Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Studi Tentang Dampak Inovasi Transformatif Pelayanan Care Support And Treatment pada Tingkat Kepuasan Pasien HIV/AIDS di RSUD Gambiran Kota Kediri
Paksi Joko Wiseso Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga
Abstract Human Immunodeficiency Virus (HIV) and Acquired Immune Desficiancy Syndrome (AIDS) is a serious problems that threaten various aspect of life because impacts generated not only related to health problem but also wide to social problems for the patient.In order to provide healthcare services intact in the HIV or People with HIVAIDSGambiran Hospital as the supplier health service in Kediri make a serviceinnovation by Support Care and Treatment.Application of transformatif innovation service of care support and treatment which is done with a purpose fulfilled Gambiran Hospitals is desirable, namely improving patient satisfaction. Based on the results of the research done on HIV/AIDS sufferers patients feel quite satisfied. Increased to service complacence caused success of Gambiran Hospital in providing services through the development of core capability either by means of a system of integrated managerial and mutual support, knowledge and value. Positive impact inflicted as rising satisfaction was the increase of them in accessing services and an increase in motivation and spirit of life. Meanwhile for service providers is the rise of competence services officer.
Key Words : Innovation Transformatif, Care Support and Treatment of Patient Satisfaction, Impact
Pendahuluan Praktek penyelenggaraan pelayanan publik (public services) merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Fungsi pelayanan ini diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sekaligus penciptaan keadilan sosial di tengah masyarakat, sehingga dengan demikian pemerintah akan dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya (Kurniawan, Agung. 2005:4). Akan tetapi hingga saat ini pelayanan publik di Indonesia dirasa masih belum memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat. Pada dasarnya masyarakat menginginkan untuk mendapatkan pelayanan publik yang lebih baik. Masyarakat setiap saat selalu menuntut pelayanan publik yang lebih baik, meskipun tuntutan tersebut sering tidak sesuai dengan harapan. Kondisi faktual memperlihatkan masih buruknya pelayanan publik di berbagai sektor dan bidang. Pelayanan publik masih sering tidak efektif, berbelit, prosedurya tidak jelas, kurang efisien, kurang profesional, tidak ada kepastian waktu dan biaya, belum optimal memanfaatkan teknologi informasi, pangkalan datanya lemah, sikap aparat yang tidak menyenangkan, serta rentan dengan KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Pada dasarnya upaya peningkatan kualitas pelayanan publik telah menjadi fokus utama pemerintah sebagai pihak penyelenggara, dilain pihak tuntutan masyarakat terhadap perbaikan kualitas
pelayanan publik juga semakin meningkat. Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik tersebut terus berkembang seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran bahwa warga negara memiliki hak untuk dilayani, sedangkan kewajiban pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan tersebut adalah dengan melakukan inovasi. Pentingnya inovasi di sektor publik tersbut juga diakui oleh United Nations Departemen of Economic and Social Affairs (UDENSA). Karena melalui sebuah inovasi merupakan cara baru menggantikan cara lama dalam mengerjakan atau memproduksi sesuatu. Inovasi di sektor publik pada saat ini menjadi keharusan untuk membuat ketersediaan layanan yang semakin mudah, terjangkau dan merata (Suwarno, 2008:32-33). Dengan adanya UU otonomi daerah, yaitu UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki hak dan kewenangan untuk menyelenggarakan urusan publik, sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat serta kondisi dan kemampuan daerah masingmasing. Hak dan kewenangan tersebut meliputi pelayanan dalam bentuk pengaturan atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, utlilitas, dan lainnya
1
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Dengan demikian maka P emer in tah Daerah seb agai p en yed ia layanan publik senantiasa dituntut kemampuannya meningkatkan kualitas layanan, mampu menetapkan standar layanan yang berdimensi menjaga kualitas hidup, melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyat. Kualitas layanan juga dimaksudkan agar semua masyarakat dapat menikmati layanan, sehingga menjaga kualitas layanan publik juga berarti menjamin hak-hak asasi warga Negara (Joe Fernandes, 2002:30). Namun dalam pelaksanaannya, otonomi daerah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Ada beberapa hambatan dan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan otonomi tersebut. Hasil kajian yang dilakukan oleh Governance and Decentralization Survey pada tahun 2002, misalnya menemukan bahwa terdapat tiga masalah penting yang perlu disikapi dalam penyelenggaraan pelayanan publik pasca diberlakukannya kebijakan otonomi daerah, yaitu besarnya diskriminasi pelayanan, tidak adanya kepastian pelayanan dan rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik (Styoko, 2006:1). Kasus- kasus diskriminasi seperti yang diucapkan oleh styoko (2006) sering terjadi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Permasalahan diskriminasi kerap kali terjadi terhadap pasien dengan HIV dan AIDS atau biasa disebut Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA). Sorotan utama, berupa stigma dan diskriminasi baik yang dilakukan aparatur pemerintah maupun masyarakat luas terhadap ODHA seringkali justru menjadi hambatan dalam upaya memberikan pelayanan secara utuh yang merupakan hak setiap warga negara. Padahal pemberian pelayanan kesehatan secara utuh kepada warga negara merupakan kewajiban yang harus dipenuhi pemerintah seperti yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Sementara itu, Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Desficiancy Syndrome (AIDS) merupakan suatu permasalahan serius yang mengancam berbagai segi kehidupan karena dampak yang ditimbulkan tidak hanya terkait dengan permasalahan kesehatan namun juga melebar ke permasalahan sosial bagi si penderita. Isu atau permasalahan HIV / AIDS sudah menjadi sorotan di dunia Internasional, hal tersebut dibuktikan dengan masuknya penanganan HIV / AIDS dalam salah satu tujuan dari delapan tujuan yang menjadi kajian utama MDGs (Millennium Development Goals). Tujuan tersebut tercantum dalam poin ke-enam yaitu memerangi HIV / AIDS dan penyakit menular lainnya. Sasaran yang ingin dicapai adalah pertama, ingin mengurangi angka persebaran HIV / AIDS. Indikator
keberhasilan usaha pencegahan tersebut adalah dengan perawatan dan pencegahan yang efektif terhadap HIV / AIDS. Acquired Immune Desficiancy Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit infeksi HIV dan AIDS sampai saat ini merupakan masalah yang dihadapi secara global. Kasus AIDS pertama kali dilaporkan di USA tahun 1981 dan dalam kurun waktu 10 tahun telah menyebar hampir ke seluruh Negara di dunia (Nasronudin.2014:357). Berdasarkan laporan dari Ditjen PP & PL Kemenkes RI menunjukkan bahwa jumlah total kasus HIV dan AIDS secara kumulatif hingga Bulan Maret 2013 di Indonesia adalah 103,759 untuk HIV dan 43,347 untuk AIDS dengan 8,288 kematian. Dengan berasumsi pada fakta tersebut kondisi penularan HIV dan AIDS di Indonesia bisa dikatakan sudah sangat mengkhawatirkan karena setiap tahun selalu terjadi peningkatan jumlah kasus HIV baru di seluruh Indonesia. Epidemi AIDS di Indonesia itu sendiri sudah berlangsung selama 25 tahun sejak ditemukan kasus pertama kali pada tahun 1987 namun diperkirakan masih akan berlangsung terus dan memberikan dampak yang tidak mudah diatasi (Nurbani, 2005). Peningkatan jumlah kasus AIDS juga terjadi di Jawa Timur. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, jumlah kasus kumulatif AIDS di Jawa Timur sampai dengan Bulan Desember 2011 adalah 4.598 kasus. Artinya terjadi peningkatan kasus AIDS bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 3.771 kasus. Berdasarkan jumlah kasus di atas, Provinsi Jawa Timur menempati peringkat kedua nasional perihal jumlah keseluruhan kasus AIDS setelah Provinsi DKI Jakarta (5.117 kasus) dan diikuti dengan Provinsi Papua (4.449 kasus). Kota Kediri merupakan salah satu kota yang berada di Jawa Timur dan ikut berkontribusi dalam memenuhi angka kasus HIV dan AIDS yang ada di Jawa Timur. Kasus HIV dan AIDS pertama kali ditemukan di Kota Kediri pada tahun 2003 dan terus meningkat tiap tahunnya. Data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Kota Kediri sejak kasus HIV dan AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 2003 hingga Bulan Juni 2013 secara kumulatif berjumlah 302 kasus dengan 30 kematian. Angka ini tentu saja merupakan fenomena gunung es sehingga diperkirakan masih banyak sekali kasus HIV dan AIDS yang belum ditemukan. Perkembangan kasus HIV dan AIDS di Kota Kediri dapat dilihat pada tabel I.1 di bawah ini : Tabel I.1 Data Kasus HIV dan AIDS di Kota Kediri Tahun HIV AIDS Jumlah 2003 0 2 2 2004 0 3 3 2005 0 3 3 2006 4 2 6 2007 6 4 10 2008 8 6 14 2009 18 5 23
2
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
2010 43 12 55 2011 57 5 62 2012 54 9 63 2013* 44 17 61 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Kediri, Tahun 2013 Ket : *sampai Bulan Juni Guna memenuhi kebutuhan akan layanan kesehatan bagi ODHA atau Orang Dengan HIV dan AIDS Kota Kediri telah mempunyai Rumah Sakit rujukan khusus bagi ODHA atau Orang Dengan HIV dan AIDS yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran yang mana penunjukan tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 760/MENKES/SK/VI/2007 Tentang Penetapan Lanjutan Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang Dengan HIV dan AIDS atau ODHA. Walaupun Kota Kediri telah memiliki pelayanan tersendiri bagi penderita HIV dan AIDS sejak 2007 akan tapi tidak menutup kemungkinan masih terdapat permasalahan atau hambatan yang terjadi dalam rangka memenuhi pelayanan yang maksimal sesuai tuntutan dan harapan masyarakat. Beberapa fakta yang ada menunjukkan bahwa di institusi kesehatan pun masih banyak terjadi tindakan diskriminatif walaupun kebanyakan tenaga kesehatan telah memiliki pengetahuan yang cukup memadai mengenai HIV dan AIDS. Tindakan diskriminatif ini antara lain adalah tes diagnostik HIV tanpa informed consent kepada pasien yang akan dilakukan tindakan operatif, tenaga kesehatan tidak mau melakukan kontak fisik seperti jabat tangan dan pemeriksaan fisik dasar dengan ODHA, tenaga kesehatan tidak mau mengambil sampel darah ODHA dan sebagainya (Nurhayati, 2013). Pada dasarnya beberapa hambatan dan permasalahan berangsur – angsur muncul secara dinamis, maka dari itu sektor publik atau pemerintah selalu memerlukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Dalam prakteknya pemerintah atau sektor publik berinovasi bukan dalam rangka survival, namun lebih untuk menjaga kepentingan publik. Berbagai alat dan cara dimanfaatkan agar tujuan tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien. Tabel I.2 Tingkat Kepuasan Masyarakat atas Pelaksanaan Otonomi Daerah Sektor 2005 2006 2010 2012 Pendidikan 53.8 53.2 61.8 65.5 Kesehatan Ekonomi
61.2 40.8
50.07 26.7
54.2 44.3
67.6 64.9
Sumber : Koran Kompas, Senin 2012 Melihat dari tabel diatas, hasil jejak pendapat Litbang Kompas edisi Senin, 25 Juni 2012 menunjukkan kecenderungan peningkatan kepuasan pelayanan kesehatan yang berarti memperkuat asumsi bahwa layanan kesehatan merupakan salah urusan otonomi daerah yang paling banyak ruang inovasinya dibanding bidang pendidikan dan ekonomi.
Tantangan dalam pelayanan kesehatan adalah hal yang kompleks. Dalam urusan kesehatan bila diabaikan akan memunculkan maslah baru. Maka dari itu hampir semua masalah yang dihadapi merupakan prioritas yang sulit ditunda penyelesaiannya. Untuk itulah inovasi memang sangat diperlukan dalam pelayanan kesehatan. (Wijayanti, 2008:48) Titik kritis untuk menentukan apakah sebuah inovasi berhasil atau tidak dalam memecahkan masalah atau kebutuhan adalah dengan melihat asumsi jika inovasi tersebut diakatakan berhasil, maka inovasi itu akan bertahan dalam kurun waktu tertentu untuk memecahkan masalah dan/atau menjawab kebutuhan yang muncul (Yogi Suwarno. 2009:21). Namun demikian seringkali sebuah produk inovasi tidak serta merta memecahkan masalah dan/atau menjawab kebutuhan yang muncul. Seringkali muncul dampak baru atau masalah baru yang memerlukan inovasi lebih lanjut yang lebih baik lagi. Inovasi akan selalu berganti seiring bergantinya masalah atau kebutuhan yang baru. Dalam rangka memberikan pelayanan yang bermutu dan komprehensif kepada ODHA, RSUD Gambiran sendiri telah melakukan beberapa upaya dengan memberi layanan inovasi Care Support and Treatment. Dengan adanya inovasi pelayanan kesehatan bagi ODHA di RSUD Gambiran tersebut diharapkan muncul pelayanan kesehatan yang bermutu atau berkualitas. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Dua unsur penting pelayanan kesehatan adalah tingkat kepuasan pasien sebagai pengguna jasa dan pemenuhan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Kenyataan ini bisa dilihat, bahwa ada beberapa hal yang dapat memberikan kepuasan pelanggan yaitu nilai total pelanggan yang terdiri dari nilai produk, nilai pelayanan, nilai personal, nilai image atau citra, dan biaya total pelanggan yang terdiri dari biaya moneter, biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya pikiran (Kotler, 2000:50). Sebelum adanya pelayanan care support and treatment pada tahun 2009 kondisi pelayanan kesehatan untuk orang penderita HIV / AIDS di Kota Kediri masih buruk, banyak penolakan perawatan dan prosedur yang diterapkan berbelit dan tidak jelas. Hal tersebut sesuai dengan temuan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kondisi awal penanganan ODHA masih sulit yang ditandai dengan dukungan dan ketersediaan program dari layanan belum ada, hal tersebut dikarenakan beberapa Dinas dan RSUD terkait masih bingung dengan peran masing-masing terhadap permasalahan ODHA. Sehingga disini ODHA adalah pihak yang paling dirugikan, karena tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal. (IGI. 2011:3-4) Dari data yang diperoleh dan diolah, kondisi pelayanan dan perawatan bagi ODHA setelah adanya
3
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
inovasi pelayanan CST mengalami perbaikan. Hal tersebut digambarkan pada tabel dibawah ini : Tabel I.3 Presentase ODHA Meninggal di Kota Kediri Sumber : Manajer Kasus Klinik Edelweis Dari data diatas, menjelaskan secara tidak langsung bahwa ada perbaikan kualitas pelayanan yang dilakukan RSUD Gambiran melalui inovasi yang dikembangkan. Akan tetapi seperti yang kita ketahui bahwa layanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan bagi ODHA yang masih banyak ditemui stigma dan diskriminasi terhadap ODHA yang mengaksesnya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Dampak Inovasi Transformatif Pelayanan Care Support And Treatment pada Tingkat Kepuasan Pasien HIV / AIDS di RSUD Gambiran Kota Kediri” Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan peneliti marasa perlu adanya pendekatan yang dapat melakukan kajian secara komprehensif dan mendalam pada dampak yang ditimbulkan inovasi transformatif pelayanan care support and treatment ini. Dimana yang dicari adalah pemahaman atas suatu fenomena sosial, sehingga yang menjadi fokus utama adalah memperoleh pemahaman atas tindakan dan makna gejala sosial dalam sudut pandang subyek penelitian. Metode kualitatif, merupakan serangkaian kegiatan dalam menyaring informasi dari kondisi yang sewajarnya dalam kehidupan dari suatu obyek yang dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritik dan praktis. (Hadari Nawawi, 1992:209-210) Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (Moleong, 2007:14). Menurut Bryman, metode penelitian kualitatif memiliki karakteristrik sebagai berikut : a. Mengambil dari perspektif subyek penelitian. b. Menggambarkan setting sehari-hari (natural). c. Memahami tindakan dan makna dalam konteks sosial subyek penelitian. d. Menekankan pada proses. e. Design penelitian yang bersifat terbuka dan tidak terstruktur. f. Menghindari konsep dan teori pada tahap awal. (David Silverman, 1997:24) Sehingga yang utama dalam metode penelitian kualitatif adalah memperoleh pemahaman atas tindakan dan makna gejala sosial dalam sudut pandang subyek penelitian. Alasan peneliti memakai metode penelitian kualitatif adalah sifat masalah yang diteliti, dimana penelitian ini berupaya mengungkap dan memahami
sesuatu dibalik fenomena yang kompleks. Penelitian ini berusaha menjelaskan dampak yang ditimbulkan oleh inovasi transformatif pelayanan Care Support and Treatment pada tingkat kepuasan pasien penderita HIV dan AIDS di RSUD Gambiran kota Kediri. Lokasi penelitian dilaksanakan di RSUD Gambiran Kota Kediri. Hal ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu RSUD Gambiran merupakan satu – satunya Rumah Sakit yang dijadikan rujukan pelayanan care support and tretamen bagi penderita HIV dan AIDS di Kota Kediri. Selain itu jumlah Kasus komulatif Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang ditemukan di Kediri semakin meningkat tiap tahunnya. Hal ini berarti menjadi beban tersendiri bagi pemerintah kota Kediri untuk mencukupi dan menangani masalah layanan kesehatan bagi ODHA. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data atau informasi yang berasal dari informan atau nara sumber yang diteliti berupa kata-kata atau pemaparan tindakan hasil pengamatan (observasi). Sedangkan data sekunder berupa dokumen, data-data statistik, sumber data tertulis, laporan yang akan menunjang dan memperkuat data utama untuk dianalisis.Untuk mendukung proses pengumpulan data dalam penelitian ini diperlukan suatu teknik untuk memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data dari lapangan.Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dan Pembahasan Inovasi Transformatif Pelayanan Care Support and Treatment Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik terus berkembang. Hal tersebut beriringan dengan semakin meningkatnya kesadaran bahwa warga negara memiliki hak untuk dilayani, sedangkan kewajiban pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Salah satu jawaban atau cara untuk meningkatkan kepuasan dan memperbaiki kualitas layanan yang ada adalah dengan melakukan inovasi. Dalam penelitian ini RSUD Gambiran telah melakukan inovasi transformatif pelayanan Care Support and Treatment seperti yang telah dijelaskan pada bab Jumlah Jumlah Persentase Kasus Tahun ODHA ODHA Komulatif meninggal meninggal Ditemukan 2010 55 5 9.09% 2011
62
4
6.45%
2012 63 4 6.34% sebelumnya. Pelayanan Care Support and Treatment bagi Orang dengan HIV / AIDS (ODHA) itu sendiri mulai ada sejak tahun 2009, pelayanan CST atau Care Support and Treatment itu muncul sebagai tindak lanjut dari Surat Keputusan Menteri Kesehatan
4
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
NOMOR760/MENKES/SK/VI/2007 tentang penunjukan rumah sakit rujukan bagi ODHA yang mana RSUD Gambiran adalah salah satu rumah sakit yang ditunjuk untuk menjadi rumah sakit rujukan bagi pasien penderita HIV di Kota Kediri. Pada dasarnya dengan adanya pelayanan HIV/AIDS juga telah membawa perubahan dalam struktur angkatan kerja dan keorganisasian dengan menstransformasi semua sektor dan secara dramatis mengubah keorganisasian RSUD Gambiran Kota Kediri. Perubahan tersebut diakibatkan oleh penerapan core capabilities berupa perubahan dan penekanan yang intens terhadap sistem manajerial, pengetahuan dan nilai. Ketiga komponen itulah yang digunakan sebagai pengungkit agar inovasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Sistem manajerial adalah input/ peralatan yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan pelayanan. Dalam operasionalisasinya sistem tersebut membutuhkan sumberdaya yang tidak dapat berdiri sendiri, akan tetap perlu dipadukan dengan keselarasan dan dapat saling menunjang. Dalam memberikan pelayanan Care Support and Treatment kepada penderita HIV, RSUD Gambiran telah menyediakan tenaga kesehatan yang berdedikasi dan mempunyai ketrampilan yang lebih. Tenaga kesehatan tersebut diperoleh melalui sosialisasi dan pelatihan secara menyeluruh kepada petugas medis yang ada di RSUD Gambiran secara terus menerus pada tahun 2009 dan 2010. Kualitas tenaga medis diatas juga ditunjang dengan kuantitas sumber daya tenaga layanan dan sarana – prasarana yang mendukung dan mencukupi. Jumlah dokter spesialis yang memberikan pelayanan kesehatan mencapai 11 dokter spesialis, ditambah jumlah perawat yang mencapai 38 orang, ditunjang pula dengan 5 Poli pendukung yaitu : 1. Poli Paru 2. Poli Kulit dan Kelamin 3. Poli Syaraf 4. Poli Obsgyn 5. Poli Anak Sistem manajerial yang berjalan sudah saling mendukung dan berjalan dengan baik, hal tersebut juga disertai dengan pengetahuan dan nilai yang memadai dari tenaga medis yang memberi pelayanan. Secara umum inovasi transformatif pelayanan care support and treatment di RSUD Gambiran digambarkan seperti tabel/matriks dibawah ini : Tabel III.14 Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data Variabel Inovasi Transformatif Pelayanan CST
No 1.
Variable Core Capabilities Sistem manajerial
Indikator Kesederhanaan prosedur
Hasil Prosedur yang diterapkan
Kuantitas tenaga layanan
Kualitas tenaga layanan
2.
Pengetahuan
Ketersediaan sarana Prinsip dasar perawatan bagi ODHA Kewaspadaan Universal
3.
Nilai
Disiplin
Tanggung Jawab
sudah memudahkan pengakses layanan Jumlah tenaga layanan yang dibutuhkan cukup Terjadi peningkatan kualitas tenaga layanan tiap tahun Sudah mencukupi Sudah dimiliki penyedia layanan Sudah dimiliki penyedia layanan Sudah dimiliki penyedia layanan Sudah dimiliki penyedia layanan
Sumber : Data primer penelitian Hasil penelitian memunjukkan bahwa 3 komponen dasar core capability sebagai pengungkit utama keberhasilan layanan CST di RSUD Gambiran sudah berjalan dengan baik. Hanya saja masih dibutuhkan system fisik yang lebih berbasis teknologi untuk lebih memudahkan layanan, karena sampai sekarang system fisik yang ada masih secara manual. Tingkat Kepuasan Pasien HIV / AIDS di RSUD Gambiran Kota Kediri Kepuasan Pasien merupakan evaluasi setelah membandingkan apa yang dirasakan (kinerja produk) dengan harapannya. Kepuasan pasien yang dimaksudkan adalah tingkat perasaan seseorang berupa rasa nyaman, komunikasi yang lancar, proses pelayanan yang cepat dan tepat serta bebas diskriminasi setelah pasien mengakses pelayanan kesehatan Care Support and Treatment di RSUD Gambiran Kota Kediri. Konsep kenyamanan itu sendiri oleh peneliti diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang berupa rasa nyaman, berupa keramahan petugas layanan, kemudahan mengakses, tingkat keamanan dan kenyamanan dari perlakuan atau komitmen petugas pelaksana layanan kesehatan.
5
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Dari konsep nyaman itu sendiri dari penyajian data diatas ODHA menyatakan sudah cukup puas, hal tersebut dikarenakan petugas yang ramah dalam memberi layanan, perlakuan yang baik, akses layanan yang mudah karena prosedurnya yang dipermudah dan tingkat keamanan identitas yang benar-benar dijaga oleh penyedia layanan. Selain tingkat kepuasan akan kenyamanan pelayanan yang cukup tinggi ODHA juga menjelaskan bahwa responsivitas dan komunikasi yang terjalin dengan penyedia layanan cukup baik sehingga akses layanan menjadi mudah. Kepuasaan ODHA terhadap pelayanan CST di RSUD Gambiran memang cukup meningkat dari tahun-ketahun. Walaupun rasa nyaman, komunikasi dan pelayanan yang tepat dan cepat dirasa sudah cukup baik dan membuat pengakses layanan merasa puas, akan tetapi tidak menjamin pelayanan tersebut bebas dari diskriminasi yang dilakukan oleh petugas Jumlah Pengakses Total LakiPerempuan laki 1. 2009 2 0 2 2. 2010 8 3 11 3. 2011 20 13 33 4. 2012 31 26 57 5. 2013 65 44 109 6. 2014* 81 62 143 kesehatan kepada ODHA sebagai pengakses layanan. Dalam beberapa kasus, ODHA menyatakan tetap terjadi perlakuan diskriminasi walaupun jumlah kasus yang terjadi terus berkurang. Dari hasil penelitian yang didapat, tingkat kepuasan berupa kenyamanan, kecepatan dan ketepatan layanan, komunikasi sudah mencapai kepuasan akan tetapi masih terdapat beberapa perlakuan diskriminatf walaupun tingkat diskriminasi tersebut terus berkurang setiap tahunnya. Akan tetapi dengan amsih adanya sikap diskriminatif dari penyedia layanan tentunya akan megurangi tingkat kepuasan pasien pengakses layanan CST tersbebut. Untuk itu masih perlunya pembenahan dari pihak penyelenggara agar kepuasan yang didapat pengakses layanan mencapai tingkat maksimal. No
Tahun
Dampak Inovasi Transformatif Pelayanan Care Support and Treatment pada Tingkat Kepuasan Pasien Dalam upaya meningkatkan pelayanan publik atau public services pemerintah selalu berusaha mengembangkan inovasi – inovasi dalam menyelenggarakan pelayanan, salah satunya dengan melakukan inovasi pelayanan kesehatan care suport and treatmen bagi penderita HIV dan AIDS di RSUD Gambiran Kota Kediri. Dengan adanya inovasi tersebut diharapkan terciptanya atau terpenuhi tuntutan dan harapan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) akan pelayanan kesehatan khusus yang bermutu. Dengan adanya pelayanan inovasi pelayanan CST tersebut secara otomatis akan timbul dampak baik itu positif atau negatif. Dampak
adalah pengaruh yang timbul dari suatu program yang ada dalam masyarakat (Dunn,199:21). Segala sesuatu yang bersifat dan membawa suatu pengaruh adalah dampak dari program layanan yang ada dalam masyarakat. Secara nyata dengan adanya pelayanan CST yang mulai berjalan tahun 2009 di Poli Edelweis RSUD Gambiran maka kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi penderita HIV di Kota Kediri sudah terpenuhi. Dalam melihat berjalannya sebuah program layanan kita harus membedakan dua jenis akibat yakni keluaran (outputs) dan dampak (Impact). Output berupa barang, layanan atau sumber daya yang diterima oleh kelompok sasaran atau kelompok penerima. Output yang dihasilkan dari pelayanan CST itu sendiri adalah terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi ODHA di Kota Kediri berupa pelayanan konseling, pemberian atau terapi ARV dan pelayanan kesehatan jika terjadi infeksi oportunistik yang menyertai mereka. Sebaliknya dampak merupakan perubahan nyata pada tingkahlaku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran inovasi tersebut. Meningkatnya jumlah intensitas pengakses CST tiap tahunnya merupakan salah satu dampak positif yang dihasilkan program layanan. Hal terebut sesuai dengan tabel dibawah ini : Tabel III.16 Jumlah Pengakses layanan CST *Sampai Mei 2010 Data Poli Edelweis 2014
Peningkatan intensitas tersebut disebabkan oleh kepuasan yang dirasakan pasien sehingga mereka kembali mengakses layanan lagi karena mereka merasa adanya keramahan, kecepatan dan ketepatan layanan, dan hubungan komunikasi yang baik. Data meningkatnya akses layanan CST diatas didukung dengan pernyataan YS selaku koordinator ketua ODHA di Kediri dan beberapa ODHA yang menjadi informan Selain adanya peningkatan intensitas dari akses layanan itu sendiri dengan adanya pelayanan CST di RSUD Gambiran berdampak positif pada semangat atau motivasi hidup yang dimiliki oleh ODHA itu sendiri. Selain dampak positif kepada pengakses layanan, inovasi pelayanan CST juga berdampak positif terhadap penyedia layanan dalam hal ini adalah RSUD Gambiran secara umum. Adanya sosialiasai, pelatihan rutin/upgrading setiap tahun bagi petugas medis adalah salah satu bentuk komitmen untuk menyediakan petugas medis yang kompeten. Sosialisasi tentang Kewaspadaan Universal sudah sering kali dilakukan di RSUD Gambiran Kota Kediri. Sosialisasi Kewaspadaan Universal ini sangat perlu dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi penyedia layanan. Sosialisasi tentang Kewaspadaan Universal sudah dilaukuakn dua kali secara berturut – turut yaitu pada tahun 2009 dan 2010.
