II. TINJAUAN P U S T A K A
2.1. Agroindustri
Agroindustri adalah usaha yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Agroindustri sangat penting sebagai suatu pendekatan pembangunan pertanian yang dapat dilihat dari kontribusi terhadap: 1) Kemampuan untuk meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis; 2) Kemampuan menyerap banyak tenaga kerja; 3) Kemampuan meningkatkan perolehan devisa dan 4) Kemampuan mendoroiig tumbuhnya industri lain (Austin dalam Gumbira dan Intan,2001). Sebagai
motor
])enggerak
pembangunan
pertanian,
agroindustri
diharapkan akan dapat meniainkan peranan pentmg dalam kegiatan pembangunan daerah, baik dalam sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional. Oleh karena itu pembangunan
pertanian yang
dikaitkan dengan pengembangan industri pertanian perlu diaralikan ke wilayah pedesaan. Mengingat jenis industri pertanian yang dapat dikembangkan di pedesaan sangat banyak (Soekartawi, 2000). Di dalam pengembangan agroindustri harus lebih dispesifikasikan lagi pada alternatif jenis agroindustri apa yang patut dikembangkan baik dilihat dari penerapan leknologi (high or low technology) maupun alternatif komoditas pertanian (sebagai input agroindustri) agar pengembangan agroindustri ini selalu mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dan mempertinggi nilai tukar komoditas pertanian dan nilai tambahnya dapat dinikmati oleh masyarakat banyak dan bukan saja oleh konglomerat (petani berdasi) (Tambunan, 1992).
5
2.2. Mie
Mie merupakan salah satu jenis makanan alternatif yang paling populer di Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut catatan sejarah, mie pertama kali dibuat di daiaran Cma sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Dinasti Han kemudian berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan dan negara-negara Asia Tenggara bahkan meluas sampai ke benua Eropa. Secara umum mie digolongkan menjadi dua yaitu mie basah dan mie kering. Pada umumnya mie basah adalah mie yang belum dimasak dimana kandungan airnya cukup tinggi dan cepat basi. Jenis mie ini biasanya hanya tahan selama satu hari (Sutomo, 2006). Menurut Astawan (1999) mie basah (boiled noodle) yaitu jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar air mie ini dapat mencapai 52% sehingga daya tahan simpannya relatif singkat (40 jam pada suhu 27°C-30°C), yang biasanya orang mengenal mie ini sebagai mie kuning atau mie bakso.
2.3. Aspek Produksi
Produksi mencakup serangkaian kegiatan yang bertanggung jawab terhadap penciptaan barang dan jasa yang merupakan output organisasi. Kegiatan ini pada dasarnya berfungsi untuk menghasilkan barang dan jasa sehingga produksi berperan penting dalam kegiatan organisasi perusahaan. Produksi melakukan pengontrolan terhadap arus sumber daya dan aset manajemen. Semakin langkanya sumber daya alam mendorong organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam kegiatannya. Pengontrolan
6
melalui fungsi produksi memungkinkan perusahaan melakukan penyesuaianpeyesuaian
dalam fungsi
produksi sehingga
bisa meningkatkan efisiensi
pengolahan masukan melalui fungsi tersebut (Nangoi, 1994). Agar pciaksanaan produksi sesuai dengan yang direncanakan, maka diperlukan pengendalian dan perencanaan.
Pengendalian dan
perencanaan
produksi bertujuan untuk penentuan dan penetapan kegiatan produksi yang akan dilakukan serta pengendalian kegiatan operasi dan produk. Keputusan- keputusan yang harus diambil oleh manajer operasi selalu berkaitan dengan kegiatan operasi, maka diperlukan suatu kerangka yang mengelompokkan keputusan-keputusan
dalam berbagai operasi. Kerangka
keputusan-keputusan ini menyatakan bahwa manajemen operasi mempunyai lima tanggung jawab utama yaitu: 1) Proses, 2) Kapasitas, 3) Persediaan, 4) Tenaga kerja dan 5) Kualitas (Sudarsono, 2001). Proses pembuatan mie basah ini sangat mudah dan sederhana. Bahan bakunya yaitu tepung terigu ditambah dengan bahan penunjang yang terdiri dari telur, soda, air, garam dan pewarna. Proses pembuatan mie ini diawali dengan pengadukan semua bahan baku dan bahan penunjang selama satu menit dengan kecepatan rendah hingga rata dan aduk terus dengan kecepatan sedang selama empat menit. Masukkan alat press, diroU empat kali dengan ketebalan kurang lebih 6-7 mm. Istirahatkan selama 15 menit. Roll lagi beberapa kali hingga tipis (mencapai ketebalan yang dikehendaki). Masukkan alat pemotong mie, potong sesuai sclera kemudian direbus dan ditiriskan (Anonim, 2006).
