AMPUL Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba.(Lachman hal.1254) Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi apakah fisik, kimia, mikrobiologis. (Lachman hal 1292) Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt hal. 464) Ampul merupakan wadah takaran tunggal sehingga penggunaannya untuk satu kali injeksi. Ampul dibuat dari bahan gelas
tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara dalam keadaan: 1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal 2. Tidak perlu isotonis 3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 % 4. Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi Injeksi telah digunakan untuk pertama kalinya pada manusia sejak tahun 1660, meskipun demikian perkembangan pertama injeksi semprot baru berlangsung pada tahun 1852, khususnya pada saat dikenalkannya ampul gelas, untuk mengembangkannya bentuk aplikasi ini lebih lanjut. Ampul gelas secara serempak dirumuskan oleh apoteker LIMOUSIN (Perancis) dan FRIEDLAENDER (Jerman) pada tahun 1886. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak bisa diberikan karena bahaya hambatan pembuluh kapiler. Suspensi air, minyak dan larutan minyak biasanya tidak dapat diberikan secara subkutan, karena akan timbul rasa sakit dan iritasi. Jaringan otot mentolerasi minyak dan partikel-partikel yang tersuspensi cukup baik, di dalam minyak sehingga jaringan tersebut merupakan satu-satunya rute yang biasanya cocok untuk minyak dan suspensi dalam minyak. Persyaratan dalam larutan injeksi :
Kerja optimal dan sifat tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan berikut terpenuhi : - Sesuainya kandungan bahan obat yang dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya. - Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya antaraksi antarbahan obat dan material dinding wadah. - Tersatukan tanpa terjadinya reaksi. Untuk beberapa faktor yang paling menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas pelarut yang secara fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang. Intravena Merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis. Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen. Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemerian lewat IV. Syarat pemerian obat secara IM : 1. dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air lebih cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak. 2. dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam otot rangka
3. tempat penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf- syaraf utama dan pembuluh-pembuluh darah utama. 4. pada orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan utnuk suntik IM, adalah seperempat bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi, daerah glutel sempit dan komponen utama adalah lemak, Bukan otot 5. tempat suntikan lebih baik dibagian atas atau bawah deltoid, karena lebih jauh dari syaraf radial. 6. Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5 mili, bila disuntuikan didaerah glutel dan 2 ml bila di deltoid. Injeksi Antibiotik untuk Meningitis Meningitis merupakan peradangan meningen biasanya disebabkan bakteri atau virus.Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah antara lain : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis antara lain: virus coxsackie, virus gondongan dan virus koriomeningitis limfositik. Ampisilin merupakan salah satu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati meningitis. Penggunaanya biasa dikombinasi dengan sulbaktam untuk meningkatkan aktivitas nya. Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr – 3gr kombinasi antara ampisilin dengan sulbaktam dengan perbandingan 2:1. berdasarkan literatur 375 mg kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul rekonstitusi karena ampisilin tidak stabil pada air pada waktu yang lama. Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk kering yang baru dirubah menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat sebelum digunakan. Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti
antibiotik tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi. Suspensi kering dibuat dengan granulasi maupun tanpa granukasi. Granulasi adalah suatu metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir serbuk. Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya : 1. Dalam bentuk dan warana yang sedapat mungkin teratur 2. Memiliki sifat alir yang baik 3. Tidak terlalu kering 4. Hancur baik dalam air 5. Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan Injeksi Antiasma Asma adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril kronis yang disertai serangan sesak napas akut secara berkala mudah tersengal-sengal dan batuk (dengan bunyi khas). Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah pada malam hari dan meningkatkan ambang rangsang (hiperreaktivitas) bronchi terhadap rangsangan alergis maupun non alergis. Aminofilin digunakan sebagai antiasma golongan beta2-mimetika yang mempunyai indikasi sama dengan teofilin sebagai bronkodilator. Pada bronkospasme yang akut aminofilin diberikan melalui intravena secara injeksi atau infuse. (Obat-Obat Penting) Injeksi Aminofilin
Teofilin secara langsung merelaksasi otot polos pada saluran pernafasan, menyebabkan bronkodilatasi serta meningkatkan sirkulasi pernafasan dan kapasitas vital paru-paru. Injeksi Amikasin Amikasin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang memiliki khasiat untuk mengatasi basil gram negatif terutama Pseudomonas. Zat ini terutama digunakan untuk terapi singkat pada infeksi yang resisten terhadap aminoglikosida lain. Injeksi Antihipertensi Golongan Beta – Bloker Propanolol HCl adalah bentuk garam dari Propanolol yang lebih mudah larut dalam air. Memiliki khasiat sebagai anti hipertensi (βblocker) yang digunakan secara intra vena (i.v). Propanolol HCl merupakan obat antiaritmia dari kelas II β-bloker. Propanolol HCl memperlihatkan dua efek langsung lain yang berkaitan dengan efek antiaritmia, yaitu meningkatkan arus masuk ion K+ dan pada kadar yang tinggi menekan arus masuk ion Na + yang dikenal sebagai efek stabilitas membran. Dalam keadaan darurat, propanolol dapat diberikan secara intravena dengan dosis 1-3 mg diberikan dalam beberapa menit. (farmakologi dan terapi hal 308). Injeksi Vitamin C Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi tertentu seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c dibuat dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular, walaupun pemmberian secara IM akan meninggalkan rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat IV. Injeksi Atropin Sulfat
Injeksi atropin sulfat adalah larutan steril atropine sulfat dlam air untuk injeksi yang telah dibuat isotonic dengan penambahan NaCl (FI IV hal 117). Persyaratan : Mengandung atropine sulfat (C17H23NO3)2.H2SO4.H20 , tidak kurang dari 93,0 % dan tidak lebih dari 107,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. Farmakologi : Pengaruh atropine sulfat terhadap jantung bifasik, atropine juga dapat menghambat bradikardia, yang ditimbulkan oleh obat kolinergik. Atropine tidak mempengaruhi tekanan darah secara langsung. Atropine juga ttidak berefek terhadap sirkulasi darah bila diberikan sendiri. Injeksi Oxytocin (Intramuskular) Oksitosin (ŏk'sĭ-tō'sĭn) (bahasa Yunani: "kelahiran cepat") adalahhormon pada manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran. Injeksi oksitosin adalah larutan steril dalam pelarut yang sesuai, bahan yang mengandung hormon polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan kontraksi otot rahim, otot vaskular, dan otot halus lain, yang dibuat dengan sintesis atau diperoleh dari globus posterior kelenjar pituitaria hewan peliharaan sehat yang biasa dimakan. Injeksi Ampicilin Salah satu zat aktif yang dapat dibuat kedalam sediaan injeksi adalah ampisillin. Ampisillin merupakan suatu antibiotik. Umumnya injeksi ampisillin diberikan melalui rute intravena (i.v) atau melalui rute intramuskular (i.m). Efek yang dihasilkan secara intravena lebih cepat bila dibandingkan dengan pemberian secara intramuskular. Pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat. Rute ini diberikan jika penderita tidak sadarkan diri, tidak dapat menerima obat melalui oral atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian lain.
