GAMBARAN PENDAPATAN ORANG TUA PERBULAN, JENIS MAKANAN CEPAT SAJI DAN FREKUENSI MAKAN PER HARI DENGAN PREVALENSI OBESITAS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2014 Gede Agung Widya Iswara1, Made Ratna Saraswati2 1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah ABSTRAK Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan yang disebabkan oleh berbagai faktor, prevalensi kejadian obesitas diindonesia terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, dengan pada tahun 2013 berdasarkan riskesdas terdapat 15,4% penduduk mengalami obesitas dan provinsi bali termasuk dalam 16 provinsi yang memiliki prevalensi diatas rata-rata nasional. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif cross-sectional, dengan total sampel 127 yang merupakan mahasiswa program studi pendidikan dokter universitas udayana. Data penelitian didapatkan melalui pengisian kuisioner mandiri oleh responden dan pengukuran langsung berat badan, tinggi badan, lingkar perut dan lingkar panggul. Hasil yang didapatkan yaitu dari karakteristik responden, mayoritas responden wanita (73,2%) dan mayoritas berumur 20 tahun (70,9%). Berdasarkan status gizi didapatkan mayoritas memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) tidak obesitas (68,5%) dan obesitas umum (31,5%), mayoritas responden memiliki kategori Waist Circumference (WC) normal (87,1%) dan yang memiliki kategori beresiko 12,9%. Sedangkan kategori Waist to Hip (WHR) Ratio beresiko perempuan lebih dominan yaitu 3%. Mayoritas responden yang memiliki kategori IMT obesitas umum, kategori WC obesitas sentral dan kategori WHR beresiko, memiliki pendapatan orang tua per bulan >2,5 juta. Seluruh responden baik yang memiliki status gizi normal dan obesitas atau beresiko mengkonsumsi makanan cepat saji minimal 1 kali per minggu serta memiliki frekuensi makan utama perhari yaitu ≤3 kali perhari. Kata Kunci : Obesitas, Mahasiswa, pendapatan orang tua, frekuensi makan, makanan cepat saji
DESCRIPTION OF PARENTERAL INCOME, TYPE OF FAST FOOD, AND FREQUENCY MEAL/DAY WITH PREVALENCE OF OBESITY IN STUDENT COLLEGE OF MEDICAL FACULTY UDAYANA UNIVERSITY 2014 ABSTRACT Obesity is a condition where there is an excessive accumulation of the body fat caused by various factors, in Indonesia the prevalence of obesity was increase. Based on Riskesdas 2013, 15.4% of the population are obese and Bali was included in the 16 provinces has a prevalence above the national average. This study used a descriptive cross-sectional design, with a total sample of 127 students of the school of medicine udayana university. The research data obtained by filling the questionnaire independently by the respondent and direct measurements of weight, height, waist circumference and pelvic circumference. The results of the characteristics respondents obtained that the majority was female respondents (73.2%) with majority of age was 20 years old (70.9%). Based on nutritional status obtained the majority respondent have a Body Mass Index (BMI) is not obese (68.5%) and general obesity (31.5%), the majority of respondents have a category Waist Circumference (WC) normal (87.1%) and that has a category risk of 12.9%. Waist to Hip whereas categories (WHR) ratio is more dominant women at risk of 3%. The majority of respondents who have a BMI category of general obesity, central obesity by WC category and WHR categories of risk, have parental income/month> 2.5 million. All respondents either had normal nutritional status and risk of obesity or eating fast food at least 1 time/week and have a main meal frequency per day is ≤3 times/day. Keyword : Obesity, student college, parental income, frequency of eating, fast food
lebih banyak terserang daripada wanita,
PENDAHULUAN Obesitas
keadaan
umur yang lebih tua, dan status sosial yang
atau
lebih tinggi), (2)faktor social, (3) Pola
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan
Konsumsi (konsumsi serat yang banyak,
akibat terjadinya ketidakseimbangan dalam
tingginya frekuensi dan jumlah asupan
asupan nutrisi (intake) dengan pemakaian
nutrisi), (4) Kebiasaan sehari-hari (aktifitas
(expenditure)
seseorang,
fisik yang terbatas, konsumsi alcohol
sehingga berat badan tubuh seseorang jauh
dalam jumlah banyak, dan merokok), (5)
diatas normal.1
Kesehatan mental dan childhood abuse
dimana
merupakan
terjadi
penumpukan
energy
Hasil
Dasar
(kesehatan mental yang terganggu seperti
2013
depresi dan cemas). Overweight dan
menunjukan prevalensi penduduk dewasa
Obesitas kini mulai diterima dan menjadi
>18 tahun
obesitas
salah satu perhatian serius di negara-
(IMT>25) yaitu 15,4% dari total seluruh
negara berkembang Hal ini terutama
penduduk Indonesia dengan Sulawesi utara
karena orang obese cenderung menderita
memiliki prevalensi penduduk obesitas
penyakit
sebanyak 34,7% dan Nusa tenggara timur
diabetes melitus, dan jenis kanker tertentu.
memiliki angka obesitas terendah yaitu
Kematian yang disebabkan oleh penyakit-
9,8%, sedangkan provinsi Bali sendiri
penyakit tersebut meningkat secara drastis
termasuk dalam 16 provinsi yang memiliki
terutama untuk IMT >30. Obesitas selalu
angka obesitas diatas nasional. Selain
dihubungkan dengan meningginya tekanan
berdasarkan IMT, berdasarkan lingkar
darah
perut secara nasional sebanyak 26,6%
menyebabkan komplikasi-komplikasi yang
penduduk
lebih memperburuk kualitas orang dengan
(Riskesdas)
Riset
oleh
Kesehatan
Balitbangkes
tahun
yang mengalami
mengalami
obesitas
sentral
dengan DKI Jakarta memiliki prevalensi
jantung,
(hipertensi)
hipertensi,
yang
stroke,
dapat
obesitas.3,4
obesitas sentral 39,7% dan Nusa tenggara
Melihat hal tersebut diatas, maka
timur memiliki prevalensi obesitas sentral
perlu ditelusuri tentang gambaran sosial
sebanyak 15,2%, sedangkan provinsi Bali
ekonomi serta pola makan dan kejadian
juga termasuk dalam 18 provinsi yang
obesitas pada mahasiswa program studi
memiliki prevalensi obesitas sentral diatas
pendidikan dokter Fakultas Kedokteran
rata-rata nasional.2
Universitas Udayana
Banyak
faktor
yang
dapat
menyebabkan terjadinya angka obesitas, seperti (1)faktor demografi sosial (laki-laki
eksklusi pada penelitian ini adalah semua
METODE Penelitian
menggunakan
mahasiswa semester 5 program studi
rancangan deskriptif cross-sectional untuk
pendidikan dokter tahun ajaran 2014/2015
mengetahui
social
yang terpilih sebagai subjek penelitian
ekonomi, serta pola makan dan kejadian
tetapi tidak bersedia berpartisipasi dalam
obesitas
penelitian
tentang pada
Kedokteran UNUD).
ini
gambaran
mahasiswa
Universitas
Penelitian
Fakultas
Udayana
ini
(FK
dilakukan
di
dengan
menandatangani
surat
menolak pernyataan
persetujuan (informed consent).
kampus Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, ruang kuliah 4.02 FK UNUD,
Definisi Operasional Variabel
denpasar. Penelitian ini dilakukan pada
1. Karakteristik Responden
tanggal 20 november 2014.
Data ini terdiri dari nama, umur, dan
Populasi target pada penelitian ini
jenis kelamin diisi berdasarkan KTP
adalah semua mahasiswa program studi
atau
akta
kelahiran
pendidikan dokter tahun ajaran 2014/2015.