7
2.4. Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial yang menjadi sarana bagi individual dan kelompok untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat pertukaran produk serta nilai dengan pihak lam. Aliran produk deiri produsen ke konsumen akhir dapat meningkatkan nilai dari produk tersebut jika adanya lembaga-lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi-fungsi
pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh
lembaga-lembaga pemasaran tersebut pada prinsipnya ada tiga yaitu fungsi pertukaran (Exchange Function), penyediaan fasilitas (Facilitating
fLmgsi fisik (Physical
Function) dan fungsi
Function).
Fungsi pertukaran dalam pemasaran produk pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan kepemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi ini terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian. Dalam melaksanakan
fungsi
penjualan, produsen atau lembaga pemasaran yang berada pada rantai pemasaran sebelumnya harus memperhatikan kualitas, kuantitas, bentuk dan waktu serta harga yang diinginkan konsumen atau lembaga pemasaran yang ada pada rantai pemasaran berikutnya. Sedangkan fungsi pembelian diperlukan untuk memiliki komoditi-komoditi pertanian yang akan dikonsumsi atau digunakan dalam proses produksi berikutnya. Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan terhadap komoditi pertanian sehingga komoditi tersebut mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Fungsi ini terdiri dari fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan. Fungsi pengangkutan meliputi perencanaan, pemilihan, dan pergerakan
alat-alat
transportasi
dalam
memasarkan
produknya.
Fungsi
8
penyimpanan bertujuan untuk mengurangi fluktuasi harga yang berlebihan dan menghindari serangan hama dan penyakit selama proses pemasaran berlangsung. Fungsi penyediaan fasilitas adalah untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik. Fungsi ini meliputi standarisasi, penggimaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana. Standarisasi yaitu menetapkan tingkatan kriteria kualitas komoditi tertentu. Informasi pasar sangat penting dalam mempertemukan penawaran dan permintaan. Penyediaan dana sangat penting dalam memperlancar proses pembelian. Pengkajian pemasaran sangat penting dilakukan karena tidak ada proyek usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan proyek tersebut. Tujuan dari aspek pamasaran adalah untuk mengetahui berapa luas pasar, pertumbuhan permintaan dan market share dari produk bersangkutan (Umar, 2003). Bagian pemasaran harus dapat melakukan strategi yang mantap untuk dapat menggunakan peluang-peluang yang ada sehingga posisi perusahaan di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus ditingkatkan. Strategi pemasaran sangat berhubungan dengan pemilihan bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh suatu perusahaan. Variabel-variabel tersebut
meliputi
produk,
harga,
distribusi
dan
promosi
yang
perlu
dikombinasikan dan dikoordinasikan seefektif mungkin dalam melakukan pemasarannya. Produk yaitu kombinasi barang dan ja.sa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh
9
pelanggan untuk memperoleh produk. Distribusi meliputi aktivitas perusahaan agar produk mudah didapatkan konsumen sasarannya. Promosi artinya aktivitas mengkomunikasikan keunggulan produk serta membujuk pelanggan sasaran untuk membeli produk yang dihasilkan (Kotler dan Amstrong, 2001). Keberhasilan perusehaan di bidang pemasaran didukung oleh keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distribusi yang baik dan promosi yang efektif. Konsep 4P membantu pengusaha mengoreksi kembali sejauh mana kegiatan pemasaran yang dijalankan selama ini sudah memadai. Setelah itu perusahaan dapat lebih bersiap diri dalam menghadapi pasar, agar tujuan perusahaan dapat tercapai (Sudarsono, 2001).