Injeksi Vitamin A ( Intramuscular ) Vitamin A, dikenal dengan nama Retinol atau Asam Retinoik.Vitamin A adalah salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Molekul lemak pulalah yang mengantarkan vitamin ini ke seluruh bagian tubuh. Artinya bila kita tidak mengkonsumsi lemak sama sekali, maka kita tidak bisa mendapatkan manfaat vitamin tersebut Mengingat bahwa tubuh kita tidak bisa memproduksi vitamin A, maka satu-satunya cara adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A. Vitamin ini bisa didapat dari makanan yang berasal dari hewan maupun dari tumbuhan. Sebenarnya bukan vitamin A yang dikandung sayuran tersebut, tapi beta karoten. Beta karoten inilah yang kemudian diubah tubuh menjadi vitamin A. Vitamin A sangat berguna untuk penglihatan, terutama di malam hari. Juga bermanfaat untuk kekebalan tubuh, pembentukan dan pemeliharaan sel-sel kulit, saluran pencernaan dan selaput kulit. Meski tak banyak orang yang tahu, vitamin A sebenarnya ikut mempengaruhi pertumbuhan gigi dan tulang belulang yang sehat. Vitamin A dibuat dalam bentuk sediaan injeksi dan digunakan oleh pasien yang memerlukan efeknya secara cepat. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Injeksi Epinefrin HCl Zat aktif yang digunakan adalah kortison, tetapi dikarenakan zat tersebut sukar larut dalam pelarut air, maka digunakan bentuk garamnya sebagai zat aktif yaitu, hidrokortison Na asetat, dengan dosis yang digunakan adalah 100mg/hari. Dan proses sterilisasi secara aseptis. Pada injeksi ini digunakan pemakaian dosis ganda, sehingga diperlukan penambahan pengawet. Karena dalam pengambilannya selalu berulang sehingga kemungkinan terkontaminasi dengan udara
sangat mudah. Pengawet yang digunakan yaitu Benzalkonium klorida yang berfungsi sebagai anti mikrobal. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Tidak perlu pengawet, karena merupakan takaran tunggal 2. Tidak perlu isotonis, kecepatan untuk subkengan udara panas suhuutan dan i.v volume besar 3. Tidak perlu dapar untuk mempertahankan stabilitas pHnya. Dicari cara sterilisasi yang sama, jika pH yang lewat asam, basa itu dikhawatirkan bila tidak ada dapar. Misalnya pH 5/9 sebaiknya didapar 4. Isi melalui buret, dimana ujungnya disterilkan dulu dengan alkohol 70% dengan kapas 5. Bilas buret dengan larutan obat sebelum diisi Injeksi Propanolol (Intravena) Propanolol HCl merupakan obat antiaritmia dari kelas II β-bloker. Propanolol HCl memperlihatkan dua efek langsung lain yang berkaitan dengan efek antiaritmia, yaitu meningkatkan arus masuk ion K+ dan pada kadar yang tinggi menekan arus masuk ion Na +yang dikenal sebagai efek stabilitas membran. Dalam keadaan darurat, propanolol dapat diberikan secara intravena dengan dosis 1-3 mg diberikan dalam beberapa menit. (farmakoligi dan terapi hal 308) Injeksi Digoksin ( Intravena ) Injeksi Digoxin adalah larutan steril digoksin dalam pelarut yang sesuai. Digoksin merupakan glikosida kardiotonik yang diperoleh dari daun Digitalis lanata. Digoksin, manfaatnya pada gagal jantung kongestif terutama karena efek peningkatan kontraktilitas jantung, sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena berkurang dan akan mengurangi gejala bendungan. Selain itu juga menyebabkan perlambatan denyut ventrikel dan fibrilasi dan flutter atrium, namun pada dosis toksik dapat menimbulkan aritmia.
Injeksi digoksin dibuat dalam bentuk suspensi, karena digoksin merupakan zat aktif yang tidak larut dalam air. Agar larut dan stabil maka digunakan zat tambahan yaitu suspending agent. Suspending agent yang digunakan adalah CMC Na (Carboxymetylcellulosa natrium) dengan konsentrasi 0,05 – 0,75 %, digunakan dalam konsentrasi yang rendah agar dapat bercampur dengan darah dan tidak menghambat aliran darah. Zat pengisotonis tidak digunakan dalam sediaan ini karena voleme sediaan kecil yaitu 1 ml. Zat pengawet juga tidak digunakan karena sediaan ini merupakan dosis tunggal. Sebelum dicampur dengan suspending agent, digoksin digerus terlebih dahulu agar ukuran partikelnya lebih kecil dan seragam sehingga lebih mudah terdispersi dan tidak mengendap ketika digunakan. Rute pemberian adalah secara intravena yang menimbulkan efek lebih cepat daripada intramuscular atau subcutan karena digoksin merupakan obat jantung yang efeknya harus cepat selain itu pemberian intramuscular dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan nekrosis. Injeksi Diazepam ( Intravena ) Diazepam merupakan obat golongan anastesi umum yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Diazepam dibuat dalam bentuk sediaan injeksi yang ditujukan dalam keadaan darurat katrena dapat mencapai efek yang cepat. Injeksi Strikinin NO3 ( Intravena ) FARMAKOLOGI Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmitor penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan pasca sinaps. Striknin menyebabkan perangsangan pada semua bagian SSP. Obat ini merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Sifat khas yang lainnya dari kejang striknin ialah kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan perabaan. Injeksi Vitamin D ( Intravena )
Salah satu zat aktif yang dapat digunakan pada sediaan injeksi adalah vit.D. dalam praktikum ini akan dibuat sediaan injeksi yang mengandung calcitriol yaitu 1,25- dihidroksikolekalsiferol yang merupakan analog dari vitamin D.injeksi calcitriol adalah larutan obat steril dan isotonis yang mempunyai pH mendekati 7, berkhasiat sebagai hipokalsemia. Injeksi Klopromazin (Intramuscular) Injeksi klorpromazin adalah sediaan larutan steril yang mengandung klorpromazin hidroklorida dalam air injeksi (British Pharmacopeia 2007, hal. 2419) yang diberikan melalui rute intramuskular (BNF 37, hal169). Injeksi Hidrokortison Pemberian hidrokortison bertujuan untuk memperbaiki kekurangan akibat insufisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal sendiri (insufisiensi primer) atau hipofisis (insufisiensi sekunder). Hidrokortison juga diberikan pada pasien reumatoid yang sifatnya progesif, dengan pembengkakan dan nyeri sendi yang hebat sehingga mengganggu sosio-ekonomi pasien, meskipun telah diberikan istirahat, terapi fisik, dan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid. Hidrokortison bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel jaringan dan membentuk kompleks reseptorsteroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi traskripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologik steroid. (Farmakologi dan terapi ed 4 hal 485, 496) Injeksi Gagal Jantung (Intravena) Digoksin adalah glikosida jantung yang diekstraksi dari daun Digitalis lanata. Pengaruh glikosida jantung terhadap otot jantung tergantung dosis dan berupa efek langsung terhadap otot jantung serta sistem
