PENGOPTIMUMAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN RUANG TERBANGUN DI KOTA BOGOR
INDIN FABRINA FIRDAUSY
DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ABSTRAK INDIN FABRINA FIRDAUSY. Pengoptimuman Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbangun di Kota Bogor. Dibimbing oleh TONI BAKHTIAR dan FARIDA HANUM. Konversi lahan ruang terbuka hijau ke lahan ruang terbangun tanpa perencanaan akan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian dan menurunnya kualitas lingkungan. Berkurangnya lahan pertanian yang disertai dengan buruknya pola tanam komoditas pertanian mengakibatkan berkurangnya kemampuan swasembada pangan suatu wilayah. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk mengatur luas ruang terbuka hijau dan ruang terbangun yang mengacu pada peningkatan kemampuan swasembada pangan. Perencanaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan model matematika. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model goal programming. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah memodelkan masalah tata guna lahan dan menentukan nilai optimum luas ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian di Kota Bogor. Penyelesaian dengan menggunakan software LINGO 11.0 memberikan informasi mengenai luasan optimum penggunaan lahan, luas optimum area budidaya tanaman pertanian, kekurangan/kelebihan luas ruang terbangun, kekurangan/kelebihan luas ruang terbuka hijau, serta kekurangan/kelebihan pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian. Informasi tersebut menunjukkan bahwa sasaran pemenuhan ruang terbangun dan ruang terbuka hijau tercapai, sedangkan sasaran pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas tanaman pertanian belum tercapai. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Bogor dalam menentukan kebijakan tata guna lahan di Kota Bogor. Kata kunci: goal programming, ruang terbangun, ruang terbuka hijau.
ABSTRACT INDIN FABRINA FIRDAUSY. Optimization of Green Open Space and Built Space in the City of Bogor. Supervised by TONI BAKHTIAR and FARIDA HANUM. Conversion of green open space to built space without planning will lead to the decrease of agricultural land and environmental degradation. The decrease in agricultural land and poor agricultural cropping patterns result in the reduction of food self-sufficiency ability of a region. It is therefore necessary to organize green open space and built space which supports food selfsufficiency program. This plan can be done using mathematical models. In this work we model the land use problem in the framework of a goal programming. The objective of this research is to optimize the built space, green open space, and agricultural cropping pattern in the City of Bogor. The program used to obtain the solution is LINGO 11.0. The optimal solution of the problem is expressed in term of optimum land use, optimum area of agricultural crops, deficit/surplus built space, deficit/surplus green open space, as well as the deficit/surplus consumption demand the fulfillment of local agricultural commodities. This information shows that the fulfillment built space and green open space target is achieved, while the target local consumption demand of farm crops is not reached. The results of this work can be utilized by the government of Bogor in determining land use policy. Keywords: built space, goal programming, green open space.
PENGOPTIMUMAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN RUANG TERBANGUN DI KOTA BOGOR
INDIN FABRINA FIRDAUSY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika
DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul : Pengoptimuman Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbangun di Kota Bogor Nama : Indin Fabrina Firdausy NIM : G54070083
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc. NIP. 19720627 199702 1 002
Dra. Farida Hanum, M.Si. NIP. 19651019 199103 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Berlian Setiawaty, MS. NIP. 19650505 198903 2 004
Tanggal Lulus: ………………………..
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia, dan pertolongan-Nya sehingga penulisan karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1 Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc. dan Dra. Farida Hanum, M.Si. selaku pembimbing pertama dan kedua yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun karya ilmiah ini, 2 Teduh Wulandari Mas’oed, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik, Drs. Siswandi, M.Si. selaku dosen penguji, dan seluruh dosen Departemen Matematika FMIPA IPB, 3 Ibu dan bapak tercinta atas doa, dukungan, kasih sayang, nasihat, dan kepercayaannya, 4 saudara-saudaraku: Zulfi Laily Fahriza, Andina Fabrini Firdausya, Mohammad Rizal Izzati atas doa, bantuan, dukungan, dan kasih sayang, 5 sahabat-sahabatku: Evi, Afdholliatus Syafa’ah, Masayu Nur Dzikriana, Yanti Anjarwati Abbas, Diana Purwandari atas nasihat, dukungan, dan hari-hari penuh warna, 6 Windy Alfianti yang telah banyak memberi nasihat, dukungan, dan bantuan kepada penulis selama proses pengumpulan data, 7 teman-teman Kos Abunawas dan Pondok Rizqi atas segala dukungan yang telah diberikan, 8 teman-teman Matematika 44 atas segala dukungan, bantuan, dan ketulusan hati yang telah diberikan, 9 seluruh staf Departemen Matematika: Ibu Susi, Bapak Yono, Mas Heri, Mas Deni, Bapak Bono, Bapak Acep, Ibu Ade yang telah membantu penulis dalam administrasi dan sebagainya, 10 teman-teman bimbel Sm@rt atas pengalaman berharga yang telah diberikan, 11 teman-teman OMDA HIMASURYA atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, Maret 2012
Indin Fabrina Firdausy
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Jember pada tanggal 19 Februari 1989 dari pasangan Fatkhurrahman dan Erma Suryani. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis antara lain SDN Tanjung Sari II (Sidoarjo, Jawa Timur) tahun 1995 – 2001, SLTPN 2 Taman (Sidoarjo, Jawa Timur) tahun 2001-2004, SMAN 1 Taman (Sidoarjo, Jawa Timur) tahun 2004-2007, dan Institut Pertanian Bogor Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tahun 2007-2012. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2007. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis mengambil mata kuliah supporting course di Departemen Gizi Masyarakat. Disamping kegiatan akademis, penulis pernah aktif dalam organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) selama tiga tahun, organisasi mahasiswa daerah HIMASURYA (Himpunan Mahasiswa Surabaya), LES (Leadership and Entrepreneurship School) tahun 2007-2008, dan pengurus di Bimbel Sm@rt. Selain itu penulis juga pernah menjadi fasilitator petani asal kota Cirebon dalam kegiatan Pesta Petani Muda se-Jawa Barat dan Banten tahun 2011.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………. viii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………. I
II
III
IV
V
VI
viii
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………... 1.2 Tujuan …………………………………………………………………………
1 1
LANDASAN TEORI 2.1 Beberapa Istilah dan Pengertian ………………………………………………. 2.2 Pemrograman Linear ………………………………………………………….. 2.3 Goal Programming ……………………………………………………………
1 2 3
METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian …………………………………………………………... 3.2 Pengumpulan Data ……………………………………………………………. 3.2.1 Pengambilan Data ……………………………………………………… 3.2.2 Jenis dan Sumber Data …………………………………………………. 3.3 Pengolahan Data ……………………………………………………………….
4 5 5 5 5
FORMULASI MODEL 4.1 Notasi …………………………………………………………………………. 4.2 Variabel Keputusan …………………………………………………………… 4.3 Formulasi ………………………………………………………………………
5 6 6
IMPLEMENTASI PENENTUAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN RUANG TERBANGUN DI KOTA BOGOR 5.1 Deskripsi Masalah …………………………………………………………….. 5.2 Pendugaan Parameter …………………………………………………………. 5.3 Asumsi-asumsi ………………………………………………………………... 5.4 Formulasi ……………………………………………………………………… 5.5 Hasil …………………………………………………………………………... 5.5.1 Perubahan Pola Penggunaan Lahan …………………………………….. 5.5.2 Pemenuhan Ruang Terbangun ………………………………………….. 5.5.3 Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau ……………………………………… 5.5.4 Pola Tanam dan Permintaan Konsumsi Masyarakat Lokal akan Komoditas Pertanian …………………………...
7 7 9 9 11 12 14 14 15
SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ………………………………………………………………………. 6.2 Saran ……………………………………………………………………………
16 16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………
17
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………..
18
vii
DAFTAR TABEL
3
Halaman Jenis dan sumber data ……………………………………………………………… 5 Luas wilayah tiap kecamatan ………………………………………………………. 7 Jumlah penduduk tiap kecamatan ………………………………………………….. 9
4
Indeks yang mewakili kecamatan …………………………………………………..
1 2
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
9 Indeks yang mewakili jenis lahan aktual dan rencana ……………………………... 10 Indeks yang mewakili komoditas pertanian ………………………………………... 10 Indeks yang mewakili musim tanam ……………………………………………….. 10 Nilai optimum fungsi tujuan ……………………………………………………….. 12 Perubahan penggunaan lahan di setiap kecamatan ………………………………… 13 Perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor ………………………………………. 13 Luas ruang terbangun setiap kecamatan …………………………………………… 14 Luas ruang terbuka hijau setiap kecamatan ………………………………………... 14 Pola tanam komoditas pertanian …………………………………………………… 15 Sasaran, produksi, dan kekurangan pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian ……………………………. 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Halaman Syntax program LINGO 11.00 untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear dengan metode goal programming beserta hasil yang diperoleh …………… 19 Koefisien ruang terbuka hijau dan ruang terbangun ……………………………….. 22 Luas tiap jenis lahan aktual ………………………………………………………... 22 Struktur logika perencanaan penggunaan lahan …………………………………… 23 Kesesuaian penggunaan lahan ……………………………………………………... 24 Produktivitas komoditas tanaman pertanian di tiap jenis lahan pertanian ………… 25 Intensitas penanaman tiap jenis komoditas pertanian ……………………………... 25 Rataan konsumsi …………………………………………………………………… 26 Syntax program LINGO 11.0 beserta hasil yang diperoleh ……………………….. 27 Perubahan penggunaan lahan setelah optimasi (Xijklm) …………………………… 37 Area budidaya pertanian optimal (Yijklm) dan hasil produksi tiap kecamatan ……… 40
viii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor memiliki luas 11.686 ha (BPS Kota Bogor 2010). Luasan tersebut dibagi menjadi dua kriteria kawasan, yaitu kawasan terbangun dan kawasan belum terbangun. Kawasan terbangun di antaranya meliputi pemukiman, industri, perkantoran/pertokoan, dan bangunan lainnya, sedangkan kawasan belum terbangun meliputi ruang terbuka hijau (termasuk di dalamnya lahan pertanian) dan lahan kering/kosong (Bappeda Kota Bogor 2011). Sesuai perannya sebagai kawasan penyokong ibu kota, pertumbuhan pesat dalam berbagai bidang tak dapat dielakkan. Pesatnya pertumbuhan ini memicu peningkatan jumlah penduduk, pemukiman, perindustrian, perkantoran/pertokoan, dan transportasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Lahan-lahan ruang terbuka hijau, khususnya lahan pertanian pada akhirnya banyak dialihkan menjadi ruang terbangun untuk memenuhi kebutuhan pembangunan berbagai fasilitas perkotaan. Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian akan berdampak pada penurunan pendapatan petani akibat berkurangnya kepemilikan lahan pertanian. Penurunan pendapatan ini diperparah dengan pola tanam yang kurang memperhatikan permintaan masyarakat lokal sehingga sering terjadi kelebihan ataupun kekurangan dalam produksi komoditas
tertentu yang menyebabkan harga jual komoditas pertanian menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturan pola tanam dengan memperhatikan kebutuhan konsumsi masyarakat lokal. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menetapkan luas optimum ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian. Pengoptimuman dapat dilakukan dengan menggunakan metode goal programming. Metode ini merupakan perluasan dari pemrograman linear yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan banyak fungsi tujuan. Model dalam karya ilmiah ini sebagian besar didasarkan pada model dari (Sadhegi et al. 2009) dan Ciptaningrum (2009). Dengan melakukan pengoptimuman terhadap ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian diharapkan akan terwujud tata guna lahan yang lebih terarah. 1.2 Tujuan Tujuan dari karya ilmiah ini ialah: 1. memodelkan secara matematis tata guna lahan di Kota Bogor, khususnya pengelolaan ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian, 2. menentukan nilai optimum luas ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian di Kota Bogor.
II LANDASAN TEORI Untuk memahami masalah dalam karya ilmiah ini diperlukan beberapa definisi dan konsep berikut. 2.1 Beberapa Istilah dan Pengertian Definisi 1 (Ruang Terbangun) Ruang terbangun adalah kawasan terbangun yang di antaranya meliputi pemukiman, industri, perkantoran/pertokoan, dan bangunan lainnya. (Bappeda 2011). Menurut Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031, persentase ruang terbangun yang dimiliki oleh setiap wilayah disebut dengan koefisien dasar bangun. Koefisien dasar bangun untuk
kawasan dengan kepadatan tinggi ditetapkan maksimum 70%, untuk kawasan dengan kepadatan sedang ditetapkan maksimum 50%, sedangkan untuk kawasan dengan kepadatan rendah ditetapkan maksimum 30%. Untuk selanjutnya, koefisien dasar bangun dalam karya ilmiah ini disebut dengan koefisien ruang terbangun. Definisi 2 (Ruang Terbuka Hijau) Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. (UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang)
2
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, luas ideal ruang terbuka hijau (RTH) kawasan perkotaan minimal sebesar 30% dari luas kawasan perkotaan. Luas tersebut mencakup RTH publik dan RTH privat. Penyediaan RTH menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/pemerintah kota yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah, sedangkan ruang RTH privat menjadi tanggung jawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/pemerintah kota kecuali provinsi DKI Jakarta oleh pemerintah provinsi. Definisi 3 (Lahan) Lahan merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap potensi penggunaan lahan. (Arsyad 2010) Definisi 4 (Penggunaan Lahan) Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan nonpertanian. (Arsyad 2010) Definisi 5 (Alih Fungsi Lahan) Alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian adalah bagian dari proses transformasi struktur ekonomi kawasan perkotaan, yang ditandai dengan berkembangnya sektor sekunder dan tersier yang menggeser peran sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan. (Nugroho & Dahuri 2004) Alih fungsi lahan lebih besar terjadi pada lahan pertanian dibandingkan pada tanah kering. Hal ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: pertama, pembangunan kegiatan nonpertanian seperti kompleks perumahan, pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada tanah pertanian yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering; kedua, akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk pertanian maka infrastruktur ekonomi lebih
tersedia di daerah pertanian daripada daerah tanah kering; ketiga, daerah pertanian secara umum lebih mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan. (Irawan 2005 dalam Akbar 2008) Definisi 6 (Pergiliran Tanaman) Pergiliran tanaman adalah sistem penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada suatu bidang tanah. (Arsyad 2010) Pergiliran merupakan suatu cara yang penting dalam konservasi tanah. Pergiliran dapat berupa padi – palawija, padi – tanaman penutup tanah/pupuk hijau, atau palawija – tanaman penutup tanah/pupuk hijau. Pada tanah berlereng, pergiliran yang efektif untuk pencegahan erosi adalah menurut pola tanaman bahan makanan – tanaman penutup tanah. Selain berfungsi sebagai pencegah erosi, pergiliran tanaman memberikan keuntungan-keuntungan antara lain seperti: 1) pemberantasan hama dan penyakit; menekan populasi hama dan penyakit karena memutus siklus hidup hama dan penyakit atau mengurangi sumber makanan dan tempat hidup hama penyakit, 2) pemberantasan gulma; penanaman satu jenis tanaman tertentu terus-menerus akan meningkatkan pertumbuhan jenis gulma tertentu, 3) mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah; jika sisa atau potongan tanaman pergiliran dijadikan mulsa atau dibenamkan dalam tanah akan mempertinggi kemampuan tanah dalam menahan dan menyerap air, mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah; jika tanaman tersebut adalah leguminosae akan menambah kandungan nitrogen tanah; dan 4) memelihara keseimbangan unsur hara karena absorpsi unsur dari kedalaman dan preferensi yang berlainan. Suatu sistem pergiliran tanaman yang tersusun baik, selain dari mempertahankan kesuburan tanah dan menghindari kerusakan tanah, akan mempertinggi produksi per satuan luas, per musim dan per tahun. (Arsyad 2010) 2.2 Pemrograman Linear Pemrograman linear adalah kegiatan merencanakan untuk mendapatkan hasil yang optimum. Model pemrograman linear meliputi
3
pengoptimuman suatu fungsi linear terhadap kendala linear. (Nash & Sofer 1996) Pemrograman linear memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut: a. tujuan masalah tersebut adalah memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linear dari sejumlah variabel keputusan. Fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan ini disebut fungsi tujuan, b. nilai variabel-variabel keputusan harus memenuhi suatu himpunan kendala. Setiap kendala harus berupa persamaan linear atau pertaksamaan linear, c. ada pembatasan tanda untuk setiap variabel dalam masalah ini. Untuk sembarang variabel , pembatasan tanda menentukan harus taknegatif ( ≥ 0) atau tidak dibatasi tanda (unrestricted in sign). (Winston 2004) 2.3 Goal Programming Metode goal programming ditemukan oleh A. Charnes dan W.M. Cooper pada tahun 1955 dan mulai dipopulerkan pada tahun 1961. Model ini merupakan pengembangan dari model pemrograman linear yang mampu menyelesaikan kasus-kasus pemrograman linear yang memiliki lebih dari satu sasaran/tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya model pada goal programming sama dengan model pada pemrograman linear, perbedaannya hanya terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasi yang akan muncul di fungsi tujuan dan di fungsi-fungsi kendala model goal programming. Sepasang variabel deviasi ini adalah variabel dan yang taknegatif. Variabel berfungsi menampung deviasi yang berada di bawah sasaran yang dikehendaki, sedangkan variabel berfungsi menampung deviasi yang berada di atas sasaran yang dikehendaki. Ada tiga kemungkinan yang akan terjadi dalam penyelesaian dengan metode ini, yaitu: 1. Sasaran tercapai terjadi bila = = 0, 2. Sasaran tidak tercapai terjadi bila ≥ 0 dan = 0, 3. Sasaran terlampaui terjadi bila = 0 dan ≥ 0. (Siswanto 2007) Ilustrasi bentuk model goal programming dapat dilihat pada Contoh 1.
Contoh 1 Misalkan diberikan model pemrograman linear: max = + terhadap kendala 7 + 3 ≥ 40 10 + 5 ≥ 60 5 + 4 ≤ 35 100 + 60 ≤ 600 , ≥ 0. (1) Dengan mengasumsikan bahwa ada tiga tujuan yang akan dicapai, yaitu pada kendala pertama, kedua, dan ketiga, maka dengan menambahkan variabel deviasi, model pemrograman linear dapat diubah menjadi model goal programming sebagai berikut: min = + + terhadap kendala 7 + 3 + − = 40 10 + 5 + − = 60 5 +4 + − = 35 100 + 60 ≤ 600 , , , ≥ 0, = 1,2,3. (2) Dalam formulasi (2), yang diminimumkan adalah + + karena yang hendak diminimumkan adalah deviasi yang berada di bawah sasaran yang dikehendaki. Dengan menggunakan software LINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (2) sebesar 5 dengan solusi optimal = 5, = 1.67, = 0, = 0, = 1.67, = 0, = 3.33, = 0 (lihat Lampiran 1). Solusi ini berarti bahwa tujuan pertama berhasil dicapai sedangkan tujuan kedua dan ketiga gagal dicapai. Bila setiap tujuan yang hendak dicapai memiliki prioritas yang berbeda untuk dicapai, setiap fungsi tujuan bisa diberi bobot. Ilustrasi bentuk model goal programming dengan bobot seperti berikut: min = 200 + 100 + 50 terhadap kendala 7 + 3 + − = 40 10 + 5 + − = 60 5 +4 + − = 35 100 + 60 ≤ 600 , , , ≥ 0, = 1,2,3. (3) Dengan menggunakan software LINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (3) sebesar 250 dengan solusi optimal 1 = 6, 2 = 0, − + − + − 1 = 0, 1 = 2, 2 = 0, 2 = 0, 3 = 5, + 3 = 0 (lihat Lampiran 1).
4
Namun, dalam banyak situasi seringkali pembuat keputusan tidak dapat menentukan nilai prioritas dari setiap tujuan, sehingga mengalami kesulitan dalam menentukan bobot yang hendak diberikan pada tiap tujuan. Masalah ini dapat dituangkan ke dalam model goal programming dengan mengatur urutan prioritas peminimuman. Peringkat tujuan diurutkan dari yang paling penting hingga tujuan yang tidak terlalu penting. Misalkan diasumsikan bahwa pembuat keputusan memiliki n tujuan, maka urutan prioritas tujuan n yang akan diminimumkan pada fungsi tujuan akan dinotasikan sebagai . Diasumsikan bahwa ≫ ≫ ≫ , dan semakin besar P maka semakin diprioritaskan. Fungsi tujuan pada formulasi (2) dapat diubah menjadi + + . Untuk menerapkan model goal programming dengan prioritas, fungsi tujuan harus dipisah menjadi n komponen, dengan komponen ke-i mengandung tujuan ke-i, yang dinotasikan sebagai berikut: = fungsi tujuan yang memuat tujuan ke-i, dengan i = 1,2,…,n. Berdasarkan fungsi tujuan (2), fungsi tujuan dipisah menjadi tiga komponen, yaitu = , = , dan = dengan kendala yang sama dengan (2) dan menambahkan kendala = 0 pada formulasi dengan fungsi tujuan serta menambahkan kendala = 0 dan = 0 pada formulasi dengan fungsi tujuan . Ilustrasi bentuk model goal programming dengan prioritas sebagai berikut: Prioritas ke-1 min = terhadap kendala 7 + 3 + − = 40 10 + 5 + − = 60 5 +4 + − = 35 100 + 60 ≤ 600 , , , ≥ 0, = 1,2,3. (4)
dengan solusi optimal = 5.71, = 0, = 0, = 0, = 2.86, = 0, = 6.43, = 0 (lihat Lampiran 1). Kemudian ditambahkan = 0 pada kendala di prioritas ke-2, sehingga modelnya menjadi Prioritas ke-2 min = terhadap kendala 7 10 5 100 ,
+3 + − = 40 +5 + − = 60 +4 + − = 35 + 60 ≤ 600 , , ≥ 0, = 1,2,3 = 0. (5)
Dengan menggunakan software LINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (5) sebesar 0 dengan solusi optimal = 6, = 0, = 0, = 2, = 0, = 0, = 5, =0 (lihat Lampiran 1). Kemudian ditambahkan = 0 pada kendala di prioritas ke-3, sehingga modelnya menjadi Prioritas ke-3 min = terhadap kendala 7 10 5 100 ,
+3 + − = 40 +5 + − = 60 +4 + − = 35 + 60 ≤ 600 , , ≥ 0, = 1,2,3 =0 = 0. (6)
Dengan menggunakan software LINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (6) sebesar 5 dengan solusi optimal = 6, = 0, = 0, = 2, = 0, = 0, = 5, =0 (lihat Lampiran 1). Solusi akhir menunjukkan bahwa tujuan pertama dan kedua berhasil dicapai, sedangkan tujuan ketiga gagal dicapai. (Winston 2004)
Dengan menggunakan software LINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (4) sebesar 0
III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang tahapantahapan penelitian yang dilakukan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai dengan baik. Ada tiga tahapan yang dilakukan, yaitu 1) persiapan penelitian, 2) pengumpulan data, dan 3) pengolahan data. Tiga tahapan ini menggambarkan secara keseluruhan rangkaian
penelitian yang tidak dapat dipisahkan. Uraian tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut. 3.1 Persiapan Penelitian Tahap persiapan penelitian terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu studi literatur,
5
penetapan lokasi penelitian, penyusunan proposal penelitian, dan pembuatan perizinan penelitian. Studi literatur dilakukan untuk mencari topik dan permasalahan yang terkait sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Setelah didapatkan literatur yang cukup untuk penelitian ini, selanjutnya dilakukan penetapan lokasi penelitian. Setelah didapatkan perkiraan lokasi penelitian yang cocok, langkah selanjutnya adalah penyusunan proposal penelitian dan pembuatan perizinan penelitian. Lokasi penelitian adalah Kota Bogor Jawa Barat yang mencakup enam kecamatan, yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal. Pemilihan Kota Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan: 1) terdapat instansi-instansi yang bersedia untuk memberikan data yang terkait dengan penelitian, 2) lokasi penelitian tidak terlalu jauh dengan lokasi penulis.
3.2.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan data hipotetik. Penggunaan data sekunder karena Kota Bogor cukup luas sehingga cukup sulit untuk mendapatkan data primer, sedangkan data hipotetik digunakan karena terdapat data yang dibutuhkan dalam penelitian ini namun tidak tersedia di instansi tempat pengambilan data. Jenis dan sumber data sebagaimana dalam Tabel 1.
3.2 Pengumpulan Data
3.3 Pengolahan Data Dalam tahap pengolahan data, sebagian data yang telah didapatkan dari tahapan sebelumnya perlu diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.2.1 Pengambilan Data Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengambilan data yaitu mengumpulkan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini penulis harus datang ke instansi pemerintahan Kota Bogor untuk mencari data yang diperlukan.
Tabel 1 Jenis dan sumber data Jenis data
Sumber data
luas wilayah
BPS Kota Bogor BPS Kota Bogor dan Bappeda Kota Bogor
penggunaan lahan rataan konsumsi
BPS Kota Bogor
jumlah penduduk kesesuaian lahan
BPS Kota Bogor hipotetik
IV FORMULASI MODEL Pemodelan dilakukan untuk menentukan luas optimum ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian di Kota Bogor. Pengoptimuman ruang terbangun dilakukan dengan meminimumkan proporsi kekurangan pemenuhan ruang terbangun, pengoptimuman ruang terbuka hijau dilakukan dengan meminimumkan proporsi kekurangan pemenuhan ruang terbuka hijau, sedangkan pengoptimuman pola tanam dilakukan dengan meminimumkan proporsi kekurangan produksi komoditas pertanian untuk memenuhi permintaan konsumsi masyarakat lokal. 4.1 Notasi Dalam karya ilmiah ini digunakan notasinotasi sebagai berikut: Himpunan: I = himpunan kecamatan,
J = himpunan jenis lahan aktual, lahan aktual adalah lahan awal sebelum dilakukan optimasi, K = himpunan jenis lahan rencana, lahan rencana adalah lahan setelah dilakukan optimasi pada lahan aktual, L = himpunan komoditas pertanian, M = himpunan musim tanam. Indeks: i = indeks kecamatan, i∈I, j = indeks jenis lahan aktual, j∈J, k = indeks jenis lahan rencana, k∈K, l = indeks komoditas pertanian, l∈L, m = indeks musim tanam, m∈M. Parameter: Ai = luas lahan di kecamatan i (ha), Aij = luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j (ha), α = standar koefisien ruang terbangun,
6
β
θk
γk
μ E Plk Qjk
Rl Slm
yaitu persentase ruang terbangun yang harus dimiliki, = standar koefisien ruang terbuka hijau, yaitu persentase ruang terbuka hijau yang harus dimiliki, = koefisien ruang terbangun pada jenis lahan rencana k, yaitu persentase ruang terbangun yang dimiliki oleh setiap jenis lahan rencana k, = koefisien ruang terbuka hijau pada jenis lahan rencana k, yaitu persentase ruang terbuka hijau yang dimiliki oleh setiap jenis lahan rencana k, = koefisien perlindungan kawasan hijau dan bentang alam, = jumlah penduduk (orang), = produktivitas komoditas pertanian l pada jenis lahan rencana k (ton/ha), = kesesuaian alokasi penggunaan lahan dengan jenis lahan aktual j untuk dialokasikan ke jenis lahan rencana k, dengan Qjk = 1, bila sesuai 0, selainnya = rataan konsumsi komoditas pertanian l (kg/orang/tahun), = intensitas penanaman komoditas pertanian l pada musim tanam m.
4.2 Variabel Keputusan Variabel-variabel keputusan dalam model ini adalah sebagai berikut: di- = kekurangan pemenuhan sasaran luas ruang terbangun di kecamatan i (ha), di+ = kelebihan pemenuhan sasaran luas ruang terbangun di kecamatan i (ha), gi- = kekurangan pemenuhan sasaran luas ruang terbuka hijau di kecamatan i (ha), gi+ = kelebihan pemenuhan sasaran luas ruang terbuka hijau di kecamatan i (ha), hl- = kekurangan pemenuhan sasaran permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian l (ton), hl+ = kelebihan pemenuhan sasaran permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian l (ton), Xijk = luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan untuk jenis lahan rencana k (ha), Yijklm = luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan untuk jenis lahan rencana k dengan budidaya komoditas pertanian l pada musim tanam m (ha).
4.3 Formulasi Fungsi Tujuan Fungsi tujuan dimodelkan sebagai berikut:
min z =
A di
iI
iI
i
gi
Ai
lL
hl
Rl E 1000
.
Parameter merupakan konsumsi masyarakat akan komoditas pertanian dalam satu tahun. Karena satuannya masih dalam kg/tahun, maka perlu diubah ke dalam bentuk ton/tahun agar satuannya sama dengan parameter lainnya, oleh karena itu perlu dibagi dengan 1000. Nilai z adalah penjumlahan dari proporsi kekurangan pemenuhan ruang terbangun, proporsi kekurangan pemenuhan ruang terbuka hijau dan proporsi kekurangan produksi komoditas pertanian untuk pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal. Fungsi Kendala 1. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbangun di kecamatan i, yaitu bahwa luas ruang terbangun di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k diusahakan mencapai standar ruang terbangun yang harus dimiliki setiap kecamatan i, yaitu
jJ kK
k X ijk di di Ai , i I .
2. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di kecamatan i, yaitu bahwa luas ruang terbuka hijau di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k diusahakan mencapai standar ruang terbuka hijau yang harus dimiliki setiap kecamatan i, yaitu
jJ kK
k X ijk gi gi Ai , i I .
3. Kendala jenis lahan aktual j yang akan dialokasikan ke jenis lahan rencana k di kecamatan i, yaitu bahwa luas kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k harus sama dengan luas kecamatan i dengan jenis lahan aktual j, yaitu X ijk Aij , i I , j J . kK
4. Kendala kesesuaian alokasi penggunaan lahan, yaitu bahwa luas seluruh kecamatan
7
i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k tidak lebih dari luas seluruh kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang sesuai untuk diubah ke jenis lahan rencana k, yaitu
X i I
ijk
AQ i I
ij
jk
, j J , k K .
5. Kendala areal penanaman, yaitu luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k yang ditanami komoditas pertanian l di musim tanam m harus sama dengan luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k, yaitu Yijklm X ijk , i I , j J , k K , m M . l L
6. Kendala perlindungan kawasan bentang alam, yaitu bahwa luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang berupa kawasan hijau dan bentang alam yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k yang berupa kawasan hijau dan bentang alam
dipertahankan bentuknya setidaknya melebihi koefisien perlindungan kawasan hijau dan bentang alam di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j berupa kawasan hijau dan bentang alam, yaitu X ijk Aij , i I , j k k aw asan h ijau d an b en tan g alam .
7. Kendala sasaran pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal, yaitu produktivitas komoditas pertanian l yang ditanam di jenis lahan rencana k diusahakan mencapai pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat akan komoditas pertanian l, yaitu Plk SlmYijklm
iI jJ kK mM
hl hl Rl E 1000 , l L. 8. Kendala ketaknegatifan
d i , d i , g i , g i , hi , hi , X ijk , Yijklm 0, i I , j J , k K , l L , m M .
V IMPLEMENTASI PENENTUAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN RUANG TERBANGUN DI KOTA BOGOR 5.1 Deskripsi Masalah Sebagai wilayah penyokong ibu kota, pertumbuhan yang pesat di Kota Bogor tak dapat dielakkan. Pertumbuhan ini berdampak pada peningkatan pembangunan fisik untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat, baik untuk pertumbuhan ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, maupun transportasi. Pesatnya pembangunan menyebabkan terjadi alih fungsi lahan. Lahan-lahan pertanian banyak diubah menjadi ruang terbangun. Bila alih fungsi lahan pertanian ini dibiarkan maka luas ruang terbangun di Kota Bogor akan terus bertambah hingga melebihi standar, sedangkan luas ruang terbuka hijau akan terus menurun hingga berada di bawah standar yang seharusnya. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan di Kota Bogor. Penurunan luas ruang terbuka hijau berbanding lurus dengan penurunan luas lahan pertanian dan berdampak pada berkurangnya produksi komoditas pertanian di Kota Bogor. Berkurangnya produksi komoditas pertanian dapat menurunkan pendapatan petani dan kemandirian Kota Bogor dalam memenuhi
sendiri permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian. 5.2 Pendugaan Parameter Penentuan parameter model secara garis besar dilakukan dengan menggunakan data, asumsi berdasarkan logika tertentu, atau dengan gabungan data dan asumsi. 1. Luas wilayah Parameter luas wilayah menggunakan data luas kecamatan di Kota Bogor tahun 2009 (BPS Kota Bogor 2010). Data luas wilayah terdapat dalam Tabel 2. Tabel 2 Luas wilayah tiap kecamatan Kecamatan Luas wilayah (ha) Bogor Utara 1.768,30 Bogor Selatan 2.926,70 Bogor Timur 1.015,00 Bogor Barat 3.134,00 Bogor Tengah 811,30 Tanah Sareal 2.030,70 Jumlah 11.686,00 2. Koefisien ruang terbuka hijau
8
Koefisien ruang terbuka hijau (RTH) pada tiap penggunaan lahan rencana ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 20112031, yang menyebutkan bahwa: a. koefisien RTH pada ruang terbangun sebesar 10%, b. koefisien RTH pada taman sebesar 80%, sisanya untuk bangunan fasilitas rekreasi, olahraga, dan fasilitas penunjang lainnya, c. pada lahan kosong dan perairan tidak terdapat RTH sehingga koefisien RTH sebesar 0%, d. pada lahan lainnya 100% merupakan RTH sehingga koefisien RTH sebesar 100%. Penentuan nilai koefisien RTH 100% dimaksudkan untuk menyederhanakan model. Pada kenyataannya angka tersebut berbeda untuk setiap penggunaan lahan. Hal tersebut ditentukan oleh tutupan lahan pada tiap penggunaan lahan. Data koefisien Lampiran 2.
RTH
terdapat
dalam
3. Standar koefisien ruang terbuka hijau Parameter standar koefisien ruang terbuka hijau ditentukan berdasarkan UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu sebesar 30% dari luas wilayah perkotaan. 4. Koefisien ruang terbangun Luas ruang terbangun dari suatu jenis lahan merupakan selisih antara luas lahan dengan luas ruang terbuka hijau, sehingga berdasarkan parameter koefisien ruang terbuka hijau (RTH) yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditentukan koefisien ruang terbangun (RTB) sebagai berikut: a. koefisien RTB pada ruang terbangun sebesar 90%, b. koefisien RTB pada taman sebesar 20%, c. pada lahan kosong dan perairan tidak terdapat RTB sehingga koefisien RTB sebesar 0%, d. pada lahan lainnya 100% merupakan RTH sehingga koefisien RTB sebesar 0%. Data koefisien Lampiran 2.
RTB
terdapat
5. Standar koefisien ruang terbangun
dalam
Parameter standar koefisien ruang terbangun ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031, yang menyebutkan bahwa koefisien ruang terbangun di wilayah dengan kepadatan sedang sebesar 50%. 6. Luas tiap jenis lahan aktual Luas tiap jenis lahan aktual di setiap kecamatan merupakan penggabungan antara data luas tiap jenis lahan di Kota Bogor tahun 2009 (BPS Kota Bogor 2010), luas tiap jenis lahan di Kota Bogor tahun 2007 (Bappeda Kota Bogor 2007). Karena keterbatasan data, diasumsikan tidak terjadi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Data selengkapnya terdapat dalam Lampiran 3. 7. Kesesuaian penggunaan lahan Parameter kesesuaian penggunaan lahan seharusnya ditentukan dengan metode analisis spasial peta penggunaan lahan, tetapi dalam karya ilmiah ini ditentukan berdasarkan struktur logika dalam Lampiran 4 (ide didasari oleh struktur logika perencanaan pengggunaan lahan dalam Ciptaningrum 2009). Hal ini karena untuk melakukan analisis spasial peta penggunaan lahan diperlukan gambar citra satelit Kota Bogor, namun penulis tidak berhasil mendapatkannya dari instansi terkait. Data kesesuaian penggunaan lahan terdapat dalam Lampiran 5. 8. Produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian Produktivitas komoditas padi, ubi, dan sayur-sayuran per hektar menggunakan data produktivitas komoditas pertanian di Kota Bogor (Diperta Jawa Barat 2011), sedangkan untuk produktivitas buahbuahan per hektar dianggap sama dengan produktivitas di DAS Citarum Hulu (Ghufrona 2010), dikarenakan tidak tersedia data mengenai produktivitas buahbuahan per hektar di Kota Bogor. Berdasarkan data tersebut ditentukan produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian dengan asumsi: a. produktivitas komoditas pertanian tanaman semusim pada sawah 1 kali rataan, sedangkan pada ladang dan pekarangan 0,8 kali rataan, b. tidak ada produktivitas komoditas pertanian tanaman tahunan pada sawah
9
karena tanaman tahunan tidak dapat ditanam di lahan tersebut, sedangkan produktivitas pada ladang dan pekarangan 1 kali rataan, c. tidak ada produktivitas padi pada ladang dan pekarangan. Data produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian terdapat dalam Lampiran 6. 9. Intensitas penanaman tiap komoditas pertanian Diasumsikan bahwa satu musim tanam setara dengan empat bulan, sehingga dalam satu tahun ada tiga musim tanam. Parameter intensitas penanaman tiap jenis tanaman pertanian adalah sebagai berikut: a. intensitas penanaman sayuran daun dalam satu musim tanam adalah empat kali, karena sayuran daun mempunyai masa tanam tiga minggu, b. intensitas penanaman padi dan sayuran buah dalam satu musim tanam adalah satu kali, karena padi dan sayuran buah merupakan tanaman semusim yang mempunyai masa tanam tiga–empat bulan, c. tidak ada intensitas penanaman buah pada musim tanam I dan musim tanam II, sedangkan pada musim tanam III adalah satu kali. Hal tersebut karena buah merupakan tanaman tahunan yang baru bisa dipanen buahnya satu tahun sekali, d. tidak ada intensitas penanaman ubi kayu dan ubi jalar pada musim tanam I dan musim tanam II, sedangkan pada musim tanam III adalah satu kali. Hal ini karena ubi kayu dan ubi jalar mempunyai masa tanam 4-6 bulan. Data intensitas penanaman terdapat dalam Lampiran 7. 10. Rataan konsumsi komoditas pertanian Parameter rataan konsumsi komoditas pertanian menggunakan data konsumsi rata-rata penduduk Kota Bogor tahun 2007 (BPS Kota Bogor 2007). Karena keterbatasan data, diasumsikan pola konsumsi ini tidak mengalami perubahan. Data rataan konsumsi komoditas pertanian terdapat dalam Lampiran 8.
Parameter jumlah penduduk menggunakan data jumlah penduduk tiap kecamatan di Kota Bogor tahun 2009 (BPS Kota Bogor 2010). Data jumlah penduduk terdapat dalam Tabel 3. Tabel 3 Jumlah penduduk tiap kecamatan Jumlah penduduk Kecamatan (orang) Bogor Utara 166.943 Bogor Selatan 180.270 Bogor Timur 94.722 Bogor Barat
205.997
Bogor Tengah
112.425
Tanah Sareal
185.847
Jumlah
946.204
5.3 Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. lahan kosong cocok untuk ditanami semua jenis tanaman sehingga bisa diubah ke semua bentuk lahan pertanian, 2. pengubahan lahan tidak memperhatikan kesesuaian lahan berdasarkan kemiringan lereng suatu wilayah, 3. biaya perubahan dari lahan aktual ke lahan rencana tidak diperhitungkan. 5.4 Formulasi Dalam kasus di Kota Bogor, indeks yang mewakili kecamatan dinotasikan i, dengan i=1,2,..,6. Perinciannya terdapat dalam Tabel 4. Tabel 4 Indeks yang mewakili kecamatan Kecamatan Keterangan (i) 1 Bogor Utara 2 Bogor Selatan 3 Bogor Timur 4 Bogor Barat 5 Bogor Tengah 6
Tanah Sareal
Indeks yang mewakili jenis lahan aktual dinotasikan j, dengan j=1,2,..,12. Indeks yang mewakili jenis lahan rencana dinotasikan k, dengan k=1,2,..,12. Perinciannya terdapat dalam Tabel 5.
11. Jumlah penduduk Tabel 5 Indeks yang mewakili jenis lahan
10
aktual dan rencana Jenis lahan Aktual Rencana (j) (k) 1 1 2 2 3 3 4 4 5
5
6 7 8 9 10
6 7 8 9 10
11
11
12
12
Musim tanam (m)
Keterangan ruang terbangun sawah ladang, pekarangan danau, sungai, kolam hutan kota, kebun raya jalur hijau jalan lapangan olahraga sempadan sungai TPU taman kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
Indeks yang mewakili komoditas pertanian dinotasikan l, dengan l = 1,2,..,18. Perinciannya terdapat dalam Tabel 6. Tabel 6 Indeks yang mewakili komoditas pertanian Komoditas pertanian Keterangan (l) 1 padi 2 tomat 3 terong 4 kacang panjang 5 mentimun 6 cabai 7 bayam 8 buncis 9 kacang tanah 10 ubi kayu 11 ubi jalar 12 jambu biji 13 jeruk 14 nangka 15 nanas 16 pepaya 17 pisang 18 rambutan Indeks yang mewakili musim dinotasikan m, dengan m = Perinciannya terdapat dalam Tabel 7.
tanam 1,2,3.
Tabel 7 Indeks yang mewakili musim tanam
Keterangan
1
musim tanam I (Januari - April)
2
musim tanam II (Mei - Agustus)
3
musim tanam III (September – Desember)
Parameter-parameter yang digunakan adalah Ai (lihat Tabel 2), E (lihat Tabel 3), θk (lihat Lampiran 2), γk (lihat Lampiran 2), Aij (lihat Lampiran 3), Qjk (lihat Lampiran 5), Plk (lihat Lampiran 6), Slm (lihat Lampiran 7), Rl (lihat Lampiran 8). Tahap pertama untuk menyelesaikan masalah ini ialah membagi fungsi tujuan menjadi dua bagian sesuai dengan urutan prioritas. Prioritas pertama Meminimumkan proporsi kekurangan pemenuhan sasaran ruang terbangun, yaitu
min z1 =
0, 50 A . di
iI
i
Kendala yang digunakan sebagai berikut: 1. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbangun di kecamatan i, yaitu bahwa luas ruang terbangun di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k diusahakan untuk mencapai 50% luas kecamatan i, yaitu
12 12 k X ijk di di 0, 50 Ai , i I . j 1 k 1 2. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di kecamatan i, yaitu bahwa luas ruang terbuka hijau di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k diusahakan untuk mencapai 30% luas kecamatan i, yaitu
12 12 k X ijk gi gi 0, 30 Ai , i I . j 1 k 1 3. Kendala jenis lahan aktual j yang akan dialokasikan ke jenis lahan rencana k di tiap kecamatan i, yaitu bahwa luas tiap kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k
11
harus sama dengan luas tiap kecamatan i dengan jenis lahan aktual j, yaitu
6
k 1
ijk
i 1 j 1 m 1
Aij , i I , j J .
6
6
i 1
A Q i 1
ij
jk , j
20
Y l 1
ijklm
X ijk , i I , j J , k K , m M .
6. Kendala perlindungan kawasan hijau dan bentang alam Menurut Bappeda 2007, kawasan hijau dan bentang alam harus dipertahankan fungsinya setidaknya sebesar 50% dari luas lahan yang ada, yaitu bahwa luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j=11 yang dialokasikan untuk lahan rencana k=11 tidak kurang dari 50% luas kecamatan i dengan jenis lahan aktual j=11, yaitu
X i ,11,11 0, 50 Ai ,11 , i I . 7. Kendala agar setidaknya 70% ladang dan pekarangan di Kota Bogor tetap dipertahankan (asumsi agar tidak semua lahan ladang dan pekarangan diubah fungsinya), yaitu bahwa luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j=3 yang dialokasikan sebagai lahan rencana k=3 tidak kurang dari 70% luas kecamatan i dengan jenis lahan aktual j=3, yaitu
X i ,3,3 0, 70 Ai ,3 , i I . 8. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, yaitu produktivitas komoditas pertanian l yang ditanam di jenis lahan rencana k diusahakan mencapai pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian l, yaitu
3 l 3 lmYij 3lm
hl hl Rl E 1000 , l L. dengan 2
S lm = intensitas penanaman komoditas pertanian l pada musim tanam m di sawah, 3
S lm = intensitas penanaman komoditas pertanian l pada musim tanam m di ladang dan pekarangan.
J , k K.
5. Kendala areal penanaman, yaitu bahwa luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k yang ditanami komoditas pertanian l di musim tanam m harus sama dengan lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k, yaitu
3
i 1 j 1 m 1
6
ijk
12
2 l 2 lmYij 2 lm
P S
4. Kendala kesesuaian alokasi penggunaan lahan, yaitu bahwa luas seluruh kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k tidak lebih dari luas seluruh kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang sesuai untuk diubah ke jenis lahan rencana k, yaitu
X
3
P S
12
X
12
9.
Kendala ketaknegatifan
d i , d i , g i , g i , hi , hi , X ijk , Yijklm 0, i I , j J , k K , l L , m M .
Didapatkan nilai optimum dari , yaitu = 0 (lihat Lampiran 7). Kemudian dilanjutkan dengan menambahkan pertaksamaan ≤ ∗ + pada kendala di prioritas kedua. ∗
Prioritas kedua Meminimumkan proporsi dari kekurangan pemenuhan ruang terbuka hijau dan proporsi kekurangan produksi komoditas pertanian untuk pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal, yaitu
min z2 =
0, 30 A gi
iI
i
lL
hl
Rl E 1000
.
Kendala yang digunakan sebagai berikut: 1. Kendala 1-9 di prioritas pertama. 2. Kendala nilai optimum , yaitu ≤ ∗+
dengan ∗ = 0 (merupakan nilai optimum dari z1 di prioritas pertama). = 0,10; 0,20; 0,30; … ; 1.
