ANALYSIS OF LEADING SECTOR IN ECONOMIC STRUCTURE OF PROVINCIAL MALUKU 2007 (MODEL ANALYSIS OF INPUT OUTPUT) Rio Riswandi Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: backward linkages, forward linkages and leading sectors ABSTRACTION In the era of globalization and free trade, Indonesia is expected to be ready to compete with other countries. To be able to compete with other countries, before Indonesia must establish in advance the economy have been crippled due to a prolonged multi-dimensional crisis. Strong economic fundamentals can be done by increasing economic development. One of the foundations of analysis used for planning and evaluation needs of economic development is the result of InputOutput Table (Table IO). The purpose of this study is to analyze what sectors to be the leading sectors in Maluku Province and its role in the economy Maluku Province. The method used in this research analysis model Input-Output (IO analysis), using some analysis by an analysis of the creation of economic output, the analysis of Gross Value Added (GVA), index analysis, backward and forward linkages. The data used is the IO table of Maluku Province in 2007 with 60 sectors of the classification obtained from the Central Statistics Agency, Maluku Province. From the results of data analysis shows that the leading sectors ranked according to the ranking of output and value added of wholesale and retail traders. While having the highest spreading power is the industrial sector of cloth goods from timber and other forest products. Sector has the highest sensitivity index value of the retail sector wholesalers. While the sector in Maluku Province there is only one of the leading sectors of the plywood industry
ABSTRAKSI Dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk siap bersaing dengan negara-negara lain. Agar dapat bersaing dengan negara-negara lain, sebelumnya Indonesia harus memantapkan terlebih dahulu perekonomian yang digoncang akibat krisis multidimensi yang berkepanjangan. Fundamental perekonomian yang kuat dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pembangunan ekonomi. Salah satu landasan analisis yang digunakan untuk kebutuhan perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan ekonomi yaitu Tabel InputOutput (Tabel I-O). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Maluku dan peranannya dalam perekonomian nasioanal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Analisis Input-Output (Analisis I-O), dengan menggunakan beberapa analisis yaitu analisis penciptaan output perekonomian, analisis Nilai Tambah Bruto (NTB),analisis indeks keterkaitan kebelakang dan ke depan. Data yang digunakan yaitu tabel I-O Provinsi Maluku tahun 2007 dengan klasifikasi 60 sektor yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa menjadi sektor unggulan menurut peringkat output dan peringkat nilai tambah yaitu pedagang besar dan eceran. Sedangkan memiliki daya penyebaran tertinggi adalah sektor industry barang kain dari kayu dan hasil hutan lainnya. Sektor yang mempunyai nilai indeks kepekaan tertinggi yaitu sektor pedagang besar eceran. Sedangkan yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Maluku terdapat hanya satu sektor unggulan yaitu industri kayu lapis. Kata Kunci : backward linkage, forward linkage dan leading sectors PENDAHULUAN Dengan memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas (Free Trade), Indonesia diharuskan untuk siap bersaing dengan negara lain terutama dalam sektor perekonomuan. Agar dapat memiliki daya bersaing dengan negara-negara lain, Indonesia harus dituntut untuk dapat memantapkan terlebih dahulu perekonomian yang digoncang akibat krisis multidimensi yang berkepanjangan. Dengan dasar fundamental perekonomian yang kuat, maka pemerintah dapat memiliki struktur perekonomian yang kompeten dan stabil terhadap perekonomian global untuk menghadapi era globalisasi. Fundamental perekonomian yang kuat dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pembangunan ekonomi. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan kehidupan yang lebih baik melalui upaya yang terencana sehingga perubahan itu dapat terlaksana. Menurut para ahli ekonomi pembangunan ekonomi secara nasional bukan hanya meliputi perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi secara nasional tidak bisa terlepas dari pembangunan ekonomi secara regional. Pada hakekatnya pembangunan regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang sesuai dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional tersebut, serta harus tunduk pada peraturan tertentu. Pada kenyataannya pembangunan ekonomi Indonesia secara regional hanya berpusat pada Indonesia bagian barat saja khususnya pada daerah ibu kota DKI Jakarta sebagai pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun pada hakikatnya pembangunan regional suatu negara idealnya harus dilakukan oleh semua wilayah-wilayah regional, sehingga dapat menghasilkan suatu struktur perekonomian negara Indonesia yang kompeten dan stabil yang dapat bersaing dalam era glebalisasi.