konduksi dan efek tidak langsung terhadap sistem kardiovaskuler yang dihantarkan melalui sistem saraf otonom Injeksi Hipoglikemia Injeksi hipoglikemia adalah injeksi yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah. Biasanya digunakan pada penderita yang mengalami kelebihan gula darah. Keadaan ini biasanya disebut dengan diabetes. Antidiabetik merupakan kelompok obat yang digunakan dalam pengobatan diabetes mellitus (DM) dan dibedakan atas insulin dan antidiabetik oral. Insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi dari pankreas babi maupun sapi tetapi kini telah dapat disintesis dengan teknologi rekombinan DNA menggunakan E.coli. Berdasarkan mula dan lama kerjanya jenis insulin dibedakan atas : 1. Insulin kerja singkat (short acting) disebut juga soluble, regular insulin 2. Insulin kerja sedang (intermediate acting) 3. Insulin kerja sedang dengan mula kerja singkat 4. Insulin kerja lama (long acting) Insulin diberikan subkutan dengan tujuan mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal sepanjang hari yaitu 80-120 mg% dan saat puasa 80-160 mg% setelah makan. Untuk usia di atas 60 tahun, batas ini lebih tinggi yaitu puasa kurang dari 150 mg% dan kurang dari 200 mg% seteleh makan. Dosis dan frekuensi penyuntikan ditentukan berdasarkan kebutuhan setiap pasien akan insulin, oleh karena itu pasien harus diajarkan memantau kadar gula darahnya sendiri. Injeksi Anti Radang – Anti Rematik Dexamethason mempunyai kegunaan sebagai anti inflamasi. Dexamethason dibuat sediaan injeksi karena untuk mendapatkan efek
yang lebih cepat. Wadah yang digunakan berbentuk ampul karena sediaan injeksi dexamethason merupakan sediaan dosis tunggal dimana pemakaiannya hanya untuk satu kali. Pengawet harus ditambahkan untuk menjaga tumbuhnya mikroba sehingga sterilitas tetap terjaga. Injeksi Teofilin - Aminofilin merupakan kompleks 2:1 dari Teofilin dan etilendiamin (Handbook on Injectabe hal 85) - Teofilin sebagai z.a untuk antiasma - Etilendiamin digunakan agar terbentuk kompleks aminofilin yang mudah larut dalam air - Bentuk pemberian adalah injeksi iv yang digunakan dalam wadah dosis tunggal ampul - Tidak perlu ditambahkan pengawet karena sediaan dalam wadah dosis tunggal - Sterilisasi akhir dengan autoklaf karena zat tetap stabil pada pemanasan tinggi http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/pendahuluan-ampul.html
TINJAUAN BAHAN EPHEDRIN NAMA GENERIK Ephedrin NAMA KIMIA Benzenemethanol, α-[1-(methylamino)ethyl] .1 STRUKTUR KIMIA C10H15NO GB STRUKTUR KIMIA 293 SIFAT FISIKOKIMIA Efedrin anhidrat, putih, serbuk kristal atau kristal tidak berwarna, larut dalam air, sangat mudah larut dalam alkohol, mudah larut dalam alkohol, mudah larut dalam eter.1 SUB KELAS TERAPI Syok, obat untuk KELAS TERAPI Kardiovaskuler DOSIS PEMBERIAN OBAT Jika digunakan secara oral sebagai bronkodilator ( dalam kombinasi tetap dengan ekspektoran) atau sebagai dekongestan, nasal, dosis lazim dewasa 25-50 mg setiap 3-4 jam jika diperlukan. Dalam pengobatan sendiri sebagai bronkodilator ( dalam kombinasi tetap dengan ekspektoran) untuk dewasa dan anak > 12 tahun, dosis lazim adalah 12,5-20 mg setiap 4 jam, tidak lebih dari 150 mg dalam 24 jam. Untuk pemakaian oral sebagai bronkodilator untuk anak > 2 tahun, efedrin diberikan pada dosis 2-3 mg/kg atau 100 mg/m2 setiap hari dalam 4-6 dosis terbagi ( misalnya 0,3- 0,5 mg/kg setiap 4 jam). Sebagai alternatifnya, untuk penggunaannya sebagai bronkodilator pada anak 6-12 tahun, Dosis oral 6,25 - 12,5 mg setiap 4 jam, tidak lebih dari 75 mg dalam 24 jam. Pemakaian efedrin pada anak < 12 tahun harus dibawah pengawasan dokter. Penggunaan efedrin secara parenteral untuk mengurangi bronkospasma, akut, parah, dosis efektif yang paling rendah ( biasanya 12,5 - 25 mg). Dosis selanjutnya disesuaikan dengan respon pasien. Dosis lazim dewasa untuk pemberian IM adalah : 25 -50 mg ( range 10- 50 mg). Jika masih dibutuhkan, pemberian dosis kedua sebesar 50 mg IM atau dosis 25
mg IV. Untuk pemberian IV injeksi langsung, dosis 5 -25mg dapat diberikan secara perlahan. Jika diperlukan, untuk mendapat dosis respon yang diinginkan, dosis tambahan IV yang diperlukan dapat diberikan dalam waktu 5 - 10 menit. Dosis dewasa parenteral tidak melebihi 150 mg dalam 24 jam. Anak-anak dapat menerima 2-3 mg/kg atau 67-100 mg/m2 secara subkutan, IM atau IV setiap hari dalam 4 -6 dosis terbagi.3 FARMAKOLOGI Absorpsi : secara cepat dan sempurna diserap setelah diminum, IM atau pemberian melalui injeksi. Bronchodilatasi terjadi dalam waktu 15-60 menit setelah pemberian oral obat dan nampak tetap ada selama 2-4 jam. Lamanya pressor dan reaksi jantung tehadap ephedrin adalah 1 jam setelah aturan 10-25 mg atau IM atau pemberian injeksi 25-50 mg dan sampai 4 jam setelah obat 15-50 mg diminum. Distribusi : ephedrin memasuki plasenta dan menyebar ke air susu. Eliminasi : jumlah kecil dimetabolisme lambat dalam hati oleh oxidative deamination, demethylation, aromatic hydroxylation dan konjugasi. Ephedrin dan metabolitnya disekresi dalam urin. tingkat eksresi urin dari obat dan metabolitnya tergantung pada pH urin.3 STABILITAS PENYIMPANAN Lindungi semua bentuk sediaan dari cahaya.4 KONTRA INDIKASI Sangat sensitif terhadap efedrin atau komponen formulasi, aritmia, glaukoma, sudut tertutup penggunaan bersama dengan agen simpatomimetik.4 EFEK SAMPING Kardiovaskular : Aritmia, nyeri dada, depresi pada tekanan darah, hipertensi, palpitasi, takikardia, pucat yang tidak biasa. SSP : agitasi, kecemasan, efek menstimulasi SSP, pening, eksitasi ketakutan, hiperaktivitas, insomnia, irritabilitas, gugup, tidak bisa istirahat. Gastrointestinal : anoreksia, gangguan lambung, mual, muntah, xerostamia. Neuromaskular dan skletal: tremor, lemah. Pernapasan : dyspnea. 4 INTERAKSI MAKANAN Tumbuhan/ Nutraceutikal : Hindari ephedra, yohimbe( mungkin dapat menyebabkan stimulasi SSP.4
INTERAKSI OBAT Meningkatkan efektoksisitas : Meningkatkan toksisitas pada jantung dengan agen simpatomimetik, teofilin glikosida jantung, atau anastesi umum. Meningkatkan tekanan darah jika digunakan bersamaan dengan atropin atau penghambat MAO. Menurunkan efek pemblok α dan β adrenergik menurunkan efek vasopresor ephedrin.4 PENGARUH ANAK Tidak ada dat PENGARUH HASIL LAB Menyebabkan amfetamin - positif palsu pada pemeriksaan dengan metode EMIT.4 PENGARUH KEHAMILAN Faktor risiko C PENGARUH MENYUSUI ephedrin didistribusikan pada susu. PARAMETER MONITORING Pada pemberian larutan injeksi : monitor tekanan darah dan denyut nadi.4 BENTUK SEDIAAN kapsul : 25mg injeksi : 50 mg/mL l PERINGATAN penurunan volume darah harus dikoreksi sebelum memulai pengobatan dengan ephedrin, digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan mengalami gejala vasomotor tidak stabil; diabetes, hiperthyroidisme, prostatic hyperplasia, riwayat serangan jantung atau agen sympathomimetik lainnya. Juga digunakan hati-hati pada usia lanjut dan pasien-pasien yang mengalami gangguan kardiovaskular seperti penyakit arteri koroner, aritmia, dan hipertensi. Ephedrin bisa menyebabkan hipertensi.4 KASUS TEMUAN Tidak ada data INFORMASI PASIEN Tidak ada data MEKANISME AKSI Melepaskan simpanan jaringan epinepherin sehingga menghasilkan adrenergic; kerja lebih lama dan kurang manjur daripada epinephrine.2
