Penggunaan Metode ”PELANGI HIV/AIDS” Sebagai Upaya Memperbaiki Stigma Sosial dan Penanggulangan HIV/AIDS
Oleh : Adhadi Isranurhaq 1139 Arief Rahmatullah 1163 Billy Serata Soenoe 1180
SMA NEGERI 10 SAMARINDA 2011 Jalan. H.A.M.M. Rifaddin RT 25 Kel. Harapan Baru, KecamatanSamarindaSeberang
i
LEMBAR ORISINALITAS KARYA
Judul Karya : Penggunaan Metode “PELANGI HIV/AIDS” Sebagai Upaya Memperbaiki Stigma Sosial dan Penanggulangan HIV/AIDS Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah / Poster Ilmiah * Nama Penulis : Adhadi Isranurhaq 1139 Arief Rahmatullah 1163 Billy Serata Soenoe 1180 Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa memang benar karya dengan judul yang tersebut diatas merupakan karya orisinal dan belum pernah dipublikasikan dan/atau dilombakan di luar kegiatan Mulawarman Scientific Competition 2012. Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk tanggung jawab kami.
Samarinda, 3 Desember 2012
(Arief Rahmatullah)
ii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T. yang telah memberikan kesempatan dan kenikmatan berupa ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Penggunaan Metode “PELANGI HIV/AIDS” Sebagai Upaya Memperbaiki Stigma Sosial dan Penanggulangan HIV/AIDS” Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung penulisan karya ilmiah ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Armin, S.Pd. M.Pd selaku kepala sekolah SMAN 10 Samarinda. 2. Ibu Fannanah Firdausi S.Pd selaku pembimbing I 3. Bapak Muhammad Fadhillah S.Pd selaku pembimbing II 4. Teruntuk Bapak dan Ibu Guru, teman-teman SMAN 10 Samarinda. Terima kasih atas segala dukungan, semangat, dan kerjasama yang telah diberikan selama ini. 5. Seluruh pihak yang mendukung yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dan perbaikan, besar harapan dari penulis bahwa karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Samarinda, 3 Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR.................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ii
ABSTRAK ..................................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1 Latar Belakang ........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................
4
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan ................................................
4
1.4 Manfaat ...................................................................................
5
BAB II. TELAAH PUSTAKA ...................................................................
6
2.1 Penyakit Menular Seksual.......................................................
6
2.2 HIV..........................................................................................
8
2.3 AIDS.......................................................................................
9
2.4 Stigma Sosial........................................................................... 16
2.5 Pengaruh Stigma Sosial Terhadap Penanggulangan HIV/AID………………………………….
16
2.6 Upaya penanggulangan HIV/AIDS……………………….... 20 BAB III. METODE PENULISAN...........................................................
24
BAB IV. ANALISIS DAN SINTESIS ...................................................... 25 4.1 Analisis............................................................................................ 25 4.2 Sintesis............................................................................................. 27 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 29
iv
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 29 5.2 Saran................................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 31 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN A. Gambar a. Lembar Balik HIV/AIDS b. Booklet HIV/AIDS c. Laflet HIV/AIDS d. LSM e. Data Kasus HIV dan AIDS f. VCT RSU.A.W SYAHRANI B. Tabel a. Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin............ 16 LEMBAR ORISINALITAS .......................................................................
ABSTRAK HIV/AIDS adalah permasalahan yang sangat butuh perhatian yang lebih saat ini. Penyebaran yang sangat cepat dan dengan media darah dan cairan kelamin sangat
v
membuat virus ini membuat banyak masyarakat Kalimantan terkena virus ini. Virus ini pun menyerang langsung ke antibody tubuh manusia yang dapat membuata orang yang terkena virus ini sukar sembuh kalau terkena penyakit. Karena berbahayanya virus ini, banyak upaya yang telah di lakukan pemerintah melalui program-program penanggulangan virus ini. Tetapi banyak kendala yang dihadapi seperti stigma sosial yang tinggi di masyarakat yang menghambat penanggulangan penyebaran HIV/AIDS. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh stigma sosial yang detail yang membuat kendala pada penanggulangan HIV/AIDS, serta pengenalan metode “PELANGI HIV/AIDS”. Penulisan karya tulisan ilmiah ini di buat dengan cara menggunakan metode deskriptif dengan tambahan metode observatif yang dilakukan dengan cara pencarian,pemilihan dan pengumpulan data beserta telaah pustaka yang berkaitan dan relevan dengan penggunaan metode “PELANGI HIV/AIDS” untuk mengolahnya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. Setelah pengolahan data di lakukan penulis menarik garis lurus bahwa penyebaran dan penanggulangan HIV/AIDS banyak terkendala pada stigma sosial yang tinggi di masyarakat Kalimantan membuat penanggulangan HIV/AIDS terhambat. Stigma sosial yang tinggi masyarakat sendiri di sebabkan oleh kurangnya pengetahuan detail masyarakat tentang HIV/AIDS. Sedangkan penularan HIV/AIDS banyak di sebabkan kurangnya karakter yang kuat serta moral yang baik pada masyarakat terutama pada orang-orang dengan usia dini dan produktif. Di karenakan kurangnya pendidikan berkarakter dan bermoral pada remaja dan orang-orang dengan usia produktif serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penularan dan penanggulangan HIV/AIDS, maka metode yang tepat dan efeketif untuk di gunakan adalah metode untuk memperbaiki faktor-faktor dengan urutan penggunaan yang benar yaitu dengan metode “PELANGI HIV/AIDS”
ABSTRACT HIV/AIDS is the problem that need more attention this time. This epidemic problem fastly spreading with blood and genital liquid as media, that why this virus infected Kalimantan quickly . This virus also attacks the antibody directly into the human body that can make a person infected with the virus is difficult to recover
vi
