No. 117 September - Oktober 2015
www.bakti.or.id
Meneropong Manusia Sulawesi
Menyingkap Eksotisme Rammang- Rammang
Adolpina, Dari Sekolah ke Parlemen
Manfaat Vitamin A Dosis Tinggi Pada Bayi
Editor CAROLINE TUPAMAHU
VICTORIA NGANTUNG Suara Forum KTI ZUSANNA GOSAL
www.bakti.or.id
ITA MASITA IBNU Events at BaKTI SHERLY HEUMASSE Website ADITYA RAKHMAT
Smart Practices & Info Book SUMARNI ARIANTO Database Kontak A. RINI INDAYANI Design & layout Editor Foto FRANS GOSALI
Redaksi
Jl. H.A. Mappanyukki No. 32 Makassar 90125, Sulawesi Selatan - Indonesia Telp. +62 411 832228, 833383 Fax +62 411 852146 Email
[email protected] atau
[email protected] SMS BaKTINews 0813 4063 4999, 0815 4323 1888, 0878 4000 0201 Facebook www.facebook.com/yayasanbakti Twitter @InfoBaKTI
BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia. Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia. BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.or.id dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet. BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.
BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTINews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTINews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTINews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTINews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakti.or.id and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.
BERKONTRIBUSI UNTUK BaKTINews
Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors of BaKTINews will edit every article for reasons of space and style. BaKTINews does not provide payment to writers for articles.
BaKTINews menerima artikel tentang kemajuan pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan, dan teknologi tepat guna dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000 - 1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris, ditulis dengan gaya populer. Foto-foto penunjang artikel sangat dibutuhkan. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat. BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style.
MENJADI PELANGGAN BaKTINews Subscribing to BaKTINews Untuk berlangganan BaKTINews, silahkan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan alamat lengkap yang disertai dengan kode pos melalui email
[email protected]. Bagi yang berdomisili di Makassar, Anda dapat mengambil BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja. To subscribe to BaKTINews please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to
[email protected]. For those living in Makassar, please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.
Daftar Isi September - Oktober 2015
1
Peradaban Yang Meminggirkan Lautan Oleh Yusran Darmawan
27
No. 117
KESEHATAN Manfaat Vitamin A Dosis Tinggi Pada Bayi Oleh M. Lukman Arsyad
4
Meneropong Manusia Sulawesi Oleh Eko Rusdianto
Tim Building RPS - Kendari 29 Menjelajahi Alam dan Situs di Pulau Kabaena
9
Menyingkap Eksotisme RammangRammang Oleh Cora Bittara Amarah
13
Replikasi Praktik Cerdas Mengedepankan Musyawarah Untuk Pemerataan Air
Oleh Sitti Zahara
33 Update Landasan - Kompak 35
Update UNICEF - BaKTI
37
Desa di Balik Gunung Itu
Oleh Maharani
17
Infografis Sustainable Development Goals
19
Update MAMPU - BaKTI Reses Partisipatif di Pare Pare
23
Oleh F Daus AR
39
Update Batukarinfo
Oleh M. Ghufran H. Kordi K. dan Suryanti Akkas
40
Kegiatan di BaKTI
Sosok Adolpina, Dari Sekolah ke Parlemen
41
Info Buku
Oleh M. Ghufran H. Kordi K.
Cover : Kampung Berua Rammang-Rammang, Maros Olah digital : Frans Gosali
Pemandangan Telaga Imfote (Danau Love) di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua Foto : Jeni Beatrix Karay
“Somahe ke kehage” Gelombang adalah tantangan kehidupan Syair orang Talaud
Peradaban yang Meminggirkan Lautan Oleh YUSRAN DARMAWAN Bocah itu bersorak ketika perahu layar yang dikemudikan melesat. Ia tertawa gembira ketika angin bertiup kencang hingga perahu itu ke tengah lautan. Ia amat bersuka cita tatkala perahu itu mengikuti irama gelombang lalu terus melaju. ia terus mengayuh sembari bersenandung, “Nenek moyangku orang pelaut. Gemar mengarus luas samudera!”
etahun silam, di pesisir Pulau Buton, saya menyaksikan bocah kecil itu. Dalam usia belia, ia justru tak sedikitpun merasakan takut kala menyusuri lautan. Ia menjadikan laut sebagai tempat bermain yang mengasyikkan. Ia tak khawatir akan tenggelam, ditelan gelombang atau barangkali perahunya akan pecah. Ia justru menemukan kegembiraan saat berada di laut. Di berbagai pulau lain, saya menyaksikan pemandangan yang sama. Di Berau, Kalimantan Timur, saya menyaksikan bocah-bocah belia dari
S 1
BaKTINews
Suku Bajo mngemudikan perahu layar. Mereka menjadi atlet yang kerap membawa nama daerah itu di ajang perlombaan perahu layar. Mereka melihat lautan serupa pelukis yang sedang menyaksikan kanvas untuk digores dengan aneka warna. Bocah-bocah yang riang gembira di lautan itu telah menggedor kesadaran saya tentang lautan sebagai mata air kebudayaan. Betapa lautan telah lama menjadi sahabat berbagai suku bangsa. Betapa lautan telah mengasah kemampuan berbagai suku bangsa hingga mereka sanggup menaklukkan samudera-samudera luas. Betapa
No. 117 September - Oktober 2015
Ilustrasi FG
lautan telah menjadi ibu bagi peradaban dan kebuayaan yang seharusnya menjadi pilar-pilar penyangga negeri ini. Lantas mengapa selama sekian tahun kita hanya memperhatikan darat sebagai rumah tanpa memandang lautan? Sejarah kita memiliki catatan emas tentang beberapa peradaban yang menguasai lautan. Sayang, beberapa peradaban itu justru runtuh karena kegagalan untuk menjaga ritme dan dinamika peradaban menjadi sesuatu yang positif dan menguatkan. Sejarawan Hilmar Farid benar, setelah eranya Sriwijaya dan Majapahit yang digdaya karena perkasa menaklukkan lautan, kita nyaris tak punya peradaban hebat yang bisa dibanggakan. Peradaban hari ini dibangun di daratan. Kita telah lama memunggungi lautan. Kita berkhianat pada peradaban yang pernah melahirkan tradisi dan budaya kita. Lebih parah lagi, kita telah
BaKTINews
memosisikan pulau-pulau sebagai wilayah terjauh, menjadi wilayah terdepan republik ini. S u n g g u h l u c u , s a l a h s at u d i re k t o rat d i Kementerian Kelautan dan Perikanan dinamakan Direktorat Pulau-Pulau Kecil dan Terluar. Mengapa harus dinamakan terluar? Mengapa tak dinamakan sebagai pulau terdepan yang merupakan teras dan halaman utama rumah negeri ini ? Menggunakan kata terluar seolah menegaskan cara pandang yang menempatkan kota (urban area) sebagai pusat dari peradaban. Padahal, sejarah mengajarkan kita bahwa lautan adalah rahim peradaban yang menghubungkan banyak peradaban, serta menjadi perekat berbagai tradisi dan etnik di bangsa ini. Dalam berbagai kebudayaan, lautan adalah jantung dan urant nadi kehidupan. Kalimat pembuka tulisan ini adalah syair orang Talaud, yakni “Somahe kei kehage” yang bermakna
No. 117 September - Oktober 2015
2
Dalam berbagai budaya, persahabatan sering disimbolkan sebagai keadaan ketika dua orang berada dalam perahu. Mereka akan saling bahumembahu dan menolong agar tiba di tujuan. Kuat tidaknya satu persahabatan akan dilihat pada sejauh mana keduanya bisa saling menautkan kerjasama dan rasa saling membutuhkan.
“gelombang adalah tantangan kehidupan”. Syair ini menggambarkan bahwa lautan adalah unsur pokok bagi masyarakat yang bercorak bahari. lautan adalah metafora kehidupan masyarakat. Dalam banyak budaya, ombak di lautan adalah simbol dari berbagai tantangan yang dihadapi. Mereka yang berhasil meniti ombak adalah mereka yang sukses melalui lautan. Orang Buton di Sulawesi Tenggara juga memiliki istilah terkait lautan. mereka memiliki metafor tentang Kesultanan Buton sebagai perahu yang berlahar. Tugas kesultanan adalah menjaga keseimbangan perahu sehingga semua penumpang – metafor adi masyarakat – bisa tiba dengan selamat ke tujuan. Mereka juga menyebut sorang sahabat dengan kata “sabangka” yang bermakna tempat seperahu. Tak hanya Buton, orang-orang Bajo banyak menciptakan istilah-istilah yang terkait lautan. Semua istilah itu kian terang menunjukkan pada kita bahwa lautan sangat penting bagi masyarakat kita. Lautan adalah semesta kehidupan itu sendiri. Dalam berbagai ujaran, kita sering mendengar ungkapan “Jangan Lupa Daratan”. Jika direnungi lebih dalam, ungkapan ini muncul dari satu masayrakat yang kebanyakan menjalani hari di lautan. Daratan seolah sesuatu yang tidak lagi penting sehingga tiba-tiba dilupakan. Dalam b e r b a g a i b u d ay a , p e r s a h a b a t a n s e r i n g disimbolkan sebagai keadaan ketika dua orang berada dalam perahu. Mereka akan saling bahu-
3
BaKTINews
membahu dan menolong agar tiba di tujuan. Kuat tidaknya satu persahabatan akan dilihat pada sejauh mana keduanya bisa saling menautkan kerjasama dan rasa saling membutuhkan. Sayangnya, selama beberapa dekade, orientasi kekuasaan kita memusat ke daratan, dan bersifat konsentris. Sejarawan Dennys Lombard pernah menggambarkan karakter kuasa beberapa kerajaan agraris yang menempatkan keraton sebagai pusat, lalu kutaraja, hingga akhirnya pulau-pulau terbelakang. Paradigma ini kemudian mempengaruhi cara berpikir kita yang melihat daratan sebagai unsur yang jauh lebih penting ketimbang lautan. Kini, saatnya mengubah cara berpikir itu. Lautan harus dilihat kembali sebagai pusat dari segala aktivitas. Sungguh membahagiakan saat menyadari, bahwa seiring dengan keberpihakan pemerintah pada sektor maritim, istilah pulaupulau terdepan mulai sering dipergunakan oleh masyarakat dan media massa. Ini menunjukkan adanya kesadaran maritim yang mulai tumbuh di kalangan warga masyarakat. Ungkapan “Jalasveva Jayamahe” yang bermakna “Di Laut Kita Jaya” harusnya dibumikan menjadi kenyataan. Negeri ini harus memperkuat armada maritim demi mengawal kedaulatan bangsa. Negeri ini harus menegakkan marwahnya di luatan dan samudera. Namun menegakkan marwa pada lautan tak selalu bermakna membangun pelabuhanpelabuhan besar, kapal-kapal dagang, serta perdagangan antar pulau. Keberpihakan pada laut hanya akan bangkit tatkala kesadaran maritim mengisi segenap ruang kebangsaan kita, saat spirit maritim menjadi napas yang menghidupkan gerak pembangunan, saat nilai-nilai solidaritas di lautan selalu menjadi buhul yang mengikat seluruh negeri menjadi kesatuan hebat yang tak terkalahkan oleh arus utara. Di lautan, kita punya banyak pekerjaan rumah. B o ca h - b o ca h p e n a k l u k l aut a n i t u te l a h menunjukkan jalan yang harus digapai. Saatnya bergegas dan memasuki lautan kehidupan dan melalui berbagai ombak yang menggulung tinggi. Saatnya menaikkan layar kebangsaan dan menggapai pulau tujuan bersama.
INFORMASI LEBIH LANJUT Penulis adalah seorang blogger profesional dan peneliti. Tulisan ini diambil dari blog Yusran Darmawan pada link berikut http://www.timur-angin.com/2015/08/peradaban-yangmeminggirkan-lautan.html
No. 117 September - Oktober 2015
- Gua Leang Lompoa, Pangkep
Meneropong Manusia Sulawesi Oleh EKO RUSDIANTO
Gua-gua di sepanjang Maros dan Pangkep merupakan bukti nyata peradaban manusia di Sulawesi.
BaKTINews
ugusan punggung pegunungan cadas (karst) di Kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan, berderet seperti sebuah permainan puzzle. Letaknya beraturan, membentuk ceruk, lembah, dan tebing yang curam. Di sana terdapat ratusan gua yang penuh dengan lukisan cap tangan, lukisan manusia, tinggalan tembikar, alat-alat batu, kerang-kerang laut, hingga tulang-tulang hewan. Jumlah gua yang memiliki tinggalan arkeologi di karst Maros dan Pangkep mencapai ratusan. Gua-gua itu seperti gua pada umumnya. Ada mulut, ada dinding, ada langit-langit. Ragam gua pun bervariasi. Ada yang memiliki kedalaman ratusan meter, ada pula yang menjulang vertikal. Namun gua-gua ini memiliki daya pikat tersendiri.
G
No. 117 September - Oktober 2015
4
Ia menjadi gudang ilmu pengetahuan untuk menentukan perjalanan panjang manusia di Sulawesi dan Nusantara. Pertengahan Mei lalu, Muhammad Nur, peneliti prasejarah Universitas Hasanuddin Makassar, mendampingi sekitar 15 mahasiswa arkeologi Universitas Hasanuddin untuk melakukan ekskavasi di kompleks gua prasejarah Bellae, yang berada di kecamatan Kecamatan Minasa Te'ne, Pangkep. Setelah melakukan ekskavasi, mereka berkumpul di salah satu rumah penduduk. Muhammad Nur tiba-tiba terkesima dengan sebuah batu yang ukurannya lebih kecil dari bola kasti tapi berbentuk oval. “Ini batu sungai. Jelas ini bukan bagian dari batu kapur seperti bahan batuan dari karst,” katanya. Dia membolak-balikkan dan mengamatinya dengan tekun. “Ini ditemukan pada spit berapa dan kedalaman berapa?” lanjutnya. Para mahasiswa saling berpandangan. “Di L e a n g L o m p o a , s p i t 1 1 , ke d a l a m a n 1 4 0 sentimeter,” kata Erwin. Leang adalah sebutan masyarakat setempat untuk gua. Sementara spit adalah salah satu teknik dalam peggalian
arkeologi yang relatif mudah, meski mesti telaten dan hati-hati. Menurut Muhammad Nur, batu sungai kemungkinan diangkut manusia di masa lalu ke gua, dan digunakan sebagai penumbuk kerang atau alat lain bagi keperluan sehari-hari. Keesokan harinya, tiga tim ekskavasi mahasiswa itu bergegas menuju gua. Di dinding Lompoa, saat memasuki mulutnya, pada sisi kanan terdapat beberapa jenis kerang, siput dan batu sungai yang menempel di tebing karst. Jika tak jeli, sisa-sisa makanan itu tak ubahnya ornamen gua. “Ini adalah konsumsi manusia pada masa itu. Dulu kerang-kerang ini terkubur di bawah tanah. Tapi tanah gua ini masih aktif dan selalu longsor, jadinya sisa makanan ini tersingkap naik,” kata Muhammad Nur.
