Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPA pada Materi Keanekaragaman Mahluk Hidup di Siswa Kelas 7 SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang melalui Media Pembelajaran Lectora ABSTRAK
oleh : Trikinasih Handayani1; H.K.E.P. Moro; Septi Asri Lestari3
Kondisi pembelajaran IPA di SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang, Kulon progo, masih sederhana. Siswa kelas 7 berjumlah 16 orang belajar melalui metode ceramah, sehingga cenderung tidak semangat dan kurang termotivasi. Kelas 7 pada umumnya adalah siswa yang hampir putus sekolah, sebagian dari mereka tidak mampu, sebagian yang lain sudah melewati usia belajar di SMP. Kondisi ini ingin dicarikan solusi melalui pembelajaran dengan basis multimedia, salah satunya yakni Lectora. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar IPA khususnya pada materi Keanekaragaman Mahluk Hidup di Siswa kelas 7 SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang melalui media pembelajaran Lectora. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dilakukan pada 6-19 Mei 2013 di ruang kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang. Penelitian dilakukan dalam 3 siklus dengan menggunakan lembar observasi (dan video), catatan guru, dan angket motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan antara 1,7-14,5% dari angket motivasi belajar IPA siswa. Peningkatan motivasi belajar teramati dengan meningkatnya perhatian selama pembelajaran, keberanian mengajukan pertanyaan dan permasalahan, serta dihasilkannya tugas tindak lanjut siswa atas keinginan siswa sendiri diluar rencana pembelajaran guru.
Kata kunci : SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang; Lectora; Materi Keanekaragaman mahluk hidup
1 2
Dosen Pendidikan Biologi FKIP UAD Yogyakarta Kampus 3 Jl. Prof Soepomo, Warungboto, Umbulharjo Yogyakarta Guru IPA SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang
1.
Improving Motivation to Study Science for Biodiversity subjects In the 7th Grade Students of SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang by Lectora Learning Media
ABSTRACT
by: Trikinasih Handayani ; Hendro Kusumo EPM 1; Septi Lestari Asri 2 1
Conditions of science learning in SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang, Kulon Progo, is very conventional. Seventh grade students of 16 people learn through lecture, so tend to lazy and less motivated. Class 7th generally are students who almost dropped out of school, most of them are not capable, others are already past the age of study in junior high school. This condition would like to look for solutions through learning with multimedia base, one of them is Lectora. This study want to increase motivation to learn science, especially in the biodiversity class 7th students of SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang through instructional media Lectora. This study is an action research conducted on 6-19 May 2013 in the classroom VII SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang. The study was conducted in three cycles using the observation sheet (and video), teacher notes, and student motivation questionnaire. The results showed increase of motivation between 1.7 to 14.5% using students' learning motivation questionnaire. Increased motivation to learn is observed with increasing attention during the learning, the courage to ask questions and problems, as well as the resulting duties follow the desires of students outside the student's own teacher lesson plans.
Keywords: SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang; Lectora; Biodiversity
1) 2)
Biology Education lecturer FKIP UAD Yogyakarta Kampus 3 Jl. Prof Soepomo, Warungboto, Umbulharjo Yogyakarta Science teacher SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang
2.
Pembelajaran IPA khususnya pada bidang biologi di Sekolah Menengah Pertama perlu dipahami oleh siswa sehingga mampu mencapai ketuntasan belajar sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Guru harus menggunakan inovasi pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa (Hamalik, Oemar. 2003). Berdasarkan hasil pengamatan, proses pembelajaran di SMP Muhammadiyah II Kalibawang, termasuk kolabolator guru IPA adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa masih belum termotivasi dalam kegiatan pembelajaran karena selama pembelajaran guru banyak memberikan ceramah tentang materi. Kegiatan yang dilakukan siswa biasanya hanya mendengar dan mencatat. Siswa jarang bertanya atau mengemukakan pendapat karena tidak termotivasi belajar. Motivasi belajar pada hakekatnya dapat berupa dorongan internal maupun eksternal pada siswa. Beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah (1) topik yang dipelajari menarik dan berguna bagi siswa, (2) tujuan pembelajaran jelas dan diinformasikan pada siswa, (3) peserta didik harus selalu diberi tahu tentang kompetensi dan hasil belajarnya, (4) pemberian pujian dan hadiah lebih baik dari hukuman, (5) manfaatkan sikap, citacita, rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik, (6) usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik, (7) hubungan guru dan murid, semakin baik hubungan antara guru dan murid semakin baik motivasi belajarnya (Mulyasa,
2003:114).
