Bad Day
Kring…Kring…Kring…! “Aduh…berisik banget sih! Aku kan masih ngantuk nih!” Aku mengeluh kesal pada diriku sendiri. Ya, rasanya tidurku semalam masih belum puas banget, butuh sekitar dua atau tiga jam lagi untuk membuat badanku segar dan lebih fit. “Nava!!! Bangun! Lihat, sekarang jam berapa? Kamu nanti terlambat ke sekolah. Kamu mau Mama dipanggil cuma karena kamu telat?” Mama berteriak kencang sekali. Kayaknya ayam jantan aja kalah sama teriakan Mama. Duuh… terpaksa nih aku bangun, habisnya Mama menggoyang-goyangkan tubuhku terus sih. “Iya, Mamaku sayang! Aku mandi dulu ya? Oh ya Ma, lain kali siram aku aja pakai air dingin, biar Mama ga usah cape-cape teriak-teriak kaya gitu!” kataku sambil berlalu menuju kamar mandi yang letaknya di sebelah kamarku. Aku dengar Mama masih mengoceh, apa ya tadi katanya? “Bukannya berterima kasih sudah dibanguni, eh…malahan ikut ngoceh, dasar anak sekarang!” Kalau nggak salah itu yang diucapin mama. Ah, peduli amat, sekarang aku harus cepat-cepat karena 30 menit lagi, bel sekolah yang bakalan ngomel. Hihihi…! 1
Aduh 15 menit lagi masuk nih, gimana donk? Jalanan macet segala lagi, kenapa sih setiap hari jalanan macet kaya gini? Kayanya hari ini bakalan jadi hari sial aku deh. Ah, jangan ngomong kaya gitu entar jadi benarbenar sial deh. Oh iya, pelajaran pertama, pelajaran apa ya? Duuh… apa ya? Aku benar-benar lupa. Oh My God, tidak!!! Fisika, pasti Ibu Dini marah banget kalau muridnya yang telat. Argh!! Mati deh, aku pasti terkena siksaan dan hukuman. Siksaan? Ah, aku terlalu melebihlebihkan. Aduuuh! Jadi ingin buang air kecil kalau gugup kaya begini. Fyuhh! Akhirnya sampai juga. Aku harus mengeluarkan seluruh kekuatan super cepatku untuk berlari melewati gerbang utama sekolah. Waktunya 3 menit, 2 menit, 4 menit, atau berapa menit lagi ya? Apakah jam sekolah menunjukkan waktu yang sama dengan jam milikku? Kenapa jadi mikirin itu sih?! Yang aku harus pikirkan adalah bagaimana caranya agar aku bisa berada di kelas tepat waktu. Larrriiiiiiiiiiiii……!!! Oh tidak, jangan sekarang, jangan ditutup dulu gerbangnya! “Pak tolong Pak, bukain donk pintunya, please…!!!Aku kan cuma telat beberapa detik, tolonglah Pak kali ini saja! Aku janji nggak akan telat lagi deh!” aku berusaha untuk membujuk Pak Satpam untuk membukakan pintunya untukku dan juga siswa lainnya yang terlambat sepertiku. Hehe… ternyata banyak juga yang terlambat. Ah peduli amat, yang penting nasibku ini. 2
“Ya sudah, Bapak beri toleransi kepada kalian sekarang, tetapi awas lain kali jangan terlambat lagi. Jangan harap kalian kalian bisa masuk, mengerti?” Pak Satpam memberi kami peringatan dengan S E K S A M A. Sebenarnya sih, aku ingin sekali tertawa melihat di berbicara karena kumisnya itu tebal sekali, jadi kelihatannya seperti ulat bulu yang bergerak-gerak. Ih geli! Aku berjalan dengan cepat menuju kelas. Ketika baru saja aku akan berlari, tiba-tiba saja ada suara yang berseru. “Hei kalian yang terlambat, kemari! Kumpul kalian semua di lapangan! Cepat!” Tidak…..!!! Pasti Pak Ganjar yang berseru. Ia adalah guru kesiswaan yang suka sekali merazia siswasiswa baik yang suka terlambat, yang tidak menaati peraturan sekolah karena pakaiannya, maupun penampilan rambut siswa laki-laki yang acak-acakan. Lalu kami semua, siswa-siswa yang terlambat berkumpul di lapangan sekolah. Terpaksa deh, berjemur ria di bawah teriknya sinar matahari pagi. Aku pasrah saja akan mendapat hukuman. “Kenapa kalian semua terlambat?” Tanya Pak Ganjar. “Macet Pak!” kata kami semua. “Itu hanya alasan kalian semua, seharusnya kalian bisa mengantisipasi itu. Kalian kan sudah tahu kalau kota Bandung itu sekarang sudah sangat padat. 3
Jadi kalian kan tidak usah berada di sini. Sekarang bagi siswa laki-laki kalian push-up, sedangkan untuk siswa perempuan kalian lakukan bending 10 kali. Ayo mulai!” “Satu….dua…tiga…!” Duuh capek sekali, badanku jadi lemas begini. Ayo Nava sedikit lagi. “sembilan…sepuluh! Huh, hah, huh, hah!” Nafasku terengah-engah. “Sekarang kalian bisa kembali ke kelas masingmasing, tapi jangan lupa untuk meminta surat keterangan bahwa kalian terlambat kepada guru piket. Saya persilakan kalian bubar jalan!” Uuuuh… ribet banget sih! Kami semua berjalan menuju ruang piket untuk meminta surat keterangan terlambat untuk izin mengikuti pelajaran. Banyak sekali yang terlambat, aku jadi harus mengantri untuk mendapatkan surat keterangannya. Guru piket yang bertugas hanya dua orang saja. Sabar…sabar…! Nanti juga dapat koq. Akhirnya giliranku juga nih! Kemudian guru piket itu menanyakan namaku, kelasku, wali kelasku, dan pelajaran yang sedang berlangsung saat ini. Yes, dapat juga suratnya. Nah sekarang hanya tinggal masuk kelas saja. Apakah gurunya ada atau tidak ya? Apakah aku masuk saja atau menunggu pelajaran berikutnya? Tapi kalau menunggu, aku takut guru lain menegurku kenapa aku tidak masuk kelas? Sebaiknya aku masuk saja. Aku harus berani karena ini adalah salahku. 4
Dag-dig-dug, aku sudah berada di depan pintu kelas. Aku mengetuk pintu kelas dengan gugup. Lalu kubuka pintu dengan perlahan.Ngiiiik…… Semua perhatian teman tertuju padaku. Aku melihat ke seluruh penjuru kelas. Aku berjalan menuju tempat dudukku. Aku heran, kenapa Ibu Dini tidak hadir ya? Padahal beliau kan orang yang sangat rajin dan disiplin. Aku menaruh surat keteranganku di meja guru lalu berjalan lagi menuju tempat dudukku. Kenapa teman-teman melihatku seperti yang baru melihat hantu ya? Apakah tampangku menakutkan karena baru dihukum beberapa menit yang lalu? Atau…..
5