ABSTRAK
“STUDY HIGIENE SANITASI MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL KOTA MAKASSAR TAHUN 2015” Hadija Nasir 1 , Sitti Fatimah 2 , Esse Puji Pawenrusi1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universias Hasanuddin Makassar
Kualitas keamanan makanan tergantung dari kualitas kebersihan tempat pengolahan makanan, oleh karena itu harus memenuhi standar kesehatan seperti faktor lokasi, bangunan tempat pengolahan makanan, bahan baku, proses pengolahan dan penyajian makanan. Ditinjau dari etiologi atau penyebab KLB Keracunan Pangan tahun 2011, disimpulkan bahwa KLB Keracunan Pangan disebabkan oleh mikroba confirm sebanyak 5 (3,91%) kejadian, mikroba suspect (dugaan) sebanyak 33 (25,78%) kejadian, kimia confirm sebanyak 1 (0,78%) kejadian, kimia suspect sebanyak 18 (14,06%) kejadian, dan 71 (55,47%) kejadian tidak diketahui penyebabnya. Tujuan penelitian ini adalah deskriptif akurat tentang aktifitas, obyek, proses, dan subyek atau orang yang tengah di hadapi. Populasinya yaitu Instalasi Gizi dan sampelnya yaitu Instalasi Gizi. Hasil penelitian di dapatkan bahwa hygiene sanitasi makanan di instalasi Gizi RSI Faisal 10 point pertanyaan tempat penjamah makanan 5 tidak memenuhi syarat, 7 poin pertanyaan penjamah 2 tidak memenuhi syarat, 7 poin pertanyaan peralatan 3 tidak memenuhi syarat, 10 poin pertanyaan bahan makanan 3 tidak memenuhi syarat. Simpulan penelitian ini pada 4 variabel yang diobservasi secara langsung belum memenuhi syarat. Namun adapun masukan yaitu masih perlu ditingkatan sarana dan prasarana yang belum ada serta pelatihan terutama higiene sanitasi makanan bagi tenaga penjamah guna peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku. Kata Kunci : Higiene Sanitasi Makanan,Tempat Pengolahan Makanan, Penjamah, Peralatan, Bahan Makanan. Pendahuluan Masalah sanitasi makanan sangat penting, terutama ditempattempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan untuk orang banyak.
Rumah sakit merupakan salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dengan inti pelayanan medis. Agar dapat menunjang kegiatan pelayanan
medis diperlukan tempat pengolahan makanan yang kegiatannya berada di instalasi gizi rumah sakit. Untuk mendapatkan makanan yang bermanfaat dan tidak membahayakan bagi yang memakannya perlu adanya suatu usaha penyehatan makanan dan minuman, yaitu upaya pengendalian faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang akan mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan aditif pada makanan dan minuman yang berasal dari proses pengolahan makanan dan minuman yang disajikan di rumah sakit agar tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan (Chandra Budiman, 2006). Penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang meliputi pengadaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengangkutan makanan masak, penyimpanan makanan masak dan penyajian makanan, hendaknya memperhatikan syarat higiene dan sanitasi, mengingat permasalahan dari suatu makanan ditentukan oleh ada tidaknya kontaminasi terhadap makanan (Setiati, Dkk, 2008). Untuk menghasilkan makanan yang mengandung gizi dapat memenuhi syarat kesehatan bagi pasien yang ada dirumah sakit, maka diperlukan untuk mengelola makanan yang sesuai dengan standar kesehatan di instalasi gizi rumah sakit. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang sanitasi makanan dan hygiene pengolahan dan pelayanan gizi di instalasi gizi rumah sakit, oleh karena itu pihak rumah sakit dapat meningkatkan manajemen pada petugas instalasi gizi, bekerja sama
dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk merencanakan kegiatan studi banding dan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah makanan bagi petugas pada instalasi gizi tersebut (Depkes RI, 2004). Pelayanan gizi rumah sakit dalam ini wadahnya adalah instalasi gizi, bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu, bergizi, higiene dan sanitasi yang baik pada instalasi gizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi pasien, sekaligus untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan yang memenuhi syarat kesehatan (Kep.Menkes, 2009). Terkait dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan, selama tahun 2011 Badan POM telah mencatat 128 kejadian/kasus berasal dari 25 (dua puluh lima) Propinsi. Sebanyak 5 (lima) Balai Besar/Balai POM tidak mengirimkan Laporan KLB keracunan pangan, sedangkan 1 (satu) Balai Besar POM mengirimkan data yang tidak dapat diolah karena data merupakan single case atau korban KLB hanya 1 (satu) orang. Dilaporkan jumlah orang yang terpapar sebanyak 18.144 orang, sedangkan kasus KLB keracunan pangan (case) yang dilaporkan sebanyak 6.901 orang sakit dan 11 orang meninggal dunia. Berdasarkan data tersebut diketahui nilai Attack Rate (AR) sebesar 38,10%. Attack
