ABSTRAK
Iskandar , Iskandar. 2015 berjudul Struktur Ekosistem Mangrove Di Perairan Pulau Pengujan Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Tanjungpinang: Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing bapak Andi Zulfikar, S.Pi dan ibu Ir. Linda Waty Zen, M.Sc.
Mendapatkan dan menyusun data tentang kualitas dan kuantitas perairan di lingkungan ekosistem mangrove, dan menyusun data tentang komposisi jenis ekosistem mangrove, serta menyusun data tentