‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
KECERDASAN SPIRITUAL PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN KOMPETENSI PERAWAT MELAKUKAN ASUHAN SPIRITUAL KEPADA PASIEN RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA YARSI PADANG PANJANG TAHUN 2015 Liza Merianti 1*) , Syntia Lola Andhika 2*) 1) Program Studi S1 Keperawatan STIKes YARSI SUMBAR Bukittinggi Bukittinggi, 26136, Indonesia Email :
[email protected]
ABSTRACT Spiritualities of nurse relate the nursing care to given. nurse have spiritual quotient can gift of service of treatment in more glorious context that is on the basis of religious service. In some of the literature has known a lot of weaknesses nurses in providing spiritual care . One thing that becomes a problem in spiritual service is discomfort and inability to recognize spirituality them self because of the attention to the spiritual aspects of the nurses still not as expected. The purpose is to know relation of spiritual quotient with nurse competencies in spiritual care in Islamic hospital Ibnu Sina Padang Panjang. This Study used cross sectional Approach. Population of this research is all nurse which on duty in Islamic hospital Ibnu Sina Padang Panjang amount of 41 sample. Result of analysis showed more than half (73,2%) responden has high spiritual intelligence and more than half (68,3%) responden has high competencies in spiritual care also. Result of bivariate analysis with correlation spearmen there are significancy relation (p=0,000) and positive pattern strong relation (r=0,652). The conclution is there are correlation between spiritual quotient nurse competencies in spiritual care in Islamic Hospital Ibnu Sina Padang Panjang in 2013. Key word
: Spiritual intelligence, Nurse competencies, Spiritual care
merupakan
PENDAHULUAN Banyak
terdapat
literatur
hal
yang
penting
untuk
yang
mengembangkan kesadaran dan sensitifitas
menyatakan bahwa spiritualitas perawat
terhadap spiritualitas pasien (Mitchell, dkk
berkaitan dengan asuhan yang diberikan
2006).
perawat. Menurut Potter & Perry (2005), kematangan
spiritual
mempengaruhi memenuhi
kemampuannya
kebutuhan
spiritual
Spiritualitas dikenal sebagai suatu
perawat
bentuk kecerdasan. Kecerdasan spiritual
untuk
(Spiritual Intelligence) adalah kecerdasan
pasien.
untuk menyelesaikan masalah makna dan
Asuhan spiritual yang diberikan perawat
nilai,
dalam praktek profesionalnya bertolak dari
perilaku dan hidup dalam konteks makna
kekuatan dan pengalaman spiritual perawat
yang lebih luas (Zohar, 2000). Seseorang
dalam kehidupan sehari-hari. Rasa nyaman
yang cerdas secara spiritual merasakan
terhadap
ketenangan jiwa dan menjalani hidup
spiritualitas
diri
perawat
60
kecerdasan
untuk
memposisikan
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
dengan bijak yang berimplikasi terhadap
Emergency, ICU dan Syaraf RS. DR. M.
interaksinya dalam kehidupan sehari-hari
Djamil
berupa perilaku rendah hati, penuh kasih
disimpulkan bahwa lebih dari 50% perawat
sayang, empati, menunjukkan perasaan
pelaksana
tenang dan damai, sabar, kehangatan dan
rendah
kekuatan batin (Sukidi, 2002). Perilaku
pemenuhan
inilah yang dibutuhkan oleh perawat dalam
(Idianola, 2009).
interaksinya
dengan
tahun
memiliki dan
2008,
dapat
pengetahuan
sikap
negatif
kebutuhan
spiritual
yang tentang pasien
dalam
Observasi terhadap 30 klien di tiga
memberikan asuhan spiritual. Perawat yang
Rumah Sakit (RSCM, RSPAD, dan RS.
