1
AKUMULASI TIMBAL (Pb) PADA DAUN BAMBU PAGAR Bambusa multiplex (Lour) Raeusch. Ex Schult. & Schult. f. DI KOTA MAKASSAR ABSTRAK Analisis timbal (Pb) daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) dari beberapa jalan utama di Makassar, telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2012, yang bertujuan untuk mengetahui akumulasi timbal daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) di beberapa tempat di kota Makassar. Analisis sampel di lakukan dengan metode pengabuan basah dan menggunakan peralatan AAS (Atomic Absorpsi Spectrophotometri). Hasil analisis akumulasi timbal daun bambu pagar dengan kisaran antara (0,5 – 0,75 µg/g). Berdasarkan histogram menunjukkan adanya penurunan luas permukaan daun, jumlah stomata dan kerapatan trikomata seiring dengan naiknya konsentrasi Pb daun diantaranya terjadi penurunan luas permukaan daun pada daerah Metro Tanjung Bunga yaitu (13,16305 cm2) dengan konsentrasi Pb (0,625 µg/g) dibandingkan dengan konsentrasi pb pada daerah Kima dimana luas permukaan daun yaitu (14,21545 cm2) dengan konsentrasi Pb yaitu (0,275 µg/g), penurunan jumlah stomata yaitu pada daerah Kawasan Industri Kima dimana jumlah stomata sebanyak (740/cm2 ) dan konsentrasi Pb sebesar (0,275 µg/g) dibandingkan dengan kawasan pelabuhan dimana jumlah stomata sebanyak (580/cm2) dan konsentrasi Pb sebsar (0,65 µg/g) sedangkan pada kerapatan stomata ditandai pada daerah Metro Tanjung Bunga dimana daerah tersebut merupakan daerah lokasi penelitian yang memiliki konsentrasi yang tinggi yaitu (0,625 µg/g) dan memiliki kerapatan trikomata yang tinggi yaitu (94,78125/cm2) dibandingkan pada daerah Kawasan Industri Kima (0,275 µg/g) dengan kerapatan trikomata (56,4375/cm2). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa daun Bambusa multiplex (Lour) mampu mengakumulasi Pb dan akumulasi Pb tidak terlalu mempengaruhi morfologi daun. Kata Kunci : Akumulasi, timbal, bambu pagar dan Bambusa multiplex (Lour)
PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan telah terjadi dimana-mana, terutama didaerah perkotaan seperti Kota Makassar yang dipadati kendaraan bermotor dan industri. Hal ini penyebab terbesar pencemaran udara. Pencemarannya lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia lainnya. Pengaruh pencemaran oleh logam berat telah banyak dilaporkan. Peningkatan jumlah industri, transportasi dan pertambangan mempunyai andil
menunjukkan pembangunan dibidang industri dan transportasi juga membawa dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan. Kendaraan bermotor merupakan yang besar pula dalam peningkatan jumlah zat pencemar logam. Peningkatan jumlah pencemar tersebut sangat mengkhawatirkan karena akan merusak lingkungan biotik dan abiotik (Imanuddin, 2001) Menurut Fergusson (1990) bahan pencemar (polutan) yang
2
berasal dari gas kendaraan bermotor umumnya berupa gas hasil sisa pembakaran dan partikel logam berat seperti timbal (Pb). Timbal (Pb) yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor rata-rata berukuran 0,02-0,05 µm (Antari dan Sundra, 2002). Timbal adalah logam berat yang paling banyak terdapat di lingkungan, sangat mudah digunakan dan berdampak negatif yang sangat kuat pada setiap tingkatan makanan (Tzalev dan Zaprianov, 1995 dalam Antari dan Sundra 2002). Partikel logam berat timbal yang berasal dari emisi kendaraan bermotor akan mencemari, udara, tanaman, hewan, dan manusia dengan berbagai cara seperti sedimentasi, presipitasi dan inhalasi (Parsa, 2001 dalam Antari dan Sundra, 2002). Timbal (Pb) sangat berbahaya bagi manusia karena mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui sistem pernapasan, pencernaan ataupun langsung melalui permukaan kulit. Daya racun timbal dapat mengakibatkan peradangan pada mulut, menyebabkan diare, juga dapat mengakibatkan anemia, mual dan sakit di sekitar perut serta kelumpuhan (Hamidah, 1980 dalam Antari dan Sundra, 2002). Kandungan timbal di sekitar jalan raya atau kawasan perkotaan sangat tergantung pada kecepatan lalu lintas, jarak terhadap jalan raya, arah dan kecepatan angin, cara mengendarai dan kecepatan kendaraan (Parsa, 2001). Bioakumulasi timbal terhadap
