1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010)
Afifah Wulandari Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si.
ABSTRACT The underpricing phenomenon often occurs in the companies that made an Initial Public Offering (IPO). Data from the Indonesia Stock Exchange, during the period 2006 through 2010, shows that there were 77 companies from 88 companies were undervalue in initial public offering. Therefore, the problem in this research is: "What are the factors that can affect the underpricing phenomenon in most of the stock prices of companies that do an IPO?". There are five variables which as Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size, company age, and number of shares offered that selected in this study. Basically, the purpose of this study is to determine what factors are affecting underpricing at the company that made IPO in Indonesia Stock Exchange. This research was conducted with a purposive sampling method against 70 companies that made an initial public offering (IPO) on the Indonesian Stock Exchange in the period 2006-2010. Analysis of data obtained with quantitative analysis. This study using multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that the DER and Offer has a positive effect on Underpricing, while ROA, Age, and Size has a negative effect on underpricing.
Keywords: Underpricing, Debt to Equity Ratio, Return On Assets, company size, company age, number of shares offered
2
1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Dalam beberapa waktu terakhir, pasar modal di Indonesia mengalami
peningkatan sehingga semakin banyak saham-saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya kepada publik melalui pasar modal melalui pasar perdana untuk pertama kalinya disebut sebagai penawaran umum perdana atau yang dikenal sebagai Initial Public Offering atau penawaran umum perdana (IPO). Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006), permasalahan yang dihadapi perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah penentuan besarnya harga penawaran perdana. Berikut ini adalah daftar underpricing dan overpricing IPO tahun 2006 hingga 2010. Tabel 1.1 Perkembangan IPO Tahun 2006-2010
Tahun
Jumlah Emiten/ Tahun
Under pricing
Rata-Rata Nilai Underpricing
Over pricing
Rata-rata Nilai Overpricing
Tetap
2006
12
12
37.28%
0
0%
0
2007
22
20
49.09%
2
-10.88%
0
2008
19
15
33.63%
3
-8.55%
1
2009
13
9
19.59%
4
-9.41%
0
2010
22
21
28.31%
1
-6.58%
0
Jumlah
88 77 10 Sumber: Bursa Efek Indonesia (Diolah)
1
Dari 88 perusahaan yang melakukan IPO selama tahun 2006 hingga 2010, 77 perusahaan mengalami underpricing. Oleh karena itu, kiranya perlu diteliti faktor-faktor
yang
mempengaruhinya.
Penelitian-penelitian
telah
banyak
dilakukan oleh peneliti terdahulu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
3
tingkat underpricing, dan terdapat perbedaan hipotesis terhadap beberapa variable, diantaranya DER (Debt to Equity Ratio). Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan DER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing Namun hasil penelitian Sulistio (2005), Mansur (2002) dan Handayani (2008) menyatakan variabel DER tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing. ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapat laba. Penelitian yang dilakukan Mansur (2002), Aini (2009), Yasa (2008), Handayani (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan Setianingrum (2005) menyatakan variabel ROA berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing. Perusahaan dengan umur operasi yang lama kemungkinan akan menyediakan publikasi informasi perusahaan lebih luas dan lebih banyak bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru saja berdiri. Penelitian yang dilakukan Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Yasa (2008), Mansur (2002) dan handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing sedangkan Setianingrum (2005) menyatakan variabel AGE berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing. Perusahaan yang berskala besar umumnya lebih dikenal oleh masyarakat daripada perusahaan dengan skala kecil. Bila informasi ditangan investor banyak maka tingkat ketidakpastian investor akan masa depan perusahaan dapat diketahui. Penelitian yang dilakukan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing. Mansur (2002), Sulistio (2005), dan wardhani (2002) juga menyatakan variabel SIZE berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tingkat underpricing tetapi hasil penelitian menunjukkan variable SIZE tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
4
Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan menawarkan saham dengan nilai besar. Penelitian yang dilakukan Aini (2009), Takarini&Kustini (2007), dan Suyatmin&Sujadi (2006) menyatakan variabel OFFER berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat underpricing sedangkan Diananingsih (2002) menyatakan variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Dari berbagai penelitian diatas dapat dijelaskan ketidakkonsistenan hasil penelitian sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi underpricing.