Sedangkan data pendidikan terakhir
Populasi terjangkau dalam penelitian ini
orangtua,
adalah mahasiswa semester 5 program
perbulan, suku dan agama, semuanya
studi pendidikan dokter tahun ajaran
diperoleh secara pengisian kuisioner
2014/2015 yang dipilih menggunakan total
secara mandiri.
pendapatan
responden. orangtua
sampling. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mengambil total sampel sebesar 127
orang.
Sebagai
sampel
adalah
2. Jenis makanan cepat saji Jenis
makanan
cepat
saji
yang
mahasiswa semester 5 program studi
ditanyakan kepada responden meliputi
pendidikan
waktu
makanan apa saja yang paling sering
penelitian sedang mengikuti Basic Clinical
dikonsumsi oleh responden, seperti
Skill
dan
Pizza, Hamburger, Kentang goreng,
memenuhi criteria inklusi. Kriteria inklusi
Fried Chicken, Mie Instan, Minuman
dari penelitian ini adalah semua mahasiswa
Bersoda, Milkshake, dan lainnya. Yang
semester 5 program studi pendidikan
termasuk lainnya yaitu makanan cepat
dokter tahun ajaran 2014/2015 yang
saji diluar makanan yang disebutkan.5
dokter
(BCS)
yang
pengukuran
pada IMT
terpilih sebagai subjek penelitian dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian
3. Jumlah makan sehari
dengan menandatangani surat pernyataan
Jumlah makan sehari yang ditanyakan
persetujuan (informed consent). Kriteria
kepada responden yaitu jumlah makan
utama yang dilakukan oleh responden,
wanita memiliki lingkar perut >80cm,
tidak meliputi makanan tambahan.5
sedangkan kriteria Waist to Hip Ratio (WHR) diklasifikasikan menjadi laki-
4. Jumlah
Pendapatan
Orang
laki >0,90 dan wanita >0,85 masuk dalam kategori beresiko.1,3,6
Tua/Bulan Jumlah pendapatan Orang Tua/Bulan
Data
sosiodemografi
fiambil
yang ditanyakan kepada responden
dengan pengisian kuisioner secara mandiri,
yaitu total pendapatan kedua orang tua
sedangkan
per
dikelompokan
(Tinggi Badan, Berat Badan, Lingkar Perut
berdasarkan penelitian yang pernah
dan Lingkar Panggul) diambil dengan
dilakukan sebelumnya.5
pengukuran
bulan,
yang
parameter
langsung,
obesitas
seperti
variabel
social
ekonomi dan pola makan mahasiswa didapatkan dari pengisian kuisioner yang
5. Status Gizi Status gizi dewasa penduduk berumur
berhubungan.
Data
yang
diperoleh
>18 tahun diukur menurut WHO
kemudian diolah dengan bantuan komputer
dilakukan dengan menghitung Indeks
menggunakan perangkat lunak komputer
Massa Tubuh (IMT) :
yaitu SPSS 16.0, kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif kuantitatif.
IMT = Berat Badan (kg) ÷ Tinggi badan (m2)
HASIL
Dengan klasifikasi kategori kurus jika IMT <18,5, kategori normal jika IMT ≥18,5 - <24,9, kategori berat badan lebih IMT ≥25,0 - <27,0, serta kategori obesitas
jika
IMT
≥27,0.
Selain
menggunakan IMT, status gizi orang dewasa juga dapat diukur dengan menggunakan
Waist
Circumference
(WC) / lingkar perut (sesuai dengan kriteria Asia Pasifik) dengan klasifikasi laki-laki dianggap mengalami obesitas sentral jika lingkar perut >90cm dan
Responden diambil sebanyak 127 orang dari total mahasiswa program studi pendidikan dokter FK UNUD. Seluruh responden dilakukan pengukuran langsung dan pengisian kuisioner pada hari yang sama yaitu tanggal 20 november 2014 di ruang kuliah 4.02 kampus FK UNUD. Berdasarkan
pengisian
kuisioner
dan
pemeriksaan yang dikerjakan diperoleh karakteristik
demografis
responden
meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir orang tua, pendapatan orang tua/bulan,
suku
dan
agama.
