ABSTRAK
Abdul Rifa’i Simatupang, NIM. 106018200673. Pengelolaan Sarana dan Prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor. Jurusan Kependidikan Islam – Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan sarana dan prasaran dari aspek perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan dan pengawasan di MTs. Negeri Parung Bogor. Subjek penelitian ini adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana dan Guru-guru di MTs. Negeri Parung Bogor. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana dan Guru-guru di di MTs. Negeri Parung Bogor. Sementara yang menjadi sampel penelitian adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana dan 20 Guru di MTs. Negeri Parung Bogor. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana untuk aspek Perencanaan dan Pengawasan sarana dan prasarana MTs. Negeri Parung termasuk dalam kategori Baik. Sementara untuk aspek Pengadaan Pemeliharaan, Penghapusan dan Inventarisasi dalam kategori Cukup Baik, sehingga perlu adanya peningkatan agar lebih baik lagi. Pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung secara keseluruhan masuk dalam kategori Cukup Baik dengan persentase 72,04%. Hal tersebut meunjukan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung sudah dikelola dengan baik sesuai dengan standar yang ada, sehingga perlu dipertahankan dan tentunya harus ditingkatkan kembali agar menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Pengelolaan, Sarana dan Prasarana.
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Dalam kehidupannya, manusia harus dididik dan mendidik dirinya agar terbentuk kemampuan untuk menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupannya secara terus menerus. Salah satu usaha tersebut dilakukan melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai satuan pendidikan. Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha tersebut, diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang 1
Undang-Undan g No. 20 Tahun 2003 tentan g Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1, h. 1.
1
2
memenuhi
keperluan
pendidikan
sesuai
dengan
pertumbuhan
dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.2 Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting, karena keberadaannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di sekolah. “Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam pedoman pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan berbasis sekolah, yakni perencanaaan, pengadaan, pemeliharan, inventarisasi dan penghapusan”.3 Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti; ruangan, perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang OSIS, tempat parkir, ruang laboratorium dan lain-lain. Pentingnya pengelolaan sarana dan prasarana sekolah dalam rangka memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah.
2
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 45 Ayat 1, h. 14. DIKTI DIRJEN PMPTK, Pendidikan dan Pelatihan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, DEPDIKNAS, 2007. 3
3
Oleh karena itu, sekolah harus memprogramkan bidang sarana dan prasarana dengan baik agar pengelolaannya dapat tertata dengan baik. Program pengelolaan sarana dan prasarana memperhatikan standar sarana dan prasarana dalam hal: 1. Merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan 2. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi dalam proses pembelajaran 3. Melengkapi fasilitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap program yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan nonformal 4. Memelihara semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan.4 Pada kenyataannya masih banyak sekolah yang sarana dan prasarananya belum memadai sesuai dengan standar pengelolaan sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sarana dan prasarana harus dikelola secara sistematis. Dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus ada faktor yang menunjang untuk kelancaran proses kegiatan di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran di sekolah. Dengan alasan bahwa pengetahuan murid tidak terbatas pada pengetahuan konseptual semata, tetapi butuh pemahaman secara praktek agar murid benar-benar mengerti kegunaan dari ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru dan manfaatnya untuk diamalkan pada kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah sarana pendidikan yang dihadapi sekolah antara lain sarana penunjang pendidikan belum sepenuhnya berada dalam kondisi yang memadai. Hal ini dapat dilihat dari segi kuantitas dan kualitas sarana yang belum memadai misalnya sarana belajar berupa perangkat komputer yang jumlahnya belum memadai dibandingkan dengan jumlah pengguna dan juga dari segi kualitas yang mudah rusak. Belum lagi sarana pembelajaran yang lain seperti sarana olah raga, sarana laboratorium, sarana penunjang keagamaan,
4
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan, hal. 10.
4
dan lain-lain. Kondisi yang demikian, selain akan berpengaruh pada ketidaklayakan, ketidaknyamanan pada proses belajar mengajar, juga akan berdampak pada keengganan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah tersebut. Fasilitas lainnya yang mempengaruhi kualitas pendidikan ialah ketersediaan sumber belajar seperti buku teks pelajaran atau bahan ajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Depdiknas diketahui bahwa secara nasional, rata-rata rasio buku per siswa untuk SD adalah 0,80 yang belum menunjukkan rasio satu siswa satu buku. Padahal buku merupakan sarana belajar yang sangat penting yang ketiadaannya dapat menghambat pelaksanaan proses belajar mengajar.5 Adanya masalah-masalah sarana pendidikan berupa sarana penunjang pendidikan kurang memadai disebabkan karena pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota lebih banyak mengalokasikan sebagian anggaran untuk pos-pos lain atau Departemen lain, sementara biaya pendidikan yang dianggarkan sebesar 20% hanya sebatas peraturan yang selama ini belum terealisasi. Akibatnya, pembiayaan untuk sarana pembelajaran, biaya pembelajaran, pengembangan staf, dan biaya perawatan dan pemeliharaan sarana sekolah masih menjadi kendala sehingga tidak menunjang upaya peningkatan kualitas dan relevansi. Selain itu disebabkan oleh variasi antar daerah dan satuan pendidikan mengenai pengeluaran biaya pendidikan, termasuk dalam pembiayaan untuk gaji dan di luar gaji, masih menimbulkan potensi ketidakadilan dalam pemerataan kesempatan belajar yang berkualitas. Pihak sekolah sendiri, masalah sarana pendidikan muncul disebabkan karena kurang optimalnya perawatan yang dilakukan terhadap sarana pendidikan yang sudah ada. Kurangnya perawatan terhadap sarana pendidikan yang sudah ada menyebabkan sarana pendidikan di sekolah banyak yang rusak, sehingga pada saat akan digunakan sarana tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Manajemen sarana pendidikan sangat penting agar sarana pendidikan dapat difungsikan dengan baik. Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Depdiknas, 2001). Dalam konteks 5
http://www.bappenas.go.id/manajemen-sarana-pendidikan-sekolah.
5
sarana pendidikan, maka manajemen sarana pendidikan dapat diterjemahkan sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran pendidikan. Dengan kata lain, pengeolaan sarana pendidikan merupakan proses penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan sarana pendidikan secara efektif untuk mencapai tujuan sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus memiliki kemampuan mengelola dan usahausaha tertentu ke arah penentuan kebutuhan, pengadaan, pencataan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasaran pendidikan secara efektif dan efisien. Hal tersebut agar sarana dan prasarana sekolah dapat mendukung terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik. Sarana dan prasarana memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan lancar serta anak didik dapat menyerap pelajaran dengan mudah dan tidak menemui kesulitan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa dalam pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah MTs Negeri Parung masih terdapat permasalahan, yakni sarana dan pasarana yang ada di sekolah masih belum seimbang dengan jumlah warga sekolah, seperti masih kurangnya sarana WC untuk siswa. Akan tetapi masalah tersebut terus diupayakan oleh pihak sekolah untuk dicarikan solusinya6. Dengan demikian perlu adanya tata kelola yang baik dalam mengatur dan mengkoordinir sarana dan prasarana sekolah. Dengan mengacu kepada permasalahan yang ada, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pen gelolaa n Sara na dan Prasa rana d i MTs. Negeri Parung Bogo r”.
6
Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana MTs. Negeri Parung Bogor Tanggal 26 Januari 2011.
6
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Belum memadainya penyediaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung 2. Belum seimbangnya sarana dan prasaran dengan jumlah siswa di MTs. Negeri Parung 3. Kurang memadainya standar sarana dan pasarana di MTs. Negeri Parung 4. Kurangnya dukungan alokasi dana untuk pengadaan sarana dan pasaran di MTs. Negeri Parung 5. Belum maksimalnya pengelolaan sarana dan prasaran di MTs. Negeri Parung.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah penelitian pada “Pengelolaan Sarana dan Prasarana yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, pemanfaatan, penghapusan dan pengawasan di MTs. Negeri Parung Bogor”.
D. Rumusan Masalah Dari batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian “Bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan dan pengawasan di MTs. Negeri Parung Bogor”.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bermanfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis sebagai bahan untuk menambah wawasan pengalaman mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh lembaga pendidikan
7
2. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan data ilmiah data dalam penelitian selanjutnya 3. Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya tentang pengelolaan sarana dan prasarana 4. Bagi Wakil Kepala MTs. Negeri Parung Bogor, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam mengelola sarana dan prasarana yang ada di MTs. Negeri Parung Bogor untuk tahun-tahun berikutnya 5. Dari segi praktisnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi pengelola sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor dalam upaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Sarana Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian utama dari setiap administrator pendidikan karena dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu madrasah/sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Oleh karena itu pengelolaan prasarana dan sarana yang baik sangat diperlukan sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam implementasinya tidak salah arah. Selanjutnya akan dibahas beberapa pengertian sarana sebagai berikut: “Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajarmengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.”7 7
Suharsimi, Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993), Cet. 2, h. 82.
8
9
Menurut E. Mulyasa, “Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.8 Piet A. Sahertian mejelaskan bahwa sarana adalah semua barang yang diperlukan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang dianggap sebagai penunjang pelaksanaan tugas pendidikan di sekolah. 9 Dalam pengertian yang luas, sarana pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam proses pendidikan. Ini mencangkup perangkat lunak dan perangkat keras seperti; gedung sekolah dan alat laboratorium, perangkat lunak seperti kurikulum, metode dan administrasi.10 Dari beberpa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sarana adalah semua barang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan kegiatan sekolah lainnya sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien. 2. Pengertian Prasarana Pendidikan Pengertian prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. 11 Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal bahwa prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.12. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya 8
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. VII, h. 49. 9 Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasioanal, 1994), cet. 1, h. 170. 10 Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h. 90. 11 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 5, h. 55. 12 Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. I, h. 3.
10
proses pendidikan atau pengajaran seperti; halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan prasarana pendidikan. Berdasarkan pengertian sarana dan prasarana diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat atau fasilitas atau perlengkapan dasar
yang
secara
langsung
dan tidak
langsung
dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan dan demi tercapainya tujuan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang, meja kursi, alat-alat media pengajaran, ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, serta ruang laboratorium dan sebagainya.
3. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau sifatnya, yaitu: a. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM. b. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik. c. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas.13 Secara singkat ketiga tinjauan fasilitas atau benda-benda pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Ditinjau dari fungsinya terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM), prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Termasuk dalam prasarana pendidikan adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan sekolah, jaringan jalan, air, 13
listrik,
telepon,
serta
perabot/mobiler. Sedangkan
sarana
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. I, h. 115.
11
pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan. 2) Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik. Fasilitas fisik atau fasilitas material yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha, seperti kendaraan, mesin tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya. Fasilitas nonfisik yakni sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk memudahkan atau melancarkan sesuatu usaha seperti manusia, jasa, uang. 3) Ditinjau
dari
sifat
barangnya,
benda-benda
pendidikan
dapat
dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas. a. Barang
bergerak
atau
barang
berpindah/dipindahkan
dikelompokkan menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai. 1) Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tukis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya.
(Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971). 2) Barang tak-habis-pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka
waktu
yang
relatif
lama,
tetapi tetap memerlukan
perawatan agar selalu siap-pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya.
12
b. Barang tidak bergerak ialah barang yang tidak berpindah-pindah letaknya
atau
tidak
bisa
dipidahkan,
seperti
tanah,
bangunan/gedung, sumur, menara air, dan sebagainya. Sedangkan dilihat dari fungsi dan peranannya dalam proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi: alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran.14 Secara singkat ketiga macam sarana pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Alat Pelajaran Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambargambar, alat-alat tulis-menulis lain seperti kapur, penghapusan dan papan tulis maupun alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup alat pelajaran. 2) Alat Peraga Alat peraga mempunyai arti yang luas. Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid. Di samping itu, alat peraga sangatlah penting bagi pengajar untuk mewujudkan atau mendemonstrasikan bahan pengajaran guna memberikan pengertian atau gambaran yang jelas tentang pelajaran yang diberikan. Hal itu sangat membantu siswa untuk tidak menjadi siswa verbalis. Dengan bertitik tolak pada penggunaannya, maka alat peraga dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Alat peraga langsung, yaitu jika guru menerangkan dengan menunjukkan benda sesungguhnya (benda dibawa ke kelas, atau anak diajak ke benda); b. Alat peraga tidak langsung, yaitu jika guru mengadakan penggantian terhadap benda sesungguhnya. Berturut-turut dari yang konkrit ke yang abstrak, maka alat peraga dapat berupa: Benda tiruan (miniatur), Film, Slide, Foto, Gambar, Sketsa atau bagan. Disamping pembagian ini, ada lagi alat peraga atau peragaan yang berupa perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Sebagai contoh jika guru akan menerangkan bagaimana orang: berkedip, mengengadah, melambaikan tangan, membaca dan
14
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materiil, (Jakarta: PT Prima Karya, 1987), Cet. I, h. 10.