daun pada tanaman akan lebih banyak terjadi pada tanaman yang tumbuh di pinggir jalan besar yang padat kendaraan bermotor (Sastrawijaya, 1996 dalam Antari dan Sundra, 2002). Menurut Kovack (1992) dalam Karliansyah (1999), salah satu cara pemantauan pencemaran udara adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Kemampuan masing-masing tumbuhan untuk menyesuaikan diri berbeda-beda sehingga menyebabkan adanya tingkat kepekaan, yaitu sangat peka, peka dan kurang peka. Tingkat kepekaan tumbuhan ini berhubungan dengan kemampuannya untuk menyerap dan mengakumulasikan logam berat. sehingga tumbuhan adalah bioindikator pencemaran yang baik. Dengan demikian daun merupakan organ tumbuhan sebagai bioindikator yang paling peka terhadap pencemaran (Antari dan Sundra, 2002). Tanaman pagar merupakan tanaman yang ditanam sebagai pembatas selain berfungsi sebagai pembatas kavling atau kepemilikan, ada beberapa fungsi dan manfaat lain dari penggunaan tanaman pagar. Hal yang paling fungsional adalah sebagai filter atau penyaring suara, debu, dan sebagai penyerap usnsur pencemar (Werdiningsih, 2007). Menurut Werdiningsih (2007), tanaman jenis perdu yang sering digunakan sebagai pagar hidup dapat menyerap dengan baik gas – gas pencemar udara, seperti timbal, CO2, dan
3
NO serta hasil buangan knalpot kendaraan bermotor hingga 70% lebih. Pohon bambu pagar Bambusa multiplex merupakan jenis tanaman yang cukup banyak digunakan di kota Makassar sebagai tanaman pereduksi polusi. Hal ini karena tanaman tersebut memiliki karakter seperti permukaan daun berbulu yang merupakan sebagian kriteria tanaman sebagai pereduksi polusi (Universitas Pendidikan, 2003) lalu menurut Kozlowski (1991) bahwa pada kebanyakan pencemaran udara, menyebabkan kerusakan dan perubahan fisiologi tanaman yang kemudian diekspresikan dalam gangguan pertumbuhan baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan daun. Luasan daun dari suatu pohon dan tegakan pohon yang terekspose langsung ke pencemar udara dapat berkurang karena pembentukan dan kecepatan abisi daun. Dan juga Kozlowski (1991) menyebutkan bahwa bahan pencemar dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fisiologis di dalam tanaman jauh sebelum terjadinya kerusakan fisik berupa penurunan kemampuan tanaman dalam menyerap air dan pembukaan stomata yang tidak sempurna. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu diadakan penelitian terhadap kandungan timbal (Pb) yang terakumulasi pada daun Bambu Pagar Bambusa Multiplex serta mengetahui pengaruhnya pada luas permukaan daun dari tanaman tersebut dalam mengakumulasi logam berat
khususnya timah hitam yang berasal dari kendaraan bermotor. METODE PENELITIAN Prosedur kerja Penentuan Lokasi Cuplikan Penentuan lokasi cuplikan ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan kendaraan dan dibeberapa lokasi industri di Kota Makassar yaitu Jalan Nusantara, Jalan Tanjung Bunga dan Kawasan Industri Kima. Sedangkan penentuan pengambilan sampel dilakukan pada beberapa titik pada setiap lokasi yang telah ditentukan. Pengambilan Sampel Daun Pengambilan sampel daun bersifat purposive sampling yaitu memilih tanaman pelindung bambu pagar Bambusa multiplex yang paling dominan di setiap stasiun. Dari setiap lokasi jalan dipilih 1-2 pohon dan dari setiap pohon diambil sampel daun, yaitu anak daun yang diambil adalah yang terletak pada lapisan tajuk paling bawah karena bagian tersebut paling dekat dengan sumber emisi, serta daun yang terdapat pada ujung pohon yang berhubungan dengan udara bebas. Pengukuran Sampel Daun Parameter dari sampel daun yang akan di ukur adalah luas permukaan daun, jumlah stomata, dan jumlah trikomata dari masing-masing sampel daun. Pengukuran Konsentrasi Pb di Daun