Motivasi
belajar
dapat
didefinisikan
sebagai
kecenderungan
untuk
mengupayakan keberhasilan dan memilih kegiatan yang berorientasi pada keberhasilan. Siswa dapat termotivasi dengan orientasi ke arah tujuan dan berusaha mendapatkan penilaian yang positif (Widiasaran. 1999). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kecenderungan untuk aktif dan mempertahankan perilaku dalam upaya keberhasilan siswa dengan orientasi ke arah tujuan yang positif. Dalam penelitian ini indikator dari motivasi belajar yang dapat diamati dalam motivasi belajar diantaranya adalah : 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, sehingga terlihat kemandirian belajar; 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan, teramati dari perhatian dan minat; 4. Adanya penghargaan dalam belajar karena ingin berprestasi dalam belajar; 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, terlihat dari ketekunan siswa belajar tanpa diperintah; 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa belajar dengan baik (Uno, 2006). Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang 3.
menyimpulkan pembelajaran IPA yang digunakan di sekolah tersebut selalu menggunakan metode ceramah, diskusi dan praktek di lapangan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru hanya menyampaikan teori dan fakta yang di dalamnya terdapat banyak contoh dan hafalan, sehingga membuat siswa merasa bahwa belajar IPA harus menghafal banyak nama dan teori. Sebagian besar siswa tidak memperhatikan materi yang disampaikan. Metode ceramah dan diskusi terasa membosankan karena tidak ada ilustrasi visual yang memadai, metode praktek lapangan terkendala waktu dan lingkungan sekolah yang tidak setiap contoh dalam materi Keanekaragaman mahluk hidup dijumpai. Ada beberapa alasan siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan mempelajari IPA diantaranya, konsep-konsep yang bersifat abstrak dan sulit diamati banyak ditemukan dalam pembelajaran IPA. “Pada dasarnya anak belajar melalui hal-hal yang kongkrit. Untuk memahami suatu konsep yang abstrak anak memerlukan bendabenda yang kongkrit sebagai perantara atau visualisasi” (Harun, Jamalludin dan Zaidatun Tasir. 2003). Untuk itu perangkat multimedia diharapkan menjadi solusi yang mampu menjawab masalah tersebut. Salah satu media pembelajaran berbasis IT adalah Lectora. Lectora memiliki kelebihan dibanding program lain seperti powerpoint, macromedia flash, maupun program presentasi sejenis. Program ini melibatkan unsur suara/ audio, visual baik gambar maupun video dengan terpadu. Selain itu program ini dapat dijalankan tanpa install program terlebih dahulu, sehingga memudahkan dalam menggunakan dan belajar di perangkat apa saja asalkan menggunakan Windows sebagai operating sistemnya (compatible). Kelebihan Lectora yang paling penting adalah kemampuannya yang bersifat interaktif. Dalam penggunaannya siswa dapat mengerjakan soal sekaligus penilaiannya, memilih video,dan pilihan teori/gambar secara mandiri. Senada dengan itu, Munadi (2008:152) berpendapat bahwa multimedia diprogram dan dirancang untuk dipakai oleh siswa secara individual, yang mana siswa diajak terlibat aktif secara visual, auditif, dan kinetik. Harapannya jika siswa sudah tertarik, maka dapat meningkatkan motivasi belajar, khususnya IPA. Permasalahan yang timbul apakah media pembelajaran Lectora dapat meningkatan motivasi belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Keanekaragaman Mahluk Hidup di kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang. Tujuan yang dimunculkan adalah 1. untuk mengetahui motivasi belajar IPA siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); dan 2. untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), materi Keanekaragaman Mahluk Hidup melalui penggunaan media pembelajaran Lectora. Manfaat penelitian ini bagi siswa dapat lebih menguasai pelajaran IPA khususnya pada materi
4.
Keanekaragaman Mahluk Hidup. Bagi guru mendapat pengalaman dan mahir melaksanakan PTK, puas serta pembelajarannya menyenangkan dan terampil menggunakan Lectora dalam pembelajarannya sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa. Bagi sekolah menjadi masukan untuk tingkat motivasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA, dan pengalaman untuk pelaksanaannya, sehingga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain.
METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) yaitu sesuatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan tindakan. Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang. Lokasinya merupakan sekolah Muhammadiyah yang kecil di desa, namun masih terjangkau oleh peneliti.Rencana tahap persiapan media Lectora hingga pelaporan hasil pengembangan dilakukan selama 6 bulan, namun untuk pelaksanaannya 3 bulan yakni mulai April sampai dengan Juni 2014. Setting penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang pada waktu pelajaran IPA materi Keanekaragaman Mahluk Hidup. Subjek tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, dengan jumlah siswa 16 orang, yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Dari keenambelas siswa kelas VII tersebut dapat diketahui siswa yang motivasinya rendah, sedang atau tinggi
untuk pelajaran IPA. Dari hasil tersebut kemudian dilakukan tindakan untuk
meningkatkan motivasi siswa. Peningkatan motivasi belajar IPA diukur dengan cara membandingkan hasil angket motivasi sebelum dengan setelah tindakan. Tindakan dilakukan dalam serangkaian langkah yang membentuk siklus. Setiap siklus memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Arikunto S., 2007). Pada tahapan perencanaan, peneliti melakukan observasi kembali terhadap kondisi pembelajaran IPA di kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang. Kegiatan tersebut untuk menantukan penyusunan lembar observasi, apa saja yang akan diobservasi, indikator apa yang akan diobservasi, siapa siswa yang akan diobservasi, dan bagaimana cara mengobservasinya, sekaligus mendalami Satuan acara Pembelajaran (SAP) materi Keanekaragaman Mahluk Hidup yang akan dijelaskan oleh guru. Pada kegiatan selanjutnya peneliti melaksanakan kegiatan penyebaran angket motivasi yang telah divalidasi sebelumnya, untuk semua siswa kelas VII agar mengetahui motivasi belajar siswa di awal terhadap mata pelajaran IPA. Hasil angket motivasi tersebut dikonfirmasi dengan prestasi belajar maupun pendapat guru mata pelajaran IPA di kelas VII.
5.
Pada tahap persiapan selanjutnya, guru bersama peneliti bekerjasama membuat media Lectora untuk materi Keanekaragaman Mahluk Hidup, sehingga antara materi yang disajikan dengan target peningkatan motivasi dapat disesuaikan. Pembuatan media Lectora juga memperhatikan agar indikator peningkatan motivasi yang nantinya akan diamati dapat diukur. Pada tahap tindakan atau pelaksanaan, peneliti sebagai observer bersama guru mata pelajaran IPA sebagai guru model melaksanakan siklus 1 di kelas VII pada jam pelajaran IPA menggunakan media Lectora. Guru menjelaskan materi Keanekaragaman Mahluk Hidup menggunakan Lectora. Siswa dikelompokkan masing-masing 2 orang dan diminta menjalankan Lectora dengan perangkat komputer sekolah/ laptop berbantuan mouse wireless. Tujuannya agar setiap siswa dapat secara aktif menjalankan Lectora dari meja masing-masing tidak perlu maju ke depan kelas. Peran guru sebagai guru model mengarahkan dan membantu siswa jika ada kesulitan dalam menjalankan Lectora, sedangkan peneliti sebagai observer mengamati situasi kelas dan merekam semua kejadian di setiap siklus. Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran di setiap siklus, siswa diberikan angket motivasi Instrumen yang digunakan adalah angket motivasi belajar siswa untuk mengukur peningkatan motivasi dan lembar observasi. Analisis hasil observasi seluruhnya dilakukan peneliti, sedangkan interpretasi dan refleksi dilakukan setelah mendengarkan kesan dan komentar dari guru mata pelajaran IPA. Analisis hasil juga digunakan dengan penyebaran angket motivasi kepada siswa yang ingin ditingkatkan motivasinya pada setiap siklus. Instrumen angket motivasi disusun dan divalidasi menggunakan judgment expert (Iskandar, 2009). Hasil angket motivasi dibandingkan antara angket motivasi awal dengan angket motivasi pada setiap siklus. Analisis juga ditunjang rekaman dari handycam. Analisis dan refleksi dilakukan segera setelah kegiatan action/ do agar tidak kehilangan data, meskipun selama kegiatan telah direkam melalui handycam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara non tes, yaitu melalui pengamatan (observasi) dan angket motivasi belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara diskriptif.
HASIL Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang mulai tanggal 9, 13, 16 Mei 2014 pukul 10.00-10.40 pada Standar Kompetensi 6. Memahami keanekaragaman hayati. Materi ini meliputi mengidentifikasi ciri-ciri mahluk hidup, dan klasifikasi mahluk hidup (Sugiyarto T & Ismawanti E. 2008). Pada pembelajaran Siklus ke-1 motivasi belajar siswa kelas VII untuk pelajaran IPA materi ciri mahluk hidup sudah lebih baik dibandingkan pada kondisi pra penelitian. Dari
6.
observasi terlihat, beberapa siswa mulai mengajukan pendapat meskipun masih berupa celetukan tanpa makna, atau komentar lucu atas gambar atau video yang ditampilkan. Seluruh siswa memperhatikan pelajaran melalui Lectora, namun ketika guru menyampaikan penjelasan dan menekankan materi yang dianggap penting hanya siswa putri (16 orang) saja yang memperhatikan. Pada siklus ke-2 telah terlihat partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan sangat tinggi. Hampir pada semua tampilan Lectora, siswa mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tersebut memang masih tentang gambar dan animasi yang ditayangkan, belum mengenai materi yang diajarkan. Pada siklus ini siswa mulai mencoba memilih dan meminta guru mengeksplorasi pilihan dalam tampilan Lectora yang dibuat guru. Hal ini menunjukkan minat dan rasa ingin tahu siswa sangat tinggi. Pada siklus ke-3 siswa telah mencoba sendiri semua pilihan, mencari secara aktif materi yang diajarkan, sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator membantu kesulitan pemakaian Lectora. Ide siswa timbul untuk membuat jingle lagu bertema klasifikasi diinspirasi video lagu pada Lectora. Hal ini diluar tugas rencana pelaksanaan pembelajaran guru, dan menunjukkan minat yang luar biasa tinggi untuk belajar IPA khususnya materi keanekaragaman mahluk hidup. Motivasi belajar IPA juga diukur langsung melalui angket motivasi yang diisi oleh siswa setelah pembelajaran IPA ditutup. Angket ini terdiri dari 20 pertanyaan dengan 4 pilihan pendapat baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik yang telah divalidasi sebelumnya. Hasil angket motivasi belajar IPA siswa dapat terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil peningkatan rata-rata motivasi belajar IPA PENINGKATAN
Pra penelitian
siklus 1
pra penelitian
0
2,5 %
12,6 %
14,5 %
0
9,8 %
11,7 %
0
1,7 %
siklus 1 siklus 2 siklus 3
siklus 2 siklus 3
0
Dari tabel 1 terlihat peningkatan motivasi rata-rata paling rendah 1,7% pada siklus ke-2 menuju siklus ke-3. Peningkatan motivasi rata-rata paling tinggi terdapat pada pra penelitian (sebelum penggunaan Lectora) menuju siklus ke-3 yakni 14,5%.
PEMBAHASAN 7.
Pada dasarnya siswa sangat antusias setiap ada hal baru. Digunakannya Lectora melalui laptop, proyektor, dan mouse wireless telah memancing perhatian kelas. Tayangan video, gambar maupun suara telah membantu siswa melihat secara konkrit materi yang harus dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Harun, Jamalludin, dan Zaidatun Tasir (2003) dimana anak belajar melalui hal-hal yang kongkrit. Visualisasi yang kongkrit (riil) sebagai perantara belajar IPA yang baik. Dalam penelitian ini beberapa indikator peningkatan motivasi belajar dapat diamati seperti pendapat Uno (2006). Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, sehingga terlihat kemandirian belajar seperti pada siklus ke-3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan, teramati dari perhatian dan minat mulai dari siklus ke-1 sampai siklus ke-3. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, terlihat dari ketekunan siswa belajar tanpa diperintah, bahkan memunculkan ide jinggle lagu keanekaragaman secara spontan. 60
50
50
40
41,3 40
30
32,5 31,3 30
48,8 45 37,5 35
51,3 48,8 43,8 38,8
muh najib kholiq
31,3
didik dwi aji
20
ari cahyoko
10
0
pra siklus
siklus 1
siklus 2
siklus 3
Gambar 1. Rerata peningkatan motivasi belajar IPA dari 5 siswa terrendah Dari gambar 1 kelima siswa (najib, kholiq, didik, dwi aji, dan ari) yang memiliki motivasi belajar IPA terendah (kisaran 30-32,5) berdasarkan angket motivasi ternyata mengalami peningkatan motivasi yang berarti. Peningkatan tertinggi pada Kholiq 32,5 menjadi 51,3 mulai siklus ke-1 sampai siklus ke-3, sedangkan Didik mengalami peningkatan tercepat 30 menjadi 50 pada pra siklus sampai siklus ke-1. Hal ini karena adanya pengalaman baru yang membuat minat naik karena rasa ingin tahu yang tinggi (Sardiman. 2007). Kholiq terlambat meningkat, baru pada siklus ke-2 karena kemampuan
8.
akademiknya memang kurang baik (berdasarkan catatan akademik guru IPA). Masih dijumpai kelemahan dalam prinsip-prinsip meningkatkan motivasi belajar siswa menurut Mulyasa (2003). Pada penelitian ini belum tentu topik yang dipelajari pada materi keanekaragaman mahluk hidup juga menarik pada materi lainnya. Kedua, pemberian pujian dan hadiah lebih baik dari hukuman, namun akan membiasakan siswa mengharapkan hadiah untuk selalu belajar. Hal ini akan memberikan dampak negatif bagi kemandirian dan mentalitas belajar siswa di masa depan. Motivasi yang baik jika muncul dari dalam diri, bukan karena faktor luar yang sifatnya sementara (Sardiman. 2007)
SIMPULAN Media pembelajaran Lectora dapat meningkatan motivasi belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Materi Keanekaragaman Mahluk Hidup, di kelas VII SMP Muhammadiyah II Kalibawang. Peningkatan tersebut antara 1,7-14,5% berdasar angket motivasi belajar IPA siswa. Peningkatan motivasi belajar teramati dengan meningkatnya perhatian selama pembelajaran, keberanian mengajukan pertanyaan, dan permasalahan, serta dihasilkannya tugas tindak lanjut siswa atas keinginan siswa sendiri diluar rencana pelaksanaan pembelajaran guru. Berdasarkan simpulan tersebut disarankan mencoba pada materi lain yang mengalami kesulitan.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto S., Suharjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. PT Bumi Aksara. Harun, Jamalludin dan Zaidatun Tasir. 2003. Multimedia Dalam Pendidikan. PTS. Publications: Bentong. Tersedia: http://www.jz-media.com [18 Maret 2007] dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Iskandar, 2009. Penelitian Tindakan Kelas, GP Press: Cipayung. Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Mulyasa E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyarto T & Ismawanti E. 2008. Ilmu Pengetahuan alam untuk SMP/MTs Kelas VII. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. Uno, H.B. 2006. Teori Motivasi & Pengukurannya : Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara Widiasaran. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta.
9.