when exposed to the disease. Because of this dangerous virus, much effort has been done by the government through programs for reducing this virus. But many obstacles facing such high social stigma in society that impede prevention of HIV / AIDS. The purpose of this paper is to investigate the influence of social stigma detail that makes the constraints on HIV / AIDS, as well as the introduction of the "PELANGI HIV / AIDS". Writing scientific writings is made by using descriptive method with additional observational method which is done by searching, selecting and collecting the data and literature review related and relevant to the use of "PELANGI HIV / AIDS" to process in the manufacture of scientific papers . After processing the data do the authors draw a straight line and that the spread of HIV / AIDS much constrained in the high social stigma in society Kalimantan making HIV / AIDS is hampered. High social stigma society itself is caused by a lack of detailed knowledge of the community about HIV / AIDS. While HIV / AIDS caused many lack strong character and good morals in society, especially in people with both early and productive. In because of the lack of character and moral education in adolescents and people of productive age and the lack of public knowledge about the transmission and prevention of HIV / AIDS, the appropriate methods and effective for use is a method to improve these factors with the use of the correct order of the with the "PELANGI HIV / AIDS"
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PMS (Penyakit Menular Seksual) adalah suatu kasus penyakit yang sering kita temukan di kalangan masyarakat umum. Bahkan, di zaman atau era modern ini PMS sudah tidak dianggap sesuatu yang tabu lagi karena telah bersifat umum dan diketahui di kalangan masyarakat Indonesia dari berbagai golongan umur, pekerjaan, dan gender. Selain itu, di karenankan pengetahuan mengenai PMS sudah tersebar luas dan bersifat umum, masyarakat Kalimantan yang dulunya masih sering dianggap primitif dan menjujung tinggi adat istiadat serta kebudayaan Kalimantan sudah banyak yang mengetahui tentang PMS. Bahkan hampir di seluruh wilayah Kalimantan, masyarakatnya sudah mengetahui tentang PMS yang di karenakan kasus mengenai penyakit-penyakit yang termasuk ke dalam golongan PMS sering di temukan pada masyarakat Kalimantan. Di antara kasus PMS yang di temukan di Kaliamantan, HIV adalah salah satu kasus terbanyak yang di temukan di Kalimantan. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV pertama kali di temukan di Indonesia pada tahun 1987 yang di bawa oleh wisatawan asal Belanda yang sedang berlibur ke bali. Penyebarannya itu pun sangat terkait dengan kasus HIV pertama di Indonesia yang melalui budaya free sex hingga mencapai dan menyebar hampir ke seluruh Indonesia. Di Kalimantan sendiri kasus HIV yang pertama kali di temukan adalah kasus HIV pada tahun 1993 di Kalimantan Barat. Akan tetapi, di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur penemuan kasus HIV pada tahun 2002 dan 2005 sudah menjadi AIDS. Peningkatannya pun sangat signifikan dan drastis. Hal ini di buktikan dengan
viii
data Direktur Jenderal P2PL, Prof. dr. Tjandra Y Aditama, SpP(K), DTM&H tertanggal 15 Agustus 2012. Jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS menurut provinsi dari Kalimantan Barat dengan jumlah kasus HIV 3353 dan kasus AIDS 1358, Kalimantan Tengah dengan jumlah kasus HIV 94 dan kasus AIDS 100, lalu Kalimantan Selatan dengan kasus HIV dengan jumlah 135 dan AIDS 49 dan yang terakhir Kalimantan Timur dengan jumlah kasus HIV 1539 dan AIDS 48. Begitu juga dengan jumlah prevelensi kasus HIV dan AIDS pada Kalimantan. Jumlah prevelensi tertinggi di pegang oleh Kalimantan Barat dengan data prevelensi 30.89, Lalu di susul oleh daerah lain seperti Kalimantan Tengah dengan data 4.52, Kalimantan Timur dengan data prevelensi 1.35, dan Kalimantan Selatan dengan data prevelensi 1.35. Mengingat besarnya angka kasus HIV dan AIDS yang terjadi di Kalimantan, besar pula masalah yang di timbulkan virus ini. Karena perkembangan dan penyebaran virus ini sangat signifikan dari tahun ke tahun dan cukup drastis, maka masalah yang di timbulkannya semakin kompleks pula,
Meliputi
penyebaran,
penanggulangan
atau
penanganan,
dan
pengobatannya. Masalah penyebaran HIV di katakan kompleks karena penyebarannya dapat melalui darah, jarum suntik, serta cairan kelamin pada pria maupun wanita yang hampir terdapat di semua penyebarannya ada di PMS ( Penyakit Menular Seksual ) bahkan menurut data dari PMI ( Palang Merah Indonesia ) di samarinda HIV dan AIDS sudah mencapai golongan beresiko rendah terkena. Masalah lainnya adalah penanganannya. Penanganan HIV dan AIDS terkendala pandangan masyarakat umum di Indonesia terutama di Kalimantan masih sangat buruk terhadap ODHA ( Orang Dengan HIV dan AIDS ) atau sering di sebut dengan stigma yang masih tergolong sangat tinggi di masyarakat bahkan dalam kasus tertentu ODHA bisa saja di usir dari kampungnya bahkan beserta OHIDHA ( Orang Hidup Dengan HIV dan AIDS ) yaitu keluarganya. Kasus ini sudah pernah terjadi di Kabupaten Penajam Paser Utara di Kecamatan Babulu, Kalimantan Timur. Di karenakan
ix
masih tingginya stigma masyarakat umum terhadap ODHA, hal ini mengakibatkan para ODHA jadi menutup diri dan tidak mau berkonsultasi pada tenaga medis dan memperluas lagi penyebaran HIV. Begitu pula masalah kompleks lainnya seperti masalah pengobatan HIV dan AIDS. Sampai sekarang belum ada ilmuan dan para ahli yang menemukan obat yang dapat membunuh HIV. Jadi, pengobatan HIV dan AIDS hanya menggunakan terapi seperti ARV hingga sekarang. Adapun terobosan yang baru di temukan baru-baru ini adalah senyawa PD 404,182 yang ditemukan zheng dari texas beserta tim. Tetapi ungkap zheng masih dibutuhkan waktu kurang lebih 12 tahun yang terdiri dari 3-4 untuk percobaan pada hewan, 3-4 tahun percobaan pada manusia, dan 3 tahun untuk registrasi untuk menyempurnakan senyawa penghancur RNA dari HIV dan di produksi masal. Akan tetapi, hal tersebut masih berupa riset belum berupa temuan yang dapat di gunakan. Yang bisa di lakukan sekarang ini adalah memaksimalkan upaya penanganan
HIV
dan
AIDS
secara
holistik
penanggulangan, serta terapi dan perawatannya.
seperti
pencegahan,
Inilah yang mendasari
penulis untuk menggunakan beberapa cara yang telah di tentukan melalui observasi penulis yang tergabung dalam satu metode efektif untuk penanggulangan
HIV
dan
AIDS.
Semakin
tepat
penggunaan
cara
pencegahannya semakin banyak pula masyarakat yang dapat terhindar dari HIV
tanpa
harus
menghindar
dari
ODHA.