4
Prosedur pengabuan kering a. Sampel daun dicuci kemudian ditimbang sebanyak 20 gram. b. Sampel daun di potongpotong pada aluminium foil kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1150C selama 2 jam. c. Sampel daun yang telah kering dimasukkan di dalam dessikator. d. Sampel dihaluskan dengan menggunakan blender kering. e. Sampel daun di timbang sebanyak 5 gram dan diletakkan di atas cawan porselen. f. Cawan porselen yang berisi sampel daun dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 550oC selama 2 jam hingga menjadi abu. g. Sampel dikeluarkan dari tanur dan di dinginkan pada suhu kamar. Uji Kandungan Logam Timah Hitam (Pb) a. Sampel yang telah di dinginkan di tambahkan dengan HNO3 sebanyak 5 ml, Kemudian dipanaskan diatas hotplate selama 15 menit. b. Sampel dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan suhu 5500C selama 1 jam. c. Sampel di tambahkan dengan aquadest hingga mencapai 50 ml. d. Campuran disaring dengan menggunakan kertas saring.
e. Hasil penyaringan kemudian dibaca dengan perangkat AAS (Atomic Absorptions Spectrophotometery). Pengukuran Parameter Lingkungan Parameter lingkungan yang terukur adalah, arah angin, kecepatan angin (km/ha), suhu udara (oC) dan kelembapan (% Rh). Data parameter lingkungan menggunakan dari sekunder dari Badan Metereologi, Klimatologi Dan Geofikasi (BMKG) Makassar. Pembuatan Preparat Stomata a. Pada permukaan bawah dan permukaan atas daun diberi cutex bening untuk mendapatkan cetakan stomata. b. Cetakan stomata yang telah mengering diambil dengan menggunakan isolasi, kemudian diletakkan diatas objek glass. c. Preparat stomata ini kemudian diamati dibawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 20 x 10 untuk melihat jumlah stomata. Pembuatan Preparat Trikomata a. Daun diiris menggunakan cutter dengan ukuran 1 x 1 cm b. Irisan daun kemudian di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 x 200 untuk melihat jumlah trikomata. Analisis Data Kandungan Pb Data hasil pengukuran kadar Pb sampel daun dengan
5
menggunakan AAS, kemudian ditentukan dengan teknik kurva kalibrasi berupa garis linier, sehingga dapat diketahui konsentrasi sampel dari absorbansi yang terukur. Lebih lanjut setelah konsentrasi pengukuran diketahui maka kandungan sebenarnya dalam sampel kering dapat ditentukan dengan rumus perhitungan berikut ini (Badan Besar Laboratorium Kesehatan Masayarakat, 2010) : Keterangan : M = Kandungan Pb dalam sampel (μg/g) C = Konsentrasi yang diperoleh dari Kurva Kalibrasi (μg/ml) V = Volume larutan sampel (ml) B = Bobot sampel (g)
Data hasil perhitungan kandungan kadar timbal (Pb) pada daun bambu pagar Bambusa multiplex disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bambusa multiplex (Lour) di 3 lokasi peneliatian pada bulan
Hasil Penelitian
Maret
2012
dan
hasilnya
Hasil analisis akumulasi timbal
disajikan dalam Tabel 2 berikut
(Pb) pada daun bambu pagar
ini
Tabel 2. Akumulasi timbal (Pb) pada daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) pada bulan Maret 2012
No
1 2 3
Berdasarkan kandungan
Lokasi
Kawasan Industri Kima Jalan Metro Tanjung Bunga Jalan Nusantara (Pelabuhan Makassar) Rata-rata hasil timbal
analisis (Pb)
pada
Bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) Atas (µg/g)
Bawah (µg/g)
0,50
0,05
0,75
0,50
0,75 0,66
0,55 0,36
rata konsentrasi Pb 6,07 µg/g, S. Sanam
(Jacq.)
