pengantar
Kabar Baik bagi Segala Zaman
Memahami dan Menerapkan Alkitab
A
lbert Einstein ternama karena rambutnya yang acak-acakan dan rumus terkenalnya E = mc2. Namun tidak banyak orang yang mengetahui bahwa ia menghabiskan 30 tahun terakhir hidupnya untuk menyelidiki teori yang tidak pernah ditemukannya—teori yang ia tahu dalam hatinya akan ditemukan suatu saat kelak. Einstein meyakini bahwa ada satu teori agung yang akan menjelaskan tentang kaitan dari seluruh kekuatan di alam semesta ini. Pencarian Einstein berlanjut hingga kini. Sebagian orang menamainya Teori Medan Terpadu. Yang lain menyebutnya sebagai Teori Tunggal yang Akbar. Teori itu mungkin paling dikenal dengan sebutan Teori Segalanya. 1
Meskipun saya dan Albert Einstein tidak mempunyai banyak kemiripan, saya juga penasaran dengan gagasan mengenai adanya satu Teori Tunggal yang Akbar untuk Alkitab—teori tunggal yang sederhana nan cerdas yang mencakup seluruh fakta yang ada dari Kejadian hingga Wahyu, seluruh ajaran Kitab Suci, dan meringkasnya sedemikian rupa sehingga seorang bocah kecil pun akan sanggup memahaminya. Mengapa demikian? Karena dengan memahami Teori Tunggal yang Akbar dari Alkitab, maka tersingkap pula isi hati dan pikiran Allah serta apa yang terpenting bagi-Nya baik untuk masa kini maupun sepanjang kekekalan. Kita akan ditolong untuk menghayati kekuatan besar yang sepatutnya menggerakkan hidup kita dan alasan utama bagi penciptaan kita sebagai manusia. Pencarian saya mendapat hasil pada suatu malam ketika sedang bersantap dengan seorang pengajar di sekolah Alkitab. Saya bertanya kepadanya mengapa ada begitu banyak pasal dalam kitab Keluaran yang berisi petunjuk-petunjuk terperinci yang seakan tiada habisnya untuk pembangunan Kemah Pertemuan. “Oh, mudah saja,” ujarnya. “Allah sendiri hendak berdiam di tengah umat-Nya!” Jawaban sederhana itu menjadi kunci yang membuka makna Kitab Suci. Saya mendapati bahwa kunci utama itu cocok dengan seluruh kisah Alkitab dari awal hingga akhir. Bahkan, dalam salah satu pasal terakhir dari Alkitab, Rasul Yohanes menulis tentang puncak dari penglihatan luar biasa yang diterimanya: Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang 2
KABAR BAIK BAGI SEGALA ZAMAN
berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu sudah berlalu” (wahyu 21:1-5).
Allah menciptakan kita untuk menjadi bagian dari satu komunitas yang saling mengasihi dengan Dia sebagai pusat-Nya. Karena Allah adalah kasih, Dia menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya agar kita bisa mengalami kedalaman kasih-Nya— tidak hanya bersama-Nya tetapi juga dengan sesama manusia. Kejatuhan manusia di kitab Kejadian pasal 3 itu seumpama gempa bumi yang meretakkan tujuan Allah atas kita. Pada intinya, dosa menghancurkan hubungan dengan sesama, komunitas, dan persekutuan dengan Pribadi yang menciptakan kita. Namun Allah tidak pernah menyerah dengan rencana awal-Nya! Setiap kitab dalam Alkitab, setiap kisah dalam lembar demi lembar, menceritakan upaya tak kenal lelah yang dilakukan-Nya demi membawa kita kembali kepada-Nya—hingga puncaknya, Dia menjadi sama seperti kita dan kemudian mati di atas kayu salib guna menghapus jurang yang memisahkan kita dari-Nya. Ketika Anda menyadari bahwa yang terutama dari Alkitab bukanlah peraturan melainkan hubungan, cara Anda membaca Kitab Suci akan berubah. Dan ketika Anda memahami bahwa yang terutama dalam firman Allah bukanlah hukum melainkan kasih, Anda akan dapat menyelami isi hati Allah yang menciptakan Anda bagi diri-Nya. Pengantar
3
Halaman-halaman berikut ditulis untuk membantu Anda memahami dan menerapkan Alkitab. Namun selagi Anda mengarungi perjalanan penting ini, ingatlah untuk menjadikan “Teori Tunggal yang Akbar” itu sebagai acuan utama yang memandu Anda hingga ke tujuan.
