PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR PESERTA PROPER YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011 Elda Tri Suryani Dibawah bimbingan : Makhdalena dan Fenny Trisnawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Jl Bina Widya KM 12,5 Pekanbaru Unri.ac.id
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kinerja lingkungan serta Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) terhadap kinerja finansial perusahaan pada perusahaan manufaktur peserta PROPER yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 yang berjumlah 20 perusahaan. Kinerja lingkungan diukur dari peringkat yang diperoleh perusahaan pada PROPER, CSRD diukur dari indeks CSR yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunannya, sedangkan untuk kinerja finansial perusahaan diukur dengan return on equity perusahaan. Tekhnik analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan bantuan program SPSS versi 18. Hasil penelitian yang diperoleh, secara bersama-sama kinerja lingkungan dan CSRD berpengaruh sebesar 53,1% terhadap kinerja finansial perusahaan, kinerja lingkungan berpengaruh sebesar 12,39% terhadap kinerja finansial perusahaan, sedangkan CSRD berpengaruh sebesar 42,25% terhadap kinerja finansial perusahaan,. Kata Kunci : Kinerja Lingkungan, CSRD, Kinerja Finansial Perusahaan
1
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN CSR DISCLOSURE TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN MANUFAKTUR PESERTA PROPER YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2011
Elda Tri Suryani Dibawah bimbingan : Makhdalena dan Fenny Trisnawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Jl Bina Widya KM 12,5 Pekanbaru Unri.ac.id ABSTRACT The purpose of this research was to knew the influence of Corporate Enviromental Performance and CSR Disclosure toward Financial Performance of manufacturing company is member of PROPER and listing in BEI for 2009-2011, it’s 20 corporates. Corporate Enviromental Performance is measured using the rating of PROPER, CSRD is measured from indeks of CSR from annual report, although for the Financial Performance is measured from the corporate’s return on equity. Analysis tool is path analysis with SPSS’s program versi 18. The result from this research is for simultan Corporate Enviromental Performance and CSRD influance as bis as 53,1% toward Financial Performance. the Corporate Enviromental Performance influance as bis as 12,39% toward Financial Performance, whereas CSRD influance as bis as 42,25% toward Financial Performance. Keyword : Corporate Enviromental Performance, CSRD, Financial Performance
2
A. Pendahuluan Pada era globalisasi seperti ini, persaingan dalam dunia bisnis tentunya akan semakin ketat. Bagi perusahaan Go Public, persaingan tidak hanya terjadi dalam satu sektor industri saja, namun juga terjadi dalam antar sektor industri. Dalam hal ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang cukup tinggi supaya tetap mempunyai keunggulan dan daya saing. Dengan begitu, perusahaan dapat mencapai tujuannya yaitu mensejahterakan para pemegang saham. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui penelusuran internet, industri manufaktur tahun 2007-2008 mengalami pertumbuhan yang stagnan, hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan harga minyak mentah dunia yang mempengaruhi harga BBM dalam negeri yang akhirnya berdampak pada anggaran pemerintah, sektor industri, dan rumah tangga. Industri alat angkut, mesin dan peralatan menjadi sekor industri manufaktur dengan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 31,2%. Sedangkan industri pupuk, kimia dan barang dari karet mengalami pertumbuhan sebesar 20,2%. Sedangkan sektor industri yang mengalami pertumbuhan negatif antara lain industri kertas dan barang cetakan merosot 16,3%. Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki juga minus 10,3%. Tercatat selama 5 tahun terakhir, pola pertumbuhan sektoral menunjukkan kesenjangan yang lebar, antara sektor tradable dan nontradable (www. Kemenperin.go.id, 2010). Menjadi suatu pemikiran yang mesti disikapi secara bijaksana ketika akhir-akhir ini secara global disadari bahwa telah terjadi krisis multi-dimensional, baik krisis energi, krisis pangan, krisis lingkungan dan krisis finansial. Setelah beberapa waktu yang lalu isu lingkungan seperti global warming akibat kerusakan alam dan lingkungan yang berkaitan dengan kasus ilegal logging yang sempat mencuat ke permukaan, maka beberapa waktu terakhir central issue menghantarkan krisis finansial di AS pada level top news. Kondisi ini menjadi perhatian serius karena berpengaruh nyata terhadap kondisi keuangan dunia yang dampaknya menggucang berbagai sektor perekonomian masyarakat termasuk di Indonesia. Anjloknya harga dari beberapa komoditi ekspor seperti sawit dan karet yang berdampak pada sektor lainnya merupakan efek dari krisis yang terjadi dan berdampak pada terganggunya perekonomian masyarakat. Kondisi inilah yang kemudian membuat manajemen beberapa perusahaan mengambil sikap yang berkesan ekstrim untuk tetap survive (www.endemics.blogspot.com). Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada PT. RAPP dan PT. APP. Gabungan organisasi di Riau, meminta pengusutan kembali 14 perusahaan hutan tanaman industri (HTI) di Riau yang menjadi pemasok kayu untuk 2 perusahaan tersebut. Organisasi yang mendesak pengusutan ini terdiri dari Jikalahari, Greenpeace, Aliansi Jurnalis Independen Pekanbaru dan Riau Corruption Trial. Dalam fakta persidangan didapatkan tindakan korupsi oleh perusahaan bersama pejabat pemerintah daerah. Semua itu untuk meloloskan berbagai perizinan bisnis dan berkahir menghancurkan hutan penting Riau. Dalam fakta sidang terungkap kerugian negara mencapai lebih dari 2 triliun rupiah. Karena kasus yang menyangkut 2 perusahaan ini, sejumlah perusahaan global telah memutuskan kontrak dengan PT. RAPP dan PT. APP karena operasi perusahaan yang buruk (www.mongabay.co.id). Dalam kasus yang berbeda, kita tentunya masih ingat kasus yang sempat menjadi top news di berbagai media. Kasus degradasi di Indonesia yang sampai sekarang belum terselesaikan adalah semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Pada 29 Mei 2006 telah terjadi semburan lumpur panas bercampur gas yang terjadi di kawasan pengeboran gas milik Lapindo Brantas Inc. Volume lumpur yang pada awalnya hanya 5.000 m3 , kini sudah membesar 10 kali lipat. Musibah ini telah meluber hingga 3 kecamatan. Atas kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan ini pihak industri setidaknya harus menyiapkan U$ 70 juta guna dana darurat penanggulangan lumpur (Muhammad Endro Sampurna, 2007).
3
Secara keseluruhan, tanggung jawab manager adalah meningkatkan nilai perusahaan atau dengan kata lain meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham perusahaan. Dengan demikian, manager keuangan harus berupaya agar keuntungan perusahaan melebihi biayabiaya yang ditanggungnya. Untuk meningkatkan nilai perusahaan, manager keuangan harus dapat menjamin bahwa perusahaan selalu memiliki cukup dana untuk membiayai aktivitas perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa (M. Fuad et al, 2006). Investor ekuitas merupakan sumber utama pendanaan. Investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan resiko (K.R Subramanyam dan John J Wild, 2010). Karena itulah manajemen beberapa perusahaan berusaha agar tetap survive meski caracara yang mereka lakukan bisa dikategorikan ekstrim. Perusahaan seakan melupakan bahwa keuntungan yang ingin mereka capai tidak lepas dari pihak-pihak yang memang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Seharusnya sikap manajemen perusahaan dalam menghadapi krisis yang terjadi tidaklah melupakan kepentingan para pemangku kepentingan karena dalam jangka panjang ini akan berpengaruh terhadap perusahaan tersebut. Pengalaman membuktikan bahwa keberhasilan dari usaha operasional perusahaan banyak dipengaruhi oleh tingkat pemahaman dan aplikasi korporasi untuk menjalin hubungan baik dengan para pemangku kepentingan. Riset yang dilakukan Sophia Malkasian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terus hidup adalah perusahaan yang telah memperhatikan aspek ekonomi-sosial-lingkungan. Kita dapat mengingat kembali kasus yang terjadi pada saat pecah kerusuhan Mei 1998 yang berbuntut pada aksi kekerasan dan penghancuran pada akses-akses kaum minoritas di kota-kota besar d Pulau Jawa. Samsung sebagai sebuah perusahaan elektronik di Surabaya berhasil selamat dari amuk massa. Ternyata para pekerja dan masyarakat sekitar tapak pabrik bersama-sama melindungi aset perusahaan, termasuk keselamatan karyawan pabrik yang berasal dari Korea Selatan. Diketahui bahwa selama beroperasi, pihak manajemen perusahaan telah banyak membantu karyawan pabrik dan masyarakat sekitar untuk meringankan beban kebutuhan sembako yang saat itu memang terus meroket harganya (Muhammad Endro Sampurna, 2007). Di Indonesia, kelestarian lingkungan sudah termasuk ke dalam kebijakan pemerintah setiap periode. Bahkan kita telah memiliki UU No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk mengatur pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu menyeluruh. UU ini kemudian diubah dan dituangkan dalam UU No. 23 tahun 1997 dengan topik yang sama. (Sofyan, 2008). Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2002 telah meluncurkan Pogram Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (PROPER) sebagai pengembangan dari PROPER PROKASIH. Sejak dikembangkan, PROPER telah diadopsi menjadi instrumen penaatan di berbagai negara seperti China, India, Filipina, dan Ghana, serta menjadi bahan pengkajian di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Melalui PROPER, kinerja lingkungan perusahaan diukur dengan menggunakan warna, mulai dari yang terbaik emas, hijau, merah hingga yang terburuk hitam untuk diumumkan secara rutin kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui tingkat penataan pengelolaan lingkungan pada perusahaan dengan hanya melihat warna yang ada. Harapan dari diumumkannya hasil ini adalah agar masyarakat pada umumnya dan khususnya kalangan‐kalangan tertentu dapat menggunakan informasi ini sebaik‐baiknya, demi kemajuan pembangunan bangsa dengan mengedepankan pembangunan yang berkelanjutan (www.menlh.go.id). Penelitian Pfleiger dalam Eko (2011) menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat 4
pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab. Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan ekonomi. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratno et al (2006) yang menemukan bahwa kinerja lingkungan yang baik akan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan tersebut. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ala’ Rahmawati dan Tarmizi (2012) serta penelitian Aldilla dan Dian (2009) yang tidak menemukan adanya pengaruh signifikan antara kinerja lingkungan sebuah perusahaan dengan kinerja finansial perusahaan tersebut. CSR dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Browen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibility of The Businessman. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai “kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi”. Ia menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan kinerja finansial perusahaan ( Pitam Daslani, 2007). Implikasi positif dari concern perusahaan melakukan tanggung jawab sosial secara berkelanjutan terhadap kinerja keuangan perusahaan juga sangat luar biasa. Sejumlah riset empiris, baik yang dilakukan negara-negara Amerika, Eropa, Asia, Australia maupun Indonesia sendiri, melaporkan bahwa ada korelasi positif antara rating tanggung jawab sosial dengan profitabilitas dan nilai perusahaan (Tabloid Kontan, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Ala’ Rahmawati dan Tarmizi (2011) yang menemukan bahwa pengungkapan sosial (CSRD) yang dilakukan perusahaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novita (2009). Namun ada beberapa penelitian yang tidak sejalan yang menemukan bahwa pengungkapan sosial (CSRD) tidaklah berperngaruh secara signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Vesy Nofrianti (2012). Penelitian mengenai pengaruh kinerja lingkungan dan CSRD terhadap kinerja finansial perusahaan menarik untuk diteliti kembali dengan tekhnik analisis yang berbeda, mengingat penelitian sebelumnya menggunakan tekhnik analisis regresi yang hanya berguna untuk mengestimasi besarnya pengaruh, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur untuk mengetahui besarnya pengaruh yang sebenarnya antara kinerja lingkungan dan CSRD terhadap kinerja finansial perusahaan. B.
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian Meskipun disadari bahwa keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan, tetapi tujuan-tujuan lainnya hanya akan tercapai jika perusahaan mampu tetap hidup berkembang dan memperoleh keuntungan. Perusahaan yang berorientasi pada perolehan keuntungan, umumnya akan memfokuskan kegiatannya untuk meningkatkan nilai perusahaan hingga mencapai maksimum (laba merupakan tolok ukur keberhasilan). Pemilik modal maupun investor sangat berkepentingan dengan kemajuan perusahaan, terutama dalam hal laba maupun pengelolaan keuangan perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Untuk keperluan tersebut, neraca dan laporan rugi/laba yang idealnya mencerminkan harapan pemilik modal dan investor ( M. Fuad et al, 2006). Kinerja lingkungan merupakan kinerja perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang baik atau ketika perusahaan mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan yang secara otomatis akan membangun citra yang baik di mata stakeholder dan calon investor sehingga akan direspon positif oleh pasar dan sebagai wujud tanggung jawab dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan (Arfan Ikhsan, 2009). 5
Tanggung jawab terhadap isu-isu lingkungan dalam praktik bisnis selain merupakan suatu kewajiban moral, etika dan legal, juga merupakan suatu strategi investasi jangka panjang korporasi untuk meningkatkan reputasi atau goodwill. Meningkatnya goodwill pada akhirnya akan meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan secara berkelanjutan (Andreas, 2006). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan akan berpengaruh terhadap kinerja finansial perusahaan, seperti penelitian Suratno et al (2006) yang menemukan bahwa enviromental performance (kinerja lingkungan) berpengaruh secara positif signifikan terhadap economic performance (kinerja ekonomi), serta penelitian Pfleiger dalam Eko (2011) menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab. Menurut Hendrik (2009), aktivitas CSR bagi perusahaan publik, apabila dilihat dari investor global yang memiliki idealisme tertentu, dengan aktivitas CSR saham perusahaan dapat lebih bernilai. Investor rela membayar mahal karena kita membicarakan tentang suistainability dan acceptability. Teori ini didukung dari banyaknya penelitian yang menemukan bahwa CSR Disclosure berpengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja finansial perusahaan, seperti peneltian yang dilakukan oleh Aldilla dan Dian (2009), Sudaryanto (2011), serta Ramawati dan Tarmizi (2012). Berdasarkan teori-teori serta hasil temuan dari penelitian-penelitian terdahulu dapat diambil kesimpulan ketika sebuah perusahaan telah memiliki kinerja lingkungan yang baik di mata stakeholder maka kinerja finansial perusahaan tersebut akan baik juga karena para investor akan yakin untuk menanamkan modal mereka di perusahaan tersebut. Lingkungan yang merupakan tempat dimana perusahaan beraktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan perusahaan, jika perusahaan hanya mementingkan bagaimana mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkannya atas lingkungan, dalam jangka pendek mungkin perusahaan akan mengalami profit, namun dalam jangka panjang akan banyak terjadi kerugian yang akan diderita oleh perusahaan itu sendiri, seperti timbulnya biaya ganti rugi atas kerusakan lingkungan bahkan ancaman pemboikotan oleh masyarakat dan pemerintah. Namun berbeda jika perusahaan dari awal tetap memikirkan kelestarian lingkungan, perusahaan tidak akan mengeluarkan biaya sebesar ganti rugi jika terjadi kerusakan lingkungan dan pastinya perusahaan telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang ini akan mendatangkan peningkatan kinerja bagi perusahaan tersebut. Begitu juga dengan pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan, dimana dalam CSR ini terdapat 3 hal yang diperhatikan yaitu : profit, people, dn planet. Ketika perusahaan mensejajarkan 3 hal ini dengan seimbang dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan perusahaan maka perusahaan akan mendapatkan penilaian yang positif dari pihakpihak yang berkepentingan, termasuk investor dan konsumen, dan ini akan meningkatkan kinerja perusahaan itun sendiri. Serta dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik serta pengungkapan CSR yang baik di laporan tahunannya akan memiliki kinerja finansial yang baik pula karena akan mendapatkan penilaian reputasi yang baik di mata stakeholder termasuk investor. Para pelaku pasar modal terutama pelaku pasar modal yang memiliki idealisme terhadap keselamatan lingkungan akan lebih tertarik terhadap perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan CSR disclosure yang baik, dan ini akan berdampak positif terhadap laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka disusunlah kerangka pemikiran sebagai berikut : 6
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Kinerja Lingkungan Kinerja Finansial CSR Disclosure
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas hipotesis yang diajukan adalah : Kinerja lingkungan dan CSR berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja finansial perusahaan. C. METODE PENELITIAN Populasi Penelitian Penelitian ini menggunakan populasi yang ditetapkan oleh peneliti dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur peserta PROPER dan terdafar di BEI tahun 2009-2011 2. Perusahaan yang tidak memiliki annual report tahun 2009-2011 yang mendukung
Total Populasi
23 (
3)
20
