Jurnal Biology Science & Education 2013
Rosmawati t
ABSTRAK ISOLASI KAPANG PENDEGRADASI AMILUM PADA AMPAS SAGU (Metroxylon sagoo) SECARA IN VITRO
Rosmawati T, Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ambon, 085243144720, E-mail:
[email protected] Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana cara mengisolasi kapang pendegradasi amilum pada ampas sagu (Metroxylon sagoo) secara in vitro. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pada Isolat I (C11, C12, C13) dan Isolat III (C31, C32, C33) kapang ampas sagu tidak mampu menghidrolisis amilum yang terdapat pada ampas sagu. Sedangkan pada Isolat II (C21, C22, C23) menunjukan bahwa kapang ampas sagu mampu menghidrolisis amilum yang terdapat pada ampas sagu. Dengan demikian, kapang yang terdapat pada ampas sagu (Metroxylon sagoo) bisa diisolasi dan diidentifikasi untuk keperluan pengembangan sains dan terknologi bagi masyarakat. kata kunci: kapang, amilum, ampas sagu, metroxylon sagoo. ABSTRACT ISOLATION of MOLD TO DEGRADATION STARCH DREGS on SAGO (Metroxylon sagoo) IN VITRO Research purposes this is to know about how to isolate mildew to degradation amilum on dregs sago (Metroxylon sagoo) in vitro. Based on the research showed that isolates on I (C11, C12, C13) and isolates III (C31, C32, C33) mildew dregs sago incapable of hydrolyze amilum contained in dregs sago. While in isolates II (C21, C22, C23) showed that mildew dregs sago capable of hydrolyze amilum contained in dregs sago. Thus, mildew contained in dregs sago (Metroxylon sagoo) could isolated and identified for development purposes science and terknologi for people. keywords: mildew, amilum, dregs of sago, Metroxylon sagoo
BIOLOGI SEL
Page 25
Jurnal Biology Science & Education 2013
Rosmawati t
Maluku sejak dahulu dikenal sebagai
karbohidratnya (pati atau amilum) rendah
daerah yang penduduknya mengkonsumsi
dan serat kasar tinggi. Pati atau amilum
sagu
pokok
adalah karbohidrat kompleks yang tidak
seiring
larut dalam air, berwujud bubuk putih,
dengan perkembangan zaman pola hidup
tawar dan tidak berbau. Pati merupakan
inipun berubah, masyarakat lebih senang
bahan
memakan beras (nasi) sebagai makanan
tumbuhan untuk menyimpan kelebihan
pokok. Hal ini menyebabkan sagu menjadi
glukosa (sebagai produk fotosintesis)
bahan makanan yang termarginalkan dan
dalam
tidak
manusia juga menjadikan pati sebagai
sebagai
masyarakatnya.
makanan Akan
diperhatikan
tetapi,
perkembangannya
padahal jumlahnya sangat banyak dan
jangka
dihasilkan
panjang.
Hewan
oleh
dan
Pati atau amilum tersusun dari dua macam
Sagu (Metroxylon sagoo) adalah
yang
sumber energi yang penting.
tersebar di seluruh daerah di Provinsi Maluku.
utama
karbohidrat,
amilopektin,
dalam
amilosa
dan
komposisi
yang
salah satu tumbuhan penghasil karbohidrat
berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat
dan merupakan bahan makanan pokok
keras,
masyarakat
menyebabkan
Maluku,
dimana
dapat
sedangkan sifat
amilopektin
lengket.
Amilosa
diposisikan sebagai komponen dalam
memberikan warna ungu pekat pada tes
membangun ketahanan pangan daerah.
iodin
Propinsi Maluku memiliki pertanaman
bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini
sagu yang cukup luas, yaitu sebesar
belum pernah bisa tuntas dijelaskan.
31.360 ha, dengan tingkat produksi tepung
Bahan
sagu 4.400 kg/ha, dapat menghasilkan
karbohidrat cukup tinggi biasanya lebih
limbah padat berupa ampas sagu sebanyak
banyak dirusak oleh kapang daripada jenis
26.400
mikroba yang lainnya, karena karbohidrat
kg/ha.
Ampas
sagu
tersedia
sedangkan
pangan
amilopektin
yang
merupakan
tetapi yang menjadi faktor pembatas
pertumbuhan kapang dan khamir. Akan
adalah
tetapi meskipun termasuk dalam fungi,
BIOLOGI SEL
protein
dan
yang
mengandung
sebagai sumber energi bagi ternak, akan
kandungan
substrat
tidak
baik
bagi
Page 26
Jurnal Biology Science & Education 2013
Rosmawati t
kapang dan khamir memiliki perbedaan
dilarutkan dengan aquadest steril
lingkungan hidup yang cukup berlawanan.
sampai volume 500 ml. 2) Memanaskan
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
mengaduk ini
adalah
deskriptif kualitatif dengan pendekatan true
eksperimen
laboratorium)
yang
(eksperimen bertujuan
untuk
mengisolasi kapang pendegradasi amilum pada
ampas
sagu.