MONITORING Tidak ada data DAFTAR PUSTAKA 1. Martindale, 34th edition halaman 1120-1121 2. MIMS 2007 halaman 99 3. AHFS, Drug Information 2005 halaman 1276-1281 4. Drug Information Handbook 17th ed halaman 550-551. {BOTTOM} http://www.informasiobat.com/ephedrin
DESCRIPTION Ephedrine Sulfate Injection, USP is a sterile, nonpyrogenic solution containing ephedrine sulfate 50 mg/mL in water for injection. It is administered by subcutaneous, intramuscular or intravenous injection as an adrenergic agent. The solution contains no bacteriostat, antimicrobial agent or added buffer. The pH is 5.3 (4.5 to 7.0). The osmolar concentration of the 5% solution is 0.35 mOsmol/mL (calc.). Ephedrine Sulfate, USP is a sympathomimetic amine chemically designated α-[1-(methylamino) ethyl] benzenemethanol sulfate (2:1)(salt). It has the following structural formula:
CLINICAL PHARMACOLOGY Therapeutic doses of ephedrine produce mainly relaxation of smooth muscle and, if norepinephrine stores are intact, cardiac stimulation and increased systolic and usually increased diastolic blood pressure. Its vasopressor effect results largely from increased cardiac output and to a lesser extent from peripheral vasoconstriction. Pressor
responses to parenteral ephedrine are slower but more prolonged than those produced by epinephrine. Ephedrine stimulates both alpha and beta receptors and its peripheral actions are due partly to norepinephrine release and partly to direct effect on receptors. Ephedrine may deplete norepinephrine stores in sympathetic nerve endings, so that tachyphylaxis to cardiac and pressor effects of the drug may develop. Central nervous system effects are similar to those of amphetamine drugs but less pronounced. The central effects of ephedrine are overshadowed to a large extent by its peripheral actions. Glycogenolysis in the liver is increased by ephedrine but not as much as by epinephrine; usual doses of ephedrine are unlikely to produce hyperglycemia. Ephedrine increases oxygen consumption and metabolic rate as a probable result of central stimulation. Ephedrine is rapidly and completely absorbed following parenteral injection. Pressor and cardiac responses to ephedrine persist for one hour following intramuscular or subcutaneous administration of 25 to 50 mg. Small amounts of ephedrine are slowly metabolized in the liver; metabolites have been identified as p-hydroxyephedrine, phydroxynorephedrine, norephedrine, and conjugates of these compounds. The drug and its metabolites are excreted in the urine, mostly as unchanged ephedrine. Rate of urinary excretion is dependent on urinary pH. Percentage excretion of the drug and its metabolites is increased by acidification of the urine. Elimination half-life of the drug has been reported to be about three hours when the urine is acidified to pH 5 and about six hours when urinary pH is 6.3. INDICATIONS AND USAGE Ephedrine Sulfate Injection, USP is indicated primarily to counteract the hypotensive effects of spinal or other types of nontopical conduction anesthesia. It is also useful as a pressor agent in hypotensive states following sympathectomy, or following overdosage with ganglionic-blocking agents, antiadrenergic agents, veratrum alkaloids or other drugs used for lowering blood pressure in the treatment of arterial hypertension. The drug is sometimes injected
to relieve acute bronchospasm, but it is less effective than epinephrine for this purpose. CONTRAINDICATIONS Ephedrine is contraindicated in patients with known hypersensitivity to sympathomimetic amines and in patients with angle closure glaucoma. It should not be used in patients anesthetized with agents such as cyclopropane or halothane as these agents may sensitize the heart to the arrhythmic action of sympathomimetic drugs. Ephedrine should not ordinarily be used in those cases where vasopressor drugs may be contraindicated, e.g., in thyrotoxicosis, diabetes, in obstetrics when maternal blood pressure is in excess of 130/80 and in hypertension and other cardiovascular disorders. WARNINGS Ephedrine may cause hypertension resulting in intracranial hemorrhage. Ephedrine may induce anginal pain in patients with coronary insufficiency or ischemic heart disease. The drug also may induce potentially fatal arrhythmias in patients with organic heart disease or who are receiving drugs that sensitize the myocardium. See CONTRAINDICATIONS. Initially, parenterally administered ephedrine may produce constriction of renal blood vessels and decreased urine formation. PRECAUTIONS Ephedrine Sulfate Injection, USP is subject to oxidation and should be protected against exposure to light. Do not administer unless solution is clear and seal is intact. Discard unused portion. Ephedrine should be used cautiously in patients with hyperthyroidism, hypertension, heart disease (including coronary insufficiency, angina pectoris and patients receiving digitalis), cardiac arrhythmias, diabetes or unstable vasomotor system. All vasopressors should be used cautiously in patients taking monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Ephedrine should not be administered concomitantly with other sympathomimetic drugs because of possible additive effects and increased toxicity.
Alpha-adrenergic blocking agents may reduce the vasopressor response to ephedrine by causing vasodilation. Beta-adrenergic blocking drugs may block the cardiac and bronchodilating effects of ephedrine. Administration of ephedrine to patients receiving anesthesia with cyclopropane or halogenated hydrocarbons such as halothane which sensitize the myocardium, may induce cardiac arrhythmia. (See CONTRAINDICATIONS). Use of a pressor drug with less cardiac stimulating effects should be considered in patients receiving myocardial sensitizing anesthetics. When encountered, such arrhythmias may respond to administration of a beta-adrenergic blocking drug. Ephedrine also should be used cautiously with other drugs (e.g., digitalis glycosides) that sensitize the myocardium to the actions of sympathomimetic agents. Drugs such as reserpine and methyldopa which reduce the amount of norepinephrine in sympathetic nerve endings may reduce the pressor response to ephedrine. Diuretic agents also may decrease vascular response to pressor drugs such as ephedrine. Ephedrine may antagonize the neuron blockade produced by guanethidine resulting in decreased anti-hypertensive effect and requiring increased dosage of the latter. Pregnancy Category C Animal reproduction studies have not been conducted with ephedrine. It is also not known whether ephedrine can cause fetal harm when administered to a pregnant woman or can affect reproduction capacity. Ephedrine should be given to a pregnant woman only if clearly needed. Labor and Delivery Parenteral administration of ephedrine to maintain blood pressure during low or other spinal anesthesia for delivery can cause acceleration of fetal heart rate and should not be used in obstetrics when maternal blood pressure exceeds 130/80. See CONTRAINDICATIONS.