Tabel 1. Karakteristik Demografis Responden Karakteristik Responden
Frekuensi
Persentase
34 93
26,8% 73,2%
4 15 90 18
3,1% 11,8% 70,9% 14,2%
1 18 6 1 60 22 7
0,9% 15,7% 5,2% 0,9% 52,2% 19,1% 6,1%
4 16 48 51
3,4% 13,4% 40,3% 42,9%
82 23 20
65,6% 18,4% 16,0%
81 20 24 1
64,3% 15,9% 19,0% 0,8%
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kelompok Umur 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun ≥ 20 tahun Pendidikan Terakhir Orang Tua SD SMP D3 D4 S1 S2 S3 Pendapatan Orang Tua/bulan < 1 Juta 1 Juta s/d < 2,5 Juta 2,5 s/d < 5 Juta 5 Juta atau lebih Suku Bali Jawa Lainnya Agama Hindu Islam Kristen Buddha
Dari data yang diperoleh di atas dapat
disimpulkan
bahwa
jumlah
responden berasal dari Bali, sama halnya dengan
agama
responden
responden perempuan lebih banyak dari
mayoritas beragama Hindu
responden laki-laki. Mayoritas responden
Berdasarkan
dengan
kriteria
WHO
berumur 20 tahun. Pendidikan terakhir
pengukuran
status
gizi
dengan
orang tua Responden mayoritas setingkat
menggunakan
IMT
dengan
kriteria
S1. Dari pendapatan orang tua/ bulan
underweight, normal, at risk, Obesitas 1,
didapatkan
dan
sebagian
besar
memiliki
penghasilan lebih dari 2,5juta. Mayoritas
obesitas
2.
Tabel 2. Gambaran Status Gizi Status Gizi
Frekuensi
Persentase
16 71 19 18 3 127
12,6% 55,9% 15,0% 14,2% 2,4% 100%
21 106
31,6% 55,9%
108 16 124
87,1% 12,9% 100%
119 5 124
96,0% 4,0% 100%
Klasifikasi IMT Underweight Normal At Risk Obesitas 1 Obesitas 2 Total Diagnosis Obesitas Obesitas Tidak Obesitas Klasifikasi Waist Circumference Normal Beresiko Total Klasifikasi Waist Hip Ratio Normal Beresiko Total Dari data yang diperoleh dalam
Jenis makanan cepat saji yang
status gizi, didapatkan sebagian besar
paling
responden
didapatkan
tidak
mengalami
obesitas,
sering
dikonsumsi dengan
responden
menggunakan
dengan klasifikasi status gizi normal
kuisioner. Jenis makanan cepat saji yang
(55,9%)
ditanyakan pada responden merupakan
lebih
banyak
daripada
Underweight (12,6) dan obesitas umum (At
makanan
risk, obesitas I dan obesitas II = 31,6%).
hamburger, kentang goreng, fried chicken,
Berdasarkan data Waist Circumference
mie instan, minuman bersoda, milkshake,
didapatkan lebih banyak responden dalam
lainnya,
kategori normal (87,1%) daripada kategori
mengkonsumsi makanan cepat saji lebih
beresiko / obesitas sentral (12,9%), dari
dari 1 jenis makanan. Kategori lainnya
data WHR didapatkan kategori responden
yaitu
yang memiliki kategori normal (96,0%)
responden
lebih banyak
kali/hari, ≤3 kali/hari.
daripada beresiko (4,0%).
cepat
saji
serta
frekuensi yang
seperti
pizza,
responden
yang
makan
utama
dari
dibagi
menjadi
>3
Dari data WC dan WHR jumlah data yang
Dari data yang diperoleh mengenai
didapat tidak mencapai 100% karena
jenis makanan cepat saji dan frekuensi
responden
makan dari responden (tabel 3), didapatkan
tidak melengkapi kuisioner
yang diberikan.
sebagian besar responden mengkonsumsi
mie instan (sebanyak 33,1%) dan frekuensi
variabel Status Gizi menurut IMT, WC,
makan utama ≤ 3 kali/hari (sebanyak
dan WHR dilakukan analisis bivariat
82,7%).
dengan
Dalam
melihat
variabel
tabulasi
silang.
jenis
kelamin dan kelompok umur dengan
Tabel 3. Kebiasaan Konsumsi Makanan Cepat Saji Responden Jenis Makanan
Frekuensi
Persentase
7 1 19 25 41 8 1 1 21
5,5% 0,8% 15,3% 20,2% 33,1% 6,5% 0,8% 0,8% 16,9%
22 105
17,3% 82,7%
Jenis makanan Pizza Hamburger Kentang Goreng Fried Chicken Mie Instan Minuman Bersoda Milkshake Lainnya >1 jenis makanan cepat saji Frekuensi makan > 3 kali/hari ≤3 kali/hari Dari data Tabel 4 didapatkan bahwa
sedangkan kategori WC yang beresiko
prevalensi status gizi menggunakan IMT
sebagian besar pada kategori umur 19
responden
tahun. Untuk kategori WHR dengan
sebagian
laki-laki besar
dan
dalam
perempuan
IMT
normal.
responden
yang
Berdasarkan umur, dari semua golongan
prevalensi
kategori
umur (18, 19, 20, >20 tahun) sebagian
perempuanlebih dominan yaitu 3%, dan
besar memiliki IMT normal dengan yang
berdasarkan umur kategori WHR beresiko
memiliki
IMT
dominan pada umur responden 20 tahun
sebanyak
31%.
obesitas Dari
umum data
di
yaitu atas
beresiko WHR
didapatkan beresiko
(2,4%).
didapatkan bahwa sebagian responden
Dalam melihat variabel pendapatan
laki-laki dan perempuan memiliki kategori
orang tua perbulan dengan variabel status
WC
gizi dilakukan analisis bivariat dengan
normal
dengan
yang
memiliki
kategori beresiko yaitu 12,9%. Pada responden dari semua golongan umur responden memiliki kategori WC normal
tabulasi silang (Tabel 5). Dari data yang diperoleh pada Tabel 5, didapatkan responden
yang
memiliki pendapatan orang tua perbulan
2,5juta
>2,5
memiliki
sebagian besar responden yang memiliki
kecenderungan lebih tinggi mengalami
kategori WHC beresiko, pendapatan orang
obesitas umum (26,05%) daripada yang
tua perbulan 2,5 juta s/d <5 juta (0,2%).
juta
per
bulan
memiliki penghasilan <2,5 juta (4,2%). Hal
(0,8%).
Dalam
Pada
melihat
kategori
variabel
WHC
jenis
yang sama juga terjadi pada responden
makanan cepat saji dengan variabel status
yang penghasilan orang tuanya >2,5 juta
gizi dilakukan analisis bivariat dengan
memiliki kategori WC beresiko (11,01%)
tabulasi silang.