2.4.1. Strategi Produk
Produk dalam arti luas adalah sekelompok ciri-ciri yang nyata dan tidak nyata terhadap suatu produk yang ditawarkan di pasar menimbulkan perhatian, pemilikan, konsumsi untuk memuaskan konsumen. Produk yang bisa ditawarkan bisa berupa barang fisik dan produk jasa. Barang fisik yaitu barang-barang yang berwujud yang bisa dilihat, diraba dan dirasakan. Misalnya kendaraan, rumah, pakaian dan barang-barang fisik iainnya. Produk jasa adalah produk-produk yang tidak berwujud, tidak bisa dilihat dan dirasakan .sebelum konsumen membelinya. Contohnya pelayanan kesehatan, jasa tukang pijat, jasa konsultasi hukum dan Iainnya (Eliza dan Maharani, 2005). Dalam strategi bauran pemasaran, yang perlu diperhatikan pertama kalinya adalah strategi produk. Hal ini penting karena tanpa adanya produk, strategi pemasaran Iainnya tidak dapat dilakukan (Lingga Pumama, 2000).
10
Agar strategi produk dapat lebih efektif dalam rangka mempengaruhi konsumen untuk tertarik dan membeli serta adanya kepuasan yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk tersebut, maka ada beberapa hal yang harus dipelajari tentang strategi ini yaitu: 1) konsep produk, 2) daur hidup produk, 3) jenis-jenis produk (Swashta dan Ibnu, 2001). Analisis terhadap daur hidup produk {product-life-cycle analysis) perlu dilakukan untuk memperjelas diagnosis terhadap kinerja produk dan identifikasi terhadap alternatif strategi produk. Tahap daur hidup produk terdiri atas empat tahap yaitu: 1) tahap perkenalan, 2) tahap pertumbuhan, 3) tahap kematangan/ kedewasaan dan 4) tahap penurunan.
CL
Perkenalan
Pertumbuhan
Kedewasaan
Penurunan
Gambar I . Daur Hidup Produk Sumber: Swastha dan Irawan (1997) Pada tahap perkenalan, penjualan produk terbatas karena kurangnya kesadaran diantara anggota-anggota pasar sasaran terhadap eksistensi produk dan produk yang tersedia di pasar hanya sedikit. Ketika semakin banyak orang mempelajari produk tersebut maka produk itu menjadi terkenal sehingga penjualan
meningkat
lebih cepat
secara progresif {tahap
pertumbuhan).
11
Pertumbuhan melambat ketika jumlah pembeli mendekati maksimum dan penjualan ulang menjadi prioritas dibandingkan dengan penjualan percobaan (tahap kedewasaan). Tahap kedewasaan mencapai titik jenuh ketika tingkat adopsi netto tidak bergerak sehingga secara berangsur-angsur tingkat penjualan mengalami penurunan dan produk memasuki tahap penurunan dari daur hidup produk (Boyd, Harper dkk. 2000).