Begitu
pula
dengan
penanggulangan yang tepat akan membuat banyak orang AIDS dapat di rawat dan di terapi serta orang-orang yang mengidap HIV Positif dapat di deteksi dini hingga dapat di tanggulangi dengan cepat. Serta dengan cara yang tepat dapat pula membuat stigma yang tinggi di masyarakat dapat menurun dengan signifikan dari tahun ke tahun hingga membuat para ODHA nyaman dalam hidup bermasyarakat dan berkelompok serta para ODHA yang awalnya menutup diri akan mau mengkonsultasikan dirinya ke tim medis untuk di
x
tindak lanjuti sehingga penyebaran dan kasus HIV dan AIDS akan berkurang dan membuat tingkat kesahatan masyarakat meningkat. Dari
latar
belakang
dia
atas
maka
penulis
tertarik
untuk
menginformasikan kepada masyarakat umum di Kalimantan tentang Penggunaan
Metode
“PELANGI
HIV/AIDS”
Sebagai
Upaya
Memperbaiki Stigma Sosial dan Penanggulangan HIV/AIDS
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana
kaitan
antara
stigma
sosial
dengan
penanggulangan
HIV/AIDS? 2. Bagaimana bentuk metode “PELANGI HIV/AIDS” sebagai usaha memperbaikin stigma sosial dan penanggulangan HIV/AIDS? 3. Bagaimana cara mengubah stigma sosial dengan penggunaan metode “PELANGI HIV/AIDS”?
1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk
mengetahui
peran
stigma
sosial
sebagai
penghambat
penanggulangan ODHA 2. Untuk memperkenalkan metode “PELANGI HIV/AIDS” 3. Untuk mengubah stigma sosial serta meningkatkan kepedulian di masyarakat terhadap kasus HIV/AIDS dengan metode “PELANGI HIV/AIDS”
1.4 Manfaat 1. Mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan tentang bahaya HIV/AIDS beserta pencegahannya.
xi
2. Dapat menanggulangi HIV/AIDS dengan penggunaan metode “PELANGI HIV/AIDS” 3. Menggugah
para
pembaca
untuk
mau
berperan
aktif
dalam
menanggulangi penyebaran HIV/AIDS 4. Menghilangkan stigma sosial yang buruk di masyarakat tentang ODHA dengan peran aktif dari masyarakat.
BAB 2 TELAAH PUSTAKA
2.1 Penyakit Menular Seksual Berdasarkan kutipan di Downixs‟s blog yang dikutip pada Januari 6, 2010. PMS (Penyakit Menular Seksual) adalah penyakit yang penularannya melalui hubungan kelamin,tetapi dapat juga melalui kontak langsung alat-alat,handuk,dan juga melalui trasfusi darah.Penyakit ini memberi ancaman terhadap banyak remaja xii
yang saat ini tengah menderita PMS tanpa menyadarinya dan terganggu oleh gejalagejalanya,namun tidak mencurigai ke arah PMS.Beberapa jenis PMS akan merusak organ reproduksi dalam jika dibiarkan tidak diobati sekalipun akan menimbulkan gejala seperti nyeri,gatal atau keluanya cairan.Akhir-akhir ini terdapat peningkatan dan kejadian PMS di tengah masyarakat,penyebabnya adalah semakin banyak remaja melakukan kegiatan seksual tanpa memakai pelindung(kondom),semakin meluasnya pengunaan pil anti hamil. PENYEBAB
JENIS PENYAKIT
1.Bakteri:
Uretritis,epididimitis,sersivitis,proktitis,
Neisseria gonorrhoeae.
Faringitis,konyungivitas,baltolinitis.
Chlamydia trachomatis.
Uretritis,epididimitis,sersivitis,proktitis
Mycoplasma hominis.
Salpingitis,limfogranuloma venereum.
Treponema pallidum.
Sifilis.
Haemophilus vaginalis.
Vaginitis.
Donovania granulomatis.
Granuloma inguinale.
2.Virus:
Herpes genitalis.
Herpes simplex virus.
Hepatitis fulminan akut dan kronis.
Hepatitis B virus.
Kondiloma akuminatum,papiloma laring pada bayi.
Human papiloma virus. AIDS. Human T Lymphotropic
xiii
Virus Type III (HTLV III)
Vaginitis,uretritis,balanitis.
3.Protozoa: Trichomonas vaginalis.
GOLONGAN YANG BERESIKO TERTULAR AKIBAT SEKS 1. Golongan umur : Pada lelaki : 20-34. Wanita : 16-24. Hal ini berhubungan erat dengan umur keaktifan seksual 1. Golongan orang yang sering bepergian ke luar kota. 2. Prostitusi. 3. Homoseksual. 2.2 HIV
HIV berarti Human Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular antar manusia. Ada virus yang serupa yang menyerang hewan, tetapi virus ini tidak dapat menular pada manusia, dan HIV tidak dapat menular hewan. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, yaitu sistem yang melindungi tubuh terhadap infeksi. Penyakit ini disebut sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain.Sistem kekebalan tubuh kita bertugas untuk melindungi kita dari penyakit apa pun yang setiap hari menyerang kita dari luar. Salah satu unsur yang penting dalam sistem kekebalan tubuh adalah sel CD4, salah satu jenis sel darah putih. Namun sel CD4 dibunuh oleh HIV saat menggandakan diri dalam darah. Semakin lama kita terinfeksi HIV,
xiv
semakin banyak sel CD4 dibunuh. Dengan semakin sedikit sel CD4, kemampuan sistem kekebalan untuk melindungi kita dari infeksi juga semakin rendah. Oleh karena itu, kesehatan sistem kekebalan tubuh dapat dinilai dengan mengukur jumlah sel CD4. Pada orang yang tidak terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 berkisar antara 500 dan 1.500. Setelah kita terinfeksi HIV, jumlah ini mulai menurun. Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah „HIV-positif‟ atau mempunyai „penyakit HIV tanpa gejala.‟ Apabila gejala mulai muncul, orang disebut mempunyai „infeksi HIV bergejala‟ atau „penyakit HIV lanjutan.‟ Pada stadium ini seseorang kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi oportunistik. WHO, organisasi kesehatan sedunia, membentuk sistem untuk menggolongkan tahap penyakit HIV berdasarkan tanda dan gejala dalam empat stadium: • Stadium 1: tanpa gejala • Stadium 2: penyakit ringan • Stadium 3: penyakit lanjutan • Stadium 4: penyakit berat 1. Apa tes HIV itu? Tes HIV menemukan antibodi terhadap HIV dalam darah. Antibodi itu dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap infeksi oleh virus tersebut. Apabila tidak ada antibodi, seseorang disebut sebagai antibodi negatif (seronegatif atau HIV-negatif). Hasil tes dapat negatif (atau disebut „non-reaktif‟) apabila seseorang baru saja terinfeksi, karena setelah terinfeksi pembentukan antibodi makan waktu sampai tiga bulan. Masa antara infeksi dan terbentuknya cukup banyak antibodi untuk menunjukkan hasil tes positif disebut „masa jendela‟. Bila hasil tes HIV adalah negatif, tetapi yang bersangkutan sudah berperilaku berisiko terinfeksi HIV dalam tiga bulan sebelum dites, dia mungkin masih dalam masa jendela, dan hasil tes mungkin tidak benar. Oleh karena itu, dalam keadaan ini, orang tersebut harus dites ulang, paling cepat tiga bulan setelah peristiwa berisiko terakhir. Kalau kita berminat untuk
xv
melakukan tes HIV, kita harus diberikan penyuluhan (konseling) sebelum dan setelah tes HIV. Tes HIV tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan berdasarkan informasi lengkap (informed consent) dari yang bersangkutan. Perawatan seseorang dengan HIV tidak membawa risiko apabila tindakan pencegahan diikuti seperti membuang jarum suntik secara aman dan menutupi luka. HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga pengisap darah yang lain. Kebanyakan serangga tidak membawa darah dari satu orang ke orang lain ketika mereka menggigit manusia. Parasit malaria memasuki aliran darah dalam air ludah nyamuk, bukan darahnya.
2.3 AIDS 1. Pengertian AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibat defisiensi immunitas seluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV. Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam 2 kategori yaitu : 1. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS positif). 2. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS negatif). Pada tingkat pandemi HIV tanpa gejala jauh lebih banyak dari pada pendrita AIDS itu sendiri. Tetapi infeksi HIV itu dapat berkembang lebih lanjut dan menyebabkan kelainan imunologis yang luas dan gejala klinik yang bervariasi. AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai case fatality rate 100% dalam 5 tahun setelah diagnosa AIDS ditegakkan, xvi
maka semua penderita akan meninggal. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak. 2. Masa Inkubasi AIDS Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa window periode”.
xvii
Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini. Sindroma AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottlieb dari Amerika pada tahun 1981. Sejak saat itu jumlah negara yang melaporkan kasus-kasus AIDS meningkat dengan cepat. Dewasa ini penyakit HIV/AIDS telah merupakan pandemi, menyerang jutaan penduduk dunia, pria, wanita, bahkan anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitas 15 juta orang diantaranya 14 juta remaja dan dewasa terinfeksi HIV. Setiap hari 5000 orang ketularan virus HIV.Menurut etimasi WHO pada tahun 2000 sekitar 3040 juta orang terinfeksi virus HIV, 12-18 juta orang akan menunjukkan gejalagejala AIDS dan setiap tahun sebanyak 1,8 juta orang akan meninggal karena AIDS. Pada saat ini laju infeksi (infection rate) pada wanita jauh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi, 90% akan terjadi di negara berkembang, terutama Asia.Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (port‟d entrée). Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau servik dan darah penderita. Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui : 3. Transmisi Seksual Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serik.
xviii
Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV. a. Homoseksual Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara anogenital. b. Heteroseksual Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti. 4. Transmisi Non Seksual a. Transmisi Parenral Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang dari 1%. b. Darah/Produk Darah
xix
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi darah adalah lebih dari 90%. c. Transmisi Transplasental Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah. 5. Patogenesis Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T helper/induser yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limfosit T 4 merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibody pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengundang bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup. Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya
xx
gejala-gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa. Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan neurologis. 6. Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnosisi AIDS Human Immunodefeciency Virus dapat di isolasi dari cairan-cairan yang berperan dalam penularan AIDS seperti darah, semen dan cairan serviks atau vagina. Diagnosa adanya infeksi dengan HIV ditegakkan di laboratoruim dengan ditemukannya antibodi yang khusus terhadap virus tersebut. Pemeriksaan untuk menemukan adanya antibodi tersebut menggunakan metode Elisa (Enzyme Linked Imunosorbent Assay). Bila hasil test Elisa positif maka dilakukan pengulangan dan bila tetap positif setelah pengulangan maka harus dikonfirmasikan dengan test yang lebih spesifik yaitu metode Western Blot. Dasar dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah : 1. Adanya HIV sebagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium). 2. Adanya tanda-tanda Immunodeficiency. 3. Adanya gejala infeksi oportunistik. Dalam prakteknya yang dipakai sebagai petunjuk adalah infeksi oportunistik atau sarkoma kaposi pada usia muda kemudian dilakukan uji serologis untuk mendeteksi zat anti HIV (Elisa, Western Blot). 7. Situasi AIDS di Indonesia Pandemi global AIDS telah sampai di Indonesia. Kasus AIDS pertama di Indonesia pada tahun 1987 seorang wisatawan Belanda yang meninggal di Bali pada 1988. Enam tahun kemudian virus HIV telah terdeteksi di sembilan propinsi di Indonesia. Berdasarkan sumber: Laporan
xxi
Kasus HIV-AIDS di Indonesia sampai dengan Juni 2012, yang diterima dari Ditjen PP & PL tertanggal 15 Agustus 2012. Secara kumulatif kasus HIV & AIDS 1
Januari 1987 s.d. 30 Juni 2012, terdiri dari:
HIV: 86762
AIDS: 32103
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
AIDS
Laki-laki
21707
Perempuan
8970
Tak Diketahui
304
Jumlah
30981
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko Faktor Risiko
AIDS
Heteroseksual
18680
Homo-Biseksual
1014
Penasun
10265
Transfusi Darah
73
Transmisi Perinatal
912
Tak Diketahui
1153
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Golongan Umur Golongan Umur
AIDS
<1
296
1–4
459
5 – 14
221
xxii
15 – 19
1134
20 – 29
13761
30 – 39
9632
40 – 49
3192
49 – 59
1008
>60 Tak Diketahui
255 1023
2.4 Stigma Sosial Seperti yang dikutip pada id.wikipedia.org, Stigma sosial adalah tidak diterimanya seseorang pada suatu kelompok karena kepercayaan bahwa orang tersebut melawan norma yang ada. Stigma sosial sering menyebabkan pengucilan seseorang ataupun kelompok. Contoh sejarah stigma sosial dapat terjadi pada orang yang berbentuk fisik kurang atau cacat mental, dan juga anak luar kawin, homoseksual atau pekerjaan yang merupakan nasionalisasi pada agama atau etnis, seperti menjadi orang Yahudi atau orang Afrika Amerika. Kriminalitas juga membawa adanya stigma sosial. 2.5 Pengaruh Stigma Sosial Terhadap Penanggulangan HIV/AIDS AIDS dianggap sebagai penyakit yang berbahaya,karena sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan. Pemahaman kebanyakan orang masih keliru keliru tentang HIV & AIDS. Masalah HIV & AIDS dianggap hanya masalah bagi mereka yang mempunyai perilaku seks yang menyimpang. HIV & AIDS seringkali dikaitkan dengan masalah mereka yang dinilai tidak bermoral, pendosa dan sebagainya. Situasi seperti ini justru hanya memperburuk dan memperparah keadaan karena persoalan HIV yang tidak sesederhana itu. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai macam mikroorganisme serta keganasan lain akibat
