berisi tentang aturan-aturan yang berkaitan dengan pelayanan (tata tertib rawat inap, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, inform consent, visum et repertum, rekam medik, wajib simpan rahasia kedikteran, komite medik, panitia etik rumah sakit), ketenagaan, administrasi dan manajemen (persyaratan kerja, fasilitas rumah sakit, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan, jaminan keselamatan dan kesehatan
ke~a).
Akan tetapi Hospital By Laws
yang telah dibuat oleh pihak manajemen RSUD Andi Makkasau belum disosialisasikan
kepada
masyarakat,
sehingga
masyarakat
masih
menganggap bahwa pihak rumah sakit belum memberikan jaminan jika terjadi kesalahan prosedur kerja. 3. Pelayanan Tangible Tangible (kondisi fisik) merupakan tanggapan pasien terhadap
fasilitas fisik yang ada seperti sarana gedung, perlengkapan, peralatan medis, petugas kesehatan dan sarana komunikasi. Secara rata-rata gap yang terjadi antara persepsi dengan harapan pasien sebesar 4.24 - 4.73 = -0.49 termasuk dalam klasifikasi sedang, berarti pelaksanaan tangible masih dalam tingkatan moderat. Dari kelima dimensi pelayanan yang diteliti, dimensi tangible mendapatkan respon atau tanggapan yang paling positif dari pasien. lni disebabkan karena
74
fasilitas fisik seperti gedung, ruang tunggu, tempat parkir dan toilet yang memadai. Keadaan tersebut sangat dipengaruhi oleh perhatian dari pihak manajemen rumah sakit dalam pengadaan tenaga cleaning service sehingga tenaga cleaning service di rumah sakit dianggap telah memadai dalam menangani kebersihan gedung dan halaman rumah sakit, dan dari sisi kesejahteraan cleaning service tersebut, mereka rata-rata telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah oleh Pemerintah Kota Parepare. Demikian juga dari kondisi peralatan medis yang digunakan sangat lengkap. lni tak lepas dari tanggung jawab pihak manajemen rumah sakit dalam pengadaan peralatan kedokteran yang direncanakan dan dilaksanakan setiap tahun, baik pengadaan alat kedokteran dari sumber dana ABPD Kota Parepare maupun pengadaan dari sumber dana dekonsentrasi. Peralatan tersebut juga dijamin keamanan pemakaian, keakuratan dan sterilisasinya. Peralatan kedokteran yang ada di rumah sakit dilakukan kalibrasi secara berkala oleh BPFK Makassar. Pada tabel 7 dari dimensi tangible, item yang memiliki gap paling kecil atau tingkat kepuasan terbesar adalah item nomor 1 sebesar -0.22 yaitu RSUD A. Makkasau Kota Parepare memiliki fasilitas fisik yang memadai seperti gedung, ruang tunggu, tempat parkir, dan toilet. Sedangkan item yang memiliki gap paling besar atau tingkat kepuasan terkecil adalah item nomor 2 sebesar -0.64 yaitu RSUD A. Makkasau Kota Parepare memiliki kondisi ruang perawatan, ruang tunggu, toilet yang bersih dan nyaman. Hal ini memang masih perlu dibenahi, terutama ruang
75
tunggu pasien sudah cukup baik tapi masih perlu lebih ditingkatkan, misalnya ruang tunggu pasien kalau bisa menggunakan AC, tempat duduk pasien yang terbuat dari bahan kayu dapat diganti dengan sofa, agar kenyamanan dapat dirasakan oleh pasien. Disamping itu, toilet yang ada diruang tunggu pasien rawat jalan hanya ada satu buah, dianggap tidak memadai dan harus ditambah. 4. Pelayanan Empathy Dimensi Empathy merupakan tanggapan pasien terhadap perhatian secara personal yang diberikan oleh petugas kesehatan yang ada yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian tulus terhadap kebutuhan pasien. Secara rata-rata gap yang pasien sebesar 3.82 - 4.63
te~adi
antara persepsi dengan harapan
=-0.81. Dari nilai tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pelayanan dari dimensi empathy dapat diklasifikasikan rendah. Pada tabel 7 untuk dimensi empathy, item yang mempunyai gap paling kecil atau tingkat kepuasan terbesar adalah item nomor 4 sebesar 0.64 yaitu komunikasi pasien dengan petugas medislkaryawan berjalan baik dan lancar. Sedangkan item dengan gap yang besar atau tingkat kepuasan terkecil adalah item nomor 3 sebesar -0.92 yaitu tenaga medislkaryawan dapat memahami kebutuhan dan keinginan pasien. lni berarti bahwa walaupun komunikasi antara petugas medis
be~alan
dengan lancar, akan tetapi petugas medis belum sepenuhnya memahami apa yang diinginkan oleh pasien. Petugas medis harus lebih memberikan
76
perhatian yang besar kepada pasien, disaat pasien membutuhkan. Dari wawancara yang dilakukan kepada pasien, mereka berpendapat bahwa hanya sebagian kecil petugas medis yang memiliki sifat ramah dan penuh perhatian kepada mereka. Selebihnya masih bersifat kurang bersahabat kepada pasien. 5. Pelayanan Responsiveness Responsiveness merupakan tanggapan pasien terhadap keinginan
para petugas kesehatan untuk membantu pasien dan petugas dapat memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Secara rata-rata gap yang terjadi antara keyakinan dengan harapan sebesar 3.73-4.64
=-0.91 termasuk dalam klasifikasi rendah.
Dari tabel 7 dilihat dari dimensi responsiveness item pelayanan yang mempunyai gap paling kecil atau tingkat kepuasan terbesar adalah item nomor 4 sebesar -0.86 yaitu petugas medis/karyawan dalam memberikan informasi jelas dan mudah dimengerti. Sedangkan item yang memiliki gap paling besar atau tingkat kepuasan terkecil adalah item nomor 1 sebesar -1.08 yaitu petugas medis selalu ada ditempat jika dibutuhkan. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi pihak rumah sakit, karena sangat fatal bagi kine~a
kine~a
petugas medis secara khusus maupun
rumah sakit secara umum, jika petugas medis tidak berada di
tempat jika dibutuhkan. Akan menjadi preseden buruk bagi pelayanan rumah sakit pemerintah jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut. Harus
77
ada tindakan tegas dari pihak manajemen rumah sakit terhadap karyawannya jika hal tersebut terjadi. Dari hasil penilaian kinerja berdasarkan kelima dimensi kualitas pelayanan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare berdasarkan persepsi pasien dimana pasien telah menilai baik terhadap kualitas pelayanan yang ada, maka kinerja pelayanan tersebut perlu dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan lagi, karena apabila kinerja pelayanan tersebut dibandingkan dengan harapan pasien terhadap pelayanan yang diberikan, maka masih terdapat beberapa
keluhan-keluhan
pasien terhadap
pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau. Berdasarkan konsep manajemen berbasis
kine~a.
bahwa penilaian kinerja dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat deviasi antara progres yang direncanakan dengan kenyataan. Apabila terdapat deviasi berupa progres yang lebih rendah daripada rencana, perlu dilakukan langkah-langkah untuk memacu kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai (Wibowo: 2007). Keluhan-keluhan
pasien terhadap pelayanan yang
diberikan
merupakan salah satu bentuk adanya deviasi yang bisa menyebabkan visi, misi dan tujuan rumah sakit tidak akan tercapai. Untuk itulah perlu dilakukan penilaian kinerja di rumah sakit, sebagai upaya perbaikan pelayanan kesehatan sehingga nantinya diharapkan pihak manajemen rumah sakit dapat mengakomodasi dan mengeliminir keluhan-keluhan dari pasien tersebut.
78
Manajemen kinerja secara umum didefenisikan tentang bagaimana mengelola kegiatan dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Dalam siklus manajemen proses manajemen
kine~a
kine~a
dijelaskan bahwa
dimulai dengan menyusun rencana, melakukan
tindakan pelaksanaan, memonitor jalan dan hasil pelaksanaan dan akhimya melakukan review atau peninjauan kembali atas jalannya pelaksanaan dan kemajuan pekerjaan yang telah dicapai. Dari hasil kegiatan monitoring dan review dapat disimpulkan bahwa apakah kegiatan telah dicapai sesuai dengan rencana. Namun, dapat terjadi adanya deviasi antara rencana dengan kemajuan yang telah dicapai. Dalam keadaan demikian, perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai pada waktunya. Apabila hal tersebut tidak memungkinkan, langkah yang dapat diambil adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses kine~a
akan berulang kembali melalui tahapan-tahapan tersebut diatas.
Dengan membandingkan hasil aktual yang dicapai dengan tujuan organisasi yang dilakukan secara berkala (triwulan, semester, tahunan) maka kemajuan organisasi bisa dinilai. Semestinya ada perbaikan kinerja secara berkelanjutan dari satu periode ke periode berikutnya. Jika pada suatu periode, kinerja yang dicapai temyata lebih rendah daripada periode sebelumnya,
maka
harus
diidentifikasi
dan
ditemukan
sumber
penyebabnya dan altematif solusinya. Sehingga dalam kondisi demikian,
79
pihak manajemen rumah sakit perlu melakukan penilaian kinerja secara berkala guna mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan di rumah sakit apakah sudah sesuai dengan rencana, sehingga nantinya bisa diidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kinerja rumah sakit kurang baik dan akan dilakukan perbaikan terhadap kinerja tersebut. Dengan demikian perbaikan
kine~a
akan sangat mempengaruhi pada pencapaian
visi, misi dan tujuan rumah sakit yang telah ditetapkan. Penilaian
kine~a
merupakan tahapan yang sangat vital bagi
keberhasilan implementasi manajemen strategis. Rencana strategis yang ditetapkan oleh manajemen rumah sakit membutuhkan wahana untuk mewujudkannya
dalam
bentuk
aktivitas
keseharian
organisasi.
lmplementasi rencana strategis akan dapat mencapai kualitas yang diinginkan jika ditunjang oleh pola pengukuran
kine~a
yang berada dalam
koridor manajemen strategis. Pengukuran kinerja yang dimulai dari penetapan
indikator
kinerja
dan
diikuti
dengan
implementasinya
memerlukan adanya evaluasi mengenai kinerja organisasi dalam rangka perwujudan visi dan misi organisasi. Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan kinerja merupakan titik awal dari suatu siklus manajemen kinerja. Dasar untuk melakukan perencanaan
kine~a
adalah perencanaan strategis
organisasi yang menetapkan tujuan utama suatu organisasi serta bagaimana
implementasinya
organisasi telah tercapai.
serta
mengevaluasi
apakah
tujuan
80
C. Standar Pelayanan Minimal RSUD A. Makkasau
Standar Pelayanan Minimal (SPM) rumah sakit daerah adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan .pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sa kit. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 228/Menkes/11112002 tentang Pedoman
penyusunan
standar
pelayanan
minimal
yang
wajib
dilaksanakan daerah disebutkan bahwa SPM rumah sakit kabupaten/kota adalah
standar
pelayanan
berdasarkan
kewenangan
yang
telah
diserahkan yang harus dilaksanakan rumah sakit kabupaten/kota untuk meningkatkan mutu pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang sekaligus merupakan akuntabilitas daerah kepada pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan di kabupaten/kota. Bahwa rumah sakit sesuai dengan tuntutan daripada kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit kabupaten/kota, maka harus memberikan pelayanan untuk keluarga miskin dengan blaya ditanggung oleh pemerintah kabupaten/kota. Tujuan SPM:
Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dengan adanya standar pelayanan minimal di rumah sakit, antara lain:
81
1. Terlaksananya peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pembiayaan oleh Pemerintah Kota Parepare 2. Terlaksananya pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan 3. Terlaksananya pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat yang tidak mampu 4. Terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu oleh rumah sakit yang diperuntukkan bagi masyarakat 5. Terlaksananya pelayanan kesehatan rujukan yang tepat guna dan be~alan
dengan lancar sesuai dengan tuntutan masyarakat
6. Merupakan salah satu upaya untuk mendorong Pemerintah Kota Parepare dalam memberikan pelayanan atau kegiatan minimal yang harus dilakukan rumah sakit. Manfaat SPM:
Adapun manfaat dilaksanakannya standar pelayanan minimal di rumah sakit, yaitu: 1. Bagi masyarakat: a. Tersedianya pelayanan yang
te~angkau
dan berkesinambungan
b. Pelayanan bermutu dan sesuai standar c. Meningkatkan dan melindungi kesehatan masyarakat d. Melindungi hak asasi masyarakat di bidang kesehatan 2. Bagi rumah sakit: a. Akuntabilitas rumah sakit kepada pemerintah daerah
82
b. Pemacu untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja rumah sakit c. Memudahkan rumah sakit untuk menentukan strategi d. Dapat dijadikan salah satu dasar untuk menghitung besarnya subsidi kepada rumah sakit oleh pemerintah daerah . 3. Bagi pemerintah daerah: a. Adanya akuntabilitas pelayanan kesehatan b. Merupakan rujukan dalam rangka melakukan pembinaan di wilayahnya c. Mengetahui hal-hal yang harus difasilitasi oleh pemerintah daerah d. Mengetahui ruang kewenangan dalam bidang kesehatan e. Merupakan acuan yang dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pembinaan. 4. Bagi pemerintah propinsi: Merupakan acuan untuk propinsi dalam menetapkan/sebagai tolak ukur pelaksana kewenangan minimal yang menjadi kewenangan daerah kabupaten I kota. 5. Bagi pemerintah pusat: Terjaminnya
pelayanan
kesehatan
masyarakat yang tidak mampu.
bagi
masyarakat khususnya
83
Dari uraian di atas, maka Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang wajib dilaksanakan pada RSUD A. Makkasau sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Standar minimal tempat tidur yang harus ada pada rumah sakit tipe C yaitu 1 (satu) tempat tidur (TT) untuk 1500 penduduk. Adapun jumlah Penduduk Kota Parepare proyeksi tahun 2006 sebanyak 115.169 jiwa (Sumber: Parepare dalam angka tahun 2007). 115.169 Untuk 115. 169 penduduk
=
=
77 TT (pembulatan)
1500
Jadi minimal TT yang harus ada di RSUD A.Makkasau
=77 TT.