Rate merupakan jumlah kasus pada periode KLB dibagi dengan jumlah yang mengkonsumsi dikalikan 100. Case Fatality Rate (CFR) merupakan jumlah korban meninggal dibagi jumlah kasus selama periode KLB dikali dengan 100. Nilai CFR berdasarkan data tersebut sebesar 0,16%. Adapun nilai Incident Rate (IR) KLB keracunan pangan adalah sebesar 2,91. Nilai IR dihitung dengan rumus jumlah kasus dibagi jumlah penduduk dikali 100.000. Nilai CFR maupun IR menunjukkan angka yang kecil, namun kenyataan di lapangan tidak demikian, bisa saja terjadi lebih banyak terjadi kasus di lapangan. Kasus KLB keracunan pangan merupakan fenomena gunung es, artinya tidak semua kasus atau kejadian dapat terlaporkan. WHO menyebutkan bahwa setiap satu kasus yang berkaitan dengan KLB keracunan pangan di suatu negara berkembang, maka paling tidak terdapat 99 kasus lain yang tidak dilaporkan. Ditinjau dari etiologi atau penyebab KLB Keracunan Pangan tahun 2011, disimpulkan bahwa KLB Keracunan Pangan disebabkan oleh mikroba confirm sebanyak 5 (3,91%) kejadian, mikroba suspect (dugaan) sebanyak 33 (25,78%) kejadian, kimia confirm sebanyak 1 (0,78%) kejadian, kimia suspect sebanyak 18 (14,06%) kejadian, dan 71 (55,47%) kejadian tidak diketahui penyebabnya. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah berhasil mencatat kasus keracunan makanan minuman yang timbul selama kurun waktu 3 tahun (2007-2009) sebanyak 1381 kasus. Kasus keracunan
menunjukkan trend penurunan berturut-turut 603 kasus (2007), 468 kasus (2008) dan 310 (2009). Hal ini mungkin disebabkan karena kesadaran sanitasi yang semakin membaik dalam penanganan makanan dan minuman tradisional. Kasus keracunan yang paling sering terjadi pada kurun waktu 1994-1998 adalah dari jasa katering yang menyediakan berbagai menu tradisional. Keracunan pada katering ini dapat disebabkan karena penyediaan makanan dalam jumlah besar sehingga penanganan sanitasi kurang (BPOM, 2010). Faktor kebersihan penjamah atau petugas makanan dalam istilah populernya disebut hiegene perorangan merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam pengelolaan makanan yang aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan merupakan perilaku bersih untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang di tangani. Prosedur yang penting bagi pengelolah makanan adalah pencucian tangan,kebersihan dan kesehatan diri. Di Amerika Serikat 25% dari penyebab penyakit memulai makanan, disebabkan pengelolah makanan terinfeksi dan higiene perorangan yang buruk. Perilaku pengelolahan makanan sering dihubungkan dengan kesadaran seseoranng untuk memiliki kebersihan pribadi dan selaluberperilaku sehat. Hasil penelitian di Amerika Serikat penyebab 50% keracunan makanan yang di sebabkan oleh tenaga yang menagani makanan berperilaku tidak baik. Dari hasil penelitian perilaku pengolahan makanan pada instalasi gizi RSUD Dr.Kanusojo Djatiwibowo
Balikpapan sebagian besar mempunyai perilaku baik sebanyak 9 orang (90%) dan 1 orang (10%) yang mempunyai perilaku berkategori cukup, (Yosvita Maria, 2011). Berdasarkan hasil penelitian tahun 2014 tentang Sanitasi Makanan dan Hygiene Pengolahan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daya Makassar, dimana Pada Instalasi Gizi RSU Daya Makassar terkait tempat pengolahan makanan sebagian besar telah memenuhi syarat kecuali tentang meja percikan yang tidak sesuai standar karena tidak tahan goresan, terkait Penyimpanan Bahan makanan, semua telah memenuhi syarat karena sesuai dengan dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Peralatan makanan yang digunakan untuk mengolah makanan semuanya telah memenuhi syarat sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. terkait Penjamah makanan belum memenuhi syarat karena masih adanya penjamah penjamah makanan dalam mengolah makanan yang tidak menggunakan Alat tutup kepala, sepatu dapur sehingga lebih memudahkan makanan terkontaminasi yang berasal dari penjamah makanan, selain itu penjamah makanan juga bekerja sambil merokok. secara berkala kesehatnnya diperiksa oleh dokter, dan penjamah memiliki sertifikat kesehatan dan yang belum memenuhi syarat yaitu penjamah makanan dalam mengolah makanan tidak menggunakan alat tutup kepala, sepatu dapur, dan penjamah makan bekerja sambil merokok dan terkait pengangkutan makanan telah
memenuhi syarat dan terkait penyajian makanan telah memenuhi syarat.( Samsudin Ismail, 2014 ) Dari hasil penelitian tentang persyaratan peralatan maka hasil temuan yang sesuai sebanyak 58,8%, sedangkan yang tidak sesuai sebanyak (41,2%). Untuk pemenuhi fasilitas syarat sanitasi terdapat 83,3% sesuai dan yang tidak sesuai 16,7%. Untuk persyaratan tempat pengolahan makanan sesuai 58,8% dan tidak sesuai dengan tingkat pencapaian 41,2%.( Mewi Adriana dkk, 2009) Rumah Sakit Umum RSU Islam Faisal adalah rumah sakit yang terletak di Kota Makassar pada saat ini RSU Islam telah memiliki pelayanan kesehatan dan fasilitas yang sudah cukup memadai dibanding dengan awal mula adanya rumah sakit ini. Salah satu fasilitas RSU Islam Faisal yang ada, yaitu terdapatnya Instalasi Gizi yang berguna untuk mengatur diet dan pasca penyembuhan pasien, (Profil RSU Islam Faisal, 2015). Dalam Instalasi Gizi RSU Islam Faisal Terdapat 16 orang petugas kesehatan yang bekerja pada instalasi tersebut, mulai dari tingkat pendidikan diploma sampai dengan perguruan tinggi. Dari Beberapa fakta yang didapatkan terkait petugas penjamah makanan di instalasi gizi RSU Islam Faisal masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan kembali, dimana Penjamah makanan masih ada yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), seperti handscoen dan penutup kepala sehingga rambut dari perilaku penjamah tidak terlindungi, selain itu