Merr.
dengan
tabel 2 di atas, akumulasi Pb
rata-rata konsentrasi Pb 3,97
pada daun Bambusa multiplex
µg/g
jauh lebih kecil dibandingkan
macrophylla
dengan
konsentrasi
penelitian
temuan-temuan lainnya
seperti
Hibiscus tiliaceus L. dengan rata-
(Surni,
2010),
dengan 0,6530
(Sembiring,2006).
S.
rata-rata µg/g
7
0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Tajuk atas
KIMA 0.50
Tajuk bawah
0.05
TANJUNGPELABUHAN 0.75 0.75
0.50
0.55
Gambar 4. Grafik akumulasi timbal (Pb) Akumulasi timbal (Pb) pada daun bambu pagar Bambusa multiplex (Lour) pada bulan Maret 2012.
Pada gambar 4 bahwa hasil analisis timbal tidak terlalu berbeda jauh. Pada gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa akumulasi timbal tertinggi berada pada sampel yang diambil pada bagian daun tajuk atas dari jalan Nusantara (Pelabuhan Makassar) yaitu 0,75 µg/g. Akumulasi Pb terendah berada
sampel yang di ambil pada bagian bawah daun dari Kawasan Industri Kima yaitu 0,05 µg/g. Hasil akumulasi timbal yang diambil pada bagian bawah daun dari Kawasan Industri Kima berbeda dengan hasil akumulasi timbal yang diambil pada bagian atas daun yaitu 0,5 µg/g.
Hubungan Perbandingan Timbal Dengan Luas Permukaan Daun
16 14 12 10 8 6 4 2 0 LPD ( cm2)
Kima Tanjung Pelabuhan 14.21 13.16 13.92
Konsentrasi Pb (µg/g)
0.27
0.62
0.65
Gambar 5. Hubungan konsentrasi Pb dengan luas permukaan daun Bambusa multiplex
Gambar 4 menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan luas permukaan daun seiring meningkatnya konsentrasi Pb.
Terlihat pada gambar 4 diatas ratarata luas permukaan daun mengalami penurunan pada daerah Tanjung yaitu 13,16 cm2 dengan
8
konsentrasi Pb 0,62 µg/g dibandingkan dengan konsentrasi pb pada daerah Kima dimana luas
permukaan daun yaitu 14,21 cm2 dengan konsentrasi Pb yaitu 0,27 µg/g.
Hubungan Perbandingan Timbal Dengan Jumlah Stomata
Gambar 6. Hubungan konsentrasi dengan jumlah stomata pada multiplex
Gambar 6 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah stomata seiring dengan meningkatnya konsentrasi Pb pada daun yaitu pada daerah Kawasan Industri Kima dimana jumlah stomata sebanyak
Bambusa
740/cm2 dan konsentrasi Pb sebesar 0,27 µg/g dibandingkan dengan kawasan pelabuhan dimana jumlah stomata sebanyak 580/cm2 dan konsentrasi Pb sebsar 0,65 µg/g.
9
Hubungan Perbandingan Timbal Dengan Jumlah Trikomata
100 80 60 40 20 0 Kerapatan Trikomata (/cm2)
Kima 56.43
Tanjung 94.78
Pelabuhan 56.25
Konsentrasi Pb (µg/g)
0.27
0.62
0.65
Gambar 7. Hubungan konsentrasi Pb dengan jumlah trikomata pada Bambusa multiplex
Gambar 7 dapat dilihat bahwa
penelitian
kerapatan
konsentrasi
trikomata
yang
memiliki tinggi
0,62
ini ditandai pada daerah Tanjung
kerapatan trikomata yang tinggi
dimana
yaitu 94,78/cm2.
merupakan
daerah
tanjung lokasi
dan
yaitu
mempengaruhi absorpsi Pb hal daerah
µg/g
yang
memiliki
10
KESIMPULAN DAN SARAN Saran Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah
Berdasarkan hasil analisis
dilaksanakan ini maka penulis
akumulasi timbal (Pb) pada daun
menyarankan
agar
bambu pagar Bambusa multiplex
tindak
penelitian
Lour dari beberapa jalan utama
untuk meneliti mengenai jerapan
di
daun.
Kota
Makassar
disimpulkan
bahwa
multiplex
Lour
dapat
lanjut
adanya ini
Bambusa memiliki
kemampuan mengakumulasi Pb cukup
kecil
dengan
kisaran
antara 0,50 – 0,75 µg/g . DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, F. U. 1999. Mari Hindari Jelaga Udara. Republika. http://www.forum.kompas.c om. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011 Almaendah. 2011. Jenis-Jenis Bambu di Indonesia. Jawa Barat. http://alamendah.wordpress. com. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011 Antari J. dan Ketut S., 2002. Kandungan Timah Hitam (Plumbum) Pada Tanaman Peneduh Jalan Di Kota Denpasar. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011. Bambu
Organik Sungai, 2010. Bambubos. http://bambubos.com. Diakses pada Kamis, 8 Maret 2012
Budiyono, A., 2001. Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran
Udara Pada lingkungan. Jurnal Penelitian Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim. Diakses pada Rabu, 27 Juni 2011. Bunawas. 1999. Mari Hindari Jelaga Udara. Republika. http://forum.kompas.com. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011 Dahlan, E.N. 1989. Studi Kemampuan Tanaman dalam Menyerap Timbal Emisi dari Kendaraan Bermotor. Jurnal Program Pasca sarjana IPB. Fardiaz, S. 1992. Polusi air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Faust, S. D., Dan O. M. Aly. 1981. Chemistry of Natural Water. New York. http://www.studyworld.com.
11
Diakses Selasa Agustus 2011
pada
23
Imanuddin. 2001. Penyerapan Logam Timbel (Pb) Pada Tanaman Singkong (Manihot esculenta crantz) Di tepi Jalan Tol Jakarta-Bogor. Jurnal IPB. Diakses pada Rabu, 27 Juni 2011. Jones, L. H. P. Dan S. C. Jarvis. 1981. The Fate of Heavy Metals In Greenland. New York. http://www.amazon.com. Diakses Selasa pada 23 Agustus 2011 Jurnal universitas pendidikan. 2003. Kajian Mengenai Timbal (Pb) Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk) dan Transportasi Pada Tumbuhan. Jurnnal Universitas Pendidikan. Diakses pada Rabu, 27 Juni 2011. Karliansyah, N.W.1999. Klorofil Daun Angsana Dan Mahoni Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara, Lingkungan Dan Pembangunan. Jurnal Pusat Studi Lingkungan Seluruh Indonesia. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011. Kozlowski, T.T.P.J. Kramer. S. G. Pallarady. 1991. The Physiological Ecology of Woody Plants. Diakses Selasa pada 23 Agustus 2011 Meetham, A. R. 1981. Atmospheric Pollution: Its Origin and Prevention. Perganon Press. New York.