Jack Kuhatschek
4
KABAR BAIK BAGI SEGALA ZAMAN
daftar isi langkah pertama
Memahami Keadaan Asli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 langkah kedua
Menemukan Prinsip Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 langkah ketiga
Menerapkan Prinsip Umum pada Masa Kini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
PEMIMPIN EDITOR: Tim Gustafson PENERBIT: Our Daily Bread Ministries PENULIS: Jack Kuhatschek EDITOR PELAKSANA: J. R. Hudberg PENERJEMAH: Yoki EDITOR TERJEMAHAN: Dwiyanto, Natalia Endah PENYELARAS BAHASA: Marlia K. Dewi PENATA LETAK: Mary Chang SAMPUL & ILUSTRASI: Jeremy Culp PERANCANG INTERIOR: Steve Gier GAMBAR INTERIOR:
(hlm.1) Jeremy Culp; (hlm. 7) Marcello via StockXchng; ( hlm.21) Agnes Scholiers via RGBStock; (hlm.31) Constantin Giuhat dan Linden Laserna via StockXchng.
Bacaan Alkitab merupakan kutipan dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia © LAI 1974. © 2015 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, Michigan. Dicetak di Indonesia.
Indonesian Discovery Series “A Message for All Time”
langkah pertama
Memahami Keadaan Asli
D
alam film klasik Back to the Future (Kembali ke Masa Depan), seorang remaja dari dekade 1980-an memasuki sebuah mesin waktu (mobil DeLorean yang telah dimodifikasi) dan melaju kencang meninggalkan jejak berapi untuk kembali ke dekade 1950-an. Kotanya tetap sama, tetapi semuanya berubah. Para wanita berkuncir kuda dan mengenakan kaos kaki model kuno dan berbicara dengan kalimat seperti, “Amboi, elok rupawan pria itu!” Para pria tampil klimis dengan sisiran rambut rapi ke belakang dan mengenakan baju hangat khas masa itu dan celana panjang model baggy. Ketika mobil menepi ke SPBU, masih ada petugas berseragam yang segera keluar untuk mengisi tangki bensin, mengelap kaca depan, dan memeriksa oli. Harga bensin hanya 5 sen per liter, begitu juga harga sebotol Coca Cola. Ketika menonton film itu, kita tersentak dengan kenyataan betapa ganjilnya kehidupan di masa lalu dan alangkah banyaknya hal yang telah berubah. Kita juga menyadari bahwa banyak hal yang masih tetap sama. Masa remaja tetap adalah masa yang canggung, baik kini maupun di masa lalu. Para remaja masih harus mengalami 7
masa-masa sekolah, mengerjakan PR, berpesta, berteman, dan cinta pertama. Orang-orang masih melaju di jalanan sambil mendengarkan lagu kesukaan mereka dari radio. Bocah lakilaki masih suka mengisengi saudari mereka, dan meskipun Coca Cola tidak lagi berharga 5 sen, orang masih suka meminumnya. Jadi, apa bedanya? Kita juga menemui pengalaman serupa ketika kita membaca Alkitab. Banyak hal terasa ganjil atau asing. Orang-orang dalam Alkitab mengenakan sandal, mengendarai unta, dan tinggal di kemah. Mereka mempersembahkan korban binatang dan menganggap daging babi itu ‘haram’. Mereka beribadah pada Berulang hari Sabtu dan bekerja pada hari kali, Alkitab Minggu. Ketika seorang wanita memperlihatkan tidak bisa memberikan keturunan, ia mengizinkan suaminya menikahi betapa Allah hamba perempuannya. Benar-benar dengan sabar suatu dunia yang jauh berbeda! dan penuh kasih Tentu saja, banyak hal tetap terlihat sama. Para tokoh di Alkitab memelihara bergumul melawan godaan dan umat-Nya dan tantangan untuk beriman kepada memanggil Allah. Demikian pula kita. Kita bisa ikut merasakan penderitaan Ayub mereka untuk meski ia hidup 4.000 tahun yang lalu. mengasihi-Nya Para suami tetap harus mengasihi istri dan sesama. mereka dan anak-anak tetap harus menaati orangtua mereka. Sering kita merasa para penulis Alkitab sedang berbicara langsung kepada kita dengan memberikan kekuatan, penghiburan, dan harapan. Berulang kali, Alkitab memperlihatkan betapa Allah dengan sabar dan penuh kasih memelihara umat-Nya dan memanggil mereka untuk mengasihi-Nya dan sesama. 8
KABAR BAIK BAGI SEGALA ZAMAN
Perasaan ganjil tetapi tidak asing yang dialami ketika kita membaca Alkitab (atau menonton film mengenai dekade 1950an) merupakan akibat dari adanya jarak dalam sejarah. Meskipun kita memiliki banyak kesamaan dengan para tokoh di Alkitab, kita terpisah jarak sejauh 2.000 hingga 4.000 tahun dengan mereka. Mereka hidup di zaman, waktu, dan budaya yang berbeda, serta bercakap-cakap dalam bahasa yang berbeda pula. Kita tidak mungkin dapat mengabaikan jarak dalam sejarah dan budaya itu apabila kita hendak memahami dan menerapkan Alkitab.
