Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
1
Alokasi Dana Desa dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012 (Village Fund Allocation in Policy Formulation of Local Budget of Jember Regency of Year 2012) Agisma Dyah Fastari, Inti Wasiati, Boedijono, Program Studi Administrasi Negara, FISIP Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail:
[email protected] Abstract Village Fund Allocation is one type of direct financial assistance for villages given by the regency government taken 10% of balance funding of DAU (General Allocation Fund) and DAK (Special Fund Allocation) of the central board. Village Fund Allocation, often referred to as ADD, has its own rules in its establishment. The rules are stated in the legislation; that is, in PERMENDAGRI (Ministry of Internal Affairs Regulation) No. 37 Year 2007 which is set out in Jember Local Regulation No. 3 Year 2007. Jember Regency government establishes ADD because of lack of village income to finance its own operation. ADD becomes very important since, without ADD or other direct financial assistance to village, it will not exist. ADD which is a form of budget, in its stipulation is included in the budget formulation process. This research was conducted to identify the allocation process of ADD in the local budget policy formulation of Jember Regency in 2012 by applying descriptive-qualitative research method. The research results of were that Jember Regency government in the allocation of ADD, a little bit disregarded the fairness principle and overstated the equity principle. In PERMENDAGRI it is stated that equity principle is in line with the regional conditions. However, in reality, the local government of Jember Regency allocated ADD without considering this. Among villages is only a little difference in allocation. In fact, if using the fairness principle, It would be seen the very poor and the rich villages. Thus, the ADD of villages will have a big gap. It was shown that there was no significant difference between one village and another. Keywords: policy formulation, Village Fund Allocation, legislation Pendahuluan
dan pengangguran, pengurangan kesenjangan
Indonesia merupakan suatu negara
antarwilayah, peningkatan kualitas manusia
berkembang yang masih membutuhkan pem-
yang tercermin dari terpenuhinya hak rakyat,
bangunan di berbagai bidang. Tujuan dari
pemperbaikan kualitas lingkungan hidup, dan
pembangunan nasional itu adalah terwujudnya
pengelolaan
masyarakat yang sejahtera, sesuai dengan
peningkatan dukungan infrastruktur.
tujuan awal yang terkandung dalam Pancasila
Desa
sumberdaya adalah
alam,
kesatuan
serta
masyarakat
dan Undang Undang Dasar Negara Republik
hukum yang memiliki batas-batas wilayah
Indonesia Tahun 1945. Kesejahteraan ini akan
yang
dapat dicapai melalui pengurangan kemiskinan
mengurus kepentingan masyarakat setempat
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
berwenang
untuk
mengatur
dan
Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
berdasarkan
asal-usul
dan
adat
istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan
Republik
Indonesia.
Negara
di Pemerintah Kabupaten Jember Bagian Pemerintahan Desa.
Kesatuan
Indonesia sebagai sebuah negara yang
Desa
diakui secara de facto dan de jure oleh dunia,
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
pasti memiliki peraturan perundang-undangan
desa
mengurus
untuk mengatur warganya. Setiap hal yang
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
berurusan dengan penyelenggaraan pemerin-
asal-usul dan adat istiadat setempat yang
tahan, ada peraturan yang jelas yang telah
diakui
sistem
disahkan untuk dijalankan. Begitu pula dengan
Republik
urusan keuangan negara, termasuk bantuan
dalam
mengatur
dan
Pemerintahan Indonesia.
Pemerintahan
2
dan
dihormati Negara
Hal
dalam
Kesatuan
tersebut
tecantum
dalam
keuangan untuk desa. Dalam Undang-Undang
Peraturan Pemerintah tentang Desa Nomor 72
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Tahun 2005.