Variabel
dalam
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu isolasi kapang pendegradasi amilum pada ampas sagu.
homogen dan berwarna bening. 3) Mensterilisasi
medium
dengan
menggunakan autoclave pada suhu 121°C, tekanan 1 atm selama 15 menit. b. Pembuatan PDB (Potato Dextrosa Brouth) 1) Menimbang 10,5 gram PDB dan
2) Mengaduk
a. Mempersiapkan semua alat dan bahan akan
digunakan
dalam
penelitian.
medium
sampai
medium homogen. 3) Memasukkan PDB ke dalam labu erlenmeyer dengan volume 90 ml
b. Melakukan sterilisasi pada alat-alat yang tahan pada suhu panas dengan menggunakan oven, dan mensterilisasi alat-alat yang tahan pada tekanan dengan menggunakan autoclave. 2. Tahap Pelaksanaan
dan ke dalam tabung reaksi dengan volume 9 ml. c. Pembuatan PDA Plat dan PDA miring 1) Untuk PDA plat yaitu mencairkan media PDA yang telah steril ke dalam cawan petri steril kurang
a. Pembuatan PDA (Potato Dextrosa Agar)
lebih 15 ml. Diamkan sampai memadat.
1) Menimbang 10,5 gram PDA dan
BIOLOGI SEL
medium
sampai volume 500 ml.
1. Tahap Persiapan
1,5
sampai
sambil
melarutkan dengan aquadest steril
Prosedur Penelitian
yang
medium
gram
kanji,
kemudian
2) Untuk
PDA
memasukkan
miring PDA
ke
yaitu dalam Page 27
Jurnal Biology Science & Education 2013
tabung reaksi kurang lebih 10 ml,
PDA
kemudian
pengenceran diulang 3 kali).
disterilisasi
dengan
Plat
Rosmawati t
(masing-masing
menggunakan autoclave selama 15
e. Menginkubasi cawan petri yang telah
menit. Setelah steril, tabung reaksi
diisi sampel secara terbalik dalam
yang telah berisi PDA ditempatkan
incubator pada suhu 30°C selama 2 x
dalam
24 jam.
posisi
miring
sehingga
permukaan medium dalam tabung reaksi akan miring.
kemampuannya dalam mendegradasi
3. Tahap Pengujian a. Menimbang sebanyak
sampel 10
f. Koloni kapang pada cawan petri diuji
ampas
gram,
sagu
amilum
dengan
iodium
di
cara
sekitar
meneteskan koloni.
Jika
kemudian
terbentuk zona bening, maka koloni
dimasukkan ke dalam medium PDB
kapang tersebut memiliki kemampuan
(90 ml) dan dihomogenkan dengan
untuk mendegradasi amilum.
menggunakan shaker selama 15 menit (Pengenceran 10-1). b. Setelah
sampel
g. Koloni yang teridentifikasi dalam mendegradasi
pada
point
“a”
homogen, lalu diambil sebanyak 1 ml
amilum
selanjutnya
dimurnikan sebanyak 3 kali pada PDA miring sebagai isolat murni.
secara aseptis dan dimasukkan ke
Adapun teknik pengumpula data
dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml
dalam penelitian ini adalah:
PDB.
dengan
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh
menggunakan vortex selama 1 menit
secara langsung oleh peneliti pada saat
(Pengenceran 10-2).
melakukan penelitian.
Homogenkan
c. Untuk pengenceran 10-3, maka diambil
2. Data
sekunder,
yaitu
data
yang
1 ml sampel pada point “b” dan
diperoleh
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berupa buku-buku paket, hasil-hasil
yang berisi medium PDB 9 ml
penelitian sebelumnya, instansi terkait,
d. Mengambil 1 ml pada tabung di point “a, b, dan c”, lalu disebarkan pada BIOLOGI SEL
dan
dari
sumber
berbagai
lain
yang
literatur,
berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti. Page 28
Jurnal Biology Science & Education 2013
Rosmawati t
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang bagaimana cara mengisolasi kapang pendegradasi amilum pada ampas sagu (Metroxylon sagoo) secara in vitro dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 1. Pengujian Aktivitas Amilase Isolat I Ket. Isolat II Ket. Isolat III C11 C21 + C31 C12 C22 + C32 C13 C23 + C33 Ket. : + : mampu menghidrolisis - : tidak mampu menghidrolisis
Tabel pengujian aktivitas amilase
Ket. -
C12, C13) dan Isolat III (C31, C32, C33)
di atas diperoleh setelah selama satu
kapang
ampas
sagu
minggu melakukan penelitian. Hal ini
menghidrolisis amilum yang terdapat pada
dilakukan guna menumbuhkan kapang
ampas sagu. Hal ini jelas terlihat pada saat
pada media pertumbuhan (media PDA)
pengamatan
sehingga mudah untuk diisolasi. Koloni
ditetesi iodium tidak terbentuk zona
kapang
dilakukan,
tidak
yakni
mampu
setelah
pada
media
PDA
diuji
bening pada koloni kapang. Sedangkan
kemampuannya
dalam
mendegradasi
pada Isolat II (C21, C22, C23) menunjukan
amilum dengan cara meneteskan iodium
bahwa
di sekitar koloni. Jika terbentuk zona
menghidrolisis amilum yang terdapat pada
bening, maka koloni kapang tersebut
ampas sagu. Ini terlihat dengan adanya
memiliki kemampuan untuk mendegradasi
zona bening di sekitar koloni kapang
amilum.
setelah ditetesi iodium. Untuk lebih
Dari
data
tersebut
di
atas
memperlihatkan bahwa pada Isolat I (C11,
BIOLOGI SEL
jelasnya
kapang
ampas
perhatikan
sagu
gambar
mampu
hasil
pengamatan di bawah ini:
Page 29
Jurnal Biology Science & Education 2013
Rosmawati t
Gambar 1.Warna hitam di sekitar koloni kapang setelah ditetesi iodium.
Gambar 2.Terbentuk warna bening di sekitar koloni kapang setelah ditetesi iodium.
Jika kita diperhatikan dua gambar
Sedangkan pada gambar kedua terbentuk
di atas, maka pada gambar pertama
zona bening
menunjukan bahwa amilum pada ampas
setelah ditetesi iodium. Ini menunjukan
sagu
oleh
bahwa kapang pada ampas sagu mampu
kapang, karena terbentuk warna hitam di
menghidrolisis amilum pada ampas sagu.
sekitar koloni kapang setelah ditetesi
Morfologi
iodium. Warna hitam ini merupakan
kemampuan mendegradasi amilum yang
wujud dari oksidasi iodium terhadap
diisolasi pada cawan petri C21, C22, dan
amilum
C23
tidak
mampu
yang
BIOLOGI SEL
dihidrolisis
terdapat
ampas
sagu.
di sekitar koloni kapang
kapang
adalah
yang
sebagai
memilki
berikut:
Page 30
Jurnal Biology Science & Education 2013
Rosmawati t
a b
Gambar 3. Morfologi kapang pendegradasi amilum hasil isolat C21 (a = sporangium dan b = sporangiofor)
Gambar 3 di atas menunjukkan ciri morfologi kapang pendegradasi amilum yang memiliki sporangiofor dan sporangium. Bentuk hifa bersepta (bersekat) dan berwarna hialin. Morfologi kapang pendegradasi amilum pada cawan C22, dan C23 adalah sebagai berikut:
a b
Gambar 4. Morfologi kapang pendegradasi amilum hasil isolat C22 dan C23 (a = sporangiofor dan b = sporangium)
Gambar 4 di atas menunjukkan
bentuk
sporangium
dominan
adanya perbedaan morfologi kapang
membulat
pendegradasi dengan hasil isolate pada
berbentuk dikotom dengan warna hialin
cawan kode C21. Bentuk morfologi
dan bersepta. Bentuk morfologi spora
kapang gambar 4.4 tidak menunjukkan
pada kapang hasil isolat pada cawan
BIOLOGI SEL
dan
yang
sporangiofornya
Page 31
Jurnal Biology Science & Education 2013
petri C21, C22, dan C23 adalah sebagai
Rosmawati t
berikut
Gambar 5. Morfologi spora pada kapang pendegradasi amilum
Gambar 5 di atas menunnjukkan morfologi
spora
pendegradasi
pada
amilum
kapang
dengan
mikroba yang lainnya, karena karbohidrat merupakan
substrat
yang
baik
bagi
warna
pertumbuhan kapang dan khamir. Akan
kecoklatan dan berbentuk bulat dan
tetapi meskipun termasuk dalam fungi,
bagian tengah pipih.
kapang dan khamir memiliki perbedaan
Pati atau amilum tersusun dari dua macam
karbohidrat,
amilopektin,
dalam
amilosa
dan
komposisi
yang
lingkungan hidup yang cukup berlawanan. Kapang membutuhkan air yang lebih sedikit daripada khamir.
berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras,
sedangkan
menyebabkan
sifat
amilopektin
lengket.
sedangkan
amilopektin
tidak
bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan. Bahan
pangan
yang
mengandung
karbohidrat cukup tinggi biasanya lebih banyak dirusak oleh kapang daripada jenis BIOLOGI SEL
Cara
Amilosa
memberikan warna ungu pekat pada tes iodin
KESIMPULAN mengisolasi
pendegradasi
amilum
(Metroxylon
sagoo)
kapang
pada
ampas
adalah
dengan
menumbuhkan kapang yang diambil dari ampas sagu dengan teknik pengenceran dan
metode
SPC
dan
dengan
menggunakan medium diperkaya (PDA + Amilum).
Kapang
yang
memiliki Page 32
Jurnal Biology Science & Education 2013
kemampuan
mendegradasi
ditandai
dengan adanya reaksi bening setelah koloni kapang ditetesi iodium, dan jika tidak
memiliki
kemampuan
dalam
mendegradasi, maka di sekitar koloni kapang akan biru kehitaman setelah ditetsi iodium. SARAN 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
identifikasi
jenis-jenis
kapang pendegradasi amilum pada ampas sagu (Metroxilon sagoo). 2. Perlu
dikembangkan
penelitian
mengenai
lebih isolasi
lanjut dan
identifikasi jenis-jenis kapang yang terdapat limbah tumbuhan lain, guna mengetahui kegunaannya untuk hajat hidup manusia DAFTAR PUSTAKA Alfons James Budidaya dkk. 2006 “Syarat Tumbuh Tanaman Sagu”. Malukulitbang. Deptan. Bakosurtanal & Ucen, 1983. Penerapan Pengindraan Jauh Untuk Penelitian Dan Pemetaan Penyebaran Areal Sagu Daerah, Irian Jaya. BALITBANG, 2005. Potensi Hutan Sagu, Kendala Pemanfaatan dan Prospek Pengembangannya. Balai Penelitian dan BIOLOGI SEL
Rosmawati t
Pengembangan KehutananBogor. BPPT. 1982, Hasil Survei Potensi Sagu Di Kep. Maluku. Bagian II. Kerja Sama BPPT dengan UNPATI. Dwidjoseputro. D,. 2001, Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Malang. Een,S., Sumanti, D.S dan Hanidah, I. 2008., Mikrobiologi Pangan, Bahan Ajar Jurusan Teknologi Industri Pangan. FTIP. UNPAD. Bandung,. Fardiaz, S.1989. Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta. IPB. Bogor. Febiola Soakotta., 2008. Berkreasi dengan Limbah Sagu, Penerbit Selendang Ungu Press (SUP), Yogyakarta. Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Handayani, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta Hehanusa Sylvia Ch.H., 2006. Penampilan Ayam Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Campuran Ampas Sagu-Ekstraksi Ayam Fermentasi. Prosiding Lokakarya Sagu dalam Revitalisasi Pertanian Maluku, Ambon 29-31 Mei 2006. Badan Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon. Hutapea Y., 1990. Sagu dan Manfaatnya. Buletin Balitka Nomor 12 September 1990 Deptan Bogor. Page 33
Jurnal Biology Science & Education 2013
Rosmawati t
J.E. Louhenapessy, dkk. 2011. Sagu. Harapan dan Tantangan. Bumi Aksara, Jakarta. Kaya Elizabeth., 2006. Pemanfaatan Ela Sagu sebagai Bahan Organik. Prosiding Lokakarya Sagu dalam Revitalisasi Pertanian Maluku, Ambon 29-31 Mei 2006. Badan Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon. Limbongan Jamia, Artikel 18 Agustus 2009 “Morfologi beberapa jenis sagu di Papua” http//pustaka. Deptan. Go. Id/ p3261073. Louhanapessy Tejoyuwono Jujius E., 1992“Potensi Sagu Dalam Keanekaragaman Bahan Pangan Pokok Ditinjau Dari Persyaratan Lahan” Makalah untuk simposium Nasional. Diselenggarakan oleh UNPATI, PEMDA Tingkat I dan BPPT di Ambon. Papilaya Chiljon Edy. 2009, “Sagu untuk Pendidikan Anak Negeri”. Cet 1 IP Press Bogor. Pelczar, M. J. dan Chan E.C.S. 2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi (2). Jakarta: UI Press.
BIOLOGI SEL
Page 34