13
sebagainya, maka tidak perlu menggunakan alat peraga. Tetapi ia memperagakan.15 Oleh karena itu, alat peraga sangatlah diperlukan dalam proses belajar mengajar dengan maksud memberikan variasi dalam mengajar dan lebih banyak memberikan realita dalam mengajar sehingga pengalaman anak lebih konkrit. 3) Media Pengajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.16 Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari peraga. Media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efesiensi, tetapi dapat pula sebagai pengganti peranan guru. Oleh karena itu, Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.17 Biasanya klasifikasi media pendidikan didasarkan atas indera yang digunakan untuk menangkap isi dari materi yang disampaikan dengan media tersebut. Dengan cara pengklasifikasian ini dibedakan atas: a. Media audio atau media dengar, yaitu media untuk pendengaran. Contoh yang termasuk media audio antara lain, transparansi, papan tulis, gambar-gambar, grafik poster, peta dan globe, dan lain-lain. 15
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materiil, h. 14. Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ed. I, h. 6. 17 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000), Cet. II, h. 15-16. 16
14
b. Media visual atau media tampak, yaitu media untuk penglihatan. Contoh yang termasuk media visual antara lain, radio, rekaman pada tape recorder, dan lain-lain. c. Media audio visual atau media tampak-dengar, yaitu media untuk pendengaran dan penglihatan, contohnya antara lain, film, televisi, dan lain-lain.18 Ketiga media ini dapat digunakan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, yaitu di antaranya adalah dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi serta dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai
dengan
kemampuan dan minatnya. Oleh karena itu, media pengajaran harus benarbenar dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin maka tujuan pendidikan dapat berjalan secara efektif dan efisien serta mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan
jenis-jenis
prasarana
pendidikan
di
sekolah
bisa
diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: a. Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktek keterampilan, dan ruang laboratorium. b. Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar. Beberapa contoh tentang prasarana sekolah jenis terakhir tersebut di antaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan. 19 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto bahwa yang termasuk ke dalam klasifikasi prasarana pendidikan adalah: a. Bangunan sekolah (tanah dan gedung) yang meliputi: lapangan, halaman sekolah, ruang kelas, ruang guru, kantor, ruang praktek, ruang tamu, ruang kepala sekolah, ruang perpustakaan, laboratorium, mushala, kamar kecil dan sebagainya. 18
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan…, h. 83 Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Manajemen Perlengkapan…, h. 3. 19
15
b. Perabot sekolah, yang meliputi: meja guru, meja murid, kursi, lemari, rak buku, sapu, bulu-bulu, kotak sampah, alat-alat kantor TU.20 B. Penegelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Pengelolaan sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai kegiatan menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendayagunaan, pemeliharaan, dan penghapusan serta penataan lahan, banggunan, perlengkapan dan perabotan sekolah secara tepat guna dan tepat sasaran dengan tujuan dan proses yang jelas sesuai dengan standar pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. 1. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal ini. Bafadal (2003) menjelaskan secara rinci tentang tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut: a) Untuk mengupayakan pengadaan saraan dan prasarana sekolah melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah memiliki sarana dan prasana yang baik, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien. b) Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan efisien. c) Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasana pendidikan, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap dperlukan oleh semua pihak sekolah21. Adapun standar sarana dan prasarana ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis pendidikan umum, jenjang pendi-dikan dasar dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah
Tsanawiyah
(SMP/MTs),
dan
Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Standar sarana dan prasarana ini mencakup: 20 21
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materiil…, h. 10. Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu…, h. 55
16
1) kriteria minimum sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah, 2) kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruangruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap sekolah/madrasah. 22
Selanjutnya dijelaskan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan yang menjelaskan bahwa: a. Sekolah/Madrasah menetapkan kebijakan program secara tertulis mengenai pengelolaan sarana dan prasarana. b. Program pengelolaan sarana dan prasarana mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam hal: 1) merencanakan, memenuhi dan mendayagunakan sarana dan prasarana pendidikan; 2) mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan; 3) melengkapi fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah/madrasah; 4) menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat; 5) pemeliharaan semua fasilitas fisik dan peralatan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan lingkungan. c. Seluruh program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan disosialisasikan kepada pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. d. Pengelolaan sarana prasarana sekolah/madrasah: 1) direncanakan secara sisternatis agar selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar Sarana dan Prasarana; 2) dituangkan dalam rencana pokok (master plan) yang meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya. 23
Kemudian
ditetapkan
Standar
Sarana
dan
Prasarana
pada
Sekolah/Madrasah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 22
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidiakan Umum. 23 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
17
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Pasal 1. 1) Standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) mencakup
kriteria minimum sarana dan
kriteria minimum prasarana. 2)
Standar Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.
2. Proses Pengelolaan Sarana dan prasarana pendidikan Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan,
inventarisasi,
serta
penghapusan sarana dan prasarana
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya suatu proses dan keahlian di dalam mengelolanya. Dan tindakan prefentif yang tepat akan sangat berguna bagi instansi terkait. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan islam yang akan dibahas disini berkaitan erat dengan: 1. perencanaan 2. pengadaan 3. inventarisasi 4. Pemeliharaan 5. Penghapusan dan 6. Pengawasan24. Adapun penjelasan dari poin pengelolaan tersebut sebagai berikut:
a. Perencanaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kata perencanaan berasal dari kata rencana yang mempunyai arti rancangan atau rangka dari sesuatu yang akan dilakukan atau dikerjakan pada masa yang akan datang. Menurut Terry (2005), perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang
24
Soetjipto dan Raflis Kosasih, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. IV, h. 170-173.
18
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan. Hal senada juga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002) bahwa perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.25 Pengertian lain dari perencanaan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.26 sementara perencanaan perlengkapan pendidikan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu.27 Berdasarkan
pengertian
di atas,
pada dasarnya
perencanaan
merupakan suatu proses kegiatan untuk menggambarkan sebelumnya halhal yang akan dikerjakan kemudian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini perencanaan yang dimaksud adalah merinci rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian perencanaan sarana dan prasarana persekolahan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan,
rehabilitasi,
distribusi
atau
pembuatan
peralatan
dan
perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Adapun tujuan dilakukannya perencanaan adalah agar suatu kegiatan dapat dilaksankana dengan baik, untuk mengetahui berapa besar dana yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan dan agar lebih mudah dalam
25
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 6. 26 Ibrahim, Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 2, h. 26 27 Ibrahim, Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 2, h. 2
19
melakukan
pengawasan
dan
pengendalian
teradap
kegiatan
yang
dilaksanakan. Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam perencanaan, dalam melakukan perencanaan khususnya dalam perencanaan bangunan sekolah, menurut Thalib Kasan sebaiknya kepala sekolah menempuh langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengutamakan masalah dasar pengajaran dan perencanaan fasilitas bangunannya. b. Membentuk panitia untuk mempelajari kebutuhan khusus yang bertalian dengan bangunan dan perlengkapannya. c. Mengatur kunjungan sekolah-sekolah yang dipergunakan sebagai model atau contoh. d. Mempelajari gambar-gambar contoh bangunan sekolah dan perlengkapan. 28 Perencanaan
dapat
dirumuskan
sebagai
keseluruhan
proses
memikirkan dan menentukan secara matang terhadap hal-hal yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Setiap kepala sekolah paling tidak harus membuat rencana tahunan, rencana atau program tahunan hendaklah mencakup bidang-bidang seperti berikut: a. Program pengajaran, seperti kebutuhan tenaga guru, pembagian tugas mengajar, pengadaan buku-buku pelajaran, alat-alat pengajaran dan alat peraga. b. Kesiswaan
atau
kemuridan,
seperti penerimaan
murid
baru,
pengelompokkan siswa atau murid pelayanan kesehaan UKS. c. Kepegawaian, seperti penerimaan dan penempatan guru atau pegawai baru, pembagian tugas/pekerjaan guru dan pegawai sekolah. d. Keuangan seperti, mencakup pengadan dan pengelolaan keuangan untuk berbagai kegiatan yang telah direncanakan. e. Perlengkapan seperti, perbaikan atau rehabilitasi gedung sekolah, penambahan ruang kelas.29 28
Tholib, Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Pres, tt), h. 102.
20
b. Pengadaan Pengadaan barang adalah semua kegiatan penyediaan perlengkapan untuk menunjang pelaksanaan tugas sekolah.30 Pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas.31 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengadaan adalah segala kegiatan yang dilakukan guna menyediakan perlengkapan yang diperlukan oleh sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajara agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah pada hakekatnya adalah kelanjutan dari program perencanaan yang telah disusun oleh sekolah sebelumnya. Barang-barang yang diadakan adalah barangbarang yang berkaitan dengan keperluan sekolah diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pengadaan Buku-buku Pelajaran Pengadaan buku-buku diperlukan di sekolah meliputi: 1) Buku pelajaran 2) Buku bacaan 3) Buku bacaan pelajaran 4) Buku perpustakaan 5) Kamus 6) Ensiklopedia 7) Majalah pendidikan. 32 Pengadaan buku-buku ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya adalah: 1) Membeli 2) Hadiah atau sumbangan 29
Ngalim, Purwanto, Administrsi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 15, h. 107. 30 Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. 1, h. 176 31 Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. 1, h. 135. 32 Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi…, h. 177-178.
21
3) Tukar-menukar 4) Meminjam.33 b. Pengadaan Alat-alat Belajar Berbasis Teknologi Teknologi informasi dan komunikasi adalah satuan perangkat keras dan lunak yang berkaitan dengan akses dan pengelolaan informasi dan komunikasi. Dalam hal ini, pengadaan alat-alat yang biasa
digunakan
dalam
kegiatan
belajar
mengajar
dengan
Technology)
sebagai
menggunakan media berbasis teknologi. ICT
(Information
Communication
penggunaan berbagai media yang berbasis komputer, baik dengan jaringan (networking) maupun tanpa jaringan (stand alone) yang mendukung kepada peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolah. 34 c. Pengadaan Alat-alat Kantor Pengadaan alat-alat kantor adalah alat-alat yang biasanya digunakan dalam suatu kegiatann kantor yang antara lain meliputi: 1) Mesin tik 2) Mesin hitung 3) Mesin stensil 4) Kertas 5) Alat pembersih Alat pendidikan adalah alat-alat yag secara fungsional digunakan dalam proses belejar mengajar, alat-alat itu meliputi: 1) Alat peraga 2) Alat praktek 3) Alat laboratorium 4) Alat kesenian 5) Alat olah raga, dan lain-lain d. Pengadaan perabot
33 34
Ibrahim, Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah…,h. 32. http://sdbedahan.ucoz.com/load/ict_dalam_dunia_pendidikan/1-1-0-2
22
Pengadaan perabot adalah barang-barang rumah tangga yang fungsinya, sebagai tempat penyimpanan atau pengamanan.35 Adapun alat-alat atau bahan-bahannya, antara lain meliputi: 1) Meja tulis 2) Kursi 3) Lemari 4) Rak 5) Filling kabinet 6) Brangkas, dan lain-lain Cara pengadaan perabot dapat dilakukan dengan membeli, membuat sendiri atau menerima bantuan/sumbangan. 1) Membeli perabotan dapat berwujud barang jadi (ready stock) dan membeli dengan pesanan yang sesuai dengan syarat ukuran anatomin, teknis konstruksi, dan kualitas bahan. 2) Membuat sendiri dapat dimungkinkan dalam rangka praktek serta disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yang tersedia. 3) Menerima bantuan/sumbangan dari donatur BP3 yang bersifat tidak mengikat, dilaksanakan denga proses verbal.36 e. Pengadaan tanah Pengadaan tanah dapat dilakuakn dengan cara: 1) Membelinya 2) Menerima hibah 3) Menerima hak pakai 4) Pemekaran tanah. Sistem pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah : 1. Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya
35
Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi ..., h. 182. Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet. 1, h. 138 36
23
terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain. 2. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu. 3. Meminta sumbangan dari wali murid atau menunjukkan proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembagalembaga sosial yang tidak mengikat. 4. Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ke tempat lain. 5. Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah. f. Pengadaan bangunan Pengadaan bangunan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti: 1) Membuat
bangunan
baru,
yang
meliputi:
mendirikan,
memperbaharui, memperluas dan lain-lain. 2) Membeli bangunan, meliputi: membeli bangunan yang sudah jadi termasuk tanahnya. 3) Menyewa bangunan. 4) Menerima hibah bangunan 5) Menukar bangunan. g. Kelengkapan Prasarana Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Ruang kelas, Ruang perpustakaan, Ruang laboratorium IPA, Ruang pimpinan, Ruang guru,
24
6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14)
Ruang tata usaha, Tempat beribadah, Ruang konseling, Ruang UKS, Ruang organisasi kesiswaan, Jamban, Gudang, Ruang sirkulasi, Tempat bermain/berolahraga.37
Memilih sarana dan prasana pendidikan bukanlah berupa resep yang lengkap dengan petunjuk-petunjuknya, lalu pendidik menerima resep itu begitu saja. Sarana pembelajaran hendakanya direncanakan, dipilih dan diadakan dengan teliti sesuai dengan kebutuhan sehingga penggunaannya berjalan dengan baik. Untuk itu pendidik hendaknya menyesuaikan dengan sarana pembelajaran dengan faktor-faktor yang dihadapi, yaitu tujuan apakah yang hendak dicapai, media apa yang tersedia, pendidik mana yang akan mempergunakannya, dan yang peserta didik mana yang di hadapi. Faktor lain yag hendaknya dipertimbangkan dalam pemilihan sarana pembelajaran adalah kesesuaian dengan ruang dan waktu.
c. Pemeliharaan Pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan
aktivitas
yang
harus dijalankan
untuk
menjaga
agar
perlengkapan yang dibutuhkan oleh persnel sekolah dalam kondisi siap pakai. Kondisi sia pakai ini akan sangat membantu terhadap kelancaran proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Oleh karena itu, semua perlengkapan yang ada di sekolah membutuhkan perawatan, pemeliharaan, dan pengawasan agar dapat diperdayakan dengan sebaik mungkin.