pula masih ada beberapa petugas begitu saja. Maka, dari dasar itulah penjamah makanan pada saat peneliti merasa perlu untuk melakukan mengolah suatu masakan sampah dari penelitian tentang study higene sanitasi hasil tersebut tidak dibuang langsung pengolahan makanan di instalasi gizi ke tempat sampah tapi dibiarkan RSU Islam Faisal. Metode dan Bahan B. Populasi dan Sampel Jenis penelitian ini adalah 1. Populasi penelitian deskriptif yaitu suatu Populasi dalam penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum memperoleh deskripsi akurat tentang Islam Faisal. aktifitas, obyek, proses, dan subyek 2. Sampel atau orang yang tengah dihadapi. Sampel pada penelitian ini adalah Dengan menggunakan pendekatan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum survei yaitu suatu pengamatan atau Islam Faisal dengan penarikan tinjauan yang bertujuan untuk Exhautic Sampling dimana responden memberikan gambaran tentang adalah penjamah makanan Rumah Hygiene Sanitasi Makanan pada Sakit Umum Islam Faisal Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum C. Teknik Pengumpulan Data Islam Faisal Kota Makassar Tahun 1. Data Primer 2015. Data primer di ambil pada saat melakukan penelitian di lapangan A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi melalui lembar observasi terhadap Penelitian ini dilakukan di Instalasi penjamah makanan, tempat Gizi Rumah Sakit Umum Islam Faisal pengolahan, peralatan pengolahan Kota Makassar makanan dan bahan makanan. 2. Waktu 2. Data Sekunder Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Data sekunder di peroleh dari arsipJuni sampai Juli tahun 2015. arsip Rumah Sakit Umum Islam Faisal Hasil 1. Karakteristik responden Pada tahap ini di lakukan analis distribusi frekuensi terhadap karakteristik responden, seperti kelompok umur, pendidikan, jenis kelamin dan status kepegawaian. Distribusi karasteristik responden dapat dilihat pada tabel beriku. Tabel 1 Karakteristik Responden Penjamah Makanan Di Instalasi Gizi RSI Faisal Tahun 2015 No Karasteristik Responden n % 1 Umur Responden 31 - 40 7 44 41- 50 9 56 2
Pendidikan responden SMP
2
13
3
4
SMA SMK Tata Boga Perguruan Tinggi Jenis Kelamin Laki –laki Perempuan Status Pegawai Honorer Pegawai tetap Jumlah Sumber: Data Primer
5 6 3
31 37 18
1 15
7 93
1 15
7 93
Tabel 1 menunjukkan bahwa umur penjamah makanan 31- 40 tahun sebanyak 7 orang (44,0%) dan yang berumur 41-50 tahun 9 orang (56 %). Pendidikan terbanyak tenaga penjamah makanan adalah SMK Tata Boga sebanyak 6 orang (37%). Sebagian besar jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 orang(93 %) dan Sebagian besar status kepegawaian adalah Pegawai tetap sebanyak 15 orang (93 %). 2. Variabel Penelitian Variabel Penelitian merupakan gambaran dari variabel yang di teliti yaitu Tempat Pengolahan Makanan, Peralatan Pengolahan Makanan, Penjamah Makanan, dan Bahan Makanan sebagai berikut: a. Tempat Pengolahan Makanan Tabel 2 Kreiteria Pengamatan Tempat Pengolahan Makanan Di Instalasi Gizi RSI Faisal Kota Makassar Tahun 2015 NO Objek Yang Di Pengamatan YA TIDAK 1 Lantai dapur sebelum dan sesudah ke-giatan √ dibersihkan dengan antiseptik. 2 Dilengkapi dengan sungkup dan cerobong asap √ 3 4
Pencahayaan > 200 lux √ Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap √ air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
5
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi √ tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatangpengganggu
6
√
Lainnya Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan √ langsung dengan dapur 8 Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan √ makanan selalu dibersihkan dengan antiseptik. 9 Bagunan terpisah dengan bangunan yang lain √ 10 Pembungan air limbah mengalir dengan lancar dan √ tertutup TOTAL (%) 60 40 Sumber : Data Primer Tabel 2 menunjukkan bahwa dari hasil observasi tempat pengolahan makanan dari 10 pertanyaan yang memenuhi syarat 6 pertanyaan di antara : Lantai dapur sebelum dan sesudah ke-giatan dibersihkan dengan antiseptik, Pencahayaan > 200 lux, Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan, Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya, Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptik dan Bagunan terpisah dengan bangunan yang lain. dan tidak memenuhi syarat 4 pertanyaan diantaranya : Dilengkapi dengan sungkup dan cerobong asap, Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu Lainnya, Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur dan Pembungan air limbah mengalir dengan lancar dan tertutup b. Penjamah Makanan Tabel 3 Kriteria Pengamatan Penjamah Makanan Di Instalasi Gizi RSI Faisal Kota Makassar Tahun 2015 NO Objek Yang Di Amati YA TIDAK 1 Menggunakan Pakaian kerja √ 2 Memiliki surat keterangan sehat yang berlaku. √ 3 Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa √ kesehatannya oleh dokter yang berwenang. 4 Tidak berkuku panjang, koreng, dan sejenisnya √ 7
5
Berperilaku sehat selama bekerja
6
Tidak makan saat bekerja.
√ √
Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan √ setelah keluar dari kamar kecil TOTAL (%) 71 7
Sumber : Data primer
29
Tabel 3 menujukkan dari hasil obeservasi penjamah makanan dari 7 pertanyaan yang memenuhi syarat hanya 5 pertanyaan diantaranya : Menggunakan Pakaian kerja, Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh dokter yang berwenang, Tidak berkuku panjang, koreng, dan sejenisnya, Tidak makan saat bekerja, Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 pertanyaan diantaranya : Memiliki surat keterangan sehat yang berlaku dan Berperilaku sehat selama bekerja. c. Peralatan Pengolahan Makanan Tabel 4 Kriteria Pengamatan Peralatan Pengolahan Makanan Di Instalasi Gizi RSI Faisal Kota Makassar Tahun 2015 NO KRITERIA PENGAMATAN YA TIDAK 1 Sebelum digunakan peralatan dalam kondisi √ bersih 2 Tahan karat dan tidak mengandung bahan √ beracun 3 Utuh, tidak retak √ 4
Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor
√
Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat √ beracun kepada makanan 6 Peralatan yang sudah bersih harus disimpan √ dalam keadaan kering dan disimpan pada rak terlindung dari vektor. 7 Dicuci dengan disinfektan atau dike-ringkan √ dengan sinar matahari / pemanas buatan dan tidak dibersihkan dengan kain TOTAL (%) 57 43 Sumber : Data primer Tabel 4 menujukkan dari hasil observasi persyaratan peralatan pengolahan makanan dari 7 pertanyaan yang memenuhi syarat 4 pertanyaan diantaranya : Sebelum digunakan peralatan dalam kondisi bersih, Utuh, tidak retak, Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor, Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan disimpan pada rak terlindung dari vektor. dan yang tidak memenuhi syarat 3 pertanyaan diantaranya : Tahan karat dan tidak mengandung bahan beracun, Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan dan Dicuci dengan disinfektan atau dike-ringkan dengan sinar matahari / pemanas buatan dan tidak dibersihkan dengan kain. d. Bahan Makanan 5
Tabel 5
Kriteria Pengamatan Bahan Makanan Di Instalasi Gizi RSI Faisal Kota Makassar Tahun 2015 NO Kriteria Pengamatan 1 Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik 2 Bahan makanan selaluh di awasi, diruangan penyimpangan 3 Bahan makanan dipisahkan antara basah dan kering 4 Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga. 5
6
7 8 9 10
Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk menjaga sirkulasi udara Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup serta segera disajikan Pengambilan dengan cara seperti ini disebut cara First In First Out (FIFO) Disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak Suhu penyimpangan sesuai dengan persyratan jenis makanan. Tempat bersih dan Terpelihara
YA √
TIDAK √
√ √ √ √ √ √ √ √
TOTAL (%) 70 30 Sumber: Data primer Tabel 5 menujukkan dari hasil observasi persyaratan bahan makanan dari 10 pertanyaan yang memenuhi syarat 7 pertanyaan diantaranya : Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik, Bahan makanan dipisahkan antara basah dan kering, Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga, Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup serta segera disajikan, Pengambilan dengan cara seperti ini disebut cara First In First Out (FIFO), Disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak, Tempat bersih dan Terpelihara dan dan tidak memenuhi syarat ada 3 pertanyaan diantaranya : Bahan makanan selaluh di awasi, diruangan penyimpangan, Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk menjaga sirkulasi udara, dan Suhu penyimpangan sesuai dengan persyratan jenis makanan. higiene sanitasi makanan. Interpretasi A. PEMBAHASAN Penelitian ini menganbil data dari hasil yang di peroleh tidak cukup hasil observasi langsung yang menentukan terpenuhinya atau tidak dilakukan peneliti terhadap penerapan terpenuhinya persyaratan higiene
1.
a. b. c. d.
