8ab 1Pengertian Be/ajar
A. DEFINISIBELAJAR
Apa yang tercakup dalam belajar? Ada banyak kegiatan yang digambarkan sebagai belajar: pemerolehan kosa kata, menghapal puisi, belajar menggunakan mesin ketik, dan lain-Iainnya. Ada aktivitas-aktivitas lain, walaupun tidak cukup jelas dipelajari, yang secara mudah diklasifikasikan sebagai belajar begitu aktivitas tersebut dipikirkan. Termasuk diantaranya pemerolehan "sikap prasangka, preferensi, dan sikap sosiallain serta cita-cita, termasuk segala kemampuan yang tercakup dalam hubungan antarmanusia yang salingmempengaruhi. Pada akhimya, terdapat sejumlah kegiatan yang pemerolehan atau penguasaannya tidak dapat diklasifikasikan dalam belajar karena utilitasnya, kalaupun ada tidak dapat diperlihatkan secara langsung. Termasuk diantaranya adalah "tic", perilaku tertentu, dan isyarat autistik (Hilgard, 1956). Memberi gambaran tentang belajar mampu memberi perkiraan awaI menuju definisi. Pada kenyataannya, untuk menulis definisi belajar yang benar-benar memuaskan memang sangat sulit. Ada beberapa usaha untuk mendefinisikan belajar sebagai usaha perubahan atau perbaikan perilaku dengan latihan.Walaupun terdapat beberapa kenyataan bahwa perubahan atau perbaikan perilaku bukanlah usaha belajar. Beberapa perubahan perilaku tersebut dapat terjadi karena adanya kematangan, kelelahan, dan bentuk lain yang terjadinya secara berulang-ulang. Berikut ini adalah batasan sementara mengenai belajar (Hilgard, 1956):
~
Belaiar adalah prose.s..dimana-.S.uatu_.. e a I atau berubah melalui reaksi pada situasi yang ditemui, asalkan ciri perubahan aktivitasnya tidak dapat dije as an sebagai kecenderungan respon dasar, kematangan atau proses tubuh organisma yang bersifat sementara (seperti karena pengaruh obat, kelelahan, dan lain sebagainya).
Definisi tersebut di atas jelaslah kurang memuaskan karena banyak istilah yang tidak terdifinisikan, tetapi perlu diperhatikan pada masalah menyangkut segala definisi belajar. Definisi itu sendiri harus dibedakan menjadi (Hilgard, 1956): 1. Jenis-jenis perubahan perilaku dan antasedennya, yang dimasukkan dalam katagori belajar, dan 2. Jenis perubahan perilaku dan antasedennya, yang tidak dikatagorikan sebagai belajar.
--
-
---
--
N~a (1991) menyatakan bahwa pada umumnya para ahli psikologi menerima pendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderun an erilaku s . asil dWi pengwaman ii{a1.qJr1l!<:tek afal.f1atlhan.Bclajar tl ak dapat diterangkan sebagai perubahan perilaku atas dasar kecenderungan respon bawaan, kematangan, atau sifat-sifat temporer organisma seperti kelelahan, pengarnh obat, ketidaksadaran, dan lain-lain. Apabila seseorang belajar makasetidak.4idaJrnya1Jt1t11~tu tertentu berubah dalam kesediaannya memperlakukan lingkungannva. Belajar adalah proses y~ sua[u tungsi dari kesefuruhanhngkungandi~ekitarnya. S~dangkan~ig (1991) memberi bat£lsanbahwa belajar adalah beberapa perubahan yang relatifpermanen ill dalarn
perilakuO'rganisma sebaKaihasilpengalaman. -¥' CrQ.~&: A. Crow(1989)memberikanbatasanbelajarsebagai~erikut:"perubahan dalam respon atau l1ngkah hiku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang ~engandung setaraf dengan ketepatan), yang sebagaian atau selur0WY;-c!~bkan oleh pengalaman, !'pengalaman" yang-serupa itu terutama yang sadar, n::lmlmkadang-kadang mengandung juga komponen penting yang tidak sadar, seperti yang biasa terdapat dalam belajar gerak ataupun reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang teratur ataupun yang amat halus; termasuk juga perubahan-perubahan tingkah laku dalam suasana emosional, namun yang lebihlazimialah perubahanyangberhubungandenganbertambahnyapengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak; tidak termasuk adanya perubahan-perubahan fisiologis seperti kelelahan, atau halangan atau tidak berfungsinya indera untuk sementara setelah berlangsup~angsang-perangsang yang terus menerus. Sumadi SuryaBrata (1993) menyatakan bahwa ada beberapa hal pokok berkenaan dengan belajar, yaiu: 1. Bahwa bel~jar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change, aktual maupun potensi<)l1
2. Ba~perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. 3. -rfcihwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Wittig (1981) menjelaskan bahwa dalam studi tentang belajar nampak beberapa tahap yang muncul pada saat belajar. Awalnya, organisma harns mengasimilasikan atau mengerti materi-materi yang dipelajarinya. Tahap ini telah dinamai acquisition atau kemahiran. Sekali diperoleh, kemudian materi belajar dimasukkan dalam ingatan individu. Tahap ini sering dinamai tahap storage atau penyimpanan. Tahap ketiga disebut retrieval atau pencarian informasi belajaryang telah disimpan didalam memoriuntuk dikeluarkan atau dipergunakan.