37
Peraturan menteri pendidikan nasional republik Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTS), dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA)
25
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang terus menerus di lakukan untuk mengusahakan agar setiap jenis barang dapat ditetapkan berada dalam keadaan baik atau siap pakai.38 Pemeliharaan dilakukan agara sarana dan prasarana tidak cepat rusak dan selalu dalam keadaan siap-pakai dalam proses/kegiatan belajar mengajar. Menurut Thalib Kasan terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah antara lain sebagai berikut: a. Rehabilitasi yaitu melakukan perbaikan-perbaikan, diantaranya mengecat, meyempurnakan akustik ruang belajar, menambah WC, memperbaikai fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan. b. Mengatur dan memelihara ruang belajar, kepala sekolah hendaknya melakukan observasi secara kontinu terhadap kondisi cahaya diruang belajar dan segera melakuakn perbaikan bila diperlukan. c. Memperhatikan kondisi sanitasi, salah satu kegiatan utama program kesehatan ialah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, untuk itu memelihara kebersihan sanitasi penting. d. Penyimpanan alat-alat yang tepat, adalah memelihara dan menjaga ruang belajar agar senantiasa rapi dan bersih, harus memperhatikan fasilitas penyimpanan alat-alat denggan tepat. e. Pemeliharaan halaman dan tempat bermain, tempat bermain harus selalu dijaga dan dipelihara agar terbebas dari hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin menimbulkan bahaya atau memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangnan kesehatan murid-murid dan penghuni sekolah lainnya. Untuk itu kepala sekolah harus bekerjasama dengan guru, murid, penjaga kebersihan sekolah, dan penjaga keamanan sekolah. Peme liharaan dapa t dibed aka n m enuru t ku run waktu nya adalah: a) Pemeliharaan sehari-hari dilakukan oleh pegawai yang menggunakan barang itu dan bertanggung jawab penuh atasnya, misalnya: pengemudi mobil, pemegang mesin diesel, pemegang mesin tik, dan lain-lain. b) Pemeliharaan berkala dilakukan dalam suatu jangka waktu tertentu, misalnya: dua bulan sekali atau tiga bulan sekali. Pelaksanaan 38
Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. 1, h. 195
26
pemeliharaan tersebut dapat dilakukan seperti atau dengan bantuan orang lain. 39
Dengan pemeliharaan dan perawatan yang baik, diharapkan barang perlengkapan yang dimiliki sekolah enak dilihat, mudah dipergunakan dan tidak cepat rusak. Untuk itu kesadaran dan tanggung jawab dari semua pihak.
d. Inventarisasi Inventarisasi berasal dari kata “inventaris” (Latin = inventarium) yang berarti daftar barang-barang, bahan dan sebagainya. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik sekolah ke dalam suatu daftar inventaris barang secara tertib dan teratur menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku. Barang inventaris sekolah adalah semua barang milik negara (yang dikuasai sekolah) baik yang diadakan/dibeli melalui dana dari pemerintah, DPP maupun diperoleh sebagai pertukaran, hadiah atau hibah serta hasil usaha pembuatan sendiri di sekolah guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar.40 Hal ini sesuai dengan keputusan menteri keuangan RI Nomor Kep. 225/MK/V/4/1971 bahwa barang milik negara berupa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber baik secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barang dibawah penguasaan kantor departemen dan kebudayaan, baik yang berada di dalam maupun luar negeri.41
39
Tholib, Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Pres, tt), h. 103. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 41. 41 Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. I, h. 55 40
27
Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurut Bafadal (2003) meliputi: a) Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan didalam buku penerimaan barang, buku bukan inventaris, buku (kartu) stok barang. b) Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris. Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau menuliskannya pada badan barang perlengkapan yang tergolong sebagai barang inventaris. Tujuannya adalah untuk memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan di sekolah baik ditinjau dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis golongannya. Biasanya kode barang itu berbentuk angka atau numerik yang menunjukkan departemen, lokasi, sekolah, dan barang. c) Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang tergolong barang inventaris harus dilaporkan. Laporan tersebut sering disebut dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan dilakukan dalam periode tertentu, sekali dalam satu triwulan. Dalam satu tahun ajaran misalnya, pelaporan dapat dilakukan pada bulan juli, oktober, januari, dan april tahun berikutnya. 42
Selanjutnya penyimpanan adalah penerimaan, meyimpankan, dan mengeluarkan barang diatur digudang sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 55 dan 77 UU perbendaharaan Indonesia (ICW).43 Penyimpanan adalah penampung/mewadahi hasil pengadaan barang-barang demi keamanan, baik yang belum maupun yang akan di distribusikan.44 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyimpanan adalah suatu kegiatan menampung barang-barang yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar agar tidak rusak dan hilang. Untuk keperluan penyimpanan barang biasanya digunakan gudang. Untuk mempersiapkan sebuah gudang perlu diperhatikan beberapa faktor seperti lokasi, konstruksi, bentuk, keamanan, dan tata letak barang. Tholib
42
Ibrahim Bafadal, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan…, h. 56-59. Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi ..., h. 191. 44 Ary, H. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), cet. 1, h. 139. 43
28
Kasan menjelaskan ada beberapa prinsip dalam penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah diantaranya adalah: a) Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti panas, lembab, lapuk dan serangga. b) Mudah dikerjakan, baik untuk menyimpan maupun untuk di keluarkan. c) Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan. d) Tanggumg jawab untuk pelaksanaan yang tepat dari tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan. e) Harus diadakan inventarisasi secara berkala. 45 e. Penghapusan Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana dan prasarana tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.46 Pengahapusan sarana dan prasarana pendidikan dengan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mencegah dan membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat pengeluaran dana untuk perbaikan perlengkapan yang rusak. b. Mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan yang tidak berguna lagi. c. Membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan pengamanan. d. Meringankan beban inventaris.47
45
Tholib, Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi…, h. 101. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 41 47 Ary, H. Gunawan, administrasi sekolah (administrasi pendidikan mikro), (jakarta: PT rineka cipta, 1996), cet. 1, h. 149-150. 46
29
Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan terhadap perlengkapan sekolah. Namun perlengkapan yang akan dihapus harus memenuhi persyaratan-persyaratan penghapusan. Demikian pula prosedurnya harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Barang-barang yang memenuhi syarat untuk dihapus adalah: a) Barang-barang dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi. b) Barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan. c) Barang-barang kuno yang penggunaannya sudah tidak efisien lagi. d) Barang-barang yang terkena larangan. e) Barang-barang yang mengalami penyusustan di luar kekuasaaan pengurus barang. f) Barang-barang yang pemeliharaannya tidak seimbang dengan kegunaannya. g) Barang-barang yang berlebihan dan tidak digunakan lagi. h) Barang-barang yang dicuri. i) Barang-barang yang diselewengkan j) Barang-barang yang terbakar dan musnah akibat bencana alam.48 Dalam penghapusan barang ini, kepala sekolah beserta stafnya hendaknya mengelompokkan dan mendata barang-barang yang akan dihapus, kemudian mengajukan usulan penghapusan beserta lampiran jenis barang yang akan dihapus ke Diknas atau Depag. Setelah SK dari kantor pusat tentang penghapusan barang sesuai berita acara yang ada. Penghapusan barang ini dapat dilakukan dengan cara pemusnahan atau pelelangan. Masalah lain yang perlu diperhatikan ialah perusakan yang sering dilakukan oleh siswa yang “gatal tangan”. Perilaku ini banyak penyebabnya, antara lain adanya rasa kurang aman, frustasi, balas dendam karena merasakan ketidak adilan, dan perkelahian antar kelompok.
f.Pengawasan Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pimpinan organisasi. Berkaitan denagn sarana dan 48
Ary, H. Gunawan, administrasi sekolah…, h. 150-151.
30
prasarana pendidikan di sekolah, perlu adanya kontrol baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pengawasan (control) terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personel sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pembelakarandi sekolah. Pengawasan adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari aturan, prosedur atau ketentuan. Dengan pengawasan (controlling) diharapkan penyimpangan yang mungkin terjadi dapat ditekan sehingga kerugian dapat dihindari.49 Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pimpinan organisasi. Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, perlu adanya kontrol baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pengawasan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personal sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Kepala
sekolah
selaku
penanggungjawab
sekolah
harus
melaksanakan pemeriksaan barang secara berkala atau pada akhir tahun ajaran. Dengan pengadaan pemeriksaan keadaan barang-barang untuk kepentingan sekolah, maka dapat membantu perencanaan kegiatan sekolah dan penganggaran. Pengawasan terhadap hak milik Negara di sekolah harus diadakan secara terus menerus. Kegiatan pengawasan dapat berupa melaksanakan pengamatan, evaluasi dan meminta laporan untuk mendapatkan gambaran dan informasi tentang keadaan atau perlengkapan. Selain itu pengawasan dapat pula berupa pemberian penghargaan dan bimbingan terhadap pengelolaan sarana
49
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Administrasi dan Pengelolaan Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2008), h. 49.
31
dan prasarana yang telah dilakukan dalam satu priode untuk mencapai tertib administrasi dan tertib teknis. Pengawasan harus dilakukan secara objektif, artinya pengawasan itu harus didasarkan atas bukti-bukti
yang ada.
Apabila
dari
hasil
pengawasan/pemeriksaan ternyata terdapat kekurangan-kekurangan, maka kepala sekolah wajib melakukan tindakan-tindakan perbaikan dan penyelesaiannya. Dari beberapa uraian diatas, pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien. Definisi ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting di sekolah, karena keberadaannya
akan
sangat
mendukung
terhadap
suksesnya
proses
pembelajaran di sekolah. Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses sebagaimana terdapat dalam manajemen yang ada pada umumnya, yaitu: mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan sarana dan prasarana yang mendukung semua proses pembelajaran. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah seperti; ruang, perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang OSIS, tempat parkir, ruang laboratorium, dan lainlain.
32
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasarana ditinjau dari aspek perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan di MTs. Negeri Parung Bogor.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di MTs. Negeri Parung yang beralamat di Jl. Raya Lebakwangi Kec. Parung Kab. Bogor. Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011 dengan rincian sebagai berikut: No
Jenis Kegiatan
1
Pemilihan Judul
2
Konsultasi dengan pembimbing
3
Pendekatan ke sekolah
4
Meminta izin ke sekolah
5
Pengumpulan data
6
Pengolahan dan analisis data
Nov
32
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
34
C. Sumber Data Sumber data dari penelitian ini adalah Wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, serta sebagian guru MTs. Negeri Parung Bogor yang berjumlah 64 guru.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data-data adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana dengan tujuan untuk memperoleh data tentang pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor. 2. Kuesioner / Angket Kuesioner ini terdiri dari 28 item pertanyaan tentang pengelolaan sarana dan prasarana. Kuesioner tersebut diberian kepada 20 guru secara random, hasilnya akan dianalisis. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup dengan memberikan 4 pilihan jawaban bagi responden yaitu selalu, sering, kadangkadang dan tidak pernah. 3. Dokumentasi Berupa data mengenai keadaan yang berkaitan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor.
E. Instumen Pengumpulan Data Untuk memperoleh data tentang pengeloaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor, peneliti menggunkan wawancara dan kuesioner. Berikut kisi-kisi dapat dijabarkan sebagi berikut:
35
Tabel. 1 Pedoman Wawancara
Aspek
Indikator 1. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
Perencanaan
2. Keterlibatan guru dalam perecanaan sarana dan prasarana sekolah
Pengadaan Inventarisasi
3. Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sekolah 4. Efektifitas pemberdayaan sarana dan prasarana sekolah 5. Keadaan sarana yang disimpan di gudang. 6. Upaya-upaya kepala sekolah dalam memelihara sarana
Pemeliharaan
dan prasarana sekolah. 7. Program pemeliharaan dan pelaksaaan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.