5.5 Hasil Penyelesaian masalah pengoptimuman ruang terbuka hijau dan ruang terbangun di Kota Bogor diselesaikan menggunakan software LINGO 11.0. Program dan output dari LINGO 11.0 ditulis pada Lampiran 9. Output tersebut juga disajikan dalam bentuk tabel pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Informasi yang diperoleh meliputi nilai optimum fungsi tujuan, luas optimum tiap
12
jenis lahan rencana, luas optimum area budidaya komoditas pertanian, kekurangan/kelebihan luas ruang terbangun setiap kecamatan, kekurangan/kelebihan luas ruang terbuka hijau setiap kecamatan, kekurangan/kelebihan produksi komoditas pertanian untuk pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal Kota Bogor. Dari hasil running program LINGO 11.0 ∗ didapatkan nilai optimum =0. Nilai ∗ optimum = 0 menunjukkan bahwa tujuan pemenuhan sasaran ruang terbangun tercapai, sedangkan nilai optimum z2 = 0,76 menunjukkan bahwa tujuan z2 belum tercapai. Nilai z2 = 0,76 merupakan penjumlahan dari proporsi kekurangan ruang terbuka hijau
dalam Lampiran 9), dengan mengubah-ubah nilai ( = 0,10; 0,20; 0,30; … ; 1) pada kendala ke 10 di prioritas kedua. Penambahan ε pada ∗ untuk menunjukkan pengaruh apabila kekurangan ruang terbangun bertambah maka akan mengakibatkan penurunan pada kekurangan ruang terbuka hijau dan kekurangan pemenuhan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian. Nilai z1 dan z2 konstan pada saat ε = 0,30 hingga ε = 1 karena pada keadaan ini sudah tidak dapat terjadi perubahan lahan dari lahan ruang terbangun menjadi lahan rencana yang lainnya. Pola hubungan antara z1 dan z2 disajikan pada Gambar 1. 0.8
0, 30 A iI
dan
proporsi
kekurangan
i
pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian
hl
RE
gi
0 yang . Didapat 1000 iI 0, 30 Ai berarti bahwa pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau tercapai, dan didapat l L
l
R E 1000 0, 76 hl
lL
0.75
z2
gi
yang berarti bahwa
l
pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat Kota Bogor oleh hasil pertanian lokal masih kurang dari 76%, sehingga swasembada pangan belum tercapai. Oleh karena itu Kota Bogor masih perlu mendatangkan komoditas pertanian dari wilayah lain. Tabel 8 menyajikan nilai optimum fungsi tujuan yang dipengaruhi oleh ε . Tabel 8 Nilai optimum fungsi tujuan Fungsi tujuan ∗ + 0 0 0 0,10 0,10 0,10 0,20 0,20 0,20 0,30 0,30 0,22 0,40 0,40 0,22 0,50 0,50 0,22 0,60 0,60 0,22 0,70 0,70 0,22 0,80 0,80 0,22 0,90 0,90 0,22 1,00 1,00 0,22
0,76 0,70 0,66 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
Nilai dan didapatkan dengan cara me-running program LINGO 11.0 (seperti
0.7 0.65 0.6 0
0.1
0.2
0.3
z1 Gambar 1 Pola hubungan antara z1 dan z2 Hasil optimum untuk variabel keputusan diambil saat ε = 0, yaitu ketika sasaran z1 tercapai (hasil running saat ε = 0 dapat dilihat pada Lampiran 9) . 5.5.1 Perubahan Pola Penggunaan Lahan Perubahan pola penggunaan lahan ditujukan untuk mengatur luas ruang terbangun dan ruang terbuka hijau, termasuk di dalamnya lahan pertanian. Pengaturan luas ruang terbangun dilakukan sebagai upaya untuk membatasi agar pembangunan di Kota Bogor tidak melampaui ambang batas kewajaran, perlindungan ruang terbuka hijau dilakukan sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan standar ruang terbuka hijau, sedangkan pengaturan pola tanam komoditas pertanian ditujukan untuk meningkatkan pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian. Perubahan penggunaan lahan dari lahan aktual menjadi lahan rencana disajikan dalam Lampiran 10. Perubahan penggunaan lahan dari lahan aktual menjadi lahan rencana pada saat jenis lahan aktual tidak sama dengan jenis lahan rencana disajikan dalam Tabel 9 (dilihat dari nilai , ∀ ≠ di prioritas kedua dalam Lampiran 9), sedangkan perubahan penggunaan lahan aktual menjadi lahan rencana secara umum disajikan dalam Tabel 10.
13
Tabel 9 Perubahan penggunaan lahan di setiap kecamatan Kecamatan
Lahan aktual
Bogor Utara
sawah ladang, pekarangan kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong sawah ladang, pekarangan kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong kawasan hijau dan bentang alam sawah ladang, pekarangan kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong kawasan hijau dan bentang alam kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
Bogor Selatan
Bogor Timur Bogor Barat
Bogor Tengah Tanah Sareal
Luas lahan rencana (ha) Ruang terbangun Sawah 43,28 0 89,16 0 127,74 6,05 0 205,00 737,47 0 138,75 0 0 273,75 65,76 0 0 59,88 111,90 0 66,48 0 0 267,15 88,24 425,38 0 17,15 0 230,23 0 100,00
Tabel 10 Perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor Luas Penggunaan lahan aktual Penggunaan lahan rencana (ha) ruang terbangun 5.251,18 ruang terbangun
Luas (ha)
sawah
1.174,92
sawah
1.866,84
ladang, pekarangan
1.183,40
6.719,96
ladang, pekarangan
889,01
danau, sungai, kolam
220,83
danau, sungai, kolam
220,83
hutan kota, kebun raya
hutan kota, kebun raya
129,74
jalur hijau
129,74 152,38
jalur hijau
152,38
lapangan olahraga
151,52
lapangan olahraga
151,52
sempadan sungai
181,79
jalur hijau sempadan sungai
181,79
TPU
134,64
TPU
134,64
taman
257,33
taman
257,33
kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
981,95 0
kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
1.963,91 884,38
Berdasarkan Tabel 9, jenis lahan yang mengalami pengalihfungsian ialah sawah, ladang, pekarangan, kawasan hijau dan bentang alam, dan lahan kosong. Lahan-lahan tersebut dialihfungsikan menjadi ruang terbangun dan sawah. Di bidang pertanian, perubahan lahan dari lahan aktual difokuskan menjadi lahan sawah, hal ini karena produktivitas komoditas pertanian di sawah lebih besar daripada di ladang dan pekarangan. Berdasarkan Tabel 10, lahan kosong seluruhnya diubah menjadi lahan lain karena
lahan ini tidak produktif. Peningkatan signifikan terjadi pada ruang terbangun, yaitu bertambah dari 5.251,18 ha menjadi 6.719,96 ha, sawah bertambah dari 1.174,92 ha menjadi 1.866,84 ha. Ladang dan pekarangan dipertahankan keberadaannya setidaknya 70% dari luas awal untuk melindungi keberadaan lahan tersebut dari pengalihfungsian ke ruang terbangun, sehingga terjadi penurunan dari 1.183,40 ha menjadi 889,01 ha, sedangkan kawasan hijau dan bentang alam dipertahankan setidaknya 50% sesuai dengan kebijakan pemerintah Kota Bogor (dapat
14
dilihat pada kendala 6 di prioritas pertama). Hal tersebut dilakukan guna menjaga kelestarian kawasan hijau dan bentang alam yang berfungsi sebagai tempat hidup berbagai jenis hewan, daerah penahan erosi tanah, daerah resapan air, dan penyerap polusi udara, sehingga terjadi penurunan dari 1.963,91 ha menjadi 981,95 ha. 5.5.2 Pemenuhan Ruang Terbangun Keadaan aktual (dapat dilihat pula di Lampiran 3), sasaran (50% dari luas wilayah), optimal (didapat dari penjumlahan antara sasaran dengan kelebihan), dan kelebihan luas ruang terbangun dari sasarannya setelah optimasi disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 Luas ruang terbangun setiap kecamatan Kecamatan
Luas ruang terbangun (ha) KeleAktual Sasaran Optimal bihan
Bogor Utara
813,25
884,15
884,15
0
Bogor Selatan Bogor Timur
477,50 1.463,35
1.463,35
0
Bogor Barat
563,26
507,50
509,67
2,17
1.562,25
1.567
1.567
0
Bogor 584,46 405,65 Tengah Tanah 1.250,46 1.015,35 Sareal
541,73 136,08 1.133,54 118,19
Agar luas bangunan tidak terpusat di kecamatan tertentu, koefisien dasar bangun 50% perlu diterapkan di setiap kecamatan. Hasil optimasi yang telah disajikan dalam Tabel 11 menunjukkan bahwa Kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Bogor Barat masih bisa melakukan berbagai pembangunan fisik, sedangkan di Kecamatan Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal sudah tidak dapat lagi dilakukan pembangunan fisik karena luas bangunan di kecamatan ini sudah melebihi nilai koefisien dasar bangun, sehingga terjadi kelebihan ruang terbangun di Kecamatan Bogor Timur sebesar 2,17 ha, Bogor tengah sebesar 136,08 ha, dan Tanah Sareal sebesar 118,19 ha. 5.5.3 Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau Keadaan aktual, sasaran, optimal, dan kelebihan luas ruang terbuka hijau setelah optimasi disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12 Luas ruang terbuka hijau setiap kecamatan Kecamatan Bogor Utara
Luas ruang terbuka hijau (ha) KeleAktual Sasaran Optimal bihan 800,05
530,49
834,15
303,66
2.283,45
878,01
1.463,35
585,34
Bogor Timur
451,74
304,50
505,33
200,83
Bogor Barat
977,30
940,20
1.486,17
545,97
Bogor Tengah
226,84
243,39
269,57
26,18
Tanah Sareal
590,25
609,21
807,16
197,95
5.329,63 3.505,80
5.365,73
1.859,93
Bogor Selatan
jumlah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kota Bogor perlu memiliki ruang terbuka hijau minimal seluas 3.505,80 ha (30% luas Kota Bogor). Luas aktual ruang terbuka hijau di Kota Bogor sebesar 5.329,63 ha sudah mencukupi syarat minimum ruang terbuka hijau yang harus dimiliki. Namun, penyebarannya di setiap kecamatan tidak merata sebesar 30% dari luas wilayah kecamatan. Setelah dilakukan optimasi, luas ruang terbuka hijau di setiap kecamatan menjadi tidak kurang dari 30% luas wilayahnya. Peningkatan yang signifikan pada luas ruang terbuka hijau seperti tampak pada Tabel 12 melebihi sasaran minimum. Hal tersebut untuk mencapai tujuan peningkatan produksi komoditas pertanian guna pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal. Besarnya lahan terbuka hijau yang dapat dimiliki Kota Bogor berdampak positif bagi kualitas lingkungan di Kota Bogor. Ruang terbuka hijau memiliki banyak fungsi bagi lingkungan di wilayah perkotaan, antara lain sebagai pengatur iklim mikro, sebagai daerah resapan air, pelindung tanah dari erosi, dan pengurang polusi udara. Polusi udara yang dihasilkan oleh banyaknya volume kendaraan dapat dinetralisasi oleh ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau juga dapat memberikan manfaat sosial dan pendidikan, antara lain sebagai tempat rekreasi, bersosialisasi, dan menjadi sarana pendidikan untuk mengenal alam.
15
5.5.4 Pola Tanam dan Permintaan Konsumsi Masyarakat Lokal akan Komoditas Pertanian Luas sawah, ladang, dan pekarangan yang digunakan untuk menanam tiap komoditas pertanian di tiap kecamatan disajikan dalam Tabel 13. Produksi, sasaran, dan kekurangan pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian secara umum disajikan dalam Tabel 14, sedangkan produksi di tiap kecamatan disajikan dalam Lampiran 11. Berdasarkan Tabel 13, lahan sawah pada musim tanam I dan musim tanam II dikhususkan untuk menanam padi, sedangkan pada musim tanam III untuk menanam sayuran. Pergiliran pola tanam ini dilakukan untuk memutus siklus hama penyakit, mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah, dan mempertinggi produksi tanaman. Tabel 13 Pola tanam komoditas pertanian Kecamatan Jenis lahan pertanian rencana Bogor Utara sawah
ladang, pekarangan Bogor Selatan
sawah
ladang,pekarangan Bogor Timur
sawah
ladang, pekarangan
Bogor Barat
sawah
ladang, pekarangan sawah Bogor Tengah Tanah Sareal
sawah
ladang, pekarangan
Lahan sawah terluas terdapat di Kecamatan Bogor Barat, yaitu seluas 692,52 ha, sehingga Bogor Barat merupakan pemasok terbesar komoditas padi dan sayuran. Jenis sayuran yang ditanam adalah tomat, terong, kacang panjang, mentimun, dan bayam, dengan lahan terluas digunakan untuk menanam kacang panjang, yaitu sebesar 252,05 ha. Lahan ladang dan pekarangan cocok untuk ditanami sayur, ubi, dan buah. Dari hasil optimasi, lahan ladang dan pekarangan digunakan untuk menanam ubi dan buahbuahan karena sayuran telah banyak ditanam di sawah. Ladang dan pekarangan terluas terdapat di Kecamatan Bogor Selatan, dengan tanaman yang banyak ditanam adalah ubi kayu, yaitu dengan luas tanam 202,84 ha.
Musim Komoditas pertanian musim I padi musim II padi musim III tomat buncis ubi kayu nangka musim I padi musim II padi musim III tomat bayam ubi kayu ubi jalar musim I padi musim II padi musim III bayam ubi kayu pisang rambutan musim I padi musim II padi musim III tomat terong kacang panjang mentimun bayam pisang musim I padi musim II padi musim III buncis musim I padi musim II padi musim III tomat terong ubi jalar
Luas (ha) 264,37 264,37 211,05 53,32 203,33 4,71 435,18 435,18 161,43 273,75 202,84 120,91 125,88 125,88 125,88 0,93 170,78 11,28 692,52 692,52 65,49 82,43 252,05 211,33 81,21 155,12 17,15 17,15 17,15 331,73 331,73 1,50 330,23 19,10
16
Tabel 14 Sasaran, produksi, dan kekurangan pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian Komoditas pertanian Produksi (ton) Sasaran (ton) Kekurangan (ton) padi 17.660,31 128.664,81 111.004,50 tomat 2.715,92 2.715,92 0 terong 2.558,49 2.558,49 0 kacang panjang 1.154,39 2.952,15 1.797,76 mentimun 1.918,88 1.918,88 0 cabai 0 1.569,56 1.569,56 bayam 4.231,39 4.231,39 0 buncis 836,48 836,48 0 kacang tanah 0 442,82 442,82 ubi kayu 4.575,80 4.575,80 0 ubi jalar 1.377,69 1.377,69 0 jambu biji 0 393,62 393,62 jeruk 0 5.018,67 5.018,67 nangka 98,43 98,43 0 nanas 0 196,81 196,81 pepaya 0 1.918,90 1.918,90 pisang 2.450,77 5.756,66 3.305,89 rambutan 98,36 98,36 0 Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa meskipun telah dilakukan upaya optimasi penggunaan lahan, Kota Bogor masih belum mampu untuk melakukan swasembada pangan karena masih terjadi kekurangan produksi komoditas pertanian. Kekurangan terbesar
terjadi pada produksi komoditas padi, yaitu sebanyak 111.004,50 ton/tahun. Kekurangan ini perlu dipenuhi dengan cara mendatangkan komoditas tersebut dari daerah lain. Produksi komoditas tersebut didasarkan pada pola penanaman di tiap musim tanam.
VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Suatu wilayah perkotaan harus mempunyai rencana strategis dalam upaya menciptakan lingkungan yang berkualitas dan mewujudkan ketahanan pangan. Hal tersebut dapat diupayakan dengan menentukan luas optimum ruang terbangun, ruang terbuka hijau dan pola tanam komoditas pertanian. Dengan memodelkan secara matematis, pencapaian tujuan ini dapat lebih terukur. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metode goal programming. Penyelesaian yang dilakukan menggunakan LINGO 11.0 memberi informasi bahwa sasaran pemenuhan ruang terbangun dan ruang terbuka hijau tercapai, sedangkan sasaran pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas tanaman pertanian belum tercapai. Informasi lain yang didapat yaitu informasi mengenai luas
optimum penggunaan lahan, luas optimum area budidaya tanaman pertanian, kekurangan/kelebihan luas ruang terbangun, kekurangan/kelebihan luas ruang terbuka hijau, serta kekurangan/kelebihan pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian. 6.2 Saran Pada karya ilmiah ini belum digunakan data mengenai kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik lahan, dan data pola tanam aktual komoditas pertanian di Kota Bogor. Saran untuk penulisan dan penelitian selanjutnya yaitu agar menggunakan data tersebut agar lebih merepresentasikan keadaan Kota Bogor yang sebenarnya, dan dapat dilakukan pembandingan antara keadaan sebelum dengan setelah dilakukan optimasi.
17
DAFTAR PUSTAKA Akbar RA. 2008. Proses Pembebasan Tanah Pertanian untuk Pembangunan Kawasan Perumahan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2011. Tata Guna Lahan Kota Bogor. htttp://www.bappeda.bogor.net. [25 Februari 2011]. [Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2007. Tata Guna Lahan Kota Bogor. Bogor : Bappeda. [BPS]
Badan Pusat Statistika. 2007. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Jakarta: BPS.
[BPS]
Badan Pusat Statistika. Kecamatan dalam Angka Bogor : BPS.
2010. 2010.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2010. Jawa Barat dalam Angka 2010. Jakarta : BPS. Ciptaningrum Y. 2009. Optimasi Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lahan Pertanian dan Ruang Terbuka Hijau: Studi Kasus Kawasan Perkotaan Purwokerto [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. [Deptan] Departemen Pertanian. 2011. Lahan. http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/eva luasi_lahan.php. [18 September 2011]. [Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2011. Produktivitas tanaman.
http://diperta.jabarprov.go.id/assets/d ata/menu/Bab6.pdf. [03 Februari 2012]. Ghufrona RR. 2010. Aplikasi Model Optimasi Linear Goal Programming dalam Menentukan Pola Penggunaan Lahan Optimal di DAS Citarum Hulu [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Nash SG, A Sofer. 1996. Linear and Nonlinear Programming. New York: McGrawHill. Nugroho I, R Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah, Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES. [Presiden RI]. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta. Sadeghi SHR, KH Jalili, D Nikkami. 2009. Land use optimization in watershed scale. Land Use Policy 26(2): 186193. doi: 101016/j.landusepol.2008. 02.007 Siswanto. 2007. Operations Research. Jilid ke-1. Jakarta: Erlangga. [Walikota Bogor]. 2011. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031. Bogor. Winston WL. 2004. Operations Research: Applications and Algorithms. 4th ed. New York: Duxbury.
18
Lampiran
19
Lampiran 1 Syntax program LINGO 11.0 untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear dengan metode goal programming beserta hasil yang diperoleh
Formulasi 3
Contoh 1 Formulasi 2 !Fungsi tujuan; min =d1_min+d2_min+d3_min; !Fungsi kendala; 7*x1+3*x2+d1_min-d1_plus=40; 10*x1+5*x2+d2_min-d2_plus=60; 5*x1+4*x2+d3_min-d3_plus=35; 100*x1+60*x2<=600;
!Fungsi tujuan; min=200*d1_min+100*d2_min+50*d3_mi n; !Fungsi kendala; 7*x1+3*x2+d1_min-d1_plus=40; 10*x1+5*x2+d2_min-d2_plus=60; 5*x1+4*x2+d3_min-d3_plus=35; 100*x1+60*x2<=600;
Hasil
Hasil
Global optimal solution found. Objective value: 5.000000 Infeasibilities: 0.000000 Total solver iterations: 4
Variable D1_MIN D2_MIN D3_MIN X1 X2 D1_PLUS D2_PLUS D3_PLUS Row 1 2 3 4 5
Value Reduced Cost 0.000000 1.000000 1.666667 0.000000 3.333333 0.000000 5.000000 0.000000 1.666667 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 1.000000 Slack or Surplus 5.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
Dual Price -1.000000 0.000000 -1.000000 -1.000000 0.1500000
Global optimal solution found. Objective value: 250.0000 Infeasibilities: 0.000000 Total solver iterations: 4
Variable D1_MIN D2_MIN D3_MIN X1 X2 D1_PLUS D2_PLUS D3_PLUS
Value Reduced Cost 0.000000 200.0000 0.000000 50.00000 5.000000 0.000000 6.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2.000000 0.000000 0.000000 50.00000 0.000000 50.00000
Row Slack or Surplus Dual Price 1 250.0000 -1.000000 2 0.000000 0.000000 3 0.000000 -50.00000 4 0.000000 -50.00000 5 0.000000 7.500000
20
Formulasi 4
Formulasi 5
!Fungsi tujuan; min =d1_min; !Fungsi kendala; 7*x1+3*x2+d1_min-d1_plus=40; 10*x1+5*x2+d2_min-d2_plus=60; 5*x1+4*x2+d3_min-d3_plus=35; 100*x1+60*x2<=600;
!Fungsi tujuan; min =d2_min; !Fungsi kendala; 7*x1+3*x2+d1_min-d1_plus=40; 10*x1+5*x2+d2_min-d2_plus=60; 5*x1+4*x2+d3_min-d3_plus=35; 100*x1+60*x2<=600; d1_min=0;
Hasil Hasil
Global optimal solution found. Objective value: 250.0000 Infeasibilities: 0.000000 Total solver iterations: 4
Variable D1_MIN D2_MIN D3_MIN X1 X2 D1_PLUS D2_PLUS D3_PLUS
Value 0.000000 0.000000 5.000000 6.000000 0.000000 2.000000 0.000000 0.000000
Reduced Cost 200.0000 50.00000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 50.00000 50.00000
Row Slack or Surplus Dual Price 1 250.0000 -1.000000 2 0.000000 0.000000 3 0.000000 -50.00000 4 0.000000 -50.00000 5 0.000000 7.500000
Global optimal solution found. Objective value: 0.000000 Infeasibilities: 0.000000 Total solver iterations: 3
Variable Value Reduced Cost D2_MIN 0.000000 1.000000 X1 6.000000 0.000000 X2 0.000000 0.000000 D1_MIN 0.000000 0.000000 D1_PLUS 2.000000 0.000000 D2_PLUS 0.000000 0.000000 D3_MIN 5.000000 0.000000 D3_PLUS 0.000000 0.000000 Row 1 2 3 4 5 6
Slack or Surplus Dual Price 0.000000 -1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
21
Formulasi 6 !Fungsi tujuan; min =d3_min; !Fungsi kendala; 7*x1+3*x2+d1_min-d1_plus=40; 10*x1+5*x2+d2_min-d2_plus=60; 5*x1+4*x2+d3_min-d3_plus=35; 100*x1+60*x2<=600; d1_min=0; d2_min=0; Hasil
Global optimal solution found. Objective value: 5.000000 Infeasibilities: 0.000000 Total solver iterations: 4
Variable D3_MIN X1 X2 D1_MIN D1_PLUS D2_MIN D2_PLUS D3_PLUS
Value Reduced Cost 5.000000 0.000000 6.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 2.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 1.000000
Row Slack or Surplus 1 5.000000 2 0.000000 3 0.000000 4 0.000000 5 0.000000 6 0.000000 7 0.000000
Dual Price -1.000000 0.000000 -1.000000 -1.000000 0.1500000 0.000000 1.000000
22
Lampiran 2 Koefisien ruang terbuka hijau dan ruang terbangun Jenis lahan rencana (k) Koefisien ruang terbuka hijau ruang terbangun 0,1 sawah 1 ladang, pekarangan 1 danau, sungai, kolam 0 hutan kota, kebun raya 1 jalur hijau 1 lapangan olahraga 1 sempadan sungai 1 TPU 1 Taman 0,8 kawasan hijau dan bentang alam 1 lahan kosong 0 sumber: Perda Kota Bogor No. 8 Tahun 2011
Koefisien ruang terbangun 0,9 0 0 0 0 0 0 0 0 0,2 0 0
Lampiran 3 Luas tiap jenis lahan aktual (ha) Jenis lahan aktual (j) Kecamatan (i)
Ruang terbangun
Ladang, pekarangan
Sawah
Danau, sungai, kolam
Hutan kota, kebun raya
Jalur hijau jalan
Lapangan olahraga
Sempadan sungai
TPU
Taman
Kawasan hijau dan bentang alam
Lahan kosong
813,25
96,60
297,20
50,00
0
58,34
15,65
20,85
3,53
40,30
267,58
105,00
Bogor Selatan
477,50
898,91
462,50
0
0
3,87
65,92
74,85
100,80
29,10
647,50
165,76
Bogor Timur
563,26
66,00
183,00
0
0
45,57
4,89
16,70
2,14
13,68
119,76
0
1.562,25
111,90
221,60
80,83
57,62
2,93
34,89
49,20
9,78
55,08
434,30
513,62
584,46
0
0
0
72,12
23,66
5,40
11,19
1,61
78,56
34,30
0
Tanah Sareal 1.250,46 1,51 Jumlah 5.251,18 1.174,92 sumber: BPS 2010 & Bappeda 2007
19,10 1.183,40
90,00 220,83
0 129,74
18,01 152,38
24,77 151,52
9,00 181,79
16,78 134,64
40,61 257,33
460,47 1.963,91
100,00 884,38
Bogor Barat Bogor Tengah
22
Bogor Utara
23
Lampiran 4 Struktur logika perencanaan penggunaan lahan sempadan sungai ruang terbangun
ruang terbangun
kawasan hijau dan bentang alam
kawasan hijau dan bentang alam
ruang terbangun
ruang terbangun
sawah
sawah
ladang, pekarangan
ladang, pekarangan
danau, sungai, kolam
danau, sungai, kolam
ladang, pekarangan
hutan kota, kebun raya
hutan kota, kebun raya
ruang terbangun
jalur hijau jalan
jalur hijau jalan
kolam
lapangan olahraga
lapangan olahraga
hutan kota, kebun raya
TPU
TPU
taman
taman
sempadan sungai
lahan kosong
taman sawah
sawah ruang terbangun taman
ladang, pekarangan
taman TPU Kawasan hijau dan bentang alam
lahan kosong
Keterangan: ya : bukan
23
24
Lampiran 5 Kesesuaian penggunaan lahan Ruang terbangun
Sawah
Ladang, pekarangan
ruang terbangun
1
0
0
sawah
1
1
0
0
0
0
ladang, pekarangan
1
0
1
1
1
0
danau, sungai, kolam
0
0
0
1
0
hutan kota, kebun raya
0
0
0
0
jalur hijau jalan
0
0
0
0
lapangan olahraga
0
0
0
sempadan sungai
0
0
0
TPU
0
0
taman kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
0
Jenis lahan aktual (j)
Hutan kota, kebun raya 0
Jenis lahan rencana (k) Jalur Lapangan hijau olahraga jalan 0 0
Danau, sungai, kolam 0
TPU
Taman
0
0
1
Kawasan hijau dan bentang alam 0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Sempadan sungai
Lahan kosong 0
Keterangan: 0 = tidak sesuai 1 = sesuai
24
25
Lampiran 6 Produktivitas komoditas tanaman pertanian di tiap jenis lahan pertanian Produktivitas (ton/ha/1 masa panen) Sawah Ladang, pekarangan padi 4,73 0 tomat 6,18 4,94 terong 6,20 4,96 kacang panjang 4,58 3,66 mentimun 9,08 7,26 cabai 4,52 3,62 bayam 2,20 1,76 buncis 11,87 9,49 kacang tanah 2,19 1,75 ubi kayu 0 11,24 ubi jalar 0 9,84 jambu biji 0 1,00 jeruk 0 1,71 nangka 0 20,90 nanas 0 6,00 pepaya 0 4,33 pisang 0 7,52 rambutan 0 8,72 sumber: Diperta 2011 & Ghufrona 2010 Jenis komoditas (l)
Lampiran 7 Intensitas penanaman tiap jenis komoditas pertanian Jenis komoditas (l) padi tomat terong kacang panjang mentimun cabai bayam buncis kacang tanah ubi kayu ubi jalar jambu biji jeruk nangka nanas pepaya pisang rambutan
Musim 1 1 0 0
Sawah Musim2 1 0 0
Ladang, pekarangan Musim 1 Musim2 Musim3 0 0 0 1 1 1 1 1 1
Musim3 0 1 1
0
0
1
1
1
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26
Lampiran 8 Rataan konsumsi Jenis komoditas (l) padi tomat terong kacang panjang mentimun cabai bayam buncis kacang tanah ubi kayu ubi jalar jambu biji jeruk nangka nanas pepaya pisang rambutan sumber: BPS 2007
Rataan konsumsi (Rl) (kg/orang/thn) 135,98 2,87 2,70 3,12 2,03 1,66 4,47 0,88 0,47 4,84 1,46 0,42 5,30 0,10 0,21 2,03 6,08 0,10
Keterangan: 1 kg gabah kering panen (padi) menghasilkan 0,60 kg beras (rendemen gabah kering panen 60%). Rataaan konsumsi beras di Kota Bogor 81,588 kg/orang/tahun, sehingga jika dikonversi menjadi padi sebesar 135,98 kg/orang/tahun.
26 27
Lampiran 9. Syntax program LINGO 11.0 beserta hasil yang diperoleh !Keterangan: A (i) = luas area lahan di kecamatan i (ha) A_ij (i,j) =A(i,j) =luas area lahan di kecamatan i dengan jenis lahan awal j (ha) alfa =α = standar koefisien ruang terbangun beta =β = standar koefisien ruang terbuka hijau teta(k) = θ(k) = koefisien ruang terbangun pada jenis lahan rencana k gamma(k)= γ(k) = koefisien ruang terbuka hijau pada jenis lahan rencana k E = total penduduk O(l) = rataan konsumsi komoditas pertanian l (kg/orang/tahun) P(l,k) = produktivitas komoditas pertanian l pada jenis lahan rencana k (ton/ha) Q(j,k) = kesesuaian alokasi penggunaan lahan dengan jenis lahan awal j untuk dialokasikan ke jenis lahan rencana k S_1(l,m) = intensitas penanaman di sawah komoditas pertanian l pada musim m S_2(l,m) = intensitas penanaman di ladang dan pekarangan komoditas pertanian l pada musim m d_min(i) = di-= kekurangan pemenuhan sasaran kebutuhan ruang terbangun di kecamatan i d_plus(i) = di+= kelebihan pemenuhan sasaran kebutuhan ruang terbangun di kecamatan i g_min (i) = gi- = kekurangan pemenuhan sasaran kebutuhan ruang terbuka hijau di kecamatan i g_plus(i) = gi+ = kelebihan pemenuhan sasaran kebutuhan ruang terbuka hijau di kecamatan i h_min(l) = hl- = kekurangan pemenuhan sasaran permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas pertanian l h_plus(l) = hl+ = kelebihan pemenuhan sasaran permintaan konsumsi lokal terhadap komoditas pertanian l X(i,j,k) = luas area kecamatan i dengan jenis lahan awal j yang dialokasikan untuk jenis lahan rencana k Y(i,j,k,l,m) = luas area kecamatan i dengan jenis lahan awal j yang dialokasikan untuk jenis lahan rencana k dengan budidaya komoditas pertanian l pada musim m;
Prioritas pertama SETS: KECAMATAN/I1..I6/:A,d_min,d_plus,g_min,g_plus,U;!I1=Kecamatan Bogor Utara, I2=Kecamatan Bogor Selatan, I3=Kecamatan Bogor Timur, I4=Kecamatan Barat, I5=Kecamatan Bogor Tengah, I6=Kecamatan Tanah Sareal; JENISLAHAN/J1..J12/;!J1=ruang terbangun, J2=sawah, J3=ladang, pekarangan, J4=danau, sungai, kolam , J5=hutan kota, kebun raya, J6=jalur hijau jalan, J7=lapangan olahraga, J8=sempadan sungai, J9=TPU, J10=taman, J11=kawasan hijau dan bentang alam, J12=lahan kosong; JENISLAHANBARU/K1..K12/:teta,gamma;!K1=ruang terbangun, K2=sawah , K3=ladang, pekarangan, K4=danau, sungai, kolam, K5=hutan kota, kebun raya, K6=jalur hijau jalan, K7=lapangan olahraga, K8=jalur hijau sempadan sungai, K9=TPU, K10=taman, K11=kawasan hijau dan bentang alam, K12=lahan kosong; KOMODITASTNMNPGN/L1..L18/:h_min,h_plus,O;!L1=padi, L2=tomat, L3=terong, L4=kacang panjang, L5=mentimun, L6=cabai, L7=bayam, L8=buncis, L9=kacang tanah, L10=ubi kayu, L11=ubi jalar, L12=jambu biji, L13=jeruk, L14=nangka, L15=nanas, L16=pepaya, L17=pisang, L18=rambutan; INDEKS/JJ/:DX,GX,HX; !DX=proporsi kekurangan luas ruang terbangun, GX=proporsi kekurangan luas ruang terbuka hijau, HX=proporsi kekurangan pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian;
26 28
MUSIM/M1..M3/; B(KECAMATAN,JENISLAHAN):A_ij; C(JENISLAHAN,JENISLAHANBARU):Q; D(KECAMATAN,JENISLAHAN,JENISLAHANBARU):X; F(KOMODITASTNMNPGN,JENISLAHANBARU):P,T; G(KECAMATAN,JENISLAHAN,JENISLAHANBARU,KOMODITASTNMNPGN); H(KECAMATAN,JENISLAHAN,JENISLAHANBARU,KOMODITASTNMNPGN,MUSIM):Y; N(KOMODITASTNMNPGN,MUSIM):S_1,S_2; R(KECAMATAN,JENISLAHAN,JENISLAHANBARU,MUSIM); ENDSETS DATA: alfa =0.50; beta =0.30; E =946204; A =@OLE(); A_ij =@OLE(); teta =@OLE(); gamma =@OLE(); O =@OLE(); Q =@OLE(); P =@OLE(); S_1 =@OLE(); S_2 =@OLE(); ENDDATA !Fungsi objektif ; MIN= ((@SUM(KECAMATAN(I):d_min(I))/@SUM(KECAMATAN(I):(alfa*A(I))))); !Fungsi kendala; !1)Kendala sasaran pemenuhan ruang terbangun tiap kecamatan; @FOR(KECAMATAN(I):@SUM(C(J,K):teta(K)*X(I,J,K))+d_min(I)-d_plus(I)=(alfa*A(I))); !2)Kendala sasaran pemenuhan ruang terbuka hijau tiap kecamatan; @FOR(KECAMATAN(I):@SUM(C(J,K):gamma(K)*X(I,J,K))+g_min(I)g_plus(I)=(beta*A(I))); !3)Kendala jenis lahan j yang akan dialokasikan ke jenis lahan rencana k di tiap kecamatan; @FOR(B(I,J):@SUM(JENISLAHANBARU(K):X(I,J,K))=A_ij(I,J)); !4)Kendala kesesuaian alokasi penggunaan lahan; @FOR(C(J,K):@SUM(KECAMATAN(I):X(I,J,K))<=@SUM(KECAMATAN(I):A_ij(I,J)*Q( J,K))); !5)Kendala areal pertanaman; !A)Pada sawah; @FOR(R(I,J,K,M)|K#EQ#2:@SUM(KOMODITASTNMNPGN(L)|L#LE#9:Y(I,J,K,L,M))=X(I,J, K)); !B)Pada ladang dan pekarangan; @FOR(D(I,J,K)|K#EQ#3:@SUM(N(L,M)|L#GE#2:Y(I,J,K,L,M))=X(I,J,K)); !6)Kendala perlindungan kawasan hijau dan bentang alam; @FOR(B(I,J)|J#EQ#11:@SUM(JENISLAHANBARU(K)|K#EQ#11:X(I,J,K))>=0.5*A_ij(I,J)) ;
26 29
!7)Kendala agar setidaknya 70% luas ladang dan pekarangan yang dimiliki kota bogor dipertahankan keberadaannya; @FOR(B(I,J)|J#EQ#3:@SUM(JENISLAHANBARU(K)|K#EQ#3:X(I,J,K))>=0.7*A_ij(I,J)); !8)Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan pangan lokal komoditas tanaman pangan; @FOR(KOMODITASTNMNPGN(L):(@SUM(R(I,J,K,M)|K#EQ#2:P(L,K)*S_1(L,M)* Y(I,J,K,L,M))+ @SUM(R(I,J,K,M)|K#EQ#3:P(L,K)*S_2(L,M)*Y(I,J,K,L,M)))+h_min(L)h_plus(L)=(O(L)*E/1000)); !9)Kendala ketaknegatifan; @FOR(KECAMATAN(I):d_min(I)>=0); @FOR(KECAMATAN(I):d_plus(I)>=0); @FOR(KECAMATAN(I):g_min(I)>=0); @FOR(KECAMATAN(I):g_plus(I)>=0); @FOR(KOMODITASTNMNPGN(L):h_min(L)>=0); @FOR(KOMODITASTNMNPGN(L):h_plus(L)>=0); @FOR(D(I,J,K):X(I,J,K)>=0); @FOR(H(I,J,K,L,M):Y(I,J,K,L,M)>=0); !Untuk menunjukkan nilai proporsi tiap fungsi tujuan yang dioptimumkan; @SUM(INDEKS(JJ):DX(JJ))=(@SUM(KECAMATAN(I):d_min(I))/@SUM(KECAMATAN (I):(alfa*A(I)))); @SUM(INDEKS(JJ):GX(JJ))=(@SUM(KECAMATAN(I):g_min(I))/@SUM(KECAMATAN (I):(beta*A(I)))); @SUM(INDEKS(JJ):HX(JJ))=(@SUM(KOMODITASTNMNPGN(L):h_min(L))/@SUM(KO MODITASTNMNPGN(L):(O(L)*E/1000))); Hasil
Global optimal solution found. Objective value: Infeasibilities: Total solver iterations:
Variable ALFA BETA E A( I1) A( I2) A( I3) A( I4) A( I5) A( I6) D_MIN( I1) D_MIN( I2) D_MIN( I3) D_MIN( I4) D_MIN( I5) D_MIN( I6)
0.000000 0.1421085E-13 26
Value Reduced Cost 0.5000000 0.000000 0.3000000 0.000000 946204.0 0.000000 1768.300 0.000000 2926.700 0.000000 1015.000 0.000000 3134.000 0.000000 811.3000 0.000000 2030.700 0.000000 0.000000 0.1711450E-03 0.000000 0.1711450E-03 0.000000 0.1711450E-03 0.000000 0.1711450E-03 0.000000 0.1711450E-03 0.000000 0.1711450E-03
D_PLUS( I1) 0.000000 D_PLUS( I2) 0.000000 D_PLUS( I3) 164.8720 D_PLUS( I4) 0.000000 D_PLUS( I5) 151.5110 D_PLUS( I6) 421.9045 G_MIN( I1) 0.000000 G_MIN( I2) 0.000000 G_MIN( I3) 0.000000 G_MIN( I4) 0.000000 G_MIN( I5) 0.000000 G_MIN( I6) 105.7645 G_PLUS( I1) 303.6600 G_PLUS( I2) 585.3400 G_PLUS( I3) 38.12800 G_PLUS( I4) 545.9700 G_PLUS( I5) 10.74900 G_PLUS( I6) 0.000000 TETA( K1) 0.9000000 TETA( K10) 0.2000000 GAMMA( K1) 0.1000000 GAMMA( K2) 1.000000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
26 30
GAMMA( K3) 1.000000 0.000000 GAMMA( K5) 1.000000 0.000000 GAMMA( K6) 1.000000 0.000000 GAMMA( K7) 1.000000 0.000000 GAMMA( K8) 1.000000 0.000000 GAMMA( K9) 1.000000 0.000000 GAMMA( K10) 0.8000000 0.000000 GAMMA( K11) 1.000000 0.000000 H_MIN( L1) 128664.8 0.000000 H_MIN( L2) 2715.984 0.000000 H_MIN( L3) 2558.536 0.000000 H_MIN( L4) 2952.156 0.000000 H_MIN( L5) 1918.902 0.000000 H_MIN( L6) 1569.563 0.000000 H_MIN( L7) 4231.424 0.000000 H_MIN( L8) 836.4443 0.000000 H_MIN( L9) 442.8235 0.000000 H_MIN( L10) 4575.843 0.000000 H_MIN( L11) 1377.673 0.000000 H_MIN( L12) 393.6209 0.000000 H_MIN( L13) 5018.666 0.000000 H_MIN( L14) 98.40522 0.000000 H_MIN( L15) 196.8104 0.000000 H_MIN( L16) 1918.902 0.000000 H_MIN( L17) 5756.705 0.000000 H_PLUS( L18) 7125.068 0.000000 O( L1) 135.9800 0.000000 O( L2) 2.870400 0.000000 O( L3) 2.704000 0.000000 O( L4) 3.120000 0.000000 O( L5) 2.028000 0.000000 O( L6) 1.658800 0.000000 O( L7) 4.472000 0.000000 O( L8) 0.8840000 0.000000 O( L9) 0.4680000 0.000000 O( L10) 4.836000 0.000000 O( L11) 1.456000 0.000000 O( L12) 0.4160000 0.000000 O( L13) 5.304000 0.000000 O( L14) 0.1040000 0.000000 O( L15) 0.2080000 0.000000 O( L16) 2.028000 0.000000 O( L17) 6.084000 0.000000 O( L18) 0.1040000 0.000000 GX( JJ) 0.3016844E-01 0.000000 HX( JJ) 0.9994048 0.000000 A_IJ( I1, J1) 713.2500 0.000000 A_IJ( I1, J2) 96.60000 0.000000 A_IJ( I1, J3) 297.2000 0.000000 A_IJ( I1, J4) 50.00000 0.000000 A_IJ( I1, J6) 58.34000 0.000000 A_IJ( I1, J7) 15.65000 0.000000 A_IJ( I1, J8) 20.85000 0.000000 A_IJ( I1, J9) 3.530000 0.000000 A_IJ( I1, J10) 40.30000 0.000000 A_IJ( I1, J11) 267.5800 0.000000 A_IJ( I1, J12) 205.0000 0.000000 A_IJ( I2, J1) 677.5000 0.000000 A_IJ( I2, J2) 898.9000 0.000000 A_IJ( I2, J3) 462.5000 0.000000 A_IJ( I2, J6) 3.870000 0.000000 A_IJ( I2, J7) 65.92000 0.000000 A_IJ( I2, J8) 74.85000 0.000000 A_IJ( I2, J9) 100.8000 0.000000 A_IJ( I2, J10) 29.10000 0.000000 A_IJ( I2, J11) 547.5000 0.000000 A_IJ( I2, J12) 65.76000 0.000000 A_IJ( I3, J1) 563.2600 0.000000 A_IJ( I3, J2) 66.00000 0.000000 A_IJ( I3, J3) 183.0000 0.000000 A_IJ( I3, J6) 45.57000 0.000000 A_IJ( I3, J7) 4.890000 0.000000 A_IJ( I3, J8) 16.70000 0.000000 A_IJ( I3, J9) 2.140000 0.000000 A_IJ( I3, J10) 13.68000 0.000000
A_IJ( I3, J11) A_IJ( I4, J1) A_IJ( I4, J2) A_IJ( I4, J3) A_IJ( I4, J4) A_IJ( I4, J5) A_IJ( I4, J6) A_IJ( I4, J7) A_IJ( I4, J8) A_IJ( I4, J9) A_IJ( I4, J10) A_IJ( I4, J11) A_IJ( I4, J12) A_IJ( I5, J1) A_IJ( I5, J5) A_IJ( I5, J6) A_IJ( I5, J7) A_IJ( I5, J8) A_IJ( I5, J9) A_IJ( I5, J10) A_IJ( I5, J11) A_IJ( I6, J1) A_IJ( I6, J2) A_IJ( I6, J3) A_IJ( I6, J4) A_IJ( I6, J6) A_IJ( I6, J7) A_IJ( I6, J8) A_IJ( I6, J9) A_IJ( I6, J10) A_IJ( I6, J11) A_IJ( I6, J12) Q( J1, K1) Q( J1, K10) Q( J2, K1) Q( J2, K2) Q( J2, K10) Q( J3, K1) Q( J3, K3) Q( J3, K4) Q( J3, K5) Q( J3, K9) Q( J3, K10) Q( J4, K4) Q( J5, K5) Q( J6, K6) Q( J7, K7) Q( J8, K8) Q( J9, K9) Q( J10, K10) Q( J11, K1) Q( J11, K2) Q( J11, K3) Q( J11, K4) Q( J11, K5) Q( J11, K6) Q( J11, K7) Q( J11, K8) Q( J11, K9) Q( J11, K10) Q( J11, K11) Q( J12, K1) Q( J12, K2) Q( J12, K3) Q( J12, K4) Q( J12, K5) Q( J12, K6) Q( J12, K7) Q( J12, K8) Q( J12, K9) Q( J12, K10) Q( J12, K11) Q( J12, K12) X( I1, J1, K1) X( I1, J2, K10)
119.7600 1462.250 111.9000 221.6000 80.83000 57.62000 2.930000 34.89000 49.20000 9.780000 55.08000 534.3000 513.6200 584.4600 72.12000 23.66000 5.400000 11.19000 1.610000 78.56000 34.30000 1250.460 1.500000 19.10000 90.00000 18.01000 24.77000 9.000000 16.78000 40.61000 460.4700 100.0000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 713.2500 96.60000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
26 31
X( I1, J3, K3) 208.0400 X( I1, J3, K10) 89.16000 X( I1, J4, K4) 50.00000 X( I1, J6, K6) 58.34000 X( I1, J7, K7) 15.65000 X( I1, J8, K8) 20.85000 X( I1, J9, K9) 3.530000 X( I1, J10, K10) 40.30000 X( I1, J11, K10) 133.7900 X( I1, J11, K11) 133.7900 X( I1, J12, K1) 184.6500 X( I1, J12, K10) 20.35000 X( I2, J1, K1) 677.5000 X( I2, J2, K1) 339.3800 X( I2, J2, K10) 559.5200 X( I2, J3, K1) 138.7500 X( I2, J3, K3) 323.7500 X( I2, J6, K6) 3.870000 X( I2, J7, K7) 65.92000 X( I2, J8, K8) 74.85000 X( I2, J9, K9) 100.8000 X( I2, J10, K10) 29.10000 X( I2, J11, K1) 273.7500 X( I2, J11, K11) 273.7500 X( I2, J12, K1) 65.76000 X( I3, J1, K1) 563.2600 X( I3, J2, K1) 66.00000 X( I3, J3, K1) 54.90000 X( I3, J3, K3) 128.1000 X( I3, J6, K6) 45.57000 X( I3, J7, K7) 4.890000 X( I3, J8, K8) 16.70000 X( I3, J9, K9) 2.140000 X( I3, J10, K10) 13.68000 X( I3, J11, K1) 59.88000 X( I3, J11, K11) 59.88000 X( I4, J1, K1) 1462.250 X( I4, J2, K1) 68.75571 X( I4, J2, K10) 43.14429 X( I4, J3, K3) 155.1200 X( I4, J3, K10) 66.48000 X( I4, J4, K4) 80.83000 X( I4, J5, K5) 57.62000 X( I4, J6, K6) 2.930000 X( I4, J7, K7) 34.89000 X( I4, J8, K8) 49.20000 X( I4, J9, K9) 9.780000 X( I4, J10, K10) 55.08000 X( I4, J11, K10) 267.1500 X( I4, J11, K11) 267.1500 X( I4, J12, K10) 513.6200 X( I5, J1, K1) 584.4600 X( I5, J5, K5) 72.12000 X( I5, J6, K6) 23.66000 X( I5, J7, K7) 5.400000 X( I5, J8, K8) 11.19000 X( I5, J9, K9) 1.610000 X( I5, J10, K10) 78.56000 X( I5, J11, K1) 17.15000 X( I5, J11, K11) 17.15000 X( I6, J1, K1) 1250.460 X( I6, J2, K1) 1.500000 X( I6, J3, K1) 5.730000 X( I6, J3, K3) 13.37000 X( I6, J4, K4) 90.00000 X( I6, J6, K6) 18.01000 X( I6, J7, K7) 24.77000 X( I6, J8, K8) 9.000000 X( I6, J9, K9) 16.78000 X( I6, J10, K10) 40.61000 X( I6, J11, K1) 230.2350 X( I6, J11, K11) 230.2350 X( I6, J12, K1) 100.0000 P( L1, K2) 4.730000 P( L2, K2) 6.180000 P( L2, K3) 4.944000 P( L3, K2) 6.200000 P( L3, K3) 4.960000 P( L4, K3)
3.664000
0.000000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
P( L4, K2) 4.580000 0.000000 P( L5, K2) 9.080000 0.000000 P( L5, K3) 7.264000 0.000000 P( L6, K2) 4.520000 0.000000 P( L6, K3) 3.616000 0.000000 P( L7, K2) 2.200000 0.000000 P( L7, K3) 1.760000 0.000000 P( L8, K2) 11.87000 0.000000 P( L8, K3) 9.496000 0.000000 P( L9, K2) 2.190000 0.000000 P( L9, K3) 1.752000 0.000000 P( L10, K3) 11.24000 0.000000 P( L11, K3) 9.840000 0.000000 P( L12, K3) 1.000000 0.000000 P( L13, K3) 1.710000 0.000000 P( L14, K3) 20.90000 0.000000 P( L15, K3) 6.000000 0.000000 P( L16, K3) 4.330000 0.000000 P( L17, K3) 7.520000 0.000000 P( L18, K3) 8.720000 0.000000 Y( I1, J3, K3, L18, M3) 208.0400 0.000000 Y( I2, J3, K3, L18, M3) 323.7500 0.000000 Y( I3, J3, K3, L18, M3) 128.1000 0.000000 Y( I4, J3, K3, L18, M3) 155.1200 0.000000 Y( I6, J3, K3, L18, M3) 13.37000 0.000000 S_1( L1, M1) 1.000000 0.000000 S_1( L1, M2) 1.000000 0.000000 S_1( L2, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L3, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L4, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L5, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L6, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L7, M3) 4.000000 0.000000 S_1( L8, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L9, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L2, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L2, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L2, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L3, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L3, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L3, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L4, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L4, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L4, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L5, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L5, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L5, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L6, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L6, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L6, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L7, M1) 4.000000 0.000000 S_2( L7, M2) 4.000000 0.000000 S_2( L7, M3) 4.000000 0.000000 S_2( L8, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L8, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L8, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L9, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L9, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L9, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L10, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L11, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L12, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L13, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L14, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L15, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L16, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L17, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L18, M3) 1.000000 0.000000
26 32
Prioritas kedua SETS: KECAMATAN/I1..I6/:A,d_min,d_plus,g_min,g_plus,U;!I1=Kecamatan Bogor Utara, I2=Kecamatan Bogor Selatan, I3=Kecamatan Bogor Timur, I4=Kecamatan Barat, I5=Kecamatan Bogor Tengah, I6=Kecamatan Tanah Sareal; JENISLAHAN/J1..J12/;!J1=ruang terbangun, J2=sawah, J3=ladang, pekarangan, J4=danau, sungai, kolam , J5=hutan kota, kebun raya, J6=jalur hijau jalan, J7=lapangan olahraga, J8=sempadan sungai, J9=TPU, J10=taman, J11=kawasan hijau dan bentang alam, J12=lahan kosong; JENISLAHANBARU/K1..K12/:teta,gamma;!K1=ruang terbangun, K2=sawah , K3=ladang, pekarangan, K4=danau, sungai, kolam, K5=hutan kota, kebun raya, K6=jalur hijau jalan, K7=lapangan olahraga, K8=jalur hijau sempadan sungai, K9=TPU, K10=taman, K11=kawasan hijau dan bentang alam,K12=lahan kosong; KOMODITASTNMNPGN/L1..L18/:h_min,h_plus,O;!L1=padi, L2=tomat, L3=terong, L4=kacang panjang, L5=mentimun, L6=cabai, L7=bayam, L8=buncis, L9=kacang tanah, L10=ubi kayu, L11=ubi jalar, L12=jambu biji, L13=jeruk, L14=nangka, L15=nanas, L16=pepaya, L17=pisang, L18=rambutan;
INDEKS/JJ/:DX,GX,HX; !DX=proporsi kekurangan luas ruang terbangun, GX=proporsi kekurangan luas ruang terbuka hijau, HX=proporsi kekurangan pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian; MUSIM/M1..M3/; B(KECAMATAN,JENISLAHAN):A_ij; C(JENISLAHAN,JENISLAHANBARU):Q; D(KECAMATAN,JENISLAHAN,JENISLAHANBARU):X; F(KOMODITASTNMNPGN,JENISLAHANBARU):P,T; G(KECAMATAN,JENISLAHAN,JENISLAHANBARU,KOMODITASTNMNPGN); H(KECAMATAN,JENISLAHAN,JENISLAHANBARU,KOMODITASTNMNPGN,MUSIM):Y; N(KOMODITASTNMNPGN,MUSIM):S_1,S_2; R(KECAMATAN,JENISLAHAN,JENISLAHANBARU,MUSIM); ENDSETS DATA: alfa =0.50; beta =0.30; E =946204; A =@OLE(); A_ij =@OLE(); teta =@OLE(); gamma =@OLE(); O =@OLE(); Q =@OLE(); P =@OLE(); S_1 =@OLE(); S_2 =@OLE(); ENDDATA
26 33
!Fungsi objektif ; MIN=((@SUM(KECAMATAN(I):g_min(I))/@SUM(KECAMATAN(I):(beta*A(I)))))+((@SUM (KOMODITASTNMNPGN(L):h_min(L))/@SUM(KOMODITASTNMNPGN(L):(O(L)*E/1000)) )); !Fungsi kendala; !1)Kendala sasaran pemenuhan ruang terbangun tiap kecamatan; @FOR(KECAMATAN(I):@SUM(C(J,K):teta(K)*X(I,J,K))+d_min(I)-d_plus(I)=(alfa*A(I))); !2)Kendala sasaran pemenuhan ruang terbuka hijau tiap kecamatan; @FOR(KECAMATAN(I):@SUM(C(J,K):gamma(K)*X(I,J,K))+g_min(I)g_plus(I)=(beta*A(I))); !3)Kendala jenis lahan j yang akan dialokasikan ke jenis lahan rencana k di tiap kecamatan; @FOR(B(I,J):@SUM(JENISLAHANBARU(K):X(I,J,K))=A_ij(I,J)); !4)Kendala kesesuaian alokasi penggunaan lahan; @FOR(C(J,K):@SUM(KECAMATAN(I):X(I,J,K))<=@SUM(KECAMATAN(I):A_ij(I,J)*Q( J,K))); !5)Kendala areal pertanaman; !A)Pada sawah; @FOR(R(I,J,K,M)|K#EQ#2:@SUM(KOMODITASTNMNPGN(L)|L#LE#9:Y(I,J,K,L,M))=X(I,J, K)); !B)Pada ladang dan pekarangan; @FOR(D(I,J,K)|K#EQ#3:@SUM(N(L,M)|L#GE#2:Y(I,J,K,L,M))=X(I,J,K)); !6)Kendala perlindungan kawasan hijau dan bentang alam; @FOR(B(I,J)|J#EQ#11:@SUM(JENISLAHANBARU(K)|K#EQ#11:X(I,J,K))>=0.5*A_ij(I,J)) ; !7) Kendala agar setidaknya 70% luas ladang dan pekarangan yang dimiliki kota bogor dipertahankan keberadaannya; @FOR(B(I,J)|J#EQ#3:@SUM(JENISLAHANBARU(K)|K#EQ#3:X(I,J,K))>=0.7*A_ij(I,J)); !8)Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan pangan lokal komoditas tanaman pangan; @FOR(KOMODITASTNMNPGN(L):(@SUM(R(I,J,K,M)|K#EQ#2:P(L,K)*S_1(L,M)* Y(I,J,K,L,M))+ @SUM(R(I,J,K,M)|K#EQ#3:P(L,K)*S_2(L,M)*Y(I,J,K,L,M)))+h_min(L)h_plus(L)=(O(L)*E/1000)); !9)Kendala ketaknegatifan; @FOR(KECAMATAN(I):d_min(I)>=0); @FOR(KECAMATAN(I):d_plus(I)>=0); @FOR(KECAMATAN(I):g_min(I)>=0); @FOR(KECAMATAN(I):g_plus(I)>=0); @FOR(KOMODITASTNMNPGN(L):h_min(L)>=0); @FOR(KOMODITASTNMNPGN(L):h_plus(L)>=0); @FOR(D(I,J,K):X(I,J,K)>=0); @FOR(H(I,J,K,L,M):Y(I,J,K,L,M)>=0); !10)Kendala nilai optimum proporsi kekurangan ruang terbangun saat ε = 0; ((@SUM(KECAMATAN(I):d_min(I))/@SUM(KECAMATAN(I):(alfa*A(I)))))<=(0+0); !Untuk menunjukkan nilai proporsi tiap fungsi tujuan yang dioptimumkan; @SUM(INDEKS(JJ):DX(JJ))=(@SUM(KECAMATAN(I):d_min(I))/@SUM(KECAMATAN (I):(alfa*A(I)))); @SUM(INDEKS(JJ):GX(JJ))=(@SUM(KECAMATAN(I):g_min(I))/@SUM(KECAMATAN (I):(beta*A(I)))); @SUM(INDEKS(JJ):HX(JJ))=(@SUM(KOMODITASTNMNPGN(L):h_min(L))/@SUM(KO MODITASTNMNPGN(L):(O(L)*E/1000)));
26 34
Hasil
Global optimal solution found. Objective value: Infeasibilities: Total solver iterations:
0.7600061 0.1421085E-13 194
Variable Value Reduced Cost ALFA 0.5000000 0.000000 BETA 0.3000000 0.000000 E 946204.0 0.000000 A( I1) 1768.300 0.000000 A( I2) 2926.700 0.000000 A( I3) 1015.000 0.000000 A( I4) 3134.000 0.000000 A( I5) 811.3000 0.000000 A( I6) 2030.700 0.000000 D_MIN( I1) 0.000000 0.000000 D_MIN( I2) 0.000000 0.000000 D_MIN( I3) 0.000000 0.9435920E-04 D_MIN( I4) 0.000000 0.000000 D_MIN( I5) 0.000000 0.9435920E-04 D_MIN( I6) 0.000000 0.9435920E-04 D_PLUS( I1) 0.000000 0.9435920E-04 D_PLUS( I2) 0.000000 0.9435920E-04 D_PLUS( I3) 2.170000 0.000000 D_PLUS( I4) 0.000000 0.9435920E-04 D_PLUS( I5) 136.0760 0.000000 D_PLUS( I6) 118.1860 0.000000 G_MIN( I1) 0.000000 0.2852416E-03 G_MIN( I2) 0.000000 0.2852416E-03 G_MIN( I3) 0.000000 0.2852416E-03 G_MIN( I4) 0.000000 0.2852416E-03 G_MIN( I5) 0.000000 0.2852416E-03 G_MIN( I6) 0.000000 0.2852416E-03 G_PLUS( I1) 303.6600 0.000000 G_PLUS( I2) 585.3400 0.000000 G_PLUS( I3) 200.8300 0.000000 G_PLUS( I4) 545.9700 0.000000 G_PLUS( I5) 26.18400 0.000000 G_PLUS( I6) 197.9540 0.000000 TETA( K1) 0.9000000 0.000000 TETA( K10) 0.2000000 0.000000 GAMMA( K1) 0.1000000 0.000000 GAMMA( K2) 1.000000 0.000000 GAMMA( K3) 1.000000 0.000000
GAMMA( K5) GAMMA( K6) GAMMA( K7) GAMMA( K8) GAMMA( K9) GAMMA( K10) GAMMA( K11) H_MIN( L1) H_MIN( L4) H_MIN( L6) H_MIN( L9) H_MIN( L12) H_MIN( L13) H_MIN( L15) H_MIN( L16) H_MIN( L17) O( L1) O( L2) O( L3) O( L4) O( L5) O( L6) O( L7) O( L8) O( L9) O( L10) O( L11) O( L12) O( L13) O( L14) O( L15) O( L16) O( L17) O( L18) HX( JJ) A_IJ( I1, J1) A_IJ( I1, J2) A_IJ( I1, J3) A_IJ( I1, J4) A_IJ( I1, J6) A_IJ( I1, J7) A_IJ( I1, J8) A_IJ( I1, J9) A_IJ( I1, J10) A_IJ( I1, J11) A_IJ( I1, J12) A_IJ( I2, J1) A_IJ( I2, J2) A_IJ( I2, J3) A_IJ( I2, J6) A_IJ( I2, J7) A_IJ( I2, J8) A_IJ( I2, J9)
1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 0.8000000 1.000000 111004.5 1797.756 1569.563 442.8235 393.6209 5018.666 196.8104 1918.902 3305.894 135.9800 2.870400 2.704000 3.120000 2.028000 1.658800 4.472000 0.8840000 0.4680000 4.836000 1.456000 0.4160000 5.304000 0.1040000 0.2080000 2.028000 6.084000 0.1040000 0.7600061 713.2500 96.60000 297.2000 50.00000 58.34000 15.65000 20.85000 3.530000 40.30000 267.5800 205.0000 677.5000 898.9000 462.5000 3.870000 65.92000 74.85000 100.8000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
26 35 A_IJ( I2, J2) A_IJ( I2, J3) A_IJ( I2, J6) A_IJ( I2, J7) A_IJ( I2, J8) A_IJ( I2, J9) A_IJ( I2, J10) A_IJ( I2, J11) A_IJ( I2, J12) A_IJ( I3, J1) A_IJ( I3, J2) A_IJ( I3, J3) A_IJ( I3, J6) A_IJ( I3, J7) A_IJ( I3, J8) A_IJ( I3, J9) A_IJ( I3, J10) A_IJ( I3, J11) A_IJ( I4, J1) A_IJ( I4, J2) A_IJ( I4, J3) A_IJ( I4, J4) A_IJ( I4, J5) A_IJ( I4, J6) A_IJ( I4, J7) A_IJ( I4, J8) A_IJ( I4, J9) A_IJ( I4, J10) A_IJ( I4, J11) A_IJ( I4, J12) A_IJ( I5, J1) A_IJ( I5, J5) A_IJ( I5, J6) A_IJ( I5, J7) A_IJ( I5, J8) A_IJ( I5, J9) A_IJ( I5, J10) A_IJ( I5, J11) A_IJ( I6, J1) A_IJ( I6, J2) A_IJ( I6, J3) A_IJ( I6, J4) A_IJ( I6, J6) A_IJ( I6, J7) A_IJ( I6, J8) A_IJ( I6, J9) A_IJ( I6, J10) A_IJ( I6, J11) A_IJ( I6, J12) Q( J1, K1) Q( J1, K10) Q( J2, K1) Q( J2, K2) Q( J2, K10) Q( J3, K1) Q( J3, K3) Q( J3, K4) Q( J3, K5) Q( J3, K9) Q( J3, K10) Q( J4, K4) Q( J5, K5) Q( J6, K6) Q( J7, K7) Q( J8, K8) Q( J9, K9) Q( J10, K10) Q( J11, K1) Q( J11, K2) Q( J11, K3) Q( J11, K4) Q( J11, K5) Q( J11, K6) Q( J11, K7) Q( J11, K8)
898.9000 462.5000 3.870000 65.92000 74.85000 100.8000 29.10000 547.5000 65.76000 563.2600 66.00000 183.0000 45.57000 4.890000 16.70000 2.140000 13.68000 119.7600 1462.250 111.9000 221.6000 80.83000 57.62000 2.930000 34.89000 49.20000 9.780000 55.08000 534.3000 513.6200 584.4600 72.12000 23.66000 5.400000 11.19000 1.610000 78.56000 34.30000 1250.460 1.500000 19.10000 90.00000 18.01000 24.77000 9.000000 16.78000 40.61000 460.4700 100.0000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
Q( J11, K9) Q( J11, K10) Q( J11, K11) Q( J12, K1) Q( J12, K2) Q( J12, K3) Q( J12, K4) Q( J12, K5) Q( J12, K6) Q( J12, K7) Q( J12, K8) Q( J12, K9) Q( J12, K10) Q( J12, K11) Q( J12, K12) X( I1, J1, K1) X( I1, J2, K1) X( I1, J2, K2) X( I1, J3, K1) X( I1, J3, K3) X( I1, J4, K4) X( I1, J6, K6) X( I1, J7, K7) X( I1, J8, K8) X( I1, J9, K9) X( I1, J10, K10) X( I1, J11, K1) X( I1, J11, K2) X( I1, J11, K11) X( I1, J12, K2) X( I2, J1, K1) X( I2, J2, K1) X( I2, J2, K2) X( I2, J3, K1) X( I2, J3, K3) X( I2, J6, K6) X( I2, J7, K7) X( I2, J8, K8) X( I2, J9, K9) X( I2, J10, K10) X( I2, J11, K2) X( I2, J11, K11) X( I2, J12, K1) X( I3, J1, K1) X( I3, J2, K2) X( I3, J3, K3) X( I3, J6, K6) X( I3, J7, K7) X( I3, J8, K8) X( I3, J9, K9) X( I3, J10, K10) X( I3, J11, K2) X( I3, J11, K11) X( I4, J1, K1) X( I4, J2, K1) X( I4, J3, K1) X( I4, J3, K3) X( I4, J4, K4) X( I4, J5, K5) X( I4, J6, K6) X( I4, J7, K7) X( I4, J8, K8) X( I4, J9, K9) X( I4, J10, K10) X( I4, J11, K2) X( I4, J11, K11) X( I4, J12, K1) X( I4, J12, K2)
1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 713.2500 43.28291 53.31709 89.16000 208.0400 50.00000 58.34000 15.65000 20.85000 3.530000 40.30000 127.7404 6.049579 133.7900 205.0000 677.5000 737.4678 161.4322 138.7500 323.7500 3.870000 65.92000 74.85000 100.8000 29.10000 273.7500 273.7500 65.76000 563.2600 66.00000 183.0000 45.57000 4.890000 16.70000 2.140000 13.68000 59.88000 59.88000 1462.250 111.9000 66.48000 155.1200 80.83000 57.62000 2.930000 34.89000 49.20000 9.780000 55.08000 267.1500 267.1500 88.24111 425.3789
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
26 36
X( I5, J1, K1) 584.4600 X( I5, J5, K5) 72.12000 X( I5, J6, K6) 23.66000 X( I5, J7, K7) 5.400000 X( I5, J8, K8) 11.19000 X( I5, J9, K9) 1.610000 X( I5, J10, K10) 78.56000 X( I5, J11, K2) 17.15000 X( I5, J11, K11) 17.15000 X( I6, J1, K1) 1250.460 X( I6, J2, K2) 1.500000 X( I6, J3, K3) 19.10000 X( I6, J4, K4) 90.00000 X( I6, J6, K6) 18.01000 X( I6, J7, K7) 24.77000 X( I6, J8, K8) 9.000000 X( I6, J9, K9) 16.78000 X( I6, J10, K10) 40.61000 X( I6, J11, K2) 230.2350 X( I6, J11, K11) 230.2350 X( I6, J12, K2) 100.0000 P( L1, K2) 4.730000 P( L2, K2) 6.180000 P( L2, K3) 4.944000 P( L3, K2) 6.200000 P( L3, K3) 4.960000 P( L4, K2) 4.580000 P( L4, K3) 3.664000 P( L5, K2) 9.080000 P( L5, K3) 7.264000 P( L6, K2) 4.520000 P( L6, K3) 3.616000 P( L7, K2) 2.200000 P( L7, K3) 1.760000 P( L8, K2) 11.87000 P( L8, K3) 9.496000 P( L9, K2) 2.190000 P( L9, K3) 1.752000 P( L10, K3) 11.24000 P( L11, K3) 9.840000 P( L12, K3) 1.000000 P( L13, K3) 1.710000 P( L14, K3) 20.90000 P( L15, K3) 6.000000 P( L16, K3) 4.330000 P( L17, K3) 7.520000 P( L18, K3) 8.720000 Y( I1, J2, K2, L1, M1) 53.31709 Y( I1, J2, K2, L1, M2) 53.31709 Y( I1, J2, K2, L8, M3) 53.31709 Y( I1, J3, K3, L10, M3) 203.3316 Y( I1, J3, K3, L14, M3) 4.708384 Y( I1, J11, K2, L1, M1) 6.049579 Y( I1, J11, K2, L1, M2) 6.049579 Y( I1, J11, K2, L2, M3) 6.049579 Y( I1, J12, K2, L1, M1) 205.0000 Y( I1, J12, K2, L1, M2) 205.0000 Y( I1, J12, K2, L2, M3) 205.0000 Y( I2, J2, K2, L1, M1) 161.4322 Y( I2, J2, K2, L1, M2) 161.4322 Y( I2, J2, K2, L2, M3) 161.4322 Y( I2, J3, K3, L10, M3) 202.8426 Y( I2, J3, K3, L11, M3) 120.9074 Y( I2, J11, K2, L1, M1) 273.7500 Y( I2, J11, K2, L1, M2) 273.7500 Y( I2, J11, K2, L7, M3) 273.7500 Y( I3, J2, K2, L1, M1) 66.00000 Y( I3, J2, K2, L1, M2) 66.00000 Y( I3, J2, K2, L7, M3) 66.00000 Y( I3, J3, K3, L10, M3) 0.9292339 Y( I3, J3, K3, L17, M3) 170.7858
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
Y( I3, J3, K3, L18, M3) Y( I3, J11, K2, L1, M1) Y( I3, J11, K2, L1, M2) Y( I3, J11, K2, L7, M3) Y( I4, J3, K3, L17, M3) Y( I4, J11, K2, L1, M1) Y( I4, J11, K2, L1, M2) Y( I4, J11, K2, L3, M3) Y( I4, J11, K2, L5, M3) Y( I4, J12, K2, L1, M1) Y( I4, J12, K2, L1, M2) Y( I4, J12, K2, L2, M3) Y( I4, J12, K2, L3, M3) Y( I4, J12, K2, L4, M3) Y( I4, J12, K2, L7, M3) Y( I5, J11, K2, L1, M1) Y( I5, J11, K2, L1, M2) Y( I5, J11, K2, L8, M3) Y( I6, J2, K2, L1, M1) Y( I6, J2, K2, L1, M2) Y( I6, J2, K2, L2, M3) Y( I6, J3, K3, L11, M3) Y( I6, J11, K2, L1, M1) Y( I6, J11, K2, L1, M2) Y( I6, J11, K2, L3, M3) Y( I6, J12, K2, L1, M1) Y( I6, J12, K2, L1, M2) Y( I6, J12, K2, L3, M3) S_1( L1, M1) S_1( L1, M2) S_1( L2, M3) S_1( L3, M3) S_1( L4, M3) S_1( L5, M3) S_1( L6, M3) S_1( L7, M3) S_1( L8, M3) S_1( L9, M3) S_2( L2, M1) S_2( L2, M2) S_2( L2, M3) S_2( L3, M1) S_2( L3, M2) S_2( L3, M3) S_2( L4, M1) S_2( L4, M2) S_2( L4, M3) S_2( L5, M1) S_2( L5, M2) S_2( L5, M3) S_2( L6, M1) S_2( L6, M2) S_2( L6, M3) S_2( L7, M1) S_2( L7, M2) S_2( L7, M3) S_2( L8, M1) S_2( L8, M2) S_2( L8, M3) S_2( L9, M1) S_2( L9, M2) S_2( L9, M3) S_2( L10, M3) S_2( L11, M3) S_2( L12, M3) S_2( L13, M3) S_2( L14, M3) S_2( L15, M3) S_2( L16, M3) S_2( L17, M3) S_2( L18, M3)
11.28500 59.88000 59.88000 59.88000 155.1200 267.1500 267.1500 55.81721 211.3328 425.3789 425.3789 65.49780 26.61482 252.0526 81.21367 17.15000 17.15000 17.15000 1.500000 1.500000 1 .500000 19.10000 230.2350 230.2350 230.2350 100.0000 100.0000 100.0000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 4.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 4.000000 4.000000 4.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000 1.000000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
26
Lampiran 10 Perubahan penggunaan lahan selelah optimasi (Xijk) Lahan rencana (ha) Kecamatan
Bogor Utara
Bogor Selatan
Lahan aktual
ruang terbangun sawah ladang, pekarangan danau, sungai, kolam hutan kota, kebun raya jalur hijau lapangan olahraga sempadan sungai TPU taman kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong ruang terbangun sawah ladang, pekarangan danau, sungai, kolam hutan kota, kebun raya jalur hijau lapangan olahraga sempadan sungai TPU taman kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
sawah
ladang, pekarangan
danau, sungai, kolam
713,25 43,28 89,16 0 0 0 0 0 0 0
0 53,32 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 208,04 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 50 0 0 0 0 0 0
hutan kota, kebun raya 0 0 0 0 58,34 0 0 0 0 0
127,74
6,05
0
0
0
0
0
0
0
0
133,79
0
0 677,50 737,47 138,75 0 0 0 0 0 0 0
205 0 161,43 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 323,75 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 3,87 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 65,92 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 74,85 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 100,80 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29,10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
273,75
0
0
0
0
0
0
0
0
273,75
0
65,76
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
ruang terbangun
jalur hijau
lapangan olahraga
sempadan sungai
TPU
taman
0 0 0 0 0 15,65 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 20,85 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 3,53 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 40,3 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kawasan hijau dan bentang alam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lahan kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
37
26
Lampiran 10 Perubahan penggunaan lahan setelah optimasi (Xijk) (lanjutan) Kecamatan Lahan aktual
563,26 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 66,00 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 183,00 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 45,57 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 4,89 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 16,70 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 2,14 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 13,68
kawasan hijau dan bentang alam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1.462,25 111,90 66,48 0 0 0 0 0 0 0
59,88 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 155,12 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 80,83 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 57,62 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 2,93 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 34,89 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 49,20 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9,78 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 55,08
59,88 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 88,24
267,15 425,38
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
267,15 0
0 0
ruang terbangun Bogor Timur
Bogor Barat
ruang terbangun sawah ladang, pekarangan danau, sungai, kolam hutan kota, kebun raya jalur hijau lapangan olahraga sempadan sungai TPU taman kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong ruang terbangun sawah ladang, pekarangan danau, sungai, kolam hutan kota, kebun raya jalur hijau lapangan olahraga sempadan sungai TPU taman kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
Luas lahan rencana
sawah
ladang, pekarangan
danau, sungai, kolam
hutan kota, kebun raya
jalur hijau
lapangan olahraga
sempadan sungai
TPU
taman
lahan kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38
26
Lampiran 10 Perubahan penggunaan lahan setelah optimasi (Xijk) (lanjutan) Luas lahan rencana Kecamatan
Bogor Tengah
Lahan aktual
ruang terbangun
sawah
ladang, pekarangan
danau, sungai, kolam
hutan kota, kebun raya 0 0 0 0 72,12 0 0 0 0 0
ruang terbangun 584,46 0 0 0 sawah 0 0 0 0 ladang, pekarangan 0 0 0 0 danau, sungai, kolam 0 0 0 0 hutan kota, kebun raya 0 0 0 0 jalur hijau 0 0 0 0 lapangan olahraga 0 0 0 0 sempadan sungai 0 0 0 0 TPU 0 0 0 0 taman 0 0 0 0 kawasan hijau dan bentang alam 0 17,15 0 0 lahan kosong 0 0 0 0 Tanah ruang terbangun 1.250,46 0 0 0 Sareal sawah 0 1,5 0 0 ladang, pekarangan 0 0 19,10 0 danau, sungai, kolam 0 0 0 90,00 hutan kota, kebun raya 0 0 0 0 jalur hijau 0 0 0 0 lapangan olahraga 0 0 0 0 sempadan sungai 0 0 0 0 TPU 0 0 0 0 taman 0 0 0 0 kawasan hijau dan bentang alam 0 230,23 0 0 lahan kosong 0 100 0 0 Keterangan: luas lahan rencana merupakan output dari program LINGO 11.0 di Lampiran 9
sempadan sungai
kawasan hijau dan bentang alam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
jalur hijau
lapangan olahraga
0 0 0 0 0 23,66 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 5,40 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 11,19 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1,61 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 78,56
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 18,01 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 24,77 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 9,00 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16,78 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40,61
17,15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
230,23 0
0 0
TPU
taman
lahan kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39
26
Lampiran 11 Area budidaya pertanian optimal (Yijklm) dan hasil produksi tiap kecamatan Kecamatan (i) Bogor Utara
Bogor Selatan
Bogor Timur
Lahan rencana (k)
sawah
sawah
ladang, pekarangan kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
ladang, pekarangan sawah
sawah
sawah
ladang, pekarangan
ladang, pekarangan
kawasan hijau dan bentang alam sawah
sawah
ladang, pekarangan
ladang, pekarangan
kawasan hijau dan bentang alam
sawah
sawah
sawah
Komoditas pertanian (l) padi buncis ubi kayu nangka padi
Luas lahan (ha) 1 53,32 0 0 0 6,05
Musim (m) 2 3 53,32 0 0 53,32 0 203,33 0 4,71 6,05 0
produktivitas (ton/ha/1 masa panen) 4,73 11,87 11,24 20,90 4,73
Intensitas penanaman Musim (m) 1 2 3 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0
Produksi (ton) 1 252,20 0 0 0 28,62
Musim (m) 2 252,20 0 0 0 28.62
produksi/ tahun (ton) 3 0 632,91 2.285,43 98,44 0
504,41 632,91 2285,43 98,44 57,23
tomat padi tomat padi tomat
0 205,00 0 161,43 0
0 205,00 0 161,43 0
6,05 0 205,00 0 161,43
6,18 4,73 6,18 4,73 6,18
0 1 0 1 0
0 1 0 1 0
1 0 1 0 1
0 969,65 0 763,56 0
0 969.65 0 763,56 0
37,39 0 1.266,90 0 997,64
37,39 1.939,30 1.266,90 1.527,13 997,64
ubi kayu ubi jalar padi
0 0 273,75
0 0 273,75
202,84 120,91 0
11,24 9,84 4,73
0 0 1
0 0 1
1 1 0
0 0 1.294,84
0 0 1.294,84
2.279,92 1.189,75 0
2.279,92 1.189,75 2.589,67
bayam padi bayam ubi kayu pisang rambutan padi
0 66,00 0 0 0 0 59,88
0 66,00 0 0 0 0 59,88
273,75 0 66,00 0,93 170,78 11,28 0
2,20 4,73 2,20 11,24 7,52 8,72 4,73
0 1 0 0 0 0 1
0 1 0 0 0 0 1
4 0 4 1 1 1 0
0 312,18 0 0 0 0 283,23
0 312,18 0 0 0 0 283,23
2.409,00 0 580,80 10,45 1.284,26 98,36 0
2.409,00 624,36 580,80 10,45 1.284,26 98,36 566,46 526,94
0
0
59,88
2,20
0
0
4
0
0
526,94
bayam
40
Lahan aktual (i)
26
Lampiran 11 Area budidaya pertanian optimal (Yijklm) dan hasil produksi tiap kecamatan (lanjutan) Kecamatan (i)
Lahan aktual (j)
Lahan rencana (k)
Luas lahan (ha)
Komoditas pertanian (l)
produktivitas (ton/ha/1 masa panen)
Intensitas penanaman Musim (m) 1 2 3
Musim (m) 2
3
1 0 1 1 0 1 1
0 1.263,62 0 0 2.012,05 0 0
0 1.263,62 0 0 2.012,05 0 0
1.166,50 0 346,08 1.918,88 0 404,73 164,98
1.166,50 2.527,24 346,08 1.918,88 4.024,09 404,73 164,98
0 0 1
1 4 0
0 0 81,12
0 0 81,12
1.154,39 714,65 0
1.154,39 714,65 162,24
0 1 0
0 1 0
1 0 1
0 7,09 0
0 7,09 0
203,57 0 9,27
203,57 14,19 9,27
9,84 4,73
0 1
0 1
1 0
0 1.088,99
0 1.088,99
187,94 0
187,94 2.177,97
terong 0 0 230,23 6,20 padi 100,00 100,00 0 4,73 terong 0 0 100,00 6,20 Keterangan: luas lahan merupakan output dari program LINGO 11.0 di Lampiran 9, produksi merupakan hasil perkalian antara luas lahan, produktivitas, dan intensitas penanaman.
0 1 0
0 1 0
1 0 1
0 473,00
0 473,00 0
1.427,43 0 620,00
1.427,43 946,00 620,00
Bogor Tengah Tanah Sareal
ladang, pekarangan kawasan hijau dan bentang alam
ladang, pekarangan sawah
lahan kosong
sawah
kawasan hijau dan bentang alam sawah
sawah
ladang, pekarangan kawasan hijau dan bentang alam lahan kosong
ladang, pekarangan sawah
sawah
sawah
pisang padi terong mentimun padi tomat terong kacang panjang bayam padi buncis padi tomat ubi jalar padi
Musim (m) 2
3
0 267,15 0 0 425,38 0 0
0 267,15 0 0 425,38 0 0
155,12 0 55,82 211,33 0 65,49 26,61
7,52 4,73 6,20 9,08 4,73 6,18 6,20
0 1 0 0 1 0 0
0 1 0 0 1 0 0
0 0 17,15
0 0 17,15
252,05 81,21 0
4,58 2,20 4,73
0 0 1
0 1,50 0
0 1,50 0
17,15 0 1,50
11,87 4,73 6,18
0 230,23
0 230,23
19,10 0
Produksi/ tahun (ton)
1
Bogor Barat
1
Produksi (ton)
41