(
B.~flILAKU BELAJAR DAN BUKAN BELAJAR Be~sarkan pendapat Hilgard seperti tersebut di atas, bahwa terdapat jenis perubahan -perilaku dan antasedennya yang dimasukkan dalam katagori belajar dan bukan belajar, maka di bawah ini terdapat penjelasan mengenai ciri-ciri perubahan~rilak\Ldalam pengerti@ belajar adalah sebagai berikut (Slameto, 1995):
2
1.
Perubahan terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan perilaku, atau sekurangkurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya individu menyadari bahwa pengetahuan atau kecakapannya bertambah.
2.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Perubahan perilaku hasil belajar akan menyebabkan perubahan berikutnya, dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya individu belajar menulis, dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Dengan kecakapan menulis, individu dapat menulis surat, mengerjakan soal-soal dengan tulisan, dan lain-lain.
3.
Perubahan dal~m belajar bersifat positif dan aktif Perubahanperilakuhasilbelajar senantiasameningkatbaikkualitas maupunkuantitasnya, dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dan perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena adanya usaha individu yang melakukanprosesbelajar.Sehinggaperubahanperilakukarena adanyaproses kematangan individu bukanlah hasil belajar, karena individu yang bersangkutan tidak melakukan usaha aktif untuk merubah perilakunya.
4.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan perilaku hasil belajar bersifat menetap, sehingga perubahan yang bersifat sementara atau temporer seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya tidak dapat dikatagorikan sebagai hasil belajar. Misalnya kemampuan menulis individu cenderung bersifat relatif permanen.
5.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan perilaku hasil belajar terjadi karena adanya tujuan yang hendak dicapai individu. Misalnya seseorang belajar komputer, sebelumnya ia sudah menetapkan tingkat kecakapan mana yang akan ia capai.
6.
Perubahan mencakup seluruh aspek perilaku individu Perubahan perilaku yang terjadi setelah melalui proses belajar meliputi seluruh aspek perilakunya, misalnya perubahan sikap, ketrampilan atau pengetahuannya. Sebagai contohj ika individu belajar mengemudikan kendaraan bermotor, maka ia akan memiliki ketrampilan mengemudikankendaraanbermotor,selainitu ia akan memilikipengetahuan cam-kerja kendaraan bermotor, dan sebagainya. Ada bebe\apa perubahan perilaku yang tidak termasuk di dalam difinisi tersebut di atas
~au'tidak
dikat~gorikan sebagai hasil belajar:
( 1.~esp~aan versus Belajar \Peril~ bawaan lahir biasanya termasuk diantara perilaku yang tidak dipelajari, misalnya: gerak reflek (seperti penyempitan pupil mata karena terkena sinar), tropisms (seperti hewan ngengat tertarik pada sinar atau nyala api), dan insting (seperti pembuatan sarang oleh hewan 3
----
~
burung), Perilaku tersebut, terutama perilaku insting, merupakan perilaku yang tidak dipelajari dan dapat disebut sebagai perilaku ciri khas spesies (Hilgard, 1956). Masalah insting versus belajar, tidak diselesaikan dengan mengkatagorikan beberapa perilaku sebagai perilaku insting dan beberapa lainnya sebagai perilaku belajar. Dari hasil penelitian-penelitian imprinting (penanaman ingatan), nampak bahwa terdapat perilaku gabungan antara perilaku insting dan perilaku belajar, meskipun lebih didominasi oleh perilaku insting. Contoh penelitian imprinting adalah sebagai berikut: seekor anak itik dipersiapkan secara naluriah untuk menerima induk tertentu dengan ciri ukuran, gerakan dan vokalisasinya. Begitu figur induk diterima dan diikuti oleh anak itik, hanya induk tertentu itulah yang sekarang memuaskan permintaan naluriahnya. Induk yang terpilih, mungkin figur peneliti yang sedang merangkak, telah tertanam dalam ingatan anak itik, dan hanya induk tertentu itulah yang sekarang diikuti oleh anak itik. Penanaman ingatan tersebut menjadi bentuk belajar, tetapi terdapat pula suatu bentuk yang berkaitan erat dengan kecenderungan naluriah padajenis organisma dan umur tertentu. Dan yang sering digunakan untuk penelitian imprinting adalahjenis organismaunggasatauburung.Masalah membedakan komponen-komponen perilaku naluriah dan dipelajari tergantung klarifikasi kecerdikan pembuat penelitian dalam mendisain eksperimen kontrol yang tepat (Hilgard, 1956).
2. Kematangan versus Belajar Kematangan karena adanya pertumbuhan, merupakan saingan utama belajar, sebagai faktor yang dapat merubah perilaku individu. Jika urutan perkembangan perilaku mengabaikan tahap urutan yang teratur dari latihan, maka perilaku tersebut dikatakan berkembang melalui kematangan dan bukan karena proses belajar. Jika tidak terdapatusaha merubah perilaku atau tidak adanya prosedur latihan tertentu yang berakibat penting pada perubahan perilaku, maka terjadinya perubahan perilaku bukan karena proses belajar. Ilustrasi yang mudah untuk menjelaskan pernyataan tersebut, adalah perkembangan bahasa seorang anak. Seorang anak tidak belajar berbicara sampai umurnya mencukupi, tetapi bahasa yang nanti akan digunakan atau pelajarinya, ia telah dengar setiap hari. Sehinga dapat dikatakan bahwa perkembangan bahasa anak tersebut karena faktor kematangan dan belajar (Hilgard, 1956). Walker (1973) menyatakan bahwa pengertian kematangan biasanya berarti penampilan dari kesanggupan-kesanggupan atau perilaku dari organisma yang disebabkan pembawaannya dan bukan dari pengalamannya. Misalnya, anak anjing dilahirkan dengan mata tertutup seperti pada banyak anak jenis binatang lainnya. Bilamana mata dari anak anjing terbuka ketika ia menjadi matang, maka perilakunya akan berubah. Hampir tidak dapat disangsikan lagi bahwa perubahan perilaku tersebut merupakan hasil kematangan, dan bukan dari pengalaman atau belajar. Nana Sudjana (1991) menyatakan bahwa belajar berbeda dengan pertumbuhan kedewasaan/kematangan, dimana perubahan yang terjadi dalam individu berasal dari bawaan genetiknya.