Pemanfaatan
8.
Penggunaan sarana dan prasarana sekolah.
9.
Upaya yang dilakukan kepala sekolah terhadap sarana dan prasarana yang rusak (hilang).
10. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengelola sarana dan prasarana. 11. Proses dan prosedur penghapusan sarana dan prasarana Penghapusan
sekolah 12. Cara pemusnahan dan penghapusan sarana dan prasarana sekolah
Tabel. 2 Kisi-kisi Angket Penelitian
Aspek
Indikator 1. Kesesuaian
Perencanaan
perencanaan
dengan
standar
nasional
pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. 2. Guru ikut menyusun perencanaan sarana dan prasarana sekolah.
36
3. Guru membuat daftar sarana yang dibutuhkan sekolah 4. Adanya rencana anggaran pembiayaan sarana dan prasarana sekolah. 5. Ketersediaan ruang kelas dan kantor. 6. Penyediaan alat tulis kantor (ATK) 7. Pengadaan sarana dan prasarana kegiatan ekstrakulikuler 8. Pengadaan lahan dan bangunan sekolah 9. Pengadaan fasilitas untuk labolatorium dan perpustakaan. 10. Pengadaan ICT Pengadaan
11. Keterlibatan guru dalam pengadaan sarana dan prasarana. 12. Penyediaan sarana yang dibutuhkan oleh guru dalam mengajar, 13. Mendiskusikan kelompok kerja dengan guru dalam upaya meningkatkan penggunaan media dalam mengajar. 14. Pemberian pengarahan dalam menggunakan sarana (media). 15. Adanya gudang sebagai tempat penyimpanan sarana sekolah. 16. Melibatkan guru dalam memeriksa sarana dan prasarana yang di simpan di gudang.
Inventarisasi
17. Melaksanakan kegiatan pencatatan sarana dan prasarana sekolah dalam buku penerimaan barang, buku bukan inventaris, buku (kartu) stok barang.
18. Melaksanakan kegiatan pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris. 19. Memanfaatkan sarana dan prasarana untuk kegiatan pembelajaran di sekolah Pemeliharaan
20. Keterlibatan
guru
dalam
memelihara
sarana
dan
prasarana. 21. Pembagian tugas dengan guru dalam pemeliharaan sarana dan prasarana sehari-hari.
37
22. Pemelihaaraan saran/media untuk belajar dan mengajar 23. Keterlibatan guru dalam perbaikan terhadap sarana yang rusak. 24. Keterlibatan guru dalam mengidentifikasi sarana yang rusak atau tidak terpakai. 25. Melaksanakan Penghapusan
kegiatan
penghapusan
sarana
dan
prasarana yang rusak (tidak terpakai lagi). 26. Melaksanakan penggantian sarana dan prasarana yang telah rusak di sekolah. 27. Melaksanakan pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana di sekolah
Pengawasan
28. Mengawasi pengadministrasian sarana dan prasarana di sekolah.
F. Teknik Pengolahan Data Setelah data terumpul, selanjutnya adalah mengelola data. Dalam pengelolahan data peneliti melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Editing Dalam pengelolaan data yang pertama kali dilakuan adalah editing yaitu meliputi satu persatu kelengkapan pengisihan dan kejelasan penulisannya.
2. Skoring Data yang sudah di edit di beri skor, terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Pada angket, peneliti menggunakan skala Likert dimana responden sudah disediakan jawaban alternatifnya, yaitu: SL
: Selalu
=4
SR
: Sering
=3
KD : Kadang-kadang TP
: Tidak Pernah = 1
=2
38
3. Tabulating Peneliti membuat tebel yang terdiri dari beberapa kolom yang berisi jawaban dari responden, sehingga terlihat jawaban yang satu dengan jawaban yang lainnya.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan di interpretasikan agar data yang terkumpul dapat di analisa dan ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh. Langkah pertama adalah membuat table frekuensi dan kemudian dilengkapi dengan presentase. Dalam hal ini penulis menggunaan rumus:
Keterangan: P
: Angka persentase
F
: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N
: Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu). 50
Dari data yang merupakan hasil perhitungan analisis deskriptif, yang perlu dibahas selanjutnya adalah nilai mean atau nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengatehui kondisi (gambaran) masing-masing aspek yang diteliti berdasarkan jawaban responden. Untuk menentukan prosentase, peneliti menggunakan rumus:
50
Anas Sudjiono, Pengantar Stat isti k Pendidi kan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 43.
39
Keterangan:
P = NS = NH =
Prosentase Nilai Skor, dapat diketahui dengan membagi skor dengan jumlah responden Nilai Harapan, dapat diketahui dengan mengalihkan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi. 51
Untuk memberikan penilaian terhadap hasil nilai rata-rata dilakukan dengan memberkan angka yang kemudian dikonversikan kepada nilai huruf yang diberi nilai bobot. Adapun kategorinya sebagai berikut: 1. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76–100% 2. Cukup Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56–75% 3. Kurang Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41–55% 4. Tidak Baik, jika nilai yang dipeoleh berada pada interval 40%.
51
Siti Zahronah, “Usaha-usaha Sekolah dalam Menanamkan Disiplin Siswa”, Skripsi Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta : Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hlm. 69 – 70, t.d.
40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil MTs Negeri Parung Kab. Bogor Madrasah
Tsanawiyah
Negeri
(MTsN)
Parung
merupakan
lembaga
pendidikan formal dibawah naungan Departemen Agama yang terletak di Jl. Raya Lebakwangi Kelurahan Pemagarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor 16330 Provinsi Jawa Barat. Madrasah tersebut dibangun tahun 1978 (berawal dari PGAN selama 4 tahun) dan statusnya berubah menjadi Negeri pada tahun 1982. Madrasah dengan Nomor Statistik Madrasah (NIM) 21.2.32.03.21.001, saat ini sudah Terakreditasi A. Adapun Visi MTs. Negeri Parung adalah ”Mewujudkan Madrasah yang Menyiapkan dan Mengembangkan Sumber Daya Insani Berkualitas di Bidang IMTAQ dan IPTEK”. Sedangkan Misi MTs. Negeri Parung adalah sebagai berikut: Menyelenggarakan Pendidikan yang Berkualitas di Bidang IMTAQ dan IPTEK Dengan Mewujudkan: § Lingkungan yang kondusif (bersih, asri, nyaman dan agamis). § Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dan efektifitas pembinaan ekstrakurikuler. § Menjalin kerjasama yang baik dengan majlis dan madrasah dan masyarakat.
39
41
Dalam rangka menunjang keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah, MTsN Parung tidak hanya fokus pada bidang Akademik secara total, tetapi juga menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai sebagai salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran, disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal di sekolah.
2. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan a. Guru Syarat dari suatu lembaga pendidikan yang berkualitas selain memiliki seperangkat sarana prasarana pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar, lembaga pendidikan tersebut harus memiliki tenaga pendidik yang profesional. Untuk menghasilkan produk berupa sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas diperlukan tenaga pendidik sebagai produsen yang mampu bekerja secara profesional. Guru merupakan salah satu bagian yang integral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Guru atau pendidik merupakan salah satu komponen pendidikan yang harus ada dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan tersedianya guru (pendidik) maka proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Di MTsN Parung jumlah keseluruhan tenaga pendidik adalah 64 orang dari 31 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Sebagian besar atau rata-ratanya merupakan sarjana (S-1). Untuk lebih jelasnya tentang keadaan pendidik di MTs Negeri Parung dapat dilihat pada lampiran. b. Siswa Berdasarkan data yang penulis dapatkan bahwa jumlah Siswa/i MTsN Parung pada tahun 2010/2011 sebanyak 1193 Siswa/i. Terdiri dari 518 siswa dan 675 siswi. Sebagaimana dalam table berikut:
42
Table. 3 Jumlah Siswa MTs Negeri Parung TP. 2010/2011 Jumlah Siswa Kelas
Jumlah Kelas
Jumlah LK
PR
VII
9
157
222
379
VIII
8
180
200
380
IX
9
181
253
434
Jumlah
26
518
675
1193
c. Karyawan Kelancaran dan keberhasilan suatu pendidikan juga ditentukan oleh peran serta karyawan. Kelancaran pendidikan disekolah tidak terlepas dari administrasi yang baik, teratur serta terencana. Demikian halnya dengan MTsN Parung, adanya karyawan sekolah sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan sekolah. Karyawan MTs Negeri Parung terdiri dari; Ketua Tata Usaha dan Staf, Bagian Kebersihan, Keamanan dan Operasional. Adapun rincian keadaan karyawan MTs Negeri Parung Kab. Bogor sebagai berikut: Table. 4 Keadaan Karyawan MTs Negeri Parung No
Nama
Jabatan
1
Rudi Suhendi, S.Ag
Kepala Tata Usaha
2
M. Supendi
Staff TU
3
Amah
Staff TU
4
Saepudin HN
Operasional
5
Hendra Sutama
Penjaga Gerbang/Satpam
6
Edwin Kurniyasa
Kebersihan
7
Opan Sopian
Penjaga Kantin
8
A. Fauzi Darojat
Penjaga Gerbang
43
9
Ependi
10
Anang Fauzi
11
Istiqomah solihat
12
Mamat Suhendar
13
L. Malihah
Satpam
B. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Negeri Parung Bogor Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Berdasarkan pengamatan penulis secara umum sarana dan prasarana di MTsN Parung sudah memadai khususnya lahan, bangunan, perlengkapan dan perabot. Adapun rincian lahan, bangunan, dan perlengkapan di MTsN Parung sebagai berikut: a. Lahan / Tanah Luas tanah seluruhnya
: 6.281.25 m²
Luas tanah untuk bangunan
: 5.0568 m²
Luas tanah untuk sarana lingkungan ( Jalan dan Taman)
: 713,25 m²
Luas tanah kosong
:
Surat-surat Hak Atas Tanah
: Sertifikat : Akta Jual Beli : SKHGB/P
b. Bangunan Berdasarkan hasil pengamatan penulis bahwa di MTsN Parung terdapat prasarana seperti: Ruang Kelas, Ruang Perpustakaan, Ruang Laboratorium IPA, Ruang Pimpinan, Ruang Guru, Ruang Tata Usaha, Tempat Beribadah, Ruang Konseling, Ruang UKS, Ruang Lab. Bahasa, Ruang Organisasi Kesiswaan, WC/Kamar Mandi, Gudang, Ruang Sirkulasi dan Tempat Bermain/Berolahraga.
44
c. Perlengkapan Adapun perlengkapan yang ada di MTsN Parung berdasarkan data yang penulis dapatkan dari bagian sarana dan prasarana, yakni Kursi Siswa, Meja Siswa, Kursi Guru, Meja Guru, Lemari, Papan Panjang, Mesin Ketik, Mesin Hitung, Alat Penggandan, Rak, Kendaraan Dinas (Mobil dan Motor) Filing Kabinet, Brangkas, AC, Komputer, Laptop, Faximile, Telepon, Papan Tulis, Tempat Sampah, Tempat Cuci Tangan, Jam Dinding dan Soket Listrik.
C. Deskripsi dan Interpretasi Data Untuk mengetahui bagaimana Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana dalam pengelolaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung, peneliti memperoleh data melalui wawancara dan metode kuesioner. Dalam hal ini data yang terkumpul telah melalui proses editing kemudian di kualifikasikan atau dituangkan dalam bentuk angka-angka, sehingga data tersebut bersifat kuantitatif. Untuk selanjutnya ditafsirkan secara deskriptif. Berikut dihasilkan data hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana digabungkan dengan hasil penyebaran angket terhadap 20 guru mengenai kemampuan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana dalam pengelolaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung. Dibawah ini dijelaskan masing-masing hasil wawancara dan item soal dengan analisisnya.
45
Tabel. 5 Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana No. Soal
1.
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
10
50 %
§
Sering
6
30 %
§
Kadang-kadang
4
20 %
§
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
20
100 %
Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana merupakan suatu proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan sekolah, khususnya sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan oleh sekolah. Dari data tersebut menunjukkan bahwa (50%) responden menjawab bahwa Setiap tahun sekolah membuat perencanaan sarana dan prasarana sesuai dengan standar pengelolaan, (30%) menjawab sering, (20%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada guru yang menjawab tidak pernah. Dari data dalam table menunjukkan bahwa Setiap tahun sekolah selalu membuat perencanaan sarana dan prasarana sesuai dengan standar pengelolaan. Data tersebut juga sesuai dengan data hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana yang menjelaskan bahwa sekolah membuat perencanaan untuk pengelolaan sarana dan prasarana sekolah untuk kebutuhan sekolah secara keseluruhan.