cerdas
mampu
Darmais) menunjukkan fakta bahwa aspek
pelayanan
spiritual belum mendapatkan perhatian
keperawatan dalam konteks yang lebih
yang cukup oleh perawat. Dari 30 klien
agung
yang
secara
menempatkan
yaitu
pertolongan
pasien
Padang
spiritual pemberian
atas
dasar
bagi
ibadah
manusia
dan yang
itu,
didapatkan
sebanyak 79% klien tidak mendapatkan
membutuhkan (Yosep, 2005). Biasanya
diobservasinya
pendampingan spiritual saat sakit dan
dalam
praktik
dirawat di rumah sakit. Sementara itu,
keperawatan aspek spiritual tidak konsisten
selebihnya, sebanyak 21% klien mengaku
diberikan dan cenderung diabaikan. Bahkan
mendapatkan
diberbagai literatur telah diketahui banyak
namun bukan oleh perawat tetapi oleh
kelemahan perawat dalam memberikan
pemuka
asuhan spiritual. Salah satu hal yang
menunjukkan bahwa perhatian terhadap
menjadi masalah dalam pelayanan spiritual
aspek spiritual oleh perawat masih belum
adalah
sesuai dengan yang diharapkan (Rohman,
ketidaknyamanan
dan
ketidakmampuan perawat dalam mengenal
(2004),
menemukan
dalam
bahwa
Fakta
tersebut
Penulis mewawancarai 4 orang
penelitiannya
banyak
agama.
spiritual,
2009).
spiritualitasnya sendiri (Wright, 1998). McEwan
pendampingan
perawat di Ruang Rawat Inap Bedah, Anak,
perawat
serta
Ruang
Interne
pada
tentang
mengakui belum memahami secara jelas
spiritual,
dan mengalami kebingungan antara konsep
mengatakan bahwa asuhan spiritual adalah
spiritualitas dan religius.
asuhan
yang
umumnya
asuhan
bersifat
perawat
keagamaan,
Berdasarkan penelitian Idianola,
diantaranya mengingatkan pasien terhadap
mengenai pengetahuan dan sikap perawat
agamanya, mengingatkan pasien untuk
pelaksana tentang pemenuhan kebutuhan
beribadah,
spiritual klien di Ruang Rawat Inap
menjalankan ibadah. Perawat mengatakan
61
dan
membantu
pasien
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
belum pernah mengikuti pelatihan tentang
yang berjumlah 42 orang. Pengambilan data
pemberian asuhan spiritual. Pada umumnya
dilakukan dengan teknik total sampling,
perawat mengatakan hanya memberikan
yaitu semua populasi dijadikan sampel
asuhan spiritual secara lisan, namun tidak
dengan jumlah sampel saat pengambilan
dituangkan dalam bentuk tertulis, asuhan
data awal sebanyak 42 orang (Profil RSI
yang diberikan tergantung dari nilai yang
Ibnu Sina Padang Panjang Tahun 2013). Instrumen yang digunakan dalam
dianut oleh masing-masing perawat dan dari pengalaman yang didapatkan perawat
penelitian
ini
adalah
kuesioner
yang
dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil
diberikan langsung kepada responden. Alat
observasi terhadap beberapa status pasien
ukur untuk menilai kecerdasan spiritual
didapatkan data bahwa komponen asuhan
perawat adalah kuesioner yang diadaptasi
spiritual tidak dituliskan dalam perencanaan
dari tes kecerdasan spiritual yang disusun
keperawatan.
oleh Khalil A. Khavari (2006), dalam
TUJUAN
Spiritual Intellegence, sedangkan alat ukur untuk menilai kompetensi perawat dalam
Tujuan dari kegiatan ini adalah hubungan
asuhan spiritual adalah kuesioner yang
dengan
diadaptasi dari Spiritual Care Competence
kompetensi perawat dalam memberikan
Scale yang disusun oleh Leeuwen &
asuhan spiritual pada pasien di Rumah
Cusveller (2006). Variabel penelitan terdiri
Sakit Islam Ibnu Sina Padang Panjang,
dari :
dengan diberikannya asuhan spiritual pada
1. Variabel dependent; kompetensi perawat
untuk
mengetahui
kecerdasan
spiritual
adanya perawat
pasien diharapkan peningkatan motivasi
dalam
pasien dalam hal kesembuhannya.