Selain wilayah bagian barat, wilayah bagian timur Indonesia merupakan salah satu wilayah regional yang mempunya potensi tinggi terutama dari sumber daya alam yang dimiliki baik dari segi hutan, kelautan, dan kekayaan alam lainnya. Salah satu regional Indonesia bagian timur adalah Provinsi Maluku yang mempunyai kekayaan sumber daya alam dan masa kejayaan sebelum krisis multidimensi yang melanda Indonesia. Selain itu Provinsi Maluku juga mempunyai kontribusi yang signifikan dalam perannya membangun struktur perekonomian Indonesia. Sehingga saat ini Provinsi Maluku merupakan salah satu kategori save our nation yang dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam mengembalikan kejayaan Provinsi Maluku yang dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Konsep kawasan sebagai suatu pendekatan kebijakan baru dalam pembangunan daerah telah semakin luas digunakan di beragai negara baik negara maju maupun negara berkembang, terutama dikaitkan dengan kesiapan suatu kawasan meningkatkan daya saingnya dalam menghadapi kawanisasi dan globalisasi. Kawasan secara signifikan mampu untuk meningkatkan kemampuan ekonomi daerah untuk membangun kekayaan masyarakat. Kawasan juga mampu bertindak sebagai pendorong inovasi, dimana keberadaan unsur-unsur dalam kawasan diperlukan untuk mengubah gagasan menjadi kekayaan. Kawasan unggulan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian kawasan (primer mover) yang memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan dan memiliki keterkaitan dengan kawasan sekitar. Penetapan suatu daerah menjadi suatu kawasan unggulan karena diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan suatu daerah. Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Aswandi dan Kuncoro (2002) mengatakan bahwa keterkaitan perekonomian kawasan unggulan dengan daerah sekitar sebagai salah satu kriteria penetapannya relevan dengan konsep spesialisasi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis mengambil masalah “ Analisis Sektor Unggulan Dalam Struktur Perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 (Model Analisis Input Output) ” Pemanfaatan sektor-sektor yang dimiliki daerah yang dikelola secara sinergi dapat berperan dalam meningkatkan struktur perekonomian daerah. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan permasalahan adalah a. Berapa kontribusi sektor produksi dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 ? b. Seberapa besar keterkaitan antar sektor kegiatan ekonomi dalam perekonomian Provinsi Maluku tahun 2007 ? c. Sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku tahun 2007 ? Dengan penelitian ini, maka penulis membatasi beberapa masalah. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai sektor apa saja yang menjadi unggulan Provinsi Maluku. Namun perlu kita ketahui bahwa pembuatan dan publikasi Tabel Input Output tidak mempunyai periode tertentu dan Tabel Input output Provinsi Maluku tahun 2007 adalah kurun waktu terdekat sehingga penulis membatasi penelitiannya yaitu pada Tabel Input Output Provinsi
Maluku Tahun 2007. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian dalalam menganalisis dan membandingkan sektor unggulan dalam perekonomian Provinsi Maluku tahun 2007 yaitu a. Untuk mengetahui berapa kontribusi sektor produksi dalam struktur perekonomian Provinsi Maluku Tahun 2007 b. Untuk menghitung tingkat keterkaitan antara berbagai sektor kegiatan ekonomi guna memperoleh gambaran mengenai kontribusi suatu sektor terhadap perekonomian secara keseluruhan c. Untuk mengetahui sektor-sekor unggulan dalam perekonomian Provinsi Maluku. Dengan dilakukannya penelitian mengenai analisis sektor unggulan dalam struktur perekonomian Maluku peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam menambah pengetahuan dan wawasan tentang sektor unggulan provinsi Maluku dengan menggunakan model analisis Input Output. Adapun manfaat praktis yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai masukan dan bahan perbandingan bagi pembuat kebijaksanaan dalam menyusun strategi pembangunan Provinsi Maluku serta penelitian ini diharapkan mampu menyediakan data bagi penelitian selanjutnya. TELAAH PUSTAKA Pengertian Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan konsep yang meliputi pengertian yang lebih luas dari konsep pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya pembangunan ekonomi merupakan usaha untuk mengubah suatu perekonomian yang kurang maju, sangat tradisional dan berpendapata rendah menjadi suatu perekonomian yang modern yag mencapai taraf kemakmuran yang tinggi. Pembangunan ekonomi hanya akan tercapai apabila pendapatan perkapita masyarakat terus menerus bertambah pada tingkat yang cukup cepat. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (Value added ) yang terjadi. Menurut Boediono (1985:1), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu harus lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Pengertian Analisis Input-Output Analisis input-output adalah suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat dilihat. Selain itu, analisis ini juga terkait dengan tingkat kemakmuran masyarakat di wilayah tersebut melalui input primer (nilai tambah). Pengertian Tabel Input-Output Input-Output adalah suatu uraian statistik dalam bentuk matriks baris dan kolom yang menggambarkan transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya. Besarnya ketergantungan suatu sektor tertentu terhadap sektor yang lain ditentukan oleh input yang digunakan dalam proses produksi maupun besarnya output yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan
antara dan permintaan akhir. Dengan demikian pengembangan suatu sektor tidak akan tercapai apabila tidak di dukung oleh sektor lain. Sebagai uraian statistik yang berkaitan dengan masukan dan keluaran sektor-sektor ekonomi, Tabel InputOutput dapat memberi gambaran tentang struktur perekonomian yang mencakup struktur input, struktur output dan nilai tambah, struktur penyediaan barang dan jasa, permintaan, ekspor, dan impor dari setiap sektor. METODE PENELITIAN Data / Variabel Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari secara tidak langsung dari objek penelitian tetapi data tersebut diperoleh melalui sumber lain, seperti buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang digunakan yaitu Tabel Input Output Provinsi Maluku Tahun 2007 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik . Alat Analisis Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang Besaran BLj dapat mempunyai nilai sama dengan 1, lebih besar 1atau lebih kecil 1. Bila BLj = 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata penyebaran seluruh sektor ekonomi. Bila BLj > 1 hal tersebut berarti daya penyebaran sektor j berada di atas ratarata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila BLj < 1 hal tersebut berarti bahwa daya penyebaran sektor j lebih rendah dari rata –rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan Nilai FLi dapat bernilai sama dengan 1, lebih besar 1 atau lebih kecil 1. Bila FLi = 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor I sama dengan ratarata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Bila FLi > 1 hal tersebut berarti derajat kepekaan sektor i lebih tinggi dari derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya, bila FLi < 1 hal tersebut berarti bahwa derajat kepekaan sektor i dibawah rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Analisis Sektor Unggulan Berdasarkan daya penyebaran dan derajat kepekaan, sektor-sektor produksi pada perekonomian : a. Kelompok I (K I) adalah sektor yang mempunyai derajat kepekaan dan daya penyebaran yang tinggi (di atas rata-rata) b. Kelompok II (K II) adalah sektor yang mempunyai derajat kepekaan yang tinggi (di atas rata-rata) namun daya penyebarannya rendah (di bawah rata-rata) c. Kelompok III (K III) adalah sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi ( di atas rata-rata) namun derajat kepekaannya rendah (di bawah rata-rata) ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Struktur Permintaan dan Penawaran Pada tahun 2007, permintaan barang dan jasa di Provinsi Maluku mencapai 9,09 triliun rupiah. Dari total permintaan tersebut sebagian besar (59,87%) merupakan permintaan oleh konsumen akhir domestik dan sebesar 1,79 triliun rupiah atau sebesar 19,67% untuk memenuhi permintaan oleh konsumen luar