Manusia Penghuni Gua Publikasi mengenai gua-gua itu kali pertama dilakukan naturalis dan etnolog asal Swiss, Paul dan Fritz Sarasin, tahun 1902. Tiga tahun kemudian, mereka menerbitkan hasil petualangan mereka dalam buku dua jilid Reisen in Celebes: Ausgefhrt in Den Jahren 1893-1896 Und
- Gambar cap tangan di Leang Camming Kanang, Pangkep.
5
BaKTINews
No. 117 September - Oktober 2015
Foto Dok. Eko Rusdianto
- Salah satu gambar yang mirip ikan di Leang Buloribba, Pangkep.
1902-1903. Di buku itulah ada penyebutan manusia penghuni gua itu sebagai To Ala. Orangorang ini memiliki ciri-ciri fisik seperti orang Wedda yang tinggal di Sailon, selatan India –sekarang Srilanka. Mereka menggunakan peralatan dari logam dan menghias dindingdinding gua dengan lukisan cap tangan. Namun arkeolog Australia David Bullbeck, mengatakan Sarasin bersaudara melakukan bias yang sangat besar. Menurut dia, To Ala bukanlah bagian atau orang-orang yang memiliki lukisan dalam gua-gua. “Ciri-ciri orang To Ala yang digambarkan Sarasin (Paul dan Fritz) itu sama seperti orang sekarang,” kata Muhammad Nur. Muhammad Nur juga mengutip Mattulada, sejarawan Universitas Hasanuddin. Menurut dia, ada kebiasaan masyarakat di Bugis dan Makassar untuk memberikan hukuman adat bagi orang yang m e l a k u ka n ke ja h at a n . M i sa l nya , t rad i s i dipaoppangi tana (orang harus meninggalkan kampung halaman atau diasingkan). Orang-orang
BaKTINews
dengan hukuman itulah yang kemudian menjadi penghuni gua. “Sebutan To Ala menjadi kata bagi orang-orang yang tinggal di perkampungan dan orang yang berada dalam hutan,” lanjut Muhammad Nur. Lukisan-lukisan gua yang berada di karst Maros-Pangkep memiliki dua warna, merah dan hitam.Kesimpulan sementara beberapa peneliti, lukisan merah lebih tua dari hitam karena warna hitam di beberapa gua selalu menimpa merah. Namun usia lukisan belum dapat diketahui, sekalipun ada yang memperkirakannya pada fase Austronesia sekitar 4.000 tahun lalu. Namun menurut Truman Simanjuntak, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslip) Arkeologi Nasional, seni cadas (rock art) atau lukisan gua bukanlah budaya penutur Austronesia. Budaya seni cadas berkembang di Eropa sejak 30 ribu tahun lalu, sementara di Indonesia atau Asia Tenggara berkembang pada masa awal Holosen sekitar 10.000 sampai 130.000 tahun lalu dan kemungkinan berasal dari Australia. Jumlah manusia penghuni gua diperkirakan 10-40 orang. Mereka berinteraksi satu sama lain dan mengembangkan pola hidup mengumpulkan makanan. Tapi pada masa kedatangan penutur Austronesia, orang-orang ini mulai meninggalkan gua. Menurut Truman Simanjuntak, penutur Austronesia mulai menempati bentang alam terbuka untuk hidup menetap dan mempraktikan proses domestifikasi. “Tentu pada awalnya masih setingkat gubuk, tapi sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan di-support dengan teknologi, rumah mereka berkembang lebih kompleks,” ujarnya.
Awal Manusia Sulawesi Menjelajah kepulauan Sulawesi seperti memasuki jalur misteri. Penuh tanda tanya dan masih berdasar pada kemungkinankemungkinan. Ketika beberapa pulau di Nusantara mengalami tingkat penurunan permukaan air laut dan mulai bersambungan, Sulawesi tetap berdiri sendiri. Menurut Harry Widianto, peneliti Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, sekitar 18 ribu tahun lalu terjadi perubahan iklim di Eropa dan Amerika. Air laut menjadi es dan permukaan air turun. Efeknya mencapai garis khatulistiwa. Terjadi penurunan permukaan air laut hingga 120 meter yang mengakibatkan laut di sekitar Pulau
No. 117 September - Oktober 2015
6
- Mahasiswa arkeologi Universitas Hasanuddin melakukan penggalian di Leang Lompoa, Pangkep.
Sumatra, Kalimantan dan Jawa mengering (Paparan Sunda). Tapi Sulawesi tak mengalami pendangkalan. A.M. Imran, geolog Universitas Hasanuddin Makassar, mengatakan itu disebabkan Sulawesi memiliki palung laut di setiap sisinya. Namun bukan berarti permukaan air lautnya tak pernah surut. Berdasarkan penelitian Imran tahun 1983 di kabupaten Bulukumba, terjadi tiga kali penurunan permukaan air laut, sekalipun tak signifikan. “Saya kira batuan karst di kawasan karst MarosPangkep merupakan paleo beach atau bekas pantai,” katanya. Perubahan iklim yang berlangsung lama itu m e n d o ro n g p e rs e b a ra n m a n u s i a . H a r r y memperkirakan persebaran awal manusia (Homo erectus) dari Afrika terjadi pada 1,8 juta tahun lalu. Mereka berjalan ke Asia bagian Tengah, Timur, dan Tenggara, dan menjadi spesies pertama yang bisa beradaptasi dengan iklim, yang dinamakan masa plestosen. Spesies ini kemudian menyebar ke beberapa wilayah di Asia Tenggara. Peneliti Puslip Arkeologi Nasional Truman Simanjuntak, mengatakan persebaran itu pun sampai ke pulau Sulawesi. Salah salah satu bukti yang menguatkan hal itu
7
BaKTINews
“
Yang jelas, dengan temuan-temuan dan tinggalan pada gua Maros dan Pangkep, ini memberi petunjuk, bila Sulawesi sudah dihuni jauh sebelum kedatangan leluhur manusia sekarang,” lanjut Muhammad Nur.
adalah ditemukannya peralatan batu (litik) di lembah Wallanae, Cabbenge, Kabupaten Soppeng. “Kemungkinan manusia penghuninya adalah Homo Erectus atau paling tidak Homo Sapiens itu,” kata Simanjuntak dalam emailnya. “Jadi manusia tertua yang diperkirakan hidup di lembah Wallanae adalah leluhur jauh (tidak
No. 117 September - Oktober 2015
langsung) dari manusia Indonesia sekarang, termasuk Sulawesi,” lanjut Simanjuntak. Sementara melihat situs pra sejarah lainnya, di gua-gua Maros dan Pangkep hanya ada dua buah gua yang berada pada masa plestosen, yakni Leang Sakapao dan Leang Burung. Sementara ratusan gua lainnya, temuan arkeloginya berada jauh setelah itu, yakni masa Holosen awal 10.000 tahun yang lalu. Kemudian gelombang migrasi kedua datang, yang merupakan leluhur langsung manusia Indonesia, sekitar 4000 tahun yang lalu, melalui teori Out of Taiwan. Migrasi ini adalah para penutur Austronesia atau ras Mongolid. Perjalanan migrasi Out of Taiwan dipilih karena jalur melalui Taiwan lebih muda diakses. Dimulai dari China, kemudian menuju Taiwan, dari Taiwan menuju Filipina, lalu turun ke Kalimantan dan Sulawesi. Dari Sulawesi, mereka menuju Kepulauan Polonesia. “Migrasi ini juga dikenal sebagai 'migrasi kereta cepat',” kata Harry. “Mereka datang dari Taiwan dengan sistem teknologi pelayaran sehingga mampu memasuki sungai-sungai,” ujar Truman Simanjuntak. Dan tinggalan pada gua-gua di Maros dan Pangkep, termasuk lukisan cap tangan, binatang dan beberapa lainnya, bukanlah budaya dari para penutur Austronesia, karena sudah mulai meninggalkan gua. Jadi setelah kedatangan para penutur Austronesia, kemana kah manusia sebelumnya? “Kemungkinan mereka punah, atau bisa jadi mereka berpindah tempat,” kata Muhammad Nur. “Yang jelas, dengan temuan-temuan dan tinggalan pada gua Maros dan Pangkep, ini memberi petunjuk, bila Sulawesi sudah dihuni jauh sebelum kedatangan leluhur manusia sekarang,” lanjut Muhammad Nur. Selain itu, Muhammad Nur mengatakan pentingnya Sulawesi karena merupakan zona percabangan (junction zone). “Jika Sulawesi hilang, urutan-urutan migrasi terutama di kawasan Pasifik dan Asia Tenggara hingga kepulauan akan ikut hilang,” katanya.
masyarakat, lingkungan, hingga aktivitas tambang. Menurut Said, ada beberapa gua yang berdekatan langsung dengan area penambangan. Misalnya di gua Lambatorang, Kamase, dan Bulu Tengae ada tambang marmer yang hanya berjarak 100 meter.Padahal dalam regulasi sonasi situs, jarak amannya adalah 300 meter, artinya bila menarik garis lurus diameternya mencapai 600 meter. Aktivitas tambang di sekitar situs akan menerbangkan debu dan mengubah suhu dengan cepat. Putaran angin yang tak menentu akan membawa benda seperti debu dan partikel kecil lainnya, yang bisa menutupi lukisan gua. Sebab, menurut Said, tak mungkin membuat jaring di semua gua untuk menyaring debu. Pa d a 2 0 0 7, B P 3 b e ke r ja s a m a d e n ga n Universitas Hasanuddin dan Balar Makassar melakukan restorasi lukisan di beberapa gua. Namun ternyata tak mudah. Mereka kesulitan mendapatkan bahan-bahan yang sama atau mirip. Dari identifikasi atas lukisan cap tangan di guagua Maros-Pangkep dan juga di Bone dan Bantaeng, diyakini bahan yang digunakan berasal dari hematite atau bahan mineral batuan gesper. Namun bahan pelarut dan campurannya masih tanda tanya. “Kita berharap ada bahan organik dalam campuran hematite itu agar usia lukisan bisa ditentukan,” kata Muhammad Nur. Lukisan-lukisan gua di Maros-Pangkep memiliki beberapa variasi, selain cap tangan, ada juga gambar binatang, perahu, manusia, ikan, ayam, ular, dan beberapa garis yang bentuknya tak ketahuan. Arkeolog Universitas Hasanuddin Iwan Sumantri mengatakan lukisan itu memberikan gambaran umum kondisi lingkungan pada masanya. “Kalau gambar cap tangan saya kira itu menunjukkan tradisi ritual,” katanya beberapa waktu lalu.
Restorasi Hingga saat ini, Balai Arkeologi (Balar) Makassar dan Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara masih mencari cara merestorasi lukisan itu. Kepala BP3 Muhammad Said mengatakan, kondisi lukisan gua saat ini memprihatinkan. Ada banyak yang rusak karena kelakuan pengunjung,
BaKTINews
INFORMASI LEBIH LANJUT Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Historia, Volume III, Juli 2012 dan dapat dibaca pada link berikut : http://ekorusdianto.blogspot.co.id/2012/08/meneropongmanusia-sulawesi.html#morePenulis aktif dalam dunia komunikasi dan bekerja sebagai penulis dan kontributor pada beberapa media. Penulis dapat dihubungi melalui email
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
8
Menyingkap Eksotisme
Rammang – Rammang Oleh CORA BITTARA AMARAH
9
BaKTINews
No. 117 September - Oktober 2015
Foto Aditya Rakhmat - Yayasan BaKTI
Tahun 2008 sepasang teman dekat melangsungkan pernikahan. Melengkapi kebahagiaan, mereka memilih untuk melaksanakan pemotretan pra – pernikahan dengan konsep keluarga petani. Tentu saja dengan latar suasana pedesaan. Entah atas usul siapa, tibalah kami pada sebuah hamparan sawah dengan batu – batu besar di tengah hamparan itu.