Dari data yang tersedia, jumlah TT RSUD A. Makkasau per Desember 2007
=144 TT.
Sehingga jumlah tempat tidur di RSUD A. Makkasau Kota Parepare surplus: 144 TT -77 TT
=67 TT.
Dari pembahasan di atas, dapat dijelaskan bahwa RSUD A. Makkasau telah memenuhi bahkan melebihi standar dilihat dari segi jumlah sarana tempat tidur yang tersedia. Selain itu juga tersedia seluruh tempat tidur Kelas Ill yang diperuntukkan bagi pasien dari keluarga miskin (gakin), pasien yang memiliki asuransi Jamkesmas dan Jamkesda, sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Parepare.
84
2. Manajemen Rumah Sakit a. Manajemen Sumber Daya Manusia
Standar rumah sakit tipe C yaitu harus mempunyai minimal 4 (empat) dokter spesialis untuk 4 (empat) pelayanan dasar antara lain dokter spesialis bedah, dokter spesialis obgyn, dokter spesialis anak dan dokter spesialis penyakit dalam masing-masing 1 (satu) orang. RSUD A. Makkasau telah memiliki 2 (dua) dokter spesialis bedah, 1 (satu) dokter spesialis bedah tulang, 2 (dua) dokter spesialis obgyn, 1 (satu) dokter spesialis anak, serta 3 (tiga) dokter spesialis penyakit dalam, sehingga dari segi standar untuk dokter spesialis, RSUD A. Makkasau telah memenuhi bahkan melebihi dari standar minimal yang telah ditetapkan. Ditambah beberapa dokter spesialis lain yaitu dokter spesialis saraf, mata, kulit kelamin, jiwa, radiologi, patologi klinik dan spesialis anastesi masing-masing 1 (satu) orang, serta dokter spesialis THT 2 (dua) orang. (Sumber : Sub Bagian Kepegawaian RSUD A. Makkasau, 2007). b. Manajemen Keuangan
Proses pengelolaan keuangan pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare yaitu pada tahun 1998 pengelolaan keuangan menggunakan sistem uji coba swadana khusus untuk pelayanan rawat jalan. Dan pada tahun
2001
sampai
sekarang
menggunakan
sistem
pengelolaan
keuangan swadana untuk semua jenis pelayanan, sehingga penerimaan rumah sakit 100% dikembalikan untuk biaya operasional rumah sakit. Adapun sistem pembayaran pada RSUD A. Makkasau yaitu semua aliran
85
dana yang masuk ke kas rumah sakit menggunakan billing system dan semua aliran dana melalui Kantor Kas Pembantu Bank Sulsel Cabang Parepare yang ada di rumah sakit. Analisa keuangan setiap bulan dilaporkan ke Badan Pengelola Keuangan Daerah lengkap dengan analisis dan rinciannya. Adapun perencanaan keuangan dibuat setiap tahun yang disinkronisasi dari perencanaan 5 (lima) tahunan, dan dibahas di DPRD Kota Parepare sebelum disahkan. Sedangkan evaluasi penggunaan dana dilakukan oleh Bawasda Kota Parepare setiap triwulanan. (Sumber : Sub Bagian Keuangan RSUD Andi Makkasau Kota Parepare) c. Sarana dan Prasarana Pelayanan Standar peralatan kedokteran/peralatan medis pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare disesuaikan dengan spesialisasi dan kondisi yang dimiliki oleh rumah sakit. Adapun standar peralatan RSUD Andi Makkasau Kota Parepare dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel8. Standar Peralatan Kedokteran pada RSUD
No. 1.
Nama Peralatan
Bag ian lnstalasi Rawat Darurat
A. Makkasau Parepare
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
UGDSet Meja dan lampu Operasi Mayor Surgery Set Weight Scale Medicine Trolly Sirkum Set Kursi Roda Brankard Tabung Oxygen Neer Beck, Pinset, dan Klem Tromol Suction Pump Meja Tindakan Diagnostic Kit (Tensi, Stateskop)
86
2.
lnstalasi Rawat Jalan: A. Poliklinik Gigi
1.
Dental Chair, Dental Instrument
2. Cyto Jet 3. Scalier Electric 4. Light Curing
B. Poliklinik Mata
5. 6.
Diagnostic Kit Lemari lnstrumen
1.
Diagnostic Kit
2. Weight Scale 3. Slip Lamp 4. Snellen Chart 5. Test Buta Wama 6. Funduscopy 7. Cataract Set C. Poliklinik THT
1. Weight Scale
2. Suction Pump 3. THT Diagnostic Kit (lnstrumen THT) 4. Lampu Kepala 5. Neer Beck 6. Baskom tempat cuci tangan dan stand D. Poliklinik Saraf
1.
Diagnostic Kit
2. Weight Scale 3.
Hummer
4. Funduskopi E. Poliklinik Kulit Kelamin
1.
Diagnostic Kit
2. Weight Scale 3.
Microscope Electric
4. Loupe F. Poliklinik Obgyn
1.
Obgyn Kit
2. Weight Scale 3. lnstrumen Trolly 4. Alat USG 3.
lnstalasi Rawat Inap (144 TT)
1.
2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Diagnostic Kit (tersedia di setiap ruang perawatan) Kursi Roda Brankard Lemari untuk perlengkapan linen pasien Termometer (tersedia di setiap ruang perawatan) Neer Beck, pinset, klem, gunting (tersedia di setiap ruang perawatan) Meja Alat Lemari Obat (tersedia di setiap ruang perawatan) Stand lnfus (tersedia di setiap ruang perawatan) Tabung Oxygen Meja Petugas
87
4.
ICU (Intensive Care Unit)
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 5.
Kamar Bersalin
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
6.
Kamar Operasi (Bedah Sentral)
1.
2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pasien Monitor DC.Shock Diagnostic Kit (tensimeter dan stateskop) Lemari Obat Lemari Linen Suction Pump Infusion Pump Siringe Pump Gynaecologi Bed Diagnostic Kit (tensimeter dan stateskop) Forceps Vacum Ekstraksi Neer Beck Partus Set Kuret Set IUD Kit Lemari perlengkapan linen pasien Lemari Obat Alat Tromol Stand lnfus Baskom tempat cuci tangan Kursi Roda Brankard Meja Oprasi dan Lampu Operasi Mayor Surgery Set Laparatomi Set Cataract Set Lemari lnstrumen dan Lemari Linen lnstrumen Trolly Lampu Sorot Halogen Suction Pump Besar Diagnostic Kit (Tensimeter-Stateskop) Ambu Bag (2 It, 21/2 It, 3 It) Face Mask (set) dan Mayo Endoskopi I Laringoskopi Brankard
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 228/Menkes/111/2002 tentang Pedoman
penyusunan
standar
pelayanan
minimal
yang
wajib
dilaksanakan daerah, maka jenis peralatan medis yang minimal harus ada di RSUD A. Makkasau adalah disesuaikan dengan jenis pelayanan dan spesialisasi yang ada di rumah sakit itu sendiri. Untuk semua jenis pelayanan, minimal harus memiliki peralatan diagnostic kit (tensimeter,
88
stateskop) dan weight scale. Untuk pelayanan rawat jalan, jenis peralatan diagnostic kit tersebut harus tersedia disetiap poliklinik rawat jalan dan dari tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa peralatan diagnostic kit (tensimeter, stateskop) dan weight scale telah tersedia pada semua poliklinik rawat jalan yang ada pada RSUD A. Makkasau, yang berarti bahwa jenis peralatan yang ada di instalasi rawat jalan telah memenuhi standar minimal peralatan yang harus ada pada instalasi rawat jalan. Khusus untuk poliklinik gigi, harus tersedia peralatan dental chair dan dental instrument. Untuk poliklinik mata harus tersedia peralatan tes buta warna
dan catarac set. Untuk poliklinik obgyn harus tersedia peralatan Obgyn Kit dan alat USG. Dari tabel 8 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis peralatan yang harus dipenuhi di instalasi rawat jalan berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit, semuanya telah terpenuhi pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare. Sedangkan
untuk
instalasi
rawat
inap,
standar
minimal
perlengkapan dan peralatan medis yang harus dipenuhi yaitu selain peralatan diagnostic kit (tensimeter,stateskop) dan weight scale, ,juga harus tersedia termometer, brankard, stand infus, tabung oxigen dan lemari obat. Untuk RSUD A. Makkasau Kota Parepare, perlengkapan dan peralatan medis tersebut telah tersedia pada setiap ruang perawatan yang ada di rumah sakit, hal ini berarti pihak rumah sakit telah memenuhi standar peralatan yang harus ada pada setiap ruang perawatan.
89
Adapun sarana gedung yang tersedia yaitu sebanyak 21 buah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 144 buah sudah sangat memadai untuk rumah sakit dengan tipe kelas C. Untuk pengelolaan limbah rumah sakit yaitu menggunakan incenerator dan IPAL. Disamping itu sarana air bersih cukup memadai, karena telah disiapkan tempat penampungan air bersih di setiap bangsal. (Sumber : lnstalasi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (IPSRS) RSUD A. Makkasau Kota Parepare) d. Manajemen Mutu Rumah Sakit
Standar minimal untuk rumah sakit tipe kelas C yaitu rumah sakit telah terakreditasi untuk 5 (lima) jenis pelayanan dasar, yaitu: pelayanan administrasi, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan dan pelayanan rekam medis. RSUD Andi Makkasau Kota Parepare telah terakreditasi penuh tingkat lanjutan oleh Tim Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Pusat untuk 12 (dua belas) jenis pelayanan, yaitu pelayanan administrasi, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan rekam medis, pelayanan bedah sentral, pelayanan perinatal, pelayanan
laboratorium,
pelayanan
radiologi,
pelayanan
farmasi,
pelayanan gizi, serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sehingga untuk manajemen mutu rumah sakit RSUD A. Makkasau juga telah memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan untuk rumah sakit tipe C.
90
e. Sistem lnformasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) Sistem informasi manajemen rumah sakit telah dikembangkan suatu jaringan yang dapat menghubungkan antara satu bagian ke bagian lain, mulai dari penerimaan pasien sampai dengan pemulangan pasien melalui suatu billing system sehingga data-data pasien yang pernah dan sementara berobat di rumah sakit dapat diidentifikasi dalam suatu formulir medical record. Demikian pula dengan informasi keuangan rumah sakit, misalnya penerimaan rumah sakit dapat dilihat pada data-data informasi keuangan rumah sakit, data-data peralatan rumah sakit, data-data obat/daftar inventaris obat, serta data kepegawaian semuanya dapat diakses melalui server induk di ruangan direktur rumah sakit. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa RSUD A. Makkasau telah memenuhi standar pelayanan minimal rumah sakit seperti yang telah diuraikan di atas. Pemenuhan standar pelayanan minimal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kinerja pelayanan di rumah sakit. Semakin tinggi kemampuan rumah sakit untuk memenuhi standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh rumah sakit, maka akan semakin optimal pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat yang berarti kinerja pelayanan rumah sakit akan semakin baik. Pemenuhan standar pelayanan minimal rumah sakit akan menjadi salah satu tolok ukur dalam menilai keberhasilan rumah sakit untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan.
91
D. lndikator Kinerja RSUD A. Makkasau
Defenisi indikator
kine~a
adalah ukuran kuantitatif dan/atau
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000). Jadi jelas bahwa indikator kine~a
merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu seperti input, proses, output maupun outcome dimana aspekaspek tersebut dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu, sehingga dapat diketahui kinerja suatu organisasi. Dalam pengukuran
kine~a
suatu organisasi publik seperti misalnya
rumah sakit sebagai organisasi sosial, memiliki tujuan utama adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan publik (masyarakat) sebagai pengguna atas jasa layanan, maka fokus pengukuran kinerja sektor publik justru terletak pada outcome (hasil), dimana apabila outcome tersebut mampu memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat menjadi tolok ukur keberhasilan organisasi publik tersebut. Dari uraian di atas, maka ada beberapa indikator yang digunakan didalam mengukur kine~a rumah sakit, yaitu : 1. lndikator Input:
Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat
be~alan
untuk menghasilkan keluaran. Yang termasuk dalam
indikator input seperti bahan dan alat, biaya, jenis serta orang yang
92
memberikan pelayanan. Misalnya jumlah dolder, kelengkapan alat dan jenis pelayanan yang diberikan.
a. Bahan/alat: Untuk RSUD A. Makkasau Kota Parepare, bahan/alat kedolderan yang ada di rumah sakit disesuaikan dengan kondisi rumah sakit seperti yang tertera pada tabel 8 di atas.
b. Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan yang bekerja secara penuh pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare untuk Tahun 2007 sebanyak 234 orang yang dapat diklasifikasikan, sebagai berikut : 1. Tenaga medis: 16
orang
b. Dolder Umum
8
orang
c. Dolder Gigi
2
orang
2. Apoteker
3
orang
3. Asisten Apoteker
8
orang
a. Dolder spesialis
4. Perawat
137 orang
5. Bid an
19
orang
6. Tenaga Kesmas
12
orang
7. Radiografer
6
orang
8. Fisioterapis
4
orang
9. Analis Laboratorium
7
orang
93
10
orang
11. Teknisi Elektromedis :
1
orang
12. Perekam Medis
1
orang
10. Nutrisionis/Gizi
Mengacu pada standar tenaga RSU yang dipersyaratkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, maka dapat dilihat standar tenaga kesehatan berdasarkan kelas rumah sakit, sebagai berikut: Tabel 9. Standar Tenaga RSU Jenis Tenaga
Dolder Spesialis Dolder Umum DolderGigi Keperawatan Kefarmasian Kesehatan Masyarakat Gizi
RS Kelas A
RS Kelas
RS Kelas
8 (P)
B(NP)
304
102 11 3 464 12 3 12 15 23
36 11 3 200 12 3 12 15 23
6 1240 24 6 24
Keterapian Fisik
34
Keteknisan Medis
52
RS Kelas
c
RS Kelas D
7
-
11 2 80 3 2 3
3 1 16 1 1 1 1 2
5 7
Sumber : Tim Akreditasi RSUD A. Makkasau Jika standar tenaga RSU dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada pada RSUD A. Makkasau dengan tipe rumah sakit yaitu kelas C, maka dari segi ketenagaan dokter spesialis yang ada pada RSUD A. Makkasau sebanyak 16 orang,
94
sedangkan standar minimal dokter spesialis untuk rumah sakit kelas C hanya 7 orang dokter spesialis. Jadi RSUD telah memenuhi bahkan melebihi dari standar yang dipersyaratkan. Begitu pula dengan tenaga keperawatan, dokter gigi, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, dan tenaga teknisi medis telah memenuhi standar. Sedangkan yang belum memenuhi standar ketenagaan yaitu tenaga dokter umum dan tenaga keterapian fisik. RSUD A. Makkasau hanya memiliki 8 orang dokter umum, sementara syarat jumlah dokter umum untuk rumah sakit kelas C adalah 11 orang, jadi masih terdapat kekurangan 3 orang dokter umum. Sedangkan untuk tenaga fisioterapis yang dipersayaratkan adalah 5 orang, sementara RSUD A. Makkasau baru memiliki 4 orang tenaga fisioterapis, jadi masih kekurangan 1 orang tenaga fisioterapis.
Hal ini harus ditindak lanjuti oleh pihak manajemen
rumah sakit dalam memenuhi kekurangan tenaga tersebut dengan membuat perencanaan dan pengadaan tenaga kesehatan melalui mekanisme penerimaan CPNS Daerah untuk formasi dokter umum dan tenaga fisioterapis. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1202/Menkes/SKNIII/2003 tentang lndikator Indonesia Sehat 2010, rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk adalah 6 orang dokter spesialis, sementara RSUD A. Makkasau sendiri memiliki 16 orang dokter spesialis, rasio perawat per 100.000 penduduk adalah 117 perawat,
95
sedangkan RSUD A. Makkasau memiliki jumlah perawat sebanyak 137 orang. Untuk tahun 2007 jumlah pasien yang dilayani di RSUD A. Makkasau sebanyak 52.314 orang. Sehingga dapat dikatakan bahwa rasio tenaga medis dan paramedis dengan jumlah pasien yang dilayani telah memadai.
c. Jenis pelayanan Jenis pelayanan yang tersedia pada RSUD Andi Makkasau Kota Parepare, meliputi: 1. Pelayanan administrasi dan sentral opname 2. Pelayanan medik umum 3. Pelayanan medik gigi dan mulut 4. Pelayanan medik spesialistik, antara lain: a. Pelayanan medik spesialis dasar, meliputi: (1) Spesialis penyakit dalam (2) Spesialis bedah (3) Spesialis kebidanan dan penyakit kandungan (4) Spesialis anak b. Pelayanan medik spesialis lain, meliputi: (1) Spesialis THT (2) Spesialis mata (3) Spesialis kulit dan kelamin (4) Spesialis saraf (5) Spesialis jiwa
96
(6) Spesialis anastesi (7) Spesialis radiologi (8) Spesialis patologi klinik (9) Spesialis bedah tulang (ortopedi) 5. Pelayanan penunjang medik, meliputi: a. Pelayanan radiologi b. Pelayanan laboratorium c. Pelayanan farmasi d. Pelayanan gizi e. Pelayanan rehabilitasi medik (fisioterapi) 6. Pelayanan perawatan meliputi: a. lnstalasi rawat darurat, rawat jalan dan rawat inap b. Intensive care unit dan bedah sentral c. Kamar bersalin d. Cardiac centre
Adapun intensitas jumlah kunjungan pada instalasi rawat jalan dan rawat inap untuk tahun 2007 pada masing-masing bagian dapat dilihat pada tabel berikut :
97
Tabel10. Jenis pelayanan dan intensitas jumlah kunjungan pada rawat inap dan rawat jalan RSUD A. Makkasau
NO
BAG IAN
JUMLAH KUNJUNGAN (orang) RAWATJALAN
RAWATINAP
1.
Pelayanan medik umum
1.755
-
2.
Pelayanan medik gigi dan mulut
1.821
3
3.
Pelayanan medik spesialistik: a. Penyakit dalam b. Bedah c. Obgyn d. Anak e. THT f. Mata g. Kulit dan kelamin h. Saraf i. Jiwa j. Anastasi k. Bedah tulang (ortopedi)
9.131 2.870 3.203 2.887 5.157 5.126 2.518 3.967 2.694 60 115
1.233 1.172 1.250 1.298 129 190 24 317 7
448 296 816 40 17
-
1.444 -
401 590 113 278
45.309
7.055
4.
5.
Pelayanan penunjang medik: a. Radiologi b. Laboratorium c. Fisioterapi d. OM e. EKG f. VCT Perawatan: a.ICU b. NICU c. Cardiac centre d. Vip Room
Jumlah
944
Sumber : Sub Bidang Rekam Medik RSUD A. Makkasau
-
98
d. Biaya pelayanan Biaya pelayanan kesehatan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare, disesuaikan dengan jenis pelayanan kesehatan yang diterima oleh pasien.
Biaya
pelayanan
kesehatan
disebut
dengan
retribusi
pelayanan kesehatan. Penetapan retribusi pelayanan kesehatan oleh Pemerintah Kota Parepare ditetapkan dengan persetujuan DPRD Kota Parepare, sehingga retribusi pelayanan kesehatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Parepare, yaitu Perda Nomor 3 Tahun 2003 diatur dalam pasal 11 dan pasal 14 mengenai struktur dan besarnya tarif retribusi pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare. Kompensasi biaya pelayanan tersebut nantinya dikonversi dalam bentuk anggaran untuk pembiayaan rumah sakit. 2. lndikator Proses:
Dalam indikator proses, rumah sakit merumuskan ukuran kegiatan, baik
dari
segi
kecepatan
ketepatan,
maupun
tingkat
akurasi
pelaksanaan kegiatan tersebut, sehingga dapat diukur perubahan pada saat pelayanan. Misalnya jaminan waktu, mekanisme pelayanan dan kecepatan pelayanan yang diberikan. Dalam indikator proses, yang menjadi patokan dalam pelayanan adalah efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pelayanan. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan efektivitas berarti
99
kegiatan yang dilaksanakan lebih murah dan lebih cepat dibandingkan dengan standar biaya dan waktu yang telah ditentukan. a. Kecepatan Pelayanan : 1. Waktu pelayanan pada instalasi rawat darurat: (a) Respons time untuk dokter jaga
5 men it
30 me nit
(b) Respons time untuk dokter konsultan 2. Waktu pelayanan pada instalasi rawat jalan: (a) Hari Senin- Kamis, loket buka
jam 08.00- 12.00 wita
(b) Hari Jum'at, loket buka
jam 08.00- 10.00 wita
(c) Hari Sabtu, loket buka
jam 08.00 - 11.00 wita
Pemeriksaan pasien pada poliklinik: (a) Umum dan Gigi
jam 09.00- selesai
(b) Spesialistik
jam 09.30- selesai
3. Waktu pelayanan pada lnstalasi rawat inap: Pada hari kerja divisite oleh dokter ahli masing-masing bagian Jam Visite
jam 10.00- selesai
Hari libur dan minggu divisite oleh dokter jaga/dokter umum Jam Visite
jam 09.00 - selesai
b. Mekanisme pelayanan Mekanisme pelayanan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare terdiri atas mekanisme pelayanan pada instalasi rawat darurat, instalasi rawat jalan dan instalasi rawat inap dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
100
Gambar 8. Mekanisme alur pelayanan instalasi rawat darurat
TDK APOTIK
-a
TDK
TDK
Gambar 9. Mekanisme alur pelayanan instalasi rawat inap
so
BILLING
RRI
YA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
BANK
101
Gambar 10. Mekanisme alur pelayanan instalasi rawat jalan
RESEP
PERINCIAN HARGA OBAT
POLIK
TDK APOTIK
3. lndikator Output: Yang dapat menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai atau sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan, misalnya: jumlah pasien yang dilayani, meliputi pasien rawat inap dan pasien rawat jalan yang berkunjung dan berobat pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare. Dari data yang diperoleh, dapat dilihat jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare berdasarkan jenis pasien yang dilayani, diperoleh dari buku register rawat jalan dan rawat inap tahun 2005 - 2007 dapat dilihat pada tabel berikut:
102
Tabel11 Jumlah pasien rawat inap berdasarkan jenis pasien yang dilayani pada RSUD A. Makkasau Parepare Jumlah (orang) Kunjungan
2005 1. 2. 3. 4.
Pasien Askes Pasien Umum Pasien Jamsostek/PLN Pasien Gakin Jumlah
2007
2006
1.467 2.889 0 839
1.746 2.153 18 2.171
1.704 2.138 103 3.060
5.195
6.088
7.005
Sumber : Sub Bidang Rekam Medik RSUD A. Makkasau
Tabel12.
Jumlah pasien rawat jalan berdasarkan jenis pasien yang dilayani pada RSUD A. Makkasau Parepare Jumlah (orang) Kunjungan
2005 1. 2. 3. 4.
Pasien Askes Pasien Umum Pasien Jamsostek/PLN Pasien Gakin Jumlah
2006
2007
16.717 12.465 598 1.313
20.026 19.812 801 3.800
21.287 15.892 1.082 7.048
31.093
44.439
45.309
Sumber : Sub Bidang Rekam Medik RSUD A. Makkasau Dari tabel 11 dan 12 di atas, terjadi trend peningkatan jumlah pasien yang dilayani dari tahun ke tahun. Peningkatan paling signifikan dapat
dilihat
pada
jumlah
pasien
gakin
yang
dilayani.
lni
mengindikasikan bahwa pelayanan terhadap pasien dari keluarga miskin masih diprioritaskan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare
103
misalnya pada pelayanan pasien yang memiliki kartu jamkesmas dan pasien jamkesda. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah Kota Parepare dalam hal ini RSUD A. Makkasau sebagai pusat pelayanan kesehatan di Kota Parepare berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
utamanya
masyarakat
golongan
miskin
sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. 4. lndikator Outcome:
Adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung), atau merupakan dampak dari pelayanan. Outcome dari pelayanan kesehatan di Kota Parepare dapat dilihat pada tingginya angka harapan hidup, rendahnya angka kematian bayi, rendahnya angka kematian ibu melahirkan serta rendahnya angka gizi kurang pada anak balita, yang selanjutnya dijadikan indikator makro kesehatan. lndikator makro kesehatan inilah nantinya yang akan menjadi ukuran dalam menilai keberhasilan pembangunan kesehatan di Kota Parepare. Semakin baik indikator makro kesehatan di suatu daerah akan mencerminkan tingkat keberhasilan
penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Demikian pula sebaliknya, jika penyelenggaraan pelayanan kesehatan kurang memadai, maka akan berpengaruh terhadap menurunnya kualitas atau derajat kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
104
E. Pengaruh Kinerja Pelayanan pada RSUD A. Makkasau terhadap lndikator Makro Pembangunan Kesehatan
Yang menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan daerah adalah semakin membaiknya indikator makro kesehatan di daerah tersebut, dapat dilihat pada rendahnya angka kematian bayi, rendahnya angka kematian ibu melahirkan serta rendahnya angka gizi buruk pada anak dan balita yang pada akhirnya berpengaruh pada tingginya angka harapan hidup masyarakat di suatu daerah. Perbaikan indikator makro kesehatan tersebut, hanya dapat tercapai jika pemerintah daerah mampu untuk melaksanakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara optimal di daerah serta penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu, pemerintah daerah dalam hal ini RSUD A. Makkasau sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk melakukan perbaikan
kine~a
pelayanannya sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Berikut ini disajikan data-data tentang indikator makro kesehatan di Kota Parepare serta keterkaitan antara kinerja pelayanan RSUD A. Makkasau yang telah dicapai saat ini terhadap indikator makro kesehatan di Kota Parepare, dengan asumsi bahwa semakin baik kinerja pelayanan kesehatan,
akan berpengaruh terhadap perbaikan indikator makro
kesehatan serta peningkatan kualitas hidup masyarakat Kota Parepare dan sekitarnya.
