ABSTRAK
FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KELENGKAPAN ADMINISTRASI PELAYANAN KESEHATAN PASIEN JAMKESMAS (Studi Crossectional pada Pasien Jamkesmas di RSUD Kabupaten Kediri ) Oleh : Indasah
Pelayanan kesehatan menjadi hak setiap orang termasuk masyarakat miskin (maskin). Untuk mendapatkan pelayanan jamkesmas diperlukan persyaratan administrasi secara lengkap. Masalahnya masih sering terjadi persyaratan administrasi yang tidak lengkap. Hal ini terkait dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan pasien maskin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di Rumah Sakit Kabupaten Kediri. Desain penelitian adalah seksional silang (cross sectional). Populasinya seluruh pasien rawat jalan dari masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri, dengan sampel 96 responden diambil dengan teknik concecutive sampling. Pengumpulan data pendidikan, pengetahuan, pengalaman dengan kuesioner dan penilaian kelengkapan administrasi dengan lembar observasi dianalisis dengan regresi logistik dan disajikan dalam bentuk diagram pie dan tabel. Dari hasil penelitian didapatkan tidak ada pengaruh pendidikan terhadap kelengkapan administrasi pelayanan jamkesmas (sig. = 0,713 > 0,05), ada pengaruh pengetahuan terhadap kelengkapan administrasi pelayanan jamkesmas (sig. = 0,000 < 0,05), tidak ada pengaruh pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas (sig. = 0,108 > 0,05), dan ada pengaruh antara faktor pendidikan, pengetahuan dan pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin (sig. = 0,002 < α 0,05). Hal ini disebabkan kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada maskin merupakan masalah teknis sehingga untuk melengkapi harus tahu persyaratan terlebih dahulu.
33 Peningkatan pengetahuan diperlukan untuk meningkatkan cakupan kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin. Disarankan agar petugas kesehatan selalu menyampaikan persyaratan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin. Kata kunci :
pendidikan, pengalaman, pengetahuan, kelengkapan administrasi jamkesmas ABSTRACT FACTORS ASSOCIATED WITH RESPECT THE ADMINISTRATIVE COMPLETENESS OF JAMKESMAS PATIENTS HEALTH SERVICE (A study in Regional General Hospital Kabupaten Kediri)
Health service was everyone’s right and particularly for the poor. In order to get Jamkesmas (Public Health Insurance) service they have to fulfill all administrative completeness. In facts incomplete administrative conditions were still often found. This is related to education, experience and knowledge of poor patients. The objective of this research was to find out the factors associated with respect the administrative completeness of Jamkesmas patients health service for the poor in Regional General Hospital Kabupaten Kediri. The design of this research was cross sectional. The population was all poor outpatients in Regional General Hospital Kabupaten Kediri. The samples were 96 responders and taken by consecutive sampling technique. The data of educations, knowledge and experience were obtained by questionnaires while administration completeness assessment were done by observation sheet and analyzed logistics regression and presented in pie graphs and tables. The researches showed no influence between education and Jamkesmas administrative completeness (sig. = 0,713 > α 0,05), there is a influence between knowledge and Jamkesmas service administrative completeness (sig. = 0,000 < α 0,05), there is no influence between experience and Jamkesmas service administrative completeness (sig. = 0,108 > α 0,05), and there is a influence between education, knowledge, and experience and Jamkesmas service administrative completeness for the poor (sig. = 0,002 < α 0,05) Because the administrative completeness was a technical issue and in order to fulfill it they must know the conditions first.