eberapa tahun sebelumnya, bersama seorang teman saya menyusuri puluhan gua yang membentang dari Pangkep – Maros dalam sebuah pemetaan gua demi penulisan skripsinya. Teman itu berkuliah di Jurusan Arkeologi Unhas. Salah satu gua yang kami kunjungi Leang Karama'. Lokasi pemotretan pra – pernikahan sepasang teman itu kini dikenal sebagai Taman Batu Rammang – Rammang dan Leang Karama' atau Leang Akkasaraka yang berarti telapak tangan, yang kami kunjungi itu kini dikenal sebagai Gua
B
BaKTINews
Telapak Tangan. Leang, yang berasal dari kosakata Bugis – Makassar, adalah nama yang dipakai masyarakat setempat untuk menyebut lubang atau gua/ceruk karst yang bisa dimasuki orang. Tiga tahun terakhir nama kawasan ini mulai wara – wiri di media sosial dan semakin terkenal setelah beberapa stasiun televisi menayangkan keindahannya. Sejak itu, kawasan ini menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Salah satu upaya untuk semakin memperkenalkan kawasan ini dilakukan oleh Dinas Pariwisata Sulawesi – Selatan dengan No. 117 September - Oktober 2015
10
mengadakan Festival Full Moon Rammang – Rammang pada 4 – 5 Agustus lalu. Gubernur Sulsel, S y a h r u l Ya s i n L i m p o , mengungkapkan kekagumannya saat membuka festival ini. “Kita akan wujudkan RammangRammang sebagai salah satu destinasi terbaik dunia dan Rammang-Rammang menjadi salah satu alternatif objek parawisata di Sulsel,” kata Syahrul Yasin Limpo. Kawasan Wisata RammangRammang masuk dalam gugusan karst yang membentang di Kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Memiliki luas sekitar 45.000 hektar, 20.000 hektar di antaranya masuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung, Maros, kawasan ini adalah kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah kawasan karst di Yunnan, Tiongkok Selatan. Gugusan karst Maros – Pangkep ini memiliki 139 gua, 90 di antaranya memiliki tinggalan berupa lukisan. Dari 90 gua, sekira 70% gua memiliki lukisan telapak tangan. Di Rammang – Rammang terdapat tiga gua yang memiliki tinggalan purbakala. Selain Gua Telapak Tangan, ada Leang Batu Tianang dan Bulu Passaung. Pada Bulu Karama' tinggalan arkelogis yang ditemukan adalah alat batu, moluska (sampah dapur) dan berbagai lukisan, antara lain; hand stencil atau telapak tangan berwarna merah, ubur-bur berwarna hitam, babi berwarna hitam, serta ikan berwarna hitam. Di Bulu Tianang berupa satu lukisan tangan dan beberapa gambar yang menyerupai ikan. Lukisan figuratif lain adalah tiga kelompok barisan manusia berjejer bergandengan tangan. Setiap kelompok terdiri dari sepuluh orang bergandengan tangan. Lukisan kelompok pertama dan kedua berwarna merah, sedangkan kelompok ketiga berwarna merah. Sedangkan di Leang Pasaung berupa coretan – coretan berwarna merah sebanyak 3 buah di langit – langit ceruk bagian tengah. Selain di dalam gua, lukisan telapak tangan itu juga ditemukan di beberapa rumah, umumnya yang berusia tua. Lukisan itu adalah bagian dari ritual mabbedda bola, sebuah tradisi purba yang d i wa r i s i d a r i l e l u hu r. Da l a m fa l sa fa h p e m ba n g u n a n r u m a h p e n d u d u k B u g i s –
11
BaKTINews
1
Makassar, rumah sebagai tempat hunian harus dilindungi oleh dua pagar, yaitu pagar yang berwujud seperti pagar kayu, besi, atau bambu, dan pagar yang gaib. Salah satu bentuk pagar gaib tersebut adalah pembuatan hand print melalui suatu rangkaian ritual yang disebut mabbedda bola yang dilakukan sebelum menghuni rumah baru. Ritual yang dipimpin oleh sanro bola ini bertujuan untuk melindungi keluarga dari gangguan kekuatan gaib yang jahat. Mabbeda bola¸ secara harfiah berarti membedaki rumah. Ritual ini dinamakan demikian karena bahan yang dipakai untuk mencetak hand print adalah tepung beras bercampur beberapa jenis tumbuhan yang biasanya dipakai sebagai bedak. Biasanya, hand print dicapkan pada bagian tiang dan balok horizontal bagian bawah rumah panggung dan bagian tengah pada dinding, pintu, ruang tengah, kamar, dan dapur. Tradisi ritual mabbedda bola bertahan hingga dasawarsa 1960 – an dan tak lagi dipraktekkan oleh masyarakat Kawasan Rammang – Rammang. Pengaruh Islam
No. 117 September - Oktober 2015
3
2
1. Baliho Festival Full Moon Rammang – Rammang Maros yang terpajang di depan jalan masuk menuju Kawasan Wisata Rammang – Rammang. 2. Mulut Gua Bulu Tianang – Foto: Yadi Mulyadi 3. Hand stencil telapak tangan di tiang rumah Kampung Berua – Foto: Muhammad Nur 4. Kampung Berua Rammang – Rammang, Maros 5
5. Menyusuri Sungai Pute Rammang – Rammang, Maros
mengakhiri praktek kebudayaan yang telah mereka lakukan turun temurun itu karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Secara administratif Kawasan Wisata Rammang – Rammang berada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Berjarak sekira 40 km arah utara dari Makassar, untuk menuju kawasan ini bisa ditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam perjalanan. Lokasinya yang tak jauh dari dari jalan poros provinsi ini membuat kawasan ini mudah dijangkau. Nama Rammang – Rammang sendiri berasal dari bahasa Makassar yang berarti kabut. Menurut cerita penduduk setempat, pemberian nama ini karena kawasan ini selalu dipenuhi kabut setiap pagi. Di Kawasan Wisata Rammang-Rammang, ada beberapa objek wisata alam yang bisa kita jelajahi; Taman Batu, Telaga Bidadari, Gua Bulu Tianang atau Bulu' Barakka', Leang Karama' atau Gua Telapak Tangan, Gua Pasaung, dan Wisata Sungai Pute beserta Kampung Berua.
BaKTINews
4
Taman Batu yang terdiri dari bebatuan karst ini memiliki bentuk – bentuk yang unik dan indah. Di sekeliling taman batu ini terhampar luas sawah yang menciptakan lanskap yang menawan. Tinggalan arkeologis di gua – gua dan jejak budaya Mabbeda Bola menjadikan kawasan ini sebagai objek wisata yang eksotis. Objek lainnya adalah Telaga Bidadari. Telaga ini dikelilingi oleh batu-batu karst, airnya segar dan berwarna biru. Konon, dulunya di telaga ini pernah didapati sosok wanita cantik, yang menurut warga, adalah bidadari yang singgah untuk mandi. Setelah menikmati Telaga Bidadari perjalanan menuju Kampung Berua menyusuri Sungai Pute akan dimanjakan dengan pemandangan hutan bakau, pohon nipah, gugusan pegunungan kapur, beberapa jenis burung endemik. Pegunungan karst yang mengelilinginya menjadikan kampung ini benarbenar terpisah dari dunia luar dengan hanya mengandalkan sungai sebagai sarana transportasi keluar masuk kampung yang hanya mempunyai 15 rumah ini. Eksotisme gugusan karst menjulang dan hamparan sawah hijau nan luas akan memanjakan mata. Menjelang maghrib kita bisa melihat ribuan kelelawar keluar dari mulut goa dari karst-karst dan segerombolan elang yang mengambil kesempatan memburu kelelawar yang keluar dari rombongannya. Pada malam hari kita bisa menjumpai kunang-kunang, milky way (pada waktu tertentu) dan hamparan bintang di langit. Saat terbaik untuk untuk mengunjungi k awa s a n i n i a d a l a h d i h a r i ke r ja u nt u k menghindari keramaian pengunjung. Datanglah siang hari untuk menikmati Taman Batu, Gua Telapak Tangan dan Telaga Bidadari sebelum menyusuri Sungai Pute menuju Kampung Berua melalui dermaga Rammang – Rammang atau dermaga Salenrang. Keesokan harinya barulah trekking menuju Hutan Batu Kapur dan Gua Passaung. Satu lagi, traveler keren itu tidak meninggalkan sampah!
INFORMASI LEBIH LANJUT Penulis adalah seorang social media influencer dan profesional blogger. Tulisan ini memenangkan Lomba Tulisan Pariwisata (blogger) dalam kegiatan Festival “Full Moon“ Rammang-Rammang yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan. Tulisan ini juga dapat dibaca di http://lelakibugis.net/menyingkap-eksotismerammang-rammang/. Penulis dapat dihubungi melalui email
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
12
Replikasi Praktik Cerdas
Mengedepankan Musyawarah untuk Pemerataan 13
BaKTINews
Air
No. 117 September - Oktober 2015
Ilustrasi FG
Oleh MAHARANI “Selamat datang di desa kami, Desa Lendang Nangka. Semoga dengan kedatangan Bapak dan Ibu sekalian akan memberikan manfaat bagi masyarakat desa dan pembangunan Indonesia secara umum“, ungkap Bapak Kepala Desa Lendang Nangka memberikan sambutan hangat pada acara Focus Group Discussion (FGD) pada pagi itu tangggal 8 September 2015 di Balai Pertemuan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya Lendang Nangka.
ekitar 25 orang peserta hadir dalam FGD ini. Mereka adalah perwakilan dari BAPPENAS, BaKTI, UCLG ASPAC, pengurus BUMDES, Pemerintah Desa, BAPPEDA Kabupaten Lombok Timur, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, dan tokoh agama dan pemuka adat Desa Lendang Nangka, serta beberapa perwakilan dari desa tetangga. Peserta yang hadir sangat antusias dalam mengikuti FGD. Desa Lendang Nangka memiliki sumber daya air yang luar biasa. Salah satu mata air yang berada dalam wilayah Desa Lendang Nangka adalah mata air Tojang. Potensi mata air Tojang terbilang luar biasa baik. Dengan debit air 60-70
S
BaKTINews
meter kubik per detik, mata air ini menopang kebutuhan air bersih warga di enam kecamatan di Lombok Timur. Selain Tojang, mata air lain yang ada di Desa Lendang Nangka adalah mata air Tigasa. Inilah mata air yang menopang kehidupan warga Desa Lendang Nangka. Untuk dapat memanfaatkan air dari mata air Tigasa, warga Lendang Nangka memasang pipa yang menghubungkan antara bakbak penampung dengan mata air dan rumah warga. Pengelolaan manfaat sumberdaya air ini dilakukan oleh sebuah badan bernama Pengelolaan Air Minum Desa (PAMDES) yang juga merupakan satu unit dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Lendang Nangka.
No. 117 September - Oktober 2015
14
Berbagi Pengalaman dalam Diskusi Kelompok Terarah Diskusi kelompok terarah hari itu, dimulai dengan penjelasan mengenai maksud dan tujuan kegiatan. “Kita Patut berbangga karena Pamdes Asih Tigasa terpilih menjadi salah satu kegiatan yang masuk dalam project replikasi praktik cerdas yang diselenggarakan oleh BAPPENAS. Karena itu, kami datang ke sini untuk mendengarkan pengalaman bapak ibu dalam mengelola air bersih melalui PAMDES atau BUMDES Lendang Nangka”, tutur Victoria Ngantung mewakili Yayasan BaKTI. Me n gawa l i s e s i p re s e nt a s i , T i m d a r i BAPPENAS memaparkan program reflikasi praktik cerdas yang akan dilaksanakan oleh BAPPENAS. “ Saat ini BAPPENAS berpikir bagaimana caranya agar yang kita dapatkan (teknologi) bisa kita tularkan ketempat yang lain. Kami memiliki referensi bahwa BaKTI memiliki banyak sekali stock mengenai Praktik cerdas di wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI). Caranya BAPPENAS membentuk dulu KC (Knowlegde Centre) belajarnya ke BaKTI. Karena dengan belajar serta menularkan ketempat lain dengan biaya APBN saja bisa karena praktik cerdas yang didokumentasikan oleh BaKTI lebih banyak dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Demikian juga dengan tujuan kita datang ke tempat ini adalah ingin belajar bagaimana pengelolaan air bersih agar bisa ditularkan ke lokasi lain” jelas Firman Edison dari Direktorat Ke r ja s a m a Pe m b a n g u n a n I nt e r n a s i o n a l BAPPENAS. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ini berhasil, BAPPENAS bekerjasama dengan UCLG ASPAC dan Yayasan BaKTI. UCLG ASPAC khususnya akan menyusun modul replikasi praktik cerdas sehingga kelak bila ada daerah lain yang ingin mencontoh praktik cerdas ini, dapat mengikuti panduan dari modul tersebut. Terkait tujuan untuk bisa menampung berbagai Praktik Cerdas yang ada, BAPPENAS bekerjasama dengan BaKTI yang telah memiliki berbagai Praktik Cerdas. Mengawali ceritanya, inisiator Praktik Cerdas Lalu Supratman menceritakan bagaimana bahwa sejak januari 2015 Pamdes telah menjadi unit usaha dari Badan Usaha Milik Desa. Supratman juga menuturkan terbentuknya PAMDES sebagai solusi atas kebutuhan air bersih warga selain juga berhasil menyelesaikan konflik perebutan sumberdaya air yang saat itu melanda Lendang Nangka.
15
BaKTINews
Menghargai Sumberdaya Air Kehadiran PAMDES pada awalnya disambut pesimis sebagian besar warga. Saat PAMDES terbentuk di tahun 2005, hanya segelintir warga saja yang mendaftarkan diri menjadi pelanggan. Tapi setelah terus b e r u p ay a d a n m e l a k u k a n pengelolaan secara akuntabel, adil, dan transparan ini, p e l a n g g a n PA M D E S t e l a h mencapai 770 kepala keluarga”, jelas Supratman. Untuk mendukung pengelolaan PAMDES sekaligus sebagai perekat bagi warga L e n d a n g Na n g ka , m a ka Pe rat u ra n D e s a d a n S u rat Keputusan Badan Pemerintah Desa untuk mengatur sistem pembayaran, alokasi penggunaan pendapatan, sanksi dan hal-hal lain terkait pengelolaan PAMDES. Sampai saat ini, banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Lendang Nangka. “ Manfaat yang kami rasakan setelah adanya air ini, yaitu banyak muncul usaha rumahan mulai dari katering, pencucian mobil, dan usaha pengisian air galon”, tambah Supratman. Visi kami adalah terbentuknya masyarakat lendang Nangka yang sejahtera. Kami berencana untuk mengembangkan usaha air kemasan. Bila ada acara atau kegiatan masyarakat, air kemasan produksi BUMDES ini bisa digunakan. Hasil perhitungan kami, biaya untuk membuka usaha air kemasan ini tidaklah terlalu besar. Karena ini menjadi produk desa sendiri, maka pengurusan izin pun tidak akan terlalu rumit. Jelas Azhar, Ketua BUMDES Lendang Nangka. Warga Lendang Nangka yang merasakaan manfaat langsung kehadiran PAMDES, Haji Mu rs i d , m e n g u n g k a p k a n m a n fa at ya n g dirasakannya adalah akses yang lebih merata terhadap sumberdaya air. Jika dulu hanya warga yang secara ekonomi tergolong miskin maupun strata sosial rendah cukup sulit mendapatkan akses air bersih hingga ke rumah, maka kini air bersih bisa dinikmati semua warga tanpa terkecuali. Apalagi setelah pengelola PAMDES memasang water meter untuk mengukur berapa
No. 117 September - Oktober 2015
Suasana Focus Group Discussion di Lendang Nangka, provinsi Nusa Tenggara Barat
besar penggunaan air dan iuran yang mesti dibayarkan pelanggan, masyarakat semakin menyadari pentingnya menggunakan air secara bijak. Dalam RPJMD Lombok Timur 2013-2018 telah tercantum dalam tujuan, sasaran serta strategi walaupun tidak jelas disebutkan tetapi dalam nomenklatur RPJMD disebutkan bahwa air minum merupakan salah satu target yang harus kita capai pada tahun 2018. Sebagai gambaran cakupan layanan air bersih di Lombok Timur untuk perkotaan baru sekitar 76% dan untuk pedesaan 64%. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten saja, tetapi dengan adanya Undang-Undang Desa yang telah diupayakan untuk dapat dikucurkan mestinya ada sinergi kita untuk bersama-sama mencapai hal tersebut. Dengan jumlah penduduk hampir 1,1 juta jiwa, Lombok Timur membutuhkan 113 juta liter air per hari. Kebutuhan tersebut saat ini ditopang hanya dengan 135 titik mata air. Jumlah ini telah berkurang drastis dari 212 titik di tahun 2002. Berkurangnya jumlah mata air ini disebabkan oleh alih fungsi lahan serta penambahan jumlah penduduk yang sangat signifikan. Terdapat 4 Kecamatan di Lombok Timur yang berpenduduk padat, yakni kecamatan Masbagik, Selong, Aikmel dan Peringgebaya. Pada empat kecamatan ini, tingkat layanan PDAM masih sangat kecil. Tingkat kebocoran air masih
BaKTINews
terbilang tinggi, yani sebesar 30% dari kondisi ideal (18%). Beruntung bahwa Desa Lendang Nangka adalah satu dari 41 desa yang telah mengelola sumberdayanya melalui badan PAMDES. Lantas apa rahasia keberhasilan pengelolaan sumberdaya air di Lendang Nangka? Selalu mengedepankan musyawarah dan mufakat. “Semua hal yang menyangkut kepentingan orang banyak selalu diputuskan melalui musyawarah. Sebagai pengurus BUMDES, kami bekerja sesuai tugas masing-masing. Namun penentuan hal-hal terkait kepentingan umum, dilakukan oleh lembaga desa berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat melalui musyawarah”, jelas Azhar Ketua Bumdes Lendang Nangka mengakhiri sesi Diskusi. Di atas musyawarah dan mufakat, ada tiga hal yang menjadi nilai utama penentu keberhasilan pengelolaan sumberdaya air di Lendang Nangka: kebersamaan, budaya, dan kepercayaan. Ketiga nilai tersebut senantiasa merekatkan warga Lendang Nangka dan menjadi pendorong dalam melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencapai kemajuan di desa yang mereka cintai. INFORMASI LEBIH LANJUT Penulis adalah peneliti independen dan anggota Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI). Untuk Informasi tentang Project Replikasi Praktik Cerdas, dapat menghubungi kami melalui email
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
16
INFOGRAFIS SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS End poverty
What are the SDGs about ? The SDGs follow, and expand on, the Millenium Development Goals (MDGs), which werw focusing only on developing countries, and are due to expire at the end of this year
The Sustainable Development Goals (SDGs) are a new universal set of goals, target and indicators that UN member states will be expected to use to frame their agendas and political policies over the next 15 years
If member states agree on the draft set of 17 SDGs at a UN summit in New York in September, they will become applicable beginning in January 2016. The expected deadline for the SDGs is 2030.