Daerah Bagian V Pasal 212 tercantum bahwa
Pemerintahan desa merupakan kepan-
sumber pendapatan desa itu terdiri atas; a)
njangan tangan dari pemerintah pusat yang
pendapatan asli desa; b) bagi hasil pajak
paling bersentuhan dengan rakyat dan menjadi
daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; c)
dasar atau ujung tombak dalam sebuah pem-
bagian dari dana perimbangan keuangan pusat
bangunan nasional. Salah satu bentuk pem-
dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota;
bangunan di desa adalah dengan memberikan
d)
kewenangan kepada desa dalam mengelola
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota; e)
keuangannya sendiri sehingga pemerintah desa
hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
mampu berfikir keras akan pemberdayaan
Peraturan
desanya tersebut. Akan tetapi, menjadi tidak adil
memiliki kedudukan. Dari Undang-Undang
jika
Pemerintah Daerah tersebut, turun
keuangan
desa
hanya
mengandalkan
bantuan
dari
pemerintah,
pemerintah
perundang-undangan
selalu Peraturan
pendapatan dari desanya karena masih banyak
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
bahkan hampir seluruh desa tak akan cukup jika
Desa. Dalam Peraturan Pemerintah tentang
harus mengandalkan pendapatan dari desanya
Desa disebutkan, alokasi dana desa (ADD)
untuk pembangunan desanya. Banyak hal yang
adalah
harus dilakukan desa, mulai dari gaji perangkat,
pemerintah kabupaten/kota untuk desa, yang
pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan
bersumber dari bagian dana perimbangan
masyarakat sehingga pemerintah di atasnya
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
harus ikut membantu pemasukan keuangan desa.
kabupaten/kota.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Adi, Staf
dana
yang
dialokasikan
oleh
ADD adalah manifestasi kabupaten dalam memenuhi hak-hak dasar desa dalam
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
memberikan
pelayanan
mencapainya,
harus
publik. ada
3
Untuk
yang dihasilkan jauh lebih banyak atau lebih
konsistensi
besar dari penggunanya langsung”. Dari
pemerintah dalam menjalankan desentralisasi
pengertian-
pengertian
keuangan. Kalau pemerintah provinsi dan
disimpulkan
bahwa
kabupaten mendapat perimbangan dana dari
merupakan suatu keputusan pemerintah yang
pemerintah pusat, seharusnya pemerintah desa
berkenaan
juga mendapatkan perlakuan yang sama.
secara menyeluruh dan bermanfaat bagi
Dalam masa transisi seperti saat ini, sebagai
masyarakat.
upaya untuk mendorong pemerintah kabupaten
Desa
dengan
di
atas,
kebijakan
kebutuhan
merupakan
satu
dapat publik
masyarakat
wilayah
dalam menjalankan kebijakan ADD secara
administratif kepanjangan tangan pemerintah
terus- menerus
pusat yang bersentuhan langsung dengan
advokasi
dilakukan. Kampanye baik menjadi
rakyat yang mempunyai hak khusus mengurus
strategi yang penting dijalani, terlebih isu dan
keuangannya sendiri. Karena desa adalah
interpretasi
keuangan
bentuk pemerintahan yang paling dasar, desa
kabupaten dengan desa masih berlangsung di
adalah pondasi bagi pembangunan di negara
ruang tertutup, elitis, dan sarat dengan
ini. Kekuatan sebuah negara terletak pada
kalkulasi politik kekuasaan. Dalam suatu
kekuatan pemerintahan di bawahnya. Saat
pemerintahan, sangat tidak asing dengan
pemerintah pusat sedang gencar menggalakkan
bahasan kebijakan publik. Nugroho (2008:21)
pembangunan desa sebagai pembangunan
mengemukakan
tugas
dasar suatu negara, Kabupaten Jember pun
tergantikan
turut serta menjalankannya dengan slogan baru
sampai nanti adalah membuat kebijakan
“membangun desa menata kota”. Hal tersebut
publik. Kebijakan public “public policy”
diperkuat
menurut Dye (dalam Thoha, 2008:107) adalah
penguatan pemerintahan desa sebagai salah
apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
satu Program Pemerintah Kabupaten Jember
dilakukan ataupun untuk tidak dilakukan.
saat ini. Hal ini seperti dituturkan Bapak
Nugroho
menyatakan,
Winardi selaku Kepala Bagian Pemerintahan
“kebijakan publik adalah kebijakan yang
Desa Kabupaten Jember, “Bapak Bupati MZA.
mengatur kehidupan bersama atau kehidupan
Djalal mempunyai
publik, bukan kehidupan orang seorang atau
ini, yaitu pemberdayaan masyarakat dan
golongan”. Selanjutnya, Nugroho (2008:27)
penguatan pemerintahan desa”. Menanggapi
menambah- kan “dikatakan sebagai kebijakan
PP tentang Desa Nomor 72 Tahun 2005,
publik jika manfaat yang diperoleh masyarakat
bahwa adanya bantuan ADD, Pemerintah
yang bukan pengguna langsung dari produk
Jember sebagai pemerintah di bawahnya juga
pemerintah
maupun
pendampingan
kebijakan
bahwa
yang
tidak
(2008:25)
relasi
salah akan
juga
satu
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
dengan
pencanangan
program
dua program prioritas saat
Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
turut
melaksanakannya.