46
Tabel. 6 Keterlibatan Guru dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana No. Soal
2.
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
3
15 %
§
Sering
7
35 %
§
Kadang-kadang
9
45 %
§
Tidak Pernah
1
5%
Jumlah
20
100 %
Keterlibatan guru dalam perecanaan sarana dan prasarana sekolah sangatlah penting agar perencanaan sarana dan prasarana sekolah dapat diketahui oleh semua warga sekolah, khususnya guru dan wali kelas. Dari data tersebut menunjukkan bahwa (15%) responden menjawab selalu, 35%) menjawab sering, (45%) menjawab kadang-kadang dan (5%) menjawab tidak pernah. Dari data dalam tabel menunjukkan bahwa guru kadang-kadang dilibatkan dalam perencanaan sarana dan prasarana. Data tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara bahwa sekolah terkadang melibatkan guru dalam perencanaan sarana dan prasarana. Dalam hal ini memang tidak semua guru dilibatkan, akan tetapi sekolah selalu melibatkan wali kelas dalam perencanaan sarana dan prasarana sekolah.
Tabel. 7 Perencanaan Pembiayaan Untuk Sarana dan Prasarana No. Soal
3.
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
11
55 %
§
Sering
3
15 %
§
Kadang-kadang
6
30 %
§
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
20
100 %
47
Setiap sekolah harus memiliki perencanaan pembiayaan sarana dan prasarana hal tersebut sangatlah penting mengingat sarana dan prasarana merupakan kebutuhan pokok untuk menunjang kegiatan sekolah secara keseluruhan. Dengan pembiayaan yang terencana dan cukup, maka kebutuhan sekolah dalam hal sarana da prasarana akan terpenuhi. Dari data tersebut menunjukkan (55%) responden menjawab kepala sekolah selalu membuat perencanaan pembiayaan untuk sarana dan prasarana di sekolah, (15%) menjawab sering, (30%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak pernah. dari data dalam table dapat disimpulkan bahwa sekolah selalu membuat perencanaan pembiayaan untuk sarana dan prasarana di sekolah.
Tabel. 8 Membuat Daftar Sarana dan Prasarana No. Soal
4.
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
9
45 %
§
Sering
6
30 %
§
Kadang-kadang
5
25 %
§
Tidak Pernah
0
0%
20
100 %
Jumlah
Membuat daftar sarana dan prasarana sangatlah penting untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan sekolah, Dari data diatas menunjukkan (45%) responden menjawab selalu, (30%) menjawab sering, (25%) menjawab kadangkadang dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak pernah. dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana selalu membuat daftar sarana yang dibutuhkan sekolah.
48
Tabel. 9 Pengadaan Kebutuhan Sekolah No. Soal
5.
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
9
45 %
§
Sering
6
30 %
§
Kadang-kadang
5
25 %
§
Tidak Pernah
0
0%
20
100 %
Jumlah
Pengadaan barang merupakan semua kegiatan penyediaan perlengkapan untuk menunjang pelaksanaan tugas sekolah pengadaan merupakan segala kegiatan untuk menyediakan semua keperluan barang, benda, dan jasa, Dari data diatas menunjukkan bahwa (45%) responden menjawab selalu, (30%) menjawab sering, (25%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak pernah. dari data tersebu dapat disimpulkan bahwa Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana selalu melaksanakan kegiatan
pengadaan untuk
kebutuhan sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Wakasek Bidang Sarpras bahwa sekolah selalu menyediakan fasilitas untuk kebutuhan sekolah khususnya fasilitas untuk kegiatan pembelajaran dan pengadaan sarana dan prasarana untuk kebutuhan sekolah lainnya.
Tabel. 10 Pengadaan Sarana dan Prasarana sesuai Perencanaan No. Soal
6.
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
4
20 %
§
Sering
7
35 %
§
Kadang-kadang
9
45 %
§
Tidak Pernah
0
0%
20
100 %
Jumlah
Pengadaan sarana dan prasarana merupakan segala kegiatan yang dilakukan guna menyediakan perlengkapan yang diperlukan oleh sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajara agar dapat berjalan dengan efektif dan efesien, dari data tabel menunjukkan bahwa (20%) responden menjawab selalu, (35%) menjawab
49
sering, (45%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak pernah. dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana kadang-kadang melaksanakan kegiatan pengadaan sesuai dengan rencana, ini dimungkinkan karena Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana tidak melibatkan semua guru dalam membuat pengadaan perencanaan. Seperti dijelaskan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana bahwa dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah tidak melibatkan semua guru, hanya lebih kepada wali kelas.
Tabel. 11 Sarana Untuk Kegiatan Ekstrakurikuler No. Soal
7
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
4
20 %
§
Sering
7
35 %
§
Kadang-kadang
9
45 %
§
Tidak Pernah
0
0%
20
100 %
Jumlah
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan diluar jam pelajaran sekolah, akan tetapi sangat mendukung dalam kegiatan pembelajaran lainnya di sekolah. Oleh karena itu kegiatan tersebut harus difasilitasi dengan baik oleh sekolah. Dari data tabel menunjukkan bahwa (20%) responden menjawab selalu, (35%) menjawab sering, (45%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak pernah. dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah kadang-kadang menyediakan alat bantu untuk kegiatan pengajaran ekstrakulikuler. Hal ini dimungkinkan karena sekolah lebih cenderung kepada penyediaan fasilitas untuk kegiatan pembelajaran secara formal.
50
Tabel. 12 Mengkoordinir Pengadaan Lahan dan Bangunan Sekolah No. Soal
8
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
4
20 %
§
Sering
6
30 %
§
Kadang-kadang
9
45 %
§
Tidak Pernah
1
5%
20
100 %
Jumlah
Tanah dan bangunan merupakan barang-barang tidak bergerak yang tidak habis pakai, walaupun demikian harus tetap dijaga agar biaya perawatannya bisa diminimalisir oleh sekolah dan lahan/tanah harusnya memiliki tempat yang strategis. Dan dari data tabel di atas menunjukkan bahwa (20%) responden menjawab selalu, (30%) menjawab sering, (45%) menjawab kadang-kadang dan (5%) responden yang menjawab tidak pernah. dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana kadang-kadang mengkoordinir pengadaan lahan dan bangunan sekolah sesuai kebutuhan.
Tabel. 13 Mengkoordinir Pengadaan Ruang Kelas dan ATK No. Soal
9
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
6
30 %
§
Sering
9
40 %
§
Kadang-kadang
4
20 %
§
Tidak Pernah
1
5%
Jumlah
20
100
51
Pengadaan ruang kelas haruslah sesuai dengan standar sarana dan prasarana yang diatur oleh pemerintah dan alat-alat kantor merupakan alat-alat yang biasanya digunakan dalam suatu kegiatann kantor yang antara lain meliputi seperti Mesin tik, Mesin hitung, Mesin stensil, Kertas. Dari data tabel menunjukkan bahwa (30%) responden menjawab selalu, (40%) menjawab sering, (20%) menjawab kadangkadang dan (5%) responden yang menjawab tidak pernah. dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana sering mengkoordinir pengadaan ruang kelas dan kantor serta alat tulis kantor (ATK).
Tabel. 14 Pengadaan Fasilitas Labolatorium dan Perpusakaan No. Soal
10
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
5
25 %
§
Sering
9
45 %
§
Kadang-kadang
6
30 %
§
Tidak Pernah
0
0%
20
100 %
Jumlah
Labolatorium dan perpustakaan merupakan sarana pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap murid. Oleh karena itu dalam penyelenggaraannya memerulukan fasilitas khusus dan memadai. Dari data tabel menunjukkan bahwa (25%) responden menjawab selalu, (45%) menjawab sering, (30%) menjawab kadang-kadang dan (0%) responden yang menjawab tidak pernah. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah selalu mengkoordinir pengadaan fasilitas untuk labolatorium dan perpustakaan sekolah. Hasil tersebut juga diperkuat dengan data hasil wawancara yang menjelaskan bahwa sekolah sudah memiliki sarana dan prasarana untuk labolatorium dan perpustakaan.
52
Tabel. 15 Pengadaan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi No. Soal
11
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
5
25 %
§
Sering
3
15 %
§
Kadang-kadang
10
50 %
§
Tidak Pernah
2
10 %
20
100 %
Jumlah
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information Communication and Technology (ICT) saat ini sudah menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan kualitas proses pendidikan. Oleh karena itu sekolah harus memfasilitasi kegiatan pembelajaran di sekolah dengan media yang berbasis teknologi. Dari data tabel menunjukkan bahwa (25%) responden menjawab selalu, (15%) menjawab sering, (50%) menjawab kadang-kadang dan (10%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah dalam pengadaan media pembelajaran berbasis teknologi masih kadang-kadang menggunakannya. Hal ini dimungkinkan karena masih terbatasnya dana sekolah untuk memfasilitasi hal tersebut.
Tabel. 16 Keterlibatan Guru Dalam Pengadaan Sarana Sekolah No. Soal
12
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
4
20 %
§
Sering
6
30 %
§
Kadang-kadang
9
45 %
§
Tidak Pernah
1
5%
20
100 %
Jumlah
53
Dalam kegiatan pengadaan sarana dan prasarana, tentunya sekolah harus melibatkan warga sekolah khusunya guru, agar semuanya dapat mengetahui sarana dan prasarana apa yang akan diadakan sekolah. Dari data tabel menunjukkan bahwa (20%) responden
menjawab selalu,
(30%) menjawab sering, (45%) menjawab kadang-kadang dan (5%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah masih jarang melibatkan guru-guru dalam hal tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa sekolah hanya melibatkan wali kelas dalam kegiatan tersebut.
Tabel. 17 Pengadaan Sarana Kebutuhan Guru Dalam Mengajar No. Soal
13
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
3
15 %
§
Sering
8
40 %
§
Kadang-kadang
8
40 %
§
Tidak Pernah
1
5%
20
100 %
Jumlah
Guru sebagai komponen penting di sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus memperhatikan kebutuhan guru khususnya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Kebutuhan mendasar bagi guru haruslah terpenuhi agar guru merasakan kenyamanan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Dari data tabel menunjukkan bahwa (15%) responden
menjawab selalu, (40%) menjawab sering, (40%)
menjawab kadang-kadang dan (5%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pengadaan sarana dan prasarana untuk kebutuhan guru mengajar sering dipenuhi. Akan tetapi hasil lainnya menunjukan bahwa kebutuhan guru dalam mengajar masih jarang terpenuhi. Hal ini dimungkinkan karena masih ada sebagian guru yang beranggapan bahwa pengadaan kebutuhan guru untuk mengajar masih belum maksimal.
54
Tabel. 18 Upaya Meningkatkan Sarana Pembelajaran No. Soal
14
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
2
10 %
§
Sering
10
50 %
§
Kadang-kadang
7
35 %
§
Tidak Pernah
1
5%
20
100 %
Jumlah
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya sarana untuk kegiatan pembelajaran tersebut. Sekolah harus dapat meningkatkan sarana pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih maksimal dan hasilnaya optimal. Dari data tabel menunjukkan bahwa (10%) responden menjawab selalu, (50%) menjawab sering, (35%) menjawab kadang-kadang dan (5%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah sering mengupayakan peningkatan sarana untuk pembalajaran, seperti menyediakan media/alat bantu untuk kegiatan pembelajaran. Tabel. 19 Penyimpanan Sarana dan Prasarana No. Soal
15
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
5
25 %
§
Sering
7
35 %
§
Kadang-kadang
7
35 %
§
Tidak Pernah
1
5%
20
100 %
Jumlah
55
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menampung barang-barang yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar agar tidak rusak dan hilang. Kegiatan ini sangatlah penting terutama untuk barang-barang yang dapat digunakan untuk waktu yang lama dan membutuhkan penyimpanan khusus. Dari data tabel menunjukkan bahwa (25%) responden menjawab selalu, (35%) menjawab sering, (35%) menjawab kadang-kadang dan (5%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana sering melibatkan guru-guru dalam kegiatan penyimpanan. Akan tetapi hasil data yang sama juga menunjukan bahwa Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana kadang-kadang melibatkan guru-guru sekolah, kemungkinan hal ini dikarenakan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana hanya melibatkan Wali Kelas dalam kegiatan tersebut.
Tabel. 20 Pemerikasaan Sarana dan Prasarana No. Soal
16
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
2
10 %
§
Sering
4
20 %
§
Kadang-kadang
11
55 %
§
Tidak Pernah
3
15 %
20
100 %
Jumlah
Pemeriksaan sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang harus dilakukkan sekolah. Hal ini terkait dengan keamanan sarana dan prasarana sekolah agar terjaga dengan baik. Dari data tabel menunjukkan bahwa (10%) responden menjawab selalu, (20%) menjawab sering, (55%) menjawab kadang-kadang dan (15%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah dalam kegiatan pemeriksaan sarana dan prasarana masih sangat jarang dilakukan.