End hunger, ach food security and impr nutrition, and prom sustainable agricu
Ensure and promote
Ensure inc and eq quality edu and p lifelong le opportunities
Ensure av and sustainable man of water and sanitati
to affo sustaina
Source : http://www.euractiv.com/sections/development-policy/ infographic-what-are-sdgs-about-315651
Promote sustained and sustainable econom full and productive em and decent w
With the support of :
urActiv
Source : United Nations
Bill & Melinda
Gates foundation
17
BaKTINews
No. 117 September - Oktober 2015
17.
1.
Strengthen the means of implementation and revitalise the global partnership for sustainable development
in all its forms everywhere
16.
2.
Promote peaceful and inclusive societies for sustainable development, provide access to justice for all and build effective, accountable and inclusive institutions at all levels
hieve roved mote ulture
15.
3.
Protect, restore and promote sustainable use of terrestrial ecosystems, sustainably manage forests, combat desertification and halt and reverse land degradation and halt biodiversity loss
e healthy lives e wellbeing for all at all ages
4.
14.
clusive quitable ucation promote earning s for all
Conserve and sustainably use the oceans, seas and marine resources for sustainable development
13.
5. Achieve gender equality and empower all women and girls
Take urgent action to combat climate change and its impacts
6.
12.
vailability nagement ion for all
Ensure sustainable consumption and production patterns
11.
7.
Ensure access ordable, reliable, able and modern energy for all
Make cities and human settlements inclusive, safe, resilient and sustainable
8.
d, inclusive mic growth, mployment, work for all
10. Reduce inequality within and among countries
9. Build resilient infrastructure, promote inclusive and sustainable industrialisation, and foster innovation
BaKTINews
No. 117 September - Oktober 2015
18
Update MAMPU - BaKTI
Reses Partisipatif di Parepare Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K. dan SURYANTI AKKAS
19
BaKTINews
Reses adalah masa di mana anggota parlemen atau anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) melakukan kegiatan di luar masa sidang, terutama di luar gedung DPR/DPRD. Misalnya untuk melakukan kunjungan kerja, baik yang dilakukan anggota DPR/DPRD secara perorangan maupun secara berkelompok (Solikhin, 2009).
No. 117 September - Oktober 2015
Foto Dok. Mampu - BaKTI
eses menjadi penting karena anggota DPR/DPRD mengunjungi konstituen di daerah pemilihan masing-masing untuk menyampaikan /melaporkan apa yang telah dikerjakannya sebagai a n g g o t a D P R / D P R D ; memantau/mengawasi realisasi pembangunan di daerah pemilihan masing-masing; melihat lebih dekat berbagai permasalahan di daerah pemilihan; dan menerima atau menjaring aspirasi konstituen di daerah pemilihan. Sayangnya pelaksanaan reses selama ini selalu dikritik, bahkan dianggap sebagai kegiatan tidak berguna, karena tidak lebih dari kegiatan anggota DPR/DPRD untuk menghabiskan anggaran, jalanjalan, dan sekadar menjalankan rutinitas yang telah ditetapkan dalam aturan formal, undangundang atau pun tata tertib DPR/DPRD. Anggota DPR/DPRD yang bertemu dengan konstituen terlalu banyak berpidato satu arah,
r
BaKTINews
yang umumnya juga dihadiri oleh aparat pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat, yang sebagian besar adalah laki-laki. Karena itu, usulan konstituen yang diterima oleh anggota DPR/DPRD umumnya berupa usulan pembangunan sarana fisik, yang merupakan kepentingan kelompokkelompok elit dan laki-laki. Karenanya reses anggota DPR/DPRD pun ikut melestarikan kemiskinan dan meneguhkan ketidakdilan. Masyarakat miskin dan kaum perempuan tidak selalu menjadi konstituen penting, karena situasi reses dibuat menjadi kegiatan formal, elitis, dan maskulin. Berangkat dari kondisi tersebut, melalui Program Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU) Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) dan mitra-mitranya mengembangkan Reses Partisipatif di wilayah program di Kawasan Timur Indonesia.
No. 117 September - Oktober 2015
20
Foto Dok. Mampu - BaKTI
Konstituen sebagai Subyek Di Parepare, mitra BaKTI, Yayasan Lembaga Penelitian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (YLP2EM) mulai memperkenalkan Reses Partisipatif kepada anggota DPRD Kota Parepare. Reses Partisipatif adalah pelaksanaan reses dengan menempatkan konstituen sebagai subyek. Metode reses tidak satu arah, tetapi dari banyak arah untuk menerima aspirasi dari konstituen. Peserta reses harus berimbang antara laki-laki dan perempuan, serta dari berbagai unsur dan strata masyarakat. Salah satu anggota DPRD Parepare yang menerapkan Model Reses Partispatif adalah Andi Nurhanjayani, anggota Komisi II DPRD Kota Parepare Daerah Pemilihan Bacukiki dan Bacukiki Barat. Reses dilaksanakan pada Jumat 14 Agustus 2015, bertempat di Perumahan Yasmin Garden Blok H Kota Parepare. Peserta yang diundang untuk mengikuti reses sebanyak 50 orang yang mewakili setiap kelurahan yang ada di Daerah Pemilihan Bacukiki dan Bacukiki Barat. Kegiatan Reses Partisipatif diawali dengan penjelasan oleh fasilitator, Ibrahim Fattah dan Muslimin A.Latief tentang maksud dan tujuan Reses Partisipatif, kemudian dilanjutkan dengan sambutan Andi Nurhanjayani seputar program dan kegiatan yang telah diperjuangkan, prioritas pembangunan pada tahun 2016 dan harapan terhadap pelaksanaan reses kali ini.
21
BaKTINews
“
Saya sudah ke 17 kalinya melakukan reses, baru kali ini saya memperoleh informasi yang lengkap, mendalam dan merata pada semua sektor, model Reses Partisipatif ini saya berharap semoga bisa diterapkan oleh anggota DPRD lainnya”.
Jika pada umumnya reses dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab, maka model Reses Partisipatif, peserta dibagi kedalam enam kelompok diskusi untuk membahas 6 isu pembangunan yaitu pendidikan, kesehatan, infrastruktur, ekonomi, perempuan dan anak; serta sosial-kemasyarakatan. Setiap kelompok diskusi beranggotakan 8 orang. Setelah diskusi kelompok dilanjutkan dengan presentasi masingmasing kelompok dan dilanjutkan dengan tanggapan dari kelompok lainnya. Keenam isu tersebut terungkap berbagai macam masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dibandingkan dengan reses konvensional, isu yang selalu menonjol dan umumnya dibicarakan adalah infrastruktur. No. 117 September - Oktober 2015
Bukan hanya Konstituen Laki-laki Jika berkaca pada model reses yang selama ini dilakukan oleh anggota parlemen, dengan anggaran yang besar seharusnya mendapatkan usulan-usulan yang variatif dari masyarakat, tetapi yang terjadi pada setiap reses adalah, usulan yang banyak dikeluhkan atau disampaikan warga adalah melulu infrastruktur. Sehingga warga miskin yang harusnya mengusulkan kebutuhankebutuhan terkait dengan bantuan kebutuhan langsung atau pokok, permodalan, dan penguatan ekonomi tidak pernah terekam, karenanya program atau proyek yang direalisasikan pun sulit menyentuh mereka. Selama ini, reses yang sudah konvensional, peserta reses didominasi oleh laki-laki. Itu karena elit di masyarakat pun didominasi oleh laki-laki. Perempuan sekadar pelengkap dan penyedia konsumsi. Elit yang laki-laki ini pun hanyalah orang-orang yang dekat dengan anggota DPR/DPRD, seperti aparat pemerintah, tim sukses, dan tokoh-tokoh setempat. Penentuan peserta reses konvensional biasanya dilakukan oleh elit partai dan tim sukses, sehingga peserta reses hanya dari kelurahan/desa tertentu saja, tidak mewakili unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat. Pola ini diubah dalam Reses Partisipatif, di mana peserta reses adalah konstituen di seluruh daerah pemilihan. Peserta Reses Partisipatif di Parepare merupakan perwakilan dari semua kelurahan yang menjadi Daerah Pemilihan anggota DPR/DPRD. Penentuan peserta reses dilakukan oleh Kelompok Konstituen, dan dari masingmasing kelurahan sebanyak 5 orang, yang di dalamnya terdapat wakil dari perempuan miskin. BaKTINews
Peserta reses tidak hanya pemilih dari anggota DPRD yang melakukan reses, tetapi dari semua unsur dan strata sosial di masyarakat. Dan Reses Partisipatif tidak lagi didominasi oleh konstituen laki-laki. Metode Reses partisipatif yang diterapkan oleh Andi Nurhanjayani ini, peserta bisa menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok, sehingga peserta yang tidak biasa berbicara di depan umum bisa m e n ge l u a r ka n a s p i ra s i nya , semua persoalan bisa terakomodir dalam disku si kelompok, usulan dari konstituen lebih bervariasi sesuai dengan persoalan di masyarakat, tidak hanya fokus pada satu kepentingan saja atau satu masalah saja, dan ada m e to d e e va l u a s i s e te l a h res es s e h i n g ga menggambarkan perasaan peserta selama mengikuti reses. Berikut komentar anggota DPRD Parepare yang menerapkan Reses Partisipatif, Andi Nurhanjayani, “Saya sudah ke 17 kalinya melakukan reses, baru kali ini saya memperoleh informasi yang lengkap, mendalam dan merata pada semua sektor, model Reses Partisipatif ini saya berharap semoga bisa diterapkan oleh anggota DPRD lainnya”. Sementara Dina Maliah, Koordinator Kelompok Konstituen Lumpue, menyatakan “Model reses ini lebih tersistematik karena menggali akar masalah dari masyarakat secara langsung dan harapan kami ke depan semoga bisa ditindaklanjuti” Komentar lain datang dari Yustisiana Yahya, Koordinator Kelompok Konstituen Lompoe “Model reses ini sangat inovatif dan bagus. Peserta reses bisa mengungkapkan unek-unek yang terjadi di masyarakat tanpa merasa malu-malu karena dikemas dalam bentuk diskusi, dan harapan kami semoga masukan kami dapat diakomodir.”
INFORMASI LEBIH LANJUT Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai Program MAMPU, Anda dapat menghubungi kami melalui
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
22
SOSOK
Adolpina, Dari Sekolah ke Parlemen Oleh M. GHUFRAN H. KORDI K.
23
BaKTINews
No. 117 September - Oktober 2015
“
Tidak mungkin kita menyerahkan urusan kita atau daerah kita kepada orang lain, karena mereka tidak tahu dan tidak paham. Kita yang harus terlibat, karena kita yang tahu dan paham”.
ipanggil dengan nama Ibu Adolpina. Nama lengkapnya Adolpina Minggu Pakonglu. Adolpina adalah perempuan yang dikenal sebagai guru, tokoh agama, dan sekarang menjadi seorang politisi yang aktif di Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) dan duduk sebagai wakil rakyat di DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Tana Toraja. Perempuan yang lahir di Tana Toraja 1 April 1954 adalah seorang pendidik. Selama 35 tahun, yaitu antara tahun 1978 hingga 2013 mengabdikan diri sebagai guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 196 Inpres, Simbuang, Tana Toraja. Perempuan yang berkarier sebagai pendidik dalam waktu yang cukup lama ini, memutuskan terjun dalam politik untuk melakukan sesuatu bagi kemajuan daerahnya. Sejak pensiun sebagai guru, ibu dari enam anak ini bergabung dengan Partai Gerindra menjadi politisi. Dengan menjadi politisi dan masuk di parlemen, Adolpina ingin mendorong pembangunan di lembang (desa) dan kecamatan. Istri dari Samuel Tekkai Lombe ini menyatakan, selama ini pembangunan lembang dan kecamatan sangat minim, sehingga terlihat sangat timpang. Sarana transportasi dan komunikasi di lembang
D
BaKTINews
tidak memadai, jauh tertinggal, sehingga akses masyarakat terhadap layanan menjadi sulit dan mahal. Di sisi lain, perempuan di lembang lebih sulit mengakses berbagai fasilitas dan layanan pemerintah. Selain sarana yang tidak tersedia, perempuan juga tidak mempunyai kepercayaan d i r i d a n ke m a m p u a n . K au m p e re m p u a n menyerahkan semua persoalan kepada laki-laki seakan-akan hanya laki-laki yang mampu dan laki-laki yang bisa menyelesaikan semua persoalan. Karena itu, dibutuhkan pendampingan dan pemberdayaan untuk meningkatkan kapasitas perempuan, terutama di lembanglembang. Demikian Adolpina menjelaskan. Bagi Adolpina, untuk memajukan suatu daerah, maka orang-orang di daerah tersebut harus terlibat langsung, karena orang-orang di daerah tersebut yang tahu kondisi daerahnya. Adolpina menegaskan “Tidak mungkin kita menyerahkan urusan kita atau daerah kita kepada orang lain, karena mereka tidak tahu dan tidak paham. Kita yang harus terlibat, karena kita yang tahu dan paham”. Adolpina juga mengingatkan, laki-laki dan perempuan harus sama-sama terlibat dalam membangun dan memajukan daerah. Pelayan Masyarakat Selain sebagai guru di pendidikan dasar (sekolah dasar), Adolpina aktif sebagai pengurus PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) di lembang. Keaktifannya di PKK adalah upayanya untuk selalu membantu perempuan, terutama untuk penguatan keluarga. Bagi Adolpina, keluarga harus kuat karena menjadi landasan untuk pembangunan masyarakat dan bangsa. Keluarga yang kuat akan melahirkan generasi yang kuat dan unggul. Adolpina juga aktif di Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PWGT) Klasis Simbuang, Wilayah III Makale sejak tahun 1998. Lulusan Diploma Dua (DII) Sekolah Tinggi Teologia Indonesia Timur dan Sarjana Pendidikan dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) Toraja ini, sudah menjabat sebagai Ketua PGWT Klasis Simbuang selama 17 tahun. Tapi, masyarakat masih meminta dan memilihnya untuk menjadi Ketua PGWT Klasis Simbuang.
No. 117 September - Oktober 2015
24
“
Ketika ditanyakan Program MAMPU, Adolpina menyatakan Program yang dilakukan oleh YKS dan Yayasan BaKTI tersebut sangat berguna bagi APP.
Kepercayaan masyarakat terhadap Adolpina, karena kedekatannya dengan mereka. Sebagai guru, pengurus PKK dan pengurus PWGT, maka Adolpina adalah pelayan masyarakat. Adolpina adalah perempuan yang mengabdikan diri, waktu, dan umurnya untuk melayani masyarakat, karena itu ketika pertama kali mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg) pada Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif tahun lalu (2014), Adolpina berhasil meraih kursi DPRD Kabupaten Tana Toraja dengan meraih 1.017 suara. Perlu Regulasi Gender Berbekal sebagai tenaga pendidik, pengurus PKK, dan pengurus PWGT Klasis Simbuang, Adolpina melangkah ke dunia politik, sebuah dunia yang selama ini identik dengan laki-laki. Keinginannya untuk berbuat bagi masyarakat yang tertinggal, yang sebagian besarnya adalah perempuan, mendorong Adolpina menjadi politisi setelah pensiun dari guru. Partai Gerindra dipilih sebagai tempat untuk menggeluti dunia yang dianggap keras itu. Menjadi caleg di Daerah Pemilihan III (Kecamatan Bonggakaradeng, Mappak, Rano, dan Simbuang) Adolpina berada di nomor urut 2. Dan Adolpina berhasil meraih kursi parlemen di DPRD Tana Toraja. Adolpina adalah satu dari 6 anggota parlemen perempuan (APP) di DPRD Tana Toraja. Dia juga adalah satu-satunya APP dari Partai Gerindra di DPRD Tana Toraja periode 2014-2019. Di DPRD Tana Toraja, Adolpina duduk di Komisi II yang membidangi Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat. Bidang tersebut merupakan bidang yang selama ini digeluti oleh Adolpina, b a i k d i s e ko l a h s e b a ga i p e n d i d i k y a n g
25
BaKTINews
mempersiapkan generasi masa depan, di PKK untuk memperkuat keluarga, maupun di PWGT dalam melayani umat. Adolpina juga menjabat sebagai Sekretaris Fraksi G e r i n d ra d a n a n g go t a B ad a n Musyawarah (Bamus). Selama di DPRD, Adolpina akan fokus pada pembangunan di daerah pemilihannya, yaitu pembangunan sarana transportasi untuk membuka akses yang lebih baik bagi pembangunan di lembanglembang. Demikian juga, mengupayakan program-program untuk memberdayakan masyarakat, terutama perempuan yang masih banyak berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Adolpina, sedikitnya jumlah APP, karena umumnya perempuan masih menganggap politik adalah wilayah yang keras dan hanya cocok untuk laki-laki. Sementara itu, masih banyak perempuan menganggap dirinya lemah, sehingga sulit berkompetisi dengan laki-laki. Selain faktor pendidikan, di mana jumlah perempuan masih banyak yang berpendidikan rendah, faktor ekonomi juga menjadi penghalang bagi perempuan untuk bersaing. Adolpina memaparkan, dalam pemilu, caleg perempuan kesulitan bersaing dengan caleg laki-laki karena faktor sumber daya perempuan yang rendah. Pemilih juga menganggap perempuan belum mampu sehingga tidak memilih caleg perempuan. Mungkin pemilih juga tidak percaya kepada caleg perempuan. Karena itu, peningkatan kapasitas politisi perempuan harus menjadi perhatian semua pihak. Apa yang dilakukan Yayasan Kombongan Situru (YKS) dan Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) saat ini—Program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan)—sangat baik, namun itu harus dilakukan terus-menerus dan dalam waktu lama, karena situasi yang tidak baik bagi perempuan, seperti sekarang ini, juga sudah sekian lama berlangsung.
No. 117 September - Oktober 2015
Foto Dok. Mampu - BaKTI
Upaya untuk memperbaiki kondisi perempuan masih sulit, karena minimnya dukungan. Kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah yang terkait dengan banyak faktor, tidak hanya satu faktor saja. Karena itu, menurut Adolpina diperlukan kerjasama berbagai pihak untuk mendorong lahirnya aturan-aturan yang berperspektif gender. Peran pemerintah dan lembaga-lembaga sosial sangat penting. Pemerintah perlu mengupayakan p e re n c a n a a n ya n g l e b i h m e m e r h at i k a n masyarakat miskin dan perempuan. Demikian juga, lembaga-lembaga sosial dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) harus lebih fokus pada peningkatan sumber daya manusia, terutama perempuan.
BaKTINews
Ketika ditanyakan Program MAMPU, Adolpina menyatakan Program yang dilakukan oleh YKS dan Yayasan BaKTI tersebut sangat berguna bagi APP. Dengan fokus pada peningkatan kapasitas APP, program ini akan berkontribusi pada p e n i n g kat a n ke m a m p u a n A P P. S e h i n g ga diharapkan APP dapat menjalankan tugas dan fungsinya lebih baik. Adolpina menyarankan agar, Program MAMPU juga mendamping APP dan anggota parlemen laki-laki (APL) dalam membuat regulasi, termasuk mengawasi implementasi regulasi tersebut. INFORMASI LEBIH LANJUT Penulis adalah Database & Publikasi Media Officer MAMPU-BaKTI dan dapat dihubungi melalui email
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
26
Ilustrasi FG
KESEHATAN
Manfaat Vitamin A Dosis Tinggi pada Bayi Oleh M. LUKMAN ARSYAD Tubuh manusia sangat memerlukan vitamin, khususnya vitamin A yang cukup (tidak boleh lebih, apalagi kurang) yang berfungsi untuk m e m p e r k u at d aya t a h a n t u b u h , menjaga kesehatan indra penglihatan, tulang, gigi, kulit dan selaput lendir pada hidung, juga membantu pengembangan dan pertumbuhan janin. Jika tubuh manusia kurang vitamin A (KVA) mengakibatkan tubuh menjadi lemah, sehingga rentang terkena penyakit seperti insfeksi saluran pernapasan akut (ISPA), rabun senja dan katarak, dan jika anak baru lahir dengan berat badan lahir
T
27
BaKTINews
rendah (BBLR), harus segera diberi asupan vitamin A untuk mencegah terkena rabun senja dan xerosis kornea. Sebaliknya, jika tubuh manusia mengalami kelebihan vitamin A, akan menyebabkan mudah terjadi keracunan, kadang rambut rontok, kulit menjadi kering bersisik, sering pusing-pusing, dan bahkan bisa pingsan. Analisis Data Analisis data (fakta) cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi yang bersumber dari sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas (SP2TP) dan sistem pencatatan dan No. 117 September - Oktober 2015
pelaporan rumah sakit (SP2RS), di Provinsi Sulawesi Selatan secara kumulatif mencakup 67,34%. Cakupan ekstrim (>100%) ditemukan di kabupaten Jeneponto mencakup 7.144 (105,51%) dari 6.771 sasaran, kabupaten Soppeng men cakup 3.461 (108,46%) dari 3.191 sasaran, kabu paten Pinrang mencakup 7.372 (104,97%) dari 7.023 sasaran dan di kota Pare-Pare mencakup 1.315 (112,78%) dari 1.166 sasaran. Cakupan sangat tinggi (75-100%) ditemukan di kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mencakup 4.848 (75,81%) dari 6.395 sasaran, kabupaten Sidrap mencakup 4.984 (93,40%) dari 5.336 sasaran, dan di kota Makassar mencakup 21.604 (88,75%) dari 24.342 sasaran. Sedang cakupan tinggi (50-75%) ditemukan di 11 kabupaten dan satu kota yakni di kabupaten Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Takalar, Gowa, Maros, Bone, Enrekang, Luwu Utara, Luwu Timur, Toraja Utara dan 1 di kota Palopo. Sementara cakupan sedang dan rendah (<50%), ditemukan di 5 kabuparen, yakni di kabupaten Sinjai mencakup 1.434 (33,30%) dari 4.306 sasaran, kabupaten Barru mencakup 1.604 (49,60%) dari 3.234 sasaran, kabupaten Wajo mencakup 3.535 (47,45%) dari 7.450 sasaran, kabupaten Luwu mencakup 2.906 (46,32%) dari 6.274 dan di kabupaten Tator mencakup 2.150 (48,93%) dari 4.394 sasaran. Interpretasi Masalah Hasil analisis data tersebut diatas, menunjukkan terjadi cakupan ekstrim (fenomena tidak lazim), karena lazimnya pemberian vitamin, apalagi vitamin A dosis tinggi pada bayi tentu harus mengacu standard operating procedure (SOP) atau prosedur tetap (Protap) hasil pemeriksaan kesehatan oleh bidan dan dokter, yang menyatakan bahwa seluruh bayi yang terdapat di 4 kabupaten dan 1 kota, menderita KVA, sehingga perlu diberikan asupan vitamin A dosis tinggi. Jika fenomena tidak lazim tersebut benar, tentu sulit dipercaya bahwa seluruh bayi yang terdapat di 5 Kabupaten/Kota dinyatakan menderita KVA, hal ini berarti pelayanan kesehatan bayi pada fasilitas pelayanan KIA gagal total, jika fenomena tidak lazim tersebut salah, juga harus ditolak, hal ini berarti dengan sengaja telah dibuat laporan cakupan pemberian vitamin A dosis tinggi pada bayi yang tidak sesuai fakta lapangan. Selain pada bayi, pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan pula pada anak usia dibawa lima tahun BaKTINews
(balita), ibu hamil, ibu nifas, termasuk wanita usia subur dan wanita pasangan usia subur. Model pelaporan (sengaja dibuat salah) yang seolah-olah benar, bahkan dipresentasikan oleh pemegang program KIA di depan penentu kebijakan kesehatan, agar dinilai telah bekerja keras, berhasil dan berprestasi, sehingga kedepan mendapat alokasi anggaran yang lebih besar. Itulah sebabnya, banyak penentu kebijakan nasional yang kadang gamblang memberi keterangan dan memaparkan keberhasilan suatu program kerja yang menjadi tanggung-jawabnya, yang kadang justru berbanding terbalik dengan fakta dilapangan, indikator penilaian dari berbagai pihak yang berkompeten menyatakan program tersebut gagal. Sekedar referensi; ubi jalar ungu sebagai sumber vitamin A memiliki kelebihan dari berbagai jenis umbi-umbian seperti wortel, kentang dan lainnya, karena secara gelondongan dan tanpa perlakuan dapat langsung direbus untuk sarapan pagi. Buah-buahan tersebut juga bisa dikupas, potong-potong dan di campur dengan daunnya lalu dimasak menjadi sayur saat makan siang. Lebih reatif lagi, buah-buahan ini dapat dikupas dan diolah menjadi kue tradisional berupa kolak, gorengan dan kue-kue lainnya, sebagai makanan tambahan atau penganan sore hari. Rekomendasi Kebijakan Agar penyajian data capaian program kesehatan terjamin akurat, cepat dan mudah diakses oleh publik, penentu kebijakan kesehatan semestinya dapat dengan disiplin melaksanakan tiga kegiatan berikut berikut. Pelaporan seluruh program kesehatan harus berbasis SP2TP dan SP2RS dan bukan berdasarkan arahan atau kepentingan pemegang program dari pusat yang tidak bertanggung-jawab. Untuk pemenuhan vitamin A, perlu terobosan lintas sektor, jajaran kesehatan bekerjasama jajaran pertanian (hortikultura) memberdayakan masyarakat setempat untuk melakukan budidaya ubi jalar, khususnya ubi jalar ungu yang sangat kaya vitamin A. Proses perencanaan dan penganggaran kesehatan harus berbasis fakta tentang situasi dan kondisi letak geografis daerah, status kesehatan masyarakat, dan pola penyakit warga setempat. INFORMASI LEBIH LANJUT Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, anda dapat menghubungi penulis melalui melalui email
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
28
Tim Building RPS Kendari
MENJELAJAHI ALAM DAN SITUS DI PULAU KABAENA Oleh SITTI ZAHARA
“
Kabaena kampo tangkeno, kampo da moico hawano, damoico tetodoa.” (Kabaena kampung yang bergunung-gunung, kampung yang sejuk udaranya, kampung yang baik untuk dihuni).
29
BaKTINews
No. 117 September - Oktober 2015
emikian sebait lagu yang m e n e m a n i t i m Ru m p u n Pe re m p u a n S u l t ra ( R P S ) dalam perjalanan dari Desa Batuawu, Kecamatan Kabaena Selatan menuju Desa Wi s at a Ta n g ke n o d i Kecamatan Kabaena Tengah, Kabupaten Bombana. Untuk mencapai Desa Wisata Tangkeno, kami melewati 5 desa, dari pelabuhan di Desa Batuawu. Mobil yang kami tumpangi terus melaju menjejaki jalan berliku dan menanjak. Sampai di Desa Tirongkotu'a, udara sejuk sudah terasa di tengah sinar mentari pagi menjelang siang. Perjalanan kali ini menjadi perjalanan wisata yang tidak biasa, karena perjalanan ini adalah kegiatan tim building RPS. RPS adalah salah satu mitra Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) dalam program MAMPU (Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan). Melalui kerjasama dengan Yayasan BaKTI dalam Program MAMPU, RPS mendapat kesempatan untuk melaksanakan tim building, yang bertujuan : (1) meningkatkan motivasi kerja serta kekompakan staf program/lembaga dalam menjalankan tugas masing-masing, dan (2) meningkatkan kemampuan leadership staf program/lembaga. Kegiatan tim building dikemas dalam bentuk outbond. Perjalanan dimulai dari Kota Kendari, ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, mengendarai mobil selama 3,5 jam ke Kasipute Kab. Bombana. Perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal speedboat menuju pelabuhan Desa Batuawu. Selanjutnya, menuju Desa Wisata Tangkeno di Kecamatan Kabaena Tengah.
D
Tangkeno, Desa Wisata di Kabupaten Bombana Desa Tangkeno terletak di lereng Gunung Sabampolulu, salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Tenggara. Oleh karenanya tidak heran jika bentuk topografi dari desa Tangkeno berbukit-bukit. Desa Tangkeno adalah desa pemekaran dari desa Enano tahun 1997. Awal pemekarannya, Desa Tangkeno bernama Desa Enano di Tangkeno sementara desa Induk b e r n a m a d esa Ta n g ke n o d i E n a n o. B ag i masyarakat Tokotua/Kabaena, nama kedua desa tersebut sedikit ganjil karena perkampungan warga desa Tangkeno lebih dikenal sebagai Kampung Enano dan sebaliknya perkampungan warga desa Enano dikenal dengan kampung Tangkeno. Tahun 2012 barulah nama kedua desa
BaKTINews
Atas : Gunung Sabampolulu Desa Tangkeno (foto RPS) Bawah : Papan Nama dan Pintu Gerbang Desa Wisata Tangkeno (Foto Sahrul Gelo -LSM SAGORI)
tersebut diubah berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.18 tahun 2012 tentang perubahan nama beberapa desa dalam wilayah Kabupaten Bombana. Tanggal 16 Mei 2013 Desa Tangkeno ditetapkan sebagai desa wisata di Kabupaten Bombana oleh Bupati Bombana. Penetapan Desa Tangkeno sebagai desa wisata berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 213 Tahun 2013 tentang Desa Tangkeno sebagai desa wisata Kabupaten Bombana. Penetapan Desa Tangkeno sebagai desa wisata Kabupaten Bombana tentu berdasarkan potensi wisata yang dimiliki mulai dari wisata alam, wisata budaya, dan wisata sejarah (www.tangkeno.com). Tangkeno menarik untuk dikunjungi karena desa ini menawarkan keindahan panorama pegunungan yang sejuk dan indah yang berada di kaki gunung Sabampolulu pada ketinggian 1500 di
No. 117 September - Oktober 2015
30
atas permukaan laut. Tangkeno menawarkan wisata sejarah, sebagai kampung tertua dan pertama di pulau Kabaena yang dihuni oleh etnis Moronene Kabaena dengan beberapa peninggalan situs sejarah, berupa benteng pertahanan dan jejak-jejak purbakala seperti batu berbentuk lesung di permandian air terjun. Budaya dan seni tradisi yang masih terjaga juga menjadi hal menarik untuk dikunjungi. Setelah ditetapkan menjadi desa wisata, selanjutnya pemerintah daerah membangun fasilitas pendukung Desa Wisata. Hal menarik dalam pembangunan Desa Wisata ini, pemerintah daerah melibatkan partisipasi masyarakat. Melalui serangkaian pelatihan, masyarakat dilatih menjadi masyarakat ramah wisata, menyambut wisatawan dengan senyum, menyiapkan rumahrumah mereka sebagai homestay bagi wisatawan, menyediakan kuliner khas Desa Tangkeno dan menjadi guide yang selalu siap mengantar wisatawan mengelilingi situs wisata di Desa Tangkeno. Untuk menuju Desa Wisata Tangkeno, dari Provinsi Sulawesi Tenggara kami menuju Kab. Bombana, dan harus menginap di ibukota Kabupaten Bombana, kemudian melanjutkan perjalanan keesokan harinya karna mengikuti jadwal kapal speedboat yang berangkat pagi hari pukul 07.30 pagi. Namun, para wisatawan bisa juga memilih untuk berangkat pagi dari Kendari dan mendapatkan kapal penumpang (kapal kayu) regular yang berangkat setiap hari pukul 10.00. Perjalanan panjang dan melelahkan dari pelabuhan Kasipute ke Desa Tangkeno terbayar dengan indahnya pemandangan laut dan desadesa sepanjang perjalanan. Wangi cengkeh yang sedang dijemur di sepanjang jalan menuju Desa Tangkeno menambah semerbak suasana perjalanan. Sampai di Desa Tangkeno kami disambut oleh Kepala Desa Tangkeno Bapak Abdul Asis. Sambutan selamat datang dengan penuh keramahan dilengkapi sajian ayam kampung bakar yang telah disajikan oleh istri kepala Desa Tangkeno. Desa Tangkeno tidak hanya menjadi tempat wisata, berbagai jenis kegiatan bisa dilaksanakan ditempat ini, dengan dukungan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah desa dan pemerintah daerah baik untuk kegiatan indoor maupun outdoor. Untuk kegiatan indoor di Desa Tangkeno terdapat fasilitas seperti balai desa, tribun/panggung kecil di pinggir lapangan desa,
31
BaKTINews
Bantea Pogurua (rumah Belajar). (Foto Sahrul Gelo-LSM SAGORI) dan balai besar di tengah hall. Tempat lain yang bisa digunakan dalam kegiatan indoor adalah rumah belajar (bantea pogurua) yang dibangun menyerupai rumah adat khas Suku Moronene Kabaena berbentuk rumah panggung dengan dinding setinggi lutut orang dewasa membuat ruangan ini bebas gerak sehingga cocok untuk tempat diskusi atau kegiatan indoor lainnya. Dinding yang dibiarkan terbuka memang disediakan untuk memandangi kemolekan gunung Sangia Wita. Selain itu juga terdapat fasilitas untuk kegiatan outdoor di antaranya terdapat lapangan desa, halaman balai desa dan sebuah hall. Hall adalah sebuah lapangan terbuka yang telah dibangun menyerupai stadion sepak bola namun dilengkapi helipad di tengah stadion. Dalam outbound ini, RPS mengajak ibu-ibu warga Desa Tangkeno untuk ikut dalam kegiatan. Kegiatan hari pertama (5 Agustus 2015) menggunakan hall, kegiatan dimulai dengan perkenalan, menggunakan Metode Zap Zip Zap permainan ini juga bermakna dalam memperat peserta outbond satu sama lain selanjutnya peserta dibagi menjadi 2 kelompok. Dilanjutkan dengan beberapa permainan dalam outbond : (1) t a n ga n s i l a n g d a l a m ke l o m p o k d e n ga n menggunakan tali raffia, permainan ini bermakna kerja sama. (2) tim tali spiderman dengan menggunakan tali raffia, bermakna ke p e m i m p i n a n d a n d i a k h i r i d e n ga n , ( 3 ) permainan tali borgol dengan menggunakan tali raffia, diharapkan permainan ini menambah kreatifitas dalam penyelesaian masalah. Permainan semakin seru diselingi dengan ice breaking dalam bentuk gerak dan lagu; Marina Menari diatas Menara, Angin Bertiup dan lagulagu serta yel-yel kreasi masing-masing kelompok.
No. 117 September - Oktober 2015
menjadi lebih rileks dan sehat. Sitti Hermin Tahir salah satu staf RPS dengan penuh semangat menyatakan bahwa : “Tim building dalam bentuk outbond yang dirangkaikan dengan rekreasi memberi nilai dan semangat baru bagi saya dan hal ini perlu dilakukan setiap tahun agar selalu ada penyegaran”.
Pulau Sagori. (Foto Sahrul Gelo-LSM SAGORI)
Ice breaking juga melatih konstentrasi peserta, merefresh peserta dan mencairkan suasana. Permainan dilanjutkan di lapangan desa. Desa ini memang mempunyai lapangan desa yang dilengkapi tribun sederhana. Di tribun ini, tim building RPS memainkan beberapa permainan untuk membangun kecepatan berpikir dan pengambilan keputusan melalui studi kasus dalam bentuk cerita teka-teki. Ditemani lagu papa tome papa dan gerak tangan berputar didepan dada, badan yang sedikit merunduk lalu ditegakkan dan sebaliknya, dengan ritme pelan hingga cepat, dan sebaiknya, ditambah lagi dengan permainan tugu pancoran, lampu merah dan bunga matahari menambah seru permainan dalam tim building. Ibu Nurlia salah satu peserta dari Desa Tangkeno yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Desa Tangkeno, menyambut baik kegiatan ini dan menyatakan bahwa ; ”Meski kegiatan ini hanya berupa permainan tapi sebenarnya mengandung banyak makna dan kami bisa belajar banyak hal dari permainan ini. semoga RPS bisa berkunjung kembali ke Desa Tangkeno”. Kegiatan outbond dilanjutkan dihari kedua (6 Agustus 2015) yang dilaksanakan di halaman kantor kepala desa. Rangkaian kegiatan/permainan yang dilakoni terdiri dari Estafet Bola Pingpong dan Estafet Tepung Terigu, kedua permainan ini bermakna Kerja sama, kecepatan, melatih keseimbangan, dan ketepatan waktu. Diakhiri dengan permainan Pipa Bocor untuk Melatih kerja sama tim, berani menghadapi resiko, keyakinan yang tinggi dalam menghadapi tantangan. Peserta dengan penuh semangat dan riang gembira mengikuti kegiatan. Kegiatan ini tidak hanya merefresh kerja otak, namun fisik juga
BaKTINews
Mengunjungi Situs dan Kuliner Setelah kegiatan selesai dilanjutkan dengan foto bersama dengan seluruh peserta out bond, sebelum rangkaian kegiatan ditutup lalu dilanjutkan dengan kunjungan wisata ke situssitus wisata Desa Tangkeno, seperti Benteng Tuntutari, sebuah benteng peninggalan kerajaan Tokotu'a (Kabaena) yang dibangun untuk memantau musuh dan juga sebagai pertahanan kerajaan. Perjalanan dilanjutkan dengan wisata kuliner, melihat langsung proses pembuatan gula aren (gula merah) secara tradisional, dan juga pembuatan penganan khas Desa Tangkeno (Kabaena) berupa gula kelapa yang terbuat dari kelapa muda dan gula merah yang dibungkus dengan kulit jagung. Hari ketiga (7 Agustus 2015) rombongan RPS berangkat ke Desa Pongkalaero, dilanjutkan dengan penyeberangan ke Pulau Wakao dan Pulau Sagori. Pulau Wakao adalah pulau yang terdapat di Laut Kabaena dan juga Selat Makassar. Pulau ini tanpa penghuni dengan pasir putih dan air laut yang bening sebening embun pagi yang menemani tim RPS dalam perjalanan menuju pulau Wakao. Pulau Sagori tidak kalah cantik dengan pulau Wakao, pulau ini dihuni oleh masyarakat Suku Bajo. Pulau kecil di lautan lepas dengan pepohonan yang rindang dan pasir putih di tengah lautan. Perjalanan tim building semakin lengkap dengan kunjungan ke dua pulau tersebut. Sehingga tim RPS menyebutnya perjalanan gunung dan laut. Maryce A. Walukou staf Administrasi Rumpun Perempuan Sultra mengapresiasi kegiatan ini ; “Penting bagi staf RPS untuk sejenak meninggalkan rutinitas bersama di kantor dan melakukan rutinitas di luar kantor dengan kegiatan seperti ini”.
INFORMASI LEBIH LANJUT Penulis adalah Koordinator Program MAMPU - BaKTI melalui lembaga RPS Kendari, dapat dihubungi melalui email
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
32
UPDATE LANDASAN KOMPAK BaKTI Perkuat Kapasitas Pengawasan Komite Sekolah di Papua
M
asa Transisi Pogram Landasan AIPD ke KOMPAK (Kolaborasi Masyarakat untuk Pelayanan dan Kesejatahteraan), dimanfaatkan oleh Yayasan BaKTI sebagai Pelaksana Program untuk menggalang dukungan d a n ko m i t m e n pa ra p i h a k d a l a m ra n g ka mendukung peningkatan kualitas pelayanan Pendidikan, Kesehatan dan Pemberdayaan Kampung di Tanah Papua. Khusus di bidang Pendidikan, Yayasan BaKTI atas dukungan Pemerintah Australia (DFAT-AbtJ TA ) m e n g g e l a r e v e n t Pe l at i h a n F u n g s i Pengawasan Komite Sekolah dan Loka karya Mini Komite Sekolah di kabupaten Jayapura, Supiori dan Merauke di Provinsi Papua, dan di kabupaten Manokwari, Fak Fak dan Kaimana di Provinsi Papua Barat. Dari hasil pelatihan sebelumnya diketahui bahwa Komite Sekolah sudah terbentuk di masingmasing Sekolah Dasar. Komite Sekolah yang telah terbentuk saat ini masih bervariasi dari segi struktur, mekanisme, pengelolaan operasional, dan pelaksanaan fungsinya. Variasi tersebut b u ka n l a h m e r u p a ka n ke l e m a h a n , j u st r u memberikan suatu gambaran dari kekuatan yang
dimiliki oleh masing-masing sekolah. Namun demikian, terdapat satu hal yang harus sama yakni dampaknya harus positif terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas pembangunan pendidikan di setiap sekolah. Salah satu upaya agar Komite Sekolah dapat menjalankan peran dan fungsinya secara maksimal, diperlukan program yang baik. Program yang baik adalah yang dirumuskan secara terfokus, berwawasan ke depan (visioner), berdasarkan pada kebutuhan, dan didukung sarana dan prasarana yang memadai. Untuk itulah, maka Tim Transisi Landasan KOMPAK-BaKTI mengadakan Pelatihan dan Pendampingan Fungsi Pengawasan Komite Sekolah dan Pelatihan Penyelenggaraan Lokakarya Mini oleh Komite Sekolah. Adapun tujuan utama dari Pelatihan tersebut, menurut Spesialis Pendidikan Program Landasan BaKTI, Rustanty Dewi adalah untuk meningkatkan kapasitas Komite Sekolah dalam Pengawasan Sekolah sehingga Komite Sekolah mampu m e nye l e n ga ra ka n L o ka ka r ya M i n i g u n a merumuskan Rencana Kerja Komite Sekolah.
