EFEKTIVITAS DUKUNGAN SOSIAL BAGI ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) DI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA KULDESAK KOTA DEPOK
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh: DHEA ARIESTA KHAIRUNNISA NIM. 1111054100028
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H /2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan
hasil karya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2015
Dhea Ariesta Khairunnisa
ABSTRAK
Dhea Ariesta Khairunnisa Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Stigma dan diskriminasi pada ODHA dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, hal ini terutama dikarenakan stigma negatif yang dilekatkan pada ODHA. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri, hal ini bisa mendorong terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri dan keputusasaan. Untuk itu dibutuhkan adanya sumber dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional dari keluarga dan teman sebaya. Seperti dengan adanya Kelompok dukungan sebaya Kuldesak yang bertujuan untuk menolong para penderita HIV/AIDS agar tidak merasa dikucilkan dan sendiri dalam menghadapi masalah, dapat membuka jalan untuk bertemu orang lain dan berteman, bisa menolong mereka menjadi lebih percaya diri dan merasa kuat dan juga berfungsi sebagai wadah untuk melakukan kegiatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efektivitas bentuk dukungan sosial bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak dan untuk mengetahui jenis dukungan sosial yang paling efektif bagi ODHA. Terdapat lima dimensi dukungan sosial yakni; dukungan material/instrumental, dukungan emosi/psikologis, dukungan penghargaan, dukungan integritas sosial dan dukungan informasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif. Metode penelitian survei dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data dengan menggunakan metode pengambilan sampel total sampling sebanyak 40 responden ODHA dari berbagai status. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Efektivitas dukungan sosial bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak memiliki rataan skor (2,49) berdasarkan rataan skor tersebut dikategorikan kurang efektif. Dari kelima dimensi dukungan sosial yang ada memiliki rataan skor sebagai berikut: Dukungan materi/instrumental memiliki rataan skor (2,25) berdasakan rataan skor tersebut dikategorikan kurang efektif, lalu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor (2,57) berdasarkan rataan skor tersebut dikategorikan efektif, dukungan penghargaan memiliki rataan skor (2,67) berdasarkan rataan skor tersebut dikategorikan efektif, dukungan integritas sosial memiliki rataan skor (2,45) berdasarkan rataan skor tersebut dikategorikan kurang efektif dan dukungan informasi memiliki rataan skor (2,53) berdasarkan rataan skor tersebut dikategorikan efektif. Dari rataan skor kelima dimensi yang ada, maka dimensi dukungan sosial yang paling efektif bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) adalah dukungan penghargaan dengan skor rataan tertinggi 2,67 berdasarkan rataan skor tersebut dikategorikan efektif.
Kata kunci : Dukungan Sosial, ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Segala Puji bagi Allah SWT Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok” dan shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar sarjana sosial jurusan kesejahteraan sosial. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penyusunan skripsi ini, diantaranya: 1. Drs. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M, SI selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Hj. Nunung Khairiyah, MA, selaku Sekertaris Program Studi, dan para dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis.
ii
3. Ismet Firdaus, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya kepada penulis. 4. Para pengurus Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, Khususnya kepada Om Samsu Budiman, Mba Hages, Bang Awang, Bang Dian dan Mbak Lilis. 5. Kepada kedua orangtua yang sangat penulis cintai, Ibuku Rukminah dan Ayahku Agus Sulaiman, terimakasih atas dukungan nya sehingga penulis selalu termotivasi dengan kasih sayang yang selalu tercurah. Juga untuk kedua adik laki-lakiku Rayhan Sulaiman dan Royyan Sulaiman yang selalu memberikan dukungannya. Serta terimakasih juga untuk keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan terutama untuk Almarhum Uwa Suryat D.S yang semasa hidupnya selalu memberikan penulis saran dan masukan. 6. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan di Kessos 2011 yang selama 4 tahun telah berjuang bersama dibangku kuliah, Desi Agustin, Evi Arista, Wati Indriani, Oktaviany Nindy serta teman-teman Kessos 2011 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan do’a dan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Juga terimakasih untuk teman-teman terdekat Della Fatmasari, Sarah Azzahrah dan Wenda Andina Ayu Astari yang juga telah membantu dan terlibat dalam pembuatan skripsi ini. 8. Dan terimakasih juga untuk Reza Agustiyadi Rachmansyah yang telah meluangkan waktu, tenaga, selalu memberikan dukungan dan saran kepada penulis.
iii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik secara materil maupun penulisannya. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Juni 2015
Dhea Ariesta Khairunnisa
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. PENGESAHAN .......................................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
v
DAFTAR TABEL.......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Pembatasan Rumusan Masalah ..............................................................
7
1. Pembatasan Masalah ..........................................................................
7
2. Perumusan Masalah............................................................................
8
C.Tujuan Penelitian.....................................................................................
8
D.Manfaat Penelitian .................................................................................
8
a. Manfaat Akademis ..............................................................................
9
b.Manfaat Praktis....................................................................................
9
E. Pedoman Penulisan Skripsi ....................................................................
9
F. Tinjauan Pustaka .....................................................................................
10 v
G. Sistematika Penulisan ............................................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Efektivitas ...............................................................................................
13
a. Pengertian Efektivitas .........................................................................
13
b. Pengukuran Efektivitas.......................................................................
14
B. Dukungan Sosial ....................................................................................
16
a. Pengertian Dukungan Sosial ...............................................................
16
b. Manfaat Dukungan Sosial ..................................................................
17
c. Dimensi Dukungan Sosial ..................................................................
17
C. ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) .......................................................
24
a. Pengertian ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) .................................
24
b. Penyebab HIV/AIDS ..........................................................................
24
c. Gejala Klinis HIV/AIDS ....................................................................
25
d. Pengobatan HIV/AIDS .......................................................................
25
e. Pencegahan HIV/AIDS .......................................................................
26
D. Kelompok Dukungan Sebaya/Support Grup..........................................
27
a. Pengertian Dukungan Sebaya .............................................................
27
b. Tipe Kelompok Dukungan .................................................................
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................
30
a. Subjek dan Objek Penelitian...............................................................
30
vi
b. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
30
B. Pendekatan Jenis Penelitian ..................................................................
31
a. Pendekatan Penelitian .........................................................................
31
b. Jenis Penelitian ...................................................................................
31
C. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................
33
a. Data Primer .........................................................................................
33
b. Data Sekunder ....................................................................................
35
D. Populasi Sample .....................................................................................
35
E. Operasionalisasi Konsep Penelitian ......................................................
36
F. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................
38
G. Uji Instrumen .........................................................................................
42
a. Uji Validitas........................................................................................
42
b. Reliabilitas ..........................................................................................
43
BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak .................
45
B. Visi dan Misi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak ..........................
45
C. Tujuan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak ....................................
46
D. Strategi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak ...................................
47
E. Struktur Organisasi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak .................
47
F. Kegiatan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak ..................................
48
G. Sarana dan Prasarana Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak .............
51
vii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ........................................................................
52
B. Sumber Dukungan Sosial ......................................................................
63
C. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................................
66
D. Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA .............................................
76
E. Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial ........................................
78
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................
96
B. Saran ......................................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
100
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep ............................................................
36
Tabel 3.2 Skor Item Skala Likert ...............................................................
40
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................
52
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...............................
53
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ....................
54
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan .........
55
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Terdiagnosa ........
56
Tabel 5.6 Karakteristik Berdasarkan Penyebab Terdiagnosa .....................
57
Tabel 5.7 Sumber Dukungan Sosial ...........................................................
62
Tabel 5.8 Dimensi Dukungan Materi/Instrumental ....................................
64
Tabel 5.9 Dimensi Dukungan Emosi/Psikologi .........................................
66
Tabel 5.10 Dimensi Dukungan Penghargaan .............................................
68
Tabel 5.11 Dimensi Dukungan Integritas Sosial ........................................
70
Tabel 5.12 Dimensi Dukungan Informasi ..................................................
72
Tabel 5.13 Efektivitas Dukungan Sosial Bagi ODHA ...............................
74
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Diagram Pie Karakteristik Responden Jenis Kelamin............
59
Gambar 5.2 Diagram KarakteristikPie Responden Berdasarkan Usia .......
59
Gambar 5.3 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ......................................................................................................
60
Gambar 5.4 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan .................................................................................................
60
Gambar 5.5 Diagram Pie Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Terdiagnosa ................................................................................................
61
Gambar 5.6 Diagram Pie Karakteristik Berdasarkan Penyebab Terdiagnosa ......................................................................................................
61
Gambar 5.7 Diargam Pie Variasi Sumber Dukungan Sosial ......................
63
Gambar 5.8 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan sosial Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................................................................................
64
Gambar 5.9 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Usia 76 Gambar 5.10 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Pendidikan ..................................................................................................
81
Gambar 5.11 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Status Perkawinan ......................................................................................
84
Gambar 5.12 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Lama Terdiagnosa ......................................................................................
87
Gambar 5.13 Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan x
Penyebab Terdiagnosa ................................................................................
89
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Form Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Kuisioner Dukungan Sosial
Lampiran 3
Excel Tabel Instrumen
Lampiran 4
Excel Karakteristik Responden
Lampiran 5
Excel Analisis Dimensi
Lampiran 6
Excel Tabulasi Silang
Lampiran 3
Formulir Anggota Kuldesak
Lampiran 4
Brosur Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Lampiran 5
Membership Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
Lampiran 6
Pedoman Observasi dan Hasil observasi
Lampiran 7
Dokumentasi Penyebaran Angket
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Akar dari konsep dukungan sosial ditemukan oleh pakar sosiologi pada abad ke-20 seperti Durkheim, yang membentuk hubungan antara mengurangi permasalahan sosial dan pertambahan angka bunuh diri.Sebagai sebuah konsep, hal tersebut dikembangkan dengan istilah yang disebut “social ties” seperti yang digunakan Durkheim.1 Caplan, mendeskripsikan sistem sosial sebagai; pertama sesuatu yang membantu seseorang untuk menggerakan sumber psikologi mereka dalam hal permasalahan emosional (hubungan, cinta, dan empati); yang ke dua informasi (tentang lingkungan); dan yang ketiga instrumen bantuan (menyediakan bantuan individu berupa uang, materi, kemampuan, dan bimbingan untuk membantu mereka mengatasi situasi yang menyebabkan mereka stress). Dukungan sosial dapat memiliki dimensi yang berbeda dan diekspresikan melalui bentuk dan cara yang berbeda pula. Sumber dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional dari keluarga dan teman sebaya.Hal itu juga dapat berasal dari interaksi sosial dalam komunitas profesional dan bahkan dari interaksi dengan lingkungan.2
1
Sushil Yadav, “Perceived social support, hope, and quality of life of persons with HIV/AIDS: a case study from Nepal,”Springer Science+Business Media B.V, 11 December 2009, h.2 2
Sushil Yadav, h.2
1
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).3AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya.AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah fase terakhir dari infeksi HIV dan biasanya dicirikan oleh jumlah CD4 kurang dari 200.AIDS bukanlah penyakit yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah penyakit yang mempengaruhi tubuh dimana sistem kekebalan yang melemah tidak dapat merespons.4 Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014, HIV-AIDS tersebar di 386 (78%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi diIndonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat padatahun 2011. Sampai dengan tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859, tahun 2006 (7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 2009 (9.793),tahun 2010 (21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511), tahun 2013 (29.037), dan tahun 2014 (22.869). Sampai dengan September 2014, jumlahkumulatif HIV yang dilaporkan sebanyak 150.296 orang dan AIDS sebanyak 55.799 orang. Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (32.782), diikuti JawaTimur (19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507), dan Bali (9.637).Faktor resiko penularan HIV terutama adalah melalu jalur seksual (57%), Pengguna Narkoba Suntik
3
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV/AIDS, pasal 1 4 Family Health International, “apa itu hiv/aids?”, pdf diakses pada 19 Januari 2015
2
(15%) Penularan LSL (laki-laki seks laki-laki) (4%),penularan dari Ibu ke anaksebesar 3%.5 Estimasi Orang dengan HIV dan AIDS di Indonesia tahun 2012 adalah sebanyak 591.823 sedangkan saat ini ODHA yang sudah kita ketahui baru berjumlah150.296. Yang ini berarti dalam membongkar fenomena gunung es baru sekitar 30% ODHA yang telah terdeteksi, sehingga saat ini kita masih harusmengintensifikasikan penemuan ODHA sehingga setidaknya cakupan sasaran kita mencapai 80%. Dari data jumlah kasus yang dilaporkan setiap tahun terjadipeningkatan jumlah pengidap HIV sedangkan jumlah penderita AIDS semakin menurun.Ini bisa disimpulkan bahwa semakin banyak orang yang diketahui statusHIV nya masih belum masuk kedalam stadium AIDS, jika dibandingkan dengan sekitar 10 tahun yang lalu, dimana jumlah kasus AIDS lebih banyak dilaporkandibandingkan kasus HIV. Deteksi dini ini semakin baik seiring dengan makin banyaknya jumlah fasyankes yang dapat memberikan layanan bagi ODHA baik tesHIV, pengobatan IMS, dan pengobatan ARV sehingga semakin banyak orang yangmengetahui status HIV nya lebih dini sebelum muncul gejala-gejala AIDS.6 Jika kita berbicara mengenai penyakit HIV/AIDS pasti banyak masyarakat yang merasa takut dengan penyakit menular ini.Stigma negatif pun sangat melekat pada
penderitanya.Tak
jarang
penderita
HIV/AIDS
ini
dikucilkan
oleh
masyarakat.Mereka dianggap sebagai manusia yang memiliki harapan hidup sedikit.Walaupun telah diketahui bentuk penyebaran HIV/AIDS, masyarakat masih memandang bahwa dekat dengan seseorang pengidap HIsV/AIDS ini berbahaya atau
5
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, “HARI AIIDS SEDUNIIA 2014” artikel ini diakses pada 20 Januari 2015 dariwww.depkes.go.id 6 Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, “HARI AIIDS SEDUNIIA 2014” artikel ini diakses pada 20 Januari 2015 dariwww.depkes.go.id
3
mereka merasa takut tertular.Maka stigma negatif banyak didapatkan pengidap HIV/AIDS atas tanggapan masyarakat tersebut. Stigma dan diskriminasi pada ODHA dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, hal ini terutama dikarenakan stigma negatif yang dilekatkan pada ODHA, misalnya sampah masyarakat, pengguna narkotika, dan pelanggan lokalisasi. Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka sendiri, hal ini bisa mendorong terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri dan keputusasaan, sesuai dengan hasil penelitian Wagner et al, bahwa kondisi psikologis yang berat dihubungkan dengan adanya stigma terhadap penyakit HIV. Stigma dan diskriminasi ini seringkali menyebabkan menurunnya semangat hidup ODHA yang kemudian membawa efek dominan menurunnya kualitas hidup ODHA.7 Minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS juga menjadi salah satu dinding yang membatasi ODHA. Banyak masyarakat yang belum paham dan mengerti tentang apa itu HIV/AIDS sebenarnya sehingga akhirnya mereka hanya akan mengucilkan dan memandang sebelahmata ODHA. Hal tersebut juga menjadi salah satu mengapa stigma negatif bagi ODHA sangatlah melekat. Namun, tidakah kalian lihat bahwa para penderita HIV/AIDS ini juga masih memiliki harapan hidup seperti yang lainnya.Mereka masih harus berjuang melawan penyakit tersebut, mereka rentan terpukul, down dan penerimaan pun sulit dilakukan diri sendiri atas penyakit HIV/AIDS yang mereka derita.Dukungan dari orang-orang
7 Suhardiana Rachmawati, “Kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS yang mengikuti terapi antiretroviral,” ISSN: 2303-2936 Volume I (1), 48 – 6248, 2013.
4
terdekat terutama keluarga menjadi hal terpenting yang seharusnya mereka dapatkan.Motivasi hidup juga menjadi pendekatan penting yang harus didapatkan para pengidap HIV/AIDS agar mereka juga memiliki semangat hidup kembali.Dan walaupun mereka sakit, mereka dapat kembali beraktivitas seperti sediakala. Studi lainnya pada HIV mengusulkan bahwa harapan merupakan komponen penting dari penerimaan secara efektif dari HIV/AIDS. Dari pengalaman yang terjadi, biasanya harapan berkurang setelah didiagnosis HIV, dan sumber potensi dari pengembangan harapan adalah: (1) dukungan penerimaan; (2) mengikutsertakan pengalaman hidup yang bermakna; (3) merasa memiliki pilihan; (4) perilaku penerimaan dan memelihara kualitas hidup.8 Intinya,
dukungan
masyarakat
sangat
penting,
tidak
hanya
untuk
perkembangan kepribadian masyarakat tetapi juga untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup individu pada khususnya dan kelangsungan hidup pada masyarakat padaumumnya.Warren dalam Netting, menyebutkan bahwa dukungan masyarakat (mutual support/social support) merupakan salah satu fungsi penting dari masyarakat (community).Masyarakat wajib dan harus memberikan dukungan sosial terhadap
individu-individu
yang
ada
didalam
maupun
diluar
sistem
tersebut.Masyarakat dapat dikatakan mengalami ketidakfungsian sosial (disfungsi sosial), apabila tidak dapat memberikan dukungan sosial terhadap anggota masyarakat yang ada didalamnya serta masyarakat yang lebih luas pada umumnya.9 Hal ini juga menjadi salah satu kewajiban kita sebagai manusia untuk saling memberikan dukungan satu sama lain. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an Surah Al- Hujurat/49:10 berikut: 8
Sushil Yadav, h.3 Didiet Widhiowati &Rokna Murni,Bagian ke lima: Manual praktek pengembangan sosial masyarakat “Pemberian Dukungan Kepada Masyarakat” (Bandung: STKS, 2008) h.61 9
5
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara.sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”10 Dalam ayat tersebut dikatakan „bersaudara‟ dan karena bersaudara kita harus berhubungan dengan baik. Dapat diartikan bahwa tidak boleh ada diskriminasi atau pembedaan diantara kita sesama manusia karena pada dasarnya manusia itu sama di mata Allah SWT. Untuk itu, dengan adanya ayat tersebut sebagai manusia kita tidak boleh membedakan atau mengucilkan ODHA.Justru kitalah yang seharusnya menolong mereka. Salah satu bentuk pertolongan kepada sesama adalah memberikan dukungan satu sama lain/dukungan sosial. Hal tersebut juga agar terciptanya kesejahteraan sosial yakni dimana kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.11 Hal ini dibuktikan dengan adanya kelompok dukungan sebaya Kuldesak di Kota Depok yang didirikan bagi para penderita HIV/AIDS.Hal tersebut juga dikarenakan jumlah penderita HIV dan AIDS di Kota Depok terus bertambah. Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KPAK) Depok, mencatat hingga penghujung tahun 2013 setidaknya sudah ada 301 kasus di mana 36 di antaranya penderita baru.12 Kelompok dukungan sebaya Kuldesak bertujuan untuk menolong para penderita HIV/AIDS agar tidak merasa dikucilkan dan sendiri dalam menghadapi 10 11
Syamil Al-qur‟an Miracle The Reference, (Bandung: Sygma Publishing, 2010) Cet.Ke-1, h.1029 Undang-undang Republik IndonesiaNo.11 Tahun 2009 TentangKesejahteraan Sosial, Pasal 1 Ayat 1.