wilayah Provinsi Maluku atau di ekspor, sisanya sebesar 1,86 triliun rupiah atau sebesar 20,46% merupakan permintaan oleh sektor-sektor produksi untuk kebutuhan kegiatan produksi di provinsi Maluku. Untuk memenuhi permintaan barang dan jasa tersebut, Provinsi Maluku memenuhi produksi domestik sebesar 7,36 triliun rupiah atau sebesar 80,91%, sedangkan sisanya 19,09% harus diimpor dari luar wilayah Provinsi Maluku. Pengamatan terhadap struktur permintaan dan penawaran untuk setiap sektornya, memperlihatkan bahwa kelompok sektor pertanian dari sisi penawaranya yang berjumlah 2,36 triliun rupiah sebesar 96,87% mampu disediakan dari produksi domestik, dan hanya sebesar 3,13% lainnya berasal dari luar wilayah. Dari jumlah penawaran tersebut sebagian kecil (14,90%) dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara, 43,73% untuk konsumsi domestik, dan sisanya sebesar 41,37% untuk ekspor. Dari komposisi penawarannya dapat dikatakan bahwa untuk produk-produk pertanian ketergantungan Provinsi Maluku. Sedangkan dari komposisi permintaannya, produksi hasil pertanian di Maluku secara hampir merata dialokasikan untuk memenuhi konsumsi domestik dan ekspor, hanya sebagian kecil yang diproses lebih lanjut untuk kegiatan produksi. Sektor pertanian yang dominan di Provinsi Maluku adalah sektor perikanan, dimana sektor ini sebagian besar permintaannya digunakan untuk konsumsi domestik dan hanya sebagian kecil saja yang digunakan sebagai input industri makanan. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan produksi di Provinsi Maluku hanya menggunakan sedikit bahan baku dari sektor pertanian (kurang dari 15%), sebagian besar permintaannya untuk memenuhi permintaan dari luar Provinsi Maluku. Pada sektor pertambangan dan penggalian, penawaran yang ada sebesar 0,54 triliun rupiah mampu disediakan/diproduksi seluruhnya di domestik. Dari jumlah penawaran yang ada, sebesar 0,15 triliun rupiah atau sebesar 29,11% dialokasikan untuk memenuhi kegiatan-kegiatan produksi di Provinsi Maluku dan 39,15% untuk memenuhi kebutuhan domestik dan sisanya 31,47% untuk memenuhi permintaan dari luar Probinsi Maluku atau di ekspor. Pada sektor industri Jumlah barang-barang hasil industri yang diminta dalam perekonomian Maluku mencapai 2,34 triliun rupiah. Dari jumlah tersebut, untuk memenuhi permintaan di sektor-sektor produksi mencapai 0,76 triliun rupiah (32,61%), konsumsi domestik sebesar 1,21 triliun rupiah (51,90%) dan ekspor sebesar 0,36 triliun rupiah (15,49%). Untuk memenuhi permintaan tersebut, sebesar 67,86% barang dan jasa harus didatangkan dari luar wilayah Provinsi Maluku dan sisanya sebesar 32,14% yang diproduksi di Maluku. Besarnya nilai impor tersebut memberikan indikasi bahwa sektor industri pengolahan di Maluku mempunyai ketergantungan terhadap wilayah lain cukup tinggi. Struktur Output Tabel :Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Output Provinsi Maluku 2007 No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta Rp) Kontribusi (%) 1 44 Perdagangan Besar dan Eceran 1.589.164,31 21,65
2 21 Perikanan 1.167.712,21 15,91 3 56 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 937.168,35 12,77 4 43 Bangunan 251.135,71 3,42 5 48 Angkutan Air 237.998,90 3,24 6 34 Industri Penggerajinan Kayu 228.269,00 3,11 7 49 Angkutan Udara 219.686,71 2,99 8 13 Cengkih 214.140,67 2,92 9 47 Angkutan Darat 205.383,70 2,8 10 54 Sewa Bangunan 205.138,21 2,79 Lainnya 2.085.749,31 28,41 Jumlah 7.341.548,07 100
Sumber : Tabel Input Output Maluku 2007, Olahan Struktur Nilai Tambah Bruto Tabel : Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah Bruto Provinsi Maluku 2007 No Kode Uraian Sektor Nilai (Juta Rp) Kontribusi (%) 1 44 Perdagangan Besar dan Eceran 1.239.452,93 22,54 2 21 Perikanan 902.203,78 16,4 3 56 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 835.498,80 15,19 4 3 Ubi Kayu 181.755,56 3,3 5 13 Cengkih 170.269,63 3,1 6 54 Sewa Bangunan 161.294,14 2,93 7 47 Angkutan Darat 153.110,52 2,78 8 48 Angkutan Air 143.136,27 2,6 9 49 Angkutan Udara 141.395,21 2,57 10 12 Kelapa 137.255,43 2,5 Lainnya 1.434.659,93 26,08 Jumlah 5.500.032,21 100
