Jurnal Biology Science & Education 2014
NUR ALIM NATSIR
ABSTRAK UJI EKSTRAK CABAI RAWIT SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA ULAT TITIK TUMBUH PADA TANAMAN SAWI
Nur Alim Natsir, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon, 085243549813, Email:
[email protected]
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari berbagai konsentrasi yang diujikan terhadap persentase mortalitas dan persentase intensitas kerusakan hama ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan ini terdiri dari kontrol, tanpa ekstrak cabai rawit (C0), 20% ekstrak cabai (C1), 40% estrak cabai (C2), 60% ekstrak cabai (C3), dan 80% ekstrak cabai (C4).Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi C4 (80 %) memberikan pengaruh yang sangat nyata dengan nilai persentase rata-rata tertinggi dibanding perlakuan yang lainnya. Kata kunci: ekstrak cabe rawit, pestisida nabati, hama ulat ABSTRACT CAYENNE EXTRACT TEST AS VEGETABLE PESTICIDES TO CONTROL PEST CATERPILLARS ON PLANTS GROWING POINT OF MUSTARD GREENS This research aims to know the influence of different concentrations of the tested subjects of mortality and percentage percentage point pest damage intensity grows (Crocidolomia binotalis Zell.). The experimental design used in this study was a randomized Complete Design (RAL) with five treatments and three replicates. This treatment consists of control, without the extract of cayenne pepper (C0), 20% extract of chilli (C1), 40% estrak chili (C2), 60% extract (C3), chili and chili extract 80% (C4).Results of the study showed that treatment of the C4 concentrations (80%) gives a very real influence with the highest average percentage compared to other treatments Keywords: extract, cayenne pepper, vegetable pesticides, pest
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 50
Jurnal Biology Science & Education 2014
Organisme
pengganggu
NUR ALIM NATSIR
tanaman
juga sebagai hama yang sangat rakus dan
holtikultura adalah semua jenis organisme
larva terutama memakan daun-daun yang
yang dapat menurunkan atau merusak
masih muda, tetapi juga dapat menyerang
hasil tanaman holtikultura. Organisme
daun yang agak tua kemudian menuju
pengganggu
kebagian titik tumbuh sehingga bagian
tanaman
ini
umumnya
dibedakan menjadi gulma, hama dan
titik
mikroorganisme
yang
pembentukan krop akan terhambat atau
menyebabkan penyakit tanaman. Hama
berhenti. Kerusakan yang ditimbulkan
pada prinsipnya adalah herbivora yang
akan menurunkan hasil sampai 100%.
memangsa tanaman budidaya sehingga
Tanaman sawi dalam stadia pertumbuhan
menyebabkan
atau
sangat rentan terhadap serangan hama,
tanaman
terutama hama perusak daun (Plutella
tersebut. Tidak semua herbivora tergolong
xylostella, dan Crocidolomia binotalis)
hama, karena tidak semua herbivora
(Surachman E & Suryanto AW, 2007).
memangsa
Petani sawi dalam mengendalikan hama
mengurangi
patogenik
penurunan nilai
hasil
estetika
tanaman
budidaya.
Hama
tumbuh
habis,
akibatnya
kadangkala merupakan jenis serangga
Crocidolomia
yang
hanya
menggunakan insektisida yang beraneka
menimbulkan kerusakan yang tidak serius
ragam konsentrasi tinggi serta interval
pada tanaman budidaya, tetapi jika terjadi
penyemprotan yang terlalu dekat sehingga
ledakan
akan
dapat menimbulkan efek residu pestisida
menyebabkan penurunan secara nyata.
yang dapat mengurangi harga saing
Ledakan populasi hama ini dapat terjadi
ekspor. Untung, mengemukakan bahwa
karena keadaan iklim atau kesalahan
dampak negatif yang ditimbulkan akibat
pengelolaan oleh manusia.
penggunaan pestisida yang tidak bijaksana
pada
kondisi
populasinya
normal
baru
binotalis
kebanyakan
Kendala yang sering dihadapi oleh
antara lain adalah terjadinya resistensi
petani adalah keberadaan hama yang
hama, resurgensi hama sasaran dan residu
menyerang tanaman holtikultura pada
pestisida. Ameriana, mengatakan bahwa
tanaman sawi yaitu ulat krop kubis
penggunaan
(Crocidolomia binotalis Zell). Trizelia,
menerus akan merusak lingkungan atau
menyatakan bahwa serangga ini dikenal
agroekosistem.