http://www.studyworld.com. Diakses Selasa pada 23 Agustus 2011 Metcalf dan Eddy. 1978. Waste Water Engineering. New Delhi. http://www.mhhe.com. Diakses Selasa pada 23 Agustus 2011 Mulyani, S., 2010. Turunan Epidermis. Diakses pada Senin, 09 April 2012 Parsa, K. 2001. Penentuan Kandungan Pb Dan Penyebaran di Dalam Tanah Pertanian Disekitar Jalan Raya Kemenuh, Gianyar. Jurnal UNUD. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011. Pembangunan Kesehatan Indonesia. 2010. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Bagi Kesehatan. Jurnal Departemen Kesehatan. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011. Purnomohadi, S., 1995. Peran Ruang Terbuka Hijau Dalam Pengendalian Kualitas Udara di DKI Jakarta. Jurnal Pascasarjana, IPB. Bogor. Rustiawan, A. 1994. Kandungan Logam Berat Timah Hitam Pada Komoditi Buah-Buahan dan Sayuran di DKI Jakarta. Jurnal Pascasarjana, IPB. Bogor Rahayu, L. 1995. Analisis Jumlah Klorofil dan Kandungan Logam Berat Pb dalam Jaringan daun Akibat Pencemaran Lalu Lintas.
12
Jurnal IPB. Diakses pada Rabu, 27 Juni 2011. Saeni, M.S. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis Rambut. Jurnal IPB. Diakses pada Rabu, 27 Juni 2011. Sembiring, E, Dan Sulistyawati, E., Akumulasi Pb dan Pengaruhnya Pada Kondisi Daun Swietenia macrophylla King. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses pada 25 Agustus 2012. Siregar, E. B. M., 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya Pada Manusia. Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan. Universitas Sumatra Utara. Medan. Siringoringo, H.H., 2000. Kemampuan Beberapa Jenis Hutan Kota Dalam Menyerap Partikulat Timbal. Jurnal Departemen Kehutanan Indonesia. Suhadiyah, S. 2011. Studi Adsorbsi Timbal (Pb) pada Kulit Batang Kersen (Muntingia calabura) dan Glodogan Tiang (Polyathia longifolia Bent & Hook. F. Var Pendula) di Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnal Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Diakses pada Rabu 27 April 2012. Surni, 2010. Analisis Timbal ( Pb) Daun Waru Hibiscus tiliaceus L. dan
Daun Ki Hujan Samanea saman (Jacq.) Merr dari Beberapa Jalan Utama Di Makassar. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin. Makassar. Susanti, Evi. 2004. Stomata Sebagai Bioindikator Pencemaran Udara Sektor Transportasi. Jurnal ITB Bandung. Diakses pada selasa 25 Agustus 2012. Taihuttu, H, N. 2001. Studi Kemampuan Tanaman Jalur Hijau Sebagai Penjerap Partikulat Hasil Emisi Kendaraan Bermotor. Jurnal TPB Bogor. Diakses pada selasa 25 agustus 2012. Tsalev, D. L. Dan Z. K. Zaparianov. 1985. Atomic Spectroscopy Occuption and Enivromental Health. Florida. http://pubs.rsc.org. Diakses Selasa pada 23 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara. 2007. Pencemaran Udara dan Sumber Bahan Pencemar. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011. Werdiningsih, H., 2007. Kajian Penggunaan Tanaman Sebagai Alternatif Pagar Rumah. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011. Widiriani, R. 1996. Kandungan Timbal Pada Tanaman Teh dan Tanah di Perkebunan Gunung Mas Bogor. Diakses pada Selasa, 9 Agustus 2011.
13