sanitasi makanan, tetapi membadingkan dengan peraturan perundangan yang ada untuk menentukan persyaratan yang ditentukan. Higiene sanitasi makanan di Instalasi Gizi RSI Faisal Kota Makassar pada tahun 2015 dapat ditinjau dari pemenuhan persyaratan yang terdapat dalam Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004. tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit yang meliputi persyratan tenaga kerja (penjamah makanan), persyaratan bahan makanan, pemenuhan persyaratan peralatan makanan, pemenuhan persyaratan tempat, yang di uraikan sebagai berikut: Karakteristik Umum Instalasi Gizi Instalazi gizi merupakan wadah yang mengelolah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit, yang merupakan sarananpenunjang kegiatan fungsiornal. Kegiatan pelayanan rumah sakit di kelompokkan menjandi empat yaitu : kegiatan pengadaan penyediaan makanan kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap kegiatan penyuluhan. Instalasi Gizi di RSI Faisal Kota Makassar hanya mempunyai tugas melaksanakan pengadaan dan penyediaan makanan untuk penderita rawat inap, dokter dan perawat, kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap dan kegiatan penyuluhan dan rujukan gizi. Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSI Faisal terdiri dari Kepala Instalasi Gizi, administrasi Gizi,
perencanaan dan penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan dengan kualifikasi Sarjana Gizi, dan tenaga pengelolah makanan atau tenaga penjamah makanan dengan kualifikasi SMA, SMK Tata Boga dan SMP. Di dalam Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSI Faisal , Kepala Insatalasi Gizi bertanggung jawab seluruh kegiatan penyelenggaraan gizi dan termasuk kegiatan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi makanan. Tenaga kerja di Instalasi Gizi RSI Faisal berjumlah 16 orang, terdiri dari 3 orang perguruan tinggi, 5 orang SMA, 6 orang SMK Tata Boga, dan 2 orang SMP. Pada rumah sakit ini dalam satu hari tenaga penjamah makanan menyediakan makanan untuk tiga kali makan oleh sebab itu dalam bertugas tenaga penjamah makanan dibagi dalam tiga shift. Pembagian jadwal kerja di instalasi gizi RSI Faisal shift pagi mulai dari pukul 07.00-14.00 wita, shift siang mulai pukul 14.15 wita, shift sore mulai pukul 19.00 wita dan siklus menu selama 10 hari. 2. Tempat Pengolahan Makanan Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi Berdasarkan hasil penelitian secara langsung di Instalasi Gizi RSI Faisal hasil observasi untuk memenuhi persyaratan tempat terdapat 10 poin pertanyaan. Dari
pertanyaan yang memenuhi syarat terdapat 6 poin pertanyaan (60%) dan 4 poin pertanyaan (40%) yang tidak memenuhi syarat. Berdasarkan temuan dilapangan persyaratan yang sesuai yaitu: Lantai dapur sebelum dan sesudah ke-giatan dibersihkan dengan antiseptik. Pencahayaan > 200 lux, Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan, Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya, Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptik, Bagunan terpisah dengan bangunan yang lain. Adapun persyaratan yang tidak sesuai adalah Tidak dilengkapi dengan sungkup dan cerobong asap. Pintu harus kuat, cukup tinggi , cukup lebar dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainya adanya beberapa ruangan yang kurang terpelihara seperti gudang penyimpangan makanan kering terdapat banyak kardus-kardus yang bertumpuk, pada gudang tempat penyimpangan peralatan tidak terpelihara dimana peralatan tidak diatur dengan rapih bahkan hanya ditumpukkan begitu saja, Pembungan air limbah mengalir dengan lancar dan tertutup pembuangn air limbah mengalir tidak lancar dan tertutup sehingga sering buntu ketika mencuci sayuran dan di saat mencuci tangan, tempat ruangan ganti pakaian ada namun petugas meletakkan tas diruangan lain.
Dilihat dari persyaratan dapur terutama yang tidak sesuai sebagian kecil karena memang kondisi lingkungan yang masih dalam perbaikan rumah sakit, namun sebagian besar karena tempat atau ruangan yang belum memenuhi persyaratan dan prilaku atau kebiasaan buruk penjamah seperti kerapian, kebersihan ruangan, sudah ada tempat dan sarananya (misalnya tempat pencucian alat, tempat istirahat) namun mereka bekerja semaunya mereka. Menurut Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 disebutkan bahwa halaman harus bersih dan jauh dari sumber pencemar, kontruksi bangunan yang kuat juga selalu dalam keadaan yang bersih secara fisik dan bebas dari barangbarang sisa atau bekas yang di tempatkan sembarangan, tempat pengolahan makanan dan ruangan penyajian harus terpisah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Apa bila dilihat dari persyaratan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dapat dikatakan bahwa higiene sanitasi tempat pengolahan makanan di RSI Faisal tidak memenuhi syarat. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ira Hariratul Jannah dengan judul studi higiene sanitasi makanan diinstalasi gizi rumah sakit umum barru tahun 2013 dari 10 pertanyaan yang memenuhi syarat sebanyak 6 dan tidak memenuhi syarat sebanyak 4 persyaratan.
3.
Penjamah Makanan Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian secara langsung di Instalasi Gizi RSI Faisal hasil observasi untuk memenuhi persyaratan penjamah makanan terdapat 7 poin pertanyaan. Dari pertanyaan yang memenuhi syarat terdapat 5 poin pertanyaan (71%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 poin pertanyaan (29%). Persyaratan tenaga kerja (penjamah makanan) meliputi penggunaan alat pelindung diri dan perilaku tenaga kerja. Untuk persyaratan penggunakan APD berdasarkan pengamatan tampak bahwa tidak semua dan tidak selalu petugas penjamah makanan yang menggunakan alat pelindung diri seperti topi, sepatu dapur, celemek dan sarung tangan. Penjamah makanan tidak memakai APD secara lengkap. Dan semua penjamah makan tidak memakai APD. Selain itu tenaga penjamah makanan memakai pakaian yang dipakai juga di luar tempat kerja (tidak ganti baju). Hal ini ridak diperkenankan karena dapat menjadi sumber pencemaran terhadap makanan. Menurut Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 bahwa semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh. Untuk pemenuhan persyaratan prilaku penjamah makanan meliputi mencuci tangan sebelum bekerja dan tidak makan saat bekerja. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap perilaku Penjamah makanan dalam pengolahan hygiene sanitasi makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Islam Faisal dengan jumlah penjamah makanan 16 orang, berdasarkan tingkat perilaku responden yang berperilaku baik hanya 12 orang (70%) dan yang berperilaku kurang baik terdapat 4 orang (19%). Pada saat bekerja tenaga kerja tidak rnakan/mengunyah, tenaga kerja tidak menyentuh hidung, mulut, telinga dan rambut dalam mengolah makanan dan penjamah makanan tidak dilengkapi surat keterangan sehat yang berlaku . Menurut Depkes RI (2000) tentang prinsip-prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan menyatakan bahwa tenaga penjamah makanan harus memperhatikan kebersihan pribadi, menyangkut perilaku, kebiasaan dan sikap bekerja ketika mengolah makanan. Dalam hal ini jelas bahwa pengetahuan penjamah makanan sangat mempengaruhi sikap dan praktek rnereka dalam bekerja mengelola makanan. Begitu juga dengan sikap dan praktek. Bagaimana mereka bersikap akan tampak pada waktu mereka mempraktekkan tugastugas mereka dalam menjamah makanan. Apa bila dilihat dari persyaratan Kepmenkes RI
No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dapat dikatakan bahwa higiene sanitasi penjamah makanan di RSI Faisal tidak memenuhi syarat. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Supi Saputri Djabbar tentang Perilaku penjamah makanan dalam pengolahan hygiene sanitasi makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Salewangang Maros Dari 22 Penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUD Salewangang Maros Berdasarkan tingkat Perilaku Responden di mana Jumlah tindakan Perilaku Baik Sebanyak 18 orang (81 %), dan Kurang Baik sebanyak 4 orang (19%). 4. Peralatan Pengolahan Makanan Keadaan higiene makanan dan minuman antara lain dipengaruhi oleh higiene alat masak dan alat makan yang dipergunakan dalam proses penyediaan makanan dan minuman. Alat masak dan alat makan ini perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan mikrobiologi usap alat makan meliputi pemeriksaan angka kuman. Sanitasi alat makan dimaksudkan untuk membunuh sel mikroba vegetatif yang tertinggal pada permukaan alat. Agar proses sanitasi efisien maka permukaan yang akan disanitasi sebaiknya dibersihkan dulu dengan sebaik-baiknya Pencucian dan tindakan pembersihan pada peralatan makan sangat penting dalam rangkaian pengolahan makanan. Menjaga kebersihan peralatan makan telah membantu mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi terhadap peralatan dilakukan dengan pembersihan peralatan yang benar
Dari hasil penelitian Higiene Sanitasi Makanan Di Instalasi Gizi RSI Faisal berdasarkan pemenuhan persyaratan peralatan dapat dilihat pada tabel 4 yang menunjukkan bahwa dari 7 poin pertanyaan yang memenuhi persyaratan sebanyak 4 poin pertanyaan (57%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 3 poin pertanyaan (43%). Persyaratan ketersediaan peralatan dan kebersihan peralatan yang di uraikan sebagai berikut. Dari hasil pengamatan di dapatkan alat masak dan makan yang tersedia digunakan dalam ada peralatan yang tidak utuh/ cacat serta berkarat. Alat masak yang digunakan sebagian besar dari bahan stenlis seperti panci, rice cooker listrik, meja persiapan, kuali dua tungku. Ada yang dari bahan aluminium seperti kuali biasa, ceret air masak. Kuali memang tampak coklat kehitaman tetapi tidak berkarat. Ada juga alat yang terbuat dari palstik seperti baskom. Ada juga yang terbuat dari bahan gelas seperti piring makan, piring lauk, gelas minum. Peralatan lain yang dimiliki adalah satu buah lemari es untuk menyimpan makanan dan bahan makanan yang digunakan untuk satu hari yang dibagi dalam tiga shift dan satu buah chillerd yang digunakan untuk menyimpan ikan dan daging. Sesuai dengan persyaratan bahwa harus tersedia sedikitnya satu buah lemari es (kulkas) untuk penyimpanan makanan dan bahan makanan yang cepat busuk. peralatan lain yang dimiliki adalah freezer empat pintu dimana dua pintu di atas
berfungsi sebagai freezer dan dua pintu di bawahnya berfungsi sebagai lemari es. Sesuai dengan persyaratan harus tersedia lemari pendingin yang dapat mencapai suhu -5"C dengan kapasitas cukup memadai sesuai dengan jenis makanan/bahan makanan yang digunakan. Sesuai dengan persyaratan, Instalasi gizi juga memilik alat-alat listrik seperti blender, mixer, rice cooker dalam keadaan baik dan aman untuk digunakan. Jadi dilihat dari persyaratan ketersediaan peralatan, instalasi gizi RSI Faisal sebagian besar belum memenuhi syarat perlu adanya pemisahan tersendiri untuk tempat desinfeksi peralatan karena sebenarnya sarananya sudah ada tetapi pemanfaatannya belum maksimal. Menurut Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.bahwa peralatan yang persedia harus dalam keadaan utuh, kuwalitas yang baik, bersih dan berfungsi serta mencukupi untuk proses pengolahan makanan. Persyaratannya alat-alat makan dan masak sesudah dipakai selalu dibersihkan dengan sabun dan air panas kemudian dikeringkan sedangkan kenyataannya alat makan dan masak hanya dibersihkan dengan sabun, tidak menggunakan air panas. Menurut penelitian Andriyani (2009) tentang efektivitas penurunan jumlah angka kuman alat makan dan efisiensi biaya yang digunakan pada metode pencucian alat makan di rumah sakit kota Surakarta, didapatkan hasil bahwa proses