4
~
3.~lelahan
versus Belajar
menghasilkan kesempumaan, tetapi latihanjuga menimbulkan kelelahan. Walaupun kelelahan menghasilkan "perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman", perubahan perilaku tersebut tidak dapat disebut sebagai hasil proses belajar. Perilaku lelah dari seorang pelari yang sudah terkuras tenaganya akan hilang perilaku lelahnya, sesudah ia beristirahat, dan kecepatan larinya akan pulih kembali. Perubahan perilaku karena kelelahan bersifat sementara; sedangkan perub~ perilaku karena belajar bersifat cenderung permanen (Walker, 197~S~ kelelahan, kematangan dav respon bawaan, Wittig (1981) juga berusaha me~~~kan tentang variabel-variabel yapg membentuk ataumenjadikan perubahan perilaku nr belajar, sebagai berikut: ,. ~otivasi / ,a hal yang sangat penting.p6lgaruhnya pada perilaku adalah motivasi, yang didifinisikan -e
ai bebera
lsi yangmemulai,menghubungkandan memeliharasuatuperilaku
dalam organisma. Tanpa motivasi, suatu organisma kemungkinan besar gagal menunjukkan perilaku yang sudah dipelajari. Misalnya anak yang tidak lapar atau dahaga mungkin menganggap botol berisi susu atau mangkuk berisi makanan sebagai sebagai sesuatu yang tidak menarik atau tidak dibutuhkan. Meskipun ia telah belajar minum susu dari botol atau makan makanan dari mangkuk, ia tidak tidak akan menggunakannya dalam perilaku ini jika ia tidak dimotivasi. Umumnya motivasi mempengaruhi penampakkan perilaku, dan bila tingkat motivasi meningkat maka cenderung meningkat pula penampakkan perilaku. Sehingga dikatakan bahwa motivasi sebagai fasilitas atau mempermudah penampakkan perilaku. Pada contoh di atas, tanpa motivasi maka anak tidak akan menampakkan bagaimana ia telah belajar minum atau makan. Dengan motivasi, anak akan memberi banyak bukti apa yang telah ia pelajari. Hubungan antara motivasi dan perilaku bagaimanapun tidaklah sesederhana penjelasan tersebut di atas. Karena dapatjuga terjadi bila motivasi begitu tinggi, perilaku mungkin mulai memburuk.Misalnya seorangsiswayang telahmencapaiakhirdari mengeja ataumenyebutkan nama-nama negara dengan baik, mungkin berikutnya ia akan salah mengeja kata-kata yang ia biasa sebutkan, atau bahkan salah mengeja nama negara yang dengan benar telah ia eja beberapa saat sebelumnya. Dalam masalah ini, motivasi yang awalnya berfungsi mempermudah perilaku umum, dapat berubah menjadi menghambat perilaku. Kurva berikut ini menggambarkan hubungan antara motivasi dan perilaku: umumnya perilaku meningkat sebagaimana peningkatan motivasi; tetapi dapat pula terjadi bahwa (mo~asi
mencapai tingkat tertinggi dan perilaku mulai menurun (lihat gambar 1).
~
2. ~epekaan dan Kebiasaan Suatu organisme mungkin menampakkan suatu perilaku atau respon khusus bila berhadapan -gansituasi atau stimulus khusus. Kemunculan secara berulang-ulang dari suatu respon karena adanya stimulus, mungkin menunjukkan suatu belajar. 5
---
Baik
Performan/ kinerja
Buruk Rendah
Rata-rata
Tinggi
Tingkat motivasi
Gambar] Dalam beberapa situasi belajar, respon organisma terhadap stimulus akan berubah dengan mudah sebagai hasil dari tanggapannya terhadap stimulus tersebut. Jika kemungkinan dan intensitas respon meningkat, perubahan ini disebut sensitization atau kepekaan. Jika kecenderungan atau intensitas respon menurun, organisma dikatakan menunjukkan habituation atau kebiasaan. Perubahan respon organisma tersebut bukan perubahan belajar. Misalnya: (1). Seorang subyek duduk dan tangannya diikat dengan elektroda yang aliran listriknya dapat di atur. Subyek memberikan respon terkejut sesuai dengan ambang kepekaannya terhadap aliran listrik yang mengenai otot muskulernya. Perilaku terkejut karena adanya kepekaan otot muskuler terhadap aliran listrik tersebut, bukan perilaku belajar. (2). Seorang subyek duduk dekatjendela, dan tiba-tiba mendengar suara pemotong rumput di halaman dekat jendela. Respon subyek adalah mulai mencoba untuk mencari sumber bunyi pemotong rumput tersebut. Respon subyek akan menurun, dari pertama kali pemotong rumput dihidupkan, dimatikan, kemudian dihidupkan untuk kedua kali atau ketiga rkal{nya. Perubahan respon tersebut dinamai kebiasaan yang terjadi bukan karena belajar.
3. Adaptasi Sensori Situasi stimulus pasti akan mempunyai efek fisiologis pada proses-proses sensori atau panca indera organisma. Adaptasi proses-proses sensori inilah yang memunculkan efek fisiologis pada perilaku organisma, yang disebut adaptasi sensori dan dipertimbangkan sebagai variabel perilaku bukan belajar. Misalnya: seseorang telah belajaruntuk dapat menyelesaikan tugasnya di suatu ruangan yang sangat terang. Orang ini akan mengalami hambatan bahkan kegagalan, bila lampu penerangan secara tiba-tiba redup bahkan mati dan ruangan menjadi gelap. Perubahan perilaku tersebut bukan karena orang ini gagal mempelajari tugasnya, tetapi karena matanya membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kegelapan. Dan perubahan perilaku ini bukan karena belajar. 4. Ciri-ciri Fisiologis Kejadian-kejadian fisiologis, yang merupakan ciri-ciri fisiologis, dapat mempengaruhi perilaku organisma.Misalnyakarena pertumbuhanataukemunduranfisiologisyang menyertai 6
pertambahan umur dapat mempengaruhi atau merubah perilaku organisma. Perubahan perilaku ini bukan karena belajar. Contoh: bilamana ada gangguan syaraf pada organisma karena kemunduran fisiologis yang menyertai bertambah tua umur organisma, sehingga organis~ tidak dapat lagi menampakkan perilaku yang telah dipelajari sebelumnya.
~
. Kond.~iBelajar
Telah etahui bahwa kondisi-kondisi penting dari lingkungan tempat belajar dapat mpengaruhi atau merubah perilaku organisma. Perubahan perilaku organisma yang disebabkan oleh kondisi lingkungan belajar, bukan karena belajar. Contoh: seorang siswa mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian, dengan eara belajar di ruang belajar yang tertutup, tanpa jendela, dan bunyi musik rock yang keras sebagai latar belakangnya. Kemudian ia ujian di ruang yang terbuka, banyak jendela dan suasana tenang. Kondisi lingkungan belajar yang berbeda tersebut eenderung mempengaruhi dan merubah perilaku siswa, misalnya ia lupa materi pelajaran yang diujikan.
c. DEFI;;;;}JBELAJAR BUKAN
SUMBER UTAMA KETIDAKSAMAAN DIANTARA
TEORf..TEORI YANG ADA Pada saat ini, sangat sulit untuk memformulasikan definisi belajar yang memuaskan, karena melibatkan semua aktivitas dan proses yang diharapkan untuk dimasukkan atau dihapuskan di dalam difinisi tersebut. Kesulitan bukanlah sumber kontroversi antar teori-teori belajar. Kontroversi itu terdapat pada faktadan interpretasi,tetapi bukan definisinya. Kadang-kadang timbul kebingungan pada definisi, tetapi kebingungan itu biasanya diselesaikan dengan mengambil petunjuk ke suatu tanda tertentu. Kebanyakan hasilnya memuaskan bila mengartikan belajar yang sesuai dengan arti yang diterima masyarakat sebagai bagian ciri atau ~arisan umum. Dimana perbedaan teori-teori belajar tersebut harus dibuat dengan tingkat ketepatan tinggi, pembedaan itu dapat dibuat melalui tipe inferensi khusus seeara hati-hati dari eksperimen-eksperimen (Hilgard, 1956). Selain itu,SumadiSuryabrata(1993)juga menandasRarM'ahwa kenyataannyaalasanuntuk mempelajarihal belajar itu berbeda-beda,telah menyebabifur~emberiantekanankepada aspek yang berbeda-beda,dan hal ini berakibatberbeda-bedanyapulaperumusanmengenaihal belajar itu, sehingga kadang-kadangkita saksikan"seolah-olah"adanyapertentanganantarateori yang satu dan teori lainnya,walaupunkalau ditelitibenar-benarpertentanganitu kerap kali hanyalah pertentanganyang "semu" saja.Karenakenyataanyangdemikianituharuslahkita menempatkan konsepsi-konsepsiyang bermaeam-maeamitu dalam keseluruhansistem yang lebih luas. D. SEJUMLAH MASALAH TIPIKAL YANG BERHADAPAN DENGAN TEORI-TEORI BELAJAR Preferensi teori sering mendorongnya berkonsentrasi pada satu jenis situasi belajar dengan tidak memperdulikan terhadap situasi-situasi yang lain. Suatu teori belajar mungkin coeok untuk situasi tertentu, tetapi belum tentu cocok untuk menjelaskan masalah belajar lainnya. Teori belajar harus mampu menjawab pertanyaan dimana non psikolog mungkin bertanya jenis belajar yang ditemui di dalam kejadian setiap hari. Ada beberapa pertanyaan di bawah 7
--
--
ini untuk menilai teori-teori belajar yang dikemukakan oleh psikolog-psikolog Hilgard, 1956): I.
Apa batasan belajar? Disini dimunculkan pertanyaan mengenai kapasitas belajar, perbedaan individual diantara pelajardari satu spesies sarnadan yang bukan satu spesies. Ada pertanyaan tidak hanya perbedaan tetap dalam kapasitasnya, tetapijuga perubahan kapasitas pada usia. Siapa dapat belajar apa? Apakah keterbatasan ada sejak lahir? Apakah orang bisa lebih atau kurang sarna dengan latihan? Ada berbagai pertanyaan semacam yang secara wajar muncul. 2. Apaperan latihandalambelajar?Peribahasalamamengatakanlatihanmembuatsempuma, tetapi peribahasa tersebut memiliki kebijaksanaan rasial yang perlu dipertimbangkan dibelakangnya. Tentunya seorang belajarmain roller skate atau bermain piano, termasuk dalam aktivitas yang dapat menjadi sempuma melalui latihan. Tetapi apa yang kita ketahui mengenai latihan secarakhusus? Apakah perbaikanperilaku tergantung langsung padajumlah pengulangan? Jika tidak, bagaimana kondisinya? Situasi mana yang paling cocok untuk latihan?Dapatkahdrill yang memilikiresiko-resikoberbahaya dan sekaligus membantu siswa? 3. Seberapa penting drive dan incentive, hadiah dan hukuman? Setiap orang tahu bahwa secara umum belajar dapat dikendalikan dengan hadiah dan hukuman, dan akan lebih mudah belajar sesuatu yang menarik dari pada yang membosankan. Tetapi apakah akibat hadiah dan hukuman, sarna atau berlawanan? Apakah perbedaan antara motif dalam dan motif luar sebagai pengaruh terhadap belajar? Bagaimana tujuan dan maksud mempengaruhi proses tersebut? 4. Apa yang dimaksud dengan pengertian dan insight? Beberapa hal dipelajari dengan lebih siapjika seseorang mengenalinya. Seseorang akan menjadi pengembara yang baik, jika ia mengetahui jadwal atau peta jalan. Ia tidak dapat berbuat apa-apa dengan berbekal pengaJaman yang berbeda, kecuali jika ia mengerti simbol-simbol dan aturan-aturan pelaksanaannya. Untuk kasus lainnya, seseorang dapat menghasilkan bunyi atau katakata yang tepat, tanpa mengetahui dimana ia harus meletakkan atau menggerakkan lidahnya. Atau seseorang dapat membaca dengan tanpa menyadari gerakkan matanya. Sesuatu yang seseorang munculkan dapat diperoleh dengan tanpa melihat dan bersifat otomatis; sesuatu yang seseorang usahakan untuk mengerti dan akhimya dapat dikuasai, begitu ia memahaminya. Apakah belajar dalam satu kasus berbeda dari yang lain? 5. Apakah belajar merupakan sesuatu yang dapat membantu seseorang untuk mempelajari hallainnya? Ini merupakan masalah disiplin formal, seperti pemindahan latihan. Tidak seorangmenolakanggapanbahwalebihmudahmengembangkankemampuanpenguasaan kosa kata yang lebih tinggi, atau penguasaan matematika lebih tinggi, dari pada memulai penguasaan konsep-konsep dasar ke dua hal tersebut. Pertanyaan tersebut di atas, sesungguhnyamengenai bagaimanapemindahanlatihanterjadi, pada kondisi bagaimana, dan apa asal mulanya? 6. Apa yang terjadi ketika seseorang mengingat atau melupakan? Seseorang menilai cukup misterius mengenai apa yang terjadi ketika ia mengingat atau melupakan. Ia mungkin 8
lebih mengerti bahwa di dalam dirinya ada tambahan ingatan atau apa yang ia lupakan. Ingatan seseorang memainkan peranan tertentu pada dirinya. Sesuatu yang diharapkan untuk ia lupakan, justru terus menggoda ia, karena ia justru terus mengingatnya. Dalam kasus-kasus amnesia, sering terjadi gap atau kekosongan di dalam ingatan ten tang kejadian yang telah terjadi atau terakhir terjadi. Bagaimana kejadian-kejadian tersebut terjadi, bagaimana prosesnya?