12.REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK, “Jumlah Penderita HIV/AIDS di Depok Terus Bertambah,” artikel diakses
pada
20
Januari
2015
dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-
nasional/13/12/19/my283y-jumlah-penderita-hivaids-di-depok-terus-bertambah
6
masalah, dapat membuka jalan untuk bertemu orang lain dan berteman, bisa menolong mereka menjadi lebih percaya diri dan merasa kuat dan juga berfungsi sebagai wadah untuk melakukan kegiatan.13Salah satu program divisi kuldesak adalah Konseling Sebaya. Konseling sebaya bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ODHA yang baru mengetahui status HIV nya, maupun support kepada keluarga ODHA yang baru mengetahui status HIV salah satu anggota keluarganya. Ada juga home visit/kunjungan rumah yang bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan diri teman-teman ODHA terhadap dirinya sendiri sehingga dia dapat melakukan aktivitas dan kegiatan kesehariannya seperti biasa.14 Menariknya disini adalah kelompok dukungan sebaya kuldesak ini hadir dari ODHA dan untuk ODHA. Dimana sang pendiri melihat keprihatinan pemerintah yang kurang memperhatikan permasalahan pada ODHA. Untuk itu dibentuklah dukungan sebaya kuldesak yang akhirnya menjadi wadah untuk ODHA saling mendukung satu sama lain untuk terus berjuang mejalani hidup. Maka, berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Efektivitas Dukungan Sosial Bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok”
13
Dukungan
Sebaya
dari
Kuldesak
SG,
web
diakses
pada
21
Januari
2015
dari
http://www.odhaberhaksehat.org/2014/dukungan-sebaya-dari-kuldesak-sg/ 14
Profil Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pelebaran pembahasan maka penulis mencoba memfokuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain: a. Penelitian ini dilakukan pada ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang berada di kota depok dan mengikuti kegiatan di kelompok dukungan sebaya kuldesak. b. Objek penelitian yang dijadikan populasi dan sampel dalam penelitian adalah ODHA baik laki-laki, perempuan, gay maupun waria. c. Penelitian ini dibatasi pada dukungan sosial bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak.
2. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang peneliti angkat adalah: 1) Seberapa besar efektivitas dukungan sosial bagi ODHAdi kelompok dukungan sebaya kuldesak? 2) Jenis dukungan sosial apa yang paling efektif bagi ODHA?
C. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai referensi penelitian yang berhubungan dengan strategi pemberdayaan masyarakat. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan beberapa skripsi yang berhubungan
8
dengan pemberdayaan, tetapi peneliti akan memaparkan dari sudut yang berbeda yaitu; 1)
Nama
: Puti Yasmina (090521032)
Universitas
: Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Program Studi Komunikasi Massa. 2008
Judul
: Strategi Komunikasi Dalam Menangani Permasalahan HIV/AIDS (ODHA) di LSM Rumah Cemara Bogor.
Skripsi tersebut mengenai strategi komunikasi yang digunakan dalam menangani permasalahan orang dengan HIV/AIDS (ODHA).Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada efektivitas dukungan sosial dengan adanya kelompok dukungan sebaya Kuldesak bagi ODHA sebagai salah satu bentuk upaya menangani permasalahan ODHA namun secara sosial.Selain itu subjek dan objek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas.
2)
Nama
: Pian Hermawati (105070002251)
Universitas
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Psikologi. 2011.
Judul
:Hubungan Presepsi ODHA Terhadap Stigma HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA.
Skripsi tersebutmengenai presepsi ODHA terhadap stigma yang didapatkan dari masyarakat dan bagaimana interaksi sosialnya.Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada adanya kelompok dukungan sebaya Kuldesak sebagai salah satu alternatif untuk menghilangkan stigma negatif ODHA di masyarakat salah satunya dengan adanya dukungan sosial yang juga dapat
9
meningkatkan kualitas hidup ODHA.Selain itu subjek dan objek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas.
3)
Nama
: Dwi Agustanti, SKp
Universitas
: Thesis S2 Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan. 2006.
Judul
: Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bandar Lampung.
Skripsi tersebut lebih menjelaskan tentang hubungan dukungan sosial yang diberikan kepada ODHA terhadap kualitas hidupnya. Sedangkan perbedaan skripsi peneliti hanya membahas bagaimana dukungan sosial yang diberikan pada ODHA dan tipe dukungan apa yang paling efektif. Selain itu tempat penelitian berbeda dengan skripsi tersebut.
D. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.) Seberapa besar efektivitas bentuk dukungan sosial bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak. 2.) Untuk mengetahui jenis dukungan sosial yang paling efektif bagi ODHA.
10
E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penulisan diharapkan dapat digunakan sebagai informan dan dokumentasi ilmiah dan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan studi kesejahteraan sosial, khususnya yang berkaitan dengan dukungan sosial. b. Manfaat Praktis Penulisan ini di harapkan dapat menjadi masukan dan informasi yang berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa/i kesejahteraan sosial dalam mengetahui bagaimana bentuk dukungan sosial bagi ODHA.
F. Pedoman Penulisan Skripsi Teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 sebagai pedoman penulisan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penelitiannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
11
BAB I
PENDAHULUAN Di bab I ini peneliti penguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penelitian skripsi. BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi skripsi sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam penelitian skripsi, yaitu: pengertian efektivitas, teori dukungan sosial, pengertian ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan pengertian kelompok dukungan sebaya. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai metode-metode yang berkenaan dengan skripsi ini, yaitu: Pendekatan dan desain penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data. BAB IV
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Bab ini akan dijelaskan gambaran umum tentang Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan dan menjabarkan data hasil penelitian yang telah didapatkan beserta analisis data berdasarkan statiska. BAB VI
PENUTUP
Bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Efektivitas a. Pengertian Efektivitas Kata „efektivitas‟ berasal dari bahasa inggris „effective‟ yang berarti berhasil, mujarab, berlaku atau mengesankan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia „efektif‟ berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. 15Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.Disebut efektif apabila mencapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.Hal ini sesuai dengan pendapat H.Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S. yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”16 Efektivitas dapat diterjemahkan sebagai tingkat pengaruh atau akibat yang ditimbulkan oleh adanya pelaksanaan kegiatan tertentu.Efektivitas dapat juga diartikan sebagai kondisi atau keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek dan akibat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Dari dua definisi tersebut dapat diperoleh pengertian, bahwa efektivitas merupakan suatu hasil atau efek yang timbul setelah dilakukan treatment atau intervensi tertentu melalui suatu program.Suatu program dapat dikatakan efektif
15
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Inbdonesia, (Jakarta: Balai Pustaka) Cet Ke-1, h.284 16 Soewarno Hadayaningrat, Azas-azas Organisasi Manajemen, (1994) h.16
13
apabila dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan berdampak secara positif terhadap sasaran yang dikenai program.17 Sedangkan jika ditinjau dari segi istilah, banyak pendapat dari para ahli yang mencoba mengemukakakn mengenai pengertian dari efektivitas sendiri. Beberapa diantaranya: a) James A. F Stoner, “efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat” b) Peter Drucker, “efektivitas berarti melakukan pekerjaan yang benar” c) Sarmon, “efektivitas dilakukan untuk menemukan bukti yang kuat agar dapat menyelesaikan masalah dan memberikan gambaran yang akurat tentang banyak faktor dalam sekolah yang berkaitan dengan murid.”18 Jika dilihat dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas adalah segala jenis kegiatan yang tepat guna atau sesuai dengan tujuan atau hasil yang kita rencanakan.
b. Pengukuran efektivitas Untuk mengukur sejauh mana tingkat keefektifan, FX. Suwarto berpendapat terdapat tiga pendekatan dalam hal pengukuran keefektifan, yaitu: a) Pendekatan tujuan, adalah yang menekankan pada pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan. b) Pendekatan teori sistem, yaitu pendekatan yang menekankan pentingnya adaptasi tuntunan ekstern saling tergantung.
17
Istiana Hermawati, dkk, Studi Evaluasi Efektivitas KUBE dalam Pengentasan Keluarga Miskin di Era Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Departemen Sosial RI, 2005) Cet.Ke-1, h.28 18 James A. F Stoner&Alofonsius Sirait, Manajemen,(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1994) Cet.Ke-5, h.14
14
c) Pendekatan Teori Multipel Konstituensi Organisasi, dapat dikatakan efektif apabila dapat terpenuhi tuntunan dari konstituensi yang menjadi pendukung kelanjutan eksistensi organisasi tersebut.19 Sedangkan R Elkin dan Cornick juga mengemukakan criteria dalam mengukur efektivitas, yaitu: a) Produktivitas dari tujuan khusus program yang diekspresikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. b) Pencapaian hasil dampak dari pelayanan kepada individu yang tercermin dari fungsi dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. c) Dampak program terhadap komunitas.20 Pada sisi lain dalam konteks mengukur efektivitas yang dilakukan melalui evaluasi, Earl Bargy mengemukakan bahwa efektivitas suatu program dapat dilihat dari tiga aspek yaitu: a) Kemandirian masyarakat secara sosial dan ekonomi (not recommitted anymore with institution). b) Organisasi kerja bergerak sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat (to wards reality) sesuai dengan rencana program. c) Masyarakat yang menjadi sasaran dapat menikmati program yang diberikan (enjoy general well-being).21
19
FX. Suwarto, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999) h.5-8. Istiana Hermawati, dkk, h.29 21 Warto, dkk, Uji Coba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV dan AIDS, (Yogyakarta: Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008) h.32 20
15
B. Dukungan Sosial a. Pengertian Dukungan Sosial Beberapa
ahli
memberikan
definisi
tentang
dukungan
sosial
yang
dikemukakan sebagai berikut22: Dukungan sosial dipahami sebagai suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek emosi, informasi, bantuan instrumenal dan penghargaan (Cohen & Syme) Sejalan dengan hal tersebut diatas Leavy menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu hubungan yang didalamnya terkandung isi pemberian bantuan dan hubungan itu memiliki nilai positif bagi si penerima dukungan. Brehm dan Kassin menyatakan arti dukungan sosial melalui kontak sosial adalah tersedianya orang yang membantu hubungan yang berkualitas dan tersedianya bantuan. Johnson dan Johnson menjelaskan bahwa dukungan sosial adalah pemanfaatan sumber-sumber di lingkungan individu untuk membuat kehidupan agar menjadi lebih baik dengan cara meningkatkan kemampuan pada diri seorang dengan memberikan bantuan berupa dorongan, peralatan dan penerimaan. Sarason, Lerin dan Basham mendefinisikan dukungan sosial suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya.
Dengan
demikian
individu
mengetahui
bahwa
orang
lain
memperhatikan, menghargai dan mencintai. Ganster, Fullier dan Mayes mengemukakan bahwa dukungan sosial secara luas didefinisikan sebagai tersedianya atau adanya hubungan yang bersifat menolong dan hubungan tersebut mempunyai nilai khusus.Definisi ini
22
Didiet Widhiowati & Rokna Murni, h.62-63
16
mengkonotasikan adanya ikatan-ikatan sosial yang bersifat positif. Senada dengan pendapat Kaplan mengemukakan bahwa dukungan sosial adalah tindakan menolong dari orang lain dan adanya ketentraman berkomunikasi dengan orang lain.23
b. Manfaat Dukungan Sosial Ada tiga pengaruh dasar dari dukungan sosial yang menonjol dikemukakan oleh Brownell dan Schumaker diantaranya, pengaruh langsung, tidak langsung dan interaktif 1) Pengaruh langsung, yaitu terciptanya hubungan interpersonal dan hubungan yang bersifat menolong dan hubungan tersebut dapat memfasilitasi terbentuknya perilaku yang lebih sehat. 2) Pengaruh tidak langsung, yaitu membantu individu menghadapi dan mengatasi stressor yang datang dengan cara membantu individu mengatasi stress yang datang, dengan mencoba membantu indidvidu mempelajari cara pemecahan masalah dan mengontrol masalah-masalah kecil sebelum menjadi besar. 3) Pengaruh interaktif, berupa dampak yang diinterprestasikan untuk meredam atau memperbaiki dampak-dampak yang merugikan dengan mempengaruhi rekognisi, kualitas dan kuantitas terhadap sumber-sumber coping.
23
Didiet Widhiowati & Rokna Murni, h.62-63
17
c. Dimensi Dukungan Sosial Menurut Oxford ada lima dimensi dukungan sosial yaitu24: a) Dukungan materi/ instrumenal, berupa bantuan nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrumenal aid). Menurut Jacobson (dalam Oxford), dukungan ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Wortman berpendapat bahwa tangible assistance
dapat
berupa bentuk pemberian uang atau makanan kepada seseorang dimasa sulit atau kesusahan. Pada ODHA, dukungan materi dapat diberikan berupa uang, obat maupun kendaraan untuk membantu perawatan maupun pengobatan sehingga
ODHA
dapat
mempertahankan
dan
meningkatkan
status
kesehatannya. Selain itu, tenaga ataupun jasa yang diberikan orang lain juga termasuk dalam dukungan materi (Shirey). b) Dukungan emosi/psikologis, yaitu dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi atau ekspresi. Tolsdorf (dalam Oxford) menyebutkan bahwa tipe dukungan ini lebih mengacu pada pemberian semangat, kehangatan, cinta kasih dan emosi. Leavy (dalam Oxford) juga mengemukakan bahwa dukungan emosi ini melibatkan ekspresi empati, perhatian, dorongan dan keprihatinan terhadap seseorang. Dukungan emosi adalah dukungan yang dapat membuat seseorang merasa nyamabn, tenang, rasa memiliki dan dicintai saat stress (Sarafino). Wortman, menyebutkan bahwa berusaha menghibur orang lain yang sedang berduka atau mengalami kesusahan juga merupakan salah satu bentuk dukungan emosional. Dukungan emosi ini sangat diperlukan ODHA, terutama dukungan dari masyarakat. Perlakuan diskriminasi dari masyarakat yang 24
Dwi Agustanti, “Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bandar Lampung” (Thesis S2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, 2006) h.54-59
18
diterima ODHA membuat ODHA semakin stress dan anakn membawa dampak yang lebih buruk pada ODHA, dimana perkembangan penyakit justru akan semakin cepat dan memperburuk kondisi ODHA. Davis, menyebutkan bahwa stress dapat membawa pengaruh negatif dan dapat mempengaruhi sistem imun seseorang.Seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS tanpa stress saja sudah mengalami penurunan daya tahan tubuh karena sifat virus HIV yang merusak sistem imun seseorang, apalagi dengan adanya stress.Oleh karena itu dukungan emosional ini sangat dibutuhkan oleh ODHA demi mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya. c) Dukungan penghargaan, yaitu terjadi apabila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Cohen dan Wills mengemukakan bahwa dukungan penghargaan ini merupakan informasi yang diberikan pada seseorang bahwa dia dihargai dan diterima, diakui keberadaannya dan rasa dimiliki dan dicintai orang lain. Harga
diri
seseorang
dapat
ditingkatkan
dengan
cara
mengkomunikasikan kepadanya bahwa dia bernilai dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan. ODHA membutuhkan dukungan penghargaan berupa penerimaan dan penilaian positif dari masyarakat, walaupun adanya stigma yang berkembang dimasyarat yang menganggap bahwa penyakit HIV/AIDS adalah penyakit “kutukan” yang disebabkan oleh kesalahan individu berupa perilaku seksual menyimpang ataupun pengguna narkoba. Munculnya stigma ini dikarenakan 2 hal yaitu adanya salah presepsi atas cara penularan HIV/AIDS dan adanya anggapan bahwa semua ODHA adalah orang tercela.
19
d) Dukungan integritas sosial, yaitu perasaan individu sebagai bagian dari suatu kelompok. Cohen dan Will berpendapat bahwa dukungan ini dapat berupa menghabiskan waktu bersama-sama dengan orang lain dalam aktifitas rekreasional dan waktu senggang. Dukungan ini dapat mengurangi stress dengan memenuhi kebutuhan afiliasi dan kontak dengan orang lain, dengan membantu mengalihkan perhatian seseorang dari kecemasan terhadap masalah, atau dengan memfasilitasi suatu suasana hati yang positif. Menurut Barrerra dan Ainley (dalam Oxford) menggambarkan dukungan ini termasuk didalamnya membuat lelucon, membicarakan minat, berorganisasi dan melakukan aktifitas yang menciptakan perasaan senang/kesenangan. Orang yang telah terinfeksi HIV umumnya tidak akan membukakan rahasia penyakitnya ini kepada teman maupun keluarganya, apalagi pada masyarakat sampai ia tidak mampu lagi menutupinya, biasanya setelah ia mengalami AIDS dan membutuhkan perawatan segera. Hal ini disebabkan mereka takut akan diisolasi dari aktifitas sosial yang ada di masyarakat, sedangkan bersosialisasi merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai mahluk hidup. Oleh karena itu, masyarakat sangat berperan dalam meningkatkan semangat hidup harga diri ODHA dengan tetap menerima ODHA berada ditengah-tengah masyarakat yang melibatkannya dalam segala aktifitas sosial yang ada dimasyarakat, seperti pengajian, kegiatan gotong royong, peringatan hari-hari besar agama atau nasional maupun kegiatan sosialnya. e) Dukungan informasi, yaitu pemberian informasi yang diperlukan individu. House menyatakan bahwa dukunga informasi ini berarti member informasi atau mengajarkan suatu keahlian yang dapat member solusi terhadap satu
20
masalah. Sarafino menyebutkan bahwa dukungan informasi ini termasuk pemberian nasehat, arahan, saran dan feedback atau umpan balik tentang apa yang sedang dan telah dilakukan seseorang, misalnya: pemberian informasi tentang penyakit oleh dokter pada pasien yang membutuhkannya. Masyarakat khususnya ODHA perlu diberikan informasi berupa pendidikan kesehatan tentang penyakit HIV/AIDS agar mereka mengetahui begaimana terjadinya perjalanan virus HIV sampai menyebabkan AIDS, tanda dan gejalanya, serta mekanisme penularan penyakitnya. Informasi ini akan membuat masyarakat dapat lebih bijaksana dalam mmenyikapi ODHA dan akan memberikan dukungan sepenuhnya pada ODHA. Ketidaktahuan ODHA akan mekanisme penularan virus HIV ini akan mempercepat perluasan penyebaran virus HIV kepada masyarakat. Kampanye tentang pencegahan, pengobatan dan perawatan HIV/AIDS ini sangat perlu digalakkan,
terutama
pada
masyarakat
luas
agar
masyarakat
lebih
meningkatkan perhatian dan kewaspadaannya terhadap ODHA yang berada disekitarnya sehingga dapat mengantisipasi penularan lebih lanjut.25 Herth menguji strategi pengembangan harapan di PLWHA yang menggambarkan sumber tersebut sebagai bantuan, pengukuhan, atau mengembalikan harapan dalam beberapa cara. Selanjutnya strategi tersebut dikategorikan dalam 7 kategori: (1) hubungan interpersonal; fokus utama dalam kasih sayang dari keluarga, dan teman, dapat berupa pertalian, mencintai dan dicintai; (2) Dasar spiritual berfokus pada sumber harapan dalam praktik spiritual, keyakinan terhadap tuhan dan keluarga, keyakinan membantu mengatasi kesengsaraan. (3) Tujuan dapat langsung dicapai melalui 25
Dwi Agustanti, h.54-59
21
seting capaian dan mempertahankan kemandirian, lebih lanjut lagi capaian dapat terbagi menjadi dapat dicapai dan tidak dapat dicapai. (4) Penguatan dari sesuatu yang bernilai: memfokuskan pada hubungan yang positif dalam karir professional, membantu hubungan yang tidak sehat dan kemudian diperlakukan dengan baik dan penuh rasa hormat. (5) Penerangan hati; memfokuskan pada pertemanan dengan orang lain yang memderita karena hal yang sama, tertawa bersama para professional dan tertawa sebagai sumber pribadi.(6) Atribut personal; memfokuskan pada kebulatan tekad dan menjadi pejuang. (7) Meringankan ingatan; memfokuskan pada memanggil kembali kejadian- kejadian yang membahagiakan sebagai strategi pengembangan harapan. Halangan untuk harapan yang digambarkan sebagai faktor yang turut campur, mengganggu, atau menghalangi kemungkinan dari pencapaian atau memelihara harapan, yang terdapat: (1) ketertinggalan dan pengasingan, kehilangan pskis dan emosional, seperti suami atau istri yang tidak akan atau tidak bisa mendukung kesabaran secara psikologi, komunikasi yang buruk dengan professional; (2) Rasa sakit yang tidak dapat dikontrol dan tidak nyaman, keberlanjutan dari rasa sakit yang berlebihan atau ketidaknyamanan meskipun berulang kali berusaha untuk di control; dan (3) devaluasi dari perseorangan, diperlakukan seperti tidak ada orang yang memiliki sedikit nilai.26
26
Sushil Yadav, h.3
22
C. ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) a. Pengertian ODHA Orang Dengan HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkat ODHA adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV/AIDS.27HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya.AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah fase terakhir dari infeksi HIV dan biasanya dicirikan oleh jumlah CD4 kurang dari 200.AIDS bukanlah penyakit yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah penyakit yang mempengaruhi tubuh dimana sistem kekebalan yang melemah tidak dapat merespons. 28 Penyakit ini bukan sejenis penyakit keturunan yang diwariskan dari orangtua pada anak-anaknya melainkan penyakit yang didapat dalam perjalanan hidup seseorang. Akibat penurunan daya tahan tubuh penderita, maka berbagai kuman dan jazad renik, yang dalam keadaan normal dapat ditahan dengan baik, akan menyerbu ke dalam darah dan jaringan-jaringan tubuh penderita tersebut.29
b. Penyebab HIV/AIDS Virus HIV termasuk RNA virus genus Lentivirus golongan Retrovirus family Retroviridae.Spesies HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV pada manusia.Kedua spesies HIV tersebut berasal dari primata. HIV/AIDS ditularkan melalui darah penderita, misalnya pada waktu tranfusi darah atau penggunaan alat suntik yang dipakai bersama-sama. Penularan melalui
27
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, Pasal 1 butir 4. 28 Family Health International, “apa itu hiv/aids?”, pdf diakses pada 19 Januari 2015 29 Luc Montagnier, dkk, Para Ahli Menjawab Tentang HIV/AIDS, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997),h.4
23
hubungan seksual baik pada homoseksual maupun heteroseksual dan penularan pada waktu proses persalinan dari ibu yang menderita HIV/AIDS ke anak yang dilahirkannya juga merupakan penyebaran utama penyakit ini. 30
c. Gejala Klinis HIV/AIDS Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokan menjadi 4 golongan, yaitu: 1) Penderita asimtomatik, tanpa gejala, yang terjadi pada masa inkubasi yang berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya. 2) Persistent Generalized Lymphadenopathy (PGL) dengan gejala limfadenopati umum. 3) AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan gangguan sistemimun atau kekebalan. 4) Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali, splenomegali, dan kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi oportunistik dan neoplasia misalnya Sarkoma Kaposi. Penderita akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi sekunder.
d. Pengobatan HIV/AIDS Pengobatan infeksi HIV mutakhir adalah dengan antiretrovirus (ARV) yang sangat aktif (Highly Active Antiretroviral Therapy) HAART yang menggunakan protease inhibitor, berupa kombinasi sedikitnya 3 ARV berasal dari sedikitnya 2 jenis/ kelas yang berbeda.Kombinasi ARV yang umum digunakan adalah NRTI (nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor), dengan protease inhibitor 30
Soedarto, Virologi Klinik Membahas Penyakit-penyakit Virus Termasuk AIDS, Flu Burung, Flu Babi, dan SARS (Jakarta: CV Sagung Seto, 2010) h.188
24
atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).Penerapan HAART meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan umum ODHA, menurunkan dengan drastic angka kesakitan dan angka kematian HIV.Pada prinsipnya ARV harus diberikan segera sesudah diagnosis HIV ditegakan.
e. Pencegahan HIV/AIDS Tidak ada vaksin untuk mencegah HIV atau AIDS. Pencegahan hanya dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus yang berasal dari penderita baik secara langsung maupun tidak langsung melalui barang-barang yang tercemar dengan bahan infektif berasal dari penderita HIV. Untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di masyarakat harus dilakukan upaya mencegah paparan HIV yang terjadi melalui transfuse darah, persalinan, penularan dari ibu ke anak, penggunaan jarum suntik bersama, hubungan seksual baik yang heteroseksual maupun homoseksual atau perilaku seksual lainnya. 31 Pencegahan HIV dan AIDS juga dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang benar melalui penyuluhan dan bimbingan sosial (PBS) secara intensif kepada keluarga ataupun masyarakat, yang sekaligus merupakan komponen sangat penting dalam upaya pencegahan ataupun penanggulangan masalah HIV dan AIDS. Informasi secara benar sangat bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat dalam mengatasi ketakunan dan keserasahan sosial. Disamping itu, pemahaman informasi secara benar dapat pula mendorong warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan terutama mengubah perilaku ataupun pola hidup yang mempunyai resiko tinggi tertular HIV dan AIDS. Penanganan penyandang HIV dan AIDS secara baik merupakan langkah penting
31
Soedarto, h.189-193
25
untuk pencegahan penularan HIV dan AIDS, diharapkan keluarga ataupun masyarakat dapat berpartisipasi dalam pelayanan penyandang HIV dan AIDS, sekaligus dapat pula mencegah meluasnya penularan kepada orang lain. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan melihat HIV dan AIDS sebagai suatu penyakit dan perilaku seseorang sebagai penyebar penyakit.Kedua aspek ini perlu dicermati, deihadapi dan sisikapi secara proporsional.Artinya, selain kita berhadapan dengan virus, juga berhadapan dengan orang sebagai penderita dengan permasalahannya.Dalam hal ini kita dihadapkan pada suatu kenyataan manakala HIV berada pada tubuh seseorang yang disebut penderita. Oleh karena itu, patut dipahami dan disadari bahwa penderita HIV ini akan mengalami sindrom dalam rentang waktu tertentu. Orang dengan HIV/AIDS di tengah masyarakat yang merupakan fenomena dalam konteks masalah sosial.Bagaimana masyarakat harus bersikap terhadap orang dengan HIV/AIDS, atau sebaliknya bagaimana seseorang dengan HIV/AIDS menyikapi kehidupan sehat dilingkungan masyarakat.Berkait dengan fenomena sosial tersebut, bersikap dan bertindak diskriminasi harus dihindari agar tidak menambah beban psikososial penyandang HIV/AIDS dan permasalahan sosial dimasyarakat.32
32
Warto, dkk, h.11
26
D. Kelompok Dukungan Sebaya/Peer Support Group a. Pengertian Kelompok Dukungan Kelompok dukungan dilakukan untuk memberikan dukungan emosional dan informasi kepada orang-orang yang memiliki masalah yang sama. Mereka seringkali difasilitasi oleh professional dan di hubungkan ke agen sosial atau yang lebih besar, organisasi formal. Kriteria keanggotaan biasanya dari diri nya sendiri tidak berdasarkan organisasi yang mendukung. Perilaku dan perubahan sosial berkaitan dengan tujuan dukungan emosional dan pendidikan.Pertemuan biasanya tidak terstruktur dan program kelompok tersebut tidak mengikuti sebuah ideology tertentu.Kelompok dukungan biasanya tidak terkena biaya atau sukarela.33 Ini adalah sekelompok orang yang bertemu secara sukarela untuk berbagi kebutuhan yang sama. Kelompok ini biasanya kecil, tetapi tidak selalu kecil.
b. Tipe Kelompok Dukungan Kelompok dukungan ada dua tipe: terbuka dan tertutup. Kelompok tipe terbuka bertemu pada hari yang ditentukan oleh kelompok, pada waktu yang ditentukan, dan pada lokasi yang ditentukan.Informasi diumumkan secara luas.Mengundang semua orang yang memiliki kesamaan situasi kehidupan untuk kelompok tersebut. Misalnya kelompok penjudi menerima siapapun yang memiliki masalah perjudian dan
menghindari orang-orang lain untuk hadir.
Mungkin orang akan hadir kesebuah kelompok grup terbuka sebanyak yang mereka inginkan. Secara alami, grup seperti ini akan bermacam-macam variasi ukuran dari pertemuan ke pertemuan.
33
Linda Farris Kurts, Self-help and Support Groups (California: Sage sourcebooks for the human services, 1997) h.3-5
27
Grup tertutup didesain untuk terbatas beberapa orang yang setuju untuk hadir pada semua jadwal pertemuan. Artinya mereka yang berpartisipasi di pertemuan pertama akan mengikutinya sampai selesai .Beberapa grup tertutup menetapkan kondisi-kondisi terhadap mereka yang ingin bergabung ke grup setelah grup tersebut terbentuk. Kelompok dukungan dibentuk dengan prinsip yang dipahami oleh anggota sebagai tumpuan.Tidak seorangpun mempunyai kekuatan ataupun kekuasaan terhadap siapapun.Peserta
didorong untuk berbicara mengenai urusan dan
perasaan mereka yang terkait dengan fokus pertemuannya, untuk merespon apa yang orang lain ceritakan. Ada
dua
lagi
perbedaan
yang
dapat
mendefinisikan
kelompok
dukungan.Kelompok time-limited, kelompok ini pertemuannya sudah ditentukan dan setelah selesai mereka bubar.Kelompok open-ended ini bertemu tanpa akhir yang direncanakan. Selama mereka tertarik, mereka akan terus melanjutkan. Dua perbedaan kelompok tersebut adalah kepemimpinan.Beberapa grup menggunakan fasilitator, sedangkan yang lainnya tidak.Keduanya memiliki satu fasilitator atau lebih dari satu, dan mereka mungkin orang awam atau seorang professional. Seperti yang kamu bisa lihat, ada banyak variasi dalam kelompok dukungan.Apa yang dikerjakan untuk satu grup mungkin tidak bekerja dengan baik untuk grup yang lainnya. Tapi apa yang bekerja untuk semua nya yaitu: orang datang bersama-sama untuk mencari dukungan. Apa yang mereka ketahui adalah mereka mendapatkan dukungan sesuai apa yang mereka terima. Mereka juga mendapatkan sebuah kebebasan untuk bicara dan mendapatkan penerimaan
28
yang mungkin mereka sulit dapatkan dimana-mana dan mungkin tidak dimanapun.34
34
James E. Miller, Effective Support Groups, How to Plan, Design, Facilitate and Enjoy Them (Fort Wayne, Indiana: Willowgreen Publishing, 1998) h.8-9
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu; studi atau analisis teoritis mengenai suatu cara/metode; atau cabang ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan (knowledge).35 A. Ruang Lingkup Penelitian a. Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah penderita HIV/AIDS yang menjadi anggota Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. Alasan pengambilan subjek ini adalah karena objek ini sangat tepat sebagai bahan penelitian, dimana mereka mendapatkan dukungan sosial dari Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, sehingga penelitian objektif karena jawaban yang diberikan adalah berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan bukan berdasarkan informasi di media elektronik atau cerita dari orang lain.
b. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, yang beralamat di Jalan Margonda Raya, Gg.Kapuk No.05 Rt.002/01 Kel.Pondok
35
Juliansyah Noor, Metodologi penelitian (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011) Cet.Ke-1,
h.22
30
Cina Kec.Beji Depok 16424. Pemilihan lokasi tersebut didasari oleh pertimbangan: a) Lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti. b) Adanya keingintahuan penulis terhadap seberapa besar efektivitas dukungan sosial bagi ODHA yang dilakukan oleh kelompok dukungan sebaya Kuldesak. Dan juga sebagai penambah pemahaman dan wawasan penulis dalam kajian kesejahteraan sosial. c) Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2015 sampai dengan Juni 2015.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digenerelisasikan.Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis.Peneliti lebih mementingkan aspek keluasaan data sehingga data atau hasil penelitian dianggap representasi dari seluruh populasi.36 Dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana efektivitas dari dukungan sosial bagi ODHA.Penelitian kuantitatif ini menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan statiska. Untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel.37
36 37
Rachmat kriyanto, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2009), h.55 Juliansyah Noor, h.38
31
b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif.Penelitian deskriptif (descriptive reaserch) adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang di teliti.38 Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tesebut.39 Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antarvariabel yang ada; tidak dimaksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan variabel-variabel anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial.Oleh karena itu, pada suatu penelitian deskriptif, tidak melakukan pengujian hipotesis; berarti tidak dimaksudkan untuk membangun pembendaharaan
teori.Dalam
pengolahan
dan
analisis
data,
lazimnya
menggunakan pengolahan statistic yang bersifat deskriptif (statistik deskriptif).40 Dalam penelitian ini metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian survei, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.41
38
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis (Jakarta: PPM, 2005) Cet.Ke-3, h.105 Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005) Cet.Ke-2, h.44 40 Sanapiah Faisal, Format-format penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) h.20-21 41 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 1995) h.3 39
32
C. Tehnik pengumpulan data Dalam penelitian ini tekhnik penelitian data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut: a) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan.Sumber data ini bisa responden atau subjek riset, dari hasil pengisian kuisioner, wawancara dan observasi. 1) Angket/Kuisioner Merupakan
suatu
teknik
pengumpulan
data
dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan
harapan
memberikan
respons
atas
daftar
pertanyaan
tersebut.adapuninstrumen daftar pertanyaan (berupa isian yang akan diisi oleh responden), chekslist (berupa pilihan dengan member tanda pada kolom yang disediakan), dan skala (berupa pilihan dengan member tanda pada kolom berdasarkan tingkatan tertentu).42 Penyusunan kuisioner berdasarkan dimensi-dimensi
dari
variabel dan dijabarkan ke dalam setiap pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuisioner yang terdiri dari: 1. Kuisioner pertama berisi 7 (tujuh) pertanyaan
tentang data
karakteristik ODHA yang meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lama terdiagnosa HIV/AIDS dan penyebab terinfeksi HIV/AIDS 42
Juliansyah Noor, h.139
33
2. Kuisioner kedua berisi 26 pertanyaan tentang dukungan sosial yang telahdikembangkan oleh peneliti sebelumnya dari instrumen“The medical Outcomes Study Social Support Survey (MOS)” dari Sherbourne dan Stewart tahun 1991.43 2) Observasi Alasan peneliti untuk melakukan observasi yaitu untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, menjawab pertanyaan, membantu mengerti perilaku manusia, dan evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.44 Observasi peneliti lakukan pada tahap awal fase pra lapangan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat situasi dan kondisi tempat maupun subjek yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. 3) Dokumentasi Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen.Dalam penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap data.45Dokumentasi yang tersaji berupa foto-foto, brosur, dan buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian
43
Dwi Agustanti, h.78 Juliansyah Noor, h.140 45 Suwandi Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif , h.158. 44
34
b) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka, media internet atau laporan data yang diperoleh dari Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak yang berupa catatan dan dokumentasi mengenai lembaga tersebut.
D. Populasi dan Sample a) Populasi Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti.46Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhtumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.47 Populasi peneliti yang mendapatkan layanan tetap dikuldesak sejumlah 40 orang ODHA dari berbagai status. b) Sampel Sampel
adalah
bagian
dari
populasi.Tidak
semua
penelitian
menggunakan sampel sebagai sasaran penelitian pada penelitian tertentu dengan skala kecil, yang hanya memerlukan beberapa orang sebagai objek penelitian, ataupun beberapa penelitian kuantitatif yang dilakukan terhadap objek atau populasi kecil, biasanya penggunaan sampel penelitian tidak diperlukan.Hal tersebut karena keseluruhan objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti.Dalam istilah penelitian kuantitatif, objek penelitian yang kecil ini disebut sebagai sample total, yaitu keseluruhan populasi merangakap
46 47
Ronny Kountur, h.137 Burhan Bugin, h.141
35
sebagai sampel penelitian.48Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengambilan sample total sampling. Karena populasi kurang dari 100 orang.
