Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (Studi Kasus pada Guru Matematika SMP Negeri 1 Karanganyar) Asih Wulandari1, Imam Sujadi2, Tri Atmojo Kusmayadi3 1,2,3
Prodi Magister Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract: The objective of this research is to describe the mindset of Mathematics teachers in planning and implementation of learning process of a basic competency in Grade VII of State Junior High School 1 of Karanganyar. This research used the qualitative approach with the case study. The subjects of research were Mathematics teachers in Grade VII of State Junior High School 1 of Karanganyar, an experienced Mathematics teacher and a young Mathematics teacher. The data of research were collected through documentation, interview, and observation, and validated by using the source triangulation. The data that did not match were used as other findings. The data were analyzed by using the technique of data analysis from Miles and Huberman, by reducing the data, displaying the data, and drawing the conclusion. The results of this research are the mindset of teachers in the planning of the learning process begins with determining the basic competencies of each Core Competencies by examining the syllabus and describing it into indicators of competency achievement through School’s Subject Teachers Forum, designing learning objectives, determining learning materials, and determining learning activities with scientific approaches. The designing of the assessment tools begins with describing the basic competencies of each core competency into indicator of competency achievement, determining assessment technique, and designing assessment tools. The mindset of teachers in implementation of the learning process refers to the Lesson Plan. It is shown by the use of scientific approaches, various learning methods that emphasize on the student-centered learning and authentic assessment. Keywords: Mindset of mathematics teacher, Lesson Plan, learning process, curriculum 2013.
PENDAHULUAN Wujud nyata komitmen bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan di bidang pendidikan, dibuktikan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Produk hukum dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Atas pertimbangan bahwa Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, maka sejak tahun pelajaran 2013/2014 diberlakukan kurikulum 2013. Menurut Wong (2002) kurikulum pendidikan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan bakat dan kecerdasan peserta didik. Semangat ingin tahu tentang kurikulum baru ini terlihat di kalangan guru, yang merupakan ujung tombak pendidikan sebagai pengguna kurikulum. Masih banyak guru yang belum paham tentang kurikulum 2013, bagaimana membelajarkan suatu KD, merencanakan pembelajaran serta melaksanakan pembelajaran di kelas. 620
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Dalam penelitian Handal dan Herrington (2003) yang meyakini bahwa faktor yang mempengaruhi reformasi pendidikan antara lain adalah faktor kurikulum instruksional, faktor organisasi eksternal, kurangnya inovasi oleh pengguna kurikulum dan kurang rincinya perencanaan. Bentuk implementasi kurikulum adalah kegiatan pembelajaran oleh guru bersama siswa yang dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang digunakan. Penggunaan strategi guru dalam silabus dipengaruhi oleh tujuan guru, keyakinan dan praktik mengajar yang dapat memandu guru pada konstruksi pengetahuan siswa. Peran guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang dominan untuk mencapai pendidikan yang berkualitas (Norton, et al. 2002). Menurut pendapat Zodik dan Zaslavsky (2008) bahwa kualitas pengetahuan matematika seorang guru mempengaruhi apa yang diajarkan dan bagaimana guru tersebut mengajar. Penggunaan strategi mengajar harus direncanakan terlebih dahulu. Jadi dalam suatu pembelajaran perencanaan penting untuk dilakukan. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Silabus telah disusun di tingkat pusat, sedangkan penyusunan RPP merupakan tugas guru di tingkat satuan pendidikan. Guru melaksanakan pengelolaan kelas serta melaksanakan proses pembelajaran sebagai bentuk implementasi dari RPP yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Proses pembelajaran diselenggarakan berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Apa yang guru lakukan di kelas sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh tujuan mereka dan apa yang mereka anggap penting, (Ortiz, 2006 ). Dalam membelajarkan suatu kompetensi dasar, guru harus memiliki strategi agar kompetensi dasar tersebut dapat dikuasai oleh peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh Tracey, et al. (1999) diperoleh hasil bahwa keyakinan guru, menentukan bagaimana guru tersebut mengajar. Kecocokan antara keyakinan dan praktek mengajar yang dilakukan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran matematika. Matematika memiliki karakteristik sebagai obyek yang abstrak, yang menyebabkan sebagian besar siswa mengalami kesulitan dan seorang guru matematika mengalami kesulitan dalam menstranser konsep-konsep. Materi mata pelajaran matematika dijabarkan dalam Kompetensi Inti dan dijabarkan lagi menjadi kompetensi dasar
yang
harus
dikuasai
siswa,
memerlukan
kemampuan
guru
untuk
membelajarkannya, sehingga apa yang harus dicapai dari pembelajaran tersebut sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian, alur pikir guru dalam
621
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
membelajarkan suatu kompetensi dasar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan alur pikir guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran suatu Kompetensi Dasar yang dilakukan guru matematika di kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar untuk kurikulum 2013.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan alur pikir guru matematika dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran suatu KD di kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Subyek penelitian adalah guru matematika guru H dan guru W yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 selama satu semester sehingga diharapkan guru dapat memberikan informasi yang lengkap tentang masalah yang diteliti. Data utama penelitian adalah informasi tentang alur pikir guru dalam membelajarkan suatu KD meliputi alur pikir dalam perencanaan proses pembelajaran dan alur pikir dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika di kelas VII pada materi aritmetika sosial. Informasi tentang alur pikir guru dalam perencanaan proses pembelajaran meliputi informasi tentang proses penyusunan skenario pembelajaran dan proses penentuan perangkat penilaian. Data diperoleh dengan metode wawancara dan dokumentasi. Metode dokumentasi untuk memperoleh dokumen-dokumen pendukung yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui tentang proses penyusunan skenario pembelajaran dan penentuan perangkat penilaian. Dokumen-dokumen tersebut adalah silabus dan RPP mata pelajaran matematika kelas VII untuk kurikulum 2013. Wawancara dilakukan terhadap guru H dan guru W. Validasi data perencanaan proses pembelajaran menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan mencocokkan data perencanaan proses pembelajaran dari guru matematika H dan guru matematika W yang mengajar di kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar. Data perencanaan proses pembelajaran yang sama nantinya dinyatakan valid. Data yang tidak sama maka dikatakan sebagai temuan lain. Informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran matematika pada penelitian ini difokuskan pada pendekatan, metode dan penilaian yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika. Informasi diperoleh dengan metode observasi dan wawancara. Metode observasi yang digunakan metode observasi partisipasi pasif menggunakan bantuan handycam, sehingga dari hasil rekaman diperoleh transkripsi 622
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