Keputusan
Bupati
Adanya
4
Surat
persentase perbandingan antara azas merata
188.45/190/012/2012
dan adil sebagaimana dimaksud di atas, adalah
tentang Besaran Jumlah ADD dan Peraturan
besarnya ADDM 60%
Bupati Nomor 10 Tahun 2012 tentang
besarnya ADDP 40% dari jumlah ADD.
Pengelolaan
ADD
bahwa
Peraturan tersebut juga ada turunannya pada
Pemerintah
Jember
melakukan
PERDA Kabupaten Jember Nomor 3 Tahun
kewajibannya
adalah
untuk
telah
bukti
menjalankan
amanat
hukum yang seharusnya. Dalam
dari jumlah ADD dan
2007 Pasal 12 dan 13 yang pengertiannya sama dengan PERMENDAGRI tersebut.
Peraturan
Menteri
Dalam
Keban (2004:10) menjelaskan bahwa
Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 37 Tahun
ruang lingkup administrasi publik memiliki
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
enam dimensi strategis yaitu: (1) kebijakan;
Desa Pasal 18 disebutkan “Alokasi Dana Desa
(2) organisasi; (3) manajemen; (4) moral etika;
berasal dari APBD kabupaten/kota yang
(5) lingkungan; (6) dimensi akuntabilitas kerja.
bersumber dari bagian dana perimbangan
Berdasarkan keenam dimensi tersebut, terlihat
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
dimensi kebijakan sebagai ranah penelitian.
kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10 %
Carl
Friedrich
(dalam
Winarno,
(sepuluh persen)”. Kemudian diturunkan pada
2004:16) mendefinisikan kebijakan sebagai:
Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Jember
“suatu arah tindakan yang diusulkan oleh
Nomor 3 Tahun 2007 tentang Keuangan Desa
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf c, dan juga dijelaskan
suatu lingkungan tertentu yang memberikan
secara lengkap pada Pasal 11. Selain itu, Pasal
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesem
20 PERMENDAGRI Nomor 37 Tahun 2007
patan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
juga menyebutkan pengalokasian dana desa
menggunakan dan mengatasi dalam rangka
memakai rumus Azas Merata dan Azas Adil.
mencapai tujuan atau merealisasikan suatu
Azas merata adalah besarnya bagian ADD
sasaran”
yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya
Beberapa ahli politik menaruh minat
disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM).
untuk mengkaji kebijakan publik dengan
Sementara itu, azas adil adalah besarnya
membagi proses-proses penyusunan kebijakan
bagian ADD berdasarkan Nilai Bobot Desa
publik ke dalam beberapa tahap dengan tujuan
(BDx) yang dihitung dengan rumus dan
untuk
variabel
kebijakan publik (Lindblom dalam Anggraini,
Keterjang-
tertentu, kauan,
(misalnya
Kemiskinan,
Pendidikan
Dasar,
memudahkan
di
dalam
mengkaji
2006:32). Tahap-tahap yang dimaksud adalah:
Kesehatan dll), selanjutnya disebut Alokasi
(1) Tahap Penyusunan Agenda; (2)
Dana Desa Proporsional (ADDP). Besarnya
Formulasi Kebijakan; (3) Tahap Adopsi
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
Tahap
Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
5
Kebijakan; (4) Tahap Implementasi Kebijakan;
tersebut hendak dipecahkan atau ditemukan
(5) Tahap Evaluasi Kebijakan. Dari lima
jawabannya”.
tahapan tersebut, yang masuk dalam ranah
digunakan
penelitian sesuai judul penelitian adalah tahap
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
formulasi kebijakan.
deskriptif. Fokus penelitian ini adalah untuk
Paradigma
dalam
penelitian
penelitian
ini
yang adalah
Proses perumusan kebijakan meru-
mengetahui proses pengalokasian ADD dalam
pakan landasan awal dari kebijakan publik,
formulasi kebijakan APBD Kabupaten Jember
karena dari sinilah akan dirumuskan ba-
tahun 2012.
tas-batas kebijakan itu. Tidak semua isu yang
Guna memperoleh data dan informasi
dianggap masalah bagi masyarakat perlu
serta keterangan-keterangan yang lebih jelas,
dipecahkan oleh pemerintah sebagai pembuat
selanjutnya dalam penelitian ini digunkan
kebijakan, yang akan memasukkannya ke
beberapa teknik pengumpulan data sebagai
dalam agenda pemerintah yang kemudian
berikut.
diproses menjadi sebuah kebijakan setelah
1)
melalui berbagai tahapan. Budi Winarno
memperoleh keterangan atau informasi yang
(2004:82)
dibutuhkan
menyimpulkan
beberapa
ahli
bahwa
kebijakan
meliputi
dari
dalam
empat
pendapat perumusan
tahapan
Wawancara.