Perjalanan Lintas Waktu Di satu sisi, memahami dan menerapkan Alkitab adalah seperti melangkah ke dalam mesin waktu. Kita harus melintasi rintangan waktu, bahasa, budaya, dan geografis demi memahami para tokoh Alkitab dan bagaimana firman Allah diterapkan dalam keadaan yang mereka hadapi. Kita akan mempelajari caranya pada bab ini. Lalu, setelah memahami bagaimana firman Allah diterapkan bagi orang-orang pada abad lampau, kita melangkah lagi ke dalam mesin waktu dan kembali ke abad ke-21. Sekarang kita mampu merenungkan bagaimana Kitab Suci diterapkan pada waktu dan budaya kita saat ini dan pada masalah yang kita hadapi. Itulah tujuan dari bab berikutnya. Mesin waktu kita dibangun dari berbagai alat yang tersedia bagi para pembelajar Alkitab masa kini. Dengan sejumlah alat itu, kita sanggup melintasi rintangan yang memisahkan kita dari dunia zaman Alkitab.
Melintasi rintangan waktu. Karena peristiwa-peristiwa dalam Alkitab terjadi ribuan tahun yang lalu, kita dihadapkan pada satu masalah utama dalam memahami semua peristiwa itu: kita tidak berada di sana! Oleh karena itu, kita sering kali kekurangan informasi penting menyangkut konteks sejarah yang melatarbelakangi terjadinya semua peristiwa tersebut. Hampir setiap surat di Perjanjian Baru ditulis untuk membahas suatu masalah tertentu atau sejumlah masalah dalam hubungan Memahami Keadaan Asli
9
baru mereka dengan Allah di dalam Yesus: Jemaat di Galatia berupaya untuk dibenarkan melalui hukum Taurat; jemaat di Korintus menghendaki jawaban bagi pertanyaan soal pernikahan, karunia rohani, dan daging persembahan berhala; Timotius ingin mengetahui cara untuk menegakkan ketertiban dalam gereja. Apabila kita tidak memahami persoalan atau pertanyaan tersebut, membaca surat-surat itu hanya akan seperti menguping pembicaraan seseorang di telepon. Kita membaca apa yang ditulis oleh penulis Alkitab, tetapi kita tidak mengetahui alasan ia menuliskannya. Hal yang sama juga berlaku ketika kita membaca Mazmur dan kitab-kitab para nabi. Kita hanya mengetahui separuh dari kisah sesungguhnya! Contohnya, dalam suratnya yang pertama Yohanes menulis: Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah (1 yohanes 4:1-3). Perikop itu sering disalahtafsirkan sebagai cara untuk menguji kerasukan setan. Akibatnya, perikop tersebut salah diterapkan. Misalnya, ketika bertemu dengan seseorang yang mungkin kerasukan setan, kita diminta untuk “menguji roh” dengan bertanya kepada orang itu, “Apakah Yesus Kristus telah datang sebagai manusia?” Jika orang itu memang dirasuki roh jahat, ia akan menjawab “Tidak.” Namun jika orang itu menjawab “Ya”, kita menganggap bahwa ia tidak kerasukan setan. Itu adalah contoh umum dari upaya menafsirkan perikop secara terpisah dari latar belakang sejarahnya. Jika membaca dengan teliti bagian itu, kita akan melihat bahwa Yohanes tidak sedang memberikan petunjuk untuk menguji kerasukan setan melainkan untuk membedakan antara nabi yang benar dari yang palsu (ay.1). Dan nabi palsu yang dimaksudkannya adalah mereka 10
KABAR BAIK BAGI SEGALA ZAMAN