pencucian antara dengan menggunakan mesin cuci piring nelektronik, three compartment sink (TCS), dan metode konvensional dapat mengurangi jumlah angka kumanyang berbeda yaitu sekitar 84 kolonilcrol, 1,276.38 koloni/crol dan 321.27 koloni/crol. TCS adalah metode yang lebih efelctif dan efisien dalam mengurangi angka kuman. Menurut Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.disebutk an pencucian alat harus menggunakan bahan pembersih/ deterjen, setiap peralatan diberikan sedikitnya dengan larutan kaporit 50ppm atau air panas 80"C selama 2 menit, peralatan setelah dicuci lalu dikeringkan dan disimpan di tempat yang terlindung dari kemungkinan pencemaran oleh tikus dan herwan lainya. Jadi dilihat dari persyaratan kebersihan peralatan sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 belum memenuhi syarat . Masih perlu pemberian pengetahuan penjamah misalnya membersihkan alat makan dan masak harus menggunakan air panas, bagaimana penyimpanan alatalat karena mereka belum perah pelatihan seperti gizi kerja, higiene dan sanitasi. Selain itu dapat juga disebabkan kebiasaan dan perilaku yang jelek dari individu itu sendiri. Penyimpanan alat yang kurang maksimal dapat mengakibatkan potensial alat tercemar baik oleh debu, serangga, dan binatang pengerak lainnya. 5. Bahan Makanan
Salah satu kegiatan sanitasi makanan adalah penyehatan makanan yang rnerupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang mempemgaruhi pertunr tumbuhan kuman pada makanan. Faktor-faktor tersebut berasal dari proses penanganan makanan, lingkungan dan orangnya sehingga makanan yang disajikan tidak menjadi rantai penularan penyakit. Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah. Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang begirtu panjang dan melalui jaringan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baik adalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya. Dari hasil penelitian Higiene Sanitasi Makanan Di Instalasi Gizi RSI Faisal berdasarkan pemenuhan persyaratan bahan makanan dapat dilihat pada tabel 5 yang menunjukkan bahwa belum memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena dari 10 poin pertanyaan, hasil temuan yang sesuai sebanyak 7 poin pertanyaan (70%) dan yang tidak sesuai sebanyak 3 poin pertanyaan (30%). Pada saat pengamatan (pada saat bahan basah datang) tampak
daging dan ikan pada saat dibeli dalam keadaan segar. Daging dan ikan tersebut dibeli dari tempat yaitu didapat di pasar yang di tunjuk salah satu pegawai untuk membeli bahan makanan. Untuk bahan yang akan diolah terutama daging, susu. telur, ikan/udang dan sayuran dalam keadaan baik, tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa sedangkan bahan kering atau kaleng yang dibeli terdaftar di departemen kesehatan RI (tampak ada tulisan nomor depkes RI), kemasannya tidak rusak dan ada tulisan kadaluarsanya. Tidak semua bahan makanan yang dipergunakan tersedia dalam keadaan bersih, bebas dari bakteri dan bahanbahan beracun serta bebas dari kelembaban yang dapat merusak makanan. Menurut teori, beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam menjaga kebersihan dan kualitas. makanan yaitu sumber bahan makanan (dimana dan dari mana didapat) karena bila terdapat kualitas bahan makanan yang tidak memenuhi standar mutu dapat diselesaikan dengan penyedia/penyalur bahan makanan tersebut. Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas bahan makanan harus memenuhi standar baku mutu bahan makanan misalnya memiliki nomor MD (Makanan Didaftar), dilengkapi dengan label merk dan nama makanan, kandungan bahan makanan, berat, isi, dan masa kadaluarsa. Pada waktu pengamatan tempat makanan jadi terlindung dari debu, jauh dari bahan kimia
berbahaya, tidak tarnpak serangga dan hewan lainnya. Makanan jadi yang cepat busuk tidak disimpan dalam suhu panas 65 0c atau lebih tetapi disimpan dalam suhu dingin 40c atau kurang. Tidak pernah ada makanan jadi yang cepat busuk yang penggunaannya lebih dari 6 jam. Setiap kali shift membuat menu baru sehingga tidak ada menu shift sebelumnya digunakan untuk shift berikutnya. Penyimpanan makanan kering terpisah dengan makanan basah karena ada ruang penyimpanan bahan basah dan ruang penyimpanan bahan kering. Penyimpanan bahan mentah ada yang tidak bercampur dengan makanan jadi. Sistem FIFO dalam penyimpanan bahan makanan diterapkan sepenuhnya. Dalam gudang penyimpanan tidak ada label pada bahan makanan namun karena ditunjuk satu orang yang memegang gudang sehingga petugas tersebut tahu mana yang baru dan mana yang lama, misalnya beras yang baru diletakkan secara terpisah dengan beras lama. Menurut Malaka dan Bhaktiansyah dalam Mewi Adriani (2009) bahwa penyimpanan harus tidak dapat diakses oleh lalat, kecoa, dan tikus serta tidak berdebu dan tidak bercampur antara makanan masak dengan makanan mentah. Menurut Kepmenkes RI A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari 10 pertanyaan mengenai sarana tempat pengolahan makanan di
No.1204/Menkes/SK/X/2004 penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi persyaratan penyimpanan makanan. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa tempat penyajian relatif dekat dengan dapur pengolahan makanan. Hal ini dikarenakan konstruksi gedung dibangun sedemikian rupa agar rnernudahkan dalam bekeda dan setelah makanan selesai diola langsung disajikan ke wadah makanan pasien lalu diangkut ke ruang rawat inap. Sebelum makanan disajikan seharusnya dilakukan uji organoleptik dan uji laboratorium namun kenyataannya uji organoleptik sebagian dilakukan seperti mencicipi sedangkan uji laboratorium belum dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada kejelasan/belum tahu siapa yang berwenang terhadap masalah tersebut. Setiap jenis makanan disajikan dalam wadah terpisah. Penelitian ini sejalan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2010), bahwa aplikasi hygiene sanitasi makanan di salah satu tempat kerja yang ada di palembang yaitu Instalasi Gizi salah satu Rumah Sakit di Palembang belum memenuhi persyaratan, karena tingkat pencapaiannya hanya sebesar 52,7%. Hal ini sejalan dengan banyaknya kasus yang terjadi akibat dari tidak terjaganya hygiene sanitasi makanan. Instalasi Gizi. Memenuhi syarat 6 pentanyaan dan tidak memenuhi syarat 4 pertanyaan. Apabila di lihat dari Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 maka
dapat dikatakan tidak memenuhi syarat. 2. Dari 7 pertanyaan mengenai syarat penjamah makanan di Instalasi Gizi. memenuhi syarat sebanyak 5 pertanyaan dengan dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 2 pertanyaan. Apabila di lihat dari Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 maka dapat dikatakan tidak memenuhi syarat. 3. Dari 7 pertanyaan mengenai persyaratan Peralatan makan di Instalasi Gizi yang memenuhi syarat 4 pertanyaan dan yang tidak memenuhi syarat 3 pertanyaan. Apabila di lihat dari Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 maka dapat dikatakan tidak memenuhi syarat.. 4. Dari 10 pertanyaan persyaratn bahan makanan di Instalasi Gizi yang memenuhi syarat 7 pertanyaan dan yang tidak memenuhi syarat 3 pertanyaan. Apabila di lihat dari Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 maka dapat dikatakan tidak memenuhi syarat. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas beberapa saran yang diajukan sebagai berikut: 1. Perlu adanya peningkatan sarana tempat pengolahan makanan Daftar Pustaka Andriyani A. 2009. Efekitivitas Penurunan Jumlah Angka Kuman Alat Makan Dan Efektivitas Biaya Yang
seperti sarana yang belurn ada yaitu loker karyawan, yang sesuai dengan persyaratan Kepmenkes No. 1204 tentang Sanitasi lingkungan Rumah Sakit. 2. Perlu adanya Peningkatan pengolahan makanan yaitu pengetahuan dan Perubahan tindakan serta perilaku yang baik dari penjamah makanan seperti penggunaan alat pelindung diri ( seperti celemek, topi, sepatu dapur) sesuai dengan persyaratan Kepmenkes No. 1204 tentang Sanitasi lingkungan Rumah Sakit 3. Perlu adanya peningkatan keamanan dan penambahan peralatan makanan, sarana air panas untuk pencucian alat, alat desispekta dan pemanfaatan serta pemeliharaan yang lebih rnaksimal terhadap sarana yang sudah ada dari seorang penjamah makanan yang sesuai dengan persyaratan Kepmenkes No. 1204 tentang Sanitasi lingkungan Rumah Sakit. 4. Perlu pengawasan yang lebih baik lagi terkait dengan pengadaan bahan makanan dan penyimpangan bahan makanan dari penjamah makanan seperti label, kondisi fisik bahan, penyimpangan bahan makanan yang memenuhi persyaratan agar yang sesuai dengan persyaratan Kepmenkes No. 1204 tentang Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Digunakan Pada Metode Pencucian Alat Makan Di Rumah Sakit Kota Surakarta. Jumlah Gizi Klinik Indonesia 2009,VI (1).
BPOM. 2010. Laporan Kejadian Luar Biasa Kasus Keracunan Makanan. ( Dinkes Sul-Sel) BPOM.2011. profil kejadian dan kasus KLB keracunan pangan. Badan POM Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan.: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Depkes RI. 2004. Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta. Depkes RI. 2006. Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan Sanitasi Rumah Sakit. Jakarta. Depkes RI. 2006. Kepmenkes RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan dan Sanitasi Jasa Boga. Jakarta. Ensiklopedia Bebas. 2015. Jenis-jenis Rumah Sakit. (online) http://id.wikipedia.org diakses tanggal 6 Februari 2015. Ismail,
Jais,
Samsudin. 2014, Sanitasi Makanan Dan Hygiene Pengolahan Di instalazi Gizi Rumah Sakit Umum Daya, Skripsi Tidak Diterbitkan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Ahmad. 2009. Persyaratan Penjamah Makanan Rumah
Sakit. (online) http://www.arahenvironmenta l.com diakses tanggal 24 Februari 2014. Jefrihutagalung. 2009. Hygiene Sanitasi makanan. (online) http://jefrihutagalung.wordpre ss.com diakses tanggal 15 Februari 2015. Kep.Menkes Ri, 2009. Persyaratan Hygiene & Sanitasi makanan Rumah Sakit. (online) http://www.jasamedivest.com diakses tanggal 22 Februari 2014. Maria,Yosvita. 2011. Pengetahuan dan Perilaku Higiene Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Artikel. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Muswita,2013. koesioner penelitian tentang hygene dan sanitasi(Online) http://repository.usu.ac.id diakses tanggal 15 Februari 2014 Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta; Rhineka Cipta. Notoatmodjo S .2007. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Yogyakarta; Andy Ofset. Profil RSU Islam Faisal. 2015. Profil RSU Islam Faisal Kota
Makassar.: Rumah Sakit Umum Islam Faisal. Pawenrusi Esse P, 2015, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 11. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Setiati, dkk, 2008. Studi Evaluasi Kondisi Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi dan Dapur Saji Kelas III RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal kesehatan (Online). http://www.unpas.ac.id diakses tanggal 24 Februari 2014. Wisaksono, Satmoko. 2006. Prinsip-Prinsip Hygiene sanitasi makanan http://www.kalbe.co.id diakses tanggal 12 Februari 2015.