105
a. Angka Kematian Bayi lndikator yang
dapat dijadikan
ukuran
keberhasilan
kine~a
pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare adalah rendahnya angka kematian bayi. Angka kematian bayi berbanding terbalik dengan angka harapan hidup, artinya semakin rendah angka kematian bayi maka angka harapan hidup cenderung semakin panjang, demikian pula sebaliknya, jika angka kematian bayi tinggi, maka berpengaruh terhadap menurunnya angka harapan hidup masyarakat. Berdasarkan data-data yang ada, berikut ini disajikan tabel angka kematian bayi dari total kelahiran bayi pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare untuk tahun 2007 - 2008, sebagai berikut: Tabel13. Angka kematian bayi pada RSUD A. Makkasau lndikator Makro Kesehatan Tahun
Angka Kematian Bayi
Total Kelahiran
2007
62
920
s/d 31-8-2008
9
768
Ket.
Angka kematian bayi: 35 menjadi 26/1.000 kelahiran (2,6%)
Sumber : Sub Bidang Rekam Medik RSUD A. Makkasau Dari data di atas, diketahui bahwa total kelahiran pada RSUD A. Makkasau pada tahun 2007 sebanyak 920 kelahiran, dimana dari total kelahiran tersebut yang lahir mati sebanyak 62 orang atau sebesar 6,74%
106
dari total kelahiran. Sedangkan sampai dengan Agustus 2008, dari total kelahiran sebanyak 768 kelahiran, yang lahir mati sebanyak 9 orang atau sebesar 1,17 % dari total kelahiran. lni mengindikasikan bahwa terjadi penurunan yang sangat signifikan terhadap angka kematian bayi pada tahun 2008. Dari angka tersebut di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008, pihak RSUD A. Makkasau sudah dapat memenuhi sasaran pembangunan daerah pada bidang kesehatan pada indikator menurunnya angka kematian bayi di Kota Parepare sebesar 1,17% jika dibandingkan dengan standar nasional sebesar 2,6% (standar nasional: menurun dari 35 menjadi 26 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup). lni berarti dengan kinerja yang berada pada klasifikasi tinggi, berpengaruh positif terhadap menurunnya angka kematian bayi pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare, selanjutnya akan mempengaruhi angka harapan hidup menjadi semakin panjang. b. Angka Kematian lbu Melahirkan
lndikator pembangunan kesehatan selanjutnya adalah menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup sesuai dengan standar nasional pada matriks indikator prioritas pembangunan daerah berdasarkan RPJM Nasional2004- 2009. Berikut ini disajikan tabel angka kematian ibu melahirkan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare untuk tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, sebagai berikut:
107
Tabel14. Angka kematian ibu melahirkan pada RSUD A. Makkasau lndikator Makro Kesehatan Tahun
Angka Kematian lbu
Total Kelahiran
2006
6
832
2007
5
920
s/d 31-8-2008
2
768
Ket.
Angka kematian ibu: 307 menjadi 226/100.000 kelahiran (0,23%)
Sumber : Sub Bidang Rekam Medik RSUD A. Makkasau Dari tabel di atas, dapat dilihat adanya trend penurunan angka kematian ibu melahirkan setiap tahunnya, yang berarti juga dengan kinerja yang berada pada klasifikasi tinggi,
berpengaruh positif terhadap
menurunnya angka kematian ibu melahirkan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap peningkatan angka harapan hidup di Kota Parepare. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan standar nasional, maka angka kematian ibu pada RSUD A. Makkasau sebesar 0,29% masih lebih tinggi 0,06% dibandingkan standar nasional sebesar 0,23%, sehingga perlu lebih ditingkatkan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil mulai dari pemenuhan gizi pada ibu hamil, pemeriksaan kesehatan rutin ibu hamil setiap bulan, sampai pada saat penangananlbantuan persalinan ibu hamil , sehingga dapat terhindar dari resiko pada saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu hamil tersebut.
108
c. Angka Gizi Kurang pada Anak dan Balita Salah satu yang menjadi perhatian penting bagi pemerintah daerah adalah perbaikan gizi kepada anak-anak dan balita, karena sangat disadari bahwa anak-anak dan balita sangat membutuhkan gizi yang cukup untuk perkembangan fisik dan mental mereka, sehingga nantinya dapat tercipta manusia yang berkualitas, karena dengan adanya generasi penerus bangsa yang sehat dan kuat maka pembangunan bangsa dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan kondisi dimana
kine~a
pelayanan kesehatan di RSUD A.
Makkasau Kota Parepare berada pada tingkatan
kine~a
yang baik, yang
dapat dilihat pada indikator menurunnya angka gizi buruk pada anak dan balita, akan berpengaruh positif terhadap meningkatnya angka harapan hidup di Kota Parepare. Dalam sasaran pembangunan bidang kesehatan,
ditetapkan
indikator untuk gizi kurang pada anak dan balita sesuai dengan standar nasional
pada
matriks
indikator
prioritas
pembangunan
berdasarkan RPJM Nasional 2004 - 2009, dimana angka gizi
daerah
bu~uk
pada
anak dan balita diupayakan diturunkan dari target gizi buruk dibawah angka 25,8 % menjadi 20 %. Di bawah ini disajikan data anak-anak dan balita gizi kurang dan gizi buruk yang ditangani pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare tahun 2007 - 2008, dapat dilihat pada tabel berikut:
109
Tabel 15. Data anak dan balita gizi buruk pada RSUD A. Makkasau NO
NAMA ANAKI BALITA
Ll p
2
3
4
p
7Thn
1 1
Haisah
USIA (blnlth)
NAMA ORANG TUA
BLN MSK 5
AYAH 6
IBU 7
31/01/07
-
-
PEKERJAAN ALAMAT AYAH 8
9
IBU 10
-
-
Nurusamawati Pare
Buruh Harian
IRT
Pinrang
L
8Thn
25/02/07
Ayu
Nana
3
Salman Deswita Maharan i
p
2Thn
30104107
Agus
-
Pekkae Lumpue
Wira swasta
IRT
4
Atirah
p
6Bin
09/08/07
Rahmat
-
Ujung lero, Pinrang
Nelayan
IRT
5
Bayi Mariana
L
2Bin
22/10/07
Ali
Mariana
Palanro, Barru
Buruh Harian
IRT
6
Hepri
L
11 Thn
03/12107
-
Siswati
BTN Pepabri
Buruh Harian
IRT
7
Hendra
L
15 Thn
03/12/07
-
Siswati
BTN Pepabri
Buruh Harian
IRT
8
M. Syek Maulana
L
8 Hr
28/12/07
M. Rida
Asri
JL. Barnas Parepare
Wira swasta
IRT
9
By. Saharia
p
6Bin
07/01/08
lsrail
-
Lero, Pin rang
Nelayan
IRT
p
1 Bin
11/01/08
Suardi
-
BTN LSJ)adde
Wira swasta
IRT
L
2 Bin
05/03/08
Arifin
Asriani
JL. Ablam Parepare
Buruh Harian
IRT
2
10
Nurezki Nuralam
11
s_yah
Sumber : Sub Bidang Rekam Medik RSUD A. Makkasau Dari data di atas dapat dilihat bahwa adanya penurunan yang signifikan terhadap angka gizi buruk pada anak dan balita untuk tahun 2008 sebanyak 3 orang dibandingkan angka gizi buruk anak dan balita pada tahun 2007 sebanyak 8 orang. manajemen
rumah
RSUD
Andi
lni mengindikasikan bahwa pihak Makkasau
Kota
Parepare
telah
memfokuskan pada perbaikan gizi buruk anak dan balita dimana telah diupayakan
te~adi
penurunan angka gizi buruk dibawah 20 % sesuai
dengan standar nasional.
110
d. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup dapat menggambarkan tingkat kesehatan yang
telah
dicapai masyarakat.
Semakin
baik tingkat kesehatan
masyarakat diharapkan kesempatan untuk hidupnya cenderung semakin besar/lama. Sebaliknya tingkat kesehatan yang buruk akan cenderung memperpendek usia hidup. Angka harapan hidup merupakan indikator penting dalam mengukur longevity (panjang umur). Panjang umur seseorang tidak hanya merupakan produk dari upaya yang bersangkutan melainkan juga
seberapa jauh
masyarakat atau
negara
dengan
penggunaan sumberdaya yang tersedia berusaha untuk memperpanjang hidup atau umur penduduknya. Secara teori, seseorang dapat bertahan hidup lebih lama apabila dia sehat dan bilamana menderita sakit masyarakat
perlu
mengatur
untuk
membantu
mempercepat
kesembuhannya sehingga dia dapat bertahan hidup lebih lama dengan cara datang ke fasilitaslpetugas kesehatan. UNDP telah menetapkan angka harapan hidup minimum dan maksimum, yaitu masing-masing adalah 25 tahun dan 85 tahun. Sedangkan dalam sasaran pembangunan kesehatan daerah pada matriks indikator prioritas pembangunan daerah berdasarkan RPJM Nasional 2004-2009 indikatornya yaitu meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. Sebenarnya cukup banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup sejak lahir (life expectancy at birth) sebagai salah
111
satu komponen. Ada dua jenis metode yang dapat digunakan yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara langsung biasanya dilakukan dari sensus penduduk (SP) dan Prediksi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan pendekatan Tabel Mortalitas dengan menggunakan rumus untuk mencari Angka Harapan Hidup (AHH) yaitu banyaknya penduduk yang mati dikelompok umur x dibagi banyaknya penduduk pada kelompok umur x pertengahan tahun. Sedangkan rumus untuk mencari tingkat kematian bayi yaitu banyaknya kematian bayi sebelum berumur satu tahun dibagi banyaknya bayi yang dilahirkan selama satu tahun. Di bawah ini ditampilkan tabel angka harapan hidup di Kota Parepare dan beberapa kabupaten di sekitar Kota Parepare yang memanfaatkan RSUD A. Makkasau sebagai rumah sakit rujukan, sebagai berikut: Tabel16. Angka harapan hidup beberapa kabupatenlkota di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004-2006
Kab./Kota
Angka harapan hidup (Tahun) 2006 2004 2005
Parepare Sid rap Pin rang Barru Enrekang
72,70 69,70 70,10 67,30 72,70
72,70 69,70 70,60 67,40 72,70
72,90 70,80 70,70 67,60 73,70
Sulsel
68,70
68,70
69,20
Sumber : BPS Prov1ns1 Sulawesi Selatan.
112
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup di Kota Parepare dan beberapa kabupaten di sekitarnya sudah tinggi dan ada trend peningkatan dari tahun ke tahun. Dapat dikatakan rata-rata bayi yang lahir di Kota Parepare pada tahun 2006 diharapkan dapat hidup sampai usia sekitar 72 - 73 tahun. Bila dibandingkan dengan angka provinsi pada tahun 2006 yang mencapai 69 tahun, angka harapan hidup penduduk Kota Parepare relatif masih lebih tinggi. Demikian juga dengan beberapa kabupaten seperti Sidrap, Pinrang dan Enrekang, angka harapan hidup penduduknya lebih tinggi dari Provinsi Sulawesi Selatan, kecuali Kabupaten Barru yang relatif masih lebih rendah dari angka harapan
hidup
Provinsi
Sulawesi
Selatan.
Demikian
pula
jika
dibandingkan dengan standar nasional pada matriks indikator prioritas pembangunan
daerah
berdasarkan
RPJM
Nasional
2004-2009
indikatornya yaitu meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun, dimana angka harapan hidup di Kota Parepare sebesar 72,90 pada tahun 2006 lebih tinggi dibandingkan standar nasional. Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas, bahwa dengan kine~a
pelayanan yang berada pada kategori tinggi berdasarkan persepsi
masyarakat yang telah menerima pelayanan kesehatan akan berpengaruh secara langsung terhadap menurunnya angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi serta menurunnya angka gizi buruk pada anak dan balita, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh secara signifikan
113
terhadap meningkatnya angka harapan hidup masyarakat kota Parepare. Hal tersebut tidak terlepas dari pengelolaan manajemen RSUD A. Makkasau yang telah menerapkan standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa peningkatan angka harapan hid up dapat dicapai dengan melakukan upaya-upaya peningkatan akses masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan, perbaikan kesehatan lingkungan, masalah sosial, ekonomi, dan adat istiadat penduduk setempat. F. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pelayanan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare
Dari hasil kuesioner yang diedarkan ke pasien maupun pengunjung rumah sakit serta hasil wawancara langsung dengan pasien, maka diperoleh beberapa gambaran riil tentang faktor-faktor yang dapat menghambat maupun faktor-faktor yang dapat mendukung pelayanan, antara lain: A. Faktor- faktor yang menghambat pelayanan yaitu: 1. Petugas medis yang memberikan pelayanan biasanya datang terlambat, hal ini disebabkan karena selain dokter tersebut bertugas di RSUD A. Makkasau, juga bekerja di rumah sakit swasta lainnya. Petugas medis lebih mementingkan memberikan pelayanan terlebih dahulu di rumah sakit lain dibandingkan di rumah sakit pemerintah padahal status mereka sebagai Pegawai Negeri Sipil.
114
2. Jumlah loket yang ada tidak sebanding dengan jumlah pasien yang dilayani setiap hari. Jumlah loket yang ada hanya 2 (dua) buah, sementara pasien yang berobat setiap harinya kurang lebih 100 orang terdiri dari pasien umum, pasien askes, dan pasien gakin. Hal tersebut menyebabkan antrian di loket menjadi pemandangan sehari-hari yang dapat kita lihat. lni harus disikapi dengan lebih bijaksana oleh pihak manajemen rumah sakit dengan berupaya untuk melakukan kegiatan penambahan loket pendaftaran, dan kalau memungkinkan dipisahkan antara loket kartu untuk pasien umum dan pasien askes. 3. Peraturan
internal
rumah
sakit
(Hospital
By
Laws)
belum
disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat selaku pasien, padahal dalam peraturan tersebut bertujuan untuk melindungi semua pihak secara baik dan benar, antara lain melindungi penyelenggara rumah sakit, petugas kesehatan dan melindungi pasien. 4. Penyediaan sarana air bersih belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan pasien; apalagi di saat musim kemarau. lni banyak dipengaruhi oleh letak rumah sakit yang berada pada daerah pegunungan, sehingga kadang sulit untuk mendapatkan air bersih. 5. Beberapa dari peralatan medis dan inventaris di ruang perawatan yang ada di RSUD A. Makkasau Kota Parepare sudah tidak layak
115
pakai atau tidak memenuhi standar lagi. Hal ini disebabkan karena kondisi peralatan tersebut sudah terlalu lama digunakan. 6. Dengan adanya sistem informasi manajemen rumah sakit, pihak rumah sakit masih terkendala dengan operasionalisasi sistem tersebut dikarenakan masih kurangnya tenaga operator komputer, sehingga sistem informasi manajemen rumah sakit belum di manfaatkan secara maksimal. B. Faktor-faktor yang mendukung pelayanan, yaitu: 1. RSUD A. Makkasau Kota Parepare merupakan pusat rujukan dari beberapa kabupaten disekitarnya, hal ini disebabkan kondisi geografis Kota Parepare berada pada jalur trans Sulawesi dan merupakan rumah sakit yang paling lengkap dari sisi sarana dan prasarana maupun jenis pelayanan yang diberikan di bandingkan rumah sakit yang ada di beberapa kabupaten yang terdekat dengan Kota Parepare. 2. RSUD A. Makkasau telah memenuhi standar pelayanan minimal yang wajib dipenuhi oleh rumah sakit kabupaten/kota yang disesuaikan dengan kondisi rumah sakit itu sendiri. 3. RSUD
A.
Makkasau
sudah
menerapkan
sistem
informasi
manajemen rumah sakit (SIM-RS) sehingga dapat mempermudah akses pelayanan dari satu bagian ke bagian lain. Selain itu sistem pembayaran dilakukan secara terpusat di billing sistem sehingga memudahkan bagi pasien untuk melakukan pembayaran.
116
4. RSUD A. Makkasau telah terakreditasi penuh untuk 12 jenis pelayanan
yaitu
pelayanan
administrasi,
pelayanan
medis,
pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, pelayanan rekam medis, pelayanan bedah sentral, pelayanan perinatal, pelayanan laboratorium, pelayanan radiologi, pelayanan farmasi, pelayanan gizi, serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3) 5. Tersedianya tenaga medis seperti dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi yang cukup memadai untuk tipe rumah sakit kelas C non pendidikan. 6. Pengelolaan keuangan rumah sakit bersifat swadana, dimana semua penerimaan rumah sakit digunakan untuk membiayai operasional rumah sakit tersebut. 7. Adanya sarana pelayanan penunjang lainnya yaitu pusat pelayanan jantung (cardiac centre) yang bisa mengakomodir penderita jantung yang membutuhkan pertolongan secara cepat 8. Adanya kerjasama dengan institusi pendidikan seperti Fakultas Kedokteran Unhas, yang menempatkan dokter residen dan dokter coast di RSUD A. Makkasau, dimana dokter-dokter tersebut disamping menimba ilmu juga sangat membantu dalam proses pelayanan kepada pasien. Disamping itu kerjasama dengan institusi pendidikan lainnya seperti Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan, Akademi Fisioterapi, Akademi Gizi, juga sangat membantu di dalam proses pemberian pelayanan kepada pasien.
117
9. Sarana penunjang medik seperti instalasi radiologi, laboratorium dan farmasi cukup memadai dan pelayanan yang dilakukan selama 24 jam penuh. 10. Sarana lain yang cukup menunjang yaitu tersedianya ambulance service yang siap siaga selama 24 jam penuh.
G. Analisis SWOT dalam perumusan strategi kebijakan pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dam kebijakan organisasi. Dengan demikian perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Jadi analisis SWOT merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagi faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Beberapa alternatif strategis dalam suatu kebijakan dapat disusun dengan melakukan analisis interaksi faktor-faktor eksternal maupun faktor-faktor internal dalam suatu kebijakan. Analisis ini didasarkan pad a logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang
(Opportunities),
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Adapun konteks faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang teridentifikasi dari kegiatan dan pelayanan di rumah sakit yaitu:
118
a. Kekuatan (Strengths) Kekuatan merupakan potensi internal yang dapat mendatangkan peluang yang ada. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, maka dapat dijelaskan kekuatan yang dimiliki oleh RSUD A. Makkasau Kota Parepare, sebagai berikut: 1. RSUD A. Makkasau merupakan pusat rujukan dari beberapa rumah sakit di sekitarnya 2. Pengelolaan keuangan bersifat swadana 3. Tersedianya tenaga medis yang sangat memadai 4. RSUD A. Makkasau telah memenuhi standar pelayanan minimal 5. RSUD A. Makkasau telah menerapkan SIM-RS 6. RSUD A. Makkasau terakreditasi penuh untuk 12 jenis pelayanan 7. Sarana dan prasarana pelayanan yang sang at memadai, termasuk sarana penunjang medis seperti laboratorium, radiologi dan apotek yang buka selama 24 jam
b. Kelemahan (Weaknesses) Memprediksi kelemahan adalah sama pentingnya dengan melihat kekuatan yang dimiliki. Karena tanpa mengetahui kelemahan tersebut, suatu organisasi tidak akan dapat meminimalisasi kelemahan tersebut. Adapun kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh RSUD A. Makkasau Kota Parepare adalah sebagai berikut:
119
1. Letak RSUD A. Makkasau yang berada di daerah pegunungan kurang strategis dibandingkan rumah sakit lainnya dalam wilayah Parepare 2. Beberapa dari peralatan medis dan inventaris di ruang perawatan yang ada di RSUD A. Makkasau Kota Parepare sudah tidak layak pakai 3. Penyediaan sarana air bersih belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan pasien 4. Kualitas sumber daya manusia relatif masih rendah 5. Bangunan fisik rumah sakit sudah banyak yang rusak 6. Loket pendaftaran yang tersedia belum memadai 7. Kegiatan pemasaran dan PKM-RS belum optimal Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan), maka selanjutnya ditentukan faktor-faktor strategi internal dengan menggunakan metode pembobotan Internal Strategic Factors Ana/isis Summary (IFAS) . Tujuan dari pembobotan IFAS adalah untuk
menentukan posisi strategis dalam setiap kebijakan atau program yang diterapkan. Kriteria pengukuran dalam analisis SWOT pada penetuan strategi kebijakan pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau didasarkan pada angka/bobot yang diperoleh , dengan asumsi bahwa semakin besar nilai bobot dikali rating (8 x R), maka semakin optimal peningkatan pelayanan kesehatan. Dalam
metode
pembobotan,
faktor-faktor
strategis
disusun
berdasarkan skala prioritas, mulai dari faktor yang paling penting diberi
120
bobot 1,0 sampai kepada faktor yang tidak penting diberi bobot 0,0 ; begitu pula dengan pembobotan rating terhadap faktor-faktor tersebut disusun berdasarkan faktor yang sangat mendukung diberi rating 4 sampai dengan faktor yang tidak mendukung diberi rating 1. Berikut ini ditampilkan tabel 17 yaitu matriks faktor-faktor strategi internal (IFAS) pada pelayanan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare:
Tabel17. Faktor-faktor strategi internal (IFAS) pada pelayanan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare Faktor-faktor strategi internal A. 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
B. 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
KEKUATAN Rumah sakit pusat rujukan Rumah sakit telah terakreditasi Rumah sakit memenuhi SPM Sarana dan prasarana yang memadai Jumlah tenaga medis yang memadai Pengelolaan keuangan swadana Rumah sakit menerapkan SIM-RS
Bobot
0,15 0,15 0,10 0,05 0,05 0,05 0,05
Rating
4 4 4 3 3 2 2
BXR
0,60 0,60 0,40 0,15 0,15 0,10 0,10
Jumlah A
0,60
KELEMAHAN Letak rumah sakit kurang strategis Kualitas SDM masih rendah Peralatan medis sudah tidak layak Sarana air bersih kurang memadai Bangunan fisik sudah banyak rusak Loket pendaftaran kurang memadai Kegiatan pemasaran belum optimal
0,15 0,10 0,05 0,03 0,03 0,02 0,02
Jumlah B
0,40
0,64
Jumlah A+ B
1
2,74
Sumber : Hasil olahan data primer, 2008
2,10
1 1 2 2 3 3
4
0,15 0,10 0,10 0,06 0,09 0,06 0,08
121
Tabel IFAS disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal ke dalam kerangka Strength dan Weakness, dengan tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan rumah sakit dalam kolom 1 2. Memberi bobot masing-masing faktor dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00 3. Untuk setiap faktor diberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap pelayanan di rumah sakit. Untuk nilai rating kekuatan yang besar diberi nilai positif (+4), tetapi jika kekuatan kecil diberi nilai rating positif (+1 ). Sedangkan pemberian rating kelemahan sebaliknya. (Rangkuti, 2006).
c. Peluang (Opportunities) Peluang
dalam
konteks
ini
adalah
momen
yang
dapat
dimanfaatkan secara optimal yang bersumber dari eksternal untuk menunjang implementasi kebijakan. Peluang-peluang yang harus diraih rumah sakit antara lain: 1. Adanya komitmen dan dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah dalam menunjang pelayanan di rumah sakit milik pemerintah. 2. Letak kota Parepare yang strategis, merupakan kota inti dengan beberapa daerah hinterland disekitarnya sehingga sangat berpeluang
122
untuk menerima rujukan dari beberapa kabupaten di bagian utara propinsi Sulsel. 3. Kemampuan membayar (ability to pay) dan kemauan membayar (willingness to pay) dari masyarakat cukup baik
4. Perkembangan tingkat sosial ekonomi masyarakat semakin baik sehingga kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang lebih baik semakin meningkat 5. Kedepan Kota Parepare akan berkembang menjadi kota niaga dan kota industri. d. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah merupakan faktor-faktor yang diprediksi dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan, sehingga ada upaya yang dilakukan untuk dapat mengeliminir ancaman tersebut. Adapun faktor ancaman yang teridentifikasi, yaitu: 1. Adanya rumah sakit swasta yang menjadi pesaing utama dari rumah sakit pemerintah dalam hal pelayanan kesehatan, dimana rumah sakit swasta juga sudah menerima pasien askes 2. Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan yang cukup tinggi 3. Anggaran untuk biaya pelayanan kesehatan dari pemerintah daerah untuk pasien gakin masih sangat rendah 4. Tenaga medis rumah sakit pemerintah juga bekerja di rumah sakit swasta lainnya
123
5. Adanya perbedaan tarif yang mencolok dengan rumah sa kit lain. Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman), maka selanjutnya ditentukan faktor-faktor strategi eksternal pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penentuan nilailbobot
dan nilai
rating faktor-faktor strategi eksternal, sama dengan penentuan bobot dan rating faktor-faktor strategi internal yang telah dilakukan, untuk selanjutnya faktor-faktor strategi eksternal dapat dilihat pada tabel 18 berikut: Tabel18. Faktor-faktor strategi eksternal (EFAS) pada pelayanan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare Faktor-faktor strategi eksternal A. PELUANG 1. Komitmen pemerintah pusat, pemprov dan pemda menunjang pelayanan 2. Letak Parepare yang strategis 3. Kemampuan dan kemauan membayar masyarakat cukup baik 4. Tingkat sosial ekonomi masyarakat semakin baik 5. Kota Parepare akan berkembang menjadi kota niaga dan kota industri Jumlah A B. ANCAMAN 1. Adanya rumah sakit pesaing 2. Tuntutan masyarakat tinggi terhadap mutu pelayanan 3. Anggaran gakin masih rendah 4. Dokter pemerintah bekerja juga di RS swasta 5. Perbedaan tarif dengan RS lain
Bobot
Rating
BXR
0,15
4
0,60
0,15 0,10
4 3
0,60 0,30
0,10
3
0,30
0,05
3
0,15
1,95
0,55
0,15 0,10
1 2
0,15 0,20
0,10 0,05
1 2
0,10 0,10
0,05
3
0,15
Jumlah B
0,45
0,70
Jumlah A+ B
1
2,65
124
Tabel EFAS disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis eksternal ke dalam kerangka Opportunities dan Threats, dengan tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman rumah sakit dalam kolom 1, 2. Memberi bobot masing-masing faktor dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00 3. Untuk setiap faktor diberi skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap pelayanan di rumah sakit. Untuk nilai rating peluang yang besar diberi nilai positif (+4), tetapi jika peluang kecil diberi nilai rating positif (+1). Sedangkan pemberian rating ancaman sebaliknya. (Rangkuti, 2006). Hasil perhitungan tabel EFAS di atas, diperoleh nilai (8 x R) peluang sebesar 1,95 sedangkan nilai (8 x R) ancaman sebesar 0,70 yang berarti bahwa perencana strategis dapat mengetahui peluang dan ancaman yang dapat terjadi di rumah sakit, dimana peluang yang ada di RSUD A. Makkasau sedapat mungkin dimanfaatkan untuk meminimalisasi ancaman yang ada. Dari identifikasi dan penentuan faktor-faktor strategis kondisi lingkungan internal dan eksternal di atas, dapat dijadikan bahan dasar analisis interaksi antara faktor internal dan faktor eksternal, sehingga
125
diperoleh suatu altematif strategi pelayanan kesehatan pada RSUD A. Makkasau, yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 19.
Matriks alternatif strategi pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau Kota Parepare EFAS
Opportunities (1 ,95) 1. Komitmen pemerintah dalam menunjang pelayanan 2. Letak Parepare strategis 3. Kemampuan dan kemauan membayar masyarakat cukup baik 4. Tingkat sosial ekonomi masyarakat semakin baik 5. Parepare ke depan akan berkembang menjadi kota niaga/industri
Threats (0,70) 1. Adanya RS pesaing 2. Tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan 3. Anggaran gakin dari pemerintah masih rendah 4. Dokter pemerintah bekerja juga pada RS swasta 5. Perbedaan tarif dengan RSiain
Strengths (2, 10) 1. RS pusat rujukan 2. RS telah terakreditasi 3. RS memenuhi SPM 4. Sarana dan prasarana yang memadai 5. Tenaga medis yang memadai 6. Pengelolaan keuangan bersifat swadana 7. RS menerapkan SIM-RS
Strategi SO (4,05) 1. Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui optimalisasi pelayanan kesehatan 2. Peningkatan kerjasama dengan RS di sekitar wilayah Kota Parepare, khususnya program rujukan 3. Mempersiapkan RS menjadi rumah sakit tipe B
Strategi ST (2,80) 1. Melakukan perbaikan tarif guna membiayai operasional rumah sakit 2. Mempersiapkan RS untuk akreditasi 16 pelayanan 3. Perbaikan kesejahteraan karyawan 4. Menggalakkan sumber pembiayaan pasien gakin, jamkesda dan jamkesmas
Weaknesses (0,64) 1. Letak rumah sakit kurang strategis 2. Kualitas SDM masih rendah 3. Peralatan medis sudah tidak layak 4. Sarana air bersih masih kurang memadai 5. Bangunan fisik sudah banyak rusak 6. Loket pendaftaran kurang memadai 7. Kegiatan pemasaran belum optimal
Strategi WO (2,59) 1. Pengadaan peralatan medis melalui bantuan dana dekonsentrasi 2. Perbaikan sarana dan prasarana fisik RS melalui bantuan dana pinjaman luar negeri 3. Peningkatan kualitas SDM guna menghadapi perkembangan kota Parepare menjadi kota industri
Strategi WT (1 ,34) 1. Minimalisasi biaya-biaya operasional yang tidak perlu 2. Meningkatkan pengawasan internal RS 3. Meningkatkan pengawasan ekstemal RS 4. Menggalakkan program pemasaran agar ketersediaan semua produk pelayanan dapat diketahui masyarakat
IFAS
126
Hasil analisis interaksi antara kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) memperoleh nilai strategi terbesar diantara beberapa
alternatif interaksi lainnya yaitu sebesar 4.05, sehingga strategi kekuatan (strengths) - peluang (opportunities) merupakan strategi terpilih dalam
melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini banyak antara lain: (1)
Peningkatan
kualitas
hid up
masyarakat
melalui
optimalisasi
pelayanan kesehatan ; strategi tersebut sangat mungkin untuk dilaksanakan mengingat bahwa sarana dan prasarana serta sumber daya manusia sudah sangat memadai ditunjang oleh rumah sakit telah terakreditasi dan telah menerapkan standar pelayanan minimal serta pengelolaan keuangan bersifat swadana. Disamping itu komitmen pemerintah daerah yang cukup merespon terhadap peningkatan pelayanan kesehatan, akan berpengaruh terhadap upaya optimalisasi pelayanan kesehatan. (2)
Peningkatan kerjasama dengan rumah sakit di sekitar wilayah Kota Parepare khususnya program rujukan ; strategi tersebut perlu dikembangkan mengingat letak Kota Parepare cukup strategis untuk dijadikan sebagai pusat rujukan dari beberapa kabupaten yang ada disekitar Kota Parepare.
(3)
Meningkatkan status RSUD A. Makkasau dari tipe C menjadi rumah sakit tipe B, dimana perkembangan ke depan Kota Parepare akan menjadi kota industri dan niaga sehingga untuk mengimbangi hal
127
tersebut maka direncanakan peningkatan tipe kelas rumah sakit. Sebagai langkah awal proses peningkatan tipe rumah sakit, maka pihak manajemen rumah sakit telah berusaha untuk memenuhi persyaratan kelayakan peningkatan tipe (seperti akreditasi rumah sakit, pemenuhan standar pelayanan minimal, peningkatan mutu pelayanan, peningkatan sumber daya manusia tenaga kesehatan serta peningkatan sarana dan prasarana kesehatan) dan hal tersebut ditindak
lanjuti
oleh
Departemen
Kesehatan
dengan
jalan
membentuk tim pemantau (tim penilai) kelayakan peningkatan tipe rumah sakit dan pada bulan April2007, tim tersebut telah melakukan peninjauan langsung ke rumah sakit. Kemudian pilihan alternatif strategi prioritas kedua menurut nilai strategisnya yaitu : strategi kekuatan (strengths) - ancaman (threats) dengan nilai sebesar 2.80, dimana terdapat pilihan-pilihan strategi antara lain: (1)
Melakukan perbaikan tarif guna membiayai operasional rumah sakit ; perbaikan
tarif
perlu
dilakukan
mengingat
bahwa
anggaran
kesehatan untuk membiayai pasien miskin (gakin) masih sangat minim, sehingga untuk mensubsidi pasien gakin yang tidak tercover dari anggaran gakin, dibiayai oleh anggaran operasional rumah sakit sendiri. Kemudian tarif rumah sakit berdasarkan Perda Nomor 3 Tahun 2003, sudah tidak sesuai dengan perhitungan unit cost yang ada saat ini, sehingga dengan tarif yang berlaku dari tahun 2003
128
(tidak ada kenaikan tarif selama kurun waktu 5 tahun) sudah tidak mampu membiayai operasional rumah sakit. (2)
Mempersiapkan rumah sakit untuk akreditasi tingkat lanjutan dengan 16 jenis pelayanan ; hal ini terkait dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit sebagai upaya untuk pemenuhan tuntutan
masyarakat
terhadap
pelayanan
kesehatan
yang
berkualitas. (3)
Memperbaiki kesejahteraan karyawan ; hal ini perlu dilakukan untuk memotivasi karyawan agar bisa lebih meningkatkan kinerjanya masing-masing
sehingga
berdampak pada
perbaikan
kualitas
pelayanan secara menyeluruh. (4)
Menggalakkan sumber-sumber pembiayaan
untuk pasien dari
keluarga miskin (pasien gakin), pasien jaminan kesehatan daerah Gamkesda) dan jaminan kesehatan masyarakat Gamkesmas). Hal ini juga sangat terkait dengan minimnya anggaran untuk pasien gakin yang disubsidi oleh pemerintah daerah. Pilihan alternatif strategi kelemahan (weaknesses) - peluang (opportunities) menjadi pilihan alternatif ketiga dengan nilai sebesar 2,59
dengan pilihan-pilihan strategi : (1)
Pengadaan peralatan medis melalui bantuan dana dekonsentrasi ; pengadaan
peralatan
medis dilakukan
sebagai
upaya
untuk
mengganti peralatan medis yang sudah tidak layak pakai atau peralatan
yang
telah
rusak.
Sebagaimana
diketahui
bahwa
129
pengadaan alat-alat kesehatan tiap tahun dianggarkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah Kota Parepare, akan tetapi dana
tersebut
sangat
terbatas
sekali,
sehingga
diupayakan
pengadaan alat-alat kesehatan dapat dianggarkan melalui dana perbantuan (dana dekonsentrasi). (2)
Perbaikan sarana dan prasarana fisik rumah sakit melalui bantuan dana pinjaman luar negeri; sebagai upaya untuk peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana fisik seperti perbaikan gedung rumah sakit yang telah rusak disebabkan oleh kondisi bangunan yang sudah lama (bangunan tua).
(3)
Peningkatan kualitas sumber daya manusia guna menghadapi perkembangan kota Parepare ke depan akan menjadi kota industri, melalui jenjang pendidikan formal seperti pemberian beasiswa untuk karyawan
yang
ingin
mengikutsertakan
meningkatkan
tenaga-tenaga
status
kesehatan
pendidikan dalam
serta
diklat-diklat
kesehatan sesuai dengan kualifikasi tenaga kesehatan tersebut. Strategi kelemahan (weaknesses) - ancaman (threats) menjadi pilihan alternatif terakhir dengan nilai sebesar 1,34; dimana terdapat pilihan-pilihan strategi, antara lain: (1)
Minimalisasi biaya-biaya operasional yang tidak perlu ; langkah penghematan
perlu
dilakukan
pihak
manajemen
untuk
mengantisipasi terjadinya pembengkakan biaya operasional rumah sa kit.
130
(2)
Meningkatkan pengawasan internal rumah sakit ; bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya pennyimpangan-penyimpangan pelayanan di rumah sakit, serta mengakomodir keluhan-keluhan dari pasien yang berobat di rumah sakit.
(3)
Meningkatkan pengawasan eksternal rumah sakit ; dengan jalan memperhatikan perkembangan rumah sakit pesaing yang bertujuan untuk meningkatkan daya kompetitif RSUD A. Makkasau terhadap rumah sakit lainnya, sehingga pelayanan di RSUD A. Makkasau masih berada pada koridor rumah sakit yang terbaik diantara pesaingnya, sesuai dengan visi RSUD A. Makkasau menjadi rumah sakit rujukan tebaik di Sulawesi Selatan.
(4)
Menggalakkan program pemasaran rumah sakit agar ketersediaan semua jenis produk pelayanan dapat diketahui masyarakat, dengan jalan membuat brosur-brosur tentang jenis pelayanan di rumah sakit, prosedur pelayanan, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan jenis pelayanan tertentu. Hal ini sangat terkait juga dengan transparansi biaya pelayanan ketika seorang pasien dirawat di rumah sakit.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa kesimpulan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Pelayanan pada RSUD A. Makkasau Kota Parepare dilihat dari aspek kualitas pelayanan yang meliputi dimensi realibility,
tangibles,
empathy,
dan
responsiveness
assurance,
berdasarkan
persepsi
masyarakat terhadap pelayanan yang diterima berada pada kategori tinggi, ini berarti masyarakat yang berobat di RSUD A. Makkasau Kota Parepare sudah menilai baik terhadap pelayanan yang ada. Meskipun demikian
bila persepsi pasien
akan
pelayanan
yang
diterima
dibandingkan dengan harapan pasien terhadap pelayanan tersebut, maka pelayanan yang diterima masih berada dibawah harapan masyarakat. 2. Ada beberapa faktor yang dapat mendukung pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau antara lain: a. RSUD A. Makkasau Kota Parepare memiliki sarana dan prasarana serta jenis pelayanan yang lebih lengkap dibandingkan daerah di sekitarnya, sehingga RSUD A. Makkasau menjadi pusat rujukan dari beberapa kabupaten di sekitarnya,
132
b. RSUD A. Makkasau telah memenuhi standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh rumah sakit, c. RSUD A. Makkasau telah terakreditasi untuk 12 jenis pelayanan, d. Pengelolaan keuangan rumah sakit bersifat swadana. Sedangkan faktor-faktor yang dapat menghambat pelayanan kesehatan di RSUD A. Makkasau antara lain: a. Petugas medis sering datang terlambat, hal ini berpengaruh terhadap keterlambatan pelayanan di rumah sakit. b. Jumlah loket yang ada tidak sebanding dengan jumlah pasien yang dilayani setiap hari. c. Penyediaan sarana air bersih belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan pasien, d. Beberapa dari peralatan medis dan inventaris di ruang perawatan yang ada di RSUD A. Makkasau sudah tidak layak pakai. Dari faktor-faktor tersebut di atas (faktor internal rumah sakit) yang kemudian diintegrasikan dengan faktor-faktor eksternal rumah sakit, diperoleh strategi kebijakan terpilih yang menjadi prioritas utama dalam pelayanan kesehatan antara lain: (1) Optimalisasi pelayanan kesehatan; (2) Peningkatan
ke~asama
dengan rumah sakit di sekitar
wilayah Kota Parepare khususnya program rujukan; (3) Meningkatkan status RSUD A. Makkasau dari tipe C menjadi rumah sakit tipe B NonPendidikan.
133
3. Sebagai rumah sakit rujukan dari beberapa kabupaten di sekitar wilayah Kota Parepare, kinerja pelayanan pada RSUD A. Makkasau sudah cukup baik. lndikator keberhasilan tersebut dapat dilihat dari tingginya tingkat harapan hidup masyarakat,
rendahnya angka
kematian bayi, rendahnya angka gizi buruk pada balita. Peningkatan indikator makro kesehatan tersebut akan berpengaruh terhadap perbaikan kualitas hidup masyarakat Kota Parepare.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Agar kinerja pelayanan di RSUD A. Makkasau dapat meningkat, maka pihak manajemen rumah sakit harus tetap memperhatikan kualitas pelayanan utamanya pada dimensi reliability (kehandalan), karena pada dimensi ini yang memiliki gap terbesar antara persepsi dengan harapan pasien akan pelayanan di rumah sakit. Pihak manajemen
harus
dapat
memberikan
ketegasan
kepada
karyawannya dalam hal kedisiplinan waktu pelayanan, karena ratarata pasien mengeluhkan jadwal pelayanan di rumah sakit yang tidak tepat waktu. 2.
Pihak manajemen rumah sakit harus dapat mengatasi faktor-faktor yang dapat menghambat pelayanan di rumah sakit dengan jalan lebih mengoptimalkan pengawasan dan pengendalian terhadap
134
segala kegiatan yang berhubungan langsung dengan pelayanan kepada masyarakat. 3.
Pihak manajemen rumah sakit harus melakukan persiapan dalam menghadapi perubahan status rumah sakit umum dari tipe C ke tipe B
Non
Pendidikan,
melalui
peningkatan
kualitas
pelayanan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan akreditasi rumah sakit untuk 16 jenis pelayanan, serta perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA Armstrong, M. 2004. Performance Management. Dialihbahasakan dari Performance Management. Kogan Page Ltd London. 1994 oleh Toni Setiawan. Tugu Publisher, Yogyakarta. Gaspersz, V. 2002. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi : Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 228/Menkes/SK/11112002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan oleh daerah. Departemen Kesehatan, Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pe/ayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota. Departemen Kesehatan, Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Rl Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan, Jakarta. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/Kep/Menpann/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Menpan, Jakarta. Kotler,
P. 1997. Manajemen Pemasaran: Ana/isis, Perencanaan, lmplementasi dan Kontrol. edisi Indonesia. PT. Pabelan, Jakarta.
Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE, Yogyakarta. Matriks lndikator Prioritas Pembangunan Daerah berdasarkan RPJM Nasional, 2004-2009 Muninjaya, G.A.A. 2004. Manajemen Kesehatan. EGC, Jakarta. Peraturan Pemerintah Rl Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Jakarta. Peraturan Pemerintah Rl Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Jakarta. Perencanaan Stratejik Badan Pelayanan Kesehatan RSUD A. Makkasau Kota Parepare Tahun 2007.
136
Performance Based Management Special Interest Group. 2001. The Perfonnance Based Management Handbook, Volume Two: Establishing an Integrated Perfonnance Measurement System (http://www.orau.gov/pbm, diakses tanggal 4 Maret 2008). Profil Singkat Badan Pelayanan Kesehatan RSUD A. Makkasau Kota Parepare Tahun 2008. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Penulisan Tesis dan Disertasi. Makassar.
2005.
Pedoman
Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta, Bandung Siagian, A. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Kesehatan (Suatu Kajian Kesiapan Daerah Menghadapi Desentralisasi Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 201 0). Makalah Pengantar FalsafahSains Program Pasca Sarjana/S3 IPB. (http://tumoutou.net diakses tanggal 15 Juli 2008). Soefira, E.A.J. 2005. Refonnasi Pengelolaan Anggaran Negara: Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung. Tjiptono F. 2001. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Andi, Yogyakarta. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. USAID Center for Development Information and Evaluation. 2008. Selecting Perfonnance Indicator. Bahan Kuliah Performance Based Management, Konsentrasi Studi Manajemen Perencanaan Universitas Hasanuddin, Makassar. Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran Perihal
137
: Kuesioner Penelitian : Permohonan Menjadi Responden
Kepada Yth. Bapakllbu/Sdr.(i) Responden Di Tempat
Dengan Hormat, Saya yang bertandangtangan di bawah ini: Uwais Alqarny Mahasiswa Pascasa~ana UNHAS
Nama Peke~aan
Nomor Pokok Program Studi Konsentrasi Ala mat
P0204207516 Perencanaan Pembangunan Wilayah Manajemen Perencanaan Jl Lasiming No. 14 Parepare
Pada saat ini sedang melaksanakan penelitian untuk penyusunan tesis yang
be~udul
: "Analisis Kinerja Pelayanan pada RSUD Andi
Makkasau Parepare". Berkaitan dengan kegiatan pengumpulan data dan informasi untuk kebutuhan analisis, saya sangat mengharapkan bantuan Bapakllbu/Sdr.(i) untuk mengisi kuisioner tentang tingkat kepuasan terhadap
kine~a
pelayanan RSUD Andi Makkasau Kota Parepare. Atas bantuan dan partisipasinya, kami ucapkan terima kasih.
Parepare, Hormat saya,
Uwais Alqarny
2008
138
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Mohon semua pertanyaan dan pernyataan hendaknya dijawab dengan sejujurnya, identitas saudara kami jamin kerahasiannya, dan hanya dipergunakan untuk keperluan ilmiah serta dimanfaatkan untuk tujuan akademis. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama 2. A I am at 3. Pekerjaan 4. Tempat perawatan
PETUNJUK PENGISIAN
Pernyataan-pernyataan berikut ini menyangkut beberapa aspek yang berhubungan dengan kepuasan pasien. Bagaimana penilaian kepuasan yang telah anda rasakan selama ini dari aspek-aspek tersebut. Setiap pernyataan disediakan lima jawaban. Tidak ada jawaban yang salah.
Pertanyaan Bagian I : Berikut ini daftar pertanyaan mengenai PERSEPSI Bapakllbu/Sdr.(i) selaku pasien akan pelayanan RSUD A. Makkasau yang diterima saat ini. Berilah tanda ( ...J ) pada jawaban yang anda pilih dengan ketentuan sebagai berikut : Kategori 1
Sangat Tidak Setuju : (STS)
Kategori 2
Tidak Setuju
(TS)
Kategori 3
Netral
(N)
Kategori 4
Setuju
(S)
Kategori 5
Sangat Setuju
(SS)
139 1. NO
RELIABILITY (KEHANDALAN) PERTANYAAN
PERSEPSI PASIEN
1
Prosedur pelayanan pada RSUD A. Makkasau Parepare tidak berbelit-belit
D DN D D D ss s TS STS
2
Tarif/biaya sesuai dengan kualitas pelayanan yang diberikan
D D DN D D ss s STS TS
3
Pelayanan dimulai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
D D DN D D ss s TS STS
4
Pemeriksaan dan penanganan pasien dilakukan dengantepatsesuaiprosedurke~a
2. NO
D D DN DTS D ss s STS
ASSURANCE (JAMINAN) PERTANYAAN
PERSEPSI PASIEN
1
RSUD A. Makkasau Parepare memberikan jaminan apabila terjadi kesalahan prosedur kerja
D D DN D D ss s TS STS
2
Pelayanan yang diberikan, sama dan adil kepada semua pihak
D D DN D D ss s TS STS
3
Petugas medis/karyawan memberikan jaminan keamanan dan ketenangan kepada pasien
D D DN D D ss s TS STS
4
Petugas medis/karyawan memiliki kemampuan, sopan dan jujur dalam menjalankan tugas
D DN D D D ss s TS STS
3.
TANGIBLES (BENTUK FISIK)
NO
PERTANYAAN
PERSEPSI PASIEN
1
RSUD A. Makkasau memiliki fasilitas fisik seperti gedung, ruang tunggu, tempat parkir dan toilet
D D DN D D ss s TS STS
2
Kondisi ruang perawatan, ruang tunggu, toilet dan halaman rumah sakit bersih dan nyaman
D D D DN D ss s TS STS
3
Jumlah petugas medis/karyawan mencukupi dan berpakaian seragam/rapi dim menjalankan tugas
D D DN D D TS STS ss s
4
Kondisi peralatan medis yang digunakan lengkap, layak pakai dan steril.
D D DN D D ss s TS STS
140
4.
EMPATHY (EMPATI) PERTANYAAN
NO
1
Petugas medis/karyawan memiliki sifat ramah dalam melayani pasien
2
Petugas medis/karyawan memberikan perhatian kepada pasien
3
Petugas medis/karyawan dapat memahami kebutuhan dan keinginan pasien
4
Komunikasi pasien dengan petugas medis/ karyawan berjalan baik dan lancar
5.
PERTANYAAN Petugas medis/karyawan selalu ada ditempat jika dibutuhkan
2
Petugas medis/karyawan cepat dan tanggap terhadap keluhan-keluhan pasien
3
Petugas medis/karyawan cepat dan tanggap dalam membantu pasien
4
D D DN D D ss s TS STS D D DN D D ss s TS STS D D DN D D ss s TS STS D D DN D D TS ss s STS
RESPONSIVENESS (DAYA TANGGAP)
NO
1
PERSEPSI PASIEN
Petugas medislkaryawan dalam memberikan informasi jelas dan mudah dimengerti
PERSEPSI PASIEN
D D DN D D ss s TS STS D D D DN D ss s TS STS D DN D D D STS ss s TS D D D DN D STS ss s TS
Pertanyaan Bagian II : Berikut ini daftar pertanyaan mengenai HARAPAN Bapakllbu/Sdr.(i) selaku pasien, akan pelayanan RSUD A. Makkasau Parepare. Berilah tanda ( " ) pada jawaban yang anda pilih dengan ketentuan sebagai berikut : Kategori 1 : Sangat Tidak Setuju : (STS) Kategori 2 : Tidak Setuju : (TS) Kategori 3 : Netral : (N) Kategori 4 : Setuju : (S) Kategori 5 : Sangat Setuju : (SS)
141 1. NO
RELIABILITY (KEHANDALAN) HARAPAN PASIEN
PERTANYAAN
1
Prosedur pelayanan pada RSUD A. Makkasau Parepare tidak berbelit-belit
D D DN D D ss s TS STS
2
Tarif/biaya sesuai dengan kualitas pelayanan yang diberikan
D D DN D D ss s TS STS
3
Pelayanan dimulai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan
D D DN D D ss s TS STS
4
Pemeriksaan dan penanganan pasien dilakukan dengantepatsesuaiprosedurke~a
2. NO
1
D D DN D D ss s TS STS
ASSURANCE (JAMINAN) HARAPAN PASIEN
PERTANYAAN RSUD A. Makkasau Parepare memberikan jaminan apabila terjadi kesalahan prosedur
ke~a
D D DN D D ss s TS STS
2
Pelayanan yang diberikan, sama dan adil kepada semua pihak
D D DN D D ss s TS STS
3
Petugas medis/karyawan memberikan jaminan keamanan dan ketenangan kepada pasien
D D D DN D ss s TS STS
4
Petugas medis/karyawan memiliki kemampuan, sopan dan jujur dalam menjalankan tugas
D D DN D D ss s TS STS
3.
TANGIBLES (BENTUK FISIK)
NO
PERTANYAAN
HARAPAN PASIEN
1
RSUD A. Makkasau memiliki fasilitas fisik seperti gedung, ruang tunggu, tempat parkir dan toilet
D D D DN D TS STS ss s
2
Kondisi ruang perawatan, ruang tunggu, toilet dan halaman rumah sakit bersih dan nyaman
D D D DN D STS ss s TS
3
Jumlah petugas medis/karyawan mencukupi dan berpakaian seragam/rapi dim menjalankan tugas
D D D DN D ss s TS STS
4
Kondisi peralatan medis yang digunakan lengkap, layak pakai dan steril.