2.4.2. Strategi Harga
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau mempengaruhi barang/ jasa tersebut. Harga jual pokok tidak mudah ditetapkan, karena pada dasarnya bukan perusahaan yang menetapkan harga tetapi pasar dan konsumen (Eliza dan Maharani, 2005). Suatu perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kalinya yakni ketika: 1) perusahaan tersebut mengembangkan atau memperoleh suatu produk baru, 2) perusahaan tersebut baru pertama kalinya memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah baru dan 3) perusahaan akan mengikuti lelang atas suatu kontrak kerja baru. Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam penetapan harga yaitu memilih tujuan penetapan harga, menganalisis situasi penetapan harga, memilih strategi penetapan harga dan menentukan harga akhir serta adaptasi harga (Lingga Purnama, 2000). Empat strategi penetapan harga yang mungkin dilakukan adalah: 1) strategi penetapan harga premium (premium pricing strategy). Penetapan strategi harga ini adalah membuat produk bermutu tinggi dan membebankan harga yang tinggi; 2) strategi penetapim harga ekonomis (economic pricing strategy) yaitu
12
membuat produk bermutu cukup baik tetapi membebankan harga yang rendah; 3) strategi nilai baik (good-value strategy) dimana strategi ini menggambarkan suatu cara untuk menghadapi harga premium; 4) strategi harga tinggi (overcharging strategy)
yaitu dimana perusahaan
menetapkan harga yang cukup tinggi
sehubungan dengan mutu produk tersebut (Kotler dan Amstrong, 2001). Dalam memilih strategi penetapan harga, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghasilkan harga tertentu. Metode penetapan harga tersebut antara lain: (1) Penetapan harga mark up, metode ini menetapkan harga paling dasar dengan menambalikan mark up standar pada biaya produk; (2) Penetapan harga standar berdasarkan sasaran pengembalian (return on target). Metode ini menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang diinginkan; (3) Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan, metode ini melihat persepsi nilai pembeli bukan biaya penjual; (4) Penetapan harga nilai, metode ini menetapkan harga yang cukup rendah untuk penawaran bermutu tinggi; (5) Penetapan harga sesuai harga belaku. Metode ini menetapkan harga berdasarkan harga pesaingnya; (6) Penetapan
harga penawaran tertutup, metode ini
berdasarkan bagaimana pesaing akan menetapkan harga dan bukan berdasarkan biaya atau permintaan perusahaan (Lingga Purnama, 2000).
2.4.3. Strategi Saluran Distribusi (place)
Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri. Adapun lembaga-lembaga yang ikut mengambil bagian dalam penyaluran barang ini adalah produsen, perantara, dan konsumen akhir atau pemakai industri (Swastha dan Ibnu, 2001).
13
Menurut Sudarsono (2001) saluran distribusi adalah saluran atau jalur yang dilalui dalam pemindahan penguasaan produk dari produsen sampai ke konsumen. Memilih saluran distribusi yang tepat sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk memperluas pasar dalam rangka mencapai tingkat keuntungan tertentu. Pemilihan saluran distribusi juga memperhatikan saluran distribusi yang dipilih oleh para pesaing. Pengusaha atau produsen tertentu kadang-kadang menginginkan agar barang mereka dijual berdekatan dengan produk pesaing agar konsumen bisa lebih leluasa dengan membandingkan.
2.4.4. Strategi Promosi
Promosi adalah unsur dalam bauran pemasaran yang didayagunakan untuk memberitahukan,
membujuk
dan
mengingatkan
tentang
sesuatu
produk
perusahaan. Bauran promosi perusahaan (marketing promotion-mix) merupakan hasil penggabungan dari sarana-sarana promosi yakni periklanan, penjualan perorangan, promosi penjualan, publisitas (publicity) dan hubungan masyarakat (Eliza dan Maharani, 2005). Periklanan adalah suatu metode berkomunikasi dengan masyarakat untuk membuat pekerjaan penjualan menjadi lebih mudah. Media yang digunakan dalam periklanan seperti surat kabar, televisi, surat langsung, radio, majalah, internet dan Iain-lain. Penjualan perorangan meliputi tugas-tugas berbeda, tergantung sifat perusahaan yang bersangkutan.
Penjualan
ini merupakan kegiatan dengan
melakukan kontak langsung dengan para calon konsumennya yaitu melalui door to door, mail order, telephone selling, direct selling. Promosi penjualan meliputi tindakan-tindakan yang melengkapi penjualan pribadi dafi penjualan melalui
14
iklan. Cara yang digunakan produsen dalam mengenalkan barang atau jasa yaitu: 1) memberikan potongan harga, 2) penjualan kredit, 3) mengikuti pameran dagang, 4) memberikan sampel (contoh) barang, 5) undian-undian berhadiah atau kupon, 6) menjadi sponsor dalam kegiatan olahraga, kesenian dan Iain-lain. Publisitas adalah serangkaian informasi mengenai sesuatu (barang, orang, situasi) yang disampaikan kepada masyarakat luas melalui media massa tanpa dipungut biaya. Hubungan masyarakat merupakan suatu usaha membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, sehingga menimbulkan citra atau image perusahaan yang baik di mata masyarakat (Sudarsono, 2001).
