Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Penghambatan Radang Infusa Daun Dadap Ayam (Erythrina variegata L.) Pada Mencit Jantan yang Diinduksi Karagenin Khoerul Anwar1, Heri Budi Santoso2, Noor Cahaya1 1
PS Farmasi FMIPA Unlam Banjarbaru, 2PS Biologi FMIPA Unlam Banjarbaru Email:
[email protected]
Abstrak. Inflamasi (radang) merupakan tindakan protektif yang berperan dalam melawan agen penyebab jejas sel dengan cara melarutkan, menghancurkan, atau menetralkan agen patologis. Daun dadap ayam (Erythrina variegata L.) secara empiris digunakan oleh masyarakat Marabahan Kalsel untuk pengobatan radang (bengkak) dengan merebus daun yang telah dikeringkan, kemudian air rebusannya diminum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek penghambatan radang infusa daun dadap ayam pada mencit jantan yang diinduksi karagenin. Pengujian antiradang dilakukan dengan metode Winter. Hewan uji yang berjumlah 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok kontrol positif diberikan natrium diklofenak dengan dosis 0,195 mg/ 30 gBB peroral dan kontrol negatif diberikan larutan Na CMC Na 0,5 % 1 mL/30 g BB peroral. Kelompok uji diberikan infusa daun dadap ayam peroral dengan konsentrasi berturut-turut yakni 10 % , 20 %, dan 40 % dengan volume pemberian 1 mL/ 30 gBB. Volume awal kaki mencit diukur dengan pletismometer. Tiga puluh menit setelah perlakuan, hewan uji dibuat udem dengan diinduksi 0,1 mL larutan karagenin 1 % secara subplantar pada telapak kaki. Volume kaki mencit diukur setiap 30 menit setelah diinduksi selama 6 jam. Volume udem merupakan selisih volume kaki mencit sebelum dan sesudah diradangkan. Persentase penghambatan volume udem dihitung berdasarkan persen penurunan udem dibandingkan kontrol negatif. Data hasil penelitian dianalisis dengan Kolmogrov-Smirnov, dilanjutkan dengan ANAVA 95 % dan uji LSD. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa infusa daun dadap ayam 10 %, 20 % dan 40 % mempunyai efek antiinflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dadap ayam mampu menghambat radang pada mencit jantan yang diinduksi karagenin. Kata Kunci: penghambatan radang, inflamasi, infusa, Erythrina variegata L., karagenin
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai macam tanaman obat. Tanaman obat ini banyak digunakan untuk pengobatan tradisional walaupun ada juga yang telah dikemas dalam bentuk sediaan modern. Termasuk dalam golongan obat tradisional antara lain obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat dibuat sendiri, serta bahan bakunya dapat ditanam di sekitar rumah. Alasan penggunaan obat tradisional ini selain dipandang lebih ekonomis juga karena efek sampingnya dianggap lebih kecil daripada obat sintetik, serta faktor coba-coba yaitu ingin
membuktikan kebenaran khasiat dari obat tradisional tersebut. Obat tradisional telah memberikan dasar bagi terbentuknya sistem kesehatan tradisional (Complementary and Alternative Medicine = CAM) yang mantap sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan sejak dasawarsa terakhir pengobatan tradisional diminati secara luas di seluruh benua, tidak hanya di negara-negara berkembang tetapi juga di negara-negara maju tempat kesehatan konvensional memegang peranan pokok dalam sistem pemeliharaan kesehatan nasionalnya. Hal ini terbukti dari banyaknya sediaan obat tradisional yang dijual di apotek-apotek atau diresepkan oleh praktisi medik di negara-negara maju. Bukti
Semirata 2013 FMIPA Unila |45
Khoerul Anwar, dkk: Penghambatan Radang Infusa Daun Dadap Ayam (Erythrina variegata L.) Pada Mencit Jantan yang Diinduksi Karagenin
juga menunjukkan obat tradisional telah memberikan sumbangan bagi kesehatan konvensional. Hal ini dapat ditunjukkan banyaknya obat-obat modern di pasaran saat ini yang merupakan hasil pengembangan obat tradisional seperti digoksin, quinin, vinblastin, dan lain sebagainya. Inflamasi merupakan suatu gejala pada beberapa penyakit dan dirasa oleh banyak orang tidak nyaman. Inflamasi merupakan tindakan protektif yang berperan dalam melawan agen penyebab jejas sel. Inflamasi melakukan misi pertahanannya dengan cara melarutkan, menghancurkan, dan atau menetralkan agen patologis. Fenomena yang terjadi dalam proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit menuju jaringan radang. Tanda-tanda dari proses inflamasi antara lain rubor, kalor, tumor, dolor, dan functio laesa. Rubor, kalor, dan tumor pada inflamasi akut terjadi karena peningkatan aliran darah dan edema. Obat modern yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi adalah obat golongan AINS (Antiinflamasi Non Steroid) yang pada umumnya mempunyai efek samping tukak lambung, sehingga perlu dicari pengobatan alternatif untuk melawan dan mengendalikan rasa nyeri dan peradangan dengan efek samping yang relatif lebih kecil, misalnya obat yang berasal dari tumbuhan. Daun dadap ayam digunakan oleh masyarakat daerah Marabahan untuk pengobatan radang (inflamasi). Cara penggunaannya dengan merebus daun yang telah dikeringkan, kemudian air rebusannya diminum. Cara yang lain adalah dengan menumbuk daun dadap ayam yang masih segar, dan menempelkannya di tempat yang bengkak. Di India, China, dan Negaranegara Asia Tenggara, batang dan daun dadap ayam digunakan untuk berbagai macam pengobatan tradisional seperti pengobatan infeksi dan nyeri sendi. Di India, daun dadap ayam yang dibuat jus
46|Semirata 2013 FMIPA Unila
dengan dicampur madu digunakan untuk pengobatan cacingan, pelancar ASI, dan peluruh haid. Daun dan batangnya juga digunakan untuk pengobatan demam dan rematik. Ekstrak methanol dari daun E. variegata dengan dosis 500 mg.kgBB memberikan efek analgesik pada mencit dengan aktivitas penghambatan geliat sebesar 49.03%. Hasil ini secara statistik, signifikan dibandingkan control. Pada uji analgesik dengan metode tail flick, ekstrak juga memberikan respon peningkatan waktu penjepitan ekor mencit sebesar 36,02% pada dosis 500 mg/kgBB. Ekstrak metanol daun dadap ayam juga mempunyai aktivitas antimalaria terhadap Plasmodium falciparum strain K1 secara in vitro dengan IC50 6.8 µg/mL. Struktur kimia yang bertanggungjawab terhadap aktivitas antimalaria berhasil diisolasi dan diidentifikasi yaitu 3,22,23-trihydroxyoleane-12-ene. Penelitian ilmiah khasiat antiinflamasi daun dadap ayam belum pernah dilakukan. Khasiat tersebut hanya dibuktikan secara empiris di masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara ilmiah bahwa infusa daun dadap ayam dapat digunakan sebagai antiinflamasi melalui uji farmakologis. Hasil dari penelitian efek antiinflamasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai data ilmiah yang melandasi penggunaan daun dadap ayam sebagai agen antiinflamasi. Sampel uji yang digunakan yaitu infusa daun dadap ayam yang dibuat dengan mengekstraksi serbuk kering daun dadap ayam dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Hal ini sesuai dengan cara penggunaan pada masyarakat yang meminum air rebusan daun dadap ayam. Pada penelitian kali ini digunakan metode percobaan yang berdasarkan penghambatan induksi pembengkakan edema pada telapak kaki mencit. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan popular yaitu dengan menyuntikkan suspensi karagenin ke jaringan plantar kaki
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
belakang mencit. Pengukuran respons ditentukan pada saat terjadinya pembengkakan maksimum. Pengukuran respons ini dapat dilakukan dengan mengukur volume pemindahan air raksa pada alat plethysmometer. METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Variabel utama yaitu dosis infusa daun dadap ayam. Variabel tergantung yaitu penghambatan radang infusa daun dadap ayam. Sedangkan variabel kendali adalah galur, usia, berat badan dan jenis kelamin mencit. Bahan Daun dadap ayam, Na-CMC, natrium diklofenak, mencit jantan galur Swiss Webster, dan akuades. Alat Panci infusa, corong kaca, kertas saring, neraca analitik, penangas air, penjepit kayu, ayakan serbuk, pipet tetes, pipet ukur, pengaduk, sendok tanduk, tabung reaksi, vial, timbangan mencit, alat suntik 1 ml, tangki air, alat-alat gelas (Pyrek Iwaki Glass), neraca analitik, spuit injeksi per oral 1 mL (Terumo), pletismometer, dan stopwatch (Olympic). Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Pembuatan infusa daun dadap ayam Infusa daun dadap ayam dibuat dengan merebus 22 gram serbuk kering daun dadap ayam dengan 50 ml air ( 40 % ) sampai suhu 90ºC dan suhu tersebut dipertahankan hingga 15 menit. Kemudian infusa dengan dosis 40 % tersebut dibagi lagi menjadi dosis 20% dan 10%. 2. Identifikasi kandungan kimia infusa daun dadap ayam
a) Uji flavonoid Cairan hasil penyarian (infusa) diteteskan pada kertas saring sebanyak 2 tetes, kemudian diuapi dengan ammonia. Flavonoid ditandai dengan adanya warna kuning hingga jingga. b) Uji alkaloid Cairan infusa dilarutkan dengan asam klorida 2% atau dengan asam sulfat 2 N. Larutan dibagi dalam 2 tabung (tabung I ditambah 3 tetes larutan Mayer, tabung II ditambah larutan Dragendorf). Adanya alkaloid ditunjukkan dengan endapan putih kekuningan untuk pereaksi Mayer dan endapan jingga kecoklatan untuk pereaksi Dragendorff . c) Uji saponin Sebanyak 0,5 mL infusa daun dadap ayam dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan dikocok selama 10 detik, menunjukkan hasil positif jika terbentuk buih yang mantap selama 10 menit setinggi 1 cm hingga 10 cm. d) Uji tannin Sebanyak 1 mL infusa daun dadap ayam dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 2 mL aquades dan 23 tetes FeCl3. Adanya tannin akan menunjukkan warna biru tua atau hitam. e) Uji steroid Ekstrak etil asetat daun dadap ayam ditambahkan dengan 2-3 mL kloroform dan ditambahkan dengan Lieberman-burchard (5 mL asam asetat anhidrat + 5 mL H2SO4 + 50 mL etanol). Positif mengandung steroid jika berwarna biru-hijau. 3. Uji aktivitas antiradang Hewan uji yang digunakan adalah mencit 25 ekor, kemudian hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Perlakuan peroral dengan sediaan uji sebagai berikut : Kelompok I kontrol positif natrium diklofenak 0,195 mg/30 gBB, Kelompok II,
Semirata 2013 FMIPA Unila |47
Khoerul Anwar, dkk: Penghambatan Radang Infusa Daun Dadap Ayam (Erythrina variegata L.) Pada Mencit Jantan yang Diinduksi Karagenin
kontrol negatif suspensi Na CMC 0,5% 1 mL/30 gBB, Kelompok III infusa daun dadap ayam 15%, Kelompok IV infusa daun dadap ayam 30%, dan Kelompok V infusa daun dadap ayam 45% 1 mL/30 gBB. Tiga puluh menit setelah perlakuan, masing-masing hewan uji diinduksi dengan larutan 0,1 mL karagenin 1% diberikan secara subplantar pada telapak kaki mencit. Volume udem kaki mencit diukur setiap 0,5 jam selama 6 jam. Volume kaki mencit diukur dengan cara kaki mencit yang telah ditandai sebatas mata kaki dicelupkan ke dalam air raksa pada pletismometer. Volume udem merupakan selisih kaki mencit sebelum dan sesudah diradangkan. 4. Pengumpulan dan Analisis Data Data hasil pengamatan efek antiinflamasi berupa volume edema kaki mencit dan jumlah leukosit sebelum dan sesudah induksi kimia dengan larutan karagenin 1%, selanjutnya dilakukan perhitungan persentase radang dan persentase inhibisi radang hewan uji berdasarkan rumus sebagai berikut: Rumus % radang % radang
x 100% (1)
Vt = Volume kaki mencit jantan pada waktu t Vo = Volume awal kaki mencit jantan Rumus % inhibisi radang % inhibisi radang
x 100% (2)
Vc = Persen radang rata-rata kelompok kontrol Vt = Persen radang rata-rata kelompok perlakuan yang mendapat bahan uji atau bahan pembanding Data yang didapat dianalisis dengan Kolmogrov-Smirnov dan dilanjutkan dengan uji ANAVA satu arah dengan kepercayaan 95%. Setelah itu untuk melihat perbedaan antar kelompok diuji dengan menggunakan LSD.
48|Semirata 2013 FMIPA Unila
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi kandungan kimia infusa daun dadap ayam Tabel 1. Hasil identifikasi kimia infusa daun dadap ayam
No. 1
2 3 4 5
Identifikasi Uji alkaloid - pereaksi Buchardart - pereaksi Dragendroff - pereaksi Mayer Uji flavonoid Uji saponin Uji tanin Uji steroid
Hasil (+) (+) (-) (-) (+) (-) (-)
Uji identifikasi kimia dilakukan terhadap alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel 1. Infusa daun dadap ayam positif mengandung alkaloid dan saponin. Uji terhadap flavonoid, tanin, dan steroid memberikan hasil negatif. Efek Antiradang Infusa Daun Dadap Ayam Pengujian efek antiradang daun dadap ayam penelitian ini menggunakan metode edema yang merupakan metode standar percobaan inflamasi akut dengan mengukur volume edema yang terjadi akibat induksi dari karagenin-λ 1% secara subplantar pada telapak kaki kiri mencit yang akan meningkatkan kadar COX-2 dan menyebabkan edema lokal pada kaki mencit. Karagenin sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan, yaitu tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan, peka terhadap respon obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya, tidak bersifat antigenik, dan tidak menimbulkan efek sistemik.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Tabel 2. Persen radang rata-rata kelompok hewan uji tiap 30 menit
Menit ke0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Kontrol Positif 4.44 6.83 8.83 10.78 11.78 16.56 18.00 18.56 19.06 14.67 10.33 5.50 4.56
Kontrol Negatif 8.41 12.80 18.65 23.87 26.01 30.54 33.68 36.57 39.60 40.10 40.05 41.12 40.05
Infusa 10% 6.15 11.07 14.84 20.81 24.59 28.98 33.32 34.42 33.89 30.65 25.20 20.81 18.14
Infusa 20% 7.58 12.75 12.96 19.23 23.47 26.17 28.88 29.94 26.22 24.02 18.73 16.71 14.46
Infusa 40% 3.87 5.90 10.08 11.03 12.81 16.50 18.84 18.84 15.03 13.26 11.37 8.06 7.55
Gambar 1. Grafik persen radang kelompok hewan uji terhadap waktu
Pengujian ini menggunakan kontrol positif Voltaren® (Natrium diklofenak 50 mg). yang merupakan produk inovator dari natrium diklofenak, obat antiinflamasi non steroid yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Pengujian antiradang dilakukan dengan mengukur volume edema setiap 30 menit selama 360 menit. Perubahan volume kaki tikus digunakan untuk menghitung persen radang dan persen radang rata-rata.
Persen radang rata-rata kelompok hewan uji tiap 30 menit ditunjukkan pada tabel 2. Grafik hubungan persen radang rata-rata kaki hewan uji terhadap waktu dapat dilihat gambar 1. Hasil uji kelompok kontrol negatif NaCMC menunjukkan adanya peningkatan peradangan dari menit 0 sampai menit ke240 kemudian radang tersebut bertahan hingga menit ke-360. Radang yang
Semirata 2013 FMIPA Unila |49
Khoerul Anwar, dkk: Penghambatan Radang Infusa Daun Dadap Ayam (Erythrina variegata L.) Pada Mencit Jantan yang Diinduksi Karagenin
dihasilkan oleh karagenin terdiri dari dua fase. Fase pertama, yaitu 1-2 jam setelah injeksi karagenin, menyebabkan trauma akibat radang yang ditimbulkan oleh karagenin. Trauma tersebut disebabkan oleh pelepasan histamin dan serotonin yang berasal dari basofil dan trombosit ke tempat radang. Fase kedua, yaitu 3-4 jam setelah injeksi karagenin, terjadi pelepasan prostaglandin yang berasal dari makrofag. Fase pertama merupakan awal terjadinya peningkatan radang dan akan terjadi puncak radang pada fase kedua setelah injeksi karagenin. Apabila tidak ada penghambatan radang, maka radang akan dipertahankan hingga jam ke-6 . Karagenin menghasilkan radang yang bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang setelah 24 jam. Kelompok kontrol positif menunjukkan adanya peningkatan peradangan dari menit 0 sampai menit ke-240 (peradangan lebih kecil dari kontrol negatif), kemudian ada penurunan peradangan dari menit 270
sampai menit ke-360. Kelompok uji yang lainnya (infusa 10%, 20%, dan 40%) menunjukkan peningkatan peradangan dari menit 0 sampai menit ke-210. Penurunan radang terjadi setelah menit ke-240. Puncak radang masing-masing kelompok infusa terjadi pada menit ke-210 dengan nilai persen radang masing-masing 34,42%, 29,94%, dan 18,84%. Penurunan persen radang ketiga dosis ekstrak terjadi dari menit 240 sampai menit ke-360. Penurunan radang ini lebih cepat terjadi daripada di kelompok kontrol positif. Hal ini menunjukkan adanya perlawanan senyawa aktif untuk menghambat pelepasan mediator-mediator inflamasi. Dari data rata-rata persen radang setiap kelompok perlakuan, dapat dihitung persen penghambatan radang untuk masing-masing kelompok, yang dapat dilihat pada tabel 3. Grafik persen penghambatan radang kelompok hewan uji terhadap waktu disajikan pada gambar 2.
Tabel 3 Rata-rata persen penghambatan radang kelompok hewan uji
Menit ke0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Kontrol Positif 47.17 46.62 52.64 54.84 54.71 45.79 46.56 49.26 51.88 63.43 74.20 86.62 88.62
50|Semirata 2013 FMIPA Unila
Kontrol Negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Infusa 10% 26.89 13.54 20.42 12.79 5.47 5.12 1.07 5.88 14.41 23.58 37.07 49.39 54.72
Infusa 20% 9.94 0.42 30.50 19.42 9.74 14.31 14.24 18.14 33.80 40.10 53.23 59.37 63.88
Infusa 40% 53.98 53.93 45.97 53.76 50.74 45.96 44.07 48.49 62.04 66.94 71.61 80.39 81.14
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Gambar 2. Grafik persen penghambatan radang kelompok hewan uji terhadap waktu
Pada uji LSD menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan. Kelompok kontrol positif dengan pemberian natrium diklofenak dan pemberian uji infusa daun dadap ayam pada semua konsentrasi mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap penurunan respon inflamasi dengan kelompok kontrol negatif. Hal ini berarti kelompok kontrol positif dan uji mempunyai efek antiinflamasi pada hewan uji. Pada kontrol positif dan semua konsentrasi uji infusa daun dadap ayam menunjukkan perbedaan signifikan yang berarti mempunyai daya antiinflamasi tidak sebanding. Semakin tinggi konsentrasi infusa daun dadap ayam, semakin tinggi juga persen penghambatan radangnya. Senyawa yang menunjukkan hasil positif uji pendahuluan infusa daun dadap ayam adalah saponin dan alkaloid. Mekanisme antiinflamasi saponin secara pasti masih belum diketahui, walaupun banyak dilaporkan kandungan saponin tumbuhan mempunyai efek antiinflamasi. Mekanisme antiinflamasi yang paling mungkin adalah diduga saponin mampu berinteraksi dengan banyak membran lipid seperti fosfolipid yang merupakan prekursor prostaglandin dan mediator-mediator inflamasi lainnya. Alkaloid sebagai antiinflamasi diduga
berkerja dengan menghambat PGH2. Prostaglandin H2 (PGH2) adalah kunci intermedia pembentukan prostaglandin yang aktif secara fisiologis (PGE2 dan PGF2) dan tromboxan A2 (TXA2). Pembentukan progtaglandin dan tromboxan tersebut dapat menginduksi suatu inflamasi, sehingga dengan adanya aktivitas penghambatan PGH2 oleh alkaloid dapat menghambat suatu inflamasi. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan jika infusa daun dadap ayam mempunyai aktivitas antiradang pada mencit yang diinduksi karagenin. Infusa daun dadap ayam mempunyai kemampuan penghambatan radang dibanding kontrol negatif sebesar 54,72% untuk infusa daun dadap ayam 10%, 63,88% untuk infusa daun dadap ayam 20%, dan 81,14% untuk infusa daun dadap ayam 40% pada menit ke-360 setelah pemberian karagenin. UCAPAN TERIMA KASIH DIPA FMIPA Unlam pembiayaan penelitian ini.
