Akhlak Baik, Kejayaan Diraih Written by Rahman Hidayat Sunday, 11 September 2011 00:00
Sepintas kaitan antara kebersihan, akhlak dan peradaban tidak begitu erat.Namun bila dikaji, kenyataan menunjukkan sebaliknya. Hubungan antara akhlak, kebersihan dan kebersihan sangat dekat. Keduanya bersebab akibat.Sebab akhlak yang baik, kebersihan terwujud. Sedang kebersihan adalah cermin peradaban.
Kebersihan adalah dampak dari akhlak. Demikian tegas Ketua Yayasan Prof. Dr. Kadirun Yahya (YPDKY), H. Sayyidi Syaikh Abdul Khalik Fajduani, SH saat acara Pelantikan Panitia Peradaban Bersih (Pandabsih) beberapa waktu lalu. Akhlak secara sederhana dapat dipahami sebagai serangkaian perilaku yang membentuk karakter insan. Akhlak dari sekelompok insan inilah yang membentuksebuah peradaban. Peradaban yang unggul didasari oleh akhlak baik.
Perilaku atau kebiasaan yang melekat pada seseorang terjadi karena perbuatan yang dilakukan secara terus menerus. Tindakan-tindakan itu di antaranya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut.Sementara nilai yang dianut bergantung pada rujukan atau pedoman hidup yang dijunjung. Sebagai muslim,pedoman hidup mutlak yang menjadi sumber dari seluruh nilai-nilai adalah Al Qur’an dan Al Hadits.
Dalam Al Qur’an dan Al Hadits, nilai-nilai tersebut berwujud berbagai perintah dan larangan. Hal itu disampaikan secara tegas dan gamblang, lengkap dengan hikmah serta reward dan punishment yang bakal diperoleh jika perintah ditaati atau dilanggar.
“Susah Bang! Sedangkan akhlak kita saja belum baik!” begitu cetus Bang Mori kepada Bang Ajoull dalam dialog film pendek sosialisasi Program AKSI atau ”Akhlak Bersih” ini. Cetusan tersebut seolah mewakili sikap pesimis yang umum ditemui ketika bicara soal memperbaiki akhlak. Satu sisi sadar bahwa diri sendiri belum berakhlak baik,namun belum tampak komitmen untuk mengubahnya. Dan di sisi lain, tercetus nada kemustahilan mengajak orang lain untuk
1/4
Akhlak Baik, Kejayaan Diraih Written by Rahman Hidayat Sunday, 11 September 2011 00:00
berubah jika diri sendiri belum baik.
Ibarat telur dan ayam, mana duluan? Perbaiki diri dulu baru ajak orang lain baik? Ataukah secara terus-menerus benahi akhlak sendiri? Kemudian dengan menjadikan diri sendiri sebagai contoh kita berharap orang-orang di sekitar kita turut berubah menjadi baik akhlaknya. Pemikiran ini sejalan dengan penggalan puisi yang selalu dibaca ketika penutupan Pelatihan Sumber Daya Manusia “Sufi Thinking”.
Puisi berjudul “Hasrat untuk Berubah” yang ditemukan di nisan pemakaman gereja Westminster Abbey, London, Inggris berisi impian untuk mengubah dunia. Namun seiring perjalanan waktu, ketika kearifan sang jasad bertambah ia menyadari bahwa:
“Andaikan pertama-tama yang ku ubah adalah diriku. Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan,mungkin aku bisa mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka bisa jadi akupun mampu memperbaiki negeriku. Kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia!"
Sebab-sebab Kemuliaan Dalam berbagai kesempatan, Ketua YPDKY, berpesan, “gantilah kepala”.Maksudnya perubahan harus dimulai dengan mengganti cara berpikir. Beliau mengibaratkan, kalau orang gemuk mau kurus, ia harus mengganti cara berpikirnya dengan cara berpikir orang yang badannya kurus. Kalau cara berpikir tidak diubah berbagai upaya yang dilakukan tidak akan membawa hasil.
Mengingat cara berpikir sangat dipengaruhi oleh paradigma atau pedoman yang dianut, maka pemahaman terhadap Al Qur’an dan Hadits menjadi mutlak. Dalam Al Qur’an Surat Al Anbiyaa ayat 10 Allah SWT berfirman,
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?”
2/4
Akhlak Baik, Kejayaan Diraih Written by Rahman Hidayat Sunday, 11 September 2011 00:00
Ayat tersebut menyatakan bahwa seluruh cara, metode, dan teknis untuk mencapai derajat kemuliaan sebagai manusia tercantum dalam Al Qur’an. Derajat kemuliaan sebagai khalifatul fil ardh hanya dapat dicapai dengan melaksanakan Islam Kaffah. Islam Kaffah dapat diamalkan bila tiga pilar Islam; Fikih, Akidah dan Akhlak dipahami secara utuh. Fikih dilaksanakan dengan menaati dan menjalankan ketentuan Syariat Islam. Akidah diteguhkan dengan menjadi pribadi shaleh, yang diantaranya dengan mengintensifkan Dzikrullah melalui metode Thariqatullah. Sedangkan, akhlakul karimah adalah buah dari keduanya, taat syariat dan akidah yang kuat. Namun demikian, akhlak harus diperjuangkan dan dibentuk terus menerus sepanjang hayat.
