’Aloe-deopads’ Mahasiswa Farmasi UNAIR dapat Atasi Keringat dan Bau Badan UNAIR NEWS – Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki suhu cuaca relatif panas. Suhu panas ini bisa memantik masalah serius, yaitu derasnya keringat yang berlebih dan bau badan (BB) yang terjadi pada masyarakat, sehingga dapat menurunkan kepercayaan diri. Berangkat dari masalah itulah lima mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Noor Annisa Mones (2016), Nurullia Tanjung (2016), Anita Probo (2016), Ade Prima (2016), dan Fayruz Aquila (2014), membuat inovasi produk yang dapat mengatasi keringat berlebihan dan bau badan, sekaligusmencegah noda kuning pada ketiak baju. Keberhasilan inovasinya itu kemudian dituangkan dalam proposal pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) dengan judul “COOLPACK SUKET (Cooling Pack Sehat untuk Ketiak)”. Setelah dinilai oleh Kemristekdikti, proposal ini lolos untuk memperoleh dana pengembangan dalam program PKM tahun 2016. Inovasi kelima mahasiswa UNAIR ini menghasilkan produk Aloedeopads, produk yang terdiri lidah buaya (Aloe vera L.). TimPKM-K dari Fak. Farmasi sudah melalui survei pasar masyarakat dan menuai respon
dari pads dan gel yang mengandung Menurut Noor Annisa Mones, Ketua UNAIR ini, hasil inovasinya ini dengan responden mahasiswa dan sangat baik.
“Kami telah melakukan survei pasar menggunakan angket online dan hasilnya cukup baik di masyarakat. Survei itu kami lakukan pada Maret 2017 dengan 69 responden yang merasa penasaran dengan produk kami dan berharap direalisasikan,” terang Mones.
produk
ini
segera
Pads yang dapat menempel pada baju yang disertai gel Aloe vera L ini berkhasiat dapat meminimalkan tumbuhnya bakteri penyebab bau badan. Aloe-deopads merupakan alternatif dari deodorant yang dapat digunakan masyarakat untuk mengatasi keringat berlebih dan bau badan. Aloe vera L atau lidah buaya mengandung senyawa antrakuinon yang dapat menangkal bakteri, sehingga dapat mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. Selain itu gel Aloe vera L ini memiliki kandungan air yang tinggi yang bersifat dingin sehingga dapat mengatasi keringat berlebih. Mones Dkk juga mengemas hasil inovasinya ini dengan desain yang unik, sehingga mampu menarik minat calon pembeli. Aloedeopads dapat dipesan melalui LINE dengan id @flh8206j atau Instagram dengan akun aloedeopads. Cara penggunaan Aloe-deopads ini dengan menempelkan pads pada bagian dalam ketiak baju. Kemudian gel Aloe vera L. dioleskan pada pads sesuai takaran. Aloe-deopads ini dinyatakan aman karena gel Aloe vera L. yang kami gunakan sudah terbukti manfaatnya. Oleh sebab itu, konsumen tidak perlu ragu menggunakannya untuk mencegah keringat berlebihannya. “Dengan harga Rp 25.000 konsumen akan mendapatkan dua pasang Aloe-deopads yang memberikan sensasi dingin pada ketiak, sehingga tak perlu malu lagi akibat keringat berlebih,” kata Mones. (*) Editor : Bambang Bes