kegiatan pembelajaran matematika berupa percakapan guru dan siswa serta tindakan yang dilakukan guru. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali observasi pada guru H dan 3 kali pada guru W pada waktu yang berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan terhadap 6 hasil rekaman diperoleh 2 rekaman terbaik yaitu rekaman observasi pertama pada guru H dan rekaman observasi pertama pada guru W karena pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan paling sesuai dengan RPP yang disusun guru. Metode wawancara digunakan untuk mengkonfirmasi tentang pendekatan, metode dan penilaian yang digunakan guru dan memperoleh informasi tentang tujuan penggunaan pendekatan, metode dan penilaian tersebut. Validasi data pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan triangulasi sumber, yaitu dengan mencocokkan data pelaksanaan proses pembelajaran dari guru matematika H dan guru matematika W. Data pelaksanaan proses pembelajaran yang sama nantinya dinyatakan valid. Data yang tidak sama maka dikatakan sebagai temuan lain.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perencanaan Proses Pembelajaran Matematika di Kelas VII a. Proses Penyusunan Skenario Pembelajaran Berdasarkan analisis hasil dokumen dan wawancara maka alur pikir guru dalam perencanaan proses pembelajaran pada penyusunan skenario pembelajaran disimpulkan bahwa kegiatan diawali dengan penentuan KD pada tiap KI dengan mengkaji silabus, KD pada KI-1 sama dengan silabus, KD pada KI-2 dipilih KD 2.2 dan KD 2.3, KD pada KI-4 sama dengan silabus. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada penentuan KD 1.1 dan KD 4.2 sesuai silabus, namun KD pada KI-2 tidak sejalan dengan silabus dan standar isi. Dari KD 1.1, KD 2.2 dan KD 2.3 dijabarkan ke dalam indikator pencapaian kompetensi melalui kegiatan MGMP sekolah. Pengembangan KD ke dalam indikator pencapaian kompetensi dengan menggunakan kata-kata operasional yang diperoleh dari daftar, untuk tiap KD disusun minimal satu indikator. Dari semua indikator pencapaian kompetensi disusun tujuan pembelajaran. Dengan mencantumkan berbagai cara pencapaian indikator kemudian ditambahkan aspek siswa maka rumusan tujuan pembelajaran tersusun. Untuk satu indikator dirumuskan menjadi satu atau lebih tujuan pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran dikembangkan dari indikator pencapaian kompetensi yang mencakup aspek siswa dan materi pembelajaran, hal ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 bahwa tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisir untuk 623
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
setiap pertemuan dan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung aspek peserta didik (audience) dan aspek kemampuan (behavior). Kegiatan
dilanjutkan
dengan
penentuan
materi
ajar
dengan
mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menggunakan buku teks siswa dan materi pembelajaran pada silabus disusun urut penyajiannya, kemudian dikelompok-kelompokkan untuk tiap pertemuan. Banyaknya pertemuan didapat dari alokasi waktu yang telah ditentukan di silabus dan ditulis secara garis besar. Penyusunan materi ajar, memperhatikan materi yang berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Hal ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, bahwa materi pembelajaran dalam RPP memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Selanjutnya menyusun kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pendahuluan diperlukan prasyarat yang diambil dari buku teks siswa, langkah-langkah pendahuluan disusun sesuai dengan acuan. Selanjutnya menyusun kegiatan inti dengan pendekatan saintifik. Kegiatan dalam pendekatan saintifik mengacu pada kegiatan pembelajaran di silabus. Pada kegiatan inti guru lebih mementingkan kegiatan siswa, untuk kegiatan guru include pada kegiatan siswa. Perencanaan kegiatan pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup dimana kegiatankegiatannya menyesuaikan acuan. Dalam penyusunan kegiatan pembelajaran dilakukan melalui kegiatan MGMP sekolah pada kegiatan IHT. Dengan demikian perencanaan kegiatan pembelajaran yang direncanakan di RPP sejalan dengan Permendikbud 81 A bahwa kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus. Terdapat temuan lain pada penelitian ini yaitu berupa alasan guru dalam penentuan KD pada KI-2 yaitu menurut Guru H dipilih berdasarkan materi dan kegiatan, menurut Guru W dipilih karena disesuaikan materi. Pada penjabaran indikator pencapaian kompetensi menurut Guru H, KD 1.1, KD 2.2 dan KD 2.3 dibuat dengan memperhatikan kalimat pada KD dan mempertimbangkan apa yang diharapkan akan dicapai siswa, Guru W tidak menambah alasan. Untuk KD 4.2 menurut Guru H pengembangan indikatornya melihat materi wajib yang ada di silabus kemudian disusun menjadi kalimat operasional. Menurut Guru W hanya mencontoh hasil diklat dengan beberapa perubahan. Dalam proses penentuan materi pembelajaran Guru H menambahkan keterangan bahwa disamping urut penyajian materi pembelajaran disusun dari yang sederhana ke komplek. 624