Untuk memudahkan memahami “sebab-sebab kemuliaan” tersebut, Ketua YPDKY meluncurkan 7 Nilai Dasar Yayasan sebagai panduan akhlak bagi seluruh jamaah di bawah naungan. Tidak hanya di lingkungan jamaah, 7 Nilai Dasar Yayasan, dengan izin Ketua YPDKY, juga diterapkan oleh beberapa jamaah yang wirausahawan di perusahaannya. Menurut Drs. H. Tugirin Yusuf, MM, pengusaha di bidang microfinance, saat Talkshow Leadership Training (28/6) omzet usahanya meningkat hingga 300 persen sejak menerapkan 7 Nilai Dasar Yayasan sebagai nilai-nilai prinsip perusahaan. Suasana kerja pun berubah kondusif dan nyaman. Tidak lagi kaku, tegang dan formal. Fenomena serupa diakui pula oleh beberapa pebisnis lainnya.
Sebagai pondasi, 7 Nilai Dasar perlu dijabarkan menjadi sebuah Code of Conduct (CoC) atau pedoman perilaku. Hal ini diterapkan pada Panitia Peradaban Bersih (Pandabsih). Tiap divisi didorong untuk menyusun sendiri pedoman mereka dalam berperilaku. Maka tersusun 9 buah CoC sesuai kebutuhan dan kesepakatan anggota divisi masing-masing, sebagai panduan teknis dalam berperilaku. Dengan komitmen kuat, CoC efektif mengubah perilaku. Contohnya, dalam mengubah kebiasaan tak tepat waktu. Rapat-rapat yang sebelumnya kerap telat,menjadi makin tepat waktu.
Hargai Orang Baik Dalam penjelasan saat Leadership Training, Ketua YPDKY menyatakan bahwa kita harus menghargai orang-orang yang tepat waktu. Menurut beliau, menoleransi orang-orang yang datang terlambat berarti tidak menghargai mereka yang hadir tepat waktu. Dalam pengertian lain, kita telah bertindak dzalim terhadap orang-orang baik tersebut.
Menurut beliau, persahabatan hanya akan terjalin di antara orang-orang yang baik akhlaknya. Persahabatan akan membentuk tim yang kuat. Tim yang kuat adalah winner, pemenang. Sebagai pemenang ia tak akan terkalahkan. Sejarah telah membuktikan kejayaan kaum muslimin di era Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin. Dalam tempo singkat dua imperium
3/4
Akhlak Baik, Kejayaan Diraih Written by Rahman Hidayat Sunday, 11 September 2011 00:00
besar, Persia dan Romawi berhasil ditaklukkan. Peradaban Persia dan Romawi terkalahkan oleh Peradaban Islam yang lebih unggul.
Lalu mengapa peradaban yang gilang-gemilang itu kini redup? Mengingat kembali firman Allah dalam Surat Al Anbiyaa ayat 10, hal ini dikarenakan “sebab-sebab kemuliaan” belum lagi dipahami dan diamalkan. Sebab-sebab itu adalah pemahaman Islam yang belum utuh dan akhlakul karimah yang belum terwujud. Oleh karenanya derajat umat muslim sebagai khalifatullah fil ardh agar menjadi masyarakat madani yang rahmatan lil ‘alamin harus terus diperjuangkan sehingga kejayaan sebagai bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dapat diraih. Insya Allah.
Kisah Kera ke Seratus Pada tahun 1952 sekelompok ilmuwan meneliti kawanan kera yang hidup di pantai Pulau Koshima Jepang. Ilmuwan Jepang menemukan seekor kera usia 18 bulan, kemudian diberi nama Imo, mencuci lebih dulu ubi jalar yang akan dimakannya. Pertama-tama dengan air sungai. Lalu ia menemukan, ubi jalar lebih enak kalau dicuci dengan air laut. Lambat laun, kera-kera muda lainnya mengikuti langkah Imo.
Ketika tiba pada kera ke seratus, ilmuwan mendapati kawanan kera lain juga melakukan hal yang sama. Anehnya, kawanan kera itu hidup jauh di pulau lain dan tak pernah berhubungan dengan kelompok kera di Pulau Koshima.
Moral cerita di atas adalah lakukan perubahan perilaku maka alam semesta akan mendukung. Atau dikenal dengan istilah “mestakung”, dimana alam semesta beserta izin dan ridha Allah SWT. Walau dalam prakteknya, perubahan kerap kali menghadapi bermacam tantangan, dengan pertama-tama mengubah sikap menjadi optimis, tidak mudah surut dan selalu bersyukur dalam berbagai kondisi,perubahan dapat berjalan berkesinambungan.(RHAY)
4/4