Cuaca Tak Menentu, Pendakian di Denali Sempat Terhenti UNAIR NEWS – Suasana alam yang tak menentu membuat para tim atlet Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Airlangga belum bisa melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Mc. Kinley atau Denali. Hal tersebut diutarakan oleh manajer atlet AIDeX Wahyu Nur Wahid yang mendapatkan laporan dari para atlet dari Alaska, Amerika Serikat. Wahyu mengatakan, saat ini Kamis (8/6) waktu Alaska tim atlet AIDeX masih berada di kamp empat yang terletak di ketinggian 14.100 kaki atau 4.297 meter di atas permukaan laut (mdpl). “Kondisi cuaca di kamp empat berangin, sedangkan di kamp lima laju angin cukup kencang dan berawan. Sementara suhu di ketinggian sana berkisar antara minus 28 derajat Celcius hingga minus 32 derajat Celcius,” ungkap manajer atlet. Pendakian atlet di Denali yang memasuki hari ke-12 dilakukan oleh ketiga atlet yang beranggotakan Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011, dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Sementara itu, menurut prakiraan cuaca di Denali, selama empat hari ke depan, kondisi alam tak memungkinkan para pendaki untuk melanjutkan pendakian. Cuaca akan dihadapkan pada snow showers hingga whiteout. Snow showers adalah kondisi anomali di waktu mana hujan, cerah, dan hujan salju datang silih berganti. Sementara whiteout adalah kondisi kabut yang mengakibatkan garis horizon mengabur dan menyebabkan disorientasi arah. “Kondisi ini bahkan memaksa para pendaki dari kamp lima untuk
turun ke kamp empat,” terang Wahyu. Meski dihadapkan pada kondisi yang tak menentu, ketiga atlet tengah dalam kondisi sehat. Sembari menunggu waktu yang tepat untuk melanjutkan perjalanan ke kamp lima di ketinggian 17.200 kaki, mereka kini tengah menikmati waktunya di kamp empat. “Mereka mengabadikan gambar, berfoto-foto, dan bertukar pengalaman sama pendaki lain. Intinya, mereka melakukan aktivitas di kamp,” tutur Wahyu. Namun, jika cuaca telah pada tanggal 9 Juni, tim atlet akan berangkat menuju kamp lima. Dilanjutkan beristirahat selama satu hari pada tanggal 10 Juni, dan mendaki puncak pada tanggal 11 Juni. Dua hari sebelumnya, pada tanggal 6 Juni tim atlet melakukan istirahat di kamp empat. Sedangkan, pada tanggal 7 Juni ketiga pendaki AIDeX melakukan perjalanan menuju Ridges (lingkaran hijau) di ketinggian 16.100 kaki dengan membawa logistik yang dipendam dalam timbunan es. “Saya mewakili rekan-rekan atlet dan manajemen memohon doanya agar tim tetap dalam kondisi sehat dan cuaca di Denali bersahabat supaya mereka bisa melanjutkan perjalanan, dan kembali dengan selamat,” pinta mahasiswa Ilmu Administrasi Negara tahun angkatan 2011. Kelancaran tim atlet dalam melalui rintangan di Denali tak lepas dari berbagai persiapan yang telah dilakukan selama berada di Indonesia. Selama 18 bulan, persiapan tim AIDeX banyak dibantu oleh PT. PP Properti (Tbk) dan PT. Pegadaian Persero. Denali bukanlah puncak pertama yang didaki oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh puncak tertinggi yang telah digapai tim adalah Puncak Carztenz Pyramid (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013).
Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven summits anggota UKM Wanala. Penulis: Defrina Sukma S
UNAIR Tingkatkan Publikasi dan Internasionalisasi UNAIR NEWS – Lembaga pemeringkatan Quacquarelli Symonds World Class University (QS WUR) telah merilis laporan peringkat terbaru tahun 2018. Dalam laporan tersebut, Universitas Airlangga berhasil naik satu posisi ke angka 702 dari tahun sebelumnya. Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih menyatakan, dari hasil laporan pemeringkatan terbaru, UNAIR mengalami peningkatan di sejumlah bidang antara lain academic reputation dan employer reputation. Menurut Nasih, ada dua faktor yang menyebabkan peningkatan pada reputasi akademik. Yakni, jumlah dosen dan hasil riset yang memperoleh pengakuan internasional. “Poin kita naik dari 13,5 menjadi 15 karena academic reputation dan employer reputation kita lumayan. Sedangkan, untuk bidang lainnya masih naik secara perlahan. Banyak dosen dan hasil-hasil riset kita yang mendapatkan pengakuan dari internasional. Selain itu, iklim akademik juga sudah ditata. Nanti pasti kelihatan lah hasilnya,” tutur Nasih. Rektor
mengatakan,
pihaknya
sudah
menyiapkan
berbagai
rancangan khususnya dalam menghangatkan iklim akademik. Sivitas akademika ditarget untuk bisa menghasilkan lebih dari 700 artikel di prosiding, dan 400 artikel di jurnal internasional bereputasi. Berbagai upaya untuk mensukseskan rencana tersebut juga telah dibentuk di antaranya pembentukan tim yang menangani publikasi dan bantuan finansial. “Kita bikin konferensi yang menghasilkan prosiding yang terindeks. Tahun lalu, kita masih ada di angka 242 untuk publikasi penelitian, target kita tahun ini ada di angka 400. Tahun depan, Insya Allah ada peningkatan yang signifikan. Sekarang masih menata pondasinya,” terang Nasih. Terkait rancangan program internasionalisasi, UNAIR telah membentuk unit baru bernama Airlangga Global Engagement (AGE). Unit akan secara intensif menangani berbagai program kerjasama akademik yang dilakukan UNAIR dan pihak-pihak eksternal. Nasih mengaku, melalui keberadaan unit AGE, UNAIR akan terus mendorong program gelar ganda (double degree), akreditasi dan sertifikasi internasional. “AUN (ASEAN University Networking) setidaknya ada tiga program studi. Untuk program studi yang akan diakreditasi, akan divisitasi tahun depan tapi yang jelas kita sekarang sudah summit. Ada prodi Kimia, Biologi, Fisika, dan Farmasi. Semuanya di bidang life science,” imbuh Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Terkait dengan target menembus peringkat 500 perguruan tinggi terbaik di dunia tahun 2019, Rektor merasa optimis bahwa target tersebut akan tercapai. “Sepanjang semuanya support target-target kita akan tercapai. Jumlah riset dan publikasi kita akan terdongkrak,” pungkas Nasih.
Penulis : Defrina Sukma S Editor
: Nuri Hermawan
Lintas Generasi Soal Negeri
Diskusikan
UNAIR NEWS – Diskusi kebangsaan dan kebinekaan antara dosen, mahasiswa, dan siswa SMA di Warung Mbah Cokro Rabu (7/6) berlangsung gayeng. Diskusi yang dipandu oleh Drs. Suko Widodo, M.Si., ini mengundang narasumber dari beragam kalangan untuk berpendapat seputar permasalahan kebangsaan yang kini tengah menjadi isu yang terus bergulir di negeri ini. Ekspresi keberagaman masyarakat Indonesia bahkan telah ada sejak Indonesia belum merdeka. Sejak peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, masyarakat terutama pemuda, telah lebih dulu mempraktikkan bahwa keberagaman bukan menjadi kendala untuk bangsa bisa bersatu. Itulah yang disampaikan Nuri Hermawan mahasiswa Universitas Airlangga mengawali diskusi malam hari itu. “Optimisme keindonesiaan sudah jauh lebih terwujud melalui bahasa. Semua suku mengalah dan memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Ini adalah wujud betapa sejak sebelum Indonesia merdeka, masyarakat kita adalah masyarakat multikultur yang mengesampingkan masing-masing ego dan memilih bersatu padu melalui bahasa,” ucap mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya ini. Menanggapi perilaku masyarakat dalam menyikapi keberagaman saat ini, Fadli dosen Universitas Bhayangkara Surabaya menganalogikan masyarakat Indonesia dengan seperti
secangkir kopi. “Kopi, apapun tempatnya, tetaplah kopi. Indonesia seperti itu. Hanya masalah wadah atau tempat. Padahal masyarakat belum mengenal kopinya. Masalahnya adalah, ada dalam ego dan prasangka masing-masing,” ucap Fadli. Peserta yang berasal dari siswa SMA berbagi pendapat tentang harapan mereka untuk negara Indonesia. Menurut Seno, siswa dari SMAN 5 Surabaya, di era kemajuan teknologi ini banyak generasi muda yang sok keren dengan memasang slogan maupun status yang berbicara perihal pancasila dan kebangsaan. Namun, ketika dihadapkan pada kenyataan langsung di lapangan, mereka tidak mampu mengimplementasikan makna dari slogan-slogan yang mereka gaungkan. “Sekarang ini anak-anak muda sok slogan dan status. Tapi ketika dihadapkan dengan fakta di lapangan, mereka tidak mampu menghadapi,” ujar Seno. Santi Isnaini Ketua Program Studi S-2 Media dan Komunikasi UNAIR mengungkapkan, diperlukan pendidikan khusus yang sistematis kepada anak-anak untuk memberikan wawasan kebangsaan. Pendidikan yang diberikan harus relevan dengan kenyataan yang dihadapi masyarakat Indonesia. Sehingga, ketika dihadapkan pada kenyataan di masyarakat, mereka telah memiliki bekal pemahaman bagaimana menyikapi problema keberagaman. Sejalan dengan Santi, Mochtar dari Universitas Trunojoyo mengatakan, dibutuhkan revitalisasi karakter yang ditanamkan untuk generasi muda di Indonesia. Bentuk revitalisasi itu dengan penanaman pendidikan mulai dari keluarga hingga pendidikan formal. “Kita ini kalau mau jujur, budaya kita sudah tercampur baur dengan budaya barat, Timur Tengah, dan Arab. Kita kehilangan karakter. Maka perlu revitalisasi. Pendidikan awal adalah dari krluarga, sampai menuju pendidikan formal. Banyak pekerjaan rumah yang harus kita pikirkan, yaitu masalah kebangsaan dan
kebhinnekaan,” ungkapnya. Suko menutup diskusi dengan beberapa statemen. “Mengungkapkan ekspresi cinta terhadap bangsa bukan hanya lewat kata, tapi dengan tindakan. Berbangsa berati harus mengurangi egoisme, tidak memaksakan kehendak dan pendapat,” ungkapnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Nuri Hermawan
UKM Seni Religi Sabet Juara I Ajang Loop Fun Ramadhan Telkomsel UNAIR NEWS – Sepuluh mahasiswa yang tergabung dalam anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Religi Universitas Airlangga, berhasil menjadi yang terbaik pada lomba Loop Fun Ramadhan Telkomsel Tingkat Jawa Timur tahun 2017. Dalam acara yang diadakan oleh Telkomsel di Gedung Sport Center Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Minggu (04/06), tim UKM Seni Religi UNAIR membawakan satu lagu diajang lomba sholawat al-banjari ini. “Kami membawakan satu lagu yakni Rohman Ya Rohman,” ungkap salah satu anggota UKM Seni Religi Ervanada Cahya. Ervan juga mengungkapkan bahwa keikutsertaan UKM Seni Religi UNAIR pada ajang ini merupakan kali pertama. Namun, keikutsertaan diajang perdana ini, Ervan dan tim berhasil membawa pulang gelar juara
“Ini baru pertama kali dan alhamdulillah dapat juara satu dari 50 peserta se Jawa Timur,” paparnya. Meski mendapat juara, perjalanan Ervan dan tim bukan tanpa kendala. Sewaktu awal di tempat perlombaan, Ervan dan tim sempat banyak kendala mengumpulkan full team untuk memulai gladi bersih. “Awalnya juga hampir tidak bisa mengikuti lomba karena tidak membawa tiket yang diberikan waktu technical meeting, namun berkat bantuan salah satu event organizer bisa ikut,” kenangnya. Ervan juga menjelaskan bahwa dalam ajang ini hanya satu kategori yang dilombakan yakni sholawat al-banjari. UKM Seni religi UNAIR mengirim satu tim yang terdiri atas sepuluh anggota dari berbagai jurusan. “Dengan keikutsertaan kami diajang ini, kami belajar bagaimana melatih kedisiplinan dalam perlombaan dan UKM Seni Religi UNAIR lebih istiqomah dalam melantunkan sholawat di UNAIR maupun diajang perlombaan serta meraih lebih banyak prestasi,” tutup mahasiswa D3 Perpajakan 2014.
Penulis: Akhmad Janni Editor : Nuri Hermawan
Mahasiswa Sastra Inggris Ajak
Siswa SD Belajar Toleransi UNAIR NEWS – Sivitas akademika Universitas Airlangga menyelenggarakan beragam acara untuk memperingati datangnya bulan suci Ramadan. Salah satunya adalah acara Ramadhan in Charity with EDSA (RICE) yang diadakan para anggota Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris (EDSA) Fakultas Ilmu Budaya. Konsep toleransi antarumat beragama menjadi fokus utama dalam kegiatan RICE yang diadakan selama dua hari pada tanggal 3–4 Juni. Acara bertema “Faith in Humanity” tersebut memiliki tiga rangkaian yakni kunjungan studi, buka bersama, dan sahur on the road. Kegiatan RICE melibatkan 21 siswa kelas empat Sekolah Dasar (SD) Al-Ikhlas, SD Kristen Santo Mikael, dan Sekolah Minggu Pasraman Saraswati II. Mereka diajak untuk mengunjungi tiga tempat ibadah di kawasan Surabaya seperti Masjid Al-Ikhlas, Gereja Santo Mikael, dan Pura Agung Jagat Karana. “Kunjungan studi ini dimaksudkan untuk mengenalkan tiga tempat ibadah kepada adik-adik dari masing-masing sekolah dasar tersebut sehingga mereka mengerti bagaimana bertoleransi terhadap keberagaman agama. Kegiatan ini mengangkat topik besar tentang bentuk puasa di masing-masing agama bahwa puasa diterapkan di setiap agama dalam bentuk dan cara yang berbeda,” tutur panitia acara Azifatul Azifah. Azifah mengatakan pelajar sekolah dasar begitu antusias dalam mengikuti kunjungan studi. Sebagian dari mereka merasa senang ketika masuk ke tempat ibadah umat beragama lain. “Aku belum pernah masuk ke gereja jadinya aku ngerasa senang bisa ikutan acara ini,” tutur Azifah sambil menirukan Keysya Febrina Putri, pelajar SD Al-Ikhlas. Usai berkunjung ke tiga tempat ibadah, mereka juga diajak berdiskusi dalam forum kerukunan umat beragama. Diskusi tersebut dihadiri oleh seluruh panitia, peserta, dan tamu
undangan dari berbagai perwakilan umat beragama di Surabaya. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan acara buka bersama. Kegiatan RICE memperoleh apresiasi dari Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia I Wayan Suraka. Menurut Suraka, toleransi antarumat beragama begitu penting untuk ditanamkan sejak dini. Baginya, semakin dini mereka mengenal toleransi, anak-anak akan semakin menghargai perbedaan umat manusia. “Kegiatan yang diselenggarakan oleh adik-adik sangat bagus sekali apalagi mengingat bahwa Indonesia sedang maraknya isu yang bersangkutan dengan masalah toleransi beragama. Saya berharap dengan adanya acara ini, anak-anak dapat diajarkan sedari kecil agar menghargai perbedaan di Indonesia sebagaimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang tercantum dalam kitab Sutasoma,” terang Suraka. Kegiatan RICE diakhiri dengan pembagian 140 porsi nasi bungkus untuk sahur kepada masyarakat sekitar. Editor: Defrina Sukma S
pedagang
pasar,
tukang
becak,
dan