Sumber : Tabel Input Output Maluku 2007, Olahan Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang (Backward Lingkages) Tabel : Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Analisis Indeks Keterkaitan Ke Belakang No Kode Uraian Sektor Keterkaitan Ke Belakang 1 35 Industri Barang Kain dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1,4616 2 33 Industri Kayu Lapis 1,3429 3 43 Bangunan 1,3179 4 36 Industri Kerang-Kerangan 1,2939 5 34 Industri Pengerajinan Kayu 1,2906 6 27 Industri Minyak Hewan dan Nabati 1,2585 7 25 Industri Penggilingan Padi 1,2402 8 31 Industri Kain Tenun 1,2335 9 30 Indutri Makanan dan Minuman Lainnya 1,1881 10 28 Industri Biskuit dan Sejenisnya 1,1806
Sumber : Tabel Input Output Maluku 2007, Olahan Analisis Indeks Keterkaitan Ke Depan (Forward Lingkages) Tabel : Sepuluh Sektor Terbesar Menurut Analisis Indeks Keterkaitan
Ke Depan No Kode Uraian Sektor Keterkaitan Ke Depan 1 44 Pedagang Besar Eceran 3,4478 2 19 Kayu Gelondongan 1,4468 3 22 Pertambangan 1,3230 4 12 Kelapa 1,3138 5 33 Industri Kayu Lapis 1,3007 6 1 Padi 1,2630 7 43 Bangunan 1,2550 8 49 Angkutan Udara 1,1428 9 47 Angkutan Darat 1,1383 10 38 Industri Pupuk Kimia dan Barang dari Karet 1,1314
Sumber : Tabel Input Output Maluku 2007, Olahan Analisis Sektor Unggulan a. Industri Kayu Lapis Industri Kayu Lapis mempunyai daya penyebaran (keterkaitan kebelakang) tertinggi yaitu 1,3429 hal ini menunjukan bahwa kenaikan 1 unit output sektor tersebut akan menyebabkan naiknya output sektor-sektor lainnya (termasuk sektornya sendiri) secara keseluruhan, artinya jika dilihat dari kenaikan output berdasarkan keterkaitan kebelakang industry kayu lapis juga ikut meningkatkan output sektor produksi lainnya yang cukup signifikan diantaranya adalah sektor ubi kayu, sektor kayu gelondongan, industri pengilangan minyak bumi, industri kayu lapis, industri penggergajian kayu, pedagang pasar eceran, restoran, angkutan air dan angkutan udara. Selanjutnya sektor industri kayu lapis mempunyai nilai derajat kepekaan (keterkaitan keedepan) sebesar 1,3007 , hal ini menunjukan bahwa kenaikan 1 unit output sektor tersebut dipengaruhi oleh naiknya output sektor lainnya yang cukup signifikan (termasuk sektornya sendiri) secara keseluruhan adapun sektor-sektor yang ikut terkait deng nilai keterkaitan kedepan dari sektor industri kayu lapis adalah ubi kayu, industri kayu tenun, industri kayu tenun, barang dari kulit dan alas kaki, indutri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya, industry kertas dan barang cetakan, listrik, air besih, bangunan dan sewa bangunan. Dilihat dari model interaksi lintas sektor proses pembangunan negara Indonesia dalam produksi outputnya, masing-masing sektor membutuhkan input dari sektor lain. Sektor industri kayu lapis untuk menghasilkan outputnya, sektor ini membutuhkan input antara sebesar Rp. 99.761 juta. Dengan nilai output sebesar Rp. 198.373 juta. Yang didapat dari Tabel Input Output Transaksi Domestik Atas Harga Produsen pada kolom sektor 33 (Industri Kayu Lapis) dan pada kode baris 190 (Input Antara) dan kolom 600 (Jumlah Output) terlampir pada tabel hal (I). Dengan demikian sektor industri kayu lapis menghasilkan selisish sebesar Rp. 98.612 juta, sehingga selisih tersebut adalah surplus produksi dari input antara dan output yang dihasilkan. Hal ini menunjukan bahwa sektor industri kayu lapis secara ekonomi telah melewati titik impas dari input antara sebesar Rp. 99.761 juta. Jadi sektor industri kayu lapis selain menjadi sektor unggulan Provinsi Maluku juga menjadi sektor produksi yang baik dengan nilai ekonomi tinggi yang dapat meningkatkan sektor-sektor lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan struktur permintaan dan penawaran terlihat bahwa untuk memenuhi kebutuhan perekonomian Maluku, baik untuk memenuhi kebutuhan di sektor-sektor ekonomi maupun konsumsi akhir hampir seluruhnya mampu disediaan oleh produksi domestik (80,84%) dan hanya 19,16% yang didatangkan dari wilayah lain. Berdasarkan hasil indeks keterkaitan ke belakang dan indeks keterkaitan ke depan terlihat bahwa sektor unggulan Provinsi Maluku Pada tahun 2007 terlihat bahwa kontribusi terbesar dalam kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya dan hilirnya adalah sektor Industri Kayu Lapis. Dengan nilai keterkaitan hulu sebesar 1,3429 dan keterkaitan hilir sebesar 1,3007 Berdasarkan hasil analisis indeks keterkaitan ke belakang dan