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan tahunan perusahaan tahun 2009 - 2011. Data tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia di http://www.idx.co.id. Sedangkan data mengenai variabel kinerja lingkungan diperoleh dari database Kementrian Lingkungan Hidup (PROPER). Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen Kinerja finansial perusahaan diukur dengan menghitung return on equity perusahaan. Return on equity dihitung dengan membagi laba setelah pajak perusahaan dengan total ekuitas perusahaan lalu dikalikan 100%, adapun rumusnya adalah :
7
Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja lingkungan perusahaan dan Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure. Kinerja lingkungan diukur dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER. Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan perusahaan dalam lima (5) warna yaitu : Emas diberi skor =5 Hijau diberi skor =4 Biru diberi skor =3 Merah diberi skor = 2 Hitam diberi =1 Informasi mengenai Corporate Social Disclosure Index (CSDI) berdasarkan GRI yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website www.globalreporting.org. GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai dasar sustainability reporting. Mengingat masih sedikitnya perusahaan di Indonesia yang melaporkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam bentuk sustainability reporting, maka penelitian ini pun terbatas hanya pada data-data yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini juga agar tidak terjadi kesenjangan antara perusahaan yang sudah membuat sustainability reporting dengan perusahaan yang belum membuatnya. Penghitungan CSRD dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRD adalah sebagai berikut:
Keterangan : CSRDj = Corporate Social Responsibility Disclosure index perusahaan j nj = jumlah item untuk perusahaan j, nj 79 Xij = 1 : jika item i diungkapkan; 0 : jika item i tidak diungkapkan
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, karena data yang dikumpulkan berupa data sekunder dalam bentuk laporan keuangan perusahaan dan laporan hasil penilaian PROPER yang dijadikan sebagai subyek penelitian. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis). Karena model PA digunakan untuk menganalisis pola hubungan antarvariabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat (Kusnendi, 2005). Model Statistika yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y=
yx1 X1 +
8
yx2 X2
+
y
D.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini populasi ditetapkan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Berdasarkan kriteria – kriteria tersebut, didapatkan 20 perusahaan yang memenuhi syarat. Dari masing-masing perusahaan tersebut, akan di analisis data yang diperlukan selama 3 tahun berturut-turut ( 2009-2011) sehingga terdapat 60 data yang dijadikan objek penelitian. Hasil Penelitian Uji Statistik Deskriptif
Kinerja Lingkungan CSRD Kinerja Finansial Valid N
N 60 60 60 60
Tabel 1.1 Statistik Deskriptif Min Max 2 5 0,13 0,49 -14,78 83,72
Mean 3,40 0,2414 17,2403
Std. Deviation 0,741 0,08698 18,82564
Sumber : Pengolahan SPSS 18 Penelitian 2013
Kinerja lingkungan yang diukur dengan menggunakan rating PROPER yang disediakan oleh Bapedal atau Kementerian Lingkungan Hidup RI menunjukkan rata-rata pada skor 3,40 atau jika dikonversi berdasarkan kategori PROPER berada kriteria Biru. Skor terendah adalah 2 yang berarti ada perusahaan yang berada pada kriteria Merah dan skor tertinggi adalah 5 yang berarti memiliki kriteria Emas. Sedangkan standar deviasi atau perbedaan peringkat masing-masing perusahaan sebesar 0,741. Pengungkapan CSR yang dilakukan dengan berdasarkan item GRI yang menunjukkan rata-rata sebesar 0,2414. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan telah mengungkapkan sebesar 24,14% dari total pengungkapan CSR untuk perusahaan manufaktur sebanyak 79 item pengungkapan. Sedangkan standar deviasi atau perbedaan pengungkapan CSR masingmasing perusahaan sebesar 0,087 . Kinerja finansial perusahaan selama 3 tahun yang diukur dengan menggunakan return on equity (ROE) menunjukkan rata-rata sebesar 17,2403. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan yang diteliti memiliki tingkat pengembalian atas ekuitas sebesar 17,24%. ROE terendah adalah sebesar -14,78 %, hal ini menunjukkan perusahaan yang memiliki ROE terendah yaitu PT. Unitex Tbk. ROE tertinggi sebesar 83,72 % hal ini menunjukkan perusahaan yang memiliki ROE tertinggi yaitu PT. Unilever Tbk pada tahun 2010. Uji Normalitas Data Tabel 1.2 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test Standardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
60 0,0000000 0,09829047 0,087 0,087 -0,054 0,677 0,750
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Pengolahan SPSS 18 Penelitian 2013
9
Hasil pengujian normalitas data dengan uji Kolmogrov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,750 ini lebih besar dari 0,05 berarti data residual berdistibusi normal dan model analisis layak untuk dipakai dalam penelitian ini. Pengujian Hipotesis Penelitian Tabel 1.3 Uji Pengaruh Secara Simultan Model Summaryb Adjusted R R R Square Square a 0,729 0,531 0,515
Model 1
Std. Error of the Estimate 13,11060
Sumber : Pengolahan SPSS 18 Penelitian 2013
Berdasarkan Tabel 1.3 Model Summary diperoleh nilai R2 sebesar 0,531 yang berarti variabel kinerja lingkungan dan CSR Disclosure dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel Kinerja Finansial Perusahaan sebesar 53,1% dan sisanya 46,9% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi rasio perusahaan, seperti peristiwa ekonomi, faktor industri, kebijakan manajemen, dan metode akuntansi (K.R. Subramanyam dan Wild, 2010).