daripada yang memiliki penghasilan < Tabel 4. Distribusi Jenis Kelamin dan Kelompok Umur berdasarkan Status Gizi menurut IMT, WC dan WHR Karakteristik Responden Jenis Kelamin Umur Variabel Laki- Perempuan Total 18 19 20 >20 Total laki Kategori IMT Underweight 3 13 16 1 2 12 1 16 Normal 14 57 71 1 10 50 10 71 At risk 9 10 19 1 1 13 4 19 Obesitas I 7 11 18 1 2 13 2 18 Obesitas II 1 2 3 0 0 2 1 3 Total 34 93 127 4 15 90 18 127 Kategori WC Normal 79 29 108 4 12 77 15 108 Beresiko 12 4 16 0 3 10 3 16 Total 91 33 124 4 15 87 18 124 Kategori WHR Normal 32 87 119 4 14 84 17 119 Beresiko 1 4 5 0 1 3 1 5 Total 33 91 124 4 15 87 18 124
Tabel 5. Distribusi pendapatan orang tua perbulan berdasarakan status gizi Variabel
< 1 juta
Pendapatan Orang Tua Perbulan 1 juta s/d 2,5 juta s/d <2,5 juta <5 juta
Kategori IMT Underweight 0 2 Normal 0 13 At Risk 4 0 Obesitas I 0 0 Obesitas II 0 1 Total 4 16 Kategori WC Normal 4 15 Beresiko 0 1 Total 4 16 Kategori WHR Normal 4 15 Beresiko 0 1 Total 4 16 Responden dengan kategori IMT
Total
5 juta atau lebih
7 30 5 6 0 48
6 25 8 11 1 51
15 68 17 17 2 119
41 7 48
44 6 50
104 14 118
45 3 48
50 114 0 4 50 118 Pola konsumsi yang didapatkan
obesitas I mempunyai pola konsumsi
pada responden yang memiliki kategori
makanan cepat saji yang sama rata dari
WHR beresiko yaitu sama antara konsumsi
setiap variabel. Dari data kategori WC,
pizza dan mie instan. Dalam melihat
responden
beresiko
variabel pendapatan orang tua perbulan
sebagian besar mengkonsumsi makanan
dengan variabel status gizi dilakukan
cepat
analisis bivariat dengan tabulasi silang.
dengan
saji
berupa
kategori mie
instan
dan
mengkonsumsi >1 jenis makanan cepat saji. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Makan berdasarkan status gizi Variabel Kategori IMT Underweight Normal At Risk Obesitas I Obesitas II Total Kategori WC Normal Beresiko Total
Frekuensi Makan >3 kali/hari ≤3 kali/hari
Total
4 12 1 5 0 22
12 59 18 13 3 105
16 71 19 18 3 127
20 2 22
88 14 102
108 16 124
Kategori WHR Normal 21 Beresiko 1 Total 22 Berdasarkan data yang didapat,
98 119 4 5 102 124 Berdasarkan lingkar perut, dari hasil
sebagian besar responden yang memiliki
penelitian
kategori
mempunyai
(12,9%) termasuk dalam kategori beresiko
kebiasaan / frekuensi makan ≤3 kali/hari
(obesitas sentral), sedangkan dari hasil
(26,7%), hal yang sama juga didapatkan
Riskesdas Bali 2007 didapatkan jumlah
berdasarkan
penduduk yang mengalami obesitas sentral
IMT
obesitas
kategori
WC
beresiko
(11,29%) dan WHR beresiko (3,2%).
didapatkan
16
responden
yaitu sebesar 24,3% dari seluruh penduduk >15 tahun, tetapi jika dilihat dari hasil Riskesdas
PEMBAHASAN
obesitas
Bali
mengenai
sentral
diseluruh
prevalensi bali
pada
Dari hasil penelitian yang dilakukan
kelompok umur 15-24 tahun sekitar 7,5%.7
didapatkan
responden
Selain hasil studi Riskesdas Bali, beberapa
(12,6%) termasuk dalam kategori gizi
studi terbaru menunjukan sekitar 30-35%
kurang, sebagian besar responden (55,9%)
mahasiswa mengalami obesitas hal ini
termasuk dalam kategori normal, serta 40
memiliki
responden
penelitian yang dilakukan. Berdasarkan
sebanyak
(31,8%)
16
termasuk
dalam
kesesuaian dari
dengan
American
hasil College
kategori obesitas umum (Gizi lebih,
rekomendasi
obesitas I dan II) sedangkan hasil dari
Health Association (ACHA) target pada
Riskesdas Bali tahun 2007, didapatkan
tahun 2020 yairu sebesar 10,4%.8
kota Denpasar memiliki penduduk dengan
In-Hwan et al di korea pada tahun
10,1% status gizi kurang, 63,0% memiliki
2011, melakukan penelitian mengenai
status gizi normal, dan 26,9% memiliki
hubungan antara status sosial ekonomi
status obesitas. Dari hal ini terlihat status
dengan kejadian obesitas pada remaja dan
gizi pada sampel penelitian pada kategori
dewasa didapatkan bahwa pada responden
gizi kurang dan obesitas berada diatas
dengan status sosial ekonomi rendah
persentase status gizi di kota Denpasar
cenderung mengalami obesitas, seiring
pada tahun 2007, hal berkebalikan terjadi
dengan peningkatan status sosial seseorang
pada hasil penelitian mengenai status gizi
terjadi penurunan kejadian obesitas. Pada
normal
penelitian ini, status sosial
yang
persentasenya
berada
dibawah dari persentase status gizi pada
respoden
kategori
pendapatan
yang
sama
di
Denpasar.