yang menyangkal bahwa Kristus yang ilahi telah benar-benar menjadi manusia, karena mereka percaya bahwa “daging” dan materi itu jahat. Bagaimana kita mengetahui hal itu? Ada beberapa cara untuk mempelajari latar belakang sejarah dari perikop tersebut atau perikop mana pun. Salah satunya adalah dengan mencari petunjuk dalam kitab atau perikop itu sendiri. Di 1 Yohanes 2:19, kita menemukan bahwa para nabi palsu itu pada awalnya pernah menjadi bagian dari gereja: “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita” (2:19). Yohanes menyebut mereka “antikristus” (ay.18). Salah satu tujuan dari suratnya adalah untuk memperingatkan para pembacanya mengenai mereka: “Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu” (ay.26). Ada banyak pernyataan lain di dalam surat Yohanes, baik terang-terangan maupun terselubung, yang memberi kita Karena peristiwainformasi tambahan mengenai keadaan peristiwa dalam yang dihadapi para pembacanya dan Alkitab terjadi alasan ia menulis kepada mereka. Ketika kita menelusuri latar ribuan tahun belakang sejarah dari sebuah kitab yang lalu, atau perikop, ada baiknya juga kita kita dihadapkan membaca bagian-bagian Alkitab lain yang berkaitan. Sebagai contoh, pada satu Mazmur 51 ditulis oleh Daud setelah masalah utama perselingkuhannya dengan Batsyeba. dalam memahami Kita bisa membaca tentang Daud dan Batsyeba di 2 Samuel 11–12. semua peristiwa (Keterangan di atas teks Mazmur 51 itu: kita tidak memberi tahu kita mengapa mazmur berada di sana! itu ditulis. Ketika keterangan tidak diberikan, sebuah kamus atau tafsiran Alkitab sering menyebutkan bagianMemahami Keadaan Asli
11
bagian lain yang berkaitan). Demikian juga ketika mempelajari kitab Filipi, ada baiknya kita menelusuri pula kitab Kisah Para Rasul, yang memuat keterangan mengenai cikal bakal berdirinya jemaat di Filipi (lihat kisah para rasul 16). Semakin banyak kita mengetahui latar belakang sejarah dari sebuah bagian dari Alkitab, semakin baik kita diperlengkapi untuk memahami pesan dari penulisnya. Memperoleh keterangan seperti itu bisa sama dengan menemukan kepingan puzzle yang hilang. Ketika kepingan itu diletakkan di tempat yang seharusnya, keseluruhan gambarnya menjadi jauh lebih jelas.
Melintasi rintangan bahasa. Kenyataan bahwa Alkitab ditulis dalam bahasa Ibrani, Aram, dan Yunani daripada dalam bahasa Indonesia atau Inggris telah menciptakan rintangan yang berarti untuk memahami pesan di dalamnya. Siapa saja yang berusaha mempelajari semua bahasa itu akan segera menyadari betapa sulit untuk menguasainya. Syukurlah, mereka yang ahli dalam bahasa asli Alkitab telah melintasi rintangan itu bagi kita dengan menerjemahkan bahasa asli Alkitab ke dalam bahasabahasa lain. Bahkan dalam bahasa Inggris, ada banyak versi terjemahan yang bisa dipilih. Untuk bahasa Inggris, ada terjemahan ekuivalen formal seperti New American Standard Bible dan English Standard Version—Alkitab Terjemahan Baru termasuk jenis terjemahan itu. Ada terjemahan ekuivalen fungsional atau dinamis seperti New International Version dan New Living Translation—Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari atau Bahasa Indonesia Masa Kini termasuk jenis itu. Kemudian ada terjemahan bebas seperti New Testament in Modern English oleh J. B. Phillips.
Setiap jenis terjemahan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Terjemahan ekuivalen formal berusaha sedekat mungkin mengikuti susunan kata dalam bahasa Ibrani atau Yunani, tetapi hasil pengkalimatannya sering kali terdengar janggal dalam bahasa Inggris. 12
KABAR BAIK BAGI SEGALA ZAMAN
Terjemahan bebas lebih mementingkan kejelasan makna ketimbang susunan kata. Terjemahan seperti itu mudah dibaca tetapi memberikan kesan bahwa Alkitab ditulis pada abad ke-21. Sebagai contoh, dalam terjemahan pertama The Living Bible dari Mazmur 119:105, kata pelita diterjemahkan menjadi “senter”! Para pembelajar Alkitab yang cermat akan memanfaatkan kelebihan dari semua jenis terjemahan itu. Setiap terjemahan dapat memberikan pencerahan mengenai apa yang sesungguhnya disampaikan oleh si penulis dalam bahasa aslinya. Melintasi rintangan budaya. Peristiwa-peristiwa di Alkitab berlangsung di tengah budaya yang berbeda-beda: Mesir, Kanaan, Babel, Yahudi, Yunani, dan Romawi (itu baru sebagian kecil). Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila dalam Alkitab, kita menemui adat istiadat atau kepercayaan yang terlihat ganjil. Kita merasa demikian karena semua itu begitu berbeda dengan budaya abad ke-21. Apa yang dimaksud dengan terafim dan mengapa Rahel mencuri itu dari ayahnya (kejadian 31:19)? Mengapa Yunus takut terhadap orang Niniwe? Siapakah orang Samaria, dan mengapa ada kebencian mendalam antara mereka dengan orang Yahudi (yohanes 4:9)? Bagaimana keadaan kota Korintus, dan apakah jemaat di Korintus menghadapi godaan tertentu karena mereka tinggal di sana? Ketika kita memahami jawaban atas pertanyaanpertanyaan tersebut, kita pun memperoleh pencerahan baru dengan melihat bagaimana firman Allah diterapkan melalui tindakan tokoh-tokoh Alkitab dalam menghadapi beragam ketakutan, konflik, dan godaan. Bayangkan kita sedang menyelidiki kitab Amos dan mendapati ayat berikut: “Pada waktu Aku menghukum Israel karena perbuatan-perbuatannya yang jahat . . . tanduk-tanduk mezbah itu dipatahkan dan jatuh ke tanah” (amos 3:14). Ayat itu tak bermakna bagi kita di abad ke-21, tetapi kamus atau ensiklopedia Alkitab akan membantu kita memahami apa yang dimaksud oleh Amos. Memahami Keadaan Asli
13
Jika menelusuri penjelasan kata mezbah atau tanduk, kita mendapati bahwa mezbah di Bait Suci memiliki semacam tanduk pada keempat sudutnya. Darah korban persembahan dioleskan pada tanduk-tanduk itu. Di zaman Perjanjian Lama, banyak orang Yahudi meyakini mezbah sebagai tempat perlindungan. Mereka yang mencari keselamatan akan pergi ke Bait Suci dan memegang tanduk mezbah itu. Amos memperingatkan bahwa bangsa Israel akan berlari ke mezbah dan mendapati bahwa tanduk-tanduknya (yaitu, tempat perlindungannya) telah hilang! Memang mustahil mempelajari Alkitab tanpa menyelami budaya Timur Tengah kuno. Ketika kita semakin memahami budaya kuno tersebut, kita akan semakin ditolong untuk mampu melintasi rintangan yang ada di antara dunia kita dengan mereka.
Ketika kita semakin memahami budaya kuno tersebut, kita akan semakin ditolong untuk mampu melintasi rintangan yang ada di antara dunia kita dengan mereka.
Kita bisa mengetahui banyak tentang budaya dalam Alkitab hanya dari membaca kitab atau perikop yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, kitab-kitab Injil dipenuhi oleh petunjuk mengenai cara hidup orang di Palestina pada abad pertama. Kita tahu bahwa bangsa Yahudi berada di bawah kekuasaan Romawi (LUKAS 3:1) dan menanti-nantikan kedatangan Mesias untuk membebaskan mereka dari musuh (LUKAS 1:71). Kita juga memperoleh pemahaman mengenai keseharian hidup di zaman Alkitab: kegiatan usaha (LUKAS 16:1-18), pernikahan (YOHANES 2), pemakaman (YOHANES 11), pengupahan (MATIUS 20:1-16), perpajakan (MATIUS 22:15-22), dan seterusnya.
14
KABAR BAIK BAGI SEGALA ZAMAN