2.5. Analisis S W O T
Analisis SWOT adalah suatu identifikasi berbagai faktor secara sistematilc untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (opportunity) dari faktor internal, namun secara bersamaan dapat meminimumkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) dari faktor eksternal (Rangkuti, 2001). Kekuatan (strenght)
adalah situasi internal organisasi yang berupa
kompetensi' kapabilitas/ sumberdaya yang dimiliki organisasi, yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk menangani peluang dan ancaman. Kelemahan (weakness) adalah situasi internal organisasi dimana kompetensi/ kapabilitas/ sumberdaya organisasi sulit digunakan untuk menangani kesempatan dan ancaman.
Peluang (opportunity)
adalah situasi eksternal organisasi yang
berpotensi menguntungkan. Ancaman (threats) adalah suatu keadaan eksternal yang berpotensi menimbulkan kesulitan yang bisa berdampak pada kerugian (Tedjo dan Udan, 2005).
15 Untuk dapat melakukan analisis kekuatan dan kelemahan, perusahaan harus dapat mengidentifikasi dan melakukan evaluasi keseluruhan
variabel
internal. Analisis kekuatan dan kelemahan dapat dilalui dengan dua tahap yaitu: 1) melakukan memberikan
identifikasi terhadap komponen pengaruh
secara
variabel
internal
signifikan terhadap pencapaian
yang
akan
tujuan,
2)
melakukan evaluasi terhadap komponen-komponen yang diidentifikasikan pada poin nomor satu (Crown Dirgantoro, 2001). Tahap selanjutnya adalah melakukan penetapan acuan analisis SWOT yaitu keadaan yang menjadi pembanding untuk menetapkan apakah suatu kondisi disebut sebagai S, W, O dan T. Acuan analisis SWOT diperlukan untuk mengurangi perbedaan penilaian terhadap suatu kondisi. Acuan yang dapat digunakan untuk menetapkan SWOT adalah 1) arah atau tujuan organisasi, 2) posisi organisasi, 3) VRIO (Value, Rareness, Imitability, Organization), 4) kinerja masa lalu, 5) standar yang disepakati, 6) penilaian stakeholder utama (Tedjo dan Udan, 2005). Salah .satu model analisis SWOT yang diperkenalkan oleh Kearns (1992) seperti terlihat pada Tabel 1 menampilkan matriks enam kotak, dua yang paling di atas adalah kotak faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan organi.sasi, sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah kotak faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Empat kotak Iainnya merupakan kotak isu-isu stratejik yang timbul sebagai hasil kotak antara faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Keempat isu stretejik itu ialah comparative advantage, mobilization, investment/ divestment dan damage control.
16
Tabel 1. Matrik Analisis SWOT: Klasifikasi Isu \.
Faktor Intern
S T R E N G H T S (S)
W E A K N E S S E S (W)
Faktor Ekstern COMPARATIVE OPPORTUNITIES ADVANTAGE
MOBILIZATION
(O) INVESTMENT/ DIVESTMENT
T H R E A T S (T)
DAMAGE CONTROL
Sumber :Kearns (1992)
Comparatie Advantage member! kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang lebih cepat karena pengambil keputusan telah melihat peluang yang tersedia dan temyata juga memiliki posisi internal yang kuat, namun harus senantiasa waspada terhadap perusahaan yang tidak menentu dalam lingkungan. Mobilization
adalah kotak interaksi dan pertemuan antara
ancaman/
tantangan dari luar yang diidentifikasi oleh para pengambil keputusan dengan kekuatan organisasi. Di sini para eksekutif berusaha memobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar dan bahkan bisa menjadi suatu peluang. Investment/ divestment memberi pilihan bagi para eksekutif karena situasinya tidak jelas. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan, tetapi tidak ada kemampuan organisasi untuk menggarapnya sehingga jika dipaksakan, bisa memakan biaya yang terlalu besar dan merugikan organisasi.
17
Damage control merupakan kotak paling lemah karena dapat membav/a bencana bagi organisasi. Strategi yang harus ditempuh ialah mengendalikan kerugian yang dialami sehingga kerugian yang terjadi tidak separah yang diperkirakan. (Salusu, 1996)