34 The conclusion was the knowledge improvement was needed to enlarge the scope of Jamkesmas service administrative completeness for the poor. The health officers were recommended to inform about Jamkesmas service administrative completeness to the poor. Keywords
: Education, Experience, Knowledge, Jamkesmas Administrative Completeness
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dibalik kemajuan dalam pembangunan bangsa Indonesia, ternyata sampai saat ini masih banyak masyarakat miskin. Keadaan ini berdampak pada rendahnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk pelayanan kesehatan. Pada hal Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H, Undang-Undang No. 23 tentang Kesehatan menegaskan setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009). Oleh karena itu pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial dengan tujuan setiap individu, keluarga dan masyarakat memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. Yang menjadi persoalan adalah adanya persyaratan rujukan yang harus di bawa
35 kepihak ketiga harus lengkap terlebih dahulu. Masalahnya adalah masih banyak pasien jamkesmas yang datang ke rumah sakit tanpa membawa bukti persyaratan administrasi secara lengkap seperti yang diminta. Data laporan kunjungan pasien di IRJ dr. Sutomo Surabaya periode Januari-Maret 2009 menunjukkan sebanyak 132.188 pasien dengan rincian pengunjung baru 16.673 pasien dan 15.515 pasien lama ternyata masih sering ditemukan bukti atau kelengkapan administrasi yang kurang (Administrator, 2009). Demikian juga di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri, dari sejumlah pasien jamkesmas pada tahun 2009 sebanyak 13.126 pasien juga masih sering ditemukan adanya pasien jamkesmas yang datang dengan persyaratan administrasi kurang lengkap. Secara rinci dapat disebutkan sesuai dengan hasil studi pendahuluan tanggal 22 Pebruari 2010 dari 77 pasien, yang persyaratannya untuk mendapatkan pelayanan Jamkesmas dalam keadaan lengkap sebanyak 67 pasien (87%) dan sisanya ada 10 pasien (13%) tidak lengkap. Hal ini memberikan gambaran bahwa persyaratan administrasi masih sering menjadi kendala bagi pasien jamkesmas 1 untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Faktor penyebab ketidaklengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas tersebut secara umum dapat disebabkan oleh faktor intern misalnya pengetahuan kurang mengenai persyaratan jamkesmas. Pengetahuan kurang bisa disebabkan rendahnya pendidikan pasien sehingga kurang mampu menerima dan memahami informasi. Juga kurangnya pengalaman sehingga pasien tidak memiliki pemikiran mengenai persyaratan yang harus dilengkapi. Faktor ekstern
36 karena kurangnya sosialisasi jamkesmas kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak mendapatkan informasi yang akurat. Kurangnya sosialisasi petugas (man) bisa disebabkan dana (money) kurang untuk melaksanakan kegiatan ini. Media informasi atau sarana dan prasarananya juga kurang (matherial) sehingga menghambat penyampaian informasi kepada masyarakat. Aspek methode atau metode untuk menyampaikan pesan mengenai kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan jamkesmas kepada seluruh masyarakat juga sulit jika tidak ada dukungan dari lintas sektor mengingat wilayah cakupan juga luas (Sabarguna, 2008). Mengingat faktor penyebab tersebut maka perlu strategi khusus untuk peningkatan sosialisasi mengenai kelengkapan administrasi pelayanan jamkesmas kepada masyarakat miskin. Solusi mendesak (urgen) yang harus dilakukan adalah memasang pengumuman mengenai kelengkapan administrasi di setiap puskesmas dan jajarannya (puskesmas pembantu, polindes, kantor desa, posyandu). Solusi usefull dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan sektor kecamatan untuk melaksanakan sosialisasi kepada seluruh kepala desa, PKK, tokoh masyarakat mengenai jamkesmas. Solusi dari asas manfaat (utility) perlu disampaikan kepada setiap pasien jamkesmas bahwa berobat di rumah sakit benar-benar tidak dipungut biaya sehingga benar-benar membantu masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya (Sari, 2008). Hal ini hanya bisa didapatkan atau
dilayani jika pasien sudah melengkapai
persyaratan administrasi secara lengkap. Solusi original dilaksanakan melalui penelitian mengenai faktor yang
37 berhubungan dengan ketidaklengkapan administrasi pelayanan kesehatan pada pasien jamkesmas. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang Faktor faktor yang Berpengaruh terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas pada Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk rancangan seksional silang (cross sectional) A.
Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel 1. Populasi Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien rawat jalan dari masyarakat miskin di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri. Dalam penelitian ini populasi didapatkan dari jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak 249 orang.
38 2. Sampel Pada penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah pasien rawat jalan dari masyarakat miskin yang kebetulan berobat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kediri pada saat penelitian. usi. Dalam penelitian ini diambil 96 responden.
3. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini menggunakan consecutive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi. (Sastroasmoro & Ismail, 1995:49).
B.
Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel Bebas (Independent Variable)
39 Sebagai variabel bebas adalah pendidikan, pengetahuan dan pengalaman berobat jalan bagi masyarakat miskin. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelengkapan atau ketidaklengkapan administrasi pelayanan jamkesmas. 2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003 : 106). Definisi operasional dalam penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No
Variabel
Definisi operasional
1.
Independent: X: a. Pendidikan
Adalah jenjang pendidikan formal dari responden yang ditunjukkan dengan kepemilikan ijazah terakhir
b. Pengetahuan
Adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai persyaratan administrasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi pasien jamkesmas
Indikator Pendidikan formal
1. Pengertian jamkesmas 2. Kriteria peserta Jamkesmas 3. Kelengkapan administrasi Jamkesmas
Alat Ukur
Skala
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
Kriteria 1. Tidak sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. PT Benar : skor 1 Salah : skor 0 Kriteria : 1. Kurang : <56% 2. Cukup : 56-76% 3. Baik : 76-100%
40
c. Pengalaman
2.
Dependent : Y = kelengkapan administrasi
Adalah pernah atau tidak pernahnya pasien jamkesmas memanfaatkan pelayanan jamkesmas sebelum penelitian ini Adalah bukti fisik persyaratan administrasi yang harus dibawa pasien jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit
Pemanfaatan pelayanan kesehatan di rumah sakit
Kuesioner
Nominal
1. Kartu jamkesmas atau SKTM 2. Fotocopy KTP 3. Fotocopy KK 4. Rujukan puskesmas
Kuesioner
Nominal
(Nursalam, 2003: 124) 1. Tidak pernah 2. Pernah
1. Tidak lengkap 2. Lengkap
32
1
C.
Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data menurut Arikunto yang dikutip Riduwan (2008 : 24) adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan/pernyataan tersebut (Umar, 2003: 49).
HASIL PENELITIAN A.
Karakteristik Responden 1.
Umur Responden Umur <20 tahun
4 4.17%
20-35 tahun >35 tahun 33 34.38%
59 61.46%
Diagram 4.1 Karakteristik Umur Responden di RSUD Kabupaten Kediri
1
2
Berdasarkan diagram 4.1 diketahui sebagian besar responden berumur >35 tahun yaitu 59 responden (61,46%) dari total 96 responden. 2.
Jenis Kelamin Responden Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Kelamin Laki-laki Perempuan 31 32.29% 65 67.71%
Diagram 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Kabupaten Kediri Berdasarkan diagram 4.2 diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 65 responden (67,71%) dari total 96 responden. 3.
Pekerjaan Responden Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
2
3
Pekerjaan Tidak Kerja
10 10.42% 25 26.04% 19 19.79%
Buruh Tani Swasta Wiraswasta
26 27.08%
16 16.67%
Diagram 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Kabupaten Kediri Berdasarkan diagram 4.3 diketahui sebagian besar responden sebagai buruh yaitu 26 responden (27,08%) dari total 96 responden. 4.
Sumber informasi tentang Administrasi Jamkesmas Responden Sumberinfo Petugas Kesehatan Perangkat Desa
26 34.67% 49 65.33%
Diagram 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang Administrasi Jamkesmas di RSUD Kabupaten Kediri
Berdasarkan diagram 4.4 diketahui sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang administrasi jamkesmas dari petugas kesehatan yaitu 49 responden (65,33%) dari total 75 responden yang pernah mendapatkan informasi. 5.
Alasan Pernah dan Belum Pernah Memanfaatkan Jamkesmas
3
4
Karakteristik responden berdasarkan alasan bagi yang pernah atau belum pernah memanfaatkan Jamkesmas dan mendapatkan informasi tentang administrasi jamkesmas dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Alasan 5 5.21%
Tidak Sakit 15 15.62%
Sakit Tidak Tahu
76 79.17%
Diagram 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan bagi yang Pernah atau Belum Pernah Memanfaatkan Jamkesmas dan Mendapatkan Informasi tentang Administrasi Jamkesmas di RSUD Kabupaten Kediri
Berdasarkan diagram 4.5 diketahui sebagian besar responden karena sakit sehingga mendapatkan informasi tentang administrasi jamkesmas yaitu 76 responden (79,17%) dari total 96 responden.
B.
Data Khusus 1.
Pendidikan Responden Hasil identifikasi pendidikan responden dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
4
5
Pendidikan SD 13 13.54%
SMP SMA PT 53 55.21%
28 29.17%
Diagram 4.6 Pendidikan Responden di RSUD Kabupaten Kediri Berdasarkan diagram 4.6 diketahui sebagian besar responden berpendidikan sekolah dasar (SD) yaitu 53 responden (55,21%) dari total 96 responden. 2.
Pengetahuan Responden Hasil penilaian pengetahuan responden tentang administrasi jamkesmas dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Pengetahuan Kurang 18 18.75%
Cukup Baik
30 31.25%
48 50.0%
Diagram 4.7 Pengetahuan Responden tentang Jamkesmas di RSUD Kabupaten Kediri Berdasarkan
diagram
4.7
diketahui
Administrasi
setengah
responden
pengetahuannya tentang administrasi jamkesmas termasuk kategori cukup yaitu 48 responden (50%) dari total 96 responden.
5
6
3.
Pengalaman Responden Hasil identifikasi pengalaman dalam pemanfaatan jamkesmas dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Pengalaman Tidak Pernah Pernah
20 20.83%
76 79.17%
Diagram 4.8 Pengalaman dalam Pemanfaatan Jamkesmas di RSUD Kabupaten Kediri Berdasarkan diagram 4.8 diketahui sebagian besar responden pernah memanfaatkan jamkesmas untuk medapatkan pelayanan kesehatan yaitu 76 responden (79,17%) dari total 96 responden. 4.
Kelengkapan Persyaratan Administrasi Jamkesmas Hasil
identifikasi
kelengkapan
persyaratan
administrasi
jamkesmas dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Kelengkapan Tidak Lengkap Lengkap 29 30.21%
67 69.79%
6
7
Diagram 4.9 Kelengkapan Persyaratan Administrasi Jamkesmas di RSUD Kabupaten Kediri Berdasarkan diagram 4.9 diketahui sebagian besar responden termasuk lengkap persyaratan administrasi jamkesmasnya yaitu 67 responden (69,79%) dari total 96 responden. C. Tabulasi Silang Antar Variabel 1. Pengaruh Pendidikan terhadap Kelengkapan Administrasi Jamkesmas Tabel 4.2 Pengaruh Faktor Pendidikan terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas pada Masyarakat Miskin di RSUD Kabupaten Kediri Pendidikan SD SMP SMA PT Total
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
Kelengkapan Tidak Lengkap 21 39,6 5 17,9 3 23,1 0 0 29 30,2
Lengkap 32 60,4 23 82,1 10 76,9 2 100 67 69,8
Total 53 100 28 100 13 100 2 100 96 100
Berdasarkan tabel 4.2 tidak terlihat adanya kecenderungan pengaruh antara faktor pendidikan terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri. 2. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kelengkapan Administrasi Jamkesmas Tabel 4.3 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas pada Masyarakat Miskin di RSUD Kabupaten Kediri
7
8
Kelengkapan
Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai
Tidak Lengkap 15 83,3 13 27,1 1 3,3 29
Lengkap 3 16,7 35 72,9 29 96,7 67
30,2
69,8
%
Total 18 100 48 100 30 100 96 100
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat adanya kecenderungan pengaruh faktor
pengetahuan
terhadap
kelengkapan
administrasi
pelayanan
kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin. 3. Pengaruh Pengalaman terhadap Kelengkapan Administrasi Jamkesmas Tabel 4.4 Pengaruh Faktor Pengalaman terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas pada Masyarakat Miskin di RSUD Kabupaten Kediri Pengalaman Tidak Pernah Pernah Total
Nilai % Nilai % Nilai
Kelengkapan Tidak Lengkap 8 40 21 27,6 29
Lengkap 12 60 55 72,4 67
30,2
69,8
%
Total 20 100 76 100 96 100
Berdasarkan tabel 4.4 tidak terlihat ada kecenderungan pengaruh antara pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin.
D. Hasil Uji Statistik
8
9
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Logistik Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas pada Masyarakat Miskin di RSUD Kabupaten Kediri Variabel Pendidikan Pengalaman Pengetahuan Konstanta 1. Pengaruh
Faktor
Pendidikan
N 96
OR 1,170 3,207 13,004 0,001
Signifikansi 0,713 0,108 0,000 0,002
terhadap
Kelengkapan
Administrasi
Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas pada Masyarakat Miskin Berdasarkan tabel 4.5 diketahui tidak ada pengaruh antara faktor pendidikan terhadap kelengkapan
administrasi pelayanan kesehatan
pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,713 > 0,05). Nilai OR = 1,170 artinya seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan melengkapi persyaratan 1 kali lebih tinggi di banding terhadap seseorang yang mempunyai pendidikan rendah. 2. Pengaruh Pengetahuan terhadap Administrasi Jamkesmas Berdasarkan tabel 4.5 diketahui ada pengaruh faktor pengetahuan terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin (sig. = 0,000 < 0,05). Nilai OR = 13,004 artinya seseorang yang memiliki pengetahuan baik akan melengkapi persyaratan 13 kali lebih tinggi di banding terhadap seseorang yang mempunyai pengetahuan kurang. 3. Pengaruh Pengalaman terhadap Administrasi Jamkesmas Berdasarkan tabel 4.5 diketahui tidak ada pengaruh antara faktor pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan
9
10
pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,108 > 0,05). Nilai OR = 3,207
artinya seseorang yang
memiliki pengalaman akan melengkapi persyaratan 3 kali lebih tinggi di banding terhadap seseorang yang tidak mempunyai pengalaman. 4. Pengaruh
Pendidikan,
Pengetahuan
dan
Pengalaman
terhadap
Administrasi Jamkesmas Berdasarkan tabel 4.5 diketahui ada pengaruh antara faktor pendidikan,
pengetahuan
dan
pengalaman
terhadap
kelengkapan
administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri
(sig. = 0,002 < 0,05). Nilai OR =
0,001 artinya seseorang yang memiliki pendidikan, pengetahuan dan pengalaman akan melengkapi persyaratan 0,001 kali lebih tinggi di banding terhadap seseorang
yang tidak
mempunyai
pendidikan,
pengetahuan, dan pengalaman.
PEMBAHASAN
E. A. Pengaruh Faktor Pendidikan terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas Pada Masyarakat Miskin Berdasarkan tabel 4.5 diketahui tidak ada pengaruh antara faktor pendidikan terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,713 > 0,05). Nilai OR = 1,170 artinya seseorang yang memiliki
10
11
pendidikan tinggi akan melengkapi persyaratan 1 kali lebih tinggi di banding terhadap seseorang yang mempunyai pendidikan rendah. Pendidikan merupakan kebutuhan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman dan belajar. Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya (Thompson) dalam Fitri (2008). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Fitri (2008), pendidikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Suatu rumusan baku secara nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Hamalik, 2008).
Didapatkannya tidak ada pengaruh antara faktor pendidikan terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin disebabkan pendidikan tinggi tidak berarti menguasai persyaratan administrasi jamkesmas. Hal ini terjadi karena persyaratan administrasi jamkesmas merupakan sesuatu yang sifatnya sangat teknis dan tidak akan pernah didapatkan melalui pendidikan yang ditempuh. Jadi dalam hal ini pendidikan tidak memberikan jaminan bahwa seseorang mengetahui
11
12
persyaratan administrasi pelayanan jamkesmas. Sifat pendidikan adalah menunjang kemampuan seseorang untuk menerima dan memahami informasi. Meskipun seseorang pendidikannya tinggi akan tetapi jika belum pernah mendapatkan informasi tentang kelengkapan persyaratan administrasi bagi pasien jamkesmas maka seseorang tersebut tidak akan mengetahuinya sehingga berkas pengurusan pelayanan jamkesmas juga tidak akan lengkap. Namun demikian sebagian besar responden sebenarnya sudah mendapatkan informasi administrasi jamkesmas dari petugas kesehatan. Jika kondisinya demikian maka hal ini bisa terjadi karena faktor pendidikan responden yang rendah. Sesuai hasil penelitian diketahui sebagian besar responden berpendidikan SD. Mengingat latar belakang pendidikan yang hanya SD ini maka ada keterbatasan di dalam menerima dan memahami informasi mengenai persyaratan administrasi jamkesmas sehingga di dalam pengurusan pelayanan kesehatan selau didapatkan kekurangan persyaratan administrasi.
F. Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas Pada Masyarakat Miskin Berdasarkan tabel 4.5 diketahui ada pengaruh antara faktor pengetahuan terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,000 < 0,05). Nilai OR = 13,004 artinya seseorang yang memiliki pengetahuan baik akan melengkapi persyaratan 13 kali lebih tinggi di banding terhadap seseorang yang mempunyai pengetahuan kurang.
12
13
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003 : 114). Pengaruhnya terhadapperilaku dapat dijelaskan mengacu pada pendapat Notoatmodjo (2003: 131) bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Secara lebih spesifik dirumuskan dalam konsep K-A-P (knowledge-attitude-practice) artinya sebelum terbentuk perilaku akan didahului sikap dan pengetahuan. Atas dasar kajian teori tersebut jika dari hasil penelitian didapatkan ada
pengaruh
antara
faktor
pengetahuan
terhadapkelengkapan
atau
kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin, menunjukkan bahwa pengetahuan terbukti sebagai faktor pendahulu perilaku seseorang. Dalam hal ini pengetahuan tentang persyaratan administrasi jamkesmas sangat diperlukan demi kelengkapan persyaratan administrasi
pelayanan
kesehatan
jamkesmas.
Permasalahannya
bagi
adalah
masyarakat hanya
miskin
setengah
melalui
responden
pengetahuannya tentang administrasi jamkesmas termasuk kategori cukup. Berdasarkan nilai OR yaitu 13,004 maka seseorang memiliki pengetahuan baik akan melengkapi persyaratan 13 kali lebih tinggi di banding terhadapseseorang yang mempunyai penetahuan kurang. Didasarkan pada kenyataan ini maka masyarakat miskin yang dapat melengkapi persyaratan administrasi jamkesmas hanya setengah responden. Asumsi ini didasarkan
13
14
pada hasil penelitian dimana pendidikan,
pengetahuan, dan pengalaman
memiliki peran kelengkapan administrasi sebesar 47,4% selebihnya karena faktor lain. Faktor lain yang ikut berperan cukup banyak, diantaranya petugas kesehatan di desa seperti bidan di polindes, perangkat desa, teman atau tetangga yang pernah mengurus administrasi jamkesmas, atau sumber informasi lainnya. Faktor ini sangat terlihat sesuai dengan pengamatan tidak terstruktur oleh peneliti selama ini. Peran sumber informasi ini adalah dalam rangka memberitahukan kepada masyarakat miskin mengenai persyaratan administrasi jamkesmas dan prosedur pengurusannya kemana saja. Melalui informasi yang diterima ini maka masyarakat miskin dapat melakukan pengurusan persyaratan administrasi jamkesmas secara lengkap. Jadi tahu yang dimaksud dalam penelitian ini sifatnya hanya know atau tahu yang sifatnya tidak membutuhkan penalaran lebih mendalam, melainkan hanya tahu prosedural. Jika mengetahui teknis persyaratan administrasi maka sebenarnya sangat mudah untuk memenuhinya.
G. Pengaruh Faktor Pengalaman terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas Pada Masyarakat Miskin Berdasarkan tabel 4.5 diketahui tidak ada pengaruh antara faktor pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,108 > 0,05). Nilai OR = 3,207 artinya seseorang yang memiliki pengalaman
14
15
akan melengkapi persyaratan 3 kali lebih tinggi di banding terhadap seseorang yang tidak mempunyai pengalaman. Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ada kecenderungan pengalaman kurang baik segera dilupakan, jika menyenangkan akan timbul kesan mendalam dan akhirnya membentuk sikap positif (Mubarak, dkk, 2007). Jika didapatkan tidak ada pengaruh antara faktor pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin, hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan yang ada pada responden baik dari segi pendidikannya, pekerjaanya ataupun dari segi informasi. Ditinjau dari segi pekerjaan, sebagian besar responden sebagai buruh. Hal ini berpengaruh terhadap keterbatasan di dalam informasi termasuk informasi mengenai persyaratan administrasi jamkesmas. Disamping itu bagi mereka yang pernah memanfaatkan pelayanan jamkesmas, jika suatu saat membutuhkan pelayanan kesehatan lagi dan harus mengurus perlengkapan administrasi jamkesmas, belum tentu juga akan lengkap. Hal ini terjadi karena secara teknis sebenarnya mereka tidak memiliki pengalaman sendiri, melainkan ada yang diuruskan perangkat desanya, tetangganya, anaknya, saudaranya, petugas kesehatan setempat atau orang lain. Hal ini benar-benar terlihat dan diketahui sendiri oleh peneliti mengingat masih banyak masyarakat miskin yang masih memiliki keterbatasan kemampuan dalam pengurusan persyaratan administrasi jamkesmas. Jadi pengalaman yang tertulis dalam penelitian ini tidak memberi jaminan peningkatan pengetahuan
15
16
tentang persyaratan administrasi jamkesmas sebagai dasar untuk dapat melengkapi persyaratan adminsitasi jamkesmas.
H. Pengaruh Faktor Pendidikan, Pengetahuan dan Pengalaman terhadap Kelengkapan Administrasi Pelayanan Kesehatan Pasien Jamkesmas Pada Masyarakat Miskin Berdasarkan tabel 4.5 diketahui ada pengaruh antara faktor pendidikan, pengetahuan dan pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri
(sig. = 0,002 < 0,05). Nilai OR = 0,001 artinya seseorang yang
memiliki pendidikan, pengetahuan dan pengalaman akan melengkapi persyaratan 0,001 kali lebih tinggi di banding dengan seseorang yang tidak mempunyai pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Hamalik, 2008). Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003 : 114). Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Ada kecenderungan pengalaman kurang baik segera dilupakan, jika menyenangkan akan timbul kesan mendalam dan akhirnya membentuk sikap positif (Mubarak, dkk, 2007).
16
17
Didapatkannya ada pengaruh faktor pendidikan, pengetahuan dan pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin disebabkan dengan pendidikan yang dimiliki maka responden lebih mudah menerima dan memahami informasi tentang jamkesmas. Semakin tinggi pendidikan maka pengetahuannya juga semakin baik. Melalui pengetahuan yang dimiliki maka responden akan dapat melengkapi persyaratan pengurusan jamkesmas dan sebaliknya. Demikian juga dengan pengalaman yang dimiliki maka responden akan memiliki ingatan mengenai persyaratan apa saja yang diperlukan dalam pengurusan jamkesmas. Jadi dalam hal ini pendidikan, pengalaman dan pengetahaun secara bersama diperlukan dalam rangka meningkatkan kelengkapan persyaratan jamkesmas.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak ada pengaruh antara faktor pendidikan terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat
17
18
miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,713 > α 0,05) dengan nilai OR = 1,170. 2. Ada
pengaruh
antara
faktor
pengetahuan
terhadap
kelengkapan
administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,000 < α 0,05) dengan nilai OR yaitu 13,004. 3. Tidak ada pengaruh antara faktor pengalaman terhadap kelengkapan administrasi pelayanan kesehatan pasien jamkesmas pada masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri (sig. = 0,108 > α 0,05) dengan nilai OR = 3,207. Ada pengaruh antara faktor pendidikan, pengetahuan dan pengalaman terhadap kelengkapan
administrasi
pelayanan
kesehatan
masyarakat miskin di RSUD Kabupaten Kediri
pasien
jamkesmas
pada
(sig. = 0,002 < 0,05) dengan
nilai OR = 0,001 B.
Saran Sesuai hasil kesimpulan yang telah dikemukakan diatas peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Responden Diharapkan agar responden konsultasi dengan petugas kesehatan (bidan desa, petugas puskesmas) mengenai persyaratan administrasi jamkesmas setiap melakukan pengurusan pelayanan kesehatan melalui jamkesmas. 2. Bagi Tempat Penelitian Pihak rumah sakit ikut berperan serta dalam sosialisasi persyaratan administrasi jamkesmas kepada masyarakat miskin bersama Dinas
18
19
Kesehatan ke desa-desa sehingga informasi langsung kepada masyarakat miskin dapat terlaksana. Jika sosialisasi demikian terlalu berat dapat disiasati dengan pembuatan poster yang dipasang di setiap polindes.
DAFTAR PUSTAKA
Administrator. 2009. Menurun, Kunjungan Pasien Maskin IRJ RSU Dr Soetomo. http://jatimprov.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=261 &Itemid=2 Caray, 2008. Pengertian Pekerjaan. http://makalahdanskripsi. blogspot.com /2008/08/pengertian-pekerjaan.html Darmawan. 2008. Mengenal Teknologi Informasi. http://e-majalah. Com /deni 0608.html Depkes RI, 2009. Dinkes Minta Puskesmas Tak Persulit Maskin. http://www.dinfokom-jatim.go.id/news.php?id=19540 Fitri. 2008. Pengertian Pendidikan. http://duniapsikologi.dagdigdug.com /2008/ 11/27/pengertian-pendidikan/ Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya Mikhael Dua dan Sonny Keraf, 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta : Kanisius. Mubarak, dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 30 Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Cetakan keenam. Ciawi : Ghalia Indonesia. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
19
20
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan Metodologi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Penelitian
Ilmu
Oym, 2008. Pengertian Minat. http://qym7882.blogspot.com/2009/03/pengertianminat.html. Download : 2/16/2010 : 15 : 23 Riduwan dan Sunarto. 2007. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfa Beta Sabarguna, S.B. dan Listiani, H. 2008. Organisasi dan Manajemen Rumah Sakit. Edisi Revisi. Yogyakarta : Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY Sari W, I. 2008. Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan. Jogyakarta : Mitra Cendekia Press. Sedarmayanti dan Hidayat. 2002. Metode Penelitian. Bandung : Mandar Maju. Sudarso. 2007. Membuat Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan. Surabaya : Duatujuh. Hal : 24 Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal : 133 Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan keempat. Bandung : CV Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Hal : 102-103 Supardi dan Pramono. 1999. Metode Kuantitatif dan Statistik dalam Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta : UGM. Hal : 15 Sunaryo (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Umar, Husein. (2003). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada. Hal : 32-33, 49 Wikipedia. 2010. Rawat Jalan. http://id.wikipedia.org/wiki/Rawat_jalan
20
21
21