Model 1
( Constant) Kinerja Lingkungan CSRD
Tabel 1.4 Uji Pengaruh Secara Parsial Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Beta Error -39,333 7,818 7,380 1,903 0,352 140,750 19,635 0,650
T -5,031 3,878 7,169
Sig 0,000 0,000 0,000
Sumber : Pengolahan SPSS 18 Penelitian 2013
Berdasarkan Tabel 1.4 Coefficient diperoleh nilai Standardized Coefficients (Beta) untuk kinerja lingkungan sebesar 0,352 yang jika dikuadratkan nilainya 0,1239 yang berarti besarnya pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja finansial perusahaan adalah sebesar 12,39%. Sedangkan untuk variabel CSR Disclosure diperoleh nilai Standardized Coefficients (Beta) sebesar 0,650 yang jika dikuadratkan nilainya 0,4225 yang berarti besarnya pengaruh CSR Disclosure terhadap kinerja finansial perusahaan adalah sebesar 42,25%. Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh Kinerja Lingkungan dan CSR Disclosure secara simultan terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Secara simultan kinerja lingkungan dan CSR Disclosure berpengaruh sebesar 53,1% terhadap kinerja finansial perusahaan yang dalam penelitian ini diukur dengan Return On Equity perusahaan. Ini membuktikan bahwa peringkat kinerja lingkungan yang diperoleh perusahaan serta pengungkapan pertanggungjawaban perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.
10
Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporasi kepada investor dan pemangku kepentingan lainnya (Hery, 2012). Dengan menempatkan pihak-pihak yang mempengaruhi atau terpengaruhi oleh kegiatan organisasi secara lebih luas, diyakini hasil yang mampu dicapai juga akan lebih tinggi. Secara sederhana, pendekatan stakeholder diyakini memungkinkan terjadinya pencapaian nilai yang lebih baik bagi perusahaan (Tri Hendro Sigit, 2012). Teori ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Aldilla Noor Rakhiemah dan Dian Agustia (2009), serta Ala’ Rahmawati dan Tardmizi (2012) yang mendapatkan hasil bahwa kinerja lingkungan dan CSR Disclosure berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja finasial perusahaan. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Temuan penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan yang diukur dengan peringkat PROPER berpengaruh secara langsung terhadap kinerja finansial perusahaan sebesar 12,39%. Hasil ini menunjukkan bahwa informasi yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup mengenai kinerja lingkungan perusahaan secara langsung akan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan yang diukur dari Return On Equity perusahaan. Menurut E.S Woolard dalam Arfan Ikhsan (2009) ekonomi hijau dan gaya hidup abad 21 mungkin telah dikonsepkan oleh pemikir lingkungan, namun pada prakteknya hanya dapat diaktualisasikan oleh perusahaan industri. Tidak semua perusahaan memilikinya, namun sebagian besar mencobanya. Mereka yang tidak melakukannya tidak akan memiliki masalah dalam jangka panjang karena mereka tidak akan ada dalam jangka panjang. Tanggung jawab terhadap isu-isu lingkungan dalam praktik bisnis selain merupakan suatu kewajiban moral, etika dan legal, juga merupakan suatu strategi investasi jangka panjang korporasi untuk meningkatkan reputasi atau goodwill. Meningkatnya goodwill pada akhirnya akan meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan secara berkelanjutan (Andreas, 2006). Menurut GEMI dalam Arfan Ikhsan (2009), penekanan pada integrasi kinerja lingkungan dengan kinerja bisnis dengan tujuan mengurangi biaya dan kerugian material, dan memperbaiki hasil, pangsa pasar, dan profitabilitas. Terlalu sering program-program lingkungan dilihat sebagai hambatan yang memerlukan biaya yang harus dikorbankan bagi kepentingan publik, yang mengurangi profitabilitas. Apa yang sekarang berkembang adalah pola pikir baru yang memandang inovasi lingkungan sebagai cara tidak hanya untuk mengurangi biaya, namun sebenarnya sebagai alat meningkatkan pendapatan melalui penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Teori ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suratno et al (2006), Sudaryanto (2011) yang menemukan bahwa kinerja lingkungan dapat meningkatkan kinerja finansial perusahaan. Serta penelitian Pfleiger dalam Eko (2011) menunjukkan bahwa usahausaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab. Pengaruh CSRD terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Temuan penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility yang diukur dengan indeks item pengungkapan pertanggungjawaban sosial dalam annual report memiliki pengaruh terhadap tinggi rendahnya kinerja finansial perusahaan sebesar 42,25%. Ini membuktikan bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang dilakukan perusahaan
11
akan berpengaruh terhadap kinerja finansial perusahaan yang dalam penelitian ini diukur dari Return On Equity perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Hendrik (2009), bahwa aktivitas CSR bagi perusahaan publik, apabila dilihat dari investor global yang memiliki idealisme tertentu, dengan aktivitas CSR saham perusahaan dapat lebih bernilai. Investor rela membayar mahal karena kita membicarakan tentang suistainability dan acceptability. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan M. Suhandri (2007), bahwa manfaat CSR bagi masyarakat antara lain : a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial c. Mereduksi resiko bisnis d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha e. Membuka peluang pasar yang lebih luas f. Mereduksi biaya g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder Teori-teori ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh : Suratno et al (2006), Feb Tri Wijayanti (2011), Eko Adhy Kurnianto (2011), Sudaryanto (2011), serta Ala’ Rahmawati dan Tarmizi Achmad (2012), dimana mereka menemukan hasil bahwa luas pengungkapan pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan akan mendongkrak kinerja perusahaan tersebut. E.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil pengolahan data serta pembahasan pada bab sebelumnya, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara simultan kinerja lingkungan dan CSR Disclosure berpengaruh terhadap kinerja finansial perusahaan. Pengaruh yang diberikan 2 variabel independen ini secara bersama-sama terhadap kinerja finansial perusahaan sebesar 53,1%. Sisanya yaitu sebesar 46,9% merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 2. Kinerja Lingkungan yang diukur dari peringkat PROPER berpengaruh terhadap kinerja finansial perusahaan. Dengan demikian tinggi rendahnya kinerja finansial perusahaan dapat dijelaskan oleh kinerja lingkungan yang diperoleh perusahaan tersebut. Besarnya pengaruh kinerja lingkungan secara langsung terhadap kinerja finansial perusahaan sebesar 12,39%. 3. CSR Disclosure yang diukur dari indeks pengungkapan CSR memiliki pengaruh terhadap kinerja finansial . Dengan demikian tinggi rendahnya kinerja finansial perusahaan dapat dijelaskan oleh pertanggung jawaban sosial yang diungkapkan perusahaan tersebut. Besarnya pengaruh CSR Disclosure secara langsung terhadap kinerja finansial perusahaan sebesar 42,25%. Saran Dari kesimpulan yang didapatkan penulis, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan hendaknya secara sukarela, peduli, dan komitmen melaksanakan CSR dan pertanggungjawaban lingkungan. Perbuatan tersebut selain sangat mulia untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kualitas lingkungan serta membantu pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah sosial dan lingkungan, juga bisa
12
2.
3.
mendatangkan manfaat atau keuntungan ekonomis bagi perusahaan dalam jangka panjang. Bagi akademis, hendaknya menjadikan isu CSR dan lingkungan sebagai subyek pendidikan akademis secara berkelanjutan karena isu tersebut menjadi agenda dan tantangan global dari dekade sekarang hingga beberapa abad ke depan. Bagi penelitian selanjutnya, agar dapat melakukan penelitian ulang dengan sampel penelitian perusahaan yang berbeda. Menggunakan variabel ukuran usaha dan kategori investasi sebagai variabel kontrol. Serta lebih teliti dalam membaca informasi dalam laporan tahunan perusahaan sampel, sehingga tidak ada informasi yang terlewatkan yang nantinya akan dimasukkan dalam perhitungan indeks pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Ala’ Rahmawati dan Tarmizi., 2012, Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Financial Corporate Performance dengan Corporate Social Responsibility Disclosure sebagai Variabel Intervening, dalam Dipenogoro Journal of Accounting, Volume 1/No.2/2012, FE-Undip, Semarang. Aldilla Noor Rakhiemah dan Dian Agustia., 2009, Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, http://blog.umy.ac.id/ervin/files/2012/06/akmk29.pdf, diakses 29 Nov 2012. Andreas Lako., 2006, Akuntansi Lingkungan dalam Perspektif Korporasi, dalam Dekontruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi, Editor : Suryadi Saat, Erlangga, Jakarta. Arfan Ikhsan., 2009, Akuntansi Manajemen Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta. Eko
Adhy., 2011, Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja KeuanganPerusahaan.http://eprints.undip.ac.id/27629/1/full_text_skripsi%28%29. Pdf, diakses 19 Nov 2012.
Feb Tri Wijayanti et al., 2011, Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan, dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV, Aceh. Hendrik Budi., 2009, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta. Hery., 2012, Akuntansi dan Rahasia Di Baliknya, Bumi Aksara, Jakarta. K.R Subramanyam.Wild, John J., 2010, Analisis Laporan Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Kusnendi., 2005, Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS & Lisrel 8, Jurusan Pendidikan Ekonomi UPI, Bandung. M. Fuad et al., 2006, Pengantar Bisnis, Gramedia, Jakarta. Muhammad Endro Sampurna., 2007. Memahami CSR Secara Definitif dalam Menjawab Krisis Energi di Indonesia, dalam Global Jurnal, Vol. 9 No 1, Mei-November 2007.
13
M. Suhandri. Putri., 2007, Schema CSR, dalam Corporate Sosial Responsibility, Editor : Hendrik Budi Untung, Sinar Grafika, Jakarta. Novita Indrawati., 2009, Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Annual Report serta Pengaruh Political Visibility dan Economic Performance, dalam Pekbis Jurnal, Vol.1, Maret 2009. Pitam Daslani.,2007, CSR dari Masa ke Masa, dalam Corporate Sosial Responsibility, Editor : Hendrik Budi Untung, Sinar Grafika, Jakarta. Sofyan Syafri Harahap., 2008, Teori Akuntansi Edisis Revisi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sudaryanto., 2011, Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Finansial Perusahaan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure sebagai Variabel Intervening, http://eprints.undip.ac.id/26639/1/full_text_skripsi%28%29. Pdf, diakses 19 Nov 2012. Suratno et al., 2006, Pengaruh Enviromental Performance terhadap Enviromental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Periode 2001-2004), dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo. Tabloid Kontan., 2005, Menjadi Perusahaan Sosial Apa Untungnya?, dalam Laporan Keuangan & Konflik Kepentingan, Editor : Andreas Lako, Amara Books, Yogyakarta. Tri Hendro S., 2012, Etika Bisnis Modern Pendekatan Pemangku Kepentingan, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Vesy Novrianti., 2012, Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan, http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/191/1/JURNAL%2520AKUNTANSI %2520FKIP%2520EKONOMI.pdf, diakses 28 April 2013. www.endemics.blogspot.co.id, diakses 14 Mei 2013. www.globalreporting.org, diakses 13 Januari 2013. www.idx.co.id www.kemenperin.go.id, diakses 28 April 2013. www.menlh.go.id, diakses 23 November 2012 dan 7 Februari 2013. www.mongabay.co.id, diakses 14 Mei 2013.
14
LAMPIRAN HASIL UJI SPSS v.18
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kinerja Lingkungan
60
2
5
3,40
,741
CSRD
60
,13
,49
,2414
,08698
Kinerja Finansial
60
-14,78
83,72
17,2403
18,82564
Valid N (listwise)
60
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kinerja Lingkungan
60
2
5
3,40
,741
CSRD
60
,13
,49
,2414
,08698
Kinerja Finansial
60
-14,78
83,72
17,2403
18,82564
Valid N (listwise)
60
b
Model Summary Model
R
1
dimension0
R Square ,729
a
Adjusted R Square ,531
Std. Error of the Estimate
,515
13,11060
a. Predictors: (Constant), CSRD, Kinerja Lingkungan b. Dependent Variable: Kinerja Finansial
Coefficients
a
Model
Standardized Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) Kinerja Lingkungan CSRD
Std. Error
-39,333
7,818
7,380
1,903
140,750
19,635
a. Dependent Variable: Kinerja Finansial
15
Coefficients Beta
t
Sig.
-5,031
,000
,352
3,878
,000
,650
7,169
,000