D D DN D D ss s TS STS
142
4. NO
EMPATHY (EMPATI) PERTANYAAN
HARAPAN PASIEN
1
Petugas medis/karyawan memiliki sifat ramah dalam melayani pasien
D D DN D D ss s TS STS
2
Petugas medis/karyawan memberikan perhatian kepada pasien
D D DN D D ss s TS STS
3
Petugas medis/karyawan dapat memahami kebutuhan dan keinginan pasien
D D DN D D ss s TS STS
4
Komunikasi pasien dengan petugas medis/ karyawan be~alan baik dan lancar
D D DN D D ss s STS TS
5.
RESPONSIVENESS (DAYA TANGGAP)
NO
PERTANYAAN
HARAPAN PASIEN
1
Petugas medis/karyawan selalu ada ditempat jika dibutuhkan
D D DN D D ss s TS STS
2
Petugas medis/karyawan cepat dan tanggap terhadap keluhan-keluhan pasien
D D DN D D ss s TS STS
3
Petugas medis/karyawan cepat dan tanggap dalam membantu pasien
D D D DN D ss s TS STS
4
Petugas medislkaryawan dalam memberikan informasi jelas dan mudah dimengerti
D D DN D D ss s TS STS Parepare, Responden,
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
2008
PERATURA.lll DAERAH KOTA pARE PARE : 14 TAHUN 2004 NOMOR : 7 lULl 2004 TANGGAL
Lampiran 2. Struktur OrQanisasi RSUD A. Makkasau Kota Parepare
DIREKTU R I
I
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL I
I
I
I I
I
I I
I
I
BAGIAN TATA USAHA l
SUB BAGIAN ADMINlSTRASI UM'l.J!\f DAN KEPEGAWAIA.t'-:
I
SUB BAGlAN KEUANGAN I
BIDANG PERENCANAAN & PENGEMBANGAN
BIDANG PELAYANAN DAN KEPERAWATAN
BIDANG PELAPORAN YANKES
I
"' SUBBIDANG BINA KEPERAWATAN
-
SUBBIDANG REKAM MEDIK DAN PELAPORAN
SUBBIDANG PENYUSUNAN PROGRAM, MONEV
SUBBIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PELAYANAN
SUBBIDANG ..... BINA PENDIDIKAN DAN LATDIAN
SUBBIDANG . PELAYANAN DAN PENUNJANG MEDIK
U PTB
~
_j
J .......
'[A PAREPARE, •
~
-
~7ru ZAIN KATOE
1.;.)
Lampiran 3. lndeks Pembangunan Manusia Tahun 2004
(2) 66,8 69,7 71,5 64,3 67,4 70,6 70,0 69,7 67,9 67,3 67,9 71,1 68,1 69,7 70,1 72,7 71,8 73,9 70,3 70,1 71,9 72,7 70,9.
(3) 85,3 84,7 69,1 67,8 72,9 77,3 85,5 81,9 84,0 84,6 80,7 82,3 80,1 85,9 88,4 83,5 91,1 83,6 90,5 90,1 95,7 93,0 96,7
(4) 5,9 6,1 5,6 5,2 5,2 6,1 6,4 5,8 6,1 6,7 5,6 6,3 5,7 7,0 6,8 7,1 7,5 7,2 6,9 6,7 10,3 8,8 9,0
Paritas Daya Beli (Rp.OOO) (5) 605,0 612,8 610,0 613,4 615,1 609,2 592,7 612,7 617,3 617,1 610,3 617,5 610,9 614,2 609,3 614,3 616,7 592,4 628,9 606,5 636,3 628,3 616,8
Provinsi
68,7
84,5
6,8
Nilai Minimum
64,3
67,8
Nilai Maksimum
73,9
96,7
Kabupaten/ Kota (1) 01. Selayar 02. Bulukumba 03. Bantaeng 04. Jeneponto 05. Takalar 06. Gowa 07. Sinjai 08. Maros 09. Pangkep 10. Barru 11. Bone 12.Soppeng 13. Wajo 14. Sidrap 15. Pinrang 16. Enrekang 17. Luwu 18. Tator 19. Luwu Utara 20. Luwu Timur *** 21. Makassar 22. Pare-Pare 23. Palopo **
Melek Harapan Hidup (Thn) Huruf (%)
Rata-rata Lama Sekolah (Thn)
lndeks Kesehatan Pendidikan
i7J
Daya Beli
Pembangunan Manusia (9) 65,4 67,6 64,6 60,3 63,3 66,2 66,7 66,8 66,8 67,1 65,2 68,4 65,3 68,7 68,9 69,9 71,6 69,0 71,1 69,0 76,2 74,4 73,4
Rank
(6) 69,7 74,5 77,5 65,5 70,7 76,0 75,0 74,5 71,5 70,5 71,5 76,8 71,8 74,5 75,2 79,5 78,0 81,5 75,5 75,2 78,2 79,5 76,5
70,0 70,0 58,5 56,8 60,2 65,1 71,2 67,5 69,6 71,3 66,2 68,9 66,1 72,8 74,0 71,4 77,4 71,7 75,7 75,0 86,7 81,6 84,5
_(81 56,6 58,4 57,8 58,6 59,0 57,6 53,8 58,4 59,5 59,4 57,8 59,5 58,0 58,7 57,6 58,8 59,3 53,7 62,1 57,0 63,9 62,0 59,3
615,2
72,8
71,4
59,0
67,8
21
5,2
592,4
65,5
56,8
53,7
60,3
1
.......
10,3
636,3
81,5
86,7
63,9
76,2
23
~ ~
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan Keterangan : ** masih tergabung dgn Kabupaten Luwu *** masih tergabung dgn Kabupaten Luwu Utara
(10) 18 12 21 23 22 17 16 15 14 13 20 11 19 10 9 6 4 8 5 7 1 2 3
I
I I I'
Lampiran 4. lndeks Pembangunan Manusia Tahun 2005
Kabupaten/ Kota (1) 01. Selayar 02. Bulukumba 03. Bantaeng 04. Jeneponto 05. Takalar 06. Gowa 07. Sinjai 08. Maros 09. Pangkep 10. Barru 11. Bone 12.Soppeng 13. Wajo 14. Sidrap 15. Pinrang 16. Enrekang 17. Luwu 18. Tator 19. Luwu Utara 20. Luwu Timur 21. Makassar 22. Pare-Pare 23. Palopo Provinsi Nilai Minimum Nilai Maksimum
(2} 66,9 70,6 71,6 64,3 67,5 70,7 70,1 69,9 68,0 67,4 68,0 71,2 68,6 69,7 70,6 72,7 71,8 73,9 70,5 70,3 72,0 72,7 70,9
(3) 86,1 85,2 69,4 68,2 73,3 78,0 86,2 82,6 84,5 85,2 81,3 83,1 80,1 86,6 89,1 84,2 91,5 83,8 90,5 90,1 96,3 93,5 97,3
(4) 6,0 6,2 5,8 5,3 5,3 6,3 6,5 6,0 6,2 6,8 5,7 6,5 5,8 7,2 6,9 7,2 7,7 7,4 7,0 6,9 10,5 8,9 9,1
Paritas Daya Beli (Rp.OOO) (5) 610,8 614,4 620,7 619,7 618,3 620,6 594,6 624,1 617,0 619,1 621,2 620,6 621,5 618,1 621,1 617,2 617,0 595,8 632,2 608,1 637,0 630,1 618,4
68,7
84,6
7,0
64,3 739
68,2 97 3
5,3 10 5
Rata-rata Melek Harapan Lama Sekolah Hidup (Thn) Huruf (%) (Thn)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
lndeks Rank
(6) 69,8 76,0 77,7 65,5 70,8 76,2 75,2 74,8 71,7 70,7 71,7 77,0 72,7 74,5 76,0 79,5 78,0 81,5 75,8 75,5 78,3 79,5 76,5
(7) 70,7 70,6 59,2 57,2 60,6 66,0 71,9 68,4 70,1 71,9 66,9 69,8 66,3 73,7 74,7 72,1 78,1 72,3 75,9 75,4 87,5 82,1 85,1
(8) 58,0 58,8 60,2 60,0 59,7 60,2 54,2 61,0 59,4 59,9 60,4 60,2 60,4 59,6 60,3 59,4 59,4 54,5 62,9 57,3 64,0 62,4 59,7
Pembangunan Manusia (9) 66,1 68,4 65,7 60,9 63,7 67,4 67,1 68,1 67,1 67,5 66,3 69,0 66,5 69,3 70,4 70,4 71,8 69,4 71,5 69,4 76,6 74,7 73,8
616,8
72,8
72,0
59,3
68,1
23
594,6 6370
65,5 81 5
57,2 87 5
54,2 640
60,9 766
1 23
Kesehatan Pendidikan
Daya Beli
(10) 20 12 21 23 22 15 16 13 17 14 19 11 18 10 6 7 4 8 5 9 1 2 3 ....... ..J:>. Vl
Lampiran 5. lndeks Pembangunan Manusia Tahun 2006
(1) 01. Selayar 02. Bulukumba 03. Bantaeng 04. Jeneponto 05. Takalar 06. Gowa 07. Sinjai 08. Maros 09.Pangkep 10. Barru 11. Bone 12.Soppeng 13. Wajo 14. Sidrap 15. Pinrang 16. Enrekang 17. Luwu 18. Tator 19. Luwu Utara 20. Luwu Timur 21. Makassar 22. Pare-Pare 23. Palopo
(2) 67,20 70,70 71,70 64,40 67,70 70,90 70,50 70,00 68,10 67,60 68,20 71,20 68,80 70,80 70,70 73,70 71,90 74,00 70,70 70,50 72,20 72,90 71,60
13) 86,05 85,20 76,58 75,74 80,09 78,00 86,44 82,60 84,54 87,66 84,78 83,56 80,11 86,60 89,10 85,27 91,47 83,80 91,13 92,08 96,25 95,13 97,30
(4) 6,24 6,28 5,80 5,86 6,21 6,36 6,62 6,24 6,27 7,17 6,21 6,54 5,80 7,20 6,88 7,45 7,70 7,43 7,00 7,39 10,50 9,32 9,18
Paritas Daya Beli (Rp.OOO) (5)_ 610,82 618,73 624,36 621,00 619,65 622,23 594,68 624,55 617,45 621,48 624,62 622,79 624,33 619,17 622,75 617,79 619,56 597,95 634,89 612,81 638,92 631,05 621,40
Provinsi
69,20
85,70
7,17
Nilai Minimum
64,40
75,74
5,80
Nilai Maksimum
74,00
97,30
10,50
Kabupaten/ Kota
Rata-rata Melek Harapan Lama Sekolah Hidup (Thn) Huruf (%) (Thn)
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
lndeks Kesehatan Pendidikan Daya Beli
Pem~a~~~~~an an s1
Rank Shortfall Kab
(6) 70,33 76,17 77,83 65,67 71,17 76,50 75,83 75,00 71,83 71,00 72,00 77,00 73,00 76,33 76,17 81,17 78,17 81,67 76,17 75,83 78,67 79,83 77,67
171 71,23 70,76 63,94 63,53 67,19 66,14 72,34 68,93 70,29 74,37 70,31 70,25 66,30 73,73 74,69 73,40 78,09 72,38 76,31 77,80 87,50 84,13 85,27
(8) 57,96 59,79 61,09 60,32 60,00 60,60 54,23 61,14 59,50 60,43 61,15 60,73 61,09 59,89 60,72 59,57 59,98 54,99 63,53 58,42 64,46 62,64 60,41
(9) 66,51 68,91 67,62 63,17 66,12 67,75 67,47 68,35 67,21 68,60 67,82 69,33 66,79 69,99 70,53 71,38 72,08 69,68 72,00 70,69 76,87 75,53 74,45
_{_10) 21 12 17 23 22 16 18 14 19 13 15 11 20 9 8 6 4 10 5 7 1 2 3
(11) 1,28 1,74 5,64 5,76 6,61 1,17 1,13 0,83 0,45 3,42 4,52 0,98 0,99 2,26 0,57 3,45 0,87 0,80 1,61 4,16 1,06 3,38 2,59
618,33
73,67
73,07
59,70
68,81
23
2,09
594,68
65,67
63,53
54,23
63,17
81,67
87,50
64,46
76,87
638,92
~
0"'1
147
Lampiran 6. Pelayanan pada instalasi rawat jalan dan rawat inap RSUD A. Makkasau
Keterangan: A ; B : Pelayanan Rawat Jalan C : Pelayanan Poliklinik Spesialistik
D
: Pelayanan Poliklinik umum
E F
: Pelayanan Penunjang Medis : Pelayanan Rawat lnap
148
Lampiran 6. Jenis pelayanan penunjang medik pada RSUD A. Makkasau
A Pelayanan Laboratorim
B. Pelayanan Radiologi
C. Rehabilitasi Medis
Lampiran 6. Sarana dan prasarana gedung RSUD A. Makkasau
a. Gedung lnstalasi Rawat Darurat
b. Gedung lnstalasi Rawat lnap