1.2
Rumusan Masalah Telah terjadi fenomena underpricing pada perusahaan-perusahaan yang
melakukan IPO di BEI periode 2006-2010 dan terjadi pula ketidak konsistenan hasil para peneliti-peneliti terdahulu. Maka dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap tingkat
underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 2. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing
pada perusahaan yang melakukan IPO? 3. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada
perusahaan yang melakukan IPO? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada
perusahaan yang melakukan IPO? 5. Apakah prosentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat berpengaruh
terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO? 6. Apakah Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Earning per
Share (EPS), umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan pengaruh prosentase saham berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO secara simultan?
5
2. TELAAH PUSTAKA 2.1
Underpricing Underpricing saham adalah suatu keadaan dimana harga saham yang
diperdagangkan di pasar perdana lebih rendah dibandingkan ketika di pasar sekunder (Sumarso, 2003 dalam Syahputra, 2008). 2.2
Teori-Teori dalam Underpricing Teori-teori yang menjelaskan tentang harga saham IPO yang mengalami
underpricing dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Signalling Theory Menurut Rahmawati (2007), penggunaan sinyal positif secara efektif dapat mengurangi tingkat ketidakpastian yang dihadapi investor, sehingga investor dapat membedakan kualitas perusahaan yang baik dan buruk. Allen dan Faulhaber (1989) mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki informasi mengenai kualitas dan prospek perusahaannya yang tidak diketahui oleh investor luar. 2.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Harga saham yang pertama kali diperdagangkan di pasar sekunder bagi
perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) biasanya mengalami underpricing. Dari penelitian terdahulu setidaknya ada beberapa faktor-faktor keuangan dan non keuangan yang mempengaruhi terjadinya underpricing saham dan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 2.3.1 Financial Leverage Pada
penelitian
terdahulu
Aini
(2009),
Ariawati
(2005),
Setianingrum (2005), Yasa (2008), Suyatmin dan Sujadi (2006), dan Mansur (2002) mengatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap tingkat underpricing.
6
DER berpengaruh positif terhadap underpricing karena secara teoritis DER menunjukkan risiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian (Suyatmin dan Sujadi, 2006). Rumus Financial Leverage atau DER adalah sebagai berikut : 2.3.2 Return On Assets Menurut penelitian terdahulu, antara lain Mansur (2002), Aini (2009), Yasa (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) mengatakan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. 2.3.3 Umur Perusahaan Menurut para peneliti terdahulu, yaitu Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Kusuma (2001), Yasa (2008), Mansur (2002) dan Handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Semakin lama umur perusahaan maka informasi mengenai perusahaan tersebut semakin besar dan memperkecil ketidakpastian pasar yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham. 2.3.4 Ukuran Perusahaan Menurut para peneliti terdahulu, Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), dan Yasa (2008) menyatakan bahwa SIZE berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. 2.3.5 Prosentase Penawaran Saham Kepada Masyarakat Menurut penelitian terdahulu yaitu Suyatmin dan Sujadi (2006) variabel OFFER berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Dengan demikan semakin besar prosentase saham yang ditawarkan kapada masyarakat maka tingkat ketidakpastiannya akan semakin kecil, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham.
7
2.4
Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran
Debt To Equity Ratio
H1 Return On Assets H2 Umur Perusahaan H3
Ukuran Perusahaan
Underpricing
H4
H5 Prosentase Penawaran Saham
3.5
Hipotesis Hipotesis pada dasarnya adalah suatu anggapan yang mungkin benar dan
sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan, pemecahan persoalan maupun dasar penelitian lebih lanjut, anggapan sebagai satu hipotesis juga merupakan data tetapi karena kemungkinan bisa salah, apabila akan digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan harus diuji dahulu dengan memakai data hasil observasi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Debt to Equity Rasio (DER) berpengaruh positif terhadap besarnya tingkat underpricing.