56
Tabel. 21 Pencatatan/Inventarisasi Sarana dan Prasarna Sekolah No. Soal
17
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
4
20 %
§
Sering
9
45 %
§
Kadang-kadang
6
30 %
§
Tidak Pernah
1
5%
20
100 %
Jumlah
Inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah. Hal tersebut untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah. Dari data tabel menunjukkan bahwa (20%) responden
menjawab selalu, (45%) menjawab sering, (30%) menjawab
kadang-kadang dan (5%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah sering melaksanakan kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana sekolah.
Tabel. 22 Pembuatan Kode Untuk Barang Inventaris No. Soal
18
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
5
25 %
§
Sering
5
25 %
§
Kadang-kadang
8
40 %
§
Tidak Pernah
2
10 %
20
100 %
Jumlah
Pada dasarnya maksud dan tujuan mengadakan penggolongan barang ialah agar terdapat cara yang cukup mudah dan efisien untuk mencatat dan sekaligus untuk mencari dan menemukan kembali barang tertentu, baik secara fisik maupun melalui daftar catatan ataupun di dalam ingatan orang. Dari data tabel menunjukkan bahwa (25%) responden
menjawab selalu, (25%) menjawab sering, (40%)
menjawab kadang-kadang dan (10%) responden yang menjawab tidak pernah.
57
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah kadang-kadang melaksanakan kegiatan Pembuatan Kode Untuk Barang Inventaris.
Tabel. 23 Pemanfaatan Sarana dan Prasarana No. Soal
19
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
8
40 %
§
Sering
8
40 %
§
Kadang-kadang
4
20 %
§
Tidak Pernah
0
0
20
100 %
Jumlah
Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah merupakan semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah, hal tersebut harus ditujukan semata-mata dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan semua perlengkapan sekolah secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau hilang. Dari data tabel menunjukkan bahwa (40%) responden menjawab selalu, (40%) menjawab sering, (20%) menjawab kadang-kadang dan (0%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah selalu dan sering memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan baik.
58
Tabel. 24 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sekolah No. Soal
20
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
6
30 %
§
Sering
11
55 %
§
Kadang-kadang
3
15 %
§
Tidak Pernah
0
0
20
100 %
Jumlah
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, hal ini sangat penting terutama jika dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli suatu peralatan/fasilitas sekolah lainnya akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut. Dari data tabel menunjukkan bahwa (30%) responden menjawab selalu, (55%) menjawab sering, (15%) menjawab kadang-kadang dan (0%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah sering melaksnakan kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah agar tetap terjaga dengan baik. Hasil tersebut sesuai dengan data hasil wawancara bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana dengan adanya petugas yang mengawasi agar pemeliharaan tersebut bisa menjaga nilai kegunaan yang utuh dari barang-barang menunjang proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa.
59
Tabel. 25 Pembagian Tugas Untuk Pemeliharaan Sarana dan Prasarana No. Soal
21
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
4
20 %
§
Sering
8
40 %
§
Kadang-kadang
7
35 %
§
Tidak Pernah
1
5%
20
100 %
Jumlah
Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah merupakan tanggung jawab bersama warga sekolah. Tentunya sekolah melalui Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana harus membuat pembagian tugas pemeliharaan Sarana dan Prasarana, mulai dari pemeliharaan terus menerus, berkala atau preventif. Dari data tabel menunjukkan bahwa (20%) responden menjawab selalu, (40%) menjawab sering, (35%) menjawab kadang-kadang dan (5%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah sering melaksanakan kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana dengan adanya pembagian tugas oleh Bidang Sarana dan Prasarana agar kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Tabel. 26 Menggunakan dan Menjaga Media Pembelajaran No. Soal
22
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
8
40 %
§
Sering
8
40 %
§
Kadang-kadang
2
10 %
§
Tidak Pernah
2
10 %
20
100 %
Jumlah
Media pembelajaran merupakan salah satu sarana yang ada di sekolah, keberadaannya harus dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menujang kegiatan pembelajaran.
Selain
itu,
pemanfaatannya
harus
diimbangi
dengan
pemeliharaan/penjagaan yang baik agar media pembelajaran tetap dalam kondisi siap pakai. Dari data tabel menunjukkan bahwa (40%) responden
menjawab selalu,
60
(40%) menjawab sering, (10%) menjawab kadang-kadang dan (10%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah khusunya guru selalu dan sering menggunakan dan menjaga media pembelajaran. . Tabel. 27 Perbaikan Sarana dan Prasarana Rusak No. Soal
23
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
1
5%
§
Sering
8
40 %
§
Kadang-kadang
9
45 %
§
Tidak Pernah
2
10 %
20
100 %
Jumlah
Sarana yang digunakan harus sesuai dengan fungsinya sehingga dapat mengurangi kerusakan pada barang tersebut. Oleh karena itu, sarana dan prasaran yang sifatnya tahan lama ketika rusak tentunya masih bisa diperbaiki. Dari data tabel menunjukkan bahwa (5%) responden menjawab selalu, (40%) menjawab sering, (45%) menjawab kadang-kadang dan (10%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah kadang-kadang melibatkan guru dalam melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana yang rusak, dan sebagian kecil guru menjawab bahwa sekolah selalu membagi tugas dengan guru dalam melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehari-hari. Seperti yang disampaikan oleh Wakasek Bid. Sapras bahwa upaya yang dialakukan sekolah dalam memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak yaitu membuat daftar barang-barang yang sudah tidak layak pakai dan daftar barangbarang yang masih diperbaiki, agar bisa dibuat proposal pengadaan sarana dan prasarana untuk diajukan kepada pemerintah atau apabila penyediaan dana sekolah untuk sarana dan prasarana masih ada, maka akan digunakan uang yang tersedia untuk membeli barang-barang tersebut, dengan alasana bahwa sekolah ini adalah dibawah naungan pemerintah.
61
Tabel. 28 Pemeriksaan Sarana dan Prasarana No. Soal
24
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
4
20 %
§
Sering
8
40 %
§
Kadang-kadang
5
25 %
§
Tidak Pernah
3
15 %
20
100 %
Jumlah
Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, perlu adanya kontrol baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personel sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh personil sekolah dalam kondisi siap pakai. Dari data tabel menunjukkan bahwa (20%) responden
menjawab selalu,
(40%) menjawab sering, (25%) menjawab kadang-kadang dan (15%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah melalui Wakil Kepala sekolah Bidang Sarana dan Prasarana sering melaksanakan kegiatan pemeriksaan sarana dan prasarana sekolah dengan melibatkan personil sekolah lainnya.
Tabel. 29 Penghapusan Sarana dan Prasarana Hilang/Rusak No. Soal
25
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
4
20 %
§
Sering
8
40 %
§
Kadang-kadang
6
30 %
§
Tidak Pernah
2
10 %
20
100 %
Jumlah
62
Sarana dan Prasarana yang ada harus dipelihara dan dirawat dengan baik secara berkala setiap saat, agar dapat dimanfaatkan lebih lama. Hal tersebut dilaksanakan dalam bentuk penggantian sarana dan prasarana yang rusak/hilang. Dari data tabel menunjukkan bahwa (20%) responden menjawab selalu, (40%) menjawab sering, (30%) menjawab kadang-kadang dan (10%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah sering melaksanakan kegiatan penghapusan sarana dan prasarana yang rusak/hilang. Hasil tersebut diperkuat oleh pernyataan Wakasek Bid. Sarpras bahwa kegiatan penghapusan yang dilakukan sekolah adalah apabila barang-barang itu miliki negara akan dibuatkan surat koordinasi untuk penghapusan barang-barang yang tidak layak pakai untuk rencana tindak lanjut dari pemerintah untuk pengadaan kembali sarana dan prasarana tersebut. Selanjutnya sarana dan prasarana yang berasal dari swadaya masyarakat akan dimusyawarahkan kepada komite sekolah, untuk ditindak lanjuti.
63
Tabel. 30 Pengawasan Sarana dan Prasarana Sekolah No. Soal
26
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
7
35 %
§
Sering
7
35 %
§
Kadang-kadang
6
30 %
§
Tidak Pernah
0
0
20
100 %
Jumlah
Pengawasan (control) terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu personil sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Dari data tabel menunjukkan bahwa (35%) responden menjawab selalu, (35%) menjawab sering, (30%) menjawab kadang-kadang dan (0%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah selalu dan sering melaksanakan kegiatan pengawasan (control) terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
Tabel. 31 Pengawasan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Sekolah No. Soal
27
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
8
40 %
§
Sering
9
45 %
§
Kadang-kadang
3
15 %
§
Tidak Pernah
0
0
20
100 %
Jumlah
Pemanfaatan/penggunaan
sarana
dan
prasarana
sekolah
harus
dipertanggungjawabkan dengan adanya pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah akan sesuai dengan fungsinya dan sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana sangatlah penting agar barangbarang milik sekolah tidak dipergunakan untuk hal-hal yang tidak diinginkan.
64
Dari data tabel menunjukkan bahwa (40%) responden menjawab selalu, (45%) menjawab sering, (15%) menjawab kadang-kadang dan (0%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah selalu dan
sering
melaksanakan
kegiatan
pengawasan
(control)
terhadap
penggunaan/pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
Tabel. 32 Administrasi Sarana dan Prasarana Sekolah No. Soal
28
Alternatif Jawaban
F
P
§
Selalu
5
25 %
§
Sering
9
45 %
§
Kadang-kadang
4
20 %
§
Tidak Pernah
2
10 %
20
100 %
Jumlah
Administrasi merupakan kegiatan pencatatan sarana dan prasarana agar sarana dan prasarana dapat
dikelola dengan baik, seperti pelaksanaan kegiatan
pengadministrasian barang inventaris dilakukan dalam buku induk barang inventaris, buku golongan barang inventaris, buku catatan barang non inventaris, daftar laporan triwulan, mutasi barang inventaris, daftar rekap barang inventaris. Dari data tabel menunjukkan bahwa (25%) responden menjawab selalu, (45%) menjawab sering, (20%) menjawab kadang-kadang dan (10%) responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah sering melaksanakan
kegiatan pengadministrasian terhadap sarana
dan prasarana
pendidikan di sekolah. Untuk mengetahui persentasi masing-masing aspek mengenai pengelolaan sarana dan prasarana, penulis akan menguraikan masing-masing aspek sebagai berikut:
65
Tabel. 33 Nilai Rata-rata Skor Penelitian No.
Aspek
Skor
Perencanaan
247
4x4 = 16
2
Pengadaan
556
10x4 = 40
3
Inventarisasi
210
4x4 = 16
4
Pemeliharaan
345
6x4 = 24
5
Penghapusan
115
2x4 = 8
6
Pengawasan
122
2x4 = 8
1
NH
NS
NH/NS x 100%
247 : 20 =
12,35 / 16 x 100% =
12,35
77,18%
556 : 20 =
27,8 / 40 x 100% =
Cukup
27,8
69,50%
Baik
210 : 20 =
10,5/ 16 x 100% =
Cukup
10,5
65,62%
Baik
345 : 20 =
17,25 / 24 x 100% =
Cukup
17,25
71,87%
Baik
115 : 20=
5,75 / 8 x 100% =
Cukup
5,75
71,87%
Baik
122 : 20 =
6,1 / 8 x 100% =
6,1
76,25%
Jumlah Rata-rata
432,29%
Kategori Baik
Baik
Cukup
432,29% / 6 = 72,04%
Data diatas menunjukan nilai rata-rata skor penelitian tentang pengelolaan sarana dan prasaran di MTs. Negeri Parung yang terdiri dari delapan aspek. Adapun deskripsi data masing-masing aspek tersebut sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan data tabel nilai rata-rata skor penelitian, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pengelolaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung termasuk dalam kategori Baik dengan persentase 77,18%. Hasil tersebut menunjukan bahwa dalam pengelolaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung dilaksanakan melalui proses perencanaan terlebih dahulu oleh Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana MTs Negeri Parung. Akan tetapi dalam kegiatan perencaaan sarana dan prasarana masih kurang melibatkan guru-guru dalam kegiatan terebut. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian angket dan hasus ditingkatkan.