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
insektisida
Selain
secara
itu
terus
kandungan Page 51
Jurnal Biology Science & Education 2014
pestisida pada sayuran sangat tinggi
selain
sehingga sangat cukup membahayakan
lingkungan, harganya relatif lebih murah
para konsumen, karena itu kesadaran
apabila dibandingkan dengan pestisida
masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran
sintetis/kimia. Berdasarkan studi
yang bebas dari pestisida.
berbagai pustaka, ada beberapa jenis
Crocidolonia binotalis termasuk
dapat
NUR ALIM NATSIR
mengurangi
pencemaran
dari
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu hama utama tanaman sawi,
pestisida
nabati
melalui
teknologi
kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini
sederahana. Jenis-jenis tanaman tersebut
terutama pada daun-daun yang masih
beserta bagiannya antara lain ranting dan
mudah hingga ke titik tumbuh. Selain
daun pacar cina, umbi gadung, akar
tanaman sawi dan selada, hama ini juga
batang dan daun tembakau, biji sirsak,
dapat menyerang tanaman kol, kol bunga,
buah cabai rawit, daun pepaya, dan lain-
lobak dan lain-lain. Peraturan pemerintah
lain.
No 6 tahun 1995 pasal 19 dalam
Secara umum, cabai digunakan
Kasumbogo untung menyatakan bahwa
sebagai bumbu kecuali cabai paprika yang
pengguanaan
dalam
dapat pula digunakan sebagai salad atau
organisme
lalap. Selain sebagai bumbu, buah cabai
pengganggu tanaman (OPT) merupakan
juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
alternatif terakhir dan dampak yang
nabati. Menurut Suyono dkk, buah cabai
ditimbulkan harus di tekan seminimal
kecil
mungkin.
digunakan untuk mengendalikan semut,
rangka
pestisida
sintetis
pengendalian
Indiyani
Melanjutakan
Gothama
dapat
apids dan Sitophilus oryzae dan anti virus.
untuk
Hal ini di akibatkan karena adanya
menggunakan konsep pengendalian hama
kandungan Capsicin dari cabai tersebut.
terpadu
Pada penelitian sebelumnya buah cabai
telah
(PHT)
mengatasi
frutescens)
hal
tersebut
untuk
dan
(Capsicum
dianjurkan
dengan
salah
satu
komponen adalah pengendalian hayati.
rawit
(Capsicum
frutescens)
telah
Salah satu alternatif yang dapat di
digunakan untuk mengendalikan hama
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut
ulat titik tumbuh pada tanaman sawi akan
juga adalah dengan penggunaan pestisida
tetapi belum di ketahui konsentrasi yang
nabati.
efektif untuk digunakan.
Pengguanaan
pestisida
nabati
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 52
Jurnal Biology Science & Education 2014
serangga, tanaman yang dipilih harus
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan tipe eksperimen
NUR ALIM NATSIR
kuantitatif
dengan
tanaman yang sehat. 2. Penyediaan serangga
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Serangga yang akan digunakan
(RAL) untuk menghitung hasil penelitian.
dicari dan dikumpulkan dari tanaman sawi
Penelitian
ini
dilakukan
5
yang telah terserang hama Crocidolomia
perlakuan
dan
3
Sehingga
binotalis. Hama yang digunakan adalah
dengan
ulangan.
diperoleh 15 unit percobaan, setiap unit
hama pada instar II.
percobaan terdiri dari 10 hama ulat titik
3. Pembuatan larutan
tumbuh. Variabel Bebas (X): Konsentrasi
Setelah serangga tersedia, bahan-
ekstrak cabai rawit merupakan variabel
bahan yang telah disiapkan dibuat menjadi
bebas yang dilihat pengaruhnya terhadap
ekstrak.
mortalitas Crocidolomia binotalis dan
a.