Distik Naukenjerai Merauke Prakarsai Pembentukan Forum Peduli Pendidikan
S
ebuah kabar gembira datang dari Kampung Kuler Distrik Naukenjerai kabupaten Merauke. Atas inisiatif baik dari Kepala UPTD Dinas Pendidikan Wilayah I Naukenjerai bekerjasama dengan Kepala Distrik Naukenjerai atas fasilitasi Yayasan BaKTI berhasil menggalang dukungan para pihak untuk membentuk sebuah Forum Peduli Pendidikan di tingkat Distrik (Kecamatan) Naukenjerai kabupaten Merauke. Inisiatif baik ini berhasil dilakukan pada saat moment pembukaan Pelatihan Fungsi Pengawasan Komite Sekolah dan Lokakarya Mini Komite Sekolah yang dilaksanakan di SD Kuler Distrik Naukenjerai Merauke, senin, 14 September 2015. Memanfaatkan moment kehadiran berbagai perwakilan Institusi formal di tingkat Distrik seperti TNI, Polri, Kepala Distrik dan Kepala
33
BaKTINews
Puskesmas, para Kepala Kampung se Distrik Naukenjerai, Kepala UPTD Wilayah I berhasi mendorong para pihak untuk berkomitmen bersama mendukung pengembangan dan peningkatan kualitas layanan pendidikan di kabupaten Merauke, khususnya di Distrik Naukenjerai dengan membentuk sebuah Forum yang diberi nama Forum Peduli Pendidikan. Kepala Distrik Naukenjerai, Komang Sitorus menyambut baik harapan peserta Pelatihan yang berkeinginan agar terjadi kolaborasi antara pihak di Distrik Naukenjerai untuk bekerja bersama, bergandengtangan mengatasi permasalahan pendidikan yang masih banyak di temui di Papua. Menurutnya, persoalan pendidikan tidak bisa hanya diserahkan kepada lembaga persekolahan, warga masyarakat dan institusi negara lainnya juga No. 117 September - Oktober 2015
harus terlibat di dalamnya. “Saya mengajak TNI, POLRI, Dinas Kesehatan (Puskesmas) untuk bertemu secara berkala dan membuat program bersama melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah”, imbaunya. Ditambahkannya pula bahwa pihak Sekolah dan Komite Sekolah perlu segera menindaklanjuti tawaran dari TNI, POLRI dan Puskesmas yang telah membuka diri untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan anak didik kita di sekolah. Sebelumnya, Imron dari perwakilan TNI dari Satgas Yonif 142 Satria Jaya-Penugasan Perbatasan, menyampaikan tawarannya kepada para Kepala Sekolah dan Komite Sekolah untuk mengundang TNI berbagi pengetauan dan pengalaman. “Kami punya tenaga kependidikan yang siap melatih dan membina anak-anak sekolah baris berbaris, hidup disiplin dan mencintai tanah air.” Senada dengan TNI, perwakilan POLRI dan Puskesmas tidak kalah semangatnya mengajukan tawaran kerjasama. Dari POLRI, yang diwakili Kanit Binmas-Babinkantibmas Naukenjerai, Bambang S, mengajak para peserta khususnya para Kepala Kampung untuk memberikan ketauladanan kepada generasi bagaimana taat hukum. Demikian pula dari Puskemas yang diwakili oleh Bidan Usiani. Disampaikan tentang pentingnya kesehatan. Anak-anak yang sakit tidak akan bisa menimba ilmu dengan baik. “Kita sudah buat program kemitraan kesehatan dengan TNIPOLRI-Pendidikan untuk membimbing anak-anak sekolah yang bercita-cita untuk menjadi TNIPOLRI untuk mempersiapkan kesehatan fisik dan mental”, urainya. Tawaran baik tersebut disambut gembira oleh seluruh peserta, tamu undangan pembukaan yang memenuhi ruangan kelas SD Kuler yang dijadikan tempat pelatihan. Suasana makin meriah, sebab para aparat TNI, POLRI dan Puskesmas berbaur bersama peserta berdiskusi dan bermain peran. Menyaksikan antusiasme peserta, Fasilitator Pelatihan, Yudhi Palupi dari Widyaswara LPMP Papua, didukung Tim BaKTI sudah menyusun strategi yang tepat untuk menindaklanjuti komitmen bersama di Pembukaan melalui metode-metode pelatihan yang lebih operasional bisa langsung dipraktekkan oleh Peserta pasca pelatihan. Di Kabupaten Merauke, Yayasan BaKTI menggelar dua kali event pelatihan. Event pertama dilaksanakan langsung di lokasi yakni di SD Kuler, yang diikuti oleh 25 orang perwakilan Sekolah se Distrik Naukenjerai, yakni yakni dari SD YPK Kuler, SD YPK Onggaya, SD YPK Tomer, SD YPK Tomerau, dan SD YPK Kondo. Masing-masing Sekolah mengirimkan 5 orang Perwakilan yang terdiri atas Kepala Sekolah, Guru Senior, Ketua Komite, BaKTINews
Sekretaris Komite dan Kepala Kampung. Pada Event ke dua, dilaksanakan di Hotel Megaria kota Me rau ke t a n g ga l 17 - 1 8 S e p te m b e r 2 0 1 5 , menghadirkan perwakilan SD dari Distrik Kimaam dan Distrik Okaba.
Kegiatan Pusat Data Kabupaten Manokwari
D
ukungan program Kompak BaKTI untuk mewujudkan ketersediaan data pembangunan yang akurat di Kabupaten Manokwari terus berlanjut. Setelah selesai dengan pembentukan Forum Data pada bulan Juli lalu, Kompak BaKTI bersama Bappeda Kabupaten Manokwari mengadakan Pelatihan pemanfaatan IT untuk Pengelolaan bagi para anggota Forum Data. Pelatihan ini dilaksanakan di Hotel Swissbel mulai hari ini, Senin 14 September 2015 hingga tiga hari kedepan / Rabu 16 September 2015. Wakil Bupati Manokwari, DR. Roberth Kurniawan R Hammar, SH, MH didampingi oleh Asisten III Kabupaten Manokwari, Robert W Rumbekwan menyempatkan diri untuk hadir sekaligus membuka pelatihan yang diikuti oleh 20 SKPD utama penghasil data ini. Saat memberikan arahan, Wakil Bupati menekankan pentingnya d a t a d a n i n fo r m a s i u n t u k p e l a k s a n a a n pembangunan yang berkualitas. Menurutnya, berbagai upaya dan kerja keras yang dilakukan, misalnya pengentasan kemiskinan, akan sulit terwujud jika tidak ditopang oleh ketersediaan data yang 'reliable. Pelatihan pemanfaatan IT bagi SKPD ini sendiri rencananya akan berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama ini, para peserta dipekenalkan dengan aplikasi pusat data yang nantinya akan dipergunakan oleh pemerintah Kabupaten Manokwari. Adapun pelatihan lanjutan tahap kedua, rencananya akan dilangsungkan pada bulan Oktober mendatang. Usai membuka acara, Wakil Bupati dan Asisten III melakukan kunjungan ke gedung Pusat Data yang tidak lama lagi akan segera difungsikan. Sejumlah langkah pengembangan dibicarakan, termasuk rencana untuk memasukkan kelengkapan Pusat Data pada anggaran perubahan yang akan dibahas pada akhir tahun nanti.
INFORMASI LEBIH LANJUT Untuk mengetahui program LANDASAN KOMPAK di Papua yang difasilitasi oleh BaKTI, Anda dapat menghubungi kami melalui email
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
34
UPDATE UNICEF - BaKTI Launching Konsorsium Imunisasi Kesehatan, Makassar, 18 Agustus 2015
C
akupan Imunisasi di Kota Makassar masih mengalami fluktuasi, hal ini membutuhkan alternative solusi seperti tokoh agama/masyarakat, Petugas Kesehatan, Organisasi non pemerintah, media cetak/elektronik maupun keluarga.Dengan mobilisasi sosial melalui lintas sektor dan ke te r l i bat a n Pe m e r i nt a h d a n o rga n i sa s i kemasyarakatan seperti Radio Swasta (PRSSNI), Muslimat NU, Fatayat NU, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), PKK, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Badan Kontak Majelis Taklim(BKMT), MUI Dan Infokom sangat membantu pencapaian target cakupan imunisasi. Guna memperkuat Sinergitas Pemerintah Kota/Provinsi dengan Organisasi non pemerintah dan publik, maka peluncuran konsorsium Imunisasi merupakan media konsolidasi dan promosi kesehatan bagi Dinas Kesehatan yang didukung UNICEF-BaKTI untuk langkah memperkuat cakupan imunisasi sampai ke masyarakat. Kegiatan peluncurun konsorsium imunisasi, diikuti Kepala Puskesmas dan kader Posyandu se-kota Makassar, SKPD terkait Kesehatan, organisasi Keagamaan, profesi, akademisi, NGO serta media cetak/elektronik di Kota Makassar. Pemberian imunisasi bayi oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Makassar, Indira Jusuf Ismail yang juga adalah isteri Walikota Makassar,
35
BaKTINews
menandai pembukaan Launching Konsorsium Imunisasi. Kegiatan lanching dilanjutkan dengan talkshow dan diskusi interaktif'Membangun Komitmen Bersama Menyelamatkan Hidup Anak Indonesia Melalui Imunisasi'. Talkshow ini merupakan rangkaian Launching yang disiarkan secara live oleh 4 Radio FM Swasta di Makassar dan sejumlah pemirsa radio khususnya Ibu ibu berkesempatan secara langsung berinteraksi lewat Telehonedengan narasumber. Narasumber dalam kegiatan ini adalah Sudirman Nasir (Akademisi UNHAS), dr. Martira (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dr.Naisyah Azikin (Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar),Ny.Indira Jusuf Ismail (Ketua Tim Penggerak PKK Kota Makassar) dan DR.Hj.Amrah Kasim (MUI) dengan difasilitasi Luna Vidya dari Yayasan BaKTI. “Pemkot Makassar berkomitmen kuat meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan, te r m a su k p e l aya n a n kes e h at a n d a sa r d i Puskesmas hingga Rumah Sakit. Salah satunya melalui pemberian imunisasi dasar lengkap yang dapat memperpanjang usia harapan hidup anak dan efektif untuk melindungi anak dari kecacatan serta penyakit," ujar dr.Naisyah Azikin Kepala D i n a s Ke s e h at a n Ko t a M a k a s s a r d a l a m kesimpulan akhir Launching Konsorsium Imunisasi Makassar.
No. 117 September - Oktober 2015
Workshop Penatalaksanaan SOP Malaria di RSUD Tobelo dan Sanana Tobelo, 31 Agustus- 1 September 2015 Sanana Kep.Sula, 3-4 September 2015
P
enyakit Malaria masih menjadi masalah kesehatan di kawasan timur Indonesia diantaranya di Halmahera Utara dan Kepulauan Sula Maluku Utara, Kasus malaria pada ke d u a w i l aya h te rs e b ut m a s i h m e m e r l u ka n p e n a n ga n a n ba i k pencegahan maupun pengobatan. Te r k a i t p e n a n g a n a n m a l a r i a , Departemen Kesehatan telah mengeluarkan pedoman tatalaksana kasus malaria dengan mengikuti standar Akreditasi layanan malaria di rumah sakit. Mendindaklanjuti standarisasi tersebut Dinas Kesehatan Halmahera Utara dan Kepulauan Sula didukung UNICEF-BaKTI menggelar Workshop Advokasi Penerapan Penatalaksanaan SOP Malaria di RSUD Tobelo dan RSUD Sanana Sula. Workshop di Tobelo berlangsung pada 31 Agustus sampai degnan 1 September 2015, yang diikuti oleh 27 partisipan. Sementara kegiatan Di Kepulauan Sula dilaksanakan d Sanana pada 3-4 September 2015. Kegiatan di Sula dihadiri oleh 30 orang peserta. Peserta Workshop tersebut berasal dari Petugas Rumah Sakit Umum Daerah, Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Agenda Workshop meliputi presentasi cakupan malaria pada kedua Kabupaten, selanjutnya penyampaian/sharing data dan kondisi malaria masing masing Kabupaten. Juga terdapt agenda pembahasan menarik mengenai kebutuhan logistik malaria seperti Obat Anti Malaria (OAM), alat lab serta reagensia sebagai b a h a n p e m e r i k s a a n l a b o ra t o r i u m y a n g dihubungkan dengan kedua wilayah tersebut yang cukup sulit di Maluku Utara. Peserta Lokakarya sepakat bahwa tanggungjawab Dinas Kesehatan ba i k P rov i n s i m au p u n ka b u pate n u nt u k ketersediaan logistic di masing masing RSUD menjadi mutlak adanya termasuk pihak Provinsi mendukung monitoring alat dengan mengirim pelaporan logisitik ke masing masing Kabupaten.
BaKTINews
Guna mengoptimalkan proses lokakarya, peserta juga melakukan kunjungan langsung ke RSUD untuk memantau dan mereview kondisi l o g i s t i k d a n p e ra l at a n R S U D ke m u d i a n dilanjutkan penyusunan serta pembahasan SOP yang dilakukan secara partisipatif antar peserta workshop dan narasumber dari Malaria Center Provinsi (Iswahyudi), Dinas Kesehatan Maluku Utara (Sulfiudin dan Aman Umar), dan UNICEFBaKTI. Pada akhir proses Lokakarya SOP tatalaksana kasus malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara dan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula segera difinalisasi, SOP manajemen kasus Malaria di RSUD Tobelo dan Sanana dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan Komite Medik kemudian dilakukan sosialisasi sebagai persyaratan akreditasi rumah sakit dari Kementerian Kesehatan RI. Terkait peningkatan kualitas mutu diagnosis malaria di Laboratorium, RSUD Tobelo dan RSUD Sanana, pihak Rumah Sakit berkomitmen mengirimkan semua Slide Darah (SD) positif dan 5 % SD negatif dari pasien Rumah Sakit ke Cross Checker- Dinas Kesehatan Provinsi. Pihak Dinas Kesehatan Provinsi juga menyanggupi akan mengembalikan Slide Darah (SD) kepada kedua RSUD sebagai umpan balik/feedback data SD.
No. 117 September - Oktober 2015
36
Oleh F. DAUS A.R. i pinggang gunung Bulusaraung di ketinggian delapan ratus meter di atas permukaan laut, di situlah letak desa Tompobulu, kecamatan Balocci, kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan. Senantiasa berudara sejuk 18 hingga 22 derajat celcius. Desa ini merupakan titik perlintasan dan persinggahan para pendaki menuju puncak Bulusaraung, gunung tertinggi di kabupaten ini. Menempuhnya, memerlukan perjalanan sekitar satu jam menggunakan kendaraan roda dua atau empat. Medan menanjak dan berkelok menjadi tantangan yang perlu dilalui. Di sepanjang jalur itu, yang dijumpai hanyalah kesunyian hutan. Rumah warga yang berada di luar pusat desa baru bisa dijumpai sekitar 3 Km sebelum memasuki pintu gerbang. Sebagai mahasiswa yang ditempatkan di sana guna menjalani masa Kuliah Kerja Lapangan Profesi (KKLP) selama dua bulan di tahun 2012 silam. Tentulah cukup waktu mendalami aktivitas warga yang mayoritas petani, juga melihat praktik tradisi turun temurun yang terus dilanjutkan. Di antaranya, sepasang pengantin diwajibkan menanam pohon sebagai bukti keseriusan menyiapkan kelahiran. Filosofinya, ketika anakanak mereka besar nantinya, pohon yang ditanam itu juga sudah besar dan kayunya bisa digunakan membangun rumah. Walau desa ini tersembunyi di balik gunung dan hutan, menanam pohon sepertinya tak pernah surut. Bahkan sebelum adanya kelompok tani yang menjadi paguyuban bersama untuk menyiapkan benih pohon, mereka juga tak mengerti propaganda pemerintah menyangkut penghijauan. Jauh sebelumnya, sudah sejak nenek moyang mereka, kegiatan menanam pohon sudah dilakukan dan memang menjadi kebutuhan. Setiap rumah tangga dipastikan memiliki hutan keluarga, di mana mereka memperoleh kayu membangun rumah bagi keturunan yang sudah berkeluarga dan keperluan perapian (kayu bakar). Dengan cara itulah, warga desa menyiapkan bahan baku pemukiman. Aturan penebangan pohon pun sudah tersepakati di masing-masing benak warga. Bahwa, hanya pohon yang benar-benar sudah l aya k ya n g p e r l u d i te ba n g . Me n a n a m penggantinya pun sudah harus dilakukan sekitar tiga atau empat bulan sebelum pohon tersebut ditebang.
D
37
BaKTINews
Desa di Balik Gunung Itu No. 117 September - Oktober 2015
1. Kelompok tani, siswa dan KPA terlibat dalam penanaman. 2. Instalasi biogas milik misbah
Foto Dok. F Daus AR
Masukan yang saya terima ketika memaparkan program KKLP, warga mengharapkan menyusun agenda penghijauan. Usulan ini bersambut baik, karena sejalan dengan program sekolah dasar dan menengah dalam satu atap yang sudah mencanangkan program ini sebelumnya. Menyangkut 1 bibit, kelompok tani telah menyiapkannya. Jadi sisa pelaksanaan saja. Di hari kegiatan, sejumlah 2 kelompok pecinta alam (KPA) yang melakukan pendakian ke Bulusaraung juga melibatkan diri. Jadi, terjadi pertemuan misi yang hari itu bisa langsung dilaksanakan. Di luar kegiatan formal seperti itu, warga secara mandiri telah melakukannya hampir saban hari. Naja, salah satu pemuda, telah menanam hampir 50 batang pohon sengong di hutan keluarga. Dilakukan setiap kali ia ke kebun. Di antara pohon yang ditanamnya itu, ada yang sudah menjulang, walau ada juga yang mati terinjak ternak. Berdasarkan nomenklatur desa, Tompobulu resmi terbentuk di tahun 1964. Di tahun itu pula, desa ini telah menggelar pemilihan langsung kepala desa yang di masanya tidak pernah terjadi di desa yang lain. Lokasinya yang jauh dari pusat pemerintahan daerah kabupaten Pangkep. Menjadikan desa ini selalu telat tersentuh pembangunan. Pembangunan jalan, misalnya, barulah dirintis di tahun 2002. Tetapi sebelumnya, gotong royong warga memantik terbentuknya rintisan jalan. Di desa ini pula, satu-satunya di Pangkep terdapat instalasi biogas yang memanfaatkan tahi sapi sebagai sumber energi listrik bagi 70 kepala keluarga di salah satu dusun yang jauh dari pusat desa. Di dusun yang lain, Pak Misbah menggunakan biogas sebagai sumber perapian. Sehingga tak perlu lagi membeli tabung gas yang memang jarang masuk di desa. Program ini bermula atas prakarsa Sekolah Rakyat Payo-Payo (SRP), LSM dalam naungan
Foto: Yayasan BaKTI/Leonardy Sambo
BaKTINews
Ininnawa. Metode kerja LSM ini tidaklah bertindak layaknya pemadam kebakaran yang datang memadamkan masalah. Terbentuknya instalasi biogas digagas atas partisipasi warga. Idenya dimulai dari Najamuddin yang mengikuti pelatihan pengelolaan energi alternatif di Solo, Jawa Tengah tahun 2008. Sepulangnya, bersama warga yang lain mulai menggagas pembangunan instalasi. K i sa h i n i d i t ut u r ka n S u p r i ad i , wa rga Tompobulu yang juga anggota SRP. Di waktu luang usai mengajar anak TPA di masjid, saya menghampirinya berdialog, menanyakan pelbagai hal menyangkut kegiatan SRP. Selanjutnya, ia runut menjelaskan program, riwayat, serta kegiatan bertani organik yang sedang dijalankan oleh anggota. Kegiatan bertani di Tompobulu sebelum adanya pengorganisasian yang dilakukan SRP, semuanya melakoni gaya bertani sebagaimana lazimnya. Penggunaan pupuk organik yang membuat biaya produksi membengkak dengan risiko merusak kualitas tanah. Melalui program bertani yang dikembangkan di SRP itulah, anggotanya beralih ke model menanam SRI (System of Rice Intensification) dan memproduksi pupuk organik sendiri. Perlahan, biaya produksi dapat dipangkas dan petani lebih memahami dalam memuliakan alam. Pasalnya, pertanian yang digalakkan tidak merusak keberlangsungan ekosistem. Boleh jadi, apa yang tengah dilakukan oleh masyarakat Tompobulu ini melalui tradisi turun temurun menghormati alam maupun gerakan p e r t a n i a n d i S R P m e n jad i m e ny u m b a n g pertumbuhan konservasi alam. Aktivitas yang dijalankan merupakan dorongan agar bumi tetap lestari. Memberi jaminan keberlangsungan alam sebagai kesatuan kosmologis. Di titik itu, aktivitas manusia melebur ke dalam jiwa alam. Sudut pandang demikian memaknai segala yang berjejak di bumi adalah makhluk hidup yang memiliki keterkaitan. Saya yakin, di titik bumi yang lain, perilaku serupa ada di kehidupan masyarakat. Selayaknyalah dijadikan panutan dan kompas guna menetapkan resolusi kehidupan berspektif hijau.
INFORMASI LEBIH LANJUT Penulis bergiat di Komite Komunitas Demokrasi Pangkep, Sulawesi Selatan dan dapat dihubungi melalui email dausfi
[email protected]
No. 117 September - Oktober 2015
38
Update batukarinfo.com Referensi Food Outlook May 2015 Food Outlook is published by the Trade and Market Division of FAO under Global Information a n d E a r l y Wa r n i ng Sy s te m ( G I E WS ) . I t i s a b i a n n u a l publication focusing on developments affecting global food and feed markets. Each report provides comprehensive assessments and short term forecasts for production, utilization, trade, stocks and prices on a commodity by commodity basis and includes feature articles on topical issues. Food Outlook maintains a close synergy with another major GIEWS publication, Crop Prospects and Food Situation, especially with regard to the coverage of cereals. http://www.batukarinfo.com/referensi/foodoutlook-may-2015
Dokumentasi Best Practice Kota Kota 2015 Buku Dokumentasi Best Practice Kota-Kota di Indonesia Tahun 2015 (Jilid 10) ini, menghadirkan berbagai tema praktik terbaik kota dalam mewujudkan pelayanan inovatif terhadap masyarakat. Edisi kali ini meliputi program dari berbagai bidang. Kami dari tim penulis menyadari masih terdapat berbagai kekurangan dalam proses penyusunan buku jilid 10 ini, untuk itu kami selalu terbuka untuk menerima masukan, saran dan kritik sebagai perbaikan untuk program ke depan. Kami mengucapkan terima ksih kepada Pemerintah Kota Metro, Kota Pekalongan, Kota Kendari, Kota Tarakan, Kota Surabaya, Kota Surakarta dan seluruh pihak lain atas segala dukungan dan kerjasama dalam proses penyusunan buku ini. http://www.batukarinfo.com/referensi/dokum entasi-best-practice-kota-kota-2015
Artikel
39
Dirjen : Pembangunan infrastruktur Sail Tomini tepat waktu
Pemerintah Yamagata Jepang tertarik kembangkan padi Papua
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Andreas Suhono optimistis dapat menyelesaikan pembangunan beragam infrastruktur pendukung Sail Tomini 2015 tepat waktu. "Kesiapan infrastruktur pendukung Sail Tomini ini dapat dipastikan sudah hampir selesai, kurang lebih 90 persen," kata Andreas Suhono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa. Dia memaparkan, infrastruktur bidang Cipta Karya untuk mendukung Sail Tomini antara lain berupa Pe l at a ra n U p a c a ra P u n c a k S a i l To m i n i d a n infrastruktur dasar permukiman. Sedangkan infrastruktur dasar pemukiman, lanjutnya, antara lain prasarana air limbah kawasan khusus, prasarana sanitasi terpadu, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal melalui program Sanitasi Berbasis masyarakat (SANIMAS). Kemudian, prasarana persampahan, Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST), sistem drainase primer kawasan khusus, dan S i s te m Pe nye d i a a n A i r M i n u m (S PA M ) . http://www.batukarinfo.com/news/dirjenpembangunan-infrastruktur-sail-tomini-tepatwaktu
Asisten Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Papua Elia Loupatty, di Jayapura, Senin, mengatakan penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Yamagata untuk mencari bibit unggul tanaman padi. "Jadi tim dari Pemerintah Yamagata ini akan berada beberapa hari di Provinsi Papua untuk mengembangkan padi, lalu kembali ke Jepang guna membicarakan rencana kerja sama dengan kami," katanya. Menurut Elia, Papua memiliki lahan yang luas untuk mengembangkan padi ini sehingga dalam proses pengembangannya diharapkan dapat d i l a k u k a n d i w i l ay a h B u m i C e n d e raw a s i h . http://www.batukarinfo.com/news/pemerintah -yamagata-jepang-tertarik-kembangkan-padipapua
BaKTINews
No. 114 Juni - Juli 2015
Kegiatan di BaKTI 10 Agustus 2015
Pertemuan Monitoring dan Evaluasi LKB-SUFA
K
omisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Makassar mengadakan pertemuan koordinasi pelaksanaan Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) - Strategic Use of Antiretroviral (SUFA). Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kendala-kendala dalam pelaksanaan LKB-SUFA serta mengevaluasi capaian yang dilakukan oleh Koalisi LSM Kota Makassar dengan harapan kegiatan ini dapat meningkatkan mutu layanan LKB yang ada sehingga cakupan komunitas yang mengakses layanan ini jugameningkat. Sebanyak 42 peserta hadir dalam pertemuan ini berasal dari LSM/CSO dan KPA Kota Makassar.
21 Agustus 2015 Inspirasi BaKTI “Sekolah Lapang Agroforestri”
B
aKTI bekerjasama dengan AgFor Sulawesi menggelar Diskusi Inspirasi BaKTI yang mengangkat topik “Sekolah Lapang Agroforestri”, bertempat di ruang pertemuan BaKTI Makassar. Hadir sebagai pembicara Endri Martini (Penyuluh dari ICRAF), Israk (Peserta Sekolah Lapang/petani penyuluh) dan Ramli (Peserta Sekolah Lapang/petani penyuluh). Endri Martini dalam presentasinya mengatakan bahwa sekolah lapang ini adalah wadah pembelajaran
BaKTINews
bagi dan antar petani di tingkat desa agar petani bisa mengakses bibit unggul, mengelola kebun dengan baik dan menerapkan teknologi pertanian baru. Sekolah ini tidak hanya focus pada penyebaran informasi tapi memiliki efek domino sehingga penerima manfaat bisa lebih banyak. Diskusi ini dihadiri oleh sekitar 60 peserta berasal dari kalangan pemerintah daerah, NGO/CSO di M a ka ssa r, m e d i a , a kad e m i s i , p ro g ra m mitrainternasional dan swasta.
Ruang pertemuan di BaKTI untuk berbagai kegiatan organisasi Anda. Hubungi kami melalui email
[email protected] atau telepon 0411-833383/832228
40
InfoBuku Meramu Otonomi Awards; Panduan Rinci Tahap Demi Tahap PENERBIT : Kinerja bekerjsama dengan USAID dan JPIP Buku ini menceritakan bagaimana langkah-langkah JPIP membuat dan menjaga ukuran penilaian kepada para Bupati dan Walikota yang apresiatif. Mulai langkah-langkah prosedural, dari membuat lembaga penilai hingga awarding, sampai dengan perkara kecilkecil tapi vital.
Prosiding Pelatihan Knowledge Management System PENULIS Komnas Perempuan ISBN 978-979-26-7596-2 Pengelolaan pengetahuan berkaitan dengan seluruh aspek dalam mengorganisasikan atau mengolah pengetahuan termasuk menciptakan pengetahuan, mendokumentasikan, mengkodefikasi, membagi (transfer dan sharing) dengan mempromosikan inovasi, pembelajaran, efektivitas dan profitabilitas yang bisa diperoleh. Melalui buku ini knowledge management sistem dijelaskan dalam bentuk pelatihan yang terbadi dalam dua bagian yakni pelatihan bagi mitra komnas perempuan dan internal komnas perempuan sendiri.
Instrumen Gender Internasional; Jurnal Perempuan PENULIS Jurnal Perempuan Dalam edisi ini, Jurnal Perempuan hendak mengulas aspek-aspek payung hukum dalam bentuk aturan perundang-undangan yang disusun dan ditetapkan pemerintah indonesia sebagai turunan dari Kovenan Internasional seperti diantaranya undang-undang perlindungan anak, Inpres No. 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dan 10 aturan lainnya yang sudah ditetapkan.
Kinerja Oronomi Khusus Papua dan Papua Barat Tahun 2013 PENULIS Direktorat Jenderal Otonomi Daerah dan Kemitraan Hasil evaluasi Pelaksanaan Otonomi Khusus di Papua 2013 yang terangkum dalam buku ini lebih dititik beratkan untuk melihat efektifitas keterpemerintahan bagi pencapaian impact akselerasi pembangunan dan afirmasi OAP (governability for impacts). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan seperti regulasi atau peraturan perundang undangan yang belum saling mendukung dan beberapa masalah lainnya.
Terimakasih kami ucapkan atas sumbangan buku dari Kinerja USAID Buku tersebut dapat dibaca di Galeri Perpustakaan BaKTI