xxiii
menurunnya daya tahan atau kekebalan tubuh penderita. Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV (Human Immuno Virus) yang menyerang dan merusak sel-sel limfosit T yang mempunyai peranan penting dalam dalam sistem kekebalan seluler. AIDS dapat ditularkan melalui hubungan seksual (homo maupun heteroseksual), dasrah (termasuk penggunaan jarum suntik) dan transplasental (dari ibu ke anak yang akan lahir). Selain itu, muncul mitos yang salah yang di masyarakat bahwa berhubungan sosial dengan penderita HIV & AIDS akan membuat kita tertular, seperti bersalaman, menggunakan WC yang sama, tinggal serumah, atau menggunakan sprei yang sama dengan penderita HIV & AIDS. Anggapan bahwa HIV tinggal menunggu waktu “mati” sangatlah disayangkan. HIV bukanlah vonis mati bagi pengidapnya, HIV adalah virus yang dapat menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh manusia. Sebenarnya HIV bukanlah suatu hal yang harus ditakuti hingga menjadi momok yang seakan-akan mengancam kehidupan manusia, selama pengidap tersebut menjaga kondisi tubuhnya maka ia akan hidup dengan sehat dan wajar, dan selama pengidap juga menjaga dan dapat merubah perilakunya maka penularan tak akan terjadi. HIV selama ini begitu gencar dibicarakan, bukan hanya tertuju pada HIV & AIDS-nya saja tapi yang lebih penting bagaimana kita sebagai masyarakat yang cerdas untuk dapat memerangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/ AIDS). Stigma dari lingkungan sosial dapat menghambat proses pencegahan dan pengobatan. Penderita akan cemas terhadap diskriminasi dan sehingga tidak mau melakukan tes. ODHA dapat juga menerima perlakuan yang tidak semestinya, sehingga menolak untuk membuka status mereka terhadap pasangan atau mengubah perilaku mereka untuk menghindari reaksi negatif. Mereka jadi tidak mencari pengobatan dan dukungan, juga tidak berpartisipasi untuk mengurangi penyebaran. Reaksi ini dapat menghambat usaha untuk mengintervensi HIV & AIDS. Pada kasuskasus HIV & AIDS akibat hubungan seksual, selain waria, tuduhan penyebar penyakit HIV & AIDS lebih mudah jatuh kepada pelacur wanita dari pada pelacur pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi stigma terhadap HIV & AIDS :
HIV & AIDS adalah penyakit yang mengancam jiwa xxiv
Orang-orang takut terinfeksi HIV
Penyakit dihubungkan dengan perilaku yang telah terstigma dalam masyarakat.
ODHA sering dianggap sebagai yang bertanggung jawab bila ada yang terinfeksi.
Nilai-nilai moral atau agama membuat orang yakin bahwa HIV & AIDS sebagai hasil dari pelanggaran moral (seperti kekacauan atau penyimpangan seksual) yang layak untuk dikucilkan.
Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi. Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil yang didasarkan pada prasangka mereka akan status HIV seseorang. Contoh-contoh diskriminasi meliputi para staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan kesehatan kepada ODHA; atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau prasangka akan status HIV mereka; atau keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang hidup, atau dipercayai hidup, dengan HIV & AIDS. Tindakan diskriminasi semacam itu adalah sebuah bentuk pelanggaran hak asasi manusia.Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri. Hal ini bisa mendorong, dalam beberapa kasus, terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan keputusasaan. Stigma dan diskriminasi juga menghambat upaya pencegahan dengan membuat orang takut untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi atau tidak, atau bisa pula menyebabkan mereka yang telah terinfeksi meneruskan praktek seksual yang tidak aman karena takut orang-orang akan curiga terhadap status HIV mereka. Akhirnya, ODHA dilihat sebagai “masalah”, bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi epidemi ini. Stigma dan diskriminasi dapat muncul dari respon masyarakat pada HIV. Gangguan pada individu yang terinfeksi atau yang termasuk dalam kelompok tertentu telah meluas. Hal tersebut sering didorong oleh kebutuhan untuk
xxv
menyalahkan dan menghukum, dan dalam keadaan yang ekstrim dapat meluas menjadi aksi kekerasan dan pembunuhan. Penyerangan pada laki-laki yang dianggap gay telah meningkat di beberapa bagian di dunia, dan HIV & AIDS berhubungan dengan pembunuhan seperti yang dilaporkan di Brazilia, Colombia, Ethiopia, India, Afrika Selatan dan Thailand. Pada Desember 1998, Gugu Dhlamini dilempari batu dan dipukul sampai mati oleh tetangga di sekitar rumahnya dekat Durban, Afrika Selatan, setelah membuka status HIV nya pada Hari Aids Sedunia.Beberapa bentuk diskriminasi dan Stigmatisasi terhadap ODHA dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dukungan Bagi ODHA dan keluarga ODHA mengalami proses berduka dalam kehidupannya -sebuah proses yang seharusnya mendorong pada penerimaan terhadap kondisi mereka. Namun, masyarakat dan lembaga terkadang memberikan opini negatif serta memperlakukan ODHA dan keluarganya sebagai warga masyarakat kelas dua. Hal ini menyebabkan melemahnya kualitas hidup ODHA. 2. Tempat Layanan Kesehatan Sering terjadi, lembaga yang diharapkan memberikan perawatan dan dukungan, pada kenyataannya merupakan tempat pertama orang mengalami stigma dan diskriminasi. Misalnya, memberikan mutu perawatan medis yang kurang baik, menolak memberikan pengobatan -seringkali sebagai akibat rasa takut tertular yang salah kaprah. Contoh dari stigma dan diskriminasi yang dihadapi ini adalah: alasan dan penjelasan kenapa seseorang tidak diterima di rumah sakit (tanpa didaftar berarti secara langsung telah ditolak), isolasi, pemberian label nama atau metode lain yang mengidentifikasikan seseorang sebagai HIV positif, pelanggaran kerahasiaan, perlakuan yang negatif dari staf, penggunaan kata-kata dan bahasa tubuh yang negatif oleh pekerja kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas-fasilitas rumah sakit.
