Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014
AKTIVITAS LAKSATIF INFUSA DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus L) PADA MENCIT Tita Nofianti, Nurlaili Dwi Hidayati Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya Abstrak
Pengujian aktivitas laksatif dengan menggunakan metode transit intestinal dari infusa daun ceremai dilakukan untuk menggali potensi ceremai dalam penggunaannya sebagai laksatif yang berasal dari bahan alam. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi rasio dari panjang usus yang dilalui oleh marker terhadap panjang usus keseluruhan. Infusa daun ceremai diberikan secara oral dengan dosis 0,0039 gram/ 20 gram bb mencit, 0,0078 gram/20 gram bb mencit, dan 0.0156 gram/20 gram bb mencit. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa dosis 0,0039 gram/ 20 gram bb mencit, dan 0.0156 gram/20 gram bb mencit mempunyai aktivitas sebagai Laksatif apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.
Obat pencahar atau laksansia ini
PENDAHULUAN Dalam
kehidupan
sehari-hari
bertujuan untuk mempermudah buang air
banyak hal yang dapat menyebabkan
besar (defekasi) dan meredakan sembelit.
sembelit. Penyebab sembelit antara lain
Umumnya obat-obat sintetik yang bekerja
tali perut bergeser sehingga menyebabkan
sebagai obat pencahar atau laksansia
pergerakan isi perut tersumbat, usus besar
mempunyai efek samping yang tidak
mengalami kejang, proses pencernaan
diinginkan. Dewasa ini penelitian terhadap
kurang sempurna dan konsumsi makanan
bahan alam hayati terus berkembang
yang berkadar serat tinggi, seperti sayur
untuk mencari pengobatan alternatif yang
dan buah-buahan kurang banyak. Rasa
lebih aman untuk mengatasi sembelit.
buang air besar yang sering ditahan juga
Pada
dapat menyebabkan terjadinya sembelit.
pengujian aktivitas laksatif infusa daun
Orang yang pekerjaannya lebih banyak
ceremai (Phyllanthus acidus L.) terhadap
duduk besar kemungkinanya terserang
mencit dengan metode tansit intestinal.
penelitian
ini
telah
dilakukan
sembelit, karena mereka kurang melatih gerakan otot perut nya. Sehingga proses pencernaan berlangsung kurang sempurna. Sebenarnya sembelit itu lebih merupakan gejala ikutan dari suatu penyakit terutama penyakit yang menyerang daerah perut
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah mengetahui dan menguji
aktivitas
laksatif
dari
daun
ceremai (Phyllanthus acidus L.) dengan metode transit intestinal.
(Arlina, 2003).
89
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014
ALAT DAN BAHAN
potongan
yang
Alat
mempermudah proses pengeringan. Daun
Alat yang digunakan dalam percobaan ini
yang telah bersih dan dirajang dikeringkan
ialah timbangan tikus, gelas kimia, gelas
dengan cara menjemur tanpa terkena
ukur, batang pengaduk kaca, kandang
langsung
tikus, alat bedah, sonde oral, kertas saring,
disortasi kering dari bahan-bahan asing
mortir dan stemper, tabung reaksi, pipet
yang masih menempel pada daun ceremai
tetes, cawan penguap, kain planel, corong,
kering. Daun yang sudah dinyatakan
mistar, lampu spirtus, kaki tiga dan kasa
bersih dan kering dibuat serbuk sampai
asbes.
halus, kemudian disimpan pada tempat
sinar
kecil
matahari,
sehingga
setelah
itu
yang tertutup rapt. Bahan Bahan yang digunakan adalah aquades,
Penafisan Fitokimia
Pulvis Gummi Arabicum, Minyak Jarak
Pada penelitian ini dilakuakan penapisan
sebagai obat pembanding, suspensi norit
fitokimia
5%
meliputi penapisan senyawa alkaloid,
dalam
PGA
kloroform,
asam
dragendorf,
pereaksi
50%,
ammonia,
klorida, mayer,
pereaksi serbuk
saponin,
pada
perasan
kuinon,
buah
flavonoid,
sirsak
tannin,
polifenol, steroid dan triterpenoid. Hal
magnesium, larutan alkohol-asam klorida,
tersebut
dilakukan
untuk
mengetahui
besi (III) klorida, larutan gelatin, pereaksi
senyawa metabolit sekunder yang terdapat
Lieberman burchard, vanilin 10% dalam
dalam infusa daun ceremai.
asam sulfat pekat, simplisia daun ceremai. Pembuatan Infusa Daun Ceremai Pengumpulan bahan
Daun ceremai kering sebanyak 7.8 gram
Bahan baku yang digunakan ialah daun
ditimbang, kemudian dimasukan dalam
ceremai (Phyllanthus acidus L.) yang
panci dan ditambahkan air sebanyak 100
diperoleh dari daerah cilolohan kota
ml. Selanjutnya dipanaskan di atas tangas
tasikmalaya.
air selama 15 menit terhitung mulai suhu 90°C sambil sesekali diaduk, kemudian
Pembuatan Simplisia
diserkai
Bahan baku yang masih basah diolah lebih lanjut menjadi simplisia kering yang dapat disimpan, dengan cara sortasi basah dari daun yang terkena hama penyakit atau kotoran,
kemudian
dicuci
dengan
menggunakan air yang mengalir sampai
selagi
panas
secukupnya.
Kemudian ditambah air hingga diperoleh volume infus sebanyak 100 ml. Sehingga diperoleh infus dengan konsentrasi 7.8 %. Kemudian dilakukan pengenceran sesuai dengan dosis yang akan diberikan kepada mencit.
tidak tersisa kotoran yang menempel. Setelah bersih dirajang untuk memperoleh
90
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014
Perhitungan Dosis
45 menit semua hewan diberikan suspensi
Perhitungan dosis infus daun ceremai ini
norit, pada menit ke 65 semua hewan
diambil dari penggunaan di masyarakat
dikorbankan secara dislokasi tulang leher.
yaitu sebanyak 3 gram daun
Usus dikeluarkan secara hati-hati sampai
ceremai kemudian dikonversikan terhadap
teregang. Panjang usus yang dilalui
mencit yaitu
marker norit mulai dari pylorus sampai
Dosis I adalah 0.5 x 0,0078 yaitu 0,0039
ujung berwarna hitam diukur. Demikian
gram/ 20 gram bb mencit
pula panjang seluruh usus dari pylorus
Dosis II adalah 3 gram x 0.0026 yaitu
sampai rectum dari masing-masing hewan.
0,0078 gram/20 gram bb mencit
Kemudian dari masing-masing hewan
Dosis III adalah 2 x 0.0078 yaitu 0.0156
dihitung rasio normal jarak yang ditempuh
gram/20 gram bb mencit.
marker terhadap panjang usus seluruhnya.
Penyiapan hewan percobaan
Analisis data
Sebelum percobaan mencit diadaptasikan
Analisis data yang akan digunakan pada
terlebih dahulu selama 7 hari, selama
penelitian ini adalah analisis data secara
adaptasi mencit diamati kesehatannya
statistik dengan ANAVA (SPSS 12).
dengan cara menimbang bobot badan dan mengamati tingkah lakunya setiap hari. Mencit yang digunakan dalam percobaan adalah mencit yang sehat
yaitu mencit
yang selama proses pemeliharaan tersebut bobot badannya tetap atau berubah tidak lebih dari 10%. Dan secara visual tidak menunjukkan adanya kelainan tingkah laku dan penyimpangan lainnya dari keadaan normal.
Hewan percobaan dipuasakan selama 18 minum
Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam infusa daun ceremai (Phyllanthus acidus L.) meliputi saponin, polifenol dan flavonoid. Hasil
Pengujian
Aktivitas
Laksatif
tetap
Berdasarkan hasil pengamatan selama pengujian aktivitas infusa daun ceremai
Metode Transit Intestinal
tetapi
Hasil Penafisan Fitokimia
Metode Transit Intestinal
Pengujian Aktivitas Laksatif dengan
jam,
HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan.