Pediatric Use The safety and effectiveness of Ephedrine has not been established. Its limited use in pediatric patients has been inadequate to fully define the proper dosage and limitations of use. ADVERSE REACTIONS Acute toxic effects are usually extensions of the therapeutic actions of the drug and are most often due to overdosage. Excessive doses may cause a sharp rise in blood pressure sufficient to produce cerebral hemorrhage. Other effects (usually transient) include headache, restlessness, anxiety, tension, tremor, weakness, dizziness, confusion, delirium hallucinations, pallor, respiratory difficulty, palpitation, sweating, nausea or vomiting. Repeated injections may cause contraction of the bladder sphincter and interfere with voluntary urination. The possibility of urinary retention, especially in the elderly male, should be kept in mind. DRUG ABUSE AND DEPENDENCE None known with parenteral form. OVERDOSAGE Continued injections of ephedrine (after depletion of norepinephrine from the nerve endings with loss of vasopressor effect) may result in hypotension more serious than that existing prior to the use of ephedrine. In the absence of norepinephrine depletion, excessive parenteral dosage produces tachycardia, exaggerated rise in blood pressure, and possible cerebrovascular bleeding, plus central nervous system effects. In the event of adverse blood pressure effects, the drug should be stopped and appropriate corrective measures instituted. See ADVERSE REACTIONS. DOSAGE AND ADMINISTRATION Depending on the clinical circumstances, Ephedrine Sulfate Injection may be given subcutaneously, intramuscularly or intravenously. Usual adult dose: 25 to 50 mg (range 10 to 50 mg) injected subcutaneously or intramuscularly (equivalent to 0.2 to 1.0 mL of 5% solution) is usually adequate to prevent or minimize hypotension secondary to spinal anesthesia. Repeat doses should be governed by blood pressure response or, if used as a bronchodilator, according to
the degree of improvement. Absorption (onset of action) by the intramuscular route is more rapid (within 10 to 20 minutes) than by subcutaneous injection. The intravenous route may be used if an immediate effect is desired. When used during labor, administer only sufficient dosage to maintain blood pressure at or below 130/80. In acute attacks of asthma, the smallest effective dose should be used (usually 0.25 to 0.5 mL) or as otherwise determined by the patient's response. Usual pediatric dose: 750 micrograms per kg of body weight or 25 mg/M2 of body surface injected intravenously or subcutaneously, four times daily or as otherwise determined by the patient's response. Parenteral drug products should be inspected visually for particulate matter and discoloration prior to administration, whenever solution and container permit. See PRECAUTIONS. HOW SUPPLIED Ephedrine Sulfate Injection, USP (50 mg/mL) is supplied as follows: SINGLE DOSE VIAL NDC Number Volume 66758-008-011 mL fill in 2 mL vial 66758-008-021 mL fill in 2 mL vial, 25 × 2 mL Store at controlled room temperature 15° to 30°C (59° to 86°F). Caution: Federal (USA) law prohibits dispensing without prescription. For Sandoz Inc. Customer Service, call 1-800-525-8747. Manufactured for: SANDOZ Princeton, NJ 08540 L-029-00 Package Label - Principal Display Panel - 50 mg Carton SANDOZ
25 × 2 mL Vials NDC 66758-008-02 Ephedrine Sulfate Injection, USP 50 mg/mL 1 mL fill in a 2 mL Vial Single Dose Vial Preservative Free Rx only KETERANGAN Efedrin Sulfat Injeksi , USP adalah steril , larutan yang mengandung efedrin sulfat nonpyrogenic 50 mg / mL dalam air untuk injeksi . Hal ini dikelola oleh subkutan , intramuskular atau injeksi intravena sebagai agen adrenergik . Solusinya tidak mengandung bacteriostat , agen antimikroba atau buffer ditambahkan. PH adalah 5,3 ( 4,5-7,0 ) . The osmolar konsentrasi larutan 5 % adalah 0,35 mOsmol / mL ( calc. ). Efedrin Sulfat , USP adalah amina simpatomimetik kimia ditunjuk α [ 1 - ( metilamino ) etil ] benzenemethanol sulfat ( 2:1) ( garam ) . Ini memiliki rumus struktur berikut : Struktur kimia FARMAKOLOGI KLINIS Dosis terapi efedrin memproduksi terutama relaksasi otot polos dan , jika toko norepinefrin utuh , stimulasi jantung dan peningkatan sistolik dan biasanya meningkatkan tekanan darah diastolik . Its hasil efek vasopressor sebagian besar dari peningkatan cardiac output dan pada tingkat lebih rendah dari vasokonstriksi perifer . Respon pressor untuk efedrin parenteral lebih lambat tapi lebih lama daripada yang dihasilkan oleh epinefrin . Efedrin menstimulasi reseptor alfa dan beta dan tindakan perifer yang disebabkan sebagian untuk rilis norepinefrin dan sebagian untuk efek langsung pada reseptor . Efedrin dapat menguras toko norepinephrine di ujung saraf simpatis , sehingga tachyphylaxis efek jantung dan pressor obat dapat
berkembang . Central efek sistem saraf yang mirip dengan obat amfetamin tapi kurang diucapkan . Efek sentral efedrin dibayangi untuk sebagian besar oleh tindakan perifer . Glikogenolisis di hati meningkat dengan efedrin tetapi tidak sebanyak dengan epinefrin , dosis biasa efedrin tidak mungkin untuk menghasilkan hiperglikemia . Efedrin meningkatkan konsumsi oksigen dan tingkat metabolisme sebagai akibat kemungkinan stimulasi pusat. Efedrin dengan cepat dan benar-benar diserap setelah penyuntikan parenteral . Respon pressor dan jantung untuk efedrin bertahan selama satu jam setelah intramuskular atau subkutan dari 25 sampai 50 mg . Sejumlah kecil efedrin secara perlahan dimetabolisme di hati , metabolit telah diidentifikasi sebagai p - hydroxyephedrine , p hydroxynorephedrine , norephedrine , dan konjugasi senyawa ini . Obat dan metabolitnya diekskresikan dalam urin , terutama sebagai efedrin tidak berubah . Tingkat ekskresi urin tergantung pada pH kemih . Ekskresi Persentase obat dan metabolitnya meningkat dengan pengasaman urin . Penghapusan paruh obat telah dilaporkan menjadi sekitar tiga jam ketika urin diasamkan sampai pH 5 dan sekitar enam jam ketika pH urin adalah 6.3 . INDIKASI DAN PENGGUNAAN Efedrin Sulfat Injeksi , USP diindikasikan terutama untuk melawan efek hipotensi jenis tulang belakang atau lainnya nontopical konduksi anestesi . Hal ini juga berguna sebagai agen pressor dalam keadaan hipotensi setelah simpatektomi , atau mengikuti overdosis dengan ganglionic -blocking agen, agen antiadrenergik , alkaloid veratrum atau obat lain yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada pengobatan hipertensi arteri . Obat ini kadang-kadang disuntikkan untuk meredakan bronkospasme akut, tetapi kurang efektif dibandingkan epinefrin untuk tujuan ini .