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
b. Proses Penentuan Perangkat Penilaian Berdasarkan analisis hasil dokumen dan wawancara maka alur pikir guru dalam perencanaan proses pembelajaran pada penyusunan perangkat penilaian disimpulkan sebagai berikut; kegiatan diawali dengan penjabaran KD pada KI-1 menjadi indikator pencapaian kompetensi, kemudian dilakukan penentuan teknik penilaian dan instrumen penilaian. Untuk mencatat hasil pengamatan disiapkan jurnal. Penilaian sikap spiritual direncanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Pernyataan untuk penilaian sikap spiritual disusun guru mengacu pada hasil diklat. Selanjutnya proses penentuan aspek penilaian sikap sosial, diawali dengan penjabaran KD menjadi indikator pencapaian kompetensi, menentukan teknik penilaian, instrumen penilaian yang disertai rubrik penilaian, nilainya SB, B, C dan K. Waktu penilaian sikap sosial disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran dan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati diambil dari silabus. Hal ini sejalan dengan pendapat Kunandar (2014) bahwa guru harus merinci setiap KD dari kompetensi inti menjadi indikator pencapaian kompetensi, yang dirinci lagi lebih detil dalam pernyataan atau butir instrumen yang digunakan untuk penilaian. Untuk penilaian pengetahuan tidak dilakukan karena KD untuk aspek pengetahuannya tidak ada. Sedangkan berdasarkan hasil analisis dokumen di silabus dicantumkan penilaian aspek pengetahuan. Hal ini tidak sejalan dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 bahwa penilaian otentik adalah menilai kesiapan, proses dan hasil belajar siswa secara utuh, penilaian harus bersifat holistik yang mencakup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada Perencanaan penilaian keterampilan diawali dengan penjabaran KD pada KI-4 ke dalam indikator pencapaian kompetensi yang digunakan sebagai dasar menyusun instrumen penilaian. Selanjutnya disusun teknik penilaian dan instrumen penilaian yang berupa lembar aktivitas siswa. Hal ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 bahwa Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Setelah instrumen tersusun guru merencanakan waktu pelaksanaan penilaian, pembahasan penilaian, dan refleksi kegiatan. Hal ini tidak sejalan dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 bahwa penilaian otentik adalah menilai kesiapan, proses dan hasil belajar siswa secara utuh, penilaian harus bersifat holistik yang mencakup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan Dalam pembelajaran diperlukan lembar kerja untuk itu guru menyusun LK yang berisi langkah-langkah kegiatan siswa yang diarahkan untuk menemukan 625
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
pengetahuan baru dengan bimbingan guru dan dilampirkan di RPP. Proses penyusunan LK dengan menentukan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, menentukan alat dan bahan, menuliskan informasi, merencanakan langkah kegiatan dan memberi soal. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Majid dan Chaerul Rochman (2014) bahwa LK dimaksudkan untuk memicu dan membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar dalam rangka menguasai suatu pemahaman, keterampilan, dan/atau sikap. Hasil penilaian digunakan untuk merencanakan program tindak lanjut. Proses penentuan tindak lanjut dilakukan kegiatan awal penentuan KKM yang telah ditentukan guru pada MGMP sekolah. Selanjutnya kegiatan penilaian dan hasilnya dilakukan analisis hasil dan analisis soal. Bagi siswa yang memiliki nilai di bawah KKM dilakukan remidi dan program pengayaan bagi siswa yang memiliki nilai sama atau lebih dari KKM. Untuk hasil analisis soal digunakan