Wawancara
peneliti.
bertujuan
Menurut
Moleong
(2008:186) “wawancara adalah percakapan
yang
dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilaksanakan secara sistematis. Tahapan itu
dilakukan oleh dua pihak, pewawancara (inter-
adalah: perumusan masalah (defining prob-
viewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
lem), agenda kebijakan, pemilihan alternatif
terwawancara (interview) yang memberikan
kebi- jakan untuk memecahkan masalah, tahap
jawaban atas pertanyaan itu”.
penetapan kebijakan.
2) Observasi. Observasi merupakan sebuah pengamatan, yaitu kegiatan pengumpulan data
Metode Penelitian Metode
dasarnya
sistematis dan terukur fenomena atau gejala
merupakan suatu cara dalam memecahkan
dari masalah yang diteliti. Dalam observasi
masalah
nonpartisipan peneliti tidak terlibat tetapi
yang
penelitian harus
pada
dengan mencermati dan mengenali secara
dilakukan
dengan
langkah-langkah yang benar sesuai dengan
hanya
ketentuan yang ada. Menurut Faisal (2005:31)
(Sugiyono, 2008:145).
”Penentuan metodologi penelitian ini sering
3)
pula disebut dengan setrategi pemecahan
catatan
masalah karena pada tahap ini mempersoalkan
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
bagaimana
karya-karya
masalah-masalah
penelitian
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
sebagai
Dokumentasi. peristiwa
pengamat Dokumen yang
monumental
independen merupakan
sudah dari
berlalu. seseorang.
Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
6
Metode dokumenter ini merupakan metode
dilakukan melalui wawancara, studi pustaka,
pengumpulan data dari sumber nonmanusia.
dokumentasi, dan observasi.
Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan
2. Data Reduction (Reduksi Data), diartikan
digunakan dalam memahami fenomena yang
sebagai
terjadi di lokasi penelitian dan membantu
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan,
dalam membuat interpretasi data. Sementata
dan transformasi data “kasar” yang muncul
itu, dokumen yang didapat sebagai pendukung
dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
dalam penulisan laporan, makalah, jurnal,
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
karya tulis ilmiah dan pendukung lainnya yang
yang
dapat mendukung isi dan pembahasan yang
mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
diperlukan dalam penelitan yang berupa profil
dan mengorganisasi data hingga kesimpulan-
Kabupaten Jember, Jember dalam angka,
kesimpulan
peraturan perundang-undangan yang sesuai
diverifikasi sehingga informasi yang diperoleh
dengan penelitian, dan literatur-literatur yang
menjadi lengkap.
sesuai dengan judul penelitian.
3. Data Display (Penyajian Data), untuk
Informan
yang
digunakan
proses
pemulihan,
menajamkan,
finalnya
pemusatan
menggolongkan,
dapat
ditarik
dan
dalam
memudahkan peneliti dalam melihat gambaran
penelitian ini sejumlah 11 orang, yang terdiri
secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu
atas beragam latar belakang, mulai dari Kepala
dalam penelitian. Penyajian dibatasi sebagai
Bappekab hingga Kepala Desa, Anggota dan
sekumpulan informasi tersusun yang memberi
Pimpinan DPRD Kabupaten Jember, serta
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
Pimpinan sejumlah LSM.
dan pengambilan tindakan.
Metode analisis yang digunakan dalam
4. Conclusions: Drawing/Verafiying (Pena-
penelitian ini adalah metode analisis interaktif
rikan
Kesimpulan),
yang dibuat oleh Miles dan Huberman
berikutnya dalam penelitian kualitatif yaitu
(1992:15) sebagai berikut.
menarik
1. Data Collection (Pengumpulan data),
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
dapat diartikan sebagai proses pemilihan,
bersifat sementara dan akan berubah apabila
pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
tidak menemukan bukti-bukti yang kuat untuk
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar”
mendukung pada tahap pengumpulan data
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
berikutnya. Namun, apabila kesimpulan yang
lapangan. Data yang diperoleh di lapangan
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
dituangkan dalam uraian atau laporan yang
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
lengkap dan terperinci. Pengumpulan data
peneliti
kesimpulan
kembali
mengumpulkan
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
ke
data,
sebagai dan
langkah verifikasi.
lapangan
untuk
kesimpulan
yang
Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
7
dikemukakan merupakan kesimpulan yang
pada pihak-pihak luar seperti LSM untuk
kredibel.
keabsahan data.
Pemeriksaan
keabsahan
informasi
menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan
Pembahasan
data yaitu triangulasi. Triangulasi merupakan
Kabupaten Jember adalah kabupaten
teknik pemeriksaan keabsahan data yang
yang terletak di Provinsi Jawa Timur bagian
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
timur. Kabupaten Jember terdiri atas 226 desa
itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai
dan kelurahan. Sebagai wilayah yang secara
pembanding
sah diakui oleh negara, Kabupaten Jember
Denzin
terhadap
data
itu.
sebagaimana
yang
dikutip
Moleong
(2008:330)
Menurut
membedakan
oleh
harus melaksanakan apa yang diperintahkan
empat
oleh pemerintahan di atasnya. Salah satunya
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan
penggunaan
sumber,
metode, penyidik, dan teori. Dalam
Alokasi Dana Desa (ADD). Dalam
pengalokasian
ADD,
pemerintah pusat telah mempunyai aturan
menganalisis
ADD
dalam
tersendiri,
yaitu
tertera
dalam
formulasi APBD Kabupaten Jember tahun
PERMENDAGRI Nomor 37 Tahun 2007 yang
2012, metode yang digunakan sebagai berikut.
itu merupakan turunan dari PP tentang
Setelah dilakukan observasi awal, ditemukan
Pemerintah Daerah. PERMENDAGRI tersebut
masalah, sehingga harus dilanjutkan penelitian
turun pada PERDA Jember tentang Keuangan
ini
Desa, dan turun lagi pada PERBUP tentang
secara
mendalam.
Langkah-langkah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pengelolaan Keuangan Desa.
1. Peneliti melakukan observasi awal dari
ADD merupakan bagian kebijakan
berita-berita yang bersangkutan dengan
anggaran yang formulasinya ikut di dalam
ADD kemudian dikroscek ke beberapa
perumusan
kepala desa untuk mengetahui ADD di
kebijakan mempunyai tahapan, sesuai dengan
desa masing-masing dan mencari tahu
yang diungkapkan Winarno (2004:36) dalam
keluhannya.
bukunya yang sudah disebutkan di atas.
2. Setelah menemukan data awal, peneliti
kebijakan
APBD.
Formulasi
Sesuai observasi yang telah dilakukan,
melakukan penelitian ke pihak eksekutif
ditemukan
masalah
bahwa
perbedaan
yaitu para perumus kebijakan.
pendapatan ADD di masing-masing desa
3. Setelah dari pihak eksekutif, peneliti
hanya terpaut sedikit. Sementara itu, menurut
melakukan penelitian ke pihak legislatif
aturan, dalam pengalokasian ADD harus ada
sebagai
eksekutif.
azas adil di dalamnya, yaitu melihat kondisi
Selain itu, peneliti juga mencari informasi
wilayah desa tersebut, dari jumlah penduduk,
pembanding
pihak
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
8
luas wilayah, tingkat penghasilan, pendidikan,
untuk memberikan sebagian dana yang
dan perekonomian masing- masing desa,
bersumber dari Dana Alokasi Umum Pusat
sehingga antara desa satu dengan desa lainnya
untuk daerah yang disebut Alokasi Dana
akan terlihat kesenjangan pendapatan, yang
Desa.
nantinya
bisa
untuk
rekomendasi
pengalokasian jumlah ADD.
2. Alokasi Dana Desa ada karena kurangnya Penghasilan Tetap Desa untuk membiayai
Akan tetapi, dalam prakteknya
pe-
desanya sendiri sehingga perlu adanya
merintah Kabupaten Jember mengalokasikan
bantuan dana dari pemerintah kabupaten
dana tersebut sedikit mengabaikan azas adil
untuk membiayai desanya.
tapi mengutamakan azas merata. Artinya,
3. Selain karena penghasilan tetap pemerintah
semua desa mendapatkannya. Sudah banyak
desa
protes dari bebagai kalangan lembaga swadaya
desanya sendiri, adanya ADD juga karena
masyarakat
adanya satu visi Bupati Jember yaitu
Jember
yang
bergerak
di
bidangnya, namun pemerintah Kabupaten
yang
kurang
untuk
membiayai
penguatan kelembagaan desa.
Jember beralasan bahwa, untuk saat ini masih
4. ADD bertujuan untuk mendukung kegiatan
sedikit mengabaikan azas adil karena butuh
program-program desa, terutama opera
waktu dan butuh sosialisasi lebih kepada para
sional pemerintah desa sebesar 30 %, dan
pemerintah desa terkait aturan ADD yang
yang 70 % lainnya digunakan untuk
sesungguhnya. Sementara ini, pemerintah
program
Kabupaten Jember masih konsentrasi pada
Untuk pembangunan infrastruktur, sesuai
pemerataan.
kecemburuan
dengan instruksi Bupati Jember, harus
sosial antara desa satu dengan desa lainnya.
bersifat Bottom up, yang artinya semua
Pemerintah Kabupaten Jember berjanji akan
program pembangunan bersumber dari
memberikan bantuan kepada desa sesuai
masyarakat sendiri dan dilaksanakan oleh
kebutuhan desa masing-masing.
masyarakat,
Meminimalisasi
pembangunan
termasuk
infrastruktur.
pengawasannya.
Desa perlu melakukan Musrenbangdes Kesimpulan dan Saran Dari penelitian yang telah dilakukan
yang nantinya disepakati oleh semua pihak untuk dituangkan pada APBDes.
tentang analisis alokasi dana desa dalam
5. Dalam pemformulasian ADD, pemerintah
pemformulasian anggaran pendapatan belanja
Kabupaten Jember sedikit mengabaikan
daerah Kabupaten Jember tahun 2012, dapat
azas adil dan lebih memakai azas merata
disimpulkan sebagai berikut.
karena
1. Pemerintah Kabupaten Jember pada tahun
sosial yang berlebih yang berakibat protes
2012 sudah menjalankan amanah hukum
yang bertubi-tubi dari 74 kades. Terpaut
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
menjaga
adanya
kecemburuan
Agisma D.F. et al., ADD Dalam Formulasi Kebijakan APBD Kabupaten Jember Tahun 2012
hanya sedikit antara desa kaya dan desa miskin dalam pengalokasian dananya. Akan tetapi, jumlah keseluruhan ADD se kabupaten Jember tidak ada 10% dari
9
Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Elax Media - Gramedia Winarno, Budi. 2004. Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.
belanja langsung APBD Kabupaten Jember. Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Pemerintah Kabupaten Jember mempunyai Yogyakarta: GAVA MEDIA. penjelasan tersendiri terkait hal tersebut, Moleong, J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. bahwa tidak harus dengan nama ADD Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. bantuan dana ke desa itu. Yang terpenting, Faisal, Sanapiah. 1995. Format-format jumlah yang telah diberikan kepada desa Penelitian Soaial: Dasar-dasar dan Aplikasi. Yogyakarta: PT Raja sudah lebih dari 10% belanja langsung Grafindo. APBD. Pada tahun 2012, Pemerintah Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kabupaten Jember telah memberikan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. bantuan dana langsung ke desa sejumlah 11,7% dari APBD yang berjumlah Rp 106.898.000.000 ke seluruh desa. Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan dan kesimpulan peneliti terhadap hasil penelitian, peneliti dapat merumuskan beberapa saran kepada semua pihak yang terkait, demi peningkatan pelaksanaan program pemerintah Kabupaten Jember untuk pemberdayaan desa. 1. Pemerintah Kabupaten Jember, supaya lebih
memahami
makna
dan
aturan
pengalokasian dana untuk desa, sehingga bisa lebih adil dalam pengalokasiannya. 2. Anggota DPRD Kabupaten Jember supaya lebih aktif menyuarakan hak desa yang itu juga hak rakyat, untuk mendapatkan bantuan secara adil. Daftar Pustaka
e-SOSPOL No. I Vol. 1; Januari 2014 [2014, I (1): 1-9]
Anggraini, Nur Elya. 2006. Analisis Dampak Program Pengembangan Kecamatan Fase II Pada Desa Sukowiryo Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember. Tidak Dipublikasikan. Skripsi. Jember: Program Sarjana Universitas Jember. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa.