AKUPUNTUR METODE ALTERNATIF MENGATASI DEPRESI PADA IBU HAMIL
Diah Eka Nugraheni,M.Keb Perawatan akupuntur menunjukkan penurunan gejala dan tingkat respon yang sama dengan standar perawatan depresi jangka panjang, suatu alternatif pilihan pengobatan bagi depresi dalam masa kehamilan. Kehamilan merupakan saat saat yang menyenangkan bagi calon ibu dan keluarga. Namun terkadang ada rasa cemas yang dialami oleh ibu, apalagi calon ibu yang menjalani kehamilan pertama. Sekitar 14 – 23% wanita hamil akan mengalami deptresi selama masa kehamilan.1 Depresi saat hamil bukan hanya berakibat bagi ibu, tapi juga janin yang dikandung dan keluarga.2 Pengobatan depresi selama kehamilan, melibatkan peran serta dokter dan keluarga. Dokter dan keluarga harus selalu memperbaharui informasi pengobatan depresi selama kehamilan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam The American College of Obstetricians and Gynaecologyst menyatakan bahwa depresi selama kehamilan dapat mengakibatkan keguguran, gangguan pertumbuhan janin, persalinan premature,bayi menjadi irritable, lekas marah, kurang perhatian, kurang aktif dan lebih sedikit respon wajah dibandingkan bayi yang lahir dari ibu yang tidak depresi.3,5-10. Dalam sebuah studi, bayi usia 18 bulan yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi selama kehamilan akan mengalami
keterlambatan perkembangan dibandingkan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang tidak mengalami depresi. (95% CI=1.01–1.78; P=.043)4 Pengobatan yang saat ini banyak diberikan adalah dengan menggunakan obat obatan antidepresan, namun penggunaan obat antidepresan juga memiliki efek bagi janin yang dikandung, seperti keguguran (12,4%), berat lahir kurang (SGA dan LBW),dan persalinan prematur 11-15 Manfaat akupuntur untuk kesehatan sudah diketahui sejak lama sebagai solusi dalam mengatasi berbagai macam penyakit. Mekanisme pengurangan tingkat depresi tubuh yang dilakukan akupuntur itu adalah karena efek rileks yang diberikan akupuntur. Saat rileks terjadi, otak akan merangsang kelenjar-kelenjar tertentu (misalnya kelenjar pituitary) untuk menghasilkan zat-zat kimia tubuh (hormon, steroid, atau neurotransmitter) yang merupakan zat penenang alami. Contoh zat penenang alami ini misalnya saja adalah kotisol, serotonin, dan juga dopamin.
Akupunktur khusus untuk depresi berhubungan dengan penurunan yang signifikan gejala depresi berat dan tingkat respon yang lebih tinggi dibandingkan dengan control. Manfaat akupunktur khusus untuk depresi lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Salah satu studi psikoterapi depresi selama kehamilan melaporkan penurunan 52% skor depresi dibandingkan penurunan skor depresi setelah 16 minggu interpersonal psychotherapy sebesar 19% yang diukur dengan menggunakan Hamilton Rating Scale 13, penelitian ini menemukan 53%. Secara keseluruhan, akupuntur menghasilkan respon sebanding dengan pengobatan depresi dan dikaitkan dengan efek samping yang relatif sedikit dan lebih ringan, Hal ini menunjukkan bahwa akupunktur bisa menjadi pengobatan yang layak dipilih untuk depresi selama kehamilan3 Hasil yang mirip juga didapat dari penelitian Smith dan Hay (2004). Dari 517 orang yang menderita depresi dan diteliti diperoleh hasil bahwa akupuntur merupakan pengobatan yang lebih baik untuk depresi daripada pengobatan melalui obat penenang (depresan). Indikator yang diberikan berupa penurunan gejala depresi yang perlahanlahan menghilang.
DAFTAR PUSTAKA 1. Gaynes BN, et al. Perinatal depression: prevalence, screening accuracy and screening outcomes. Evid Rep/Technol Assess (Summ) 2005:1–8.
2. Gavin NI, Gaynes BN, Lohr KN, Meltzer-Brody S, Gartlehner G, Swinson T. Perinatal depression: a systematic review of prevalence and incidence. Obstet Gynecol 2005;106:1071-83 3. Manber R, Schnyer R, Lyell D, Chambers AS, Caughey AB, Druzin M, et al. Acupuncture for Depression During Pregnancy, A Randomized Controlled Trial. The American College of Obstetricians and Gynecologists 2010: 115-3;511-521 4. Deave T, Heron J, Evans J, Emond A. The impact of maternal depression in pregnancy on early child development. BJOG 2008;115:1043–51. 5. Sugiura-Ogasawara M, et al. Depression as a potential causal factor in subsequent miscarriage in recurrent spontaneous aborters. Hum Reprod 2002;17:2580–4. 6. Nakano Y, et al. Psychosocial predictors of successful delivery after unexplained recurrent spontaneous abortions: a cohort study. Acta Psychiatr Scand 2004;109:440–6. 7. Nelson BA, McMahon K, Joffe M, Brensinger C. The effect of depressive symptoms and optimism on the risk of spontaneous abortion among innercity women. J Womens Health 2003;12:569– 76. 8. Steer RA, Scholl TO, Hediger ML, Fischer RL. Self-reported depression and negative pregnancy outcomes. J Clin Epidemiol 1992;45(10):1093–9. 9. Oberlander T, Warburton W, Misri S, Aghajanian J, Hertzman C. Neonatal outcomes after prenatal exposure to selective serotonin reuptake inhibitor antidepressants and maternal depression using population-based linked health data. Arch Gen Psychiatry 2006;63:898– 906. 10. Andersson L, Sundstrom-Poromaa I, Wulff M, Astrom M, Bixo M.Neonatal outcome following maternal antenatal
depression and anxiety: a populationbased study. Am J Epidemiol 2004;159:872–81. 11. Suri R, et al. Effects of antenatal depression and antidepressant treatment on gestational age at birth and risk of preterm birth. Am J Psychiatry 2007;164:1206–13. 12. Kulin N, et al. Pregnancy outcome following maternal use of the new selective serotonin reuptake inhibitors. JAMA 1998;279(8):609–10.
13. Pastuszak A, et al. Pregnancy outcome following first-trimester exposure to fluoxetine (Prozac). JAMA 1993;269(17):2246–8. 14. Simon G, Cunningham M, Davis R. Outcomes of prenatal antidepressant exposure. Am J Psychiatry 2002;159:2055–61. 15.Wen S, et al. Selective serotonin reuptake inhibitors and adverse pregnancy outcomes. J Obstet Gynecol 2006;194:961.
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks