JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK N- HEKSAN, ETIL ASETAT, DAN ETANOL Morus alba L. TERHADAP BAKTERI PENYEBAB KARIES GIGI Diah Lia Aulifa, Yessi Febriani, Maria Selviana Rendo Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia _____________________________________________________________________________ Abstrak Fraksi etil asetat ekstrak metanol kulit akar dan ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) diketahui mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan, etil asetat, dan etanol buah murbei terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Simplisia buah murbei diekstraksi menggunakan kepolaran bertingkat dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan etanol dengan metode maserasi. Pada simplisia dan ekstrak dilakukan skrining fitokimia, karakterisisasi simplisia dan uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar. Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dilakukan terhadap ekstrak paling aktif dengan metode difusi Agar dan diidentifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan ekstrak paling aktif adalah ekstrak etil asetat dengan nilai KHM 8 mg/ml dan 9 mg/ml terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Hasil analisis statistika untuk taraf α = 0,05 menunjukkan adanya perbedaan daya hambat antara kontrol dengan ekstrak etanol dan etil asetat. Hasil skrining fitokimia pada ekstrak etil asetat menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, fenolat, kuinon, monoterpen dan seskuiterpen. Hasil identifikasi dengan KLT menunjukkan bahwa pada ekstrak etil asetat terdapat 10 spot dengan masing-masing Rf 0,04; 0,08; 0,16; 0,36; 0,48; 0,74; 0,78; 0,86 dan 0,94. Kata kunci: buah murbei (Morus alba L.), Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis, KHM, Antibakteri. Abstract Ethyl acetate fraction of methanol extract of the root bark and ethanol extract of mulberry leaves (Morus alba L.) was known to have an antibacterial activity against Streptococcus mutans. The aims of this research is to know the antibacterial activity of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol extract against Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. Mulberry fruit was extracted by a maceration method using gradient polarity solvents (nhexane, ethyl acetate and ethanol). The phytochemical screening and characterization of crude drugs and extract were carried out, and identified by Thin Layer Chromatography (TLC). The antibacterial activity and the minimum inhibitory concentration (MIC) of the most active extract were determined using the agar diffusion method. The antibacterial activity showed the most active extract was ethyl acetate extract with MIC value 8 mg/ml and 9 mg/ml against Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. The statistical analysis for level α = 0.05 showed differences inhibition between the control with ethyl acetate and ethanol extracts. The phytochemical screening of ethyl acetate extract showed flavonoid, phenolat, quinone, and monoterpene and sesquiterpene groups. The identification using TLC showed 10 spot with Rf 0.04; 0.08; 0.16; 0.36; 0.48; 0.74; 0.78; 0.86 and 0.94 respectively in the ethyl acetate extract. Keywords: mulberry fruit (Morus alba L.), Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis, MIC, Antibacterial _____________________________________________________________________________
45
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
bakteri
PENDAHULUAN
Streptococcus
mutans
pada
Di Indonesia, penyakit infeksi saat
permukaan gigi dapat menyebabkan proses
ini masih menjadi masalah utama kesehatan
demineralisasi pada email gigi. Bila proses
masyarakat, salah satunya penyakit infeksi
demineraslisasi ini terus terjadi maka dapat
pada rongga mulut. Pengobatan terhadap
menyebabkan
penyakit infeksi biasanya mengggunakan
terjadi karies, sedangkan gingivitis dimulai
antibiotik
sintetis,
namun
penggunaan
dari kolonisasi Streptococcus sanguinis
antibiotik
sintetis
ini
kadang-kadang
pada permukaan gigi yang kemudian
memberikan efek
samping yang tidak
remineralisasi
memfasilitasi
bakteri
lain
sehingga
seperti
diinginkan bagi tubuh seperti resistensi
Streptococcus mutans untuk membentuk
(Aliero, 2008). Beberapa antibiotik sering
koloni di dalam plak. Hal ini dimungkinkan
digunakan untuk infeksi dalam rongga
karena bakteri ini memiliki kemampuan
mulut. Situasi ini menunjukkan perlunya
melakukan agregasi segera setelah gigi
dilakukan
dibersihkan
penelitian
untuk
dan yang
menghasilkan
mengembangkan obat antibakteri baru yang
neuraminidase
berperan
dalam
berasal dari tumbuhan. Rongga mulut
pembentukan plak (Kriswandini, 2005).
manusia merupakan salah satu tempat
Salah satu upaya menanggulangi
mikroorganisme tumbuh, yaitu mikroba
masalah karies gigi dan gingivitis adalah
Streptococcus
Streptococcus
penggunaan buah murbei (Morus alba L.).
sanguinis, dan Candida albicans. Hal ini
Menurut hasil penelitian Park (2003), kulit
dikarenakan kelembaban pada rongga mulut
akar murbei (Morus alba L.) memberikan
cukup tinggi, dan juga banyak terdapat
aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan
partikel- partikel kecil makanan membuat
Streptococcus mutans. Kuwanon G yang
rongga mulut menjadi lingkungan ideal
diisolasi dari ekstrak metanol kulit akar
bagi pertumbuhan mikroba sehingga timbul
Morus alba L. menunjukkan aktivitas
berbagai penyakit gigi. Berdasarkan hasil
terhadap Streptococcus mutans dengan nilai
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
Minimum Inhibitory Consentration (MIC)
departemen Kesehatan RI tahun 2004,
sebesar
prevalensi karies mencapai 60 %. Selain
bactericidial menunjukkan Kuwanon G
karies gigi, penyakit gigi yang sering terjadi
tidak aktif terhadap Streptococcus mutans
adalah gingivitis. Salah satu penyebab
pada konsentrasi 20 mg/ ml. Selain bakteri
karies adalah bakteri Streptococcus mutans
Streptococcus mutans, Kuwanon G juga
sedangkan salah satu penyebab gingivitis
menghambat pertumbuhan bakteri lainnya
adalah bakteri Streptococcus sanguinis.
seperti
Kedua
Streptococcus
mutans,
bakteri
ini
mempelopori
terbentuknya plak pada gigi. Adanya
8
µg/ml,
sedangkan
Steptococcus sanguinis
uji
sobrinus, dan
Porphyromonas gingivalis. Selain itu, Islam 46
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
(2008) telah membuktikan adanya aktivitas
klorida 2N, kloroform, serbuk magnesium,
antibakteri 1-deoxynojirimycin isolat dari
asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat,
daun murbei (Morus alba L.) terhadap
asam klorida 0,1 N, besi (III) klorida,
pertumbuhan
mutans.
larutan gelatin, amil alkohol, eter, larutan
Berdasarkan informasi di atas, Kadar
vanilin, KOH 5%. Pereaksi yang digunakan
Hambat Minimum (KHM) ekstrak buah
adalah
murbei (Morus alba L.) belum diteliti. Oleh
Liebermann Burchard, dan pereaksi Mayer.
sebab itu, dilakukan penelitian mengenai uji
Bahan-bahan yang digunakan untuk uji
aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan, etil
mikrobiologi adalah Mueller Hinton Agar
asetat dan etanol buah murbei (Morus alba
(MHA) (Oxoid), darah manusia steril
L.)
terhadap
(golongan darah O), amoksisilin trihidrat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
(Aurobindo), dan NaCl fisiologis. Bakteri
dan Streptococcus sanguinis.
yang
serta
Streptococcus
penentuan
KHM
pereaksi
Dragendorf,
digunakan
pereaksi
adalah
bakteri
Streptococcus mutans yang di peroleh dari METODOLOGI
biakan
di
Laboratorium
Mikrobiologi
Alat
Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Alat-alat yang digunakan dalam
dan bakteri Streptococcus sanguinis yang
penelitian ini antara lain yaitu rotary
diperoleh dari biakan di Laboratorium
evaporator (IKA®), spektofotometer UV-
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi
Vis (Shimadzu UV-1800), lampu UV
Universitas Padjajaran.
®
(Camag), autoklaf (My Life ), perforator diameter 6 mm, inkubator (Jenaco®),
Persiapan Bahan Baku dan Determinasi Tanaman
Laminar Air Flow (LAF), micropipette (Socorex),
oven
(Memmert),
lemari
®
pendingin (Polytron ), tanur (Branstead Thermolyne).
murbei
yang
diperoleh,
dibersihkan dari kotoran, lalu dikeringkan menggunakan oven buatan. Buah murbei dideterminasi di Laboratorium Herbarium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Bahan Buah murbei (Morus alba L.) diperoleh dari Wisata Ilmu Budidaya Ulat Sutera,
Padepokan
Arcamanik.
Dayang
Bahan-bahan
kimia
Sumbi, yang
digunakan adalah etanol 95%, n-heksan, etil asetat, metanol, anisaldehid, asam asetat, ®
silika gel GF254 (Merck ),Aqua destilata, Tween
Buah
80,
dan
bahan-bahan
untuk
Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas
Padjadjaran Jatinangor. Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia Untuk
mengetahui
kandungan
metabolit sekunder yang terdapat dalam buah murbei (Morus alba L.) maka dilakukan
penapisan
fitokimia,
yaitu
penapisan fitokimia seperti ammonia, asam 47
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
pengujian
alkaloida,
tanin,
darah manusia sebanyak 5%. Sebanyak 15
polifenol, monoterpen dan seskuiterpen,
ml media agar darah ditambahkan 150 µL
steroid
dan
suspensi bakteri, kemudian dihomogenkan
saponin. Penapisan fitokimia merupakan
dan didiamkan sampai memadat. Dibuat 6
salah satu pendekatan dalam penelitian
lubang
tumbuhan obat untuk mendeteksi senyawa
berdiameter 5 mm, lalu masing- masing
tumbuhan
golongan.
lubang diisi ekstrak dengan konsentrasi
Karakterisasi simplisia dilakukan untuk
25%; 12,5%; 6,25%; 3,125%; tween 80-1%
mengetahui mutu dan kualitas simplisia
b/v sebagai kontrol negatif dan amoksisilin
dengan
sebagai kontrol positif sebanyak 50 µl.
dan
flavonoid,
triterpenoid,
kuinon,
berdasarkan
membandingkan
hasil
yang
menggunakan
didapatkan dengan data dari literatur.
Pengujian
Pengujian yang dilakukan adalah penetapan
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24
susut pengeringan, kadar sari larut air,
jam. Setelah itu diameter daerah hambat
kadar sari larut etanol, dan kadar abu dalam
diukur menggunakan jangka sorong.
simplisia.
dilakukan
triplo,
perforator
kemudian
Penentuan Kadar Hambat Minimum
Pembuatan Ekstrak Buah Murbei
(KHM)
Ekstraksi buah murbei dilakukan
Ekstrak paling aktif buah murbei
dengan metode dingin yaitu menggunakan
diuji KHM menggunakan metode difusi
maserasi bertingkat. Simplisia sebanyak
agar. Pada media MHA yang sudah
310 gram diekstraksi secara bertingkat
disterilisasi dan bersuhu kurang lebih 50 oC,
menggunakan pelarut berturut-turut yaitu n-
ditambahkan 5% darah manusia. Sebanyak
heksan, etil asetat, dan etanol 95 % (1:10),
15 ml media agar darah ditambahkan 150
masing-masing selama 3x24 jam. Setelah
µL
itu,
dihomogenkan
ketiga
maserat
dikentalkan
menggunakan evaporator.
media
aktivitas
antibakteri
dilakukan pada ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol buah murbei dan sebagai standar digunakan
Amoksisilin.
Uji
aktivitas
dilakukan terhadap bakteri Streptococcus mutans
dan
bakteri, dan
kemudian
didiamkan
sampai
memadat. Dibuat beberapa lubang pada
Pengujian Aktivitas Antibakteri Pengujian
suspensi
Streptococcus
sanguinis
menggunakan metode Difusi Agar. Pada media MHA yang sudah disterilisasi dan bersuhu kurang lebih 50 oC, ditambahkan
agar
yang
telah
mengeras
menggunakan perforator berdiameter 6 mm. Ekstrak yang telah dilarutkan dengan tween80-1%
dibuat pengenceran turunan
dari konsentrasi 12 sampai 7 mg/ml. Masing-
masing
konsentrasi
ekstrak
dimasukkan ke dalam lubang sebanyak 50 µL. Pengujian dilakukan triplo, kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Setelah itu diameter daerah hambat diukur
menggunakan
jangka
sorong. 48
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
Konsentrasi hambat terkecil yang memiliki
benar merupakan tanaman murbei (Morus
diameter
alba L.). Pembuatan ekstak buah murbei
hampir
mendekati
diameter
perforator ditetapkan sebagai konsentrasi
dilakukan
hambat minimum.
bertingkat dengan pelarut n-heksan, etil
Pengujian Kromatografi Lapis Tipis
dengan
metode
maserasi
asetat, dan etanol 95%. Berat ekstrak kental yang didapatkan dari 310 gram simplisia
(KLT) Ekstrak yang memiliki aktivitas antibakteri
dianalisis
komponen-
komponennya dengan KLT menggunakan fase diam silika gel dan pengembang nheksan : etil asetat (4:6). Deteksi lebih
adalah 4,15 gram untuk ekstrak n- heksan, 5,6 gram untuk ekstrak etil asetat, dan 90,51 gram
untuk
ekstrak
etanol,
dengan
rendemen ekstrak masing- masing 1,34%; 1,81%; 29,20%.
lanjut menggunakan sinar UV 254, sinar
Skrining Fitokimia dan Karakterisasi
UV 366, dengan penampak bercak H2SO4
Simplisia
10%, FeCl3, anisaldehid, dan uap amoniak.
Data yang diperoleh pada uji antibakteri,
menggunakan (ANOVA)
skrining
fitokimia
menunjukkan bahwa pada ekstrak n-heksan
Analisis Data aktivitas
Hasil
dianalisis
Analysis
yang
of
kemudian
Varians dilanjutkan
dengan uji Tukey menggunakan SPSS versi
terkandung
senyawa
golongan
steroid,
sedangkan pada simplisia tidak terdapat senyawa steroid. Hal ini dikarenakan senyawa steroid masih terperangkap di dalam sel dan saat diekstraksi, sel- sel tumbuhan pecah menyebabkan senyawa
18.
steroid tertarik oleh pelarut n-heksan. Hasil dapat dilihat pada tabel 1. Karakterisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
simplisia dilakukan untuk mengetahui mutu
Determinasi Tanaman dan Ekstraksi Pada proses pengumpulan bahan baku berupa buah murbei (Morus alba L.) yang diperoleh dari daerah Arcamanik, Bandung diperoleh berat basah sebesar 8063,39
gram,
dan
pengeringan
sebesar
Determinasi
tanaman
Laboratorium
berat
setelah
708,78
gram.
dilakukan
Herbarium
di
Taksonomi
Tumbuhan, jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjajaran. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman yang diperiksa
dan kualitas dari simplisia. Pemeriksaan yang dilakukan pada karakterisasi adalah penetapan susut pengeringan, penetapan kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu. Penetapan susut pengeringan dilakukan
untuk
mengetahui
besarnya
senyawa yang menguap selain air seperti senyawa dilakukan
atsiri. untuk
Penetapan
kadar
mengetahui
abu
seberapa
banyak kandungan mineral dalam simplisia. Hasil penetapan kadar sari menunjukkan kadar sari yang larut air lebih besar 49
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
daripada kadar sari larut etanol, hal ini
berarti ekstrak n- heksan tidak memiliki
dikarenakan kandungan gula pada buah
aktivitas
cukup tinggi sehingga banyak gula yang
negatif digunakan tween 80-1 % b/v yang
ikut larut dalam air. Hasil dapat dilihat pada
digunakan sebagai pelarut ekstrak. Pada
tabel 2.
ekstrak etil asetat dan etanol, dapat dilihat
antibakteri.
Sebagai
kontrol
Tabel 1. Hasil skrining fitokimia Golongan Senyawa
Simplisia
Ekstrak n-heksan
Etil Asetat
Etanol
Alkaloid
-
-
-
Fenolat
+
-
+
+
Kuinon
+
+
+
+
Saponin
-
-
-
-
Tanin
-
-
-
-
Flavonoid
+
-
+
+
Monoterpen dan seskuiterpen
+
+
+
-
Steroid
-
+
-
-
Triterpenoid
-
-
-
-
Tabel 2. Hasil karakterisasi simplisia buah murbei Karakterisasi simplisia buah murbei (Morus alba L.)
Hasil (%)
Susut pengeringan
15
Penetapan kadar abu
8
Penetapan kadar sari larut etanol
25
Penetapan kadar sari larut air
28
Pengujian Aktivitas Antibakteri
bahwa ekstrak etil asetat memiliki zona
Pengujian aktivitas buah murbei dilakukan
hambat yang lebih tinggi hampir di semua
menggunakan metode difusi agar dengan
konsentrasi. Hal ini menunjukkan, bahwa
beberapa variasi konsentrasi, hasil dapat
ekstrak etil asetat memiliki aktivitas yang
dilihat pada tabel 3. Aktivitas antibakteri
paling aktif dibandingkan ekstrak etanol
ekstrak buah murbei terhadap bakteri
dan
Streptococcus mutans dan Streptococcus
statistika menggunakan ANOVA untuk taraf
sanguinis menunjukkan bahwa ekstrak etil
α = 0,05 menunjukkan adanya perbedaan
asetat
daya hambat antara kontrol dengan etanol
dan
etanol
memiliki
aktivitas
antibakteri, sedangkan ekstrak n-heksan
ekstrak
n-heksan.
Hasil
analisis
dan etil asetat.
memiliki zona hambat sebesar kontrol, yang 50
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
Penentuan
Konsentrasi
0,58; 0,74; 0,78; 0,86; 0,94. Setelah
Hambat
Minimum (KHM)
disemprot dengan penampak bercak FeCl3
Pengujian KHM ekstrak etil asetat buah
timbul bercak berwarna abu-abu pada Rf
murbei dilakukan menggunakan metode
0,16 yang menunjukkan adanya golongan
difusi agar. KHM untuk Streptococcus
senyawa fenolat (Harborne, 1985). Hasil
mutans dan
identifikasi
Streptococcus sanguinis
dengan
uap
amonia
berturut-turut sebesar 8 mg/ml dan 9
menunjukkan adanya golongan senyawa
mg/ml. Hasil dapat dilihat dalam tabel 4.
flavonoid dengan terbentuknya warna biru terang dibawah sinar UV 366 pada Rf 0,36
Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan
Kromatografi lapis tipis dilakukan terhadap
0,58
(Markham,
1988).
Hasil
identifikasi dengan dengan anisaldehid-
ekstrak etil asetat dengan menggunakan
asam sulfat menunjukkan adanya senyawa
pengembang n-heksan : etil asetat (4 : 6).
monoterpen
Identifikasi dilakukan pada sinar UV 254,
dan
seskuiterpen
dengan
terbentuknya warna ungu pada Rf 0,78
sinar UV 366 dengan penampak bercak
(Wagner, 1984).
H2SO4 10%, FeCl3, uap amoniak dan anisaldehid-asam sulfat. Hasil deteksi di
SIMPULAN
bawah sinar UV 366 menunjukkan ada 10
Ekstrak etil asetat buah murbei
spot dengan Rf 0,04; 0,08; 0,16; 0,36; 0,48;
Tabel 3. Hasil uji aktivitas ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol buah murbei putih Bakteri
Ekstrak
Streptococcus mutans
Diameter Hambat (mm) A
B
C
D
Kontrol
6,00
6,00
6,00
6,00
n-heksan
6,00
6,00
6,00
6,00
Etil Asetat
19,08±0,08
15,53±0.10
11,40±0,10
9,11±0, 08
Etanol
18,18±0,14
14,42 ± 0,15
10,4 ±0,12
8,54±0,10
Streptococcus
Kontrol
6,00
6,00
6,00
6,00
sanguinis
n-heksan
6,00
6,00
6,00
6,00
Etil Asetat
18,13±0,07
16,48±0,08
9,61± 0,15
8,82±0,1
Etanol
17,96±0,07
14,18±0,12
10,47±0,1
7,77± 0,05
Tabel 4. Hasil Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak etil asetat buah murbei putih Bakteri S. mutans
12 8,35±0,21
S. sanguinis
8,26±0,15
Diameter Hambat (mm) pada Konsentrasi (mg/ml) 11 10 9 8 7,76±0,09 7,35±0,13 6,70±0,14 6,48±0,09 7,80±0,17
7,25±0,13
0,66±0,01
-
7 -
51
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
memiliki aktivitas antibakteri yang paling
Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia
baik terhadap bakteri Streptococcus mutans
Medika Indonesia Jilid V, Jakarta :
dan Streptococcus sanguinis dibandingkan
DepKes RI.
ekstrak n- heksan dan etanol. Hasil
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar
pengujian Kadar Hambat Minimum (KHM)
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
ekstrak
Jakarta: Departemen Kesehatan RI:
etil
asetat
terhadap
bakteri
Streptococcus mutans sebesar 8 mg/ml dan
1-11.
Streptococcus sanguinis sebesar 9 mg/ml.
Farnsworth, N.R. 1966. “Biological and
Hasil analisis statistika untuk taraf α= 0,05
phytochemical screening of plants.”
menunjukkan
Journal
perbedaan
daya
hambat
antara kontrol dengan etanol dan etil asetat. Hasil skrining fitokimia menunjukkan pada ekstrak
etil
golongan
asetat
flavonoid,
terdapat
senyawa
fenolat,
kuinon,
monoterpen dan seskuiterpen.
of
Pharmaceutical
sciences, 55 (3): 245-264. Frazier, W. C and D. C. Westhoff. 1988. Food Microbiology 4th ed, McGraw Hill, Inc. New York. Gaman
P.M,
dan
Sherrington.
1994.
Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta, Gajah
DAFTAR PUSTAKA Aliero,
A.A.,
2008,
phytochemical
Preliminary
and
antibacterial
Mada University Press. Harborne, J.B. 1985. Metode Fitokimia
screening of scadoxus multiflorus,
Penuntun
Cara
Modern
International Journal of Pure and
Menganalisis Tumbuhan. Terbitan
Applied Science, 4: 13-17.
Kedua, Bandung: Penerbit ITB.
Butkhup, L., Wannee, S., Supachai, S.
Islam, B, hahper N. K, Irfanul H, Alam,
2013. “Phenolic composition and
M, Mushfiq, M, and Asad , U. K.
antioxidant
2008.
activity
of
white
“Novel
mulberry (Morus alba L.) Fruits.”
activity
International
inhibition of Streptococcus mutans
Journal
of
Food
of
anti-adherence leaves:
Science & Technology, 48 (5): 934-
biofilm
940
isolated from Morus alba.” Journal
Cronquist, Arthur. 1981. An Integrated System
of
Classification
of
Flowering Plants, New York : Columbia University Press. Departemen
Kesehatan
RI.
by
mulberry
1-deoxynojirimycin
Of Antimicrobial Chemoteraphy, 62 (4): 751-757. Kriswandin,
I.L.
Streptococcus
2005. sanguis
“Bakteri sebagai
1995.
Fasilitator Streptococcus mutans
Farmakope Indonesia Edisi IV,
yang Berperan Dalam Patogenesis
Jakarta : DepKes RI. 52
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.IV, No.2, Juli 2015
Karies Gigi.” Maj. Ked. Gigi (dent
Suwelo, Ismu, S., 1992, Karies Gigi Pada
J). Ed khusus Timnas IV: 247- 251.
Anak Dengan Berbagai Faktor,
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada: 67-71. Markham,
K.R.
(diterjemahkan
Tjay, T.H, Rahardja, K. 2007. Obat- Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
1988.
Cara
Mengidentifikasi
Jakarta, EGC.
Flavonoid oleh
Kosasi
Panduwinata), Bandung, Penerbit ITB.
Efek-
Efek
keenam,
Sampingnya
Jakarta,
Elex
edisi Media
Komputindo: 66-68. Wardani, A.P. 2012. “Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Siwak (Salvadora
Parhusip, A. 2006. “Kajian Mekanisme Antibakteri
Ekstrak
persica)
Pada
Berbagai
Andaliman
KonsentrasiI
Terhadap
(Zanthoxylum acanthopodium DC)
Pertumbuhan
Streptococcus
terhadap Bakteri Patogen Pangan.”
mutans.”
Disertasi.
Fakultas Kedokteran Universitas
Sekolah
Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Park, K.M.
2003.
“Kuwanon
Skripsi.
Kedokteran
Diponegoro: 97-98. G: an
Wagner, H. 1984. Plant Drug Analysis a
antibacterial agent from the root
Thin Layer Chromatography Atlas,
bark of Morus alba against oral
hal. 164, Springer-Verlag.
pathogens.” J. Ethnopharmacol, 84 (2-3): 181. Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan
pertama,
Yogyakarta,
Pustaka Pelajar: 359. Sasatrohamidjojo, H. 1983. Kromatgrafi. Yogyakarta,
Universitas
Gajah
Mada: 29. Suswandi,
T.
2012.
“Pengembangan
Potensi Antibakteri Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Streptococcus sanguinis Penginduksi
Gingivitis
menuju
Obat Herbal Terstandar.” Disertasi. Fakultas
kedokteran
gigi,
Univesitas Indonesia:20-21.
53