operasionalnya
kemampuan
METODA PENELITIAN
keterampilan
perawat
dengan
pendekatan
spiritual,
defenisi dan dalam
memberikan asuhan spiritual, meliputi
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi
asuhan
kemampuan
Cross
pengkajian
dan
Sectional Study. Penelitian ini dilakukan di
implementasi asuhan spiritual, mampu
Ruang Instlasai Gawat Darurat (IGD),
memberikan dukungan personal dan
Poliklinik, Kamar Operasi (OK), Interne
konseling
(Siti Mu’min), Bedah dan Anak (Syafa
mendelegasikan asuhan spiritual kepada
Marwah) Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu
tenaga
kesehatan
Sina Padang Panjang. Populasi penelitian
positif
terhadap
ini adalah semua perawat pelaksana yang
kemampuan
dinas di RSI Ibnu Sina Padang Panjang
62
pasien,
lainnya,
mampu
bersikap
spiritualitas pasien, komunikasi,
serta
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
profesional dan mampu meningkatkan
menggunakan skala ukur skala Likert yang
kualitas asuhan spiritual.
terdiri dari 4 alternatif jawaban. Semua item
2. Variabel
Independen;
spiritual
Kecerdasan
terdiri dari pernyataan positif yang diberi
definisi
nilai: selalu = 3, sering = 2, kadang-kadang
perawat
=
perawat,
operasionalnya
Kemampuan
1,
tidak
pernah
=
0,
sedangkan
untuk memberi makna spiritual terhadap
pernyataan negatif tidak ada. Skor total
pemikiran, perilaku dan kegiatannya,
didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari
yang
masing-masing jawaban responden.
direfleksikan
memalui
relasi
spiritual dan komunikasi dengan Tuhan
Analisa bivariat dilakukan dengan
yang tercermin dari frekuensi do’a
menggunakan analisis statistik berupa uji
kecintaan dan
kepada
korelasi Spearmen dengan bantuan program
Tuhan, relasi sosial yang tercermin dari
SPSS dengan tingkat kepercayaan 95%
rasa
terhadap
(p<0,05). Nilai korelasi (r) berkisar 0-1 atau
kesejahteraan orang lain, dan bersikap
bila disertai dengan arah nilai antara -1
dermawan, ketaatan pada etika dan
sampai dengan +1; r = 0 berarti tidak ada
moral yang tercermin melalui sikap
hubungan linear; r = -1 berarti
jujur, amanah, sopan, toletan dan anti
linear negatif sempurna; r = +1 berarti
kekerasan
hubungan linear positif sempurna. Menurut
rasa
kekeluargaan,
Dalam
syukur
peka
Analisa
hubungan
Variabel
Dahlan (2008), kekuatan hubungan dua
kompetensi perawat menggunakan skala
variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam
ukur skala Likert yang terdiri dari dua
5 area, yaitu : r = 0,00 – 0,199
bentuk pertanyaan. Bentuk pertama yang
sangat lemah; r = 0,20 – 0,399 hubungan
meliputi
implementasi
lemah; r = 0,40 – 0,599 hubungan sedang; r
asuhan spiritual, dukungan personal dan
= 0,60 – 0,799 hubungan kuat, dan r = 0,80
konseling
– 1,000 hubungan sangat kuat.
pengkajian
dan
pasien,
kemampuan
pendelegasian,
komunikasi,
serta
hubungan
HASIL DAN PEMBAHASAN
profesionalisasi dan peningkatan kualitas
Kecerdasan
spiritual
adalah
asuhan spiritual yang terdiri dari 4 alternatif
kecerdasan untuk menghadapi persoalan
jawaban.
makna
Semua
item
terdiri
dari
atau
value,
kecerdasan
untuk
pernyataan positif yang diberi nilai : sangat
menempatkan perilaku dan hidup dalam
mampu = 4, mampu = 3, tidak mampu = 2,
konteks makna yang lebih luas dan kaya,
sangat tidak mampu = 1, sedangkan
kecerdasan untuk menilai bahwa suatu
pernyataan
Untuk
tindakan atau jalan hidup tertentu lebih
perawat
bermakna dibandingkan dengan yang lain
Variabel
negatif kecerdasan
tidak
ada.
spiritual
63
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
(Sukidi, 2002). Hasil penelitian terhadap
Sementara
dari
41
orang
kecerdasan emosional perawat RSI Ibnu
perawat,
Sina adalah separoh perawat (73,2%)
kecerdasan
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi,
kecerdasan spiritual perawat dalam keadaan
sedangkan
tidak baik, dapat menimbulkan rasa tidak
26,8%
perawat
memiliki
kecerdasan spiritual yang rendah.