xxvi
1. Akses untuk Perawatan ODHA seringkali tidak menerima akses yang sama seperti masyarakat umum dan kebanyakan dari mereka juga tidak mempunyai akses untuk pengobatan ARV mengingat tingginya harga obat-obatan dan kurangnya infrastruktur medis di banyak negara berkembang untuk memberikan perawatan medis yang berkualitas.Bahkan ketika pengobatan ARV tersedia, beberapa kelompok mungkin tidak bisa mengaksesnya, misalnya karena persyaratan tentang kemampuan mereka untuk mengkonsumsi sebuah zat obat, yang mungkin terjadi pada kelompok pengguna narkoba suntikan. Hal tersebut dikutip pada dinkeskebumen.wordpress.com pada tanggal 10 Januari 2012 oleh dinkeskebumen. 2.6 Upaya penanggulangan HIV/AIDS a. Gate To Zero Program Program ini merupakan program pemerintah untuk mengurangi angka penyebaran kasus HIV/AIDS. Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Gate To Zero program memiliki kegiatan sebagai berikut: 1. Pencegahan penularan HIV di kalangan penasun dan pasangannya, melalui : pemberian methadon (methadone maintenance treatment), dengan indikator jumlah penasun (IDU) yang sedang mendapat pengobatan rumatan metadon ( = Methadone Maintenance Treatment /MMT) 2. Diagnosa dan pengobatan infeksi menular seksual bagi masyarakat, melalui :pelayanan pengobatan teratur dan pengobatan presumtif berkala (PPB) atau Periodic Presumtive Treatment (PPT), dengan indikator jumlah pekerja seks wanita dan waria yang mendapat PPB/PPT. 3. Diagnosa dan pengobatan IMS, dengan indikator jumlah kasus infeksi menular seksual (IMS) yang diobati
xxvii
4. Testing dan konseling, dengan indikator Jumlah orang pada kelompok risti yang mendapat test HIV dan mengetahui hasilnya. 5. Pencegahan (profilaksis) dan pengobatan infeksi oportunistik, dengan indikator jumlah dan persentase orang dewasa dan anak-anak yang mendapat perawatan HIV (HIV care) dan memenuhi syarat yang sedang mendapat kotrimoksasol pencegahan. 6. Pengobatan ARV dan monitoring, dengan indikator jumlah ODHA yang sedang mendapat pengobatan ARV. 7. Pencegahan penularan dari ibu ke anak (Prevention of Mother To Child Transmission = PMTCT), dengan indikator jumlah ibu hamil HIV positif yang mendapat ARV pencegahan. 8. Kolaborasi TB/HIV, dengan indikator persentase orang dewasa dan anakanak yang dalam perawatan HIV (HIV care) pada periode pelaporan yang dinilai status TB-nya dan dilaporkan pada kunjungan terakhir 9. Health System Strengthening (Pemantapan Sistem Kesehatan) dengan indikator jumlah dan persentase laboratorium berpartisipasi dalam Gugus Kendali Mutu. 10. Health System Strengthening (Pemantapan Sistem Kesehatan) dengan indikator persentase rumah sakit yang memberikan pelayanan pengobatan ARV dan mengalami stock-out setidaknya satu jenis obat ARV dalam 6 bulan terakhir. 11. Health System Strengthening Information System (Pemantapan Sistem Kesehatan Bidang Informasi Kesehatan) dengan indikator jumlah kunjungan supervisi oleh petugas kesehatan tingkat kabupaten/kota ke unit layanan kesehatan. b. VCT (Voluntary Counseling and Testing) VCT merupakan singkatan dari Voluntary Counseling and Testing. Lembaga ini memperkerjakan tenaga sukarela. Konseling di VCT memfokuskan pada infeksi HIV, penyakit AIDS, test, dan xxviii
perubahan sikap positif. Sesi konseling terbagi 2 tahap, yang pertama tahap konseling untuk pengetahuan dan edukasi mengenai masalah HIV/AIDS.Sesi pertama lebih dikenal sebagai ”Pre-Test Counseling” Sesi yang kedua merupakan lanjutan sesi pertama, test HIV akan dilakukan jika pasien bersedia melanjutkan konseling. Sering dikenal sebagai ”ProTest
Counseling”.
Hal
tersebut
seperti
yang
dikutip
pada
en.wikipedia.com. c. CTJ (Ceramah dan Tanya Jawab) Metode CTJ merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam penyuluhan
yang
sering
dilakukan
oleh
berbagai
lembaga
penanggulangan HIV/AIDS bagian penjangkauan dan pendampingan. Kekuatan metode ceramah antara lain murah dan efisien waktu, meningkatkan daya dengar siswa dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain, dan memberikan wawasan yang luas kepada guru karena guru dapat menambah dan mengkaitkan dengan sumber maupun materi lain. Sedangkan kelemahan metode ceramah adalah siswa akan mudah jenuh apabila guru tidak pandai menjelaskan, menimbulkan verbalisme pada siswa, materi terbatas pada apa yang diingat guru, Merugikan siswa yang keterampilan mendengarkannya kurang, serta tidak merangsang kreatifitas siswa. Natalius Abidin mengutip ini pada hari Senin, 7 Desember 2012 dalam katanatalius.blogspot.com.
xxix
BAB 3 METODE PENULISAN
Metode penulisan karya tulis ini menggunakan metode desktiptif. Metode deskriptif
itu
sendiri
dilakukan
dengan
cara
pencarian/penelusuran,
serta
pengumpulan data yang relevan dan berkaitan dengan tema dan judul karya tulis dan juga di lakukan dengan cara pencarian dan peninjauan telaah pustaka yang cocok dan relevan dengan tema dan judul karya tulis. Data dan informasi diperoleh dari berbagai media cetak (laporan, jurnal, skripsi, dan buku-buku) dan media elektronik (internet). Selain itu pengumpulan data karya tulis ini di lakukan dengan cara observasi ke lembaga dan instansi yang berkerja dalam bidang penjangkauan, pendampingan, dan penanganan HIV/AIDS untuk melakukan wawancara untuk mendapat data kuantitatif yang berupa angka maupun data yang bersifat kualitatif berupa program-program pencegahan HIV/AIDS. Adapun lembaga atau instansi yang telah di wawancarai xxx
PMI(Palang Merah Indonesia) di samarinda, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, RSU A.W Syahrani di samarinda, Puskesmas Temindung, Puskesmas pembantu solong, KPA(Komisi Penanggulangan AIDS), Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur, dan TALKSHOW yang bertepatan pada hari AIDS sedunia yang bertujuan untuk penilainan kefektifitasan program penanggulangan HIV/AIDS.