Keenam pertanyaan tersebut di atas dapat digunakan untuk menguji teori-teori belajar yang sudah ada. Keenam pertanyaan tersebut mencukupi untuk menggambarkan daftar pertanyaan yang dapat dipakai untuk menguji teori-teori belajar baru yang akan dimunculkan (Hilgar~6): fIEPENELITIAN
Pad a u mnya para psikolog menggunakan metode-metode yang berbeda dalam me mpulkan data-data tentang proses belajar untuk menyusun teori-teori belajar. Metode tersebut dapat berupa metode eksperimen, observasi naturalis, studi kausal-komparatif, studi korelasi, survai dan tes psikologi, serta sejarah kasus klinikal (Wittig, 1981): 1.
Metode Eksperimen
2.
Dasar dari metode eksperimen adalah komparasi. Dalam bentuk yang paling sederhana, dua kelompok homogen yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diberikan latihan dalam kondisi berbeda karena adanya manipulasi tertentu. Kedua kelompok itu di tes untuk mengetahui bagaimana responnya terhadap latihan tersebut. Jika variabelvariabel yang tidak ada relevansinya dengan eksperimen telah dikontrol, maka akan diketahui perbedaan hasil tes antara kelompok ekpsperimen dan kelompok kontrol. Observasi Naturalis Para psikolog mengamati dan mencatat secara teliti kejadian-kejadian yang muncul secara alami tanpa adanya manipulasi. Metode ini disebut observasi naturalis.
3.
Studi Kausal-Komparatif Metode ini digunakan jika metode eksperimen tidak dapat dikendalikan. Metode kausalkomparatif membandingkan subyek yang menampakkan pola perilaku khusus yang diteliti dengan subyek yang tidak menampakkan pola perilaku tersebut, dimana peneliti mencoba untuk mengungkapkan faktor- faktor yang mungkin menyebabkan pol a perilaku terse but nampak maupun tidak nampak.
4.
Studi Korelasi Studi korelasi mencoba mengungkap hubungan antar variabel dengan menggunakan teknik statistik dan melihat koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat terlihat tingkatan dan arah korelasi.
9 --
--
5.
Tes Psikologi dan Survai Sejumlah atau tipe perilaku belajar tertentu kadang-kadang dievaluasi dengan menggunakan tes psikologi dan survai yang didisain khusus, dengan menampilkan stimulus tertentu serta melihat dan mengukur respon yang dilakukan subyek.
6.
Sejarah Kasus Klinikal Perilaku belajar dan utamanya pola kepribadian subyek dicatat dari hasil perawatan secara klinis atau hasil konseling yang dilakukan oleh psikolog. Catatan tersebut sebagai data-data baik berupa data permasalah subyek, atau teknik latihan yang diterapkan kepada subyek. Melakukan studi terhadap data-data tersebut disebut metode sejarah /kasus klinikal. F.
SUBYEK PENELITIAN SELAIN MANUSIA
Penelitian dalam psikologi belajar sering menggunakan binatang sebagai subyek. Beberapa alasannya adalah untuk menghemat biaya, cepatnya reproduksi hewan sehingga dapat mempelajari beberapa generasi sekaligus, adanya kesempatan yang lebih leluasa dan waktu relatif tidak terbatas untuk menempatkan subyek hewandi dalam ruang eksperimen, dan lainlain. Selain itu, bila menggunakan manusia sebagai subyek penelitian cenderung dibatasi oleh etika penelitian yang ketat (Wittig, 1981). G. fTIKA DALAM PENELITIAN Bila manusia dipakai sebagai subyek penelitian, maka peneliti harus menerapkan etika penelitian yang ada. Peneliti harus melindungi hak-hak subyek, dan tidak menempatkan subyek dalam bahaya psikis maupun fisiko Peneliti harus menjelaskan secara lengkap prosedur-prosedur penelitian, dan subyek diminta persetujuannya (Wittig, 1981).
10