2012
untuk
Semirata 2013 FMIPA Unila |51
Khoerul Anwar, dkk: Penghambatan Radang Infusa Daun Dadap Ayam (Erythrina variegata L.) Pada Mencit Jantan yang Diinduksi Karagenin
DAFTAR PUSTAKA Mustofa, (2005), Herbal Medicine di Era Evidence Based Medicine, Bagian Farmakologi dan toksikologi, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N. dan Mitchell R.N., (2007), Robbins Basic Pathology, Philadelpia, Saunders Elsevier, 37-41, 53 Tanu, I., Syarif, A., Estuningtyas, A., Setiawati, A., Muchtar, H.A. dan Arif, A., (2002), Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI, 216-7 Kumar, A., S. Lingadurai, A. Jain, and N. R. Barman, (2010), Erythrina variegata Linn: A review on morphology, phytochemistry, and pharmacological aspects, Pharmacogn Rev. Jul-Dec; 4(8): 147–152 Haque R, Ali MS, Saha A, & Allimuzzaman M. (2006), Analgesic activity of methanolic extract of the leaf of Erythrina variegata. J Pharm Sci. 5:77–9 Herlina, T., Supratman, U., Subarnas, A., Sutardjo, S., Abdullah, N.R., & Hayashi, H., (2011), Aktivitas Antimalaria Triterpenoid Pentasiklik dari Daun Erythrina variegata, Jurnal Ilmu Dasar, Vol. 12 No. 2.: 161 – 166 Harborne, J.B. (2006). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan Kokasih Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Kelima. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
52|Semirata 2013 FMIPA Unila
Autherhoff, H. & K.A. Kovar. (2002). Identifikasi Obat. Terjemahan N.C. Sugiarso. Penerbit ITB, Bandung Panda, B.B, K. Gaur, M.L. Kori, L.K. Tyagi, R.K. Nema, C.S. Sharma, & A.K. Jain. (2009). Anti-inflammatory and Analgesic Activity of Jetropha gossypifolia in Experimental Animal Models. Global Journal of Pharmacology. 3: 1-5 Hidayati, N. A., S. Listyawati, & A.D. Setyawan. (2005). Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Bioteknologi. 5(1): 14-16 Siswanto, A. & N.A. Nurulita. (2005). Daya Antiinflamasi Infus Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan. Prosiding Seminar Nasional. TOI XXVII: 177-181 Chakraborty, A., R.K.B. Devi, S. Rita, Kh. Sharatchandra, & Th. I. Singh. (2004). Preliminary Studies on Antiinflammatory and Analgesic Activities of Spilanthes acmella in Experimental Animal Models. Indian Journal Pharmacology. 36(3): 148-150 Ravi, V., T.S.M. Salem, S.S. Patel, J. Raamamurthy, & K. Gauthaman. (2009). Anti-Inflammatory Effect of Methanolic Extract of Solanum nigrum Linn Berrie. International Journal of Applied Research in Natural Products. 2: 33-36. Nutritional Therapeutics. (2003). NT Factor: Phosphoglycolipids-High Energy Potential. www.propax.com/FAQ/soy_high_energ y.html. Backhouse, N., C. Delporte, M. Givernau, B.K. Cassel, A. Valenzuela, & H. Speisky. (1994). Antiinflammatory and Antipyretic Effects of Boldine. Inflammation Research. 42(3-4): 114117