BAB 4 ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Analisis HIV/AIDS adalah permasalahan yang merisaukan pemerintah maupun masyarakat umum. Di karenakan HIV adalah virus, kecepatan penyebarannya tidak perlu di pertanyakan lagi. Bahkan virus ini tidak dapat di musnahkan hanya saja dapat di tekan sedemikian hingga virus ini tidak terlalu aktif dalam merusak antibodi tubuh. Penyebarannya pun cukup kompleks di karenakan virus ini dapat menyebar dengan media darah, cairan vagina, cairan penis. Bahkan menurut analis laboratorium PMI ( Palang Merah Indonesia) pak Bayu sekarang HIV sudah menyerang golongan masyarakat resiko rendah terkena yaitu ibu rumah tangga dan masyarakat umum. Kalau merujuk pada informasi di atas, dapat di katakan bahwa zaman modern ini dengan pendidikan moral yang sudah menurun di kalangan masyarakat sangat
xxxi
memungkinkan bagi HIV untuk menyebar luas pada semua golongan masyarakat. Bahkan bukan penyebarannya saja yang perlu di perhatikan dan di khawatirkan akan tetapi penanganannya juga. Dari data yang ada pada Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, kenaikan jumlah kasus HIV dan AIDS di Kalimantan Timur memiliki kenaikan yang signifikan bahkan dari 136 pengidap HIV/AIDS hingga 519 pengidap HIV/AIDS yang ditemukan di Rumah Sakit Umum A. Wahab Syahranie. Seharusnya melihat kondisi tersebut kata prihatin saja tidak cukup, akan tetapi bukan itu yang di tunjukkan masyarakat Kalimantan. Mereka malah menjauhi para ODHA di lingkungan mereka seperti contoh kasus pengidap HIV positif di kecamatan babulu kabupaten Penajam Paser Utara yang di usir beserta keluarganya dari kampong mereka. Bahkan sekarang ini stigma seperti itu sudah menyebar luas di masyarakat dan membuat stigma masyarakat Kalimantan Timur cukup tinggi. Menurut konselor VCT RSU A.W Syahrani samarinda ibu Cia, menurut data masih banyak orang di luar sana, yang mengidap HIV positif yang tidak mau memeriksakan diri
di
karenakan stigma di masyarakat masih cukup tinggi. Penuturan ibu Cia sama dengan penuturan ibu Neneng dari konselor VCT Puskesmas Pembantu di solong yang mana dekat dengan lokalisasi tempat para populasi kunci. Kalau mau menarik benang merah dari kasus tersebut. Pendidikan dan keefektifitasan program penanggulangan HIV lah yang sangat berperan besar. Pendidikan tentang HIV/AIDS serta Pendidikan Berkarakter dan bermoral sangat perlu di tanamkan di masyarakat terutam pada usia dini seperti remaja dan juga pada masyarakat awam.
Pendidikan tentang HIV/AIDS sangat di perlukan bagi
masyarakat awam di karenakan pengetahuan masyarakat awam tentang bahayanya HIV/AIDS dan penyebaran HIV sangatlah kurang, maka dari itu angka dari kasus HIV dan AIDS di Kalimantan masih tinggi. Karena mereka masih belum tahu HIV itu menyebar lewat media apa dan bagaimana. Begitu pula dengan Pendidikan berkarakter dan bermoral. Penddidikan berkarakter dan bermoral sangat di butuhkan kalangan remaja dan orang dengan usia dini. Kenapa yang sangat membutuhkan adalah golongan remaja dan orang dengan usia dini karena pendidikan berkarakter
xxxii
dan bermoral adalah langkah awal dari penanggulangan banyak masalah seperti HIV/AIDS. Contoh saja pendidikan berkarakter dan bermoral yang di tanamkan pada orang dengan usia dini. Bila ia tumbuh dewasa, ia pasti mengingat hal-hal kecil dari pendidikan berkarakter dan bermoral seperti berpikirlah terlebih dahulu sebelum bertindak dan jika ia semisalnya belum mengetahui apa itu HIV/AIDS lalu ada penyuluhan tentang HIV/AIDS dan ia berbicara dalam hati “beruntung saya tidak pernah melakukan tindakan yang beresiko terkena HIV”. Kata beruntung disini tidaklah cukup, karena ia bukanlah beruntungan tetapi ia melakukan hal yang terencana dan penuh perhitungan. Keefektifitasan program penanggulangan HIV/AIDS juga memegang peranan penting. Dimana efektifnya program-program penanggulangan HIV/AIDS dapat membuat angka kasus HIV dan AIDS menurun secara signifikan. Menurut bapak Muran Gautama dari PKBI, program penanggulangan HIV/AIDS di Kalimantan Timur memiliki kesamaan dengan fenomena balon. Fenomena balon adalah di mana jika satu sisi balon di tekan maka sisi lainnya lah yang akan menggelembung. Begitu pula dengan program penanggulangan HIV/AIDS yang ada sekarang, di mana kasus HIV/AIDS di tekan bagi populasi kunci tetapi menurut data pada tahun 2012 yang angkanya meningkat dan menggelembung melebihi populasi kunci adalah ibu rumah tangga dan para pelanggan populasi kunci. Inilah yang membuat peneyebaran dan penanggulangan HIV/AIDS masih bermasalah dan di perlukan solusi yang tepat bahkan akurat dalam membuat penurunan angka penyebaran dan kasus HIV dan AIDS di Kalimantan.
4.2 Sintesis Dengan masalah terkait maka kami menggagaskan sebuah metode yang dapat diperkenalkan kepada masyarakat umum melalui media promosi. Metode ini adalah “Pelangi HIV/AIDS” yang merupakan singkatan dari Pelajari Lalu Tangani HIV/AIDS.