untuk memperbaiki soal tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis terhadap hasil penilaian menghasilkan siswa yang tuntas atau tidak, soal berkualitas atau tidak, dengan hasil ini digunakan untuk merencanakan program tindak lanjut yang berupa remidi/pengayaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2014) bahwa analisis tingkat ketuntasan pencapaian kompetensi peserta didik bertujuan untuk memetakan berapa banyak peserta didik yang sudah menguasai kompetensi yang ditentukan. Dari informasi tersebut dipergunakan untuk penyusunan program tindak lanjut bagi peserta didik yang sangat tuntas maupun yang belum tuntas. Temuan lain untuk proses penentuan perangkat penilaian terdapat pada penentuan aspek penilaian sikap sosial, menurut Guru H aspek yang diamati diambil dari silabus, menurut Guru W aspek yang diamati dan kalimat pernyataan untuk penilaian sikap sosial dengan mencontoh hasil diklat. Pada penentuan indikator penilaian keterampilan Guru H menjelaskan bahwa penilaian aspek keterampilan bisa dilihat di silabus. 2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Matematika Kelas VII Alur pikir guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran terlihat pada penggunaan pendekatan saintifik di dalam pembelajaran, yaitu pada aktivitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Siswa melakukan kegiatan pengamatan terhadap kegiatan di kantin sekolah dan mengamati tayangan materi melalui LCD. Guru melakukan kegiatan menanya dengan tanya jawab pada siswa. Siswa melakukan kegiatan bazar untuk pelaksanaan kegiatan mengumpulkan informasi. Siswa mendapat tugas untuk menyusun laporan kegiatan bazar merupakan kegiatan mengolah 626
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
informasi. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan presentasi untuk kegiatan berbagi informasi. Hal ini sejalan dengan Permendikbud 81 A Tahun 2013 bahwa proses pembelajaran terdiri atas pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menerapkan beberapa metode agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, diantaranya kegiatan yang dilaksanakan guru berpusat pada siswa, sebagian besar aktivitas kegiatan pembelajaran dilakukan oleh siswa, diskusi dalam penyusunan laporan dan presentasi. Guru juga melakukan kegiatan tanya jawab untuk informasi awal tentang materi yang akan dipelajari. Kegiatan bazar dilaksanakan untuk memberikan pengalaman nyata tentang aktivitas jual beli. Guru memberikan soal latihan dan membahasnya, menggunakan teknik penyusunan laporan dan presentasi hasil kegiatan bazar dan menggunakan metode ceramah saat menerangkan suatu konsep tentang jual beli, metode diskusi saat penyusunan laporan dan latihan soal secara kelompok, dan metode tanya jawab saat konfirmasi kegiatan dan pembahasan soal latihan. Jadi dalam hal ini guru menerapkan lebih dari satu metode pembelajaran. Berdasarkan metode pembelajaran yang dilaksanakan guru, proses pembelajaran dilaksanakan sejalan dengan Permendikbud Nomor 65 bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dari kegiatan pembelajaran guru melakukan sekumpulan aktivitas penilaian pembelajaran pada saat pelaksanaan pembelajaran agar pencapaian kompetensi yang ditargetkan terukur. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik. guru melakukan penilaian proses pembelajaran dengan kegiatankegiatan berikut; di awal pembelajaran dengan tanya jawab dan game sebagai penilaian awal terhadap kesiapan siswa, selanjutnya guru melakukan pengamatan selama proses pembelajaran dan melakukan penilaian antar teman sebagai penilaian sikap. Guru juga memberikan soal latihan secara kelompok dan individu sebagai penilaian hasil belajar. Setelah kegiatan bazar guru memberikan tugas menyusun laporan kegiatan dan presentasi kelompok siswa sebagai penilaian keterampilan. Dan yang terakhir guru melakukan refleksi sebagai penilaian proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru tersebut mulai dari penilaian kesiapan siswa, penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar,
serta penilaian
dilaksanakan untuk ranah sikap dan keterampilan, karena KD pengetahuan tidak ada guru tidak melakukan penilaian pengetahuan, dimana kegiatan-kegiatan penilaian guru 627
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
tersebut sesuai dengan karakteristik penilaian otentik. Hal ini tidak sejalan dengan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 bahwa ruang lingkup penilaian peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Temuan lain berupa perbedaan alur pikir guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dalam kaitannya dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pada pendekatan saintifik untuk kegiatan mengamati Guru H mengamati gambar kegiatan di kantin sekolah melalui tayangan pada LCD, Guru W melakukan kegiatan mengamati langsung di kantin sekolah. Metode pembelajaran terdapat perbedaan dalam mengarahkan perhatian siswa. Metode yang dilakukan Guru H dengan tanya jawab, Guru W dengan menampilkan peta konsep dan memberikan contoh peristiwa sehari-hari. Kemudian kegiatan setelah bazar Guru H menggunakan kegiatan wawancara hasil kegiatan pada masing-masing kelompok, Guru W tidak melaksanakan. Pada penilaian awal, Guru H melakukan penilaian awal dengan memberikan soal berupa game dan kartu soal, Guru W memberikan soal tanya jawab pada siswa dan dikonfirmasikan pada siswa lain serta diberi penguatan oleh guru. Guru H memberikan soal secara individu, Guru W memberikan soal secara individu dan kelompok. Untuk penilaian sikap Guru H melakukan pengamatan sepanjang proses pembelajaran dengan teknik pemakaian topi berlabel nama untuk mengenal nama siswa serta melakukan penilaian antar teman. Untuk melakukan penilaian keterampilan Guru H
memberikan kegiatan wawancara hasil kegiatan bazar,
menyusun laporan dan presentasi kelompok. Guru W melakukan penilaian sikap dengan penilaian antar teman saja, melakukan penilaian keterampilan dengan penulisan laporan dan presentasi kelompok. Dari pendekatan, metode dan penilaian yang dilakukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru memilih pendekatan saintifik, metode yang beraneka ragam yang lebih menekankan pada efektivitas pembelajaran berpusat pada siswa dan penilaian otentik yang dilakukan, guru sudah melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran kurikulum 2013 yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
628
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: alur pikir guru matematika dalam perencanaan proses pembelajaran suatu KD di kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar pada kedua subyek memiliki kesamaan, yaitu pada langkah penentuan KD pada tiap KI diawali dengan mengkaji silabus, yang dijabarkan menjadi indikator pencapaian kompetensi melalui kegiatan MGMP sekolah, selanjutnya disusun menjadi tujuan pembelajaran yang mencakup aspek siswa dan materi pembelajaran. Langkah berikutnya penentuan materi pembelajaran yang disusun urut penyajian memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur serta ditulis secara garis besar. Selanjutnya penentuan kegiatan pembelajaran mengacu pada kegiatan pembelajaran di silabus yang disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilakukan siswa dengan pendekatan saintifik. Untuk penyusunan perangkat penilaian di RPP pada kedua subyek juga hampir sama, yaitu diawali dengan penjabaran KD tiap KI menjadi indikator pencapaian kompetensi kemudian dilakukan penentuan teknik penilaian dan instrumen penilaian, untuk penilaian sikap disiapkan jurnal, aspek yang diamati diambil dari silabus. Penilaian aspek pengetahuan tidak direncanakan karena KD pengetahuan tidak ada, instrumen penilaian keterampilan berupa lembar aktivitas siswa. Guru juga menyusun lembar kerja berisi langkah-langkah kegiatan siswa dan merencanakan program tindak lanjut yang berupa remidi dan pengayaan. Perbedaannya terletak pada alasan guru dalam penentuan KD pada KI-2 berdasarkan kegiatan yang direncanakan di RPP menurut guru yang pertama dan berdasarkan materi pembelajaran menurut guru yang lain, penjabaran indikator pencapaian kompetensi disusun dengan mempertimbangkan apa yang diharapkan dicapai siswa menurut guru pertama dan mencontoh hasil diklat dilakukan guru yang lain, penentuan materi pembelajaran disusun dari yang sederhana ke komplek dengan urut penyajiannya