8
H2
:Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat underpricing.
H3
:Umur perusahaan berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat underpricing.
H4
:Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat underpricing.
H5
:Prosentase saham yang ditawarkan kepada Masyarakat berpengaruh negatif terhadap besarnya tingkat underpricing.
9
2. METODE PENELITIAN 3.1
Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional dan Indikator Variabel Variabel Underpricing (Y)
Definisi Selisih harga saham di pasar sekunder pada hari pertama dengan harga penawaran di pasar perdana.
Rumus
P1-P0
Debt to Prosentase total hutang Equity Ratio perusahaan terhadap (X1) modal sendiri.
Rasio ℎ
ℎ 100%
Return On prosentase laba bersih Assets (X2) perusahaan setelah pajak dengan total asset perusahaan. Umur Perusahaan (X3)
pengurangan antara tahun saat IPO dengan tahun berdirinya perusahaan.
Ukuran Perusahaan (X4) Prosentase Penawaran Saham (X5)
besarnya skala atau ukuran dari perusahaan.
3.2
perbandingan antara jumlah saham yang dijual kepada public saat IPO dengan total saham beredar.
Skala Rasio
Rasio 100%
ℎ
Tahun
−
ℎ
ℎ
Rupiah Total Assets Rasio ℎ ℎ
ℎ 100%
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang digunakan
10
(Ferdinand, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan Initial Public Offering dan mengalami underpricing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006 sampai tahun 2010. 3.3
Teknik Analisis Untuk menganalisis pengaruh perubahan variable independen terhadap
dependen baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, maka digunakan regresi berganda (Multiple Regression). Regresi berganda adalah teknik untuk menjelaskan keterkaitan antara variable terikat dengan beberapa variable bebas. Fleksibilitas dan adaptifitas dari metode ini mempermudah peneliti untuk melihat suatu keterkaitan dari beberapa variable sekaligus (Hair et al, 1998 dalam Ariawati, 2005). Sebelum dilakukan pengujian dan regresi berganda, variable-variabel penelitian diuji apakah memenuhi asumsi klasik persamaan regresi
berganda,
yaitu
memenuhi
asumsi
normalitas,
tidak
adanya
heterokesdatisitas, autokorelasi, dan multikolinearisitas (Suyatmin dan Sujadi, 2006). 3.3.1 Uji Asumsi Klasik 3.3.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. 3.3.1.2 Uji Multikolinearitas Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi antar variabel–variabel independent yang akan digunakan dalam persamaan regresi atau dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factors ). Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
11
(Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel variabel independen. 3.3.1.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 ( sebelumnya ). Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-test). 3.3.1.4 Uji Heterokesdatisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang
lain.
Untuk
mendeteksi
ada
atau
tidaknya
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), yaitu dengan deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara SRESID dan ZPRED. 3.3.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Pada uji t, nilai probabilitas dapat dilihat pada hasil pengolahan dari program SPSS pada tabel coefficients kolom sig atau significance. Persamaan regresi yang akan terjadi adalah sebagai berikut:
=
+ 1 1+ 2 2+ 3 3+ 4 4+ 5 5+ 6 6+
3.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dari suatu persamaan regresi (Ghozali, 2006). Hipotesis nol yang dikemukakan dalam pengujian ini adalah bahwa semua variable independen yang dipergunakan dalam model persamaan regresi serentak tidak berpengaruh terhadap variable dependen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Uji Asumsi Klasik
4.1.1 Uji Normalitas Hasil pengujian regresi dengan analisis grafik menunjukkan sebagai berikut : Tabel 4.2 Histogram dan Normal Probability Plot
Pada Tabel 4.2, hasil uji normalitas menunjukkan titik-titik menyebar dekat pada garis diagonal dengan arah mengikuti garis diagonalnya sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan gambar histogram tampak normal karena tidak menceng ke kiri maupun ke kanan sehingga dapat disimpulkan pula bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
13
4.1.1.1 Uji Multikolinearitas Hasil Uji multiklinearitas adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.974 .922 .915 .917 .936
1.027 1.084 1.093 1.090 1.069
Sumber: Data yang diolah Hasil dari uji
multikolinearitas pada Tabel 4.4 tersebut
menunjukkan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Hal ini berarti bahwa model variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas dalam model regresi atau dapat dikatakan variabelvariabel independen tidak saling berkorelasi. 4.1.1.2 Uji Autokorelasi Hasil uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Uji Durbin-Watson Durbin-Watson 2.200
Hasil dari uji autokorelasi pada tabel 4.5 tersebut menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,200, sementara dari Tabel distribusi
14
Durbin Watson, pada tingkat signifikansi 0,05 didapat nilai du (N=70) sebesar 1,768 dan nilai 4-du (N=70) sebesar 2,232. Hal ini berarti bahwa nilai Durbin-Watson berada diantara nilai du dan 4-du. Maka diambil kesimpulan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi. 4.1.1.3 Uji Heterokedatisitas Hasil pengujian pada Lampiran Hasil uji heterokedastisitas adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas
Hasil dari uji heterokedastisitas pada Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar secara acak. baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. kemudian dari uji glejser menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel absolut unstandardized residual. Hal ini terlihat dari tingkat signifikaninya diatas 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heterokedastisitas.
15
4.2.1 Analisis Linear Berganda Melalui hasil uji asumsi klasik setelah ditransformasikan dinyatakan bahwa model regresi terdistribusi normal dan bebas dari multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas. Di bawah ini merupakan hasil pengolahan data pada Tabel 4.13 dengan analisis linear berganda dan diperoleh persamaan sebagai berikut: UP = 0,931 + 0,068 DER - 1,238 ROA - 0,103 SIZE - 0,008 OFFER + 0,015 LNAGE Berdasarkan persamaan regresi dapat diketahui bahwa: 1. Konstanta sebesar 0,931 menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen tidak mengalami perubahan atau konstan maka variabel dependen akan naik sebesar 0,931 persen. 2. Koefisien regresi pada variabel Debt to Equity Ratio sebesar 0,068 menunjukkan jika Debt to Equity Ratio mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan naik sebesar 0,068 persen. 3. Koefisien regresi pada variabel Return On Assets sebesar -1,238 menunjukkan jika Return On Assets mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun sebesar 1,238 persen. 4. Koefisien regresi pada variabel Ukuran perusahaan sebesar -0,103 menunjukkan jika Ukuran perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun sebesar 0,103 persen. 5. Koefisien regresi pada variabel Prosentase penawaran saham ke publik sebesar 0,008 menunjukkan jika Prosentase penawaran saham ke publik mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan turun sebesar 0,008 persen.
16
6. Koefisien regresi pada variabel Umur perusahaan sebesar 0,015 menunjukkan jika Umur perusahaan mengalami kenaikan sebesar 1 persen dan variabel lain konstan maka tingkat underpricing akan naik sebesar 0,015 satuan.
4.2.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat dan melihat pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan terhadap tingkat underpricing. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji pengaruh masing-masing variabel terhadap tingkat underpricing. (uji t) dan uji pengaruh faktor-faktor tingkat underpricing secara bersama-sama terhadap tingkat underpricing (uji f).
4.2.3.1 Uji t Hasil uji statistic mengenai pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dapat dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini: Tabel 4.12 Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error .931
.233
DER
.068
.027
ROA
-1.238
.483
Size
-.103
.036
Offer
-.008 .015
LNAGE
Beta
t
Sig.