xxxiii
1. Pelajari Stigma sosial yang tinggi dalam masyarakat
tentang
HIV/AIDS merupakan salah satu penghambat penanganan HIV/AIDS, dan ini merupakan permasalahan yang diaggap paling serius. Karena dengan stigma yang tinggi ini dapat membuat para ODHA menutup diri dan terkena tekanan mental yang hebat sehingga memperparah keadaan mereka. Dengan berbagai macam hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan seksualitas dianggap tabu, menjadikan hal tersebut tidak tersampaikan ke generasi muda yang berujung pada keinginan mereka mencari tahu namun tidak dengan bimbingan. Kurangnya pengetahuan dan tingginya stigma tentang PMS dan HIV/AIDS inilah yang menjadi problematika sosial yang mendasari masalah ini menjadi kompleks. Sebatas mengetahui tidak dapat menciptakan suatu gambaran, jika hal tersebut tidak dipelajari cara pencegahan dan penanganannya.Pendidikan seks dini merupakan cara yang dapat menekan angka seks bebas dengan penyusupan materi pendidikan seks kedalam kurikulum sekolah, namun Pendidikan berkarakter adalah hal yang paling mungkin dilakukan oleh setiap pendidik dengan kurikulum yang ada untuk menekan dampak pergaulan bebas, dan korban pemenuhan nafsu birahi yang tidak dikendalikan. Pendidikan memalui media promosi juga sangat penting untuk menetralkan dampak negatif dari berbagai media yang mengandung konteks vulgar. 2. Tangani Dengan
pengetahuan
dan
pemberian
pendidikan
serta
informasi kesehatan tentang HIV/AIDS maka orang akan membuka diri, dan lebih sering memperiksakan diri dan menggunakan pelayanan kesehatan pemerintah yang tersedia secara gratis. Dan dengan pengetahuan dan pemberian informasi kesehatan maka ODHA tidak akan mengalami krisis eksistensi dalam kehidupan sosial mereka, hal
xxxiv
ini tentu membantu penanganan para ODHA ataupun orang yang positif HIV.Layanan kesehatan yang tersedia berupa program donor darah setiap tahun merupakan salah satu cara ampuh untuk dapat mengidentifikasi PMS serta membantu PMI untuk mendapat pasokan darah. Hal tersebut juga dapat membuat kita lebih sehat. Sekret vagina cara yang layak untuk mengetahui apakah orang tersebut terinfeksi PMS khusus wanita. IMS dekat area lokalisasi sering melakukan hal tersebut untuk menekan penularan PMS terhadap penduduk sekitar. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari semua permasalahan penyebaran dan penanggulangan HIV/AIDS yang telah terjadi di Kalimantan dapat di simpulkan bahwa sangat di butuhkan metode atau program yang efektif untuk menanggulangi HIV /AIDS. Permasalahan stigma sosial di masyarakat juga menjadi faktor penting yang membuat hambatan untuk menangani HIV/AIDS yang juga membutuhkan metode penanganan yang baik dan benar yang bisa membuat masyarakat umum Kalimantan mau menerima para ODHA di lingkungan mereka tetapi tetap menjaga tingkah laku agar tidak melakukan perilaku yang beresiko tinggi terkena HIV/AIDS. . Cara yang tepat adalah metode “PELANGI HIV/AIDS” yang dapat membuat pengetahuan masyarakat umum bertambah dan mengetahui bahayanya HIV/AIDS serta media penyebarannya agar dapat di hindari. Begitu pula dengan golongan remaja yang akan mengalami perubahan pada karakter dan moral mereka, karena di canangkannya pendidikan karakter dan pendidikan moral yang efektif. 5.2 Saran
xxxv
Saran penulis bagi para masyarakat umum dan para pembaca agar mau menggunakan metode “PELANGI HIV/AIDS” karena penggunaan metode bisa membuat penanggulangan HIV/AIDS bisa dilaksanakan dengan maksimal karena menyentuh dari edukasi hingga perilaku. Karena, pada masa selanjutnya penulis yakin kalau pasti obat ataupun senyawa pembunuh virus ini bisa di buat untuk produksi missal bagi seluruh masyarakat dunia, akan tetapi karena virus adalah salah satu makhluk hidup penulis yakin HIV dapat mengalami evolusi menjadi jenis HIV baru sehingga butuh waktu lama lagi untuk menunggu obat ataupun senyawa yang dapat membunuh virus ini sehingga lama waktu yang di pakai untuk menuggu penangkal HIV ini dapat membuat banyak orang kehilangan nyawa mereka karena terkena AIDS, maka dari itu metode “PELANGI HIV/AIDS” dapat membuat banyak nyawa yang masih bisa di selamatkan agar tidak terkena HIV.
xxxvi
DAFTAR PUSTAKA -
-
-
-
-
Dinkeskebumen. 2012. Hapus Stigma dan Diskriminasi Pahami HIV AIDS. http://dinkeskebumen.wordpress.com/2012/01/10/hapus-stigma-dandiskriminasi-pahami-hiv-aids/. (Diakses pada tanggal 28 November 2012) Wikipedia. 2011. Stigma Sosial. http://id.wikipedia.org/wiki/Stigma_sosial. (Diakses pada tanggal 30 Desember 2012) Wikipedia. 2008. Voluntary Counseling and Testing.http://en.wikipedia.org/wiki/Voluntary_counseling_and_testing. (Diakses pada tanggal 30 Desember 2012) Abidin, Natalius. 2009. Metode Pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. http://katanatalius.blogspot.com/2009/12/metode-pembelajaran-ceramahtanya-jawab.html. (Diakses pada tanggal 30 Desember 2012) Aditama, Tjandra Y. 2012. Laporan Terakhir Kemenkes. http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id. (Diakses pada tanggal 30 Desember 2012) Downixs. 2010. Penyakit Menular Seksual. http://downixs.wordpress.com/2010/01/06/penyakit-menular-seksual/. (Diakses pada tanggal 30 Desember 2012)
xxxvii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Adhadi Isranurhaq
NIS
: 1139
Tempat, tanggal lahir
: Samarinda, 7 Mei 1995
Jenis Kelamin
: laki - laki
Asal Sekolah
: SMAN 10 Samarinda
Alamat Sekolah
: Jalan H.A.M.M Rifaddin RT 1 kel. Harapan Baru, kec. Samarinda Seberang
Nomor Telepon/HP
: 085393666775
Prestasi
: -
Judul Karya
: Penggunaan
Metode
”PELANGI
HIV/AIDS”
Sebagai Upaya Memperbaiki Stigma Sosial dan Penanggulangan HIV/AIDS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xxxviii
Nama
: Arief Rahmatullah
NIS
: 1167
Tempat, tanggal lahir
: Samarinda, 5 Mei 1995
Jenis Kelamin
: laki - laki
Asal Sekolah
: SMAN 10 Samarinda
Alamat Sekolah
: Jalan H.A.M.M Rifaddin RT 1 kel. Harapan Baru, kec. Samarinda Seberang
Nomor Telepon/HP
: 085752235424
Prestasi
:-
Judul Karya
: Penggunaan Metode ”PELANGI HIV/AIDS” Sebagai Upaya Memperbaiki Stigma Sosial dan Penanggulangan HIV/AIDS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xxxix
Nama
: Billy Serata Soenoe
NIS
: 1180
Tempat, tanggal lahir
: Samarinda, 23Febuari 1995
Jenis Kelamin
: laki - laki
Asal Sekolah
: SMAN 10 Samarinda
Alamat Sekolah
: Jalan H.A.M.M Rifaddin RT 1 kel. Harapan Baru, kec. Samarinda Seberang
Nomor Telepon/HP
: 082158070031
Prestasi
:-
Judul Karya
: Penggunaan
Metode
”PELANGI
HIV/AIDS”
Sebagai Upaya Memperbaiki Stigma Sosial dan Penanggulangan HIV/AIDS
xl
LAMPIRAN
A. Lembar Balik HIV/AIDS
xli
B. Booklet HIV/ADIS
C. Laflet HIV/AIDS
xlii
D. LSM
E. Data Kasus HIV dan AIDS
xliii
F. VCT RSU. AW. SYAHRANI
xliv