6
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
Kapasitas sumber daya manusia dan ketrampilan klinik para dokter di RSUD Gambiran Kota Kediri dalam memberikan pelayanan kepada pasien HIV/AIDS sudah ada perbaikan dari tahun 2009 dan 2010 ke Petugas. Kesimpulan Penerapan inovasi transformatif pelayanan care support and treatment yang dilakukan RSUD Gambiran terlaksana dengan tujuan yang diinginkan yaitu meningkatkan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pasien penderita HIV / AIDS merasa cukup puas. Berikut adalah tabel kepuasan pasien penderita HIV / AIDS :
No.
2.
3.
4.
Vari abel Kep uasa n Pasi en
Kec epat an dan Kete pata n Laya nan Kom unik asi
Pela yana n Beb as Disk rimi nasi
yang terpadu dan saling menunjang, pengetahuan dan nilai petugas layanan yang baik. Secara umum layanan inovasi Care Support and Treatment yang berada di RSUD Gambiran Kota Kediri tidak hanya memberikan beberapa dampak positif berupa kepuasan Orang dengan HIV / AIDS (ODHA) sebagai pengakses layanan akan tetapi juga berdampak positif pada pihak RSUD Gambiran sebagai penyedia layanan. Beberapa dampak positif tersebut penulis pilah dan tulis dalam beberapa point dibawah ini. 1. Dampak pada ODHA sebagai pengakses layanan Peningkatan intensitas dalam mengakses layanan
Hasil
No.
Komitmen petugas
Cukup puas, petugas telah menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan baik
1.
Keamanan identitas Daya tanggap dan kecepatan memberika n layanan
Cukup puas.
Indikator
Kejelasan dan kemudahan dalam berkomunik asi
Tidak ada sikap diskriminasi dari petugas layanan
Vari abel Kep uasa n Pasi en Ken yam anan
Hasil
Keramahan petugas
Cukup puas, petugas telah cukup ramah dan menghargai pasien sebagai penerima layanan Cukup puas, lokasi RSUD Gambiran yang strategis dan kemudahan menemui petugas layanan
Kemudahan akses
Cukup puas, petugas telah dengan cukup baik menerima keluhan dan memberikan tanggapan sebaik mungkin pada pasien Cukup puas, karena pasien merasa cukup mudah berkomunikasi dengan petugas layanan, cara penyampaian juga mudah dipahami dikarenakan keakraban yang sudah terjalin Kurang puas, masih terdapat beberapa perlakuan diskriminatf akan tetapi hal tersebut terus berkurang
Sumber: Data primer penelitian Efek positif berupa kepuasan yang dirasakan menurut data diatas diperoleh pengakses layanan disebabkan keberhasilan RSUD Gambiran dalam memberikan pelayanan melalui pengembangan Core Capability yang baik dengan cara sistem manajerial
Indikator
Dengan adanya layanan Care Support and Treatment (CST) di RSUD Gambiran Kota Kediri maka secara otomatis terpenuhi juga kebutuhan akan layanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health service)) bagi ODHA di Kota Kediri. Pelayanan CST tersebut mendapat respon positif berupa tingkat kepuasan yang cukup tinggi. Menurut pernyataan dan analisa yang dilakukan peneliti sebagian besar pengakses layanan mempunyai tingkat kepuasan yang cukup tinggi karena sistem prosedur pelayanan yang diterapkan sederhana, pelayanan yang cepat dan tepat hingga pembangunan komunikasi yang bagus dari penyedia layanan. Sehingga ODHA merasa terlayani dengan baik dan pada akhirnya secara sukarela mau mengakses secara rutin layanan CST di RSUD Gambiran Kota Kediri. Meningkatnya motivasi dan semangat hidup Dengan adanya pelayanan kesehatan khusus bagi ODHA di RSUD Gambiran Kota Kediri secara langsung akan berpengaruh juga terhadap motivasi hidup dan semangat ODHA untuk bertahan hidup. Pelayanan CST yang juga menyangkut konseling berupa tata cara
7
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
2.
pencegahan dan penularan virus HIV telah menambah pengetahuan dan wawasan ODHA maupun keluarga ODHA tersebut sehingga dengan pemahamannya itu perlakuan diskriminatif di keluarga bisa diminimalisir. Dengan adanya pengetahuan yang benar maka memperkecil peluang ODHA tersebut dijauhi dan ditinggalkan oleh keluarganya sehingga ODHA tersebut tetap bisa menjalani kehidupan seperti biasa. Dampak pada RSUD Gambiran sebagai penyedia layanan Peningkatan kompetensi dan kapasitas petugas layanan Dengan tersedianya layanan Care Support and Treatment maka pihak RSUD Gambiran selaku penyedia layanan tersebut secara terus-menerus berusaha memperbaiki layanan dengan cara memperbaiki kualitas dan kompetensi tenaga medis dengan cara secara aktif bekerjasama dengan pihak lain seperti Dinas Kesehatan baik kota, propinsi maupun nasional untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan menganai perawatan dasar bagi penderita HIV. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tersebut ditandai dengan semakin banyaknya dokter spesialis di beberapa poli yang dan telah melakukan pelayanan kesehatan dan perawatan dengan baik.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka akan diajukan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Disarankan kepada aparatur pelayan kesehatan di RSUD Gambiran, agar masih perlu lagi meminimalisir stigma dan diskriminasi terhadap pasien ODHA agar kepuasan yang dirasakan pasien HIV/ AIDS semakin meningkat. Meminimalisisr tersebut bisa dengan cara mengurangi pembedaanpembedaan dalam pelayanan namun tetap sesuai dengan prosedur dasar perawatan ODHA. 2. Disarankan kepada pihak manajemen RSUD Gambiran untuk menambah kuantitas jadwal pelatihan bagi tenaga kesehatan yang bertugas untuk menangani pelayanan kesehatan khusus bagi penderita HIV / AIDS. Walaupun ada peningkatan kompetensi dan kapasitas tenaga layanan, tapi beberapa tenaga layanan kesehatan merasa kurang jika pelatihan hanya diadakan secara rutin setahun sekali.
Agustino, Leo. 2006, Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Jakarta : Binarupa Aksara Ancok, Djamaludin. 2012. Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta : Erlangga Bungin, Burhan. 2003 Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Departemen Kesehatan RI. 1998. Perawatan Kesehatan Masyarakat II , Petunjuk Pembinaan Kelompok Sosial/Khusus, Jakarta: EGC. Dunn, William N.. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. JoeFernandes, dkk. 2002, Otonomi Daerah di Indonesia Masa Reformasi: Antara Ilusi dan Fakta, Jakarta: IPOS dan Ford Fondation. Kurniawan, Agung. 2005, Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta : Pembaruan Koentjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kotler, Philip 1994. Manajemen Pemasaran Jilid 1, Yoyakarta : Andi. Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika. Muluk, Khairul M. R. Dr. 2008. KNOWLEDGE MANAGEMENT Kunci Sukses Inovasi Pemerintah Daerah. Jatim.: Bayumedia Publishing. Nasronudin, 2014.HIV dan AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan Sosial Edisi 2.Surabaya : Airlangga University Press. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pasolong, Herbani.2007.Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta. Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan ImplementasinyaJakarta : Bumi Aksara. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitan Survei. Jakarta : LP3ES Setijaningrum, Erna. 2009. Inovasi Pelayanan Publik. Surabaya : Medika Aksara Globalindo. Theodorson & Theodorson. 1979. Pschycology of Emotion. USS Press. Tangkilisan., Hessel. Nogi S. 2005.Manajemen Publik. Jakarta:Grasindo Tjiptono, Fandy. 1996. Manajemen Jasa, Yogyakarta: Andi. Wijoyo, Suparto. (ed.) 2006, Pelayanan Publik dari Dominasi ke Partisipasi. Surabaya : Airlangga University Press Yogi Suwarno. 2008. Inovasi Pelayanan Publik. Jakarta : STIA-LAN
Daftar Pustaka
8
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
9