4.002
.000
.275
2.530
.014
-.286
-2.563
.013
-.318
-2.837
.006
.148
-.006
-.057
.955
.033
.049
.445
.658
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat dijelaskan hasil dari regresi tersebut bahwa:
17
1.
Hasil pengujian parameter pengaruh DER tingkat signifikansi sebesar 0,014 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Dengan demikian hipotesis yang diajukan penelitian ini dimana DER berpengaruh positif terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering, dapat diterima. Karena variabel DER menunjukkan
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
tingkat
diperoleh
tingkat
underpricing. 2.
Hasil
pengujian
parameter
pengaruh
ROA
signifikansi menunjukan nilai 0,013 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering sehingga hipotesis yang menyatakan ROA berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing dapat diterima. 3.
Hasil pengujian parameter pengaruh logaritma normal umur perusahaan menunjukkan tingkat signifikansi 0,658 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat underpricing sehingga hipotesis yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing ditolak.
4.
Hasil pengujian parameter pengaruh ukuran perusahaan menunjukkan tingkat signifikansi 0,006 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing sehingga hipotesis yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negative signifikan terhadap underpricing dapat diterima.
5.
Hasil pengujian parameter pengaruh prosentase penawaran saham ke publik diperoleh tingkat signifikansi menunjukan nilai 0,955 yang lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa prosentase penawaran saham ke publik berpengaruh positif
18
tidak signifikan terhadap tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan initial public offering sehingga hipotesis yang menyatakan prosentase penawaran saham ke public berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing ditolak.
4.2.3.2 Uji F Untuk melihat ada tidaknya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan maka digunakan uji F. hasil uji F pada Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Tabel 4.13 Uji F ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
Regression
1.096
5
.219
Residual
3.059
64
.048
Total
4.154
69
F 4.585
Sig. a
.001
a. Predictors: (Constant), LNAGE, ROA, DER, Offer, Size b. Dependent Variable: UP
Berdasarkan uji ANOVA atau F test pada Tabel 4.14 diatas didapat F hitung sebesar 4,585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,01. Nilai signifikansi yang dihasilkan mempunyai nilai yang lebih kecil dari signifikansi penelitian yaitu sebesar 0,05. Maka model regresi layak digunakan untuk menjelaskan tingkat underpricing. Hal ini juga menunjukkan bahwa semua variabel independen Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. 4.2.3.3 Koefisien Determinasi (R2)
19
Model regresi ini mempunyai angka adjusted R square sebesar 0,206 yang menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing
yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan
sisanya sebesar 79,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Untuk lebih jelasnya hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.15 sebagai berikut: Tabel 4.14 Model Summaryb Model
R
1
.514
a
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.264
.206
.218613
Predictors: (Constant), LNAGE, ROA, DER, Offer, Size Dependent Variable: UP
4.3 Pembahasan Setelah melakukan uji asumsi klasik, analisis linear berganda, dan pengujian hipotesis maka dibutuhkan suatu pembahasan mengenai hasil analisis tersebut. Dibawah ini merupakan hasil pemaparan analisis yang dilakukan terhadap uji t atau secara parsial. 4.3.1 Variabel Debt to Equity Ratio (DER) Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah positif. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel Debt to Equity Ratio terhadap tingkat underpricing. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa DER berpengaruh signifikan positif terhadap besarnya tingkat underpricing. Hal ini berarti bahwa jika variabel DER meningkat maka variabel underpricing juga meningkat. Hasil ini konsisten dengan penelitian Aini (2009), Ariawati (2005), Setianingrum (2005), Yasa (2008), dan Mansur (2002) bahwa DER berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat underpricing.
20
Penjelasan mengapa DER berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai nilai DER yang tinggi akan lebih cenderung menggunakan dana hasil IPO untuk membayar hutangnya daripada untuk kegiatan investasi guna ekspansi baru. Hal ini dapat mengurangi minat investor untuk membeli saham tersebut. DER yang tinggi juga dapat menunjukkan risiko finansial atau risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman akan semakin tinggi, dan sebaliknya. Para investor dalam melakukan keputusan investasi akan mempertimbangkan nilai DER perusahaan, Oleh sebab itu tingkat ketidakpastiannya akan semakin tinggi dan menyebabkan nilai underpricing akan semakin tinggi pula. 4.3.2 Variabel Return On Assets (ROA) Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel Return On Assets terhadap tingkat underpricing. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing Hal ini berarti bahwa jika variabel ROA meningkat maka variabel underpricing akan menurun. Hasil ini konsisten dengan penelitian Mansur (2002), Aini (2009), Yasa (2008), dan Suyatmin&Sujadi (2006) bahwa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat underpricing. Penjelasan mengapa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing dapat dijelaskan bahwa ROA (Return On Assets) merupakan salah satu ukuran profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi ROA perusahaan akan semakin rendah tingkat underpricing karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham perdananya dengan harga yang lebih tinggi.
Calon investor akan
mempertimbangkan
perusahaan
prosentase
profitabilitas
sebelum
21
menentukan keputusan investasinya sehingga nilai ketidakpastiaannya semakin rendah yang juga akan menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut. 4.3.3 Variabel logaritma natural umur perusahaan (LNAGE) Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian ini tidak mendukung hipotesis yang mengatakan umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel logaritma natural umur perusahaan terhadap tingkat underpricing. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), Yasa (2008), Mansur (2002) dan Handayani (2008) menyatakan variabel AGE berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat underpricing tetapi mendukung penelitian Setianingrum (2005) yang menyatakan variabel AGE tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Penjelasan mengapa tidak adanya pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat underpricing bahwa informasi mengenai umur perusahaan untuk keputusan investor tidak memiliki pengaruh yang berarti. Meskipun umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dan banyaknya informasi yang bisa diserap oleh public, tidak berarti semakin lama perusahaan berdiri, perusahaan tersebut dikatakan baik untuk berinvestasi. 4.3.4 Variabel ukuran perusahaan (SIZE) Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel ukuran perusahaan terhadap tingkat underpricing.
22
Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang mengatakan Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing. Hal ini berarti bahwa jika variabel SIZE meningkat maka variabel underpricing akan menurun. Hasil ini konsisten dengan penelitian Suyatmin&Sujadi (2006), Aini (2009), dan Yasa (2008) yang menyatakan bahwa SIZE berpengaruh negative signifikan terhadap tingkat underpricing. Penjelasan mengapa ada pengaruh yang signifikan negatif terhadap tingkat underpricing bahwa ukuran perusahaan diperoleh berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini disebabkan karena pertimbangan bahwa perusahaan yang besar umumnya lebih dikenal, maka informasi mengenai perusahaan besar lebih banyak daripada perusahaan relative kecil. Informasi yang memadai akan bisa mengurangi tingkat ketidakpastian investor akan prospek perusahaan kedepan sehingga akan menurunkan nilai underpricing pula. 4.3.5 Variabel prosentase penawaran saham perusahaan (OFFER) Melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel prosentase penawaran saham terhadap tingkat underpricing. Hasil ini tidak mendukung hipotesis yang mengatakan Prosentase saham yang ditawarkan kepada Masyarakat berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing dan tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diananingsih (2002) yang menyatakan variabel
OFFER
berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
underpricing tetapi mendukung penelitian Syahputra (2008)
tingkat yang
menyatakan variabel OFFER tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Penjelasan mengenai mengapa tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara variabel prosentase penawaran saham terhadap tingkat underpricing, kemungkinan disebabkan karena investor akan melakukan
23
pembelian saham yang ditawarkan ke public, bukan berorientasi pada jumlah lembar yang ditawarkan tetapi pada besar nilai penawaran tersebut, karena harga saham akan menentukan besar kecilnya keuntungan. Semakin rendah harga yang ditawarkan, semakin tinggi keinginan investor untuk membeli saham tersebut, yang berpengaruh nilai underpricing yang semakin tinggi. Informasi besarnya penawaran saham tidak memberikan kontribusi yang berarti bagi investor untuk berinvestasi karena besarnya prosentase penawaran saham masih berada pada tingkat yang wajar atau tidak berada di tingkat penjualan diatas rata-rata, artinya besarnya prosentase saham pada saat IPO belum mencerminkan tingkat keberhasilan suatu perusahaan. Dari hasil pengujian menggunakan uji f ternyata menunjukkan hasil yang signifikan yang berarti bahwa variabel Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Lalu untuk koefisien determinan adjusted R square sebesar 20,6 persen menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan sisanya 79,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain.
24
5. PENUTUP 5.1
Simpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya adalah
sebagai berikut: 1. Diketahui bahwa sebagian besar perusahaan yang melakukan IPO masih banyak yang mengalami underpricing yaitu sebanyak 77 perusahaan (87,5 persen), yang mengalami draw sebanyak 1 perusahaan (1,13 persen), dan mengalami overpricing sebanyak 10 perusahaan (11,3 persen). Sesuai dengan penelitian para peneliti bahwa tingkat underpricing masih tinggi dan hampir semua perusahaan mengalaminya. 2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang melakukan Initial Public Offering dan mengalami underpricing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006 sampai tahun 2010 dan diperoleh sampel sebanyak 70 perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda (Multiple Regression). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah underpricing, sedangkan variabel independentnya antara lain Debt To Equity Ratio, Return On Assets, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham. 3. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah positif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa Debt to Equity Rasio (DER) berpengaruh signifikan positif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H1 diterima. Jika variabel Debt to Equity Ratio (DER) naik maka tingkat underpricing akan naik juga. 4. Variabel Return On Assets (ROA) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan negatif
25
terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H2 diterima. Jika variabel Return On Assets (ROA) naik maka tingkat underpricing akan turun. 5. Variabel logaritma natural umur perusahaan (LNAGE) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini tenyata tidak sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H3 ditolak. 6. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing dan memiliki arah negatif. Hasil ini ternyata sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H4 diterima. Jika variabel ukuran perusahaan (SIZE) naik maka tingkat underpricing akan turun. 7. Variabel prosentase penawaran saham perusahaan (OFFER) melalui hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya pengaruh negative yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Hal ini tenyata tidak sesuai dengan hipotesis yang mengatakan bahwa prosentase saham yang ditawarkan kepada pasyarakat berpengaruh signifikan negatif terhadap besarnya tingkat underpricing sehingga H5 ditolak. 8. Berdasarkan uji ANOVA atau uji F, didapatkan F hitung adalah sebesar 4,585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,01. Maka model regresi layak digunakan untuk menjelaskan tingkat underpricing. Hal ini juga menunjukkan bahwa semua variabel independen Debt to Equity Ratio, Return On Assets, Ukuran perusahaan, Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. 9. Model regresi ini mempunyai angka adjusted R square sebesar 0,206 yang menunjukkan bahwa hanya 20,6 persen variasi tingkat underpricing yang dapat dijelaskan oleh kelima variabel. Sedangkan sisanya sebesar 79,4 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
26
5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diambil yang menunjukkan bahwa ternyata
variabel yang mempengaruhi tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2006 hingga 2010 antara lain Debt to Equity Ratio, Return On Assets dan Ukuran perusahaan sedangkan Prosentase penawaran saham ke publik dan Umur perusahaan tidak mempengaruhi tingkat underpricing, maka didalam penelitian ini diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan yang melakukan IPO di masa mendatang, disarankan untuk mempertimbangkan DER, ROA, dan ukuran perusahaan yang dimiliki sebagai salah satu pengaruh faktor underpricing karena dalam penelitian ini DER, ROA, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap underpricing. Hal ini dilakukan agar tingkat underpricing yang terjadi tidak terlalu tinggi. Perusahaan menganalisa ROA yang dimilikinya, apabila ROA yang dimilikinya cukup besar maka perusahaan tidak perlu menghawatirkan terjadinya tingkat underpricing yang besar. Lebih lanjut disarankan agar perusahaan sebelum IPO, apabila memiliki DER tinggi maka perusahaan perlu mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum IPO agar tingkat ketidakpastian tidak tinggi dan tingkat underpricing yang terjadi dapat diminimalisir. 2. Bagi investor yang akan berinvestasi pada perusahaan yang melakukan IPO hendaknya mempertimbangkan informasi yang terdapat dalam prospectus untuk mendapatkan initial return yang tinggi. Investor juga harus memperhatikan informasi diluar perusahaan yang tidak dimunculkan dalam penelitian ini seperti keadaan politik, hokum, dan ekonomi agar keputusan investasi pada suatu perusahaan berada pada situasi dan kondisi yang tepat.
27
DAFTAR PUSTAKA Aini, Syarifah. 2009. “Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di bursa Efek Indonesia. Thesis, Manajemen Keuangan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Al Mansur, Mudrik. 2002. ”Analisis Variabel-Variabel yang mempengaruhi Besarnya Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta.” ASSETS, Vol 4, No. 3, hal 141-155. Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia. Ariawati, Siti. 2005. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO) (Studi Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 1999-2003). Tesis, Universitas Diponegoro Bodie, Zvi dan kawan-kawan. 2005. Investments. Jakarta: Salemba Empat. Diananingsih,
Harum
Indinah.
2004.
“Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO) (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar di PT. BEJ tahun 1997-2001). ASET. Vol 6, No. 1, Hal 43-63. Dimovski, William. 2009. “The Underpricing of LPT IPOs in Australia during 2002 to 2008.” School of Accounting, Economics and Finance, Deakin University. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
28
Hadri, Kusuma. 2001. “Prospektus Perusahaan dan Keputusan Investasi: studi Empris Perusahaan yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal Siasat Bisnis, Vol 1, No. 6, hal 61-75. Hakiman. 2005. “Model Penentuan Harga IPO di Bursa Efek Jakarta Dengan Menggunakan Metode Real Option.” Disertasi, Universitas Padjajaran Bandung. Handayani, Sri Retno. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2006). Tesis, Universitas Diponegoro. Hendiwinisudo, Prasojo. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia.” Skripsi, Manajemen Keuangan, Universitas Diponegoro. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: BPFE UGM. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE UGM. Rachmawati, Diyah. 2007. “Analisis Faktor-Faktor Fundamental Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi, Manajemen, Universitas Negeri Semarang. Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Surabaya: Erlangga Sari, Rosa Nastiti. 2009. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Perusahaan Yang Melaksanakan Initial Public Offering.” Skripsi, Manajemen Keuangan, Universitas Diponegoro.
29
Sitompul, Asril. 2000. Pasar Modal: Penawaran Umum Dan Permasalahannya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Sugiono, Arief. 2009. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: PT. Grasindo. Sulistio, Helen. 2005. “Pengaruh Informasi Akuntansi Dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan Yang Melaksanakan Initial Public Offering di Bursa Efek Jakarta.” SNA, Vol 8, Hal 87-99. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: STIM YKPN. Suyatmin dan Sujadi. 2006. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.” BENEFIT, Vol 10, no. 1, hal. 11-32. Syahputra, Surya Hadi. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang IPO di BEJ Tahun 20032006. Skripsi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Takarini,
Nurjanti
dan
Kustini.
2007.
“Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana (IPO) Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta.” Arthavidya, Vol 8, No. 1, hal 128-136. Wardhani, Dwi Erlina. 2005. “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana (Tahun 1999-2001).” ASET, Vol 7, No. 2, Hal 137-154. Yasa, Gerianta Wirawan. 2008 “Penyebab Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta.” AUDI, Vol 3, No. 2, hal 143-157.