didapatkan orang
tua
ekonomi
melalui
data
perbulan
dan
didapatkan prevalensi kejadian obesitas
didapatkan sebagian besar dalam kategori
berdasarkan
sentral
normal, hasil penelitian ini mengalami
berdasarkan kategori WC dan beresiko
ketidaksesuaian dengan hasil penelitian
berdasarkan WHR lebih banyak pada
yang dilakukan Fraser dkk, remaja yang
responden dengan pendapatan orang tua
sering mengkonsumsi makanan cepat saji
perbulan > 2,5 juta rupiah.9,10
cenderung
IMT,
obesitas
Berdasarkan
IMT
obesitas
yang
dibandingkan dengan remaja yang tidak
dilakukan oleh Suryaputra dkk, mengenai
secara periodic mengkonsumsi makanan
perbedaan pola makan dan aktivitas fisik
cepat saji. Perbedaan hasil penelitian ini
antara
non
mungkin dipengaruhi oleh variabel atau
frekuensi
faktor resiko lain yang dapat menyebabkan
remaja
obesitas,
penelitian
memiliki
obesitas
didapatkan
dengan
bahwa
makan kelompok remaja obesitas lebih
obesitas yang diteliti oleh Fraser et al.12
sering dibandingkan dengan kelompok remaja yang non obesitas, pada penelitian
SIMPULAN
ini didapatkan sesuatu yang berbeda
Dari penelitian tentang gambaran
mengenai prevalensi frekuensi makan.
pendapatan orang tua perbulan, jenis
Dari 31,8% responden yang mengalami
makanan cepat saji, dan frekuensi makan
obesitas, didapatkan 26,7% responden
utama perhari dengan prevalensi obesitas
memiliki frekuensi makan ≤3 kali sehari
pada mahasiswa program studi pendidikan
sedangkan
yang
dokter FK UNUD 2014 dapat disimpulkan
mengalami obesitas memiliki frekuensi
bahwa dari kejadian obesitas, 31,6%
makan >3 kali perhari. Ketidaksesuaian
responden mengalami obesitas, dimana
hasil dari penelitian ini dapat disebabkan
sebagian besar yang mengalami obesitas
oleh
dapat
berjenis kelamin perempuan, dan paling
menyebabkan obesitas yang ditemukan
banyak pada kelompok umur 20 tahun.
pada penelitian-penelitian terbaru.5,11
Dari kategori WC didapatkan bahwa
4,7%
faktor
resiko
Pada
responden
lain
penelitian
yang
seluruh
responden laki-laki lebih banyak yang
responden memiliki kebiasaan makan
mengalami obesitas sentral dengan umur
makanan cepat saji minimal 1 kali
yang memiliki prevalensi obesitas sentral
perminggu
67,7%
terbanyak yaitu umur 20 tahun. Dari
responden memiliki IMT tidak obesitas
kategori WHR, wanita memiliki prevalensi
(Underweight dan Normal), sedangkan
kategori beresiko sekitar 3,2% responden.