KONTRAINDIKASI Efedrin merupakan kontraindikasi pada pasien yang diketahui hipersensitif terhadap amina simpatomimetik dan pada pasien dengan glaukoma sudut tertutup . Ini tidak boleh digunakan pada pasien dibius dengan agen seperti siklopropana atau halotan sebagai agen ini dapat menyadarkan hati untuk tindakan arrhythmic obat simpatomimetik . Ephedrine tidak biasanya harus digunakan dalam kasus-kasus dimana obat vasopressor mungkin kontraindikasi , misalnya, dalam tirotoksikosis , diabetes , dalam kebidanan ketika tekanan darah ibu adalah lebih dari 130/80 dan hipertensi dan gangguan kardiovaskular lainnya . PERINGATAN Efedrin dapat menyebabkan hipertensi mengakibatkan perdarahan intrakranial . Efedrin dapat menyebabkan nyeri angina pada pasien dengan insufisiensi koroner atau penyakit jantung iskemik . Obat ini juga dapat menyebabkan aritmia fatal pada pasien dengan penyakit jantung organik atau yang menerima obat yang peka miokardium . Lihat KONTRAINDIKASI . Awalnya, efedrin diberikan parenteral dapat menghasilkan penyempitan pembuluh darah ginjal dan penurunan pembentukan urin . PENCEGAHAN Efedrin Sulfat Injeksi , USP tunduk terhadap oksidasi dan harus dilindungi dari paparan cahaya. Jangan mengelola kecuali solusi jelas dan segel masih utuh . Buang bagian yang tidak terpakai .
Ephedrine harus digunakan hati-hati pada pasien dengan hipertiroidisme , hipertensi, penyakit jantung (termasuk insufisiensi koroner , angina pectoris dan pasien yang menerima digitalis ) , aritmia jantung , diabetes atau sistem vasomotor tidak stabil . Semua vasopressor harus digunakan hati-hati pada pasien yang memakai oksidase ( MAO ) inhibitor monoamina . Ephedrine tidak boleh diberikan bersamaan dengan obat simpatomimetik lain karena efek aditif mungkin dan meningkatkan toksisitas . Alpha - adrenergic blocking agen dapat mengurangi respon vasopressor untuk efedrin dengan menyebabkan vasodilatasi . Obat beta-adrenergik blocking dapat memblokir efek jantung dan bronkodilatasi efedrin . Administrasi efedrin dengan pasien yang menerima anestesi dengan siklopropana atau hidrokarbon terhalogenasi seperti halotan yang peka miokardium , dapat menyebabkan aritmia jantung . ( Lihat KONTRAINDIKASI ) . Penggunaan obat pressor dengan efek stimulasi kurang jantung harus dipertimbangkan pada pasien yang menerima anestesi kepekaan miokard . Ketika ditemui , aritmia tersebut dapat menanggapi pemberian obat memblokir beta adrenergik . Efedrin juga harus digunakan secara hati-hati dengan obat lain ( misalnya , glikosida digitalis ) yang peka miokardium terhadap tindakan agen simpatomimetik . Obat-obatan seperti reserpin dan metildopa yang mengurangi jumlah norepinephrine di ujung saraf simpatis dapat mengurangi respon pressor untuk efedrin . Agen diuretik juga dapat menurunkan respon pembuluh darah terhadap obat pressor seperti efedrin .
Efedrin mungkin memusuhi blokade neuron yang diproduksi oleh guanethidine mengakibatkan penurunan efek anti -hipertensi dan membutuhkan peningkatan dosis kedua. Kehamilan Kategori C Penelitian reproduksi hewan belum dilakukan dengan efedrin . Hal ini juga tidak diketahui apakah efedrin dapat menyebabkan kerusakan janin bila diberikan kepada wanita hamil atau dapat mempengaruhi kapasitas reproduksi . Ephedrine harus diberikan kepada wanita hamil hanya jika jelas diperlukan. Tenaga Kerja dan Pengiriman Pemberian parenteral efedrin untuk menjaga tekanan darah selama anestesi spinal rendah atau lainnya untuk pengiriman dapat menyebabkan percepatan denyut jantung janin dan tidak boleh digunakan dalam kebidanan ketika tekanan darah ibu melebihi 130/80 . Lihat KONTRAINDIKASI . Gunakan Pediatric Keamanan dan efektivitas Efedrin belum ditetapkan . Penggunaannya yang terbatas pada pasien anak telah memadai untuk sepenuhnya menentukan dosis yang tepat dan keterbatasan penggunaan. EFEK SAMPING Efek toksik akut biasanya ekstensi dari tindakan terapeutik obat dan yang paling sering disebabkan oleh overdosis . Dosis berlebihan dapat menyebabkan peningkatan tajam dalam tekanan darah yang cukup untuk menghasilkan pendarahan otak . Efek lainnya ( biasanya bersifat sementara ) termasuk sakit kepala , gelisah , cemas, tegang , tremor , kelemahan , pusing, kebingungan , halusinasi delirium , pucat , kesulitan pernafasan , palpitasi , berkeringat , mual atau muntah . Suntikan berulang dapat menyebabkan kontraksi sfingter kandung kemih dan buang air kecil mengganggu sukarela . Kemungkinan
retensi urin , terutama pada pria lanjut usia , harus disimpan dalam pikiran . PENYALAHGUNAAN OBAT DAN KETERGANTUNGAN Tidak diketahui dengan bentuk parenteral . overdosis Suntikan lanjutan efedrin (setelah menipisnya norepinefrin dari ujung saraf dengan hilangnya efek vasopressor ) dapat menyebabkan hipotensi lebih serius dari itu ada sebelum penggunaan efedrin . Dengan tidak adanya norepinefrin deplesi , dosis parenteral berlebihan menghasilkan takikardia , kenaikan berlebihan dalam tekanan darah , dan perdarahan serebrovaskular mungkin, ditambah efek sistem saraf pusat . Dalam hal efek samping tekanan darah , obat harus dihentikan dan tindakan koreksi yang tepat dilembagakan . Lihat EFEK SAMPING . DOSIS DAN ADMINISTRASI Tergantung pada keadaan klinis, Efedrin Sulfat Injeksi dapat diberikan subkutan , intramuskular atau intravena . Dosis dewasa: 25 sampai 50 mg (kisaran 10 sampai 50 mg ) disuntikkan subkutan atau intramuskular ( setara dengan 0,2-1,0 mL larutan 5 % ) biasanya cukup untuk mencegah atau meminimalkan hipotensi sekunder untuk anestesi spinal . Ulangi dosis harus diatur oleh respon tekanan darah atau , jika digunakan sebagai bronkodilator , sesuai dengan tingkat perbaikan . Penyerapan ( onset kerja ) dengan rute intramuskular lebih cepat ( dalam waktu 10 sampai 20 menit ) dibandingkan dengan injeksi subkutan . Jalur intravena dapat digunakan jika efek langsung yang diinginkan . Ketika digunakan selama persalinan , mengelola hanya dosis yang cukup untuk menjaga tekanan darah pada atau di bawah 130/80 .