Baik
66
b. Pengadaan Dari data tabel nilai rata-rata skor penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengadaan di MTs Negeri Parung dalam kategori Cukup Baik dengan persentase 69,50%. Hasil tersebut menunjukan bahwa kegiatan pengadaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung secara keseluruhan sudah terlaksana Cukup Baik dengan memperhatikan kebutuhan sekolah. Hal tersebut masih harus ditingkatkan menjadi lebih baik, mengingat masih adanya kekurangan khusunya dalam pengadaan sarana dan prasarana yang belum sepenuhnya sesuai dengan perencanaan. c. Inventarisasi Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung dalam kategori Cukup Baik dengan persentase 65,62%. Hasil tersebut menunjukan bahwa kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung secara keseluruhan sudah terlaksana Cukup Baik. Tentunya hasil tersebut masih harus ditingkatkan kembali terutama dalam kegiatan pemeriksaan sarana dan prasarana yang masih kurang dilaksanakan dengan maksimal. d. Pemeliharaan Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung dalam Cukup Baik dengan persentase 71,87%. Hasil tersebut menunjukan bahwa kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik. Akan tetapi baiknya hasil tersebut bukan berarti sudah tidak adanaya masalah dalam kegiatan pemeliharaan, hal ini ditunjukan dengan masih jarangnya kegiatan perbaikan sarana dan prasaran yang sudak rusak. e. Penghapusan Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan penghapusan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung dalam kategori Cukup Baik dengan persentase 71,78%. Hasil tersebut menunjukan bahwa kegiatan penghapusan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik. f. Pengawasan
67
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengawasan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung dalam kategori Baik dengan persentase 76,25%. Hasil tersebut menunjukan bahwa kegiatan pengawasan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung secara keseluruhan sudah terlaksana dengan baik. Dari hasil interprestasi data enam aspek yang merupakan tahapan untuk mengetahui gambaran pengelolaan sarana dan prasarana. Sesuai dengan perhitungan persentase yang diperoleh dari hasil angket siswa, yaitu:
Dari hasil perhitungan nilai rata-rata skor di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden guru menjawab 72,04% yang berarti pengelolaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung berada pada kategori “Cukup Baik”. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana di MTs Negeri Parung sudah cukup baik sehingga perlu dikembangkan menjadi lebih baik lagi.
68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung, peneliti dapat mmenyimpulkan sebagai berikut: 1. Pengelolaan sarana dan prasarana yang mencakup perencanaan, pengadaan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan dan pengawasan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa untuk aspek Perencanaan dan Pengawasan sarana dan prasarana MTs. Negeri Parung termasuk dalam kategori Baik. Sementara untuk aspek Pengadaan, Inventarisasi, Pemeliharaan dan Penghapusan dalam kategori Cukup Baik, sehingga perlu adanya peningkatan agar lebih baik lagi. 2. Dengan demikian, pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung secara keseluruhan masuk dalam kategori Cukup Baik. Hal tersebut meunjukan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung sudah dikelola dengan baik sesuai dengan standar yang ada, sehingga perlu dipertahankan dan tentunya harus diitingkatkan kembali agar menjadi lebih baik.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis berharap pihak sekolah untuk terus meningkatkan dan mengembangkan pengelolaan sarana dan
67
69
prasarana sekolah. Sebagai akhir dari penelitian ini, ada saran-saran yang ingin penulis berikan. Saran-saran tersebut sebagai berikut: 1. Kepala sekolah agar memperhatikan pengelolaan sarana dan prasarana di sekolah, melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan tersebut secara intensif, menyesuaikan sarana dan prasarana sekolah dengan jumlah warga sekolah, meningkatkan kompetensi Wakasek bidang sarana dan prasarana dengan cara mengikutsertakan dalam berbagai kegiatan seperti pelatihan, seminar dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan sarana dan prasarana. 2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasrana diharapkan lebih meningkatkan pengelolaan sarana dan prasaran, khususnya pada aspek pengadaan dan inventarisasi. Mengoptimalkan peranannya dalam Pengelolaan Sarana dan Prasarana dalam meningkatkan kinerja guru, baik melalui perencanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana yang ada harus dikelola dengan baik, menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah agar sarana dan prasarana yang ada dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. 3. Bagi
guru,
sebagai
pelaksana
pendidikan
hendaknya
mampu
mengoptimalkan peranannya dalam langkah-langkah pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dalam meningkatkan kinerja guru, baik melalui perencanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan serta pengawasan sarana dan prasarana pendidikan. 4. Bagi warga sekolah, sarana dan prasarana sekolah untuk memfasilitasi warga sekolah dalam menunjang semua kegiatan di sekolah. Oleh karena itu, harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, agar sarana dan prasarana
yang
ada
tidak
terbengkalai.
Warga
sekolah
ikut
bertanggungjawab dalam memeliharan sarana dan prasarana sekolah agar tetap terjaga dengan baik.
70
DAFTAR PUST AKA Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993), Cet. 2. Arikunto, Suharsimi, Pen ge lolaan Mate riil, (Jakarta: Pr ima Kar ya , 1987), Cet. I. Arsyad,
Azhar,
Med ia
Peng ajaran,
(Jakarta :
RajaGra findo
Persada, 2000), Cet. II. Bafadal, Ibrahim, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 2. Bafadal, Ibrahim, Seri Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. I. DIKTI DIRJEN PMPTK, Pendidikan dan Pelatihan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, DEPDIKNAS, 2007. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Administrasi dan Pengelolaan Sekolah,
(Jakarta: Depdiknas, 2008). Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manajamen Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Depdiknas, 2007). E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. VII. Gunawan, H. Ary, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro), (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Cet. I. Kasan, Tholib, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studia Pres, tt). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidiakan Umum.
71
M. Daryanto, Administrasi Pend idikan , (J akarta: Rinek a Cipta, 2006), Cet. IV. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2007
tentang
Standar
Sarana
dan
Prasarana
Untuk
Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Piet A, Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. 1. Purwanto, Ngalim, Administrsi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 15. Sadiman, S. Arief dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), Ed. I. St, Vembriarto, Pengantar Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1993). Subari, Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. I. Suharsimi, Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), cet. 4. Suryosubroto, B., Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. I. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007). Undang-Und ang No. 20 Tahun 20 03 tentang S ist em Pend id ika n Nasio nal.
72
Internet: • http://dian75.wordpress.com/2010/08/05/arti-dan-ruang-lingkuppengelolaan-sarana-dan-prasarana-pendidikan/ • http://sdbedahan.ucoz.com/load/ict_dalam_dunia_pendidikan/1-1-0-2 • http://www.bappenas.go.id/manajemen-sarana-pendidikan-sekolah.
73
ANGKET PENELITIAN SARANA DAN PRASARANA DI MTs. NEGERI PARUNG BOGOR
A. Petunjuk Umum 1. Angket ini bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian tentang pengelolaan Sarana dan Prasarana 2. Bapak/Ibu guru diminta untuk memilih alternative jawaban yang menggambarkan keadaan sarana dan prasarana sekolah. Dalam hal ini tidak ada jawaban yang dianggap benar atau salah. 3. Bacalah setiap pertanyaan dengan cermat dan teliti sebelum menjawab serta jawablah seluruh pertanyaan yang ada. 4. Terima kasih kesediaannya untuk mengisi angket ini.
B. Petunjuk Pengisian Berilah tanda ( ) pada kolom yang sesuai dengan pilihan criteria: 1. SL
: Selalu
2. SR
: Sering
3. KD
: Kadang-kadang
4. TP
: Tidak Pernah
74
C. Identitas Responden Nama Jabatan Jenis Kelamin
: …………………………………………… : …………………………………………… : ……………………………………………
KUISIONER UNTUK GURU No
Pernyataan
SL
1
Setiap tahun sekolah membuat perencanaan sarana dan prasarana sesuai dengan standar pengelolaan.
2
Sekolah melibatkan guru-guru dalam membuat perencanaan sarana dan prasarana di sekolah.
3
Kepala
Sekolah
membuat
perencanaan
pembiayaan untuk sarana dan prasarana di sekolah 4
Wakil
kepala
prasarana
sekolah
membuat
bidang daftar
sarana sarana
dan yang
dibutuhkan sekolah. 5
Wakil
kepala
sekolah
bidang
prasarana melaksanakan kegiatan
sarana
dan
pengadaan
untuk kebutuhan sekolah. 6
Sekolah
melaksanakan
kegiatan
pengadaan
sesuai dengan rencana. 7
Sekolah menyediakan alat bantu untuk kegiatan pengajaran ekstrakulikuler.
8
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana mengkoordinir pengadaan lahan dan bangunan sekolah sesuai kebutuhan. 9
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana mengkoordinir pengadaan ruang kelas
SR
KD
TP
75
dan kantor serta alat tulis kantor (ATK). 10
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana mengkoordinir pengadaan fasilitas untuk labolatorium dan perpustakaan. 11
Wakil
kepala
prasarana
sekolah
bidang
mengkoordinir
sarana
pengadaan
dan media
pembelajaran berbasis teknologi komputer dan infokus. 12
Kepala Sekolah melibatkan guru dalam upaya pengadaan sarana sekolah.
13
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana mengkoordinir pengadaan sarana yang dibutuhkan oleh guru dalam mengajar. 14
Kepala Sekolah mendiskusikan kelompok kerja dengan
guru
dalam
upaya
meningkatkan
penggunaan media dalam mengajar. 15
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana melaksanakan kegiatan penyimpanan dengan melibatkan guru lainnya di sekolah. 16
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana melibatkan guru-guru untuk memeriksa sarana dan prasarana yang tersimpan dalam gudang. 17
Sekolah
melaksanakan
kegiatan
pencatatan
sarana dan prasarana sekolah dalam buku penerimaan barang, buku yang bukan inventaris, dan buku (kartu) stok barang. 18
Sekolah melaksanakan kegiatan pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang inventaris.
76
19
Kepala gu ru
Sekolah da n
memer intahkan
sis wa
untuk
kepad a
meman faatka n
sarana dan prsarana dengan baik. 20
Sekolah
mengikutsertakan
guru
dalam
memelihara sarana dan prasarana di sekolah. 21
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana membagi tugas dengan guru dalam melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah sehari-sehari. 22
Kepala
sekolah
memerintahkan
guru
agar
menggunakan dan memeliharan media untuk belajar dan mengajar. 23
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana melibatkan guru dalam melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana yang rusak. 24
Wakil
kepala
sekolah
bidang
sarana
dan
prasarana melibatkan guru dalam memeriksa sarana dan prasarana sekolah yang hilang. 25
Sekolah melaksanakan pengapusan sarana dan prasarana yang sudah rusak di sekolah.
26
Sekolah mengganti sarana dan prasarana yang rusak atau hilang yang dibutuhkan oleh guru dalam mengajar.
27
Sekolah melaksanakan pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana di sekolah.
28
Sekolah melaksanakan pengadministrasian sarana dan prasarana di sekolah.
77
DATA HASIL WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG SARANA DAN PRASARANA
Nama
: Drs. Nurhalim
Jabatan
: Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana
Hari/tanggal : Selasa, 21 April 2011 Tempat
: Ruang Wakasek
1. T : Apakah bapak membuat perencanaan secara tertulis dalam pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung? J : Ya tentunya sekolah membuat perencanaan sarana dan prasarana, data tentang sarana dan prasarana yang harus dimiliki sekolah baik sarana untuk siswa, guru dan fasilitas sekolah secara keseluruhan, itu semua sekolah miliki dan sudah dibuatkan daftar isiannya.
2. T : Apakah bapak melibatkan guru-guru lain dalam perecanaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung? J : Tentunya sekolah selalu melibatkan terutama wali kelas, walaupun tidak semua guru tapi cukup mewakili untuk kegiatan tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan cara musyawarah bersama untuk memberikan masukan berkenaan dengan kebutuhan guru dalam mengajar dan kebutuhan sekolah lainnya.
3. T : Apa kegiatan yang dilakukan dalam pengadaan sarana dan prasaran di MTs. Negeri Parung? J : Untuk barang yang habis pakai sekolah selalu menyiapkan, seperti spidol, tinta, whiteboard, sekolah selalu menyiapkan. Apabila ada sarana dan prasarana yang rusak, sekolah tentunya melaksnakan perbaikan. Secara umum sekolah melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana untuk kebutuhan sekolah.
78
4. T : Bagaimana cara pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilaukan di MTs. Negeri Parung? J : sekolah selalu melaksanakan pemeliharaan sarana dan prasarana dengan cara pengawasan oleh petugas agar sarana dan prasaran sekolah tetap terjaga dengan baik.
5. T : Upaya-upaya yang dilakukan agar sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung tetap terjaga dengan baik? J : sekolah memberikan perawatan secara berkelanjutan oleh petugas agar sarana dan prasarana sekolah tetap terjaga dengan baik. Menjaga keutuhan nilai guna dari sarana dan prasarana dengan dana khusus untuk pemeliharaan sarana dan prasarana yang baik. Selanjutnya dibuat peraturan pemeliharaan sarana dan prasarana agar warga sekolah bisa mematuhi dengan seksama bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana merupakan kewajiban kita bersama.