Timbanglah buah cabai
intensitas kerusakan daun tanaman sawi.
b.
Buah cabai yang telah ditimbang
Variabel Respon (Y): Mortalitas hama
dicampurkan dengan air 200 ml
Crocidolomia binotalis dan intensitas
kemudian
kerusakan
menggunakan blender
daun
merupakan
variabel
respon yang diamati dan diukur untuk
c.
dihaluskan
dengan
Ekstrak kasar buah cabai (ekstrak
menentukan pengaruh yang disebabkan
stok) yang telah siap kemudian diukur
oleh penggunaan ekstrak buah cabai rawit.
sesuai ukuran dan dibuat menjadi
Adapun
langkah-langkah
yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
penelitian
ini
d.
Larutan konsentrasi yang telah siap kemudian dibiarkan ± 12 jam
1. Penyiapan tanaman Tanaman
larutan konsentrasi
yang adalah
4. Infestasi serangga dipakai
dalam
tanaman
sawi
(Brassica Junceae L.) yang berjumlah 30
Untuk
tanaman
terdekat tersebut,
yang untuk
serangga
ke
tanaman dilakukan saat ekstrak sudah siap 5. Penyemprotan
tanaman. Caranya yaitu dengan mencari lahan-lahan
pelepasan
Setelah serangga diinfestasikan,
terdapat
ekstrak
infestasi
langsung
yang
telah
siap
disemprotkan.
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
digunakan
Penyemprotan Page 53
Jurnal Biology Science & Education 2014
dilakukan dengan volume larutan ekstrak cabai
100
ml
tiap
perlakuan
Kematian
NUR ALIM NATSIR
hama
Crocidolomia
yang
binotalis dicatat setelah ± 5 jam, juga
disemprotkan pada tanaman antara 0,1ml-
dihitung intensitas kerusakan yang di
0,2ml/tanaman.
akibatkan oleh hama tersebut ± 24 jam
6. Pengamatan dilakukan selama kurang
setelah aplikasi dilakukan. Data yang
lebih tiga hari dengan cara mengamati :
diperoleh
kemudian
direkap
dan
konsentrasi
pestisida
dari
a.
Mortalitas serangga
ditentukan
b.
Intensitas kerusakan daun setelah
ekstrak cabai rawit yang paling banyak
aplikasi
menyebabkan kematian dan intensitas
7. Pengambilan data
kerusakan
yang
ditimbulkan.
Prosedur pembuatan Ekstrak Tabel 1 Perlakuan Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit Adalah Sebagai Berikut : Perlakuan Ekstrak kasar buah cabai Volume akhir larutan (gram) (ml) C0 C1 C2 C3 C4
0 gram 20 gram 40 gram 60 gram 80 gram
Adapun
langkah
Detergen yang ditambahkan (gram) 0 grm 5 grm 5 grm 5grm 5grm
100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 100 ml
pembuatan
jumlah ekstrak yang dibutuhkan pada tiap-
larutan konsentrasi pestisida nabati dari
tiap perlakuan (jumlah ekstrak dapat
cabai rawit adalah sebagai berikut:
dilihat dalam tabel)
1. Perlakuan I (C1)
Analisis Data
Dari ekstrak kasar buah cabi rawit
Teknik
analisis melihat
disini
(ekstrak stok) 100 % , diambil 20 gram
ditujukan
kemudian ditambahkan aquades sampai
pengaruh utama dan interaksi faktor
mencapai volume 100 ml. setelah itu
percobaan dengan derajat ketelitian dan
tambahkan dengan 5 gram detergen dan
kepentingan yang setara.
dicampur hingga merata. Larutan tersebut
untuk
data
pengaruh-
Semua data yang diperoleh dari
kemudian dibiarkan ± 12 jam
percobaan harus dianalisis sesuai dengan
2. Larutan siap diaplikasi
yang direncanakan semula hasil-hasilnya
Pada
C4
diinterpretasikan selaras dengan kondisi-
pada
konsdisi percobaan, hipotesis yang diuji,
perlakuan I (C1) tetapi berbeda dalam
dan atas dasar hubungan hasil-hasil ini
caranya
perlakuan
sama
dengan
C2,
C3,
langkah
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 54
Jurnal Biology Science & Education 2014
dengan fakta-fakta yang telah terbukti benar
menurut
Berdasarkan
hasil
penelitian
penelitian.
setelah diuji secara statistik diperoleh
Dalam menganalisis hasil yang diperoleh
bahwa konsentrasi ekstrak cabai rawit
dari penelitian maka rancangan yang
memberikan pengaruh yang sangat nyata
digunakan
Acak
pada persentase mortalitas hama ulat titik
merupakan
tumbuh dan tidak berpengaruh nyata pada
Lengkap
hasil-hasil
NUR ALIM NATSIR
adalah (RAL).
Rancangan RAL
rancangan yang paling sederhana jika dibandingkan
dengan
persentase intensitas kerusakan.
rancangan-
Hasil
pengamatan
rancangan lainnya. Dalam rancangan ini
mortalitas
tidak terdapat lokal kontrol, sehingga
(Crocidolomia
sumber keragaman yang diamati hanya
intensitas kerusakan daun tanaman sawi
perlakuan dan galat saja. Oleh karena itu
pada berbagai konsentrasi ekstrak cabai
RAL umumnya cocok digunakan kondisi
rawit adalah sebagai berikut:
lingkungan, alat, bahan dan medianya
1. Mortalitas Hama Ulat Titik Tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.)
homogen. Kondisi ini hanya dicapai di ruang-ruang
terkontrol
seperti
di
hama
ulat
persentase
titik
binotalis
tumbuh
Zell.)
dan
Persentase mortalitas hama ulat
laboraturium dan di rumah kaca (green
titik
house). Data yang terkumpul dari hasil
disajikan pada Tabel Lampiran 1a dan 1b.
pengukuran
Sidik
dianalisis
dengan
tumbuh
ragam
serta
sidik
ragamnya
menunjukkan
menggunakan uji analisis varian pada taraf
konsentrasi
signifikan 5% jika ada pengaruh maka
memberikan pengaruh yang sangat nyata
dianjurkan dengan uji BNT.
terhadap persentase mortalitas hama ulat
HASIL PENELITIAN
titik
tumbuh
ekstrak
bahwa
pada
cabai
rawit
tanaman
sawi.
Tabel 2. Hasil Uji Beda Nyata rata-rata Persentase Mortalitas Hama Ulat Titik Tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.) Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit. Konsentrasi Rata-rata Persentase Mortalitas Ekstrak Cabai Rawit (%) 0 0a 20 16,6 b 40 26,6 b 60 60 c 80 83,3d BNT 0,05 = 9,78 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT α = 0,05. BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 55
Jurnal Biology Science & Education 2014
NUR ALIM NATSIR
Tabel di atas menunjukan bahwa
tetapi tidak berbeda dengan konsentrasi
konsentrasi ekstrak cabai rawit 80% (C4)
20% (C1) dimana persentase rata-rata
menghasilkan
mortalitas
persentase
rata-rata
yang
dihasilkan
adalah
moratlitas tertinggi (83,3%) dan berbeda
(16,6%). Persentase rata-rata mortalitas
dengan perlakuan lainnya (C0, C1, C2,
terendah terdapat pada perlakuan tanpa
C3) yang menghasilkan persentase rata-
pemberian ekstrak cabai rawit (C0).
rata
2. Intensitas Kerusakan
mortalitas
masing-masing
60%,
26,6%, 16,6%, dan 0%. Konsentrasi ekstrak
cabai
menghasilkan
rawit
60%
persentase
Persentase
daun tanaman sawi serta sidik ragamnya
rata-rata
disajikan pada Tabel Lampiran 2a dan 2b. Sidik
perlakuan
konsentrasi
(C0,
C1,
kerusakan
(C3)
mortalitas (60%) dan berbeda pula dengan lain
intensitas
C2,
C4),
ragam
menunjukan ekstrak
bahwa
cabai
rawit
sedangkan pada konsentrasi 40% (C2)
memberikan pengaruh yang tidak nyata
menghasilkan
terhadap persentase intensitas kerusakan
persentase
rata-rata
mortalitas (26,6%) dan berbeda dengan
daun tanaman sawi.
perlakuan-perlakuan lain (C0, C3, C4) Tabel 3. Data Persentase Rata-rata Intensitas Kerusakan Daun Tanaman Sawi Pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit. Konsentrasi Rata-rata Persentase Intensitas Kerusakan Daun Ekstrak Cabai Rawit (%) Sawi 19,44a 3,7a 1,85a 1,85a 2,77a
0 20 40 60 80 BNT 0,05 = 16,8
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT α = 0,05.
PEMBAHASAN
spesifik) pada suatu populasi. Penyebab
1. Mortalitas Hama Ulat Titik Tumbuh.
kematian
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, karena akibat yang
suatu
individu
umumnya
disebabkan
oleh
beberapa
faktor
diantaranya
faktor
lingkungan
hidup
(habitat).
Hasil
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
analisis
statistik Page 56
Jurnal Biology Science & Education 2014
NUR ALIM NATSIR
memperlihatkan bahwa pengaruh yang
Menurut Suyono dkk (1999), buah
sangat nyata terhadap mortalitas terdapat
cabai rawit (Capsicum frutescens) dapat
pada konsentrasi 80 %, konsentrasi ini
digunakan untuk mengendalikan semut,
merupakan konsentarsi yang mengasilkan
apids dan Sitophilus oryzae dan anti virus.
rata-rata persentase mortalitas tertinggi
Hal
dibanding dengan konsentrasi-konsentrasi
kandungan Capsicin dari cabai tersebut.
lain (60%, 40%, 20%, dan 0%). Hal ini
Pracaya (2010) mengemukakan bahwa
diakibatkan karena kandungan capsicin
buah cabai rawit (Capsicum frutescens L.)
pada konsentarsi 80 % lebih tinggi dari
juga dapat digunakan untuk membasmi
pada kandungan capsicin pada konsentrasi
ulat tritip (Plutella xylostella L.). Dari
60%, 40%, 20%, dan 0%.
hasil persentase mortalitas tertinggi yang
ini
diakibatkan
karena
adanya
Capsicin yaitu zat kimia yang
diperlihatkan oleh perlakuan C4 (80 %)
menimbulkan rasa pedas yang ada dalam
menunjukan bahwa dosis pada perlakuan
tumbuh-tumbuhan seperti cabai. Rasa
yang digunakan sudah tepat. Hal ini dapat
pedas
dlihat dari persentase mortalitas yang
ini
muncul
karena
capsicin
menciptakan isyarat yang sama bagi otak
diperlihatakan
seperti saat kulit terkena panas. Capsicin
konsentarasi
merupakan
Djojosumarto,
didalam
kapsaisinoid cabai
diikuti
utama
perlakuan
tersebut.
pada
Menurut
mengemukakan
bahwa
oleh
organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
dihidrokapsaisin. Capsicin dengan rumus
hanya dapat dikendalikan bila terpapar
kimia
(terekpose) oleh bahan aktif pestisida
C18H27O3N
yang
yang
dari
memiliki
banyak
manfaat selain dikenal sebagai salah satu
dalam
jumlah
bahan penyedap makanan yaitu sebagai
mengendalikan
bahan dasar pestisida nabati. Hal ini
Misalnya, larva Spodoptera litura instar 1
dikarenakan kandungan capsicin (rasa
akan mati bila terpapar oleh 1,7 nanogram
pedas) dan kandungan capsicol (rasa
Monokrotofos, larva instar 2 baru mati bila
panas) dari buah cabai tersebut sehingga
terpapar
apabila terkontaminasi dengan kulit atau
sebagainya. Dalam toksologi, kuantitas
bagian tubuh akan terasa pedas atau panas.
bahan aktif racun yang diberikan jasad
5
ng
yang
cukup
untuk
atau
mematikannya.
Monokrotofos,
dan
sasaran disebut takaran atau dosis (dose). BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 57
Jurnal Biology Science & Education 2014
NUR ALIM NATSIR
Terdapat hubungan langsung antara bahan
Berdasarkan hasil analisis ragam
aktif racun terhadap proses-proses yang
terhadap intensitas kerusakan hama ulat
berlangsung
titik
dalam
proses
biologi
tumbuh
menunjukan
organisme, termasuk OPT. Bahan racun
perlakuan
hanya
terhadap intensitas kerusakan. Hal ini
akan
meracuni
organisme
tidak
bahwa
berpengaruh
nyata
(termasuk OPT) pada takaran tertentu.
dapat diakibatkan karena teknik aplikasi
2. Intensitas Kerusakan
pestisida
Serangan
merupakan
yang
kurang
baik
seperti
bentuk
penggunaan dosis yang tidak tepat, waktu
aktifitas Organisme Pengganggu Tanaman
penyemprotan, tidak tepat sasaran, serta
(OPT) untuk menimbulkan kerusakan
tidak tepat cara, sehingga hasilnya tidak
pada
kerusakan
terlihat. Maspary 2010 mengemukakan
adalah efek dari aktifitas OPT pada
dalam penggunaan pestisida, pengguanaan
tanaman dan biasanya ditinjau dari segi
dosis
fisiologi
mengakibatkan hama/ penyakit tidak mati
tanaman,
dan
sedangkan
ekonomis.
Kerusakan
dibawah
anjuran
tanaman karena serangan OPT sangat
serta
beragam
gejala
resisten. Waktu penyemprotan yang baik
serangannya, sehingga dikenal kerusakan
sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum
mutlak dan tidak mutlak. Kerusakan
jam 10 dan sore hari setelah jam 3, karena
mutlak adalah kerusakan yang terjadi
dipagi hari dipastikan belum banyak angin
secara
pada
dan matahari belum terik dan disaat pagi
tanaman dan bagian tanaman yang akan
hama masih enggan bergerak. Kemudian
dipanen,
seluruh
cara yang tepat dalam aplikasi pestisida
jaringan tanaman dan layu, sedangkan
yaitu harus disesuaikan dengna bentuk
yang dianggap mutlak seperti terjadinya
atau formulasi pestisida tersebut. Dalam
busuk,
jaringan
aplikasi
tanaman sehingga tanaman atau bagian
dengan
hama/penyakit
tanaman tidak produktif lagi. Kerusakan
dengan
mengetahui
tidak mutlak, kerusakan sebagian tanaman
hidupnya, apa kelemahan hama /penyakit
seperti
tersebut dan cara kerja pestisida tersebut
tergantung
pada
permanen/keseluruhan
misalnya
rusaknya
daun,
kematian
sebagian
bunga,
cabang, dan batang.
buah,
ranting,
mengakibatkan
pestisida
hama
dapat
harus
menjadi
disesuaikan
sasaran,
yaitu
bagaimana
cara
(kontak atau sistemik). Sejalan dengan
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 58
Jurnal Biology Science & Education 2014
pendapat
yang
dikemukakan
oleh
NUR ALIM NATSIR
tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.)
Djojosumarto. P bahwa faktor-faktor yang
tertinggi.
mempengaruhi keberhasilan pengendalian
kerusakan, ekstrak cabai rawit tidak
OPT
memperlihatkan
adalah
hubungan
antara
jenis
pestisida yang digunakan dengan OPT
Sedangkan
untuk
pengaruh
intensitas
yang
signifikan.
karena tidak ada satu jenis pestisida untuk semua jenis OPT serta teknik aplikasi yang meliputi kepekaan sasaran dan waktu
1. Perlakuan ekstrak cabai rawit dengan konsentrasi 80 % dapat dimanfaatkan
aplikasi. Dalam
melakukan
keberhasilan
aplikasi
pengendalian
dapat
dievaluasi dengan dua cara yaitu evaluasi biologis dan evaluasi fisik. Evaluasi dikatakan berhasil bila sesudah aplikasi populasi OPT menurun, serangan OPT terhenti (tidak meluas) atau tanaman tidak diserangan OPT sama sekali dibandingkan dengan tanaman yang tidak diaplikasi, sedangkan evaluasi fisik yaitu untuk menilai
SARAN
tingkat
penyemprotan
yang
misalnya
evaluasi
penyemprotan
keberhasilan telah
seperti
dilakukan parameter penutupan
(coverage), ukuran droplet, dan volume aplikasi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa Konsentrasi ekstrak cabai rawit 80 %
untuk mengendalikan hama ulat titik tumbuh pada tanaman sawi. 2. Dalam melakukan aplikasi pestisida nabati
perlu
diperhatikan
teknik
aplikasi pestisida dan hubungan antara pestisisda yang digunakan dengan OPT serta waktu aplikasi agar pengendalian dapat dilihat hasilnya. DAFTAR PUSTAKA Amin Husna. 2007. Bercocok Tanam Cabai Rawit, cabai Merah, dan Cabai Jawa. CV Sinar Cemerlang Abad. Jakarta. Djojosumarto Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida pertanian. PT Swadaya. Yogyakarta. Http://www.Artikelteknik.Com/ArtikelTeknik-Pengamatan-Opt2011124524.Html, diakses tanggal 12 april 2012. Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Kapsaisin, diakses tanggal 15 Mei 2012 Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. PT Graha Ilmu. Yogyakarta.
menyebabkan mortalitas hama ulat titik BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 59
Jurnal Biology Science & Education 2014
NUR ALIM NATSIR
K.
Hanafiah Ali. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers. Jakarta. Maspary, Http://www.Gerbangpertanian.Co m/2010/04/Cara-AplikasiPestisida-Secara-Benar.Html, diakses tanggal 12 Mei 2012 Natawigena. 1992. Pestisida dan Penggunaanya. Jurusan Proteksi Tanaman. Fakultas Universitas Padjajaran. Bandung Pitojo Setijo. 2003. Benih Cabai. PT Kanisius. Yogyakarta. Pracaya. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman. PT Penebar swadaya Jakarta. Romadhon Musa, Http://Www.Scribd.Com/Doc/300 28425/Mia-Binotalis-VsNomuraea. diakses tanggal 18 Agustus 2011. Scribd Ulat Titik Tumbuh. http://www.seribd.com/doc/27014 108/ulat-titik-tumbuh. diakses tanggal 18 Agustus 2011. Sudarmo Subiyakto. 2005. Pestisida Nabati Pembuatan dan Pemanfaatannya. PT Kanisius. Yogyakarta. Surachman E. dan Suryanto A.W. 2007. Hama Tanaman Masalah dan Solusinya. Kanisius Cetakan V. Yogyakarta. Tim Penulis PS. 1992. Hama Penyakit Sayur dan Palawija. Penebar Swadaya. Jakarta. Wawan Junaidi, Http://Wawan Junaidi.blogspot.com/2009/08/Def enisi Mortalitas.Html, diakses tanggal 12 April 2012. Yatim W. 2007. Kamus Biologi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
BIOLOGI SEL (vol 3 no 2 edisi jul-des 2014 issn 2252-858x)
Page 60