11
itu,
orang
perawat
memiliki
spiritual
rendah.
Artinya
nyaman dan dapat menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupannya. Hal ini
Kecerdasan Spritual perawat
sesuai dengan pendapat Vaughan (2002),
Rendah 27%
ketika kecerdasan spiritual dalam keadaan tidak baik ia bisa menimbulkan rasa takut, Tinggi 73%
ketidaktenangan dan dapat menyebabkan berbagai masalah yang serius.
Gambar 1.1 Kecerdasan Spiritual Perawat RSI Ibnu Sina Padang Panjang
Hal ini sesuai dengan pendapat Vaughan (2003) bahwa kecerdasan spiritual
Sebanyak 73,2% perawat memiliki
memiliki rentang yang luas dan bervariasi
kecerdasan spiritual yang tinggi. Artinya
dalam
lebih dari separoh perawat mengerti makna pekerjaannya
dan
Pengalaman
menempatkan
baik.
termasuk aktivitas merawat pasien. Hal ini
keceriaan,
sukacita,
kasih,
Tuhan,
sedangkan
presentase
dari frekuensi ibadah dan rasa syukurnya,
yang
akan tetapi kecerdasan spiritual perawat kurang berimplikasi terhadap kehidupan
aktualisasi diri seseorang, dimana seseorang kreativitas,
kecerdasan
yang baik dengan Tuhan yang tercermin
membutuhkan. Spiritualitas sebagai tahapan
dengan
implikasi
Artinya rata-rata perawat memiliki relasi
lebih agung yaitu atas dasar ibadah dan
berlimpah
tiga
yaitu relasi sosial dengan sesama manusia.
pelayanan keperawatan dalam konteks yang
manusia
selalu
terendah terdapat pada implikasi horizontal
secara
spiritual mampu menempatkan pemberian
bagi
Pada
dengan
spiritual individu secara keseluruhan.
pertolongan
tidak
implikasi vertikal yaitu relasi spiritual
yang memang menjunjung tinggi nilai-nilai
cerdas
spiritual
tingkatannya.
spiritual, presentase tertinggi terdapat pada
didukung karena perawat bekerja di RSI
yang
dan
berkembang dan tidak selalu dalam keadaan
aktivitasnya dalam tujuan yang lebih agung,
Perawat
ekspresi
sosialnya.
intuisi,
kedamaian,
toleransi, kerendahan hati, serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Yosep, 2005).
64
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
2009),
Kompetensi Asuhan Spiritual
yang
walaupun
Rendah 32%
mengindikasikan
perawat
telah
bahwa
menyadari
kebutuhan spiritual pasien mereka tetap Tinggi 68%
tidak mampu memberikan asuhan spiritual karena dua alasan. Alasan pertama, karena
Gambar 1.2 Kompetensi Asuhan Spiritual perawat RSI Ibnu Sina Padang Panjang
tidak
adekuatnya
penyiapan
tentang
pemberian asuhan spiritual saat perawat
Berdasarkan hasil penelitian pada
mengikuti pendidikan di fakultas. Alasan
tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 41
kedua, adalah karena perawat memandang
responden, 28 orang (68,3%) memiliki
bahwa asuhan spiritual adalah peran ahli Kompetensi Asuhan Spiritual Kecerd asan Spiritua l Perawa t Tinggi Rendah Jumlah (%)
Tinggi (%)
f
26 2 28
(86,7) (18,2) (68,3)
agama di RS, bukan peran profesional
Jumlah (%)
Rendah f
(%)
4 9 13
f
(13,3) (81,8) (31,7)
30 11 41
keperawatan.
(%)
(100) (100) (100)
Tabel 1.1 Korelasi Kecerdasan Spiritual Perawat dengan Kompetensi Perawat dalamAsuhan Spiritual di RSI Ibnu Sina Padang Panjang
kompetensi yang tinggi dalam asuhan
Berdasarkan tabel 1.1 diatas terlihat
spiritual dan 13 orang (31,7%) memiliki
bahwa dari 30 orang perawat yang memiliki
kompetensi yang rendah dalam asuhan
kecerdasan
spiritual. Artinya lebih dari separoh perawat
asuhan spiritual, sedangkan 4 lainnya
sudah mampu mencapai standar kinerja
(13,3%)
yang diharapkan. Sesuai dengan pendapat bahwa
atau
(81,8%) diantaranya memiliki kompetensi
sekelompok
yang rendah pula dalam pemberian asuhan spiritual, 2 lainnya (18,2%) memiliki
yang seorang karyawan mampu kerjakan
kompetensi yang tinggi dalam pemberian
untuk mencapai hasil yang diinginkan dari
asuhan spiritual.
suatu pekerjaan.
Hasil uji korelasi Spearman, dapat
Hasil penelitian ini sesuai dengan
Narayanasamy
kompetensi
rendah berjumlah 11 orang, 9 orang
pekerjaan. Suatu kompetensi adalah apa
penelitian
memiliki
Perawat yang memiliki kecerdasan spiritual
penting bagi kinerja yang superior dari pekerjaan
perawat
pemberian asuhan spiritual yang rendah.
kompetensi
sebagai suatu rangkaian kemampuan yang
sebuah
ternyata
kompetensi yang tinggi dalam pemberian
dalam asuhan spiritual, dimana perawat
(2002),
tinggi,
sebanyak 26 orang (86,7%) memiliki
(68,3%) memiliki kompetensi yang tinggi
Lasmahadi
spiritual
yang (1993,
dilakukan dalam
oleh Rohman,
65
diketahui
bahwa
korelasi
kecerdasan
spiritual
perawat
dengan
kompetensi
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
perawat
dalam
asuhan
spiritual
57,49% sisanya dipengaruhi oleh faktor
menunjukkan hubungan yang kuat (r = 0,652)
dan
berpola
positif
lain.
serta
Hasil penelitian ini sesuai dengan
memperlihatkan hubungan yang signifikan
penelitian Cimino (2006) tentang korelasi
(p = 0,001).
antara spiritual perawat dengan sikap dan
Arah korelasi dalam penelitian ini
tingkat
kenyamanan
perawat
dalam
positif artinya semakin tinggi kecerdasan
penyediaan asuhan spiritual. Diperoleh data
spiritual perawat, maka semakin tinggi pula
dalam
kompetensinya dalam asuhan spiritual.
perawat memiliki tingkat spiritualitas yang
Korelasi
tinggi
antara
kecerdasan
spiritual
penelitiannya
dan
bahwa
bersikap
rata-rata
positif
terhadap
perawat dengan kompetensi perawat dalam
pemenuhan spiritualitas pasien. Kesimpulan
asuhan spiritual menunjukkan hubungan
dari penelitian tersebut adalah terdapatnya
kuat. Artinya kompetensi perawat dalam
korelasi positif antara spiritual perawat
asuhan spiritual sebagian besar dipengaruhi
dengan sikap dan tingkat kenyamanan
oleh kecerdasan spiritualnya, namun masih
perawat dalam penyediaan asuhan spiritual.
ada beberapa faktor lain yang harus
Dilihat dari salah satu implikasi
dipertimbangkan dan dapat mempengaruhi
kecerdasan spiritual spiritual dari sudut
kompetensi perawat dalam asuhan spiritual.
pandang etika dan moral, yaitu bagaimana
Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor
kecerdasan spiritual mendidik seseorang
personal perawat, usia, pengalaman hidup,
agar mematuhi standar etika dan moral
dan pengalaman kerja
yang tercermin dari perilakunya yang
Cara mengetahui seberapa besar
bertanggung jawab hal ini mendukung
perubahan kompetensi asuhan spiritual
terbentuknya
yang dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual
dalam
perawat
dengan
menyatakan perilaku profesional dalam
menghitung nilai koefisien determinasi,
praktek keperawatan yang ditandai dengan
yaitu dengan menghitung nilai kuadrat dari
komitmen
koefisien korelasi (r). Pada penelitian ini
keperawatan. Perawat mematuhi standar
didapatkan r = 0,652, maka nilai koefisien
praktek profesinya, bertanggung jawab
determinasinya
terhadap tindakan dan perilakunya.
dapat
diketahui
0,4251.
Ini
berarti
kecerdasan spiritual perawat hanya dapat mempengaruhi
kompetensi
profesionalisme
asuhan
spiritual.
terhadap
Kecerdasan
perawat
Hird
(2006)
profesi
perawat
dari
bukanlah
asuhan
merupakan suatu hal yang bersifat dimensi
spiritualnya sebesar 42,51%, sedangkan
tunggal semata, yang hanya bisa diukur dari satu sisi dimensi saja (dimensi IQ),
66
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
melainkan lebih luas dari itu, termaasuk Zohar, D. (2000). SQ-spiritual intelligence, the ultimate intelligence. Accessed on April 1 2014. http://www.alisonmorgan.co.uk/Zo har%202000.htm
kecerdasan emosional dan spiritual. Karena kecerdasan spiritual merupakan dasar yang perlu untuk mendorong
berfungsinya
secara lebih efektif, baik Intelligence Quotient
(IQ)
maupun
Sukidi. (2002). Rahasia sukses hidup bahagia kecerdasan spiritual mengapa sq lebih penting dari pada IQ dan EQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Emotional
Intelligence (EI). Hal ini sesuai dengan penelitian
Trihandini
(2005)
tentang
analisis pengaruh kecerdasan intelektual, Yosep,
kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan. Ditemukan bahwa
IQ,
EQ
dan SQ
mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja staf.
I. (2005). Pentingnya ESQ (emosional spiritual quotion) bagi perawat dalam manajemen konflik. Cerdas, Kreatif, Berwawasan dan Mandiri (CEREBRI) Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru . FIK UNPAD.
Wright. (1998). Profesional, ethical and legal implication for spiritual care in nursing. Journal of Nursing Scholarship. 30(1).
KESIMPULAN Berdasarkan hasil kegiatan yang dilakukan tentang penelitian hubungan kecerdasan spiritual dengan kompetensi
McEwan, W. (2004). Spirituallity in nursing, what the issue. Orthopaedic Nursing. Vol.23 No. 5.
perawat dalam memberikan asuhan spiritual pada perawat RSI Ibnu Sina Padang Panjangdapat diambil kesimpulan bahwa
Idianola. (2009). Hubungan kecerdasan spiritual perawat dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual kepada pasien di ruang rawat intensif RS. DR. M. Djamil Padang Tahun 2009.Tesis. Fakultas Kedokteran. Universitas Andalas.
terdapat korelasi antara kecerdasan spiritual perawat dengan kompetensi perawat dalam asuhan spiritual di RSI Ibnu Sina Padang Panjang.
DAFTAR PUSTAKA Potter
& Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rohman. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian asuhan spiritual oleh perawat di RS. islam Jakarta. Tesis. Magister Universitas Indonesia.
Mitchell, L. D, Marsha J. B, Linda MLedet. (2006). Spiritual development of nursing students: developing competence to provide spiritual care to patients at the end of life. Spiritual Competence of Nursing Students. 45 (9).
RSI Ibnu Sina Padang Panjang. (2013). Profil RSI Ibnu Sina Padang Panjang Tahun 2013.
67
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
Padang Panjang: Bagian SDM RSI Ibnu Sina Padang Panjang. Khavari, Khalil A. (2006). The Art Of Happines; Mencipta Kebahagiaan Dalam Setiap Keadaan. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta. Leeuwen, V, R,RL,J. Tiesinga, L.J. Middel, H. Jochemsem, D, Post. (2006). an Instrument to measure nursing competencies in spiritual care:validity and reability of the spiritual care competence scale (SCCS). Journal of Advanced Nursing, 48 (3), 234-246 Vaughan, F. (2003).What is spiritual intelligence. Journal of Humanistic Psychology
68