E. Operasionalisasi Konsep Penelitian Tahap operasionalisasi konsep dibuat sebagai landasan membuat kuisioner dan harus sesuai dengan apa yang telah dirinci pada tabel operasionalisasi variabel. Berikut rincian konsepnya:
Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep Variabel Dukungan Sosial (X)
Dimensi a. Dukungan Materi/Instrumenal
Indikator 1. Uang 2. Obat 3. Alat kendaraan 4. Makanan 5. Tenaga/jasa
b. Dukungan Emosi/Psikologis
1. Empati 2. Perhatian 3. Dorongan 4. Rasa dicintai 5. Rasa disayangi 6. Rasa senang 7. Rasa nyaman
c. Dukungan
48
1. Sikap dihargai
Bugin, Burhan, h.111
36
Penghargaan
2. Dimiliki 3. Diterima 4. Diberi
penilaian
positif, diakui d. Dukungan integritas sosial
1. Berupa kegiatan di
masyarakat
seperti; pengajian, gotong royong, kegiatan sosial, organisasi di masyarakat e. Dukungan Informasi
1. Nasehat 2. Saran 3. Arahan 4. Umpan balik 5. Pengajaran
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1) Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul, selanjutnya adalah mengolah data. Dalam pengolahan data peneliti melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
37
a) Editing Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisis data.dengan adanya klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut tidak mengganggu proses analisis sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisis. Keterbacaan berkaitan dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi penafsiran terhadap hasil analisis. b) Koding Pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menterjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka.Tujuannya ialah untuk dapat dipindahkan ke dalam sarana penyimpanan. Dengan data sudah diubah dalam bentuk angka-angka, maka peneliti akan lebih mudah mentransfer kedalam komputer dan mencari program perangkat lunak yang sesuai dengan data untuk digunakan sebagai sarana analisis. c) Tabulasi Tabulasi merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapats digunakan untuk menciptakan statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau yang variabel yang akan ditabulasi silang.49
49
Jonathan Sarwono, “Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif” (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) Cet.Ke-1, h.136-138
38
2) Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisis data ini, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif guna mengetahui efektivitas dukungan sosial bagi ODHA di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh.Dengan menggunakan analisa statistik deskriptif. Statistic deskriptif mengacu pada transformasi data mentah ke dalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ditampilkan. Kegunaan utama statistik deskriptif ialah untuk menggambarkan diantaranya
ialah
jawaban-jawaban distribusi
observasi.Yang
frekuensi,
distribusi
termasuk persen
didalamnya dan
rata-rata
(mean).50Dengan menggunakan analisa data statistik distribusi frekuensi dengan rumus:
Keterangan:
50 51
P
= Angka prosentase
F
= Frekuensi jawaban
N
= Jumlah responden
100%
= Nilai Konstanta51
Jonathan Sarwono, h.138 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 43.
39
Dalam mendeskripsikan hasil peneliti juga menggunakan skala likert.Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.52
Tabel 3.2 Skor Item Skala Likert NO
52
Alternatif Jawaban
Skor
1.
Tidak pernah
1
2.
Jarang
2
3.
Sering
3
4.
Selalu
4
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D” (Bandung: Alfabeta, 2014) Cet.ke-
20, h.93
40
3) Interpretasi Data Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Keterangan: Rs
: Rentang Skala
R (Bobot)
: Bobot Terbesar-Bobot terkecil
Jumlah Kelas : Banyaknya kategori bobot Rentang skala likert yang digunakan adalah 1 – 4, Sehingga rentang skala yang didapat yaitu:
Berdasarkan hasil posisi range tingkatan untuk efektivitas diatas, dapat diinterpretasikan sebagai berikut53: 1, 00 – 1, 75
: Tidak Efektif
1, 76 – 2,5 : Kurang Efektif
53
2, 51 – 3, 25
: Efektif
3, 26 – 4, 00
: Sangat Efektif
Wenda Andina Ayu Astari, “Efektivitas Publisitas dan Kampanye E-Ticketing oleh Humas Trans
Jakarta” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional, 2015) h.48-49
41
G. Uji Instrumen a) Uji Validitas Validitas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (a valid measure if it successfully measure the phenomenon). Dalam suatu penelitian baik yang bersifat deskriptif, maupun eksplanatif yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara langsung, masalah validitas tidak sederhana, didalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai empiris (indikator), namun bagaimana tidak suatu instrumen penelitian harus valid agar hasilnya dapat dipercaya. 54 Uji validitas masing-masing instrumen dengan menggunakan tekhnik person korelation, yaitu dengan membandingkan r tabel “person product moment” item pernyataan dikatakan valid bila r hitung > r tabel dengan α = 0,05. Hasil uji coba insturmen untuk dukungan sosial didapatkan, dari 41 item pertanyaan ada 26 item yan valid.55 b) Reliabilitas Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Uji reliabilitas
alat
ukur
dapat
dilakukan
secara
eksternal
maupun
internal.Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan test-retest, equivalent dan gabungan keduanya.Secara internal, reliabilitas alat ukur dapat diuji
54
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013) Cet.Ke-
55
Dwi Agustanti, h.78-79
1, h.46
42
dengan menganalisis butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.56 Sedangkan untuk uji reliabilitas pada penelitian sebelumnya dengan membandingkannya dengan alpha cornbach.Bila nilai alpha hitung > nilai alpha tabel maka dikatakan reliable. Kusioner dukungan sosial dengan 26 pertanyaan telah diuji oleh peneliti sebelumnya dan telah dikembangkan dari instrumen“The Medical Outcomes Study Social Support survey (MOS)” dari serbhourne dan stewart tahun 1991. Pada MOS, pertanyaan berjumlah 21 buah, setelah diuji secara testretest selama 1 tahun menghasilkan nilai reliablitas (α = 0,78). Instrumen yang peneliti gunakan mempunyai nilai reliabilitas (r ) = 0,957 untuk dukungan
materi/
instrumenal
;
r
=
0,814
untuk
dukungan
emosi/psikologis ; r = 0,759 untuk dukungan penghargaan ; r = 0,706 untuk dukungan integritas sosial dan r = 0,796 untuk dukungan informasi.57 Uji coba instrumen telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya pada tanggal 1-6 Mei 2006 pada ODHA yang tergabung dalam LSM Spiritia di Jl.Radio Dalam IV Kebayoran Baru Jakarta, sejumlah 30 orang. Pemilihan LSM ini dengan pertimbangan bahwa jumlah ODHA nya memiliki karakteristik yang sama.
56 57
Syofian Siregar, h.55 Dwi Agustanti, h.78-79
43
BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak Awal berdirinya kuldesak adalah berdasarkan kebutuhan teman-teman yang terinfeksi HIV (+) dan teman-teman yang terdampak langsung di Kota Depok akan kebutuhan akses layanan untuk Voluntary, Counceling And Testing/Tes HIV sukarela dan pengobatan penyakit penyertanya, Harm Reduction (pengurangan dampak buruk pemakai jarum suntik dari penyakit menular dan HIV), belum tersedianya obat Anti Retroviral Virus (ARV) baik ditingkat puskesmas maupun rumah sakit dan belum adanya Komisi Penanggulangan AIDS Kota Depok. Didirikan pada hari Sabtu, 6 Juni 2011 yang diprakarsai oleh beberapa orang yang terinfeksi HIV (+) dan orang yang terdampak yang terdiri dari : Samsu Budiman, Anwar Hakim, Erdiansyah, Handi Abdasmara, Rano Putera Samudera, Lilis Sumila, Radiaz Hages Trianda, Farmayano dan Sigit Hartantio. Arti umum Kuldesak adalah jalan buntu. Tapi yang sebenarnya adalah Kuldesak itu hanyalah istilah.Kuldesak hanyalah momentum sementara.Kuldesak adalah maya.Dua hal yang dapat kita lakukan ketika menemui Kuldesak adalah diam dan bergerak. Diam berarti logika dan hati yang bekerja, bukan mulut. Bekerja berarti melakukan sesuatu secara fisik untuk menempuh suatu jalan yang lebih baik.
44
B. Visi dan Misi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak Visi: 1. Menurunkan angka penyebaran HIV/AIDS 2. Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena infeksi HIV/AIDS 3. Memperkuat kelompok dukungan sebaya ODHA dan orang yang terdampak serta memperkuat sistem kesehatan untuk perbaikan kinerjanya Misi: 1. Membentuk kelompok dukungan sebaya ODHA dan orang yang terdampak berbasis masyarakat 2. Menurunkan angka stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan yang terdampak 3. Meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan 4. Menjadi role model atau contoh bagi orang dengan HIV lainnya
C. Tujuan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak Tujuan Umum: a) Meninigkatkan kualitas hidup orang yang hidup dengan HIV/AIDS b) Meluruskan cara pandang masyarakat terhadap stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) c) Mengupayakan pelayanan kesehatan yang ramah terhadap orang dengan HIV dan keluarganya
45
Tujuan Khusus: a) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orang yang hidup dengan HIV/AIDS dan yang terdampak b) Menguatkan dan mengembangkan jejaring orang dengan HIV/AIDS di seluruh tanah air
D. Strategi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak Strategi yang akan dilakukan adalah mengumpulkan beberapa orang yang terinfeksi HIV/AIDS maupun yang terdampak yang sudah berpengalaman maupun yang baru mengenal tentang apa itu Kelompok Dukungan Sebaya berbasis masyarakat. Mereka diperkenalkan dengan kelompok dukungan sebaya berbasis masyarakat dari semua populasi kunci (pemakai narkoba suntik, wanita penjaja seks, waria, laki-laki seks dengan laki-laki, ibu rumah tangga, anak serta masyarakat yang terdampak langsung maupun tidak. Menjelaskan akan pentingnya sebuah kelompok dukungan sebaya berbasis masyarakat untuk orang dengan HIV dan yang terdampak mengingat kuatnya diskriminasi yang ditimbulkan oleh masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS.
E. Struktur Organisasi Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak a) Struktur Lembaga Kuldesak: 1) Penasehat
: H. Tamami
2) Pembina I
: Munir HM
3) Pembina II
: Sutrisna
4) Pengawas
: Priadi Gaspet
5) Ketua Umum : Samsu Budiman 46
6) Wakil Ketua I : Anwar Hakim 7) Wakil Ketua II: Handi Abdasmara 8) Sekretaris
: Erdiansyah
9) Bendahara
: Ahmad Suwandri
b) Struktur Program 1) Direktur Program
: Samsu Budiman
2) Wakil Direktur Program
: Anwar Hakim
3) Program Manajer
: Hendra Chairuddin
4) Finance Administrasi Office : 1. Radiaz Hages Triandha 2. Lilis Sumila 6) Divisi Care & Support
: Koordinator : Erdiansyah
7) Divisi PMTS
: Koordinator : Farmayano
8) Divisi Harm Reduction
: Koordinator : Dimas Prasetyo
9) Divisi Media KIE
: Koordinator : Reza Dwi Nanda S
F. Kegiatan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak Adapun rangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh kelompok dukungan sebaya Kuldesak adalah sebagai berikut : a. Close meeting (rapat tertutup) Close meeting ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang hidup dengan HIV (ODHA). Didalam kegiatan close meeting ini peserta bebas untuk mengutarakan hal apa saja (sharing) termasuk kesedihan atau kesenangan yang sedang dirasakan. Para peserta yang lain akan mendengarkan dan siap memberi dukungan apabila ada peserta yang sedang dalam kesedihan. Selain memberikan dukungan, peserta juga bebas 47
bertanya mengenai hal-hal apa saja kepada temannya terkait permasalahan HIV/AIDS, bebas untuk mengeluarkan pendapatnya masing-masing. b. Study club Study club adalah sebuah pertemuan dimana pada setiap pertemuan melibatkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS), keluarga serta masyarakat secara langsung sebagai peserta pertemuan. Didalam pertemuan ini akan ada satu atau dua orang narasumber yang akan memberikan materi seputar pengetahuan HIV/AIDS kepada peserta. Tema materi yang akan disampaikan akan disepakati sesuai kebutuhan peserta. c. Support Group (Konseling Sebaya) Konseling Sebaya ini dilakukan setiap hari pada hari kerja yaitu dari hari Senin-Jum‟at. Konseling sebaya bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ODHA yang baru mengetahui status HIV nya, maupun support kepada keluarga ODHA yang baru mengetahui status HIV salah satu anggota keluarganya. Selain memberikan dukungan, diberikan juga informasi-informasi
yang
sangat
berhubungan
dengan
HIV/AIDS,
pembagian seri buku kecil sebagai sarana informasi bagi orang dengan HIV dan yang terdampak. d. Hospital Visit (kunjungan rumah sakit) Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan dukungan kepada teman-teman ODHA yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit, baik rawat inap maupun rawat jalan. Selain memberikan dukungan kepada ODHA yang sedang dirawat, hospital visit juga memberikan informasi
48
seputar HIV/AIDS dan pembagian seri buku kecil kepada keluarga ODHA tersebut. e. Home visit (kunjungan rumah) Anggota kelompok dukungan akan mengunjungi anggota lain dirumah dan memberikan dukungan kepada teman-teman ODHA dan keluarganya. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan diri teman-teman ODHA terhadap dirinya sendiri sehingga dia dapat melakukan aktivitas dan kegiatan kesehariannya seperti biasa. Kegiatan ini juga dapat membantu mengontrol kepatuhan teman-teman terhadap ARV yang mereka konsumsi dengan berkomunikasi dengan salah satu anggota keluarga yang dapat dipercaya dalam hal ini f. Advokasi a)
Sebagai kontrol pemerintah dan masyarakat dalam seluruh aspek kehidupan sosial, baik secara kesehatan, sosial kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, politik dan budaya.