6. T : Upaya apa saja yang dilakukan terhadap saran dan prasarana yang rusak/tidak terpakai lagi? J : Barang-barang miliki negara akan dibuatkan surat koordinasi untuk penghapusan barang-barang yang tidak layak pakai untuk rencana tindak lanjut dari pemerintah untuk pengadaan kembali sarana dan prasarana tersebut. Selanjutnya sarana dan prasarana yang berasal dari swadaya masyarakat akan dimusyawarahkan kepada komite sekolah, untuk ditindak lanjuti. Dengan demikian sekolah terus mengupayakan untuk perbaikan terhadap sarana dan prasarana sekolah. Apabila ada fasilitas yang rusak dan masih bisa dipakai sekolah memperbaikinya dan sebaliknya.
7. T : Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung? Apa solusinya. J : Sarana dan prasaran di sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa yang ada, seperti WC untuk siswa yang masih kurang/terbatas. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan lokasi/lahan. Solusinya dengan pengajuan proposal
79
kepada pemerintah dan swadaya masyarakat untuk pembangunan sarana dan prasarana tersebut.
8. T : Bagaimana cara penghapusan atau pemusnahan sarana dan prasaran yang sudah rusak di MTs. Negeri Parung? J : Apabila barang itu berasal dari sumber APBN, sekolah melakukan koordinasi melalui surat untuk melaksanakan penghapusan baranag yang tidak layak pakai, lain halnya dengan fasilitas yang berasal dari swadaya masyarakat.
Mangetahui: Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana
Drs. Nurhalim
Data Skor Angket Guru Item Soal No.Res.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26
27
28
Skor
1
2
1
4
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
3
2
1
1
1
1
2
2
3
51
2
4
3
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
3
4
3
3
2
2
4
4
3
4
2
1
3
4
4
1
91
3
2
4
4
2
4
2
4
2
3
2
2
2
2
2
4
2
2
1
2
4
1
2
2
2
1
2
2
2
66
4
4
2
4
4
4
4
3
4
4
3
2
1
2
3
3
1
3
4
4
3
2
4
1
2
4
4
4
4
87
5
3
3
4
4
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
84
6
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
2
2
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
102
7
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
80
8
2
2
2
4
4
3
3
4
3
3
3
2
3
2
4
3
3
3
4
4
4
3
2
3
3
3
3
3
85
9
4
3
2
3
3
2
2
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
90
10
4
3
4
2
3
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
3
3
4
2
2
3
1
62
11
4
2
4
3
2
3
3
3
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
3
4
2
2
3
4
4
2
76
12
3
3
3
4
4
2
4
2
3
4
3
4
4
2
4
2
4
4
4
2
4
4
2
4
4
2
4
4
93
13
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
2
3
3
3
4
2
1
3
3
4
4
95
14
3
2
3
3
3
2
2
2
3
3
2
3
2
3
4
2
3
2
3
2
3
1
2
3
2
3
4
4
74
15
4
2
2
3
3
3
2
2
3
3
2
2
3
2
4
2
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
2
74
16
3
4
4
4
4
3
2
2
4
4
4
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
84
17
4
2
4
4
4
4
2
3
4
4
2
3
3
3
2
2
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
96
18
4
2
2
4
2
2
2
3
3
2
1
2
2
2
2
1
3
4
4
4
2
2
3
3
4
4
3
3
75
19
3
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
2
3
64
20
2
3
2
2
3
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
1
2
2
3
3
2
3
3
3
2
2
3
2
66
61 65
57
1595
Jumlah 66 52 65 64 64 55 55 53 60 59 51 53 53 53 56 45 56 53 64 63 55 62 48 53 54
1
PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA DI MTs. NEGERI PARUNG BOGOR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
Abdul Rifa’i Simatupang NIM. 106018200673
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1431 H
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Abdul Rifa’i Simatupang
NIM
: 106018200673
Jurusan
: Kependidikan Islam
Program Studi
: Manajemen Pendidikan
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 April 2011 Penulis,
Abdul Rifa’i Simatupang NIM. 106018200673
KATA PENGANTAR ÉOŠÏm§•9$# Ç`»uH÷q§•9$# «!$# ÉOó¡Î0 Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul
Pengelolaan Sarana dan Prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor ,
ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingg akhir zaman. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Rusydi Zakariya, M.Ed. M.Phill, Ketua Jurusan Kependidikan Islam 3. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd, Katua Program Studi Manajemen Pendidikan dan juga sebagai Penasehat Akademik, atas ilmu yang diberikan, nasehat, arahan, motivasi, bimbingan selama menjalani proses perkuliahan di Jurusan KI-Mana jemen P e ndidika n UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. 4. Drs. Fathi Ismail MM., Dosen Pembimbing skripsi ini, yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan,
bimbingan, nasehat, arahan, motivasi, pengetahuan dan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
i
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen Pendidikan atas pelayanan, bimbingan, pengatahuan, pengalaman, motivasi yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan di Prodi Manajemen Pendidikan. 6. Pimpinan dan segenap karyawan yang bertugas di Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu
Tarbiayah dan Keguruan UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta atas fasilitas dan layanan yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi. 7. Kepala MTs. Negeri Parung Bogor, Ibu Hj. Eti Munyati, S. Ag , atas izin penelitian, dukungan dan informasi-informasi mengenai fokus penelitian yang diberikan kepada penulis. 8. Wakil Kepala MTs. Negeri Parung Bogor Bidang Sarana dan Prasarana atas kesediaannya memberikan data dan informasi sekolah dan fokus penelitian. Juga guru-guru, staff TU dan karyawan yang bertugas di SMK Al Hidayah I Cilandak, atas kemudahan dan kerjasamanya. 9. Drs. Damrah Simatupang dan Nur Asiah Siregar (Orang Tua), dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran dalam membimbing dan mendidik penulis. Adik-adik tercinta Fitri Handayani Simatupang, Khaerunnisa, Khaerul Anwar atas do’a, perhatian, motivasi, arahan, nasehat, dukungan yang diberikan kepada penulis khususnya dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Keluarga Besar Alm. Abdul Kadir Simatupang, atas do’a restu, dukungan, motivasi, arahan, nasihat yang diberikan kepada penulis khususnya dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Kawan-kawan MP A 2006, Adhi, S. Pd, Alam, Aep, Aldian, S. Pd, Diki, Budi, Encep, Agus, Fahad, Fahri, Faidun, Jalal, S. Pd, Midis, Muiz, S. Pd, Angga, Uyung, S. Pd, Didi, Pepet, Dinonk, Afah, Eka (set&agst), Astri, S. Pd, Indah, S. Pd, Ina, Candra, S. Pd, Aulia, Dewi, dan semuanya, terimakasih banyak atas bantuan, motivasi, nasehat, curhatan dan kawan-kawan KI-MP B terimakasih semuanya. Temen-temen kostan; Cepot, Jack, Kudil, terimakasih atas bantuan, dukungan, motivasi, arahan, nasihat dan ilmu yang diberikan kepada penulis khusunya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga persahabatan kita tetap abadi, selamanya.
ii
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berdo’a semoga pihak-pihak yang telah memberikan support kepada penulis, menjadi amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Tentunya skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis akan karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca, Amin.
Jakarta, 15 April 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
vi
ABSTRAK …………………………………………………………………
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………...
6
C. Pembatasan Masalah ………………………………………………..
6
D. Rumusan Masalah …………………………………………………..
6
E. Manfaat Penelitian ………………………………………………….
6
BAB II KAJIAN TEORI A. Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Pengertian Sarana Pendidikan …………………………………..
8
2. Pengertian Prasarana Pendidikan ……………………………….
9
3. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana ………………………………..
10
B. Penegelolaan Sarana dan Prasarana ………………………………..
15
1. Tujuan Penegelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan 2. Proses Penegelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan a. Perencanaan ………………………………………………….
19
b. Pengadaan ……………………………………………………
21
c. Inventarisasi ………………………………………………….
26
d. Pemeliharaan …………………………………………………
27
e. Penghapusan …………………………………………………
29
f. Pengawasan …………………………………………………..
30
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
32
A. Tujuan Penelitian …………………………………………………….
32
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………
33
C. Sumber Data …………………………………………………………
33
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………
33
E. Instumen Pengumpulan Data …………………………………………
36
F. Teknik Pengolahan Data ……………………………………………..
37
G. Teknik Analisis Data …………………………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil MTs Negeri Parung Kab. Bogor ………………………….
39 40
2. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan …………………………… B. Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Negeri Parung Bogor
42
1. Lahan/ Tanah …………………………………………………….
42
2. Bangunan ………………………………………………………...
43
3. Perlengkapan …………………………………………………….
43
C. Deskripsi dan Interpretasi Data ……………………………………..
BAB V PENUTUP
67
A. Kesimpulan ………………………………………………………… B. Saran ………………………………………………………………...
v
68
DAFTAR TABEL
Hal. 1.
Table Kegiatan Penelitian ………………………………………………....
32
2.
Pedoman Wawancara ……………………………………………………...
34
3.
Kisi-kisi Angket Penelitian …………………………………………..........
34
4.
Jumlah Siswa MTs Negeri Parung TP. 2010/2011…………………..........
41
5.
Keadaan Karyawan MTs Negeri Parung …………………..........................
41
6.
Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana …………............................
44
7.
Keterlibatan Guru dalam Perencanaan Sarana dan Prasarana …………….
45
8.
Perencanaan Pembiayaan Untuk Sarana dan Prasarana ………...................
45
9.
Membuat Daftar Sarana dan Prasarana …………........................................
46
10.
Pengadaan Kebutuhan Sekolah …………....................................................
47
11.
Pengadaan Sarana dan Prasarana sesuai Perencanaan .................................
47
12.
Sarana Untuk Kegiatan Ekstrakurikuler .......................................................
48
13.
Mengkoordinir Pengadaan Lahan dan Bangunan Sekolah …………..........
49
14.
Mengkoordinir Pengadaan Ruang Kelas dan ATK …………………..........
49
15.
Pengadaan Fasilitas Labolatorium dan Perpusakaan ………………….......
50
16.
Pengadaan Media Pembelajaran Berbasis TI …………………..................
51
17.
Keterlibatan Guru Dalam Pengadaan Sarana …………………..................
51
18.
Pengadaan Sarana Kebutuhan Guru Dalam Mengajar ………………….....
52
19.
Upaya Meningkatkan Sarana Pembelajaran …………………....................
53
20.
Penyimpanan Sarana dan Prasarana …………………................................
53
21.
Pemerikasaan Sarana dan Prasarana …………………...............................
54
22.
Pencatatan/Inventarisasi Sarana dan Prasarna ………………….................
55
23.
Pembuatan Kode Untuk Barang Inventaris …………………......................
55
24.
Pemanfaatan Sarana dan Prasarana …………………..................................
56
25.
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana …………………................................
57
26.
Pembagian Tugas Untuk Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ....................
58
27.
Menggunakan dan Menjaga Media Pembelajaran .......................................
58
28.
Perbaikan Sarana dan Prasarana Rusak ........................................................
59
vi
29.
Pemeriksaan Sarana dan Prasarana .............................................................
60
30.
Penghapusan Sarana dan Prasarana Hilang/Rusak ......................................
61
31.
Pengawasan Sarana dan Prasarana ...............................................................
62
32.
Pengawasan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana .........................................
62
34.
Administrasi Sarana dan Prasarana ..............................................................
63
35.
Nilai Rata-rata Skor Penelitian .....................................................................
64
vii
ABSTRAK Abdul Rifa’i Simatupang, NIM. 106018200673. Pengelolaan Sarana dan Prasarana di MTs. Negeri Parung Bogor. Jurusan Kependidikan Islam – Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan sarana dan prasaran dari aspek perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan dan pengawasan di MTs. Negeri Parung Bogor. Subjek penelitian ini adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana dan Guru-guru di MTs. Negeri Parung Bogor. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana dan Guru-guru di di MTs. Negeri Parung Bogor. Sementara yang menjadi sampel penelitian adalah Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Prasarana dan 20 Guru di MTs. Negeri Parung Bogor. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana untuk aspek Perencanaan dan Pengawasan sarana dan prasarana MTs. Negeri Parung termasuk dalam kategori Baik. Sementara untuk aspek Pengadaan Pemeliharaan, Penghapusan dan Inventarisasi dalam kategori Cukup Baik, sehingga perlu adanya peningkatan agar lebih baik lagi. Pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung secara keseluruhan masuk dalam kategori Cukup Baik dengan persentase 72,04%. Hal tersebut meunjukan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana di MTs. Negeri Parung sudah dikelola dengan baik sesuai dengan standar yang ada, sehingga perlu dipertahankan dan tentunya harus ditingkatkan kembali agar menjadi lebih baik.
Kata Kunci: Pengelolaan, Sarana dan Prasarana.
viii