menurut guru yang pertama. Pada penyusunan perangkat penilaian terletak pada penentuan aspek penilaian sikap sosial yang diamati diambil dari silabus oleh guru pertama dan mencontoh dari hasil diklat dilakukan oleh guru yang lain. Alur pikir guru matematika dalam pelaksanaan proses pembelajaran suatu KD di kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar memiliki kesamaan, yaitu sebagian besar kegiatan pembelajaran sudah mengacu pada RPP yang telah disusun. Hal ini ditunjukkan dari penggunaan pendekatan santifik, metode pembelajaran yang beraneka ragam yang lebih menekankan pada efektivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penilaian otentik yang dilakukan guru. Perbedaannya pada pelaksanaan proses pembelajaran masih terdapat perbedaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dengan RPP terutama pada pelaksanaan penilaian awal yaitu guru pertama menggunakan game dan
629
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
guru yang lain dengan tanya jawab, dan penggalian informasi melalui bazar dan wawancara dilakukan oleh guru pertama dan dengan bazar saja oleh guru yang lain. Berdasarkan kesimpulan tersebut beberapa hal yang perlu penulis sarankan adalah
sebagai berikut: 1) bagi guru, Diharapkan dapat memperbaiki penyusunan
perencanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran matematika kelas VII pada pelaksanaan kurikulum 2013 yang terkait dengan perencanaan proses pembelajaran matematika di kelas VII untuk kurikulum 2013 yang mengacu pada silabus, hendaknya guru memperhatikan lebih cermat isi dari silabus agar perencanaan pembelajaran
lebih
lengkap.
Dalam
proses
penyusunannya
hendaknya
guru
memperhatikan aspek yang ada pada silabus khususnya untuk kompetensi dasar yang diajarkan disesuaikan dengan silabus dan standar isi, sedangkan penilaian yang direncanakan minimal sama dengan yang ada pada silabus. Pada pelaksanaan proses pembelajaran, hendaknya guru memperhatikan kegiatan pembelajaran yang telah disusun pada perencanaan proses pembelajaran, boleh menambahkan kegiatan yang lain dengan catatan tidak keluar dari skenario pembelajaran yang telah disusun pada RPP agar proses pembelajaran dapat optimal. 2) Diharapkan dapat meningkatkan peran serta guru dalam kegiatan IHT penyusunan perangkat pembelajaran dengan melibatkan seluruh guru terutama guru matematika dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan melakukan pengawasan secara rutin terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru agar tujuan peningkatan mutu pendidikan untuk proses dan hasil pembelajaran dapat optimal.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid dan Chaerul Rochman. 2014. Perencanaan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Cetakan kedelapan. Rosda Karya: Bandung. Handal, B. and Herrington, A. 2003. Mathemathics Teachers’ Beliefs and Curriculum Reform. Mathematics Education Research Journal. Vol. 15, No. 1, 59-69. Kunandar. 2014. Guru Profesional: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Grafindo: Jakarta. Norton, S., McRobbie, C., and Cooper T. 2002. Teachers’ Responses to an Investigative Mathematics Syllabus: Their Goals and Practices. Mathematics Education Research Journal. Vol. 14, No. 1, 37-59. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.
630
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.4, No.6, hal 620-631 Agutus 2016
ISSN: 2339-1685 http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Ortiz, E. 2006. An Analysis of Middle School Mathematics Pre-service Teachers’ . University of Central Florida : Orlando, Florida, USA 32816. Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan kedua edisi ketiga. Balai Pustaka: Jakarta. Tracey, D., Howard, P., and Perry, B. 1999. Head mathematics’ Beliefs About the Learning and Teaching of Mathematics. Mathematics Education Research Journal. Vol. 11, No. 1, 39-53. Wong, K. D. 2002. Catering for the Needs of Gifted and Talented Students by Defining an Appropriate, Hong Kong Teachers’ Centre Journal. Vol. 1. pp: 166 – 171. Zodik, I. and Zaslavsky, O. 2008. Characteristics of teachers’ choice of examples in and for the mathematics classroom. Educ Stud Math 69: 165-182.
631