Dalam serangan asma akut , dosis terkecil yang efektif harus digunakan (biasanya 0,25-0,5 mL ) atau seperti yang ditentukan oleh respon pasien . Dosis pediatrik : 750 mikrogram per kg berat badan atau 25 mg/m2 dari permukaan tubuh disuntikkan intravena atau subkutan , empat kali sehari atau seperti yang ditentukan oleh respon pasien . Produk obat parenteral harus diperiksa secara visual untuk partikulat dan perubahan warna sebelum administrasi, solusi dan kontainer setiap kali izin . Lihat PENCEGAHAN . CARA DITAWARKAN Efedrin Sulfat Injeksi , USP ( 50 mg / mL ) diberikan sebagai berikut : DOSIS VIAL NDC Nomor Volume 66758-008-01 1 mL mengisi 2 mL vial 66758-008-02 1 mL mengisi 2 mL vial , 25 × 2 mL Simpan pada suhu kamar 15 ° terkontrol sampai 30 ° C ( 59 ° sampai 86 ° F ) . Perhatian : Federal (AS ) hukum melarang pengeluaran tanpa resep . Untuk Sandoz Inc Customer Service , hubungi 1-800-525-8747 . Diproduksi untuk: Sandoz Princeton, NJ 08540 L - 029-00 Paket Label - Panel Display Principal - 50 mg Karton Sandoz
25 × 2 mL Vial NDC 66758-008-02 efedrin Sulfat Injeksi , USP 50 mg / mL 1 mL mengisi dalam 2 mL Vial Dosis tunggal Vial Pengawet Gratis Rx hanya
Efedrina NH2 Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E. Equisetina (fam : Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama “Ma Huang” dalam bahasa Cina “Ma” berarti sepat sedangkan „Huang” berati kuning, hal ini mungkin dihubungkan dengan rasa dan warnan simplisia ini. Selain dari persenyawaan alam, alkaliod ini juga dibuat dalam bentuk sintetis garam seperti Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang berbetuk kristal, sifatsifat farmakologiknya sama dengan Efedrin dan dipakai sebagai
simpatomimetik.
Efedrin ,n AMBROXOL Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan yang disebut efedra atau ma huang. Bahan herbal yang mengandung efedrin telah digunakan di Cina selama 2000 tahun, dan sejak puluhan tahun merupakan komponen obat herbal Cina untuk berbagai klaim misalnya obat pelangsing, obat penyegar, atau pelega napas. Efek farmakodinamik efedrin banyak menyerupai efek epinefrin. Perbedaannya ialah bahwa efedrin bukan katekolamin, maka efektif pada peberian oral. masa kerjanya jauh lebih panjang, efek sentralnya lebih kuat, tetapi diperlukan dosis yang jauh lebih daripada dosis epinefrin. Seperti halnya dengan epinefrin, efedrin bekerja pada reseptor α, β1, dan β2. Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan melalui penglepasan NE endogen. Kerja tidak langsungnya mendasari timbulnya takifilaksis terhadap efek perifernya. Hanya l-efedrin dan efedrin rasemik yang digunakan dalam klinik. Efek kardiovaskular efedrin menyerupai efek epinefrin tetapi berlangsung kira-kira 10 kali lebih lama. Tekanan sistolik meningkat, dan biasanya juga tekanan diastolik, serta tekanan nadi membesar. Peningkatan tekanan darah ini sebagian disebabkan oleh vasokonstriksi, tetapi terutama oleh stimulasi jantung yang meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan curah jantung. Denyut jantung mungkin tidak berubah akibat refleks komensasi vagal terhadap kenaikan tekanan darah. Aliran darah ginjal dan viseral bekurang, sedangkan aliran darah koroner, otak, dan otot rangka meningkat. Berbeda dengan epinefrin, penurunan tekanan darah pada dosis rendah tidak nyata pada efedrin. Bronkorelaksasi oleh efedrin lebih lemah tetapi berlangsung lebih lama daripada oleh epinefrin. Penetesan larutan efedrin pada
mata menimbulkan midriasis. Refleks cahaya, daya akomodasi, dan tekanan intraokular tidak berubah. Aktivitas uterus biasanya dikurangi oleh efedrin. Efek sentral efedrin menyerupai efek amfetamin tetapi lebih lemah. Efedrin tidak boleh digunakan bersamaan dengan antidepresan tertentu, yaitu SNRIs (serotonin-norepinefrin re-uptake inhibitor), karena hal ini meningkatkan risiko gejala di atas akibat tingkat serum berlebihan norepinefrin. Efedrin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan penggantian cairan yang tidak memadai, gangguan fungsi adrenal,hipoksia , hiperkapnia , asidosis , hipertensi , hipertiroid , hipe rtrofi prostat , diabetes mellitus , kardiovaskular penyakit, pada saat persalinan jika ibu BP> 130/80 mmHg, dan menyusui. Kontraindikasi untuk penggunaan efedrin meliputi: glaukoma sudut tertutup, feokromositoma , hipertrofi septum asimetris (idiopatik hipertrofik stenosis subaortic), bersamaan atau baru (sebelumnya 14 hari) monoamine oxidase inhibitor (MAOI) terapi, general anestesidengan hidrokarbon terhalogenasi (terutama halotan), tachyarrhythmias atau fibrilasi ventrikel, hipersensitivitas untuk efedrin atau stimulan lainnya. Efedrin tidak boleh digunakan setiap saat selama kehamilan kecuali secara khusus ditunjukkan oleh dokter berkualitas dan hanya jika pilihan lain yang tersedia. Resorpsi efedrin di usus cukup baik, bronkodilatasi sudah Nampak dalam 15-60 menit dan bertahan 2-5 jam. Plasma t1/2 nya 3-6 jam tergantung pH. Dalam hati sebagian zat dirombak; ekskresinya berlangsung lewat urine secara utuh. Efek samping. Pada dosis biasa sudah terjadi efek sentral, seperti gelisah, nyeri kepala, cemas, dan sukar tidur, sedangkan pada overdosis timbul tremor dan takikardia, aritmia, serta debar jantung. Efedrin : 0,25-1mg/kgBB/hr ;4 dosis
EPHEDRINE SULPHATE - ephedrine sulfate injection, solution Claris Lifesciences Inc. ---------ePHEDrine Sulfate Injection, USP (50 mg/mL) Preservative-Free, Single Dose Vial, Protect From Light. Retain in Carton Until Time Of Use. Rx only
DESCRIPTION Ephedrine Sulfate Injection, USP is a sterile, nonpyrogenic solution containing ephedrine sulfate 50 mg/mL in water for injection. It is administered by subcutaneous, intramuscular or intravenous injection as an adrenergic agent. The solution contains no bacteriostat, antimicrobial agent or added buffer. The pH is 5.3 (4.5 to 7.0). The osmolar concentration of the 5% solution is 0.35 mOsmol/mL (calc). Ephedrine Sulfate, USP is a sympathomimetic amine chemically designated a-[l(methylamino) ethyl] benzenemethanol sulfate (2:1) (salt). It has the following structural formula:
CLINICAL PHARMACOLOGY Therapeutic doses of ephedrine produce mainly relaxation of smooth muscle and, if norepinephrine stores are intact, cardiac stimulation and increased systolic and usually increased diastolic blood pressure. Its vasopressor effect results largely from increased cardiac output and to a lesser extent from peripheral
vasoconstriction. Pressor responses to parenteral ephedrine are slower but more prolonged than those produced by epinephrine. Ephedrine stimulates both alpha and beta receptors and its peripheral actions are due partly to norepinephrine release and partly to direct effect on receptors. Ephedrine may deplete norepinephrine stores in sympathetic nerve endings, so that tachyphylaxis to cardiac and pressor effects of the drug may develop. Central nervous system effects are similar to those of amphetamine drugs but less pronounced. The central effects of ephedrine are overshadowed to a large extent by its peripheral actions. Glycogenolysis in the liver is increased by ephedrine but not as much as by epinephrine; usual doses of ephedrine are unlikely to produce hyperglycemia. Ephedrine increases oxygen consumption and metabolic rate as a probable result of central stimulation. Ephedrine is rapidly and completely absorbed following parenteral injection. Pressor and cardiac responses to ephedrine persist for one hour following intramuscular or subcutaneous administration of 25 to 50 mg. Small amounts of ephedrine are slowly metabolized in the liver; metabolites have been identified as p-hydroxyephedrine, p-hydroxynorephedrine, norephedrine, and conjugates of these compounds. The drug and its metabolites are excreted in the urine, mostly as unchanged ephedrine. Rate of urinary excretion is dependent on urinary pH. Percentage excretion of the drug and its metabolites is increased by acidification of the urine. Elimination half-life of the drug has been reported to be about three hours when the urine is acidified to pH 5 and about six hours when urinary pH is 6.3.