b)
Dapat bekerja sama dengan instansi terkait seperti Kementrian Kesehatan,
Dinas
Kesehatan
Provinsi,
Kab/Kota,
Komisi
Penanggulangan Aids Nasional, Komisi Penanggulangan Aids Provinsi, Kab/Kota dan seluruh instansi yang terkait dalam isu penanggulangan HIV/AIDS pusat hingga daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Komunitas, Donor Asing serta seluruh warga masyarakat yang peduli HIV/AIDS.58
58
Profil Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak
49
G. Adapun Sarana dan Prasarana yang ada dikelompok dukungan Sebaya Kuldesak sebagai berikut59: 1. Ruang tamu, lengkap dengan kursi panjang dan meja 2. Ruang kerja dengan 1 unit komputer, 1 unit laptop, 3 buah printer, 1 telpon kantor, kursi dan meja 3. 1 etalase besar berisikan majalah kuldesak/ majalah kuldezine 4. 2 rak berkas 5. 1 lemari besi besar 6. 2 papantulis 7. 1 lemari kayu 8. 1 rak rotan untuk menyimpan laporan 9. 1 rak contoh obat HIV/AIDS 10. 1 rak besi untuk menyimpan berkas 11. Kamar mandi 12. Dapur 13. Ruang makan 14. Parkiran depan
59
Hasil Observasi Peneliti. Di sekretariat Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. Depok, 10 Juni 2015
50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Dalam penelitian yang dilakukan tentang efektivitas dukungan sosial bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) di kelompok dukungan sebaya kuldesak Kota Depok,
peneliti
menemukan data-data
yang relevan
di
dalam
penelitian
tersebut.Banyak ODHA yang merasa mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang disekitarnya.Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah ODHA dari berbagai status yang berada di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. Dari 40 angket yang telah disebar, peneliti mendapatkan data mengenai identitas responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, status perkawinan, lama terdiagnosa HIV/AIDS dan penyebab terinfeksi HIV/AIDS. Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel 5. 1 di berikut ini:
51
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Karakteristik Responden
1
Jumlah Frekuensi
Prosentase
Laki-Laki
26
65 %
Perempuan
14
35%
40
100%
Jenis Kelamin
Total
Berdasarkan Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa jumlah ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki berjumlah 26 responden atau sebesar 65% sedangkan perempuan berjumlah 14 responden atau sebesar 35%. Hal ini dikarenakan penderita HIV/AIDS lebih banyak laki-laki dibanding perempuan.Hal ini dapat dilihat dari data kumulatif AIDS Jenis kelamin pada tahun 1987-2014 bahwa laki-laki yang terkena HIV/AIDS lebih banyak dibandingkan perempuan.60 Selanjutnya, karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:
60
Hasil Observasi Peneliti. Pada Presentasi Dokter Ningsih dalam kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di Puskesmas Pancoranmas bersama kelompok dukungan sebaya kuldesak. Depok, 6 Juni 2015
52
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia NO
Karakteristik Responden
Jumlah Frekuensi
Prosentase
≤ 20 tahun
1
2,5%
21 – 30 tahun
14
35%
31 – 40 tahun
23
57,5%
≥ 40 tahun
2
5%
40
100%
2
Usia
Total
Berdasarkan Tabel 5.2, dapat diketahui bahwa usia ODHA di kelompok dukungan sebaya Kuldesak ialah lebih banyak yang berusia antara 31-40 tahun yang berjumlah 23 responden atau sebesar 57,5%. Selanjutnya yang berusia antara 21-30 tahun berjumlah 14 responden atau sebesar 35%. Sedangkan ODHA yang berusia kurang dari 20 tahun berjumlah 1 responden atau sebesar 2,5% dan ODHA yang berusia lebih dari 50 tahun berjumlah 2 responden atau sebesar 5%. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, ODHA yang berada di kelompok dukungan sebaya kuldesak memang lebih banyak yang berusia 30 tahun keatas dan kebanyakan dari mereka telah berkeluarga juga memiliki anak.Dari sebagian ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak dapat memiliki anak yang negatif dari HIV/AIDS.Hal tersebut dikarenakan program yang dilakukan pasangan
53
HIV/AIDS secara rutin dan sesuai petunjuk dokter agar mendapatkan anak yang bebas dari virus HIV/AIDS61. Selanjutnya, karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini: Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan NO
Karakteristik Responden
Jumlah Frekuensi
Prosentase
SD
7
17,5%
SMP
3
7,5%
SMA
26
65%
Diploma 3
3
7,5%
Strata 1
1
2,5%
40
100%
3
Pendidikan
Total
Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir ODHA di kelompok dukungan sebaya Kuldesak lebih banyak yang berpendidikan terakhir SMA yang berjumlah 26 responden atau sebesar 65%. Selanjutnya, berpendidikan terakhir SD berjumlah 7 responden atau sebesar 17,5%. Sedangkan berpendidikan terakhir SMP berjumlah 3 orang responden atau sebesar 7,5%. Lalu berpendidikan terakhir
61
Hasil Observasi Peneliti. Dalam kegiatan Talkshow HIV/AIDS Kuldesak yang diadakan di lingkungan masyarakat. Depok, 23 Mei 2015
54
Diploma 3 juga berjumlah 3 responden atau sebesar 7,5% dan berpendidikan terakhir Strata 1 berjumlah 1 responden atau sebesar 2,5%. Dari data yang telah didapat mengenai karakteristik responden melalui pendidikan yang paling banyak mengecam pendidikan terakhir adalah SMA.Disini dapat terlihat bahwa pendidikan mempengaruhi satus ODHA tersebut.Ketika mereka sudah berstatus sebagai ODHA berarti tidak banyak ODHA yang dapat melanjutkan jenjang pendidikan ke jenjang selanjutnya dan hanya berakhir pada tingkatan SMA. Hal ini juga dapat kita lihat bahwa dari 40 responden yang ada, hanya 3 responden lulusan Diploma 3 dan 1 responden lulusan Strata 1. Dapat disimpulkan pula bahwa ruang gerak seorang ODHA masih dibatasi oleh masyarakat. Selanjutnya karakteristik responden berdasarkan status perkawinan dapat dilihat pada tabel 5. 4 sebagai berikut:
55
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan NO
4
Karakteristik Responden
Jumlah Frekuensi
Prosentase
Status Perkawinan Lajang
16
40%
Menikah
22
55%
Janda
1
2,5%
Duda
1
2,5%
40
100%
Total
Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak ialah lebih banyak yang berstatus menikah yang berjumlah 22 responden atau sebesar 55%.Sedangkan ODHA yang berstatus lajang berjumlah 16 responden atau sebesar 40%. Lalu ODHA yang berstatus janda berjumlah 1 orang atau sebesar 2,5% dan yang berstatus duda juga berjumlah 1 orang atau sebesar 2,5%. Dari observasi yang juga peneliti lakukan, ODHA yang berstatus menikah memiliki pasangan yang juga ODHA.Untuk ODHA yang berstatus janda dan duda dikarenakan ditinggal pasangannya yang sudah terlebih dahulu menghadap kepada illahi62. Selanjutnya, karakteristik responden berdasarkan lama terdiagnosa HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel berikut ini: 62
Hasil Observasi Peneliti. Dalam kegiatan penyuluhan HIV/AIDS di puskesmas Pancoranmas bersama dengan kelompok dukungan sebaya kuldesak. Depok, 6 Juni 2015
56
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Terdiagnosa HIV/AIDS NO
Karakteristik Responden
5
Jumlah Frekuensi
Prosentase
Lama Terdiagnosa HIV/AIDS ≤ 1 tahun
10
25%
1 - 5 tahun
17
42,5%
6 – 10 tahun
13
32,5%
40
100%
Total
Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa lama terdiangnosa HIV/AIDS ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak lebih banyak berada pada 1-5 tahun dengan jumlah 17 responden atau sebesar 42,5%. Sedangkan lama terdiangnosa selama 6-10 tahun berjumlah 13 responden atau sebesar 32,5% dan lama terdiagnosa kurang dari satu tahun berjumlah 10 responden atau sebesar 25%. Dari lama terdiagnosa HIV/AIDS dapat terlihat bahwa dengan melakukan terapi ARV (antiretroviral) dapat memperpanjang hidup ODHA.Hal tersebut dapat dibuktikan meski bertahun-tahun mengidap HIV/AIDS mereka dapat menjalankan kehidupan sehari-hari seperti biasanya63. Selanjutnya
karakteristik
responden
berdasarkan
penyebab
terinfeksi
HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut ini:
63
Hasil Observasi peneliti.Pada presentasi Dokter Dian dalam Penyuluhan HIV/AIDS di Puskesmas Pancoranmas bersama Kelompok dukungan sebaya Kuldesak. Depok, 6 Juni 2015
57
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Penyebab Terinfeksi HIV/AIDS NO
6
Karakteristik Responden
Penyebab Terinfeksi HIV/AIDS Jarum suntik/Narkoba Free sex (heterosexsual dan homosexual) Tertular dari suami HRM (Laki-laki beresiko tinggi) Insulin Tidak diketahui Total
Jumlah Frekuensi
Prosentase
19
47,5%
10
25%
4
10%
1
2,5%
1
2,5%
2
12,5%
40
100%
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa ODHA di kelompok dukungan sebaya Kuldesak ialah lebih banyak terkena HIV/AIDS dikarenakan penggunaan jarum suntik/narkoba yang berjumlah 19 responden atau 47,5%. Sedangkan dikarenakan perilaku free sex/sex bebas (heterosexual dan homosexual) berjumlah 10 responden atau 25%. Lalu penyebab HIV/AIDS dikarenakan tertular dari suami berjumlah 4 responden atau 10%. Selanjutnya penyebab HIV/AIDS dikarenakan HRM (laki-laki beresiko tinggi) berjumlah 1 responden atau sebesar 2,5%. Penyebab HIV/AIDS dikarenakan insulin berjumlah 1 responden atau sebesar 2,5% dan tidak diketahui penyebab HIV/ADIS berjumlah 2 responden atau sebesar 12,5%.
58
Ketidaktahuan penyebab dari terinfeksi HIV/AIDS dapat pula dikarenakan virus HIV/AIDS ini tidak memiliki gejala khusus pada penderitanya. Secara tidak sadar, penderita HIV/AIDS tidak akan menyadari adanya virus yang telah berkembang didalam tubuhnya. Virus HIV/AIDS ini hanya akan terdeteksi apabila telah melakukan VCT atau cek darah untuk mengetahui adakah virus HIV/AIDS didalam tubuh seseorang64. Jika digambarkan dalam bentuk diagram pie, maka hasil karakteristik responden adalah sebagai berikut:
64
Hasil Observasi Peneliti. Dalam Seminar IMS (Infeksi Menular Seksual) Bersama Dokter Mira. Depok, 27 Maret 2015
59
Gambar 5.1
Jenis Kelamin 35.00%
Laki-laki 65.00%
Perempuan
Gambar 5.2
Usia 5.00% 2.50% 35.00% 57.50%
≤ 20 tahun 21 – 30 tahun 31 – 40 tahun Diatas 40 tahun
60
Gambar 5.3
Pendidikan 7.50% 2.50% 17.50%
7.50%
SD SMP SMA
65.00%
Diploma 3 Strata 1
Gambar 5.4
Status Perkawinan 2.50% 2.50% 40.00% 55.00%
lajang menikah janda duda
61
Gambar 5.5
Lama Terdiagnosa HIV/AIDS 25.00%
32.50%
kurang dari 1 tahun 1 - 5 tahun 42.50%
5 - 10 tahun
Gambar 5.6
Penyebab Terinfeksi HIV 10.00%
tidak tahu
2.50% 2.50%
jarum suntik/narkoba
12.50% 25.00% 47.50%
free sex (heteroseksual dan homoseksual) tertular dari suami HRM (Laki-laki Beresiko Tinggi) Insulin
62
B. Sumber Dukungan Sosial Setelah mengetahui karakteristik responden maka dapat dilihat distribusi sumber dukungan sosial yang didapatkan oleh ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak pada tabel 5.7 berikut ini: Tabel 5.7 Sumber Dukungan Sosial NO
Sumber Dukungan
Frekuensi
Prosentase
1
Ada
37
92,5%
2
Tidak Ada
3
7,5%
40
100%
Total
Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa sebanyak 37 responden atau sebesar 92,5% menyatakan mempunyai sumber dukungan yang berasal dari keluarga, teman, tenaga professional maupun tenaga non professional. Sedangkan responden yang menyatakan tidak memiliki sumber dukungan berjumlah 3 responden atau sebesar 7,5%. Variasi sumber dukungan sosial yang diterima responden dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini:
63
Gambar 5.7 Sumber Dukungan Sosial
variasi sumber dukungan sosial tidak ada sumber dukungan keluarga, teman, tenaga professional
17.50%
2.50% 7.50% 7.50%
22.50%
30.00%
keluarga, teman, tenaga professional, tenaga non professional keluarga
12.50% teman
keluarga, tenaga profesional tenaga professional
Berdasarkan gambar 5.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar 30% responden mendapatkan dukungan dari 3 sumber yakni keluarga, teman dan tenaga professional. Sumber dukungan hanya dari keluarga saja menempati posisi terbanyak kedua yakni sebesar 22,5%. Sedangkan sumber dukungan dari 4 sumber yakni keluarga, teman, tenaga professional dan tenaga non professional sebesar 12,5% persen. Setelahnya disusul dengan sumber dukungan dari teman sebesar 30%. Lalu sumber dukungan dari keluarga dan tenaga professional sebesar 7,5%. Sedangkan sumber dukungan dari keluarga dan tenaga professional sebesar 2,5% dan responden yang merasa tidak mendapatkan sumber dukungan dari siapapun sebesar 7,5%.
64
C. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan pengumpulan data yang peneliti lakukan terhadap 40 responden ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) mengenai dukungan sosial di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 5.8 Dimensi Dukungan Materi/Instrumenal No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Rataan Skor
1
Saya menerima bantuan uang untuk biaya
21
14
5
0
1,6
22
11
6
1
1,65
2
10
18
10
2,9
0
24
10
6
2,55
3
17
7
13
2,75
11
19
6
4
2,075
pengobatan ketika tidak memilikinya. 2
Saya mendapatkan pinjaman kendaraan ketika saya butuhkan untuk pergi berobat.
3
Saya akan memperoleh informasi yang jelas ketika membutuhkannya.
4
Saya mendapatkan saran yang sesuai keinginan saya.
5
Saya mendapatkan rasa empati disaat saya merasa adanya keluhan.
6
Saya akan mendapat bantuan makanan ketika dibutuhkan.
Total Rataan Skor Dukungan Materi/Instrumenal
2,25
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan materi/instrumenal item analisis yang mendapatkan bantuan uang untuk biaya pengobatan ketika membutuhkannya memiliki rataan skor 1,6 dengan jumlah jawaban tidak pernah 65
sebanyak 21 responden, jarang sebanyak 14 responden, sering 5 responden dan selalu 0 responden. Maka sebagian responden lebih banyak yang merasakan tidak pernah mendapatkan bantuan uang untuk biaya pengobatan ketika membutuhkannya. Butir instrumen nomor 2 yang mendapatkan pinjaman kendaraan ketika responden butuhkan untuk pergi berobat, memiliki rataan skor 1,65 dengan jumlah jawaban tidak pernah 22 responden, sebanyak 11 responden menjawab jarang, sebanyak 6 orang menjawab sering dan 1 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden merasa bahwa mereka tidak pernah mendapatkan pinjaman kendaraan ketika responden butuhkan untuk pergi berobat. Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang memperoleh informasi yang jelas ketika membutuhkannya, memiliki rataan skor 2,9 dengan jumlah jawaban tidak pernah 2 responden, jumlah jawaban jarang 10 responden, jumlah jawaban sering 18 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 10 responden. Maka sebagian besar responden menjawab sering dalam memperoleh informasi yang jelas ketika membutuhkannya. Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang mendapatkan saran yang sesuai keinginan responden, memiliki rataan skor 2,55 dengan jumlah jawaban 0 responden menjawab tidak pernah, 24 responden menjawab jarang, 10 responden menjawab sering, 6 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden menjawab jarang mendapatkan saran yang sesuai keinginan responden. Sedangkan butir instrumen nomor 5 pada indikator item analisis yang mendapatkan rasa empati disaat merasa adanya keluhan, memiliki rataan skor 2,75 dengan jumlah jawaban 3 responden menjawab tidak pernah, 17 responden menjawab jarang, 7 responden menjawab sering dan 13 responden menjawab selalu. Maka
66
sebagian besar responden merasa jarang mendapatkan rasa empati disaat adanya keluhan. Lalu butir instrumen nomor 6 pada indikator item analisis yang akan mendapat bantuan makanan ketika dibutuhkan, memiliki rataan skor 2,075 dengan jumlah jawaban 11 tidak pernah, 19 responden menjawab jarang, 6 responden menjawab sering dan 4 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden merasa jarang mendapat bantuan makanan ketika dibutuhkan. Selanjutnya untuk dimensi dukungan emosi/psikologis maka dapat dilihat pada tabel 5.9 sebagai berikut ini: Tabel 5.9 Dimensi Dukungan Emosi/Psikologis No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Skor
1
Saya akan mendapatkan perhatian ketika
4
16
11
9
2,62
untuk
8
10
13
9
2,57
yang
22
14
2
2
1,6
Saya tetap mendapatkan penilaian positif
2
16
11
11
2,77
4
10
7
19
3,025
0
16
13
11
2,87
saya mempunyai masalah. 2
Saya
menerima
bantuan
obat
mengatasi keluhan yang saya rasakan. 3
Saya
merasa
tidak
ada
orang
mencintai saya saat ini. 4
dalam kondisi saat ini. 5
Saya tetap merasa senang dengan kondisi saya saat ini.
6
Saya merasa pendapat saya dihargai.
Total Rataan Skor Dukungan Emosi/Psikologis
2,57
67
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan emosi/psikologi item analisis yang mendapatkan perhatian ketika mempunyai masalah memiliki rataan skor 2,62 dengan jumlah jawaban tidak pernah sebanyak 4 responden, jarang sebanyak 16 responden, sering 11 responden dan selalu 9 responden. Maka sebagian responden lebih banyak yang merasakan jarang mendapatkan perhatian ketika mempunyai masalah. Butir instrumen nomor 2 yang menerima bantuan obat untuk mengatasi keluhan yang dirasakan, memiliki rataan skor 1,6 dengan jumlah jawaban tidak pernah 22 responden, sebanyak 14 responden menjawab jarang, sebanyak 2 orang menjawab sering dan 2 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden merasa bahwa tidak pernah merasa tidak ada orang yang mencintainya saat ini. Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang merasa tidak ada orang yang mencintainya saat ini, memiliki rataan skor 2,9 dengan jumlah jawaban tidak pernah 2 responden, jumlah jawaban jarang 10 responden, jumlah jawaban sering 18 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 10 responden. Maka sebagian besar responden menjawab sering dalam memperoleh informasi yang jelas ketika membutuhkannya. Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang tetap mendapatkan penilaian positif dalam kondisinya saat ini, memiliki rataan skor 2,22 dengan jumlah jawaban 2 responden menjawab tidak pernah, 16 responden menjawab jarang, 11 responden menjawab sering, 11 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden menjawab jarang mendapatkan penilaian positif dalam kondisinya saat ini. Sedangkan butir instrumen nomor 5 pada indikator item analisis yang mendapatkan rasa empati disaat merasa adanya keluhan, memiliki rataan skor 3,025 dengan jumlah jawaban 0 responden menjawab tidak pernah, 16 responden menjawab
68
jarang, 11 responden menjawab sering dan 13 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden merasa sering mendapatkan penilaian positif dalam kondisinya saat ini. Lalu butir instrumen nomor 6 pada indikator item analisis yang merasa pendapatnya dihargai, memiliki rataan skor 2,87 dengan jumlah jawaban 11 tidak pernah, 19 responden menjawab jarang, 6 responden menjawab sering dan 4 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden merasa jarang merasa pendapatnya dihargai. Selanjutnya untuk dimensi dukungan penghargaan dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini: Tabel 5.10 Dimensi Dukungan Penghargaan No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Skor
1
Saya merasa nyaman ketika berada didekat
1
12
13
14
3
4
12
12
12
2,8
atas
5
20
9
6
2,4
Saya merasa dimiliki oleh orang-orang
4
12
9
15
2,87
10
14
10
6
2,3
orang lain. 2
Saya mendapatkan kasih sayang disaat yang tepat.
3
Saya
mendapatkan
pengakuan
kelebihan yang saya miliki. 4
disekitar saya. 5
Saya mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat.
Total Rataan Skor Dukungan Penghargaan
2,67
69
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan penghargaan item analisis yang merasa nyaman ketika berada didekat orang lain, memiliki rataan skor 3 dengan jumlah jawaban tidak pernah sebanyak 1 responden, jarang sebanyak 12 responden, sering 13 responden dan selalu 14 responden. Maka sebagian responden lebih banyak yang merasakan selalu merasa nyaman ketika berada didekat orang lain. Butir instrumen nomor 2 yang mendapatkan kasih sayang disaat yang tepat, memiliki rataan skor 2,8 dengan jumlah jawaban tidak pernah 4 responden, sebanyak 12 responden menjawab jarang, sebanyak 12 orang menjawab sering dan 12 responden menjawab selalu. Maka sebagian responden lebih banyak merasakan jarang, sering, dan selalu mendapatkan kasih sayang disaat yang tepat. Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang mendapatkan pengakuan atas kelebihan yang dimiliki, memiliki rataan skor 2,4 dengan jumlah jawaban tidak pernah 5 responden, jumlah jawaban jarang 20 responden, jumlah jawaban sering 9 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 6 responden. Maka sebagian besar responden menjawab jarang mendapatkan pengakuan atas kelebihan yang dimiliki. Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang merasa dimiliki oleh orang-orang disekitarnya, memiliki rataan skor 2,87 dengan jumlah jawaban 4 responden menjawab tidak pernah, 12 responden menjawab jarang, 9 responden menjawab sering, 15 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden menjawab selalu merasa dimiliki oleh orang-orang disekitarnya. Sedangkan butir instrumen nomor 5 pada indikator item analisis yang mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat, memiliki rataan skor 2,3 dengan jumlah jawaban 10 responden menjawab tidak pernah, 14 responden menjawab jarang, 10 responden menjawab sering dan 6 responden menjawab selalu. Maka
70
sebagian besar responden merasa jarang mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat. Selanjutnya pada dimensi dukungan integritas sosial dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini: Tabel 5.11 Dimensi Dukungan Integritas Sosial No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Skor
1
Saya menerima pujian ketika berhasil
3
19
11
7
2,55
15
11
7
7
2,15
4
17
11
8
2,57
1
24
8
7
2,52
melakukan tugas yang diberikan. 2
Saya menjadi anggota salah satu organisasi yang ada dimasyarakat.
3
Saya mendapatkan tawaran bekerja sama dengan orang lain.
4
Saya menerima umpan balik terhadap apa yang saya lakukan.
Total Rataan Dukungan Intergritas Sosial
2,45
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan integritas sosial item analisis yang menerima pujian ketika berhasil melakukan tugas yang diberikan, memiliki rataan skor 2,55 dengan jumlah jawaban tidak pernah sebanyak 3 responden, jarang sebanyak 19 responden, sering 11 responden dan selalu 7 responden. Maka sebagian responden lebih banyak yang merasakan jarang menerima pujian ketika berhasil melakukan tugas yang diberikan. Butir instrumen nomor 2 yang menjadi anggota salah satu organisasi yang ada dimasyarakat, memiliki rataan skor 2,15 dengan jumlah jawaban tidak pernah 15 71
responden, sebanyak 11 responden menjawab jarang, sebanyak 7 orang menjawab sering dan 7 responden menjawab selalu. Maka sebagian responden lebih banyak yang tidak pernah menjadi anggota salah satu organisasi yang ada dimasyarakat. Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang mendapatkan tawaran bekerja sama dengan orang lain, memiliki rataan skor 2,57 dengan jumlah jawaban tidak pernah 4 responden, jumlah jawaban jarang 17 responden, jumlah jawaban sering 11 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 8 responden. Maka sebagian besar responden menjawab jarang mendapatkan tawaran bekerja sama dengan orang lain. Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang menerima umpan balik terhadap apa yang dilakukan, memiliki rataan skor 2,52 dengan jumlah jawaban 1 responden menjawab tidak pernah, 24 responden menjawab jarang, 8 responden menjawab sering, 7 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden menjawab jarang menerima umpan balik terhadap apa yang dilakukan. Lalu pada dimensi dukungan informasi dapat dilihat pada tabel 5.12 sebagai berikut ini:
72
Tabel 5.12 Dimensi Dukungan Informasi No
Pernyataan
TP
JR
SR
SL
Rataan Skor
1
Saya mendapatkan waktu yang memadai
7
15
11
7
2,45
6
18
9
7
2,42
2
14
10
14
2,9
5
21
9
5
2,35
untuk didampingi. 2
Saya
mendapatkan
pengajaran
cara
mengatasi masalah yang sedang dihadapi. 3
Saya akan dibawa berobat pada saat saya merasakan adanya keluhan.
4
Saya akan mendapatkan bantuan jasa saat saya membutuhkannya.
Total Rataan Skor Dukungan Informasi
2,53
Butir instrumen nomer 1 pada dimensi dukungan informasi item analisis yang mendapatkan waktu yang memadai untuk didampingi, memiliki rataan skor 2,45 dengan jumlah jawaban tidak pernah sebanyak 7 responden, jarang sebanyak 15 responden, sering 11 responden dan selalu 7 responden. Maka sebagian responden lebih banyak yang merasakan jarang mendapatkan waktu yang memadai untuk didampingi. Butir instrumen nomor 2 yang mendapatkan pengajaran cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi, memiliki rataan skor 2,42 dengan jumlah jawaban tidak pernah 6 responden, sebanyak 18 responden menjawab jarang, sebanyak 9 orang menjawab sering dan 7 responden menjawab selalu. Maka sebagian responden lebih
73
banyak yang merasa jarang mendapatkan pengajaran cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Pada butir instrumen nomor 3 pada indikator item analisis yang akan dibawa berobat pada saat merasakan adanya keluhan, memiliki rataan skor 2,9 dengan jumlah jawaban tidak pernah 2 responden, jumlah jawaban jarang 14 responden, jumlah jawaban sering 10 responden, jumlah jawaban selalu sebanyak 14 responden. Maka sebagian besar responden menjawab jarang dan selalu akan dibawa berobat pada saat saya merasakan adanya keluhan. Butir instrumen nomor 4 pada indikator item analisis yang akan mendapatkan bantuan jasa saat membutuhkannya, memiliki rataan skor 2,35 dengan jumlah jawaban 5 responden menjawab tidak pernah, 21 responden menjawab jarang, 9 responden menjawab sering, 5 responden menjawab selalu. Maka sebagian besar responden menjawab jarang akan mendapatkan bantuan jasa saat membutuhkannya.
D. Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA di Kelompok Dukungan Kuldesak Efektivitas dukungan sosial dapat diukur berdasarkan lima dimensi yaitu dimensi dukungan materi/instrumenal, dukungan emosi/psikologis, dukungan penghargaan, dukungan integritas sosial dan dukungan informasi. Lalu kelima dimensi tersebut akan dikategorikan hasil posisi range tingkatan untuk efektivitas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1, 00 – 1, 75
: Tidak Efektif
1, 76 – 2, 5
: Kurang Efektif
2, 51 – 3, 25
: Efektif
74
3, 26 – 4, 00
: Sangat Efektivitas
Maka, efektivitas dari ke lima dimensi dukungan sosial dan jumlah efektivitas secara keseluruhan tersebut dapat kita lihat pada tabel 5.13 Berikut ini: Tabel 5.13 Efektivitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok No
Dimensi
Rataan Skor
Kategori Efektivitas
1
Dukungan Materi/Instrumenal
2, 25
Kurang Efektif
2
Dukungan Emosi/Psikologis
2, 57
Efektif
3
Dukungaan Penghargaan
2, 67
Efektif
4
Dukungan Intergritas Sosial
2, 45
Kurang Efektif
5
Dukungan Informasi
2, 53
Efektif
2, 49
Kurang Efektif
Efektivitas
Berdasarkan tabel 5.13, hasil nilai rata-rata pada pengukuran efektivitas dukungan sosial bagi ODHA di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, bahwa keseluruhan indikator berada pada jumlah 2,49 berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan pada rentang skala rataan skor kurang efektif. Hal ini dikarenakan pada ke lima dimensi dukungan sosial ada dua dimensi yang berada pada skala rataan skor kurang efektif yakni dimensi dukungan materi/instrumenal berjumlah 2,25, berdasarkan rataan tersebut maka dikategorikan kurang efektif. Lalu pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki jumlah rataan skor 2,45, berdasarkan rataan tersebut maka dikategorikan kurang efektif.
75
Sedangkan ke tiga dimensi lainnya dikategorikan efektif yakni, dimensi dukungan emosi/psokologis yang memiliki rataan skor 2,57. Lalu dimensi dukungan penghargaan yang juga dikategorikan efektif memiliki rataan skor 2,67 dan dimensi dukungan informasi yang memiliki rataan skor 2,53 berdasarkan rataan tersebut maka dikategorikan efektif. Maka secara keseluruhan dimensi dukungan sosial, masih adanya dukungan sosial yang kurang efektif bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).Lalu untuk kedepannya diharapkan bahwa dukungan bagi ODHA ini lebih ditingkatkan kembali.Hal tersebut karena dengan adanya dukungan sosial yang besar bagi ODHA, maka mereka dapat menjalani kehidupan seperti sediakala tanpa stigma maupun diskriminasi dari masyarakat/orang-orang disekitarnya.
E. Tabulasi Silang Efektivitas Dukungan Sosial Berikut ini merupakan hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima dimensi dukungan sosial berdasarkan jenis kelamin yang termasuk ke dalam laki-laki dan perempuan:
76
Gambar 5.8 Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin
2.8 2.7 2.6 2.5 2.4 2.3 2.2 2.1
2.757
2.738
2.714
2.631
2.4712.452
2.571
2.494 2.385
Laki-laki
2.433
Perempuan
Berdasarkan tabulasi silang dan grafik pada gambar 5.8, dapat dilihat bahwa pada kategori jenis kelamin laki-laki pada dimensi pertama yaitu item analisis dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,47, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,49, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,63, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,38 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki rataan 2,43. Dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada dimensi dukungan integritas sosial. Pada kategori jenis kelamin perempuan, dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,45, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,73, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,75, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,57 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 77
2,71. Pada kategori jenis kelamin perempuan, dimensi dukungan penghargaan juga memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada dimensi penghargaan yang memiliki skor tertinggi pada responden lakilaki mauupun perempuan, namun responden perempuan memberikan skor lebih tinggi lagi pada dimensi dukungan penghargaan yaitu sebesar 2,75 sedangkan, pada responden laki-laki hanya memberikan skor 2,63. Hal ini dikarenakan bahwa responden perempuan lebih merasakan bahwa dukungan penghargaan ini sangat penting. Karena pada dasarnya baik laiki-laki maupun perempuan sangat membutuhkan adanya sikap dihargai dan diterima, diakui keberadaannya dan rasa dimiliki dan dicintai orang lain. Pada dasarnya, ODHA ini sangat membutuhkan dukungan penghargaan berupa penerimaan dan penilaian positif dari masyarakat. Stop stigma negatif dan diskriminasi terhadap ODHA. Dengan demikian, maka terdapat pendapat yang sama antara responden lakilaki maupun perempuan dalam menilai efektivitas tertinggi dukungan sosial pada dimensi dukungan penghargaan. Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima dimensi dukungan sosial berdasarkan usia yang termasuk ke dalam usia ≤ 20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun dan usia diatas 40 tahun:
78
Gambar 5.9 Efektivitas Dukungan Sosial BerdasarkanUsia
3.5
3.1
3 3 2.5
2.66 2.52 2.42
2.6
2.68 2.34
2.11 2.17 2.08
2.16 1.83
2
2.52
2.5 2.25
2.62 2.48 2.30
1.75
1.5 1 0.5 0 Dukungan Materi Instrumental
Dukungan Emosi/Psikologis
≤ 20 tahun
Dukungan Penghargaan
21 – 30 tahun
Dukungan Integritas Sosial
31 – 40 tahun
Dukungan Informasi
Diatas 40 tahun
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.9, dapat dilihat bahwa pada kategori usia ≤ 20 tahun tahun pada dimensi pertama yaitu item analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 3, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 1,83, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,6, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 1,75 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki rataan 2,5. Dimensi dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada dimensi dukungan integritas sosial.
79
Pada kategori usia 21-30 tahun, dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,11, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,42, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,34, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,16 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,30. Pada kategori usia 21-30 tahun, dimensi dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada kategori usia 31-40 tahun, dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,08, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,66, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,68, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,52 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,48. Pada kategori usia 31-40 tahun, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada kategori usia 40 tahun keatas, dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,11, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,42, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3,1, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,25 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,62. Pada kategori usia 40 tahun keatas, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal.
80
Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal, karakteristik berusia ≤ 20 memberikan skor lebih tinggi yaitu 3 dibandingan dengan karakteristik responden pada umur 21-30 tahun, 31-40 tahun dan diatas 40 tahun yang masing-masing lebih banyak memberikan rataan skor pada dimensi dukungan penghargaan dan memberikan skor paling rendah pada dukungan materi/instrumenal. Hal tersebut dikarenakan, pada usia ≤ 20 tahun masih dapat mengukur sesuatu hanya dengan materi, sedangkan pada usia 20 tahun keeatas, cenderung sudah memasuki kedewasaan dan sudah merasa bahwa dukungan penghargaan diri itu jauh lebih utama dibandingan hanya dukungan materi. Dengan demikian, maka terdapat perbedaan pendapat dalam menilai efektivitas dukungan sosial pada responden berusia ≤ 20, responden berusia 21-30, responden berusia 31-40 dan responden berusia 40 tahun keatas. Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal mendapatkan penilaian paling tinggi dari responden usia≤ 20. Sedangkan usia 21-30, 31-40, dan lebih dari 40 tahun secara umum memberikan penilaian yang paling tinggi terhadap dimensi dukungan penghargaan. Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima dimensi dukungan sosial berdasarkan status pendidikan terakhir yang termasuk ke dalam SD, SMP, SMA, Diploma 3 dan Strata 1 yakni sebagai berikut:
81
Gambar 5.10 Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Pendidikan Terakhir
3.33
3.5 3 2.5
4
3.8
4 2.83 2.5 2.38 2.60 2.27 2.21 2.282.27 1.94
3 2.68 2.46 2.42
3 3 2.5
2.28
2.58 2.33
2
2
2.32 1.91
1.5 1 0.5 0 Dukungan Materi Instrumental
Dukungan Emosi/Psikologis
SD
SMP
Dukungan Penghargaan
SMA
Dukungan Integritas Sosial
Diploma 3
Dukungan Informasi
Strata 1
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.10, dapat dilihat bahwa pada kategori pendidikan terakhir SD (sekolah dasar), pada dimensi pertama yaitu item analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,21, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,38, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,42, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,28 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki rataan 2,32. Dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada kategori pendidikan terakhir SMP (sekolah menengah pertama), dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 1,94, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,27, lalu pada dimensi
82
ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,46, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,91. Pada kategori pendidikan terakhir SMP, dimensi dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan informasi. Pada kategori pendidikan terakhir SMA (sekolah menengah atas), dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,28, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,60, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,68, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,5 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,58. Pada kategori pendidikan terakhir SMA, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada kategori pendidikan terakhir Diploma 3 (D3), dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,27, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,83, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,33 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 3. Pada kategori pendidikan terakhir D3, dimensi dukungan penghargaan dan dukungan informasi memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Lalu pada kategori pendidikan terakhir Strata 1 (S1), dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,5, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 3,33, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3,8, sedangkan pada dimensi dukungan
83
integritas sosial memiliki rataan skor 4 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 3. Pada kategori pendidikan terakhir S1, dimensi dukungan intergritas sosial memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal, dari berbagai karakteristik pendidikan terakhir yakni SD, SMA, D3 dan S1 memberikan skor terendah sedangkan pendidikan terakhir SMP memberikan skor terendah pada dukungan informasi. Untuk dukungan tertinggi pada lulusan SD, SMP, SMA dan D3 masing-masing memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan penghargaan. Sedangkan pada pendidikan terakhir S1 memiliki pendapat lain dengan memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan integritas sosial. Hal tersebut dapat terlihat bahwa pendidikan S1 lebih banyak menghabiskan waktunya dengan orang-orang disekitarnya dan mudah berinteraksi dengan masyarakat serta sudah lebih merasa nyaman dan percaya diri berada ditengah-tengah masyarakat. Sedangkan pada pendidikan terakhir SD, SMP, SMA dan diploma 3 yang lebih memilih dukungan penghargaan dengan skor tertinggi, hal tersebut bahwa diterima dan dihargai masyarakat masih menjadi hal yang sangat penting bagi mereka untuk selanjutnya dapat menyesuaikan diri didalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, maka terdapat perbedaan pendapat dalam menilai efektivitas dukungan sosial pada responden dengan pendidikan terakhir SD, SMP, SMA, Diploma 3 dan Strata 1.Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal mendapatkan penilaian paling rendah dari lulusan SD, SMA, D3 dan S1.Sedangkan lulusan SMP memberikan skor terendah pada dukungan informasi. Untuk dukungan tertinggi pada dimensi dukungan penghargaan pada lulusan terakhir SD, SMP, SMA
84
dan D3. Sedangkan pada lulusan S1 memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan integritas sosial. Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima dimensi dukungan sosial berdasarkan status perkawinan yakni, lajang, menikah, janda dan duda sebagai berikut:
Gambar 5.11 Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Status Perkawinan 3.4
3.5 3 3 2.5 2
2.72 2.32 2.16
2.5
3.25
2.88 2.66
2.6 2.35
2.34
2.63 2.18
2.75 2.25
2.67 2.32 2
1.66
1.5 1 0.5 0 Dukungan Materi Instrumental
Dukungan Emosi/Psikologis Lajang
Dukungan Penghargaan Menikah
Janda
Dukungan Integritas Sosial
Dukungan Informasi
Duda
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.11, dapat dilihat bahwa pada kategori ststus lajang, pada dimensi pertama yaitu item analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,16, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,34, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan
85
penghargaan memiliki rataan skor 2,35, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,18 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki rataan 2,32. Dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki
rataan
skor
lebih rendah
yaitu
pada
dimensi
dukungan
yaitu
dukungan
materi/instrumenal. Pada
kategori
status
menikah,
dimensi
pertama
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,32, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,72, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,88, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,63 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,67. Pada kategori ststus menikah, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada
kategori
status
janda,
dimensi
pertama
yaitu
dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,5, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 3, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3,4, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,75 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 3,25. Pada kategori berstatus janda, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada
kategori
berstatus
duda,
dimensi
pertama
yaitu
dukungan
materi/instrumenal memiliki rataan skor 1,66, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,66, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,6, sedangkan pada dimensi dukungan integritas
86
sosial memiliki rataan skor 2,25 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2. Pada kategori berstatus duda, dimensi dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal, dari berbagai karakteristik berstatus lajang, menikah, janda dan duda memberikan skor terendah.Sedangkan untuk dukungan tertinggi pada status lajang, menikah dan janda masing-masing memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan penghargaan. Sedangkan pada status duda memiliki pendapat lain dengan memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan emosi/psikologis. Hal tersebut dapat terlihat pada status duda yang lebih banyak mendapatkan dukungan emosi/ psikologis yang diterima ini bisa dikatakan lebih
mengacu
pada
pemberian
semangat,
kehangatan,
cinta
kasih
dan
emosi.Sedangkan pada status lajang, menikah dan janda yang merasa lebih banyak mendapatkan dukungan penghargaan, merasa bahwa dirinya lebih bernilai dan diterima dengan kondisinya saat ini. Dengan demikian, maka terdapat perbedaan pendapat dalam menilai efektivitas dukungan sosial pada responden dengan status lajang, menikah, janda dan duda.Pada dimensi dukungan sosial materi/instrumenal mendapatkan penilaian paling rendah dari semua status.Sedangkan pada status duda memberikan dukungan emosi/psikologis skor tertinggi. Lalu skor dukungan tertinggi lain diberikan pada dimensi dukungan penghargaan pada status lajang, menikah dan janda. Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima dimensi dukungan sosial berdasarkan lamanya terdiangnosa yakni, < dari 1 tahun, 1-5 tahun dan 6-10 tahun sebagai berikut ini:
87
Gambar 5.12 Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Lama Terdiagnosa HIV/AIDS
2.83
3 2.5
2.23 2.15
2.39
2.48
2.57 2.65
2.52
2.76
2.64 2.22
2.33
2.67 2.37
2.51
2 1.5 1 0.5 0
Dukungan Materi Dukungan Instrumental Emosi/Psikologis < dari 1 tahun
Dukungan Penghargaan 1 - 5 tahun
Dukungan Integritas Sosial
Dukungan Informasi
6 - 10 tahun
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.12 diatas, dapat dilihat bahwa pada kategori lama terdiagnosa kurang dari 1 tahun, pada dimensi pertama yaitu item analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,23, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,48, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,52, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,22 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki rataan 2.37. Dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada dimensi dukungan integritas sosial.
88
Pada kategori lama terdiagnosa 1-5 tahun, dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,15, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,57, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,64, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,33 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,51. Pada kategori lama terdiagnosa 1-5 tahun, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada kategori lama terdiagnosa 6-10 tahun, dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,39, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,65, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,83, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,76 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,67. Pada kategori lama terdiagnosa 6-10 tahun, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada
dimensi
dukungan
penghargaan
masing-masing kategori
lama
terdiagnosa memberikan skor tertinggi.Sedangkan pada skor dimensi dukungan terendah pada kategori lama terdiagnosa 1-5 tahun dan 1-6 berada pada dimensi dukungan materi/instrumenal.Sedangkan pada lama terdiagnosa kurang dari 1 tahun memberikan skor terendah pada dimensi dukungan integritas sosial.Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika seseorang baru mengetahui statusnya sebagai ODHA, orangorang disekitarnya masih saja mendiskriminasi dan menstigma hal tersebut.Maka, kurangnya dukungan sosial integritas sosial sangat dirasakan oleh kategori yang tergolong baru mengetahui statusnya sebagai ODHA.
89
Dengan demikian, maka terdapat kesamaan pendapat dalam menilai efektivitas dukungan sosial pada responden dengan kategori lama terdiagnosa kurang dari 1 tahun, 1-5 tahun dan 6-10 tahun. Karena pada dimensi dukungan penghargaan, dari masing-masing kategori memberikan skor tertinggi. Berikutnya hasil penelitian tingkat efektivitas dukungan sosial bagi ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dikelompok dukungan sebaya Kuldesak dari kelima dimensi dukungan sosial berdasarkan penyebab HIV/AIDS yaitu, narkoba/jarum suntik, tertular dari suami, freeseks (heteroseksual dan homoseksual), HRM (laki-laki beresiko tinggi), insulin dan tidak tahu penyebabnya sebagai berikut ini:
90
Gambar 5.13 Efektivitas Dukungan Sosial Berdasarkan Penyebab HIV/AIDS 3.4
3.5
3.18 3
3 2.5 2
2.66 2.36 2.22.14
2.73 2.75 2.53 2.46 2.33 2.16
3 2.64 2.58
2.6
2.5
2.24 2
1.83
2.57 2.43 2.35 2.25 2.25 2.12 2
2.5
1.75 1.5 1 0.5 0 Dukungan Materi Instrumental
Dukungan Emosi/Psikologis
Dukungan Penghargaan
Dukungan Integritas Sosial
tidak tahu
Jarum Suntik
Free Seks (Homoseksual/Heteroseksual)
Tertular dari Suami
HRM (Laki-laki Beresiko Tinggi)
Insulin
Dukungan Informasi
Berdasarkan tabulasi silang pada gambar 5.13, diatas, dapat dilihat bahwa pada kategori tidak tahu penyebab terdiagnosa HIV/AIDS, pada dimensi pertama yaitu item analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,2, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,53, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,24. Sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki rataan 2,25. Dimensi dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada dimensi dukungan integritas sosial.
91
Pada kategori penyebab terdiagnosa HIV/AIDS karena Jarum suntik/narkoba, dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,14, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,46, lalu pada dimensi ketiga yaidtu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,64, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,5 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,43. Pada kategori penyebab HIV/AIDS karena jarum suntik/narkoba, dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan materi/instrumenal. Pada kategori penyebab terdiagnosa HIV/AIDS karena free sex (Heteroseksual dan Homoseksual), dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 36, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,73, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,58, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,35 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,57. Pada kategori penyebab HIV/AIDS karena free sex (heteroseks dan homoseks), dimensi dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan integritas sosial. Lalu pada kategori penyebab terdiagnosa karena tertular dari suami, pada dimensi pertama yaitu item analisis atau dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,66, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,75, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3,4, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,12 dan pada dimensi dukungan informasi memiliki rataan 3,18. Dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi dan yang memiliki rataan skor lebih rendah yaitu pada dimensi dukungan integritas sosial.
92
Pada kategori penyebab terdiagnosa karena HRM (laki-laki beresiko tinggi), dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 1,83, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 2,16, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 3, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 1,75. Pada kategori penyebab terdiagnosa karena HRM (laki-laki beresiko tinggi), dimensi dukungan penghargaan memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi dukungan informasi. Pada kategori terdiagnosa HIV/AIDS karena insulin, dimensi pertama yaitu dukungan materi/instrumenal memiliki rataan skor 2,33, pada dimensi kedua yaitu dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor 3, lalu pada dimensi ketiga yaitu dukungan penghargaan memiliki rataan skor 2,6, sedangkan pada dimensi dukungan integritas sosial memiliki rataan skor 2,25 dan pada dimensi informasi memiliki rataan skor 2,5. Pada kategori terdiagnosa HIV/AIDS karena insulin, dimensi dukungan emosi/psikologis memiliki rataan skor paling tinggi, namun rataan skor terendah ada pada dimensi integritas sosial. Pada dimensi dukungan sosial integritas sosial, dari karakteristik responden penyebab HIV/AIDS karena tidak tahu, free sex (homoseksual dan heteroseksual), tertular dari suami dan karena insulin memberikan skor terendah. Lalu pada dimensi dukungan materi/instrumenal mendapatkan skor terendah dari penyebab HIV/AIDS karena jarum suntik dan penyebab HIV/AIDS karena HRM (laki-laki berseiko tingggi) memberikan skor terendah pada dukungan informasi.Sedangkan untuk dukungan
tertinggi
pada
penyebab
terdiagnosa
HIV/AIDS
karena
jarum
suntik/narkoba, tertular dari suami dan HRM (laki-laki beresiko tinggi), memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan penghargaan. Sedangkan pada kategori
93
penyebab terdiagnosa HIV/AIDS karena tidak tahu penyebab, free sex dan insulin memiliki pendapat lain dengan memberikan skor tertinggi pada dimensi dukungan emosi/psikologis. Hal tersebut dapat terlihat bahwa penyebab dari HIV/AIDS juga mempengaruhi dimensi dukungan sosial yang diterima dari masing-masing kategori.Dengan demikian, maka terdapat perbedaan pendapat dalam menilai efektivitas dukungan sosial pada responden dengan kategori penyebab HIV/AIDS.
94
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang berjudul “Efektivitas Dukungan Sosial Bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok” dapat disimpulkan sebagai berukut: 1. Efektififas dukungan sosial bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak memiliki rataan skor (2,49) berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan kurang efektif. 2. Dari kelima dimensi dukungan sosial yang ada memiliki rataan skor sebagai berikut: Dukungan Materi/Instrumenal memiliki rataan skor (2,25) berdasarkan rataan
tersebut
maka
dikategorikan
kurang
efektif,
lalu
dukungan
emosi/psikologis memiliki rataan skor (2,57) berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan efektif, dukungan penghargaan memiliki rataan skor (2,67) berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan efektif, dukungan Integritas Sosial memiliki rataan skor (2,45) berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan kurang efektif dan dukungan informasi memiliki rataan skor (2,53) berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan efektif. 3. Dari rataan skor kelima dimensi yang ada, maka dimensi dukungan sosial yang paling efektif bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) adalah dukungan penghargaan dengan skor rataan tertinggi 2,67 berdasarkan rataan skor tersebut maka dikategorikan efektif.
95
4. Hasil Crosstab atau tabulasi silang menunjukkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status perkawinan, lama terdiagnosa dan penyebab HIV/AIDS, terdapat perbedaan pendapat dalam menilai dimensi dukungan materi/isntrumental,
dukungan
emosi/psikologis,
dukungan
penghargaan,
dukungan integritas sosial dan dukungan informasi. 5. Hubungan dari penelitian ini dengan jurusan kesejahteraan sosial atau terhadap profesi pekerja sosial adalah, pekerja sosial dapat membantu ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) didalam memperbaiki dan meningkatkan fungsi sosialnya. Oleh karena itu, apabila fungsi-fungsi dari ODHA tersebut yang tidak dapat dilaksanakan secara memadai sehingga menyebabkan ketidakberfungsian atau masalah bagi anggota-anggota masyarakat, maka pekerja sosial disini diharapkan dapat menjadi salah satu peran untuk membantu ODHA dalam memperbaiki dan meningkatkan keberfungsiannya dengan memberikan dukungan sosial. Dengan demikian, masalah-masalah yang muncul pada ODHA akibat ketiadaan dukungan sosial dari masyarakat dapat diatasi dengan baik.
B. Saran Dari hasil penelitian yang berjudul “Efektivitas dukungan Sosial bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok” dapat disarankan bahwa: 1.
Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak kedepannya di harapkan agar dapat meningkatkan dukungan sosial bagi ODHA yang berada di Kelompok Dukungan Sebaya.
96
2. Untuk kedua dimensi dukungan yang masih dikategorikan memiliki rataan skor kurang efektif yakni pada dimensi dukungan instrumenal/materi dan dukungan integritas sosial untuk lebih ditingkatkan kembali bagi ODHA. 3. Pada dimensi dukungan sosial yang memiliki rataan skor efektif yakni dukungan sosial emosi/psikologis, dukungan sosial penghargaan dan dukungan sosial informasi agar di pertahankan. Terutama pada dimensi dukungan penghargaan yang memiliki rataan skor tertinggi untuk kedepannya menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki kuldesak dalam memberikan dukungan sosial bagi ODHA. 4. Dalam memberikan dukungan sosial ini dapat dilibatkan profesi selain dokter atau dapat dikatakan bahwa memerlukan adanya profesi pekerja sosial dalam membantu memberikan dukungan sosial kepada ODHA agar kembali dapat berfungsi secara sosial. Lalu untuk kedepannya, diharapkan pula adanya dukungan sosial spiritual bagi ODHA agar pendekatan agama juga dapat menjadi salah satu motivasi untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan didalamnya.Untuk itu, penulis memberikan beberapa saran sebagai pertimbangan dalam penyempurnaan penelitian selanjutnya yakni, agar penelitian selanjutnya dapat lebih mengeksplor penelitian tentang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) terutama pada dukungan sosial yang diberikan bagi ODHA dan sumber dukungan sosial tersebut.
97
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku: Anas Sudjiono.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Bugin, Burhan.Metodologi Penelitian Kuantitatif.Cetakan Ke-2, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2005. Departemen pendidikan dan kebudayaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan ke-1, Jakarta: Balai Pustaka. E. Miller, James.Effective Support Groups, How to Plan, Design, Facilitate and Enjoy Them. Fort Wayne, Indiana: Willowgreen Publishing, 1998. Faisal, Sanapiah.Format-format penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. FX.Suwarto.Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1999. Hermawati, Istiana, dkk.Studi Evaluasi Efektivitas KUBE dalam Pengentasan Keluarga Miskin di Era Otonomi Daerah. Cetakan Ke-1, Yogyakarta: Departemen Sosial RI, 2005. James A. F Stoner&Alofonsius Sirait.Manajemen. Cetakan Ke-5, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1994. Jonathan Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif&Kualitatif. Cetakan Ke-1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Kountur, Ronny.Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Cetakan Ke-3, Jakarta: PPM, 2005. Kurts, Linda Farris.Self-help and dupport groups, California: Sage sourcebooks for the human services.1997. Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1995. Montagnier, Luc, dkk.Para Ahli Menjawab Tentang HIV/AIDS. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997. Noor, Juliansyah.Metodologi penelitian. Cetakan Ke-1, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011. Oxford, J., (1992). Community Psycology: Theory & Practice. New York : Jhon Wiley & Sons, Inc.
98
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan HIV/AIDS Profil Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak Rachmat kriyanto.Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: kencana, 2009. Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif. Cetakan Ke-1, Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013. Soedarto.Virologi Klinik Membahas Penyakit-penyakit Virus Termasuk AIDS, Flu Burung, Flu Babi, dan SARS. Jakarta: CV Sagung Seto, 2010. Soewarno Hadayaningrat. Azas-azas Organisasi Manajemen.( 1994). Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke-20, Bandung: Alfabeta, 2014. Syamil Al-qur‟an Miracle The Reference, (Bandung: Sygma Publishing, 2010). Warto, dkk.UjiCoba Model Pelayanan Sosial Penyandang HIV dan AIDS. Yogyakarta: Departemen Sosial RI B2P3KS, 2008. Widhiowati, Didiet & Murni, Rokna, Bagian ke lima: Manual praktek pengembangan sosial masyarakat “Pemberian Dukungan Kepada Masyarakat”. Bandung: STKS, 2008.
Sumber Jurnal: Suhardiana Rachmawati, ( 2013). Kualitas hidup orang dengan HIV / AIDS yang mengikuti terapi antiretroviral. ISSN: 2303-2936 Volume I (1), 48 – 6248. Sushil Yadav. Perceived social support, hope, and quality of life of persons with HIV/AIDS: a case study from Nepal. Springer Science+Business Media B.V, 11 December 2009.
Sumber Skripsi: Agustanti,Dwi.Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bandar Lampung. Thesis S2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, 2006. Wenda Andina Ayu Astari. Efektivitas Publisitas dan Kampanye E-Ticketing oleh Humas Trans Jakarta. (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional, 2015)
Sumber Internet:
99
Dukungan Sebaya dari Kuldesak SG, web diakses pada 21 Januari 2015 dari http://www.odhaberhaksehat.org/2014/dukungan-sebaya-dari-kuldesak-sg/ Family Health International, “apa itu hiv/aids?”, pdf diakses pada 19 Januari 2015 Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, “HARI AIIDS SEDUNIIA 2014” artikel ini diakses pada 20 Januari 2015 dariwww.depkes.go.id REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK, “Jumlah Penderita HIV/AIDS di Depok Terus Bertambah,” artikel diakses pada 20 Januari 2015 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/12/19/my283yjumlah-penderita-hivaids-di-depok-terus-bertambah
100
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Judul Penelitian : Efektifitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok Peneliti
: Dhea Ariesta Khairunnisa
Alamat
: Komplek Bumi Sawangan Indah 1 Blok A1/19 Sawangan-Depok
No Telp/Hp
: 02191604030/083876889144
Peneliti, Dhea Ariesta Khairunnisa, Mahasiswi Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta akan melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Seberapa besar efektifitas bentuk dukungan sosial bagi ODHA di kelompok dukungan sebaya kuldesak dan untuk mengetahui jenis dukungan yang paling efektif bagi ODHA. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas maupun jawaban yang diberikan responden serta menjamin bahwa penelitian ini tidak akan memberikan dampak negatif bagi siapapun. Apabila selama penelitian berlangsung, ada dampak negatif yang dirasakan oleh responden maka peneliti akan memberikan kompensasi yang sesuai tanpa membebankan responden. Peneliti juga akan menjunjung tinggi hak-hak responden dan tidak akan memberikan sanksi apapun bagi responden yang tidak berkenan berpartisipasi dalam penelitian. Demikianlah penjelasan penelitian ini, semoga dapat meningkatkan partisipasi saudara. Atas partisipasinya, peneliti ucapkan terima kasih.
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan kesediaan menjadi responden pada penelitian yang berjudul “Efektifitas Dukungan Sosial bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) di Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak, Kota Depok”, setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan, manfaat dan risiko yang akan terjadi selama penelitian berlangsung. Saya menyadari bahwa partisipasi saya akan memberikan manfaat bagi semua pihak. Oleh kerena itu, dengan sukarela atau tanpa paksaan saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Peneliti,
(…………………….)
Responden,
(….…………….…)
Petunjuk: 1. Bagi responden dianjurkan untuk membaca dengan teliti semua pertanyaan/pernyataan yang ada dalam kuisioner 2. Kuisioner terdiri dari 2 bagian: a. Bagian A, terdiri dari 7 pertanyaan yang langsung diisi oleh responden. b. Bagian B, terdiri dari 1 pertanyaan tentang sumber dukungan atau bantuan yang diterima oleh responden dengan memberikan tanda “ ” pada kotak yang tersedia dan 25 pernyataan tentang dukungan sosial/bantuan yang diterima dengan memberikan tanda “ ” pada kolom yang tersedia, dengan keterangan sbb:
Tp (Tidak pernah)
: bila tidak menerima bantuan apapun
Jr (Jarang)
: bila menerima bantuan 1-2 kali/bulan
Kd (Kadang-kadang)
: bila menerima bantuan 3-4 kali/bulan
Sr (Sering)
: bila menerima bantuan 5-6 kali/bulan
Sl (Selalu)
: bila menerima bantuan > 6 kali/bulan
1 bulan
3. Semua pertanyaan/pernyataan sedapat mungkin diisi secara jujur dan lengkap. 4. Bila ada pertanyaan/pernyataan yang kurang dipahami, mintalah petunjuk langsung pada peneliti. 5. Atas partisipasi responden kami mengucapkan terimakasih.
KUISIONER A : KARAKTERISTIK RESPONDEN
Kode responden
: …………………………(diisi oleh peneliti)
Umur
: ………………………….(Tahun)
Jenis kelamin
: …………………………..
Pendidikan
: …………………………..
Status perkawinan
: …………………………..
Lama terdiagnosa HIV/AIDS
: …………………………..(Bulan/Tahun)
Penyebab terinfeksi HIV/AIDS
: …………………………..
KUISIONER B : DUKUNGAN SOSIAL Pertanyaan : 1. Sumber dukungan sosial yang saya terima berasal dari …….
Tidak ada
Keluarga: Suami/istri, anak, adik/kakak, ayah/ibu, kakek/nenek, kerabat (paman/bibi/ipar/mertua)
Teman : rekan kerja, teman sebaya, kekasih/pacar, teman klub, teman organisasi
Tenaga professional: dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan lainnya
Tenaga non professional: tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh daerah/ aparat pemerintah.
Berilah tanda chek list ( ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi saudara saat ini. JAWABAN N
Tidak
O
PERNYATAAN
Saya menerima bantuan uang untuk biaya pengobatan ketika tidak memilikinya.
2.
Saya mendapatkan pinjaman kendaraan ketika saya butuhkan untuk pergi berobat.
3.
Saya akan mendapatkan perhatian ketika saya mempunyai masalah.
4.
Saya merasa nyaman ketika berada didekat orang lain.
5.
Saya menerima pujian ketika berhasil melakukan tugas yang diberikan.
6.
Saya mendapatkan waktu yang memadai untuk didampingi.
7.
Saya akan memperoleh informasi yang jelas ketika membutuhkannya.
8.
Saya mendapatkan saran yang sesuai keinginan saya.
9.
Saya
menerima
bantuan
obat
untuk
mengatasi keluhan yang saya rasakan. 10.
Saya mendapatkan kasih sayang disaat yang tepat.
11.
Saya
mendapatkan
pengakuan
atas
kelebihan yang saya miliki. 12.
Saya menjadi anggota salah satu organisasi yang ada dimasyarakat.
Sering
Selalu
1-2 x /
5-6 x /
>6 x / bln
bln
bln
Pernah 0 x / bln
1.
Jarang
13.
Saya
mendapatkan
pengajaran
cara
mengatasi masalah yang sedang dihadapi. 14.
Saya akan dibawa berobat pada saat saya merasakan adanya keluhan.
15.
Saya mendapatkan rasa empati disaat saya merasa adanya keluhan.
16.
Saya
merasa
tidak ada
orang
yang
mencintai saya saat ini. 17.
Saya tetap mendapatkan penilaian positif dalam kondisi saat ini.
18.
Saya mendapatkan tawaran bekerja sama dengan orang lain.
19.
Saya akan mendapatkan bantuan jasa saat saya membutuhkannya.
20.
Saya akan mendapat bantuan makanan ketika dibutuhkan.
21.
Saya tetap merasa senang dengan kondisi saya saat ini.
22.
Saya merasa pendapat saya dihargai.
23.
Saya merasa dimiliki oleh orang-orang disekitar saya.
24.
Saya mengikuti kegiatan sosial yang ada di masyarakat.
25.
Saya menerima umpan balik terhadap apa yang saya lakukan.
*Sumber kuisioner: Dwi Agustanti, SKp, “Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bandar Lampung (Tesis S2, FIK-UI, 2006).
Pedoman Observasi
Melihat segala sesuatu yang ada didalam proses kegiatan Kelompok Dukungan Sebaya Kuldesak. A. Melihat proses kegiatan kelompok dukungan sebaya kuldesak sebagai berikut: 1. Melihat Kegiatan Beauty Class bagi Ibu-ibu Rumah Tangga ODHA 2. Melihat dan mengikuti Seminar IMS (Infeksi Menular Seksual) yang diadakan oleh KPA Kota Depok dan bekerjasama dengan Kuldesak 3. Melihat dan mengikuti Kelas Hukum dan Paralegal di KDS Kuldesak yang diadakan setiap bulannya 4. Melihat talkshow HIV/AIDS dan tes VCT HIV/AIDS di Masyarakat 5. Melihat dan Mengikuti Pertemuan Rutin ODHA di Puskesmas Pancoranmas, Depok B. Melihat Sarana dan Prasarana yang ada dikelompok dukungan Sebaya Kuldesak
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat Kegiatan Beauty Class bagi Ibu-ibu Rumah Tangga ODHA
Waktu Observasi
: 15.00-17.00
Tempat Observasi
: Kuldesak
Orang yang terlibat
: Para Pengurus Kuldesak
Waktu 15.00 - 17.00
Deskripsi Salah
satu
program
Makna
kuldesak
adalah Kegiatan
ini
bertujuan
untuk
memberikan life skill bagi para ODHA yang membangun kepercayaan diri ibuberada di kuldesak. Salah satunya dengan ibu dengan belajar menggunakan memberikan
keterampilan
dalam make-up. Hal ini juga menjadi
menggunakan make-up. Disini kuldesak salah memberikan
skill
bagi
ibu-ibu
mempergunakan make-up.
Peneliti
satu
bentuk
dukungan
dalam informasi. Yakni dimana dukungan juga informasi dibutuhkan bagi diri ibu-
membantu menjadi model dalam kegiatan ibu ODHA tersebut. Dukungan make up tersebut. Setiap tahapan mulai dari informasi
ini
berarti
memberi
memberikan foundation sebagai alas utama informasi atau mengajarkan suatu dalam
bermake-up.
Lalu
bagaimana keahlian yang dapat memberi solusi
menyapukan bedak secara rata diwajah. terhadap
satu
masalah.
Yakni
Sampai bagaimana cara mempergunakan eye dengan karena stigma negatif tetang shadow dengan memadukan warna yang ODHA namun, dengan adanya cocok di kelopak mata. Lalu bagaimana cara kegiatan
ini
diharapkan
agar
membentuk alis agar terlihat rapih dan kepercayaan diri masing-masing cantik. Serta cara menggunakan blush on terutama pada ibu-ibu ODHA ini dikedua
pipi
dan
juga
bagaimana dapat terbangun kembali.
memnggunakan lipstick agar rapih. Semua diajarkan salam sesi beauty class tersebut. Ibu-ibu
terlihat
antusias
saat
acara
berlangsung. Masing-masing dari ibu-ibu tersebut
juga
mencoba
mempergunakan
make-up pada dirinya sendiri dengan alat yang
telah
disediakan
oleh
pengurus
kuldesak. Dengan begitu ibu-ibu dapat melihat hasil dari belajar make-upnya hari ini.
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat dan mengikuti Seminar IMS (Infeksi Menular Seksual) yang diadakan oleh KPA Kota Depok dan bekerjasama dengan Kuldesak
Waktu Observasi
: 09.00 – 13.00 WIB
Tempat Observasi
: Rumah Makan Roti Bakar Eddy, Margonda
Orang yang terlibat
: Pengurus Kuldesak dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota Depok
Waktu 09.00 – 13.00 WIB
Deskripsi
Makna
Dalam acara seminar IMS (Infeksi Menular Dari kegiatan tersebut menjadi Seksual) ini tidak hanya didatangi oleh salah satu wadah untuk memerangi populasi
kunci
(ODHA)
tetapi
juga virus
HIV/AIDS
dan
tidak
didatangi oleh ibu-ibu PKK yang aktif memberikan stigma negatif pada dalam menangani kasus HIV/AIDS di penderitanya. Kegiatan ini juga Depok. Ibu-ibu PKK ini biasanya berperan menjadi dalam
mendampingi
ODHA
salah
satu
bentuk
untuk dukungan informasi bagi ODHA
mendapatkan pelayanan kesehatan. Ibu-ibu terutama.
Karena
dukungan
PKK ini juga menjadi salah satu mitra informasi ini termasuk pemberian Kuldesak untuk menjangkau ODHA agar nasehat, arahan, saran dan feedback mendapatkan
pengobatan
yang
sesuai. atau umpan balik tentang apa yang
Disini dapat terlihat keterlibatan kuldesak sedang
dan
telah
dilakukan
dalam menanggulangi HIV/AIDS sangat seseorang. Hal tersebut terlihat dari
besar. Dengan menjangkau populasi kunci pemberian (ODHA)
dapat
HIV/AIDS
di
menekan Depok.
Serta
dapat pasien yang membutuhkannya.
melakukan pengobatan yakni berupa terapi ARV. Dan kuldesak juga sebagai mitra KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Kota Depok dalam menjangkau populasi kunci. Dalam acara tersebut, menghadirkan Dokter Mira, Dokter spesialis kulit & penyakit kelamin dari unit puskesmas Cimanggis. tersebut
macam-macam
menjelaskan penyakit
tentang
seksual
dan
bagaimana penularannya. Terutama untuk penularan HIV/AIDS yang hanya menular melalui: hubungan seksual, cairan sperma, cairan vagina, asi dan melalui darah. HIV/AIDS tidak menular melalui hubungan sosial sehari-hari maupun kontak fisik seperti bersalaman. Hal ini juga menjadi pengetahuan
masyarakat
agar
tidak
memberikan stigma negatif pada penderita HIV/AIDS.
tentang
penyebaran penyakit oleh Dokter Mira pada
memberikan edukasi kepada ODHA untuk
Dokter
informasi
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat dan mengikuti Kelas Hukum dan Paralegal di KDS Kuldesak
Waktu Observasi
: 14.00 – 17.00 WIB
Tempat Observasi
: Sekretariat Kuldesak
Orang yang terlibat
: Pengurus Kuldesak dan Pembicara dari lembaga Hukum
Waktu
Deskripsi
Makna
14.00 – 17.00 Kegiatan kelas hukum paralegal ini Dengan adanya kelas hukum WIB merupakan salah satu dari program study paralegal ini menjadi salah satu club yang ada di Kuldesak. Kelas hukum wadah
untuk
memberikan
para legal kali ini sedang membahas pengetahuan kepada ODHA karena mengenai
undang-undang
narkotika
di penyalahgunaan
Indonesia. Sesi kelas hukum paralegal ini pengurus
napza.
kuldesak
Untuk sendiri,
dibawakan pembicara dari lembaga hukum pengetahun ini sebagai acuan dalam yang sangat
memahami
hukum
dalam memperjuangkan hak teman-teman
undang-undang. Kelas ini dihadiri oleh penyalahgunaan ODHA yang menjadi anggota Kuldesak. mendapatkan
napza
rehabilitasi
untuk secara
Kelas hukum paralegal ini memberikan medis dan sosial. Kegiatan ini juga pengetahuan mengenai hukum narkotika di menjadi salahsatu bentuk dukungan Indonesia. Dimana kebanyakan ODHA yang informasi ada
di
Kuldesak
merupakan
Penasun mengetahui
untuk
ODHA dalam
perundang-undangan
(Pengguna Napza Suntik)/mantan pemakai yang ada di Indonesia.
narkoba. Dalam kelas tersebut mengupas tentang hukum yang akan diterima oleh penyalahguna
narkoba.
Dalam
undang-
undang juga dijelaskan bahwa penyalahguna narkoba
ini
seharusnya
mendapatkan
rehabilitasi secara medis maupun sosial. Dengan begitu sang penyalahguna narkoba dapat sembuh dengan adanya pengobatan serta dapat berfungsi secara sosial kembali dengan adanya rehabilitasi tersebut. Namun yang dirasakan saat ini bahwa undangundang tentang rehabilitasi pada pengguna napza tersebut dirasa belum terealisasikan dengan baik. Selama ini penyalahgunaan napza hanya dijatuhkan hukuman pidana. Banyak teman-teman ODHA yang berdebat dan antusias dengan topic yang dibicarakan dalam kelas hukum paralegal ini.
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat talkshow HIV/AIDS dan tes VCT HIV/AIDS di Masyarakat
Waktu Observasi
: 10.00 – 12.00 WIB
Tempat Observasi
: Jalan Kapuk Margonda, Halaman Kos-kosan
Orang yang terlibat
: Pengurus Kuldesak dan Karang Taruna
Waktu
Deskripsi
Makna
10.00 – 12.00 Talkshow tentang HIV/AIDS ini dilakukan Dalam kegiatan talksow ini yang WIB
kuldesak yang bermitra dengan karang taruna mengadirkan pengurus kuldesak di lingkungan masyarakat dekat dengan sebagai informan HIV/AIDS yang lokasi Kuldesak yakni di Jalan Kapuk bertujuan agar masyarakat tidak Margonda. Talkshow ini mengundang Dokter merasa takut dekat dengan ODHA Naweng dari unit puskesmas Beji, Depok (Orang Dengan HIV/AIDS) dan sebagai ahli tentang penyakit HIV/AIDS dan lagi-lagi disini Kuldesak berupaya para pengurus kuldesak sebagai sumber agar masyarakat tidak memberikan informan HIV/AIDS. Lalu Dokter Naweng stigma negatif dan diskriminasi memberikan penjelasan kepada masyarakat kepada ODHA. Karena ODHA tentang apa itu penyakit HIV/AIDS dan juga
berhak
untuk
menjalani
bagaimana cara penularannya. Tentu saja kehidupan sehari-harinya seperti HIV/AIDS tidak menular secara sosial dan selayaknya orang-orang biasa. kontak fisik seperti bersalaman. Lalu disesi lainnya, 2 orang pengurus kuldesak yakni
Bang Awang dan Bang Dian menjelaskan tentang
apa
itu
memberikan
Kuldesak
dan
penjelasan
juga
tentang
penanggulangan HIV/AIDS. Dan salah satu pengurus
kuldesak
yang
juga
menjadi
moderator dalam acara talkshow tersebut, Mba
Hages
juga
menceritakan
pengalamannya yang dapat memiliki anak dengan HIV negatif dan tentu dengan serangkaian program yang ia lakukan dari rumah
sakit
salahsatu
caranya
dengan
melihat jumlah virus dan CD4 yang ada didalam
tubuh
si
Ibu.Disini
Kuldesak
mengajak masyarakat untuk memerangi virus HIV/AIDS serta untuk tidak menjauhi dan memberikan penderitanya.
stigma Sambil
negatif
pada
berjalannya
acara
talkshow juga diadakan donor darah dan VCT/tes
HIV/AIDS
masyarakat HIV/AIDS.
yang
untuk
menjangkau
beresiko
terkena
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
:Melihat dan Mengikuti Pertemuan Rutin ODHA di Puskesmas Pancoranmas, Depok
Waktu Observasi
: 09.00 – 13.00 WIB
Tempat Observasi
: Puskesmas Pancoranmas, Depok
Orang yang terlibat
: Pengurus Kuldsak, Dokter Puskesmas dan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang hadir
Waktu 09.00 – 13.00 WIB
Deskripsi
Makna
Dalam pertemuan ODHA (Orang Dengan Dari
diadakannya
pertemuan
HIV/AIDS) di puskesmas pancoranmas ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) Depok. Saat peneliti datang, rangan aula ini dapat membuka jalan untuk puskesmas sudah mulai didatangi peserta saling bertukar pikiran. Hal ini juga kegiatan.
Hari
itu
terlihat
beberapa menjadi
salah
satu
dukungan
diantaranya berpasangan suami istri dan emosi/psikologis yakni dukungan beberapa turut serta membawa anaknya. emosi
ini
melibatkan
ekspresi
Dari yang peneliti dapatkan dari hasil empati, perhatian, dorongan dan interaksi dengan beberapa ODHA, terdapat keprihatinan terhadap seseorang. ODHA yang sigle parent dikarenakan salah Dukungan emosi adalah dukungan satu pasangannya telah menghadap terlebih yang dapat membuat seseorang dahulu
kepada
illahi
akibat
penyakit merasa
nyamabn,
tenang,
rasa
HIV/AIDS yang juga diderita pasangannya memiliki dan dicintai saat stress. tersebut. Lalu Kuldesak membuat bangku Seseorang
yang
terinfeksi
didalam ruangan membentuk bulatan. Lalu HIV/AIDS tanpa stress saja sudah para pengurus Kuldesak mengajak ODHA mengalami penurunan daya tahan untuk saling bertukar pikiran. Yakni salah tubuh karena sifat virus HIV yang satunya tentang pengobatan/terapi ARV, merusak sistem imun seseorang, disini
Kuldesak
berperan
dalam apalagi dengan adanya stress. Oleh
memberikan informasi seputar pengobatan karena itu dukungan emosional ini dan terapi ARV. Terutama memberikan sangat dibutuhkan oleh ODHA informasi tentang kepatuhan meminum obat demi
mempertahankan
dan
ARV, hal ini dikarenakan kebanyakan meningkatkan status kesehatannya. ODHA lupa dan telat meminum obat ARV. Juga pertemuan ini merupakan Ketelatan itu dapat berpengaruh pada dukungan
penghargaan
bagi
perkembangan virus HIV/AIDS yang ada ODHA, dukungan penghargaan ini dalam CD4. Kuldesak juga memberikan merupakan
informasi
yang
motivasi kepada para ODHA untuk terus diberikan pada seseorang bahwa dia semangat dalam menjalani pengobatan dan dihargai
dan
diterima,
diakui
kegiatan sehari-hari agar ODHA dapat keberadaannya dan rasa dimiliki merasa
percaya
menggunakan sesama
diri.
Disini
pendekatan
ODHA
sepenanggungan,
kuldesak dan dicintai orang lain. Harga diri
dengan
dan
dengan
kata seseorang
dapat
ditingkatkan
senasib dengan cara mengkomunikasikan begitu
para kepadanya bahwa dia bernilai dan
ODHA yang hadir dapat merasakan apa diterima meskipun tidak luput dari yang dirasakan. Disni ODHApun mudah kesalahan. ODHA membutuhkan terbuka dan merasa lebih percaya diri dukungan
penghargaan
berupa
dengan adanya kelompok dukungan sebaya penerimaan dan penilaian positif. kuldesak
ini.
Setelah
sesi
kuldesak,
dilanjutkan dengan menghadirkan dokter khusus yang menangani HIV/AIDS dalam pertemuan tersebut yakni ada dokter Dian yang menjelaskan tentang apai itu penyakit HIV/AIDS
dan
bagaimana
fenomena
penyakit tersebut didalam masyarakat dan pengobatan apa yang harus dilakukan. Penjelasan tersebut juga ditambahkan oleh Dokter Ningsih yang juga menjelaskan bahwa penderita HIV/AIDS menurut data kumulatif HIV/AIDS jenis kelamin tahun 1987-2014 lebih banyak laki-laki yang mengidap
HIV/AIDS
sebanyak
54%
sedangkan perempuan sebanyak 30% dan tidak melaporkan jenis kelamin sebanyak 16%. Lalu setelah sesi presentasi selesai dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab. Banyak ODHA yang antusias dalam sesi ini dan
menanyakan
meminum obat.
tentang
kepatuhan
HASIL OBSERVASI
Fokus Observasi
: Melihat Sarana dan Prasarana di Kuldesak
Waktu Observasi
: 14.00 WIB
Tempat Observasi
: Sekretariat Kuldesak
Orang yang terlibat
: Sekretariat Kuldesak dan Peneliti
Waktu 14.00 WIB
Deskripsi
Makna
1. Ruang tamu, lengkap dengan kursi panjang dan meja 2. Ruang
kerja
dengan
1
unit
komputer, 1 unit laptop, 3 buah printer, 1 telpon kantor, kursi dan meja 3. 1 etalase besar berisikan majalah kuldesak/ majalah kuldezine 4. 2 rak berkas 5. 1 lemari besi besar 6. 2 papantulis 7. 1 lemari kayu 8. 1 rak rotan untuk menyimpan laporan 9. 1 rak contoh obat HIV/AIDS
10. 1 rak besi untuk menyimpan berkas 11. Kamar mandi 12. Dapur 13. Ruang makan 14. Parkiran depan
DOKUMENTASI
Pengisian kuisioner yang dilakukan di Sekretariatan Kuldesak setelah kegiatan kelas hukum paralegal.
Pengisian kuisioner yang dilakukan saat pertemuan rutin di puskesmas Pancoran mas Depok yang bertempat diaula lantai 2 puskesmas Pancoranmas Depok.