AKURASI TIMBANGAN Dl PASAR TRADISIONAL DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN Yeti Sumiyati dan Tatty Aryani Ramli Abstract
This research will examined how the accuracy of non automatic schale equipment in traditional market is standardized andhowcontrol mechanism apply toensure it's traceability that performed bythe government authorities.
This research uses yuridical normative method. The research approach through science jurispru dence which involvedthe regulation relatedto standardization and verification scale weighingand mea surement equipment for costumer interests.
The Government maintains the standardization and accuracy of scale equipment in traditional market held through control mechanism heldannually bymarking, re marked orstamped, andrejectthe error marked, comply to the internationalmetrology standard. This research demonstrate that control
mechanism shall continuously implemented andexercised a betterpromotion to the trader society. Keywords: schale accuracy, traditional market
A.
Pendahuluan
Liberalisasi pasar ritel di Indonesia terjadi sejakditandatanganinya Lol (LetterofIntent) antara pemerintah Indonesia dalam Dana Moneter Intemasional (IMF)tahun 1998. Salah satu hasilnya adalah memberikan kebebasan kepada investor asing masuk ke industri ritel. (Editorial, 2008: 4) Kebijakan liberalisasi pasar ritel ini diatur pertama kalidengan Keppres Nomor 99Tahun 1998 dan SK Menteri Investasi Nomor 29/SK/1998. Sejaksaat itulah terjadi persaingan ketat antara peritel asing dan peritel lokal dalam hal initermasuk juga pasar tradisional.
Pasar tradisional adalah bisnis ritel yang telah lama eksis di Indonesia. Kegiatan pasar tradisional (wet market) merupakan eksistensi kegiatan ekonomi yang telah melembaga sejak manusia ada. Di Indonesia terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil.Penelitian AC Nielsen mengatakan bahwa pertumbuhan pasar tradisional lebih lamban daripada pertumbuhan pasar modern. Meskipungambaran kecenderungan masyarakat berbelanja ke pasar modern terns meningkat (pengunjung ke pasar tradisional 65% pada tahun 1999 menjadi 53 % pada tahun 20.04), (M. Udin Silalahi, 2008: 6), tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya di pasar tradisional inilah sebagian besar masyarakat berbelanja untuk kepentingan hidup sehari-hari. Di pasar tradisional kegiatan ekonomi bergerak terns sepanjang hari yang melibatkan 12,6 juta pelaku usaha atau
58 Yustisia Edisi Nomor 77 Mei-Agustus 2009
pedagang kecil, sehingga eksistensinya akan mempengaruhi aktifitas ekonomi nasional secara signifikan. Perdagangan barang atau jasa tidak akan pernah terjadi tanpa keberadaan konsumen, demikian juga perdagangan di pasar tradisional. Dari pengamatan umum dapat diasumsikan bahwa konsumen di pasar tradisional dapat dikategorikan sebagai konsumen yang retan secara ekonomi dan sosial. Tipe konsumen pasar tradisional umumnya masuk ke dalam tipe konsumen yang tidak terinformasi, (Sidarta, 2004:25) dengan ciri-cirinya, antara lain 1) kurang berpendidikan; 2) termasuk kategori kelas menengah ke bawah; dan 3) tidak lancar berkomunikasi. Konsumen jenis ini sangat
rentan (Imam Baehaqie, 1999:1) akan tindakan ketidakadilan dari pelaku usaha di pasar tradisional. Terhadap ketidakadilan ini, mereka lebih banyak bersikap diam karena takut, bahkan untuk mengeluh sekalipun. Kondisi ini membutuhkan etika dan peraturan yang mewajibkan pelaku usaha/ pedagang menjamin hak-hak konsumen. (Imam Baehaqie, 1999:5) Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), hak-hak konsumen itu antara lain: hak untuk mendapatkan pendidikan konsumen, hak untuk mendapatkan produk barang/dan atau jasa sesuai dengan nilai tukar yang diberikan dan hak untuk mendapatkan informasi yang benar dan jujur. Salah satu bidang penting yang perlu diperhatikan
Akurasi Timbangan di Pasar Tradisional..