INDICATIONS AND USAGE Ephedrine Sulfate Injection, USP is indicated primarily to counteract the hypotensive effects of spinal or other types of nontopical conduction anesthesia. It is also useful as a pressor- agent in hypotensive states following sym-pathectomy, or following overdosage with ganglionic-blocking agents, anti-adrenergic agents, veratrum alkaloids or other drugs used for lowering blood pressure in the treatment of arterial hypertension. The drug is sometimes injected to relieve acute bronchospasm, but it is less effective than epinephrine for this purpose.
CONTRAINDICATIONS Ephedrine is contraindicated in patients with known hypersensitivity to sympathomimetic amines and in patients with angle closure glaucoma. It should not be used in patients anesthetized with agents such as cyclopropane or halothane
as these agents may sensitize the heart to the arrhythmic action of sympathomimetic drugs. Ephedrine should not ordinarily be used in those cases where vasopressor drugs may be contraindicated, e.g., in thyrotoxicosis, diabetes, in obstetrics when maternal blood pressure is in excess of 130/80 and in hypertension and other cardiovascular disorders.
WARNINGS Ephedrine may cause hypertension resulting in intracranial hemorrhage. Ephedrine may induce anginal pain in patients with coronary insufficiency or ischemic heart disease. The drug also may induce potentially fatal arrhythmias in patients with organic heart disease or who are receiving drugs that sensitize the myocardium. See CONTRAINDICATIONS. Initially, parenterally administered ephedrine may produce constriction of renal blood vessels and decreased urine formation.
PRECAUTIONS Ephedrine Sulfate Injection, USP is subject to oxidation and should be protected against exposure to light. Do not administer unless solution is clear and seal is intact. Discard unused portion. Ephedrine should be used cautiously in patients with hyperthyroidism, hypertension, heart disease (including coronary insufficiency, angina pectoris and patients receiving digitalis), cardiac arrhythmias, diabetes or unstable vasomotor system. All vasopressors should be used cautiously in patients taking monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Ephedrine should not be administered concomitantly with other sympathomimetic drugs because of possible additive effects and increased toxicity. Alpha-adrenergic blocking agents may reduce the vasopressor response to ephedrine by causing vasodilation. Beta-adrenergic blocking drugs may block the cardiac and bronchodilating effects of ephedrine. Administration of ephedrine to patients receiving anesthesia with cyclopropane or halogenated hydrocarbons such as halothane which sensitize the myocardium, may
induce cardiac arrhythmia. (SeeCONTRAINDICATIONS). Use of a pressor drug with less cardiac stimulating effects should be considered in patients receiving myocardial sensitizing anesthetics. When encountered, such arrhythmias may respond to administration of a beta-adrenergic blocking drug. Ephedrine also should be used cautiously with other drugs (e.g., digitalis glycosides) that sensitize the myocardium to the actions of sympathomimetic agents.. Drugs such as reserpine and methyldopa which reduce the amount of norepinephrine in sympathetic nerve endings may reduce the pressor response to ephedrine. Diuretic agents also may decrease vascular response to pressor drugs such as ephedrine. Ephedrine may antagonize the neuron blockade produced by guanethidine resulting in decreased anti-hypertensive effect and requiring increased dosage of the latter. Pregnancy Category C. Animal reproduction studies have not been conducted with ephedrine. It is also not known whether ephedrine can cause fetal harm when administered to a pregnant woman or can affect reproduction capacity. Ephedrine should be given to a pregnant woman only if clearly needed. Labor and Delivery. Parenteral administration of ephedrine to maintain blood pressure during low or other spinal anesthesia for delivery can cause acceleration of fetal heart rate and should not be used in obstetrics when maternal blood pressure exceeds 130/80. See CONTRAINDICATIONS. Pediatric Use. The safety and effectiveness of Ephedrine has not been established. Its limited use in pediatric patients has been inadequate to fully define the proper dosage and limitations of use.
ADVERSE REACTIONS Acute toxic effects are usually extensions of the therapeutic actions of the drug and are most often due to overdosage. Excessive doses may cause a sharp rise in blood pressure sufficient to produce cerebral hemorrhage. Other effects (usually transient) include headache, restlessness, anxiety, tension, tremor, weakness, dizziness, confusion, delirium hallucinations, pallor, respiratory difficulty, palpitation, sweating, nausea or vomiting. Repeated injections may cause contraction of the bladder sphincter and interfere with voluntary urination. The possibility of urinary retention, especially in the elderly male, should be kept in mind.
Drug Abuse and Dependence None known with parenteral form.
OVERDOSAGE Continued injections of ephedrine (after depletion of norepinephrine from the nerve endings with loss of vasopressor effect) may result in hypotension more serious than that existing prior to the use of ephedrine. In the absence of norepinephrine depletion, excessive parenteral dosage produces tachycardia, exaggerated rise in blood pressure, and possible cerebrovascular bleeding, plus central nervous system effects. In the event of adverse blood pressure effects, the drug should be stopped and appropriate corrective measures instituted. See ADVERSE REACTIONS.
Dosage & Administration Depending on the clinical circumstances, Ephedrine Sulfate Injection may be given subcutaneously, intramuscularly or intravenously. Usual adult dose: 25 to 50 mg (range 10 to 50 mg) injected subcutaneously or intramuscularly (equivalent to 0.2 to 1.0 mL of 5% solution) is usually adequate to prevent or minimize hypotension secondary to spinal anesthesia. Repeat doses should be governed by blood pressure response or, if used as a bronchodilator, according to the degree of improvement. Absorption (onset of action) by the intramuscular route is more rapid (within 10 to 20 minutes) than by subcutaneous injection. The intravenous route may be used if an immediate effect is desired. When used during labor, administer only sufficient dosage to maintain blood pressure at or below 130/80. In acute attacks of asthma, the smallest effective dose should be used (usually 0.25 to 0.5 mL) or as otherwise determined by the patient's response. Usual pediatric dose: 750 micrograms per kg of body weight or 25 mg/M2 of body surface injected intravenously or subcutaneously, four times daily or as otherwise determined by the patient's response. Parenteral drug products should be inspected visually for particulate matter and discoloration prior to administration, whenever solution and container permit. See PRECAUTIONS.
HOW SUPPLIED