dan
ini,
didapatkan
sisanya memiliki IMT obesitas umum. Dari
kategori
WC
dan
WHR
juga
Pada penelitian ini
didapatkan
83,1% responden memiliki pendapatan
orang tua perbulan diatas 2,5 juta, 26,7% responden
yang
mengalami
obesitas
memiliki frekuensi makan ≤3kali per hari. Didapatkan
juga
seluruh
responden
mengkonsumsi makanan cepat saji. Pada responden yang mengalami obesitas, responden dengan pendapatan orang tua >2,5 juta dan memiliki frekuensi ≤3kali
makan
perhari
cenderung
mengalami obesitas dibandingkan dengan yang memiliki pendapatan <2,5 juta. Pada seluruh responden yang mengkonsumsi makanan cepat saji lebih cenderung tidak obesitas.
maka saran yang dapat penulis sampaikan antara lain sebagai berikut: (1) Perlu dilakukan pengukuran status gizi secara berkala pada mahasiswa program studi pendidikan dokter FK UNUD secara berkala untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan.
(2)
Memberikan
informasi kepada mahasiswa program studi FK unud mengenai faktor resiko, dan obesitas.
(3)
Dapat
dipertimbangkan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan
antara
jumlah
pendapatan, frekuensi makan dan jenis makanan cepat saji dengan angka kejadian obesitas.
Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang
Dewasa
di
DKI
Jakarta:
Analisis Lanjut data Riskesdas 2007. Gizi Indon 2009;32(2):105-16. 2. Laporan
Riset
Kesehatan
Dasar
(RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan Penelitian
dan
Kesehatan
Pengembangan
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia. 2013. Diakses 10 Maret
2015.
Diunduh
dari:
http://www.litbang.depkes.go.id/. Özcan NK, Mantilla C, Rahamefy OH,
Berdasarkan hasil penelitian ini,
komplikasi
1. Sugianti E, Hardinsyah, Afriansyah N.
3. Peltzer K, Pengpid S, Samuels TA,
SARAN
dapat
DAFTAR PUSTAKA
dkk.
Prevalence
of
Overweight/Obesity and its Associated Factors Among University Students from 22 Countries. Int. J. Eviron. Res. Public Health 2014;11:7425-7441. 4. Octari
C,
Liputo
NI,
Edison.
Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup dan Gaya Hidup dengan Kejadian Obesitas pada Siswa SD Negeri 08 Alang Lawas Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 2014;3(2):131-35. 5. Suryaputra K, Nadhiroh SR. Perbedaan Pola Makan dan Aktifitas Fisik Antara Remaja Obesitas dengan Non Obesitas. Makara Kesehatan 2012;16(1):45-50. 6. The
Asia
Pacific
Perspective
:
Redefining obesity and its treatment. World Health Organization (WHO)
Publication and documents, 2000.
12. Fraser LK, Edwards KL, Cade JE,
Diakses 8 Maret 2015. Diunduh dari:
Clarke GP. Fast Food, other food
http://www.wpro.who.int/nutrition/doc
choices and Body Mass Index in
uments/Redefining_obesity/en/
Teenagers in the United Kingdom
7. Laporan
Riset
Kesehatan
Dasar
(ALSPAC):
a
Structural
(RISKESDAS) 2007 Provinsi Bali.
modelling
Jakarta:
2011;35(10):1325-1330.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Diakses 10 Maret 2015. Diunduh dari: http://www.litbang.depkes.go.id/. 8. Oh IH, Cho Y, Park SY, Oh C, Choe BK, Choi JM, dkk. Relationship Between Socioeconomic Variables and Obesity in Korean Adolescents. J Epidemiol 2011;21(4):263-70. 9. Padyab M, Norberg M. Socioeconomic Inequalities and Body Mass Index in Västerbotten
County,
Sweden:
a
Longitudinal Study of Life Course Influences over Two Decades. Journal for Equity in Health 2014;13(35). 10. American College Health Association. Healthy Campus 2020. Diakses 10 Maret
2015.
Diunduh
dari:
http://www.acha.org/healthycampus/st udent-obj.cfm. 11. Taylor AW, Grande ED, Wu J, Shi Z, Campostrini S. Ten-year Trens in Major Lifestyle Risk Factors Using an Ongoing
Population
Surveillance
System in Australia. Population Health Metrics 2014;12(31).
approach.
Int
Equation J
Obes