Kemudian diberikan sediaan uji, setelah
(Phyllanthus
acidus
L.)
dengan
menggunakan metode transit intestinal dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
91
Nilai Rata-rata Persen Rasio Usus
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014 40 30 20 10 0 Kontrol Negatif
Dosis I
Dosis II
Dosis III
Pembanding
Kelompok Perlakuan
Gambar 4.1 Grafik nilai rata-rata persen rasio jarak usus
Pada pengujian aktivitas laksatif infusa
derajat
daun ceremai (Phyllanthus acidus L.)
perbedaan
dengan metode transit intestinal bertujuan
kelompok terhadap persen rasio jarak
untuk mengevaluasi aktivitas obat laksatif
usus.
berdasarkan pengaruh terhadap kecepatan
Berdasarkan uji LSD (Lest Significant
motilitas usus yang diukur sebagai rasio
Difference) dapat dilihat pada tabel 4.1
jarak usus yang ditempuh oleh norit dalam
bahwa kelompok uji dosis 0,0039 gram/
jangka waktu tertentu terhadap panjang
20 gram bb mencit dan dosis 0.0156
usus dari pylorus sampai dengan rektum.
gram/20 gram bb mencit dibandingkan
Dengan ketentuan persen rasio sebagai
dengan
laksatif
bila
menunjukkan adanya perbedaan yang
aquades/vehikulum
bermakna pada derajat kepercayaan 95%.
adalah
dibandingkan
lebih
pendek
kepercayaan yang
kelompok
terdapat
bermakna
diantara
kontrol
Data
Berdasarkan uji kesamaan varian dengan
kelompok uji infusa daun ceremai dosis
nilai sig 0.497 > 0,05 sehingga H0
0,0039 gram/ 20 gram bb mencit dan dosis
diterima, artinya semua varian homogen.
0.0156 gram/20 gram bb mencit dapat
Berdasarkan
memperpanjang persen rasio jarak usus.
Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan
negatif,
(Anonim, 1993).
uji
tersebut
95%,
bahwa
dapat dilihat bahwa data persen rasio jarak usus berdistribusi normal karena sig 0.700 > 0,05 sehingga Ho diterima. Artinya kelima kelompok perlakuan diambil dari populasi berdistribusi normal. Berdasarkan uji ANOVA menunjukkan nilai sig 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa dengan
KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini infusa daun ceremai dosis 0,0039 gram/ 20 gram bb mencit dan dosis 0.0156 gram/20 gram bb mencit mempunyai aktivitas laksatif, karena dapat memperpanjang persen rasio jarak usus dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.
92
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 11 No.1 Februari 2014
Tabel 4.1 Hasil Analisis Statistik LSD Persen Rasio Jarak Usus Persen Rasio Jarak Usus Kontrol Negatif
Dosis I
Dosis II
Dosis III
Pembanding
-
-7.66667*
3.00000
-11.00000*
2.66667
Dosis I
7.66667*
-
10.66667*
-3.33333
10.33333*
Dosis II
- 3.00000
-10.66667*
-
-14.00000*
-0.33333
3.33333
14.00000
-
13.66667*
-10.33333*
0.33333
-13.66667*
-
Perlakuan Kontrol Negatif
Dosis III
11.00000
Pembanding
-2.66667
*
Keterangan : *) Ada perbedaan bermakna antar perlakuan p<0,05
Long,
DAFTAR PUSTAKA Anief, M. 1996. Penggolongan Obat Berdasarkan
Khasiat
Penggunaannya.
dan
Yogyakarta
:
UGM Press. Hal 50-51
Menanggulangi
C.
Medikal
Aneka
1996.
Perawatan
Bedah
(Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan) Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Arlina, Siti Hijrati. 2003. Mudah dan Murah
Barbara
Keperawatan.
Hal.
224-225. Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja.
Penyakit. Jakarta : Agromedia
2003. Obat-obat Penting Khasiat
Pustaka. Hal 69-70.
Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya.
Arief, Azali dan Udin Sjamsudin. 1995.
Edisi Ke-5. Jakarta : Gramedia
Obat Lokal. Dalam Ganiswara S.G. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI. Hal 509-514. Dalimartha,
Setiawan.
1999.
Atlas
Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Jakarta : Trubus Agriwidya. Hal 32-35. Fransworth,
N.R.
Biological
and
Phytochemical Screening Plants. J.Pharm Sci. Hal 255-265. Guyton A. 1994. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Textbook of
Human
Phsiology
and
Mechanisms of Disease). Alih Bahasa Petrus A. Edisi Ke-3. Jakarta : EGC. Hal 608-609.
93