ke depan dapat dihasilkan sektor unggulan Provinsi Maluku adalah sektor industri kayu lapis dengan input antara sebesar Rp. 99.761 juta untuk menghasilkan output sebesar Rp. 198.373 juta, didapat selisish Rp. 98.612 juta, sehingga menunjukan bahwa selisish tersebut adalah surplus produksi yang menjadikan industri kayu lapis sebagai industri dengan nilai statistik dan ekonomi yang baik yang dapat meningkatkan sektor-sektor ekonomi lainnya dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku. Saran Maluku adalah provinsi yang terletak di timur Indonesia yang mempunyai banyak kekayaan alam. Provinsi Maluku juga memiliki potensi yang cukup menjanjikan untuk menopang perekonomian nasional. Terutama dari sektor unggulan provinsi tersebut seperti Sektor Industri Kayu Lapis. Disarankan, investasi lebih dikembangkan pada sektor-sektor unggulan tersebut, pemerintah diharapkan untuk memfokuskan terhadap pengembangan keempat sektor tersebut, dengan tidak mengabaikan sektor lainnya. Karena pengembangan terhadap sektorsektor unggulan tersebut akan memacu pertumbuhan ekonomi di sektor-sektor lain dan diharapkan bisa meningkatkan perekonomian nasional di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. Analisis lanjutan Tabel Input-Output DKI Jakarta : Tinjauan Perekonomian. Badan Pusat Statistik : DKI Jakarta. . 2000. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. Badan PusatStatistik: DKI Jakarta. ______ . 2007. Tabel Input Output Provinsi Maluku Tahun 2007 . Badan Pusat Statistik: Indonesia. Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pemba yaran. Bagian Penerbitan STIE YKPN :Yogyakarta. Boediono . 1985. Teori Pertumbuhan Ek onomi. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Desi Novita. 2009. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Sumatera Utara (Pendekatan Analisis I-O). Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Didit Purnomo,. Devi Istiqomah. 2008. Analisis Peranan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan Tahun 2004 (Analisis Input-
Output). Jurnal Ekonomi Pembangunan. BPFE Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Dumairy. 1997 . Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE Yogyakarta.Yogyakarta. _______ . 1997. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta. Euphrasia Susi Suhendra. 2004. Analisis Struktur Sektor Pertanian Indonesia (Analisis Model Input Output). Lembaga Penerbit Universitas Gunadarma. Fatimah Nurhayati Siti. 2002. Analisis Penetuan Spesialisasi Sektor di Kabupaten Boyolali Dalam Menghadapi Implementasi Otonomi Daerah: Masa Krisis Ekonomi 1997-1999. Jurnal Ekonomi Pembangunan. BPFE Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Firmansyah. 2006. Operasi Matrik dan Analisis Input Output (I-O) Untuk Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang Hartono. 2005. Peranan Sektor Jasa Terhadap Perekonomian DKI Jakarta. Jhingan, M.L. 1998. Beberapa Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah . Rajawali Press. Jakarta. Kamaluddin , R. 1987. Beberapa Aspek Pembangunan Nasional dan Pembangunan Daerah . LPFE-UI. Jakarta. Kuncoro, Mudrajad. 2007. Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan Ekonomi. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Made Antara. 2004. Keterkaitan Usaha Kecil Sektor Pariwisata Dengan SektorSektor Ekonomi Lainnya Di Provinsi Bali : Suatu Pendekatan Model Input-Output. BPFEP Universitas Udayana Bali. Bali. Marsuki. 2006. Efektifitas Peran Perbankan Memberdayakan Sektor Ekonomi Unggulan Di Sulawesi Selatan. Miller, Ronald E, dan Peter H. Blair. 1989. Input Output Analysis: Foundation and Extensions, Prentice Hall. New Jersey. Mohammad Abdul Mukhyi. Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa Barat (Pendekatan Analisis IRIO). Universitas Gunadarma. Nazara, Suahasil. 1997. Analisis Input Output. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. .1999. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Setiawan Santoso. 2007. Analisis Peranan Sektor Jasa Perbankan Terhadap Perekonomian Di Jakarta Tahun 2000 (Analisis Input Output). Tambunan, Tulus, 2001. Industri di Negara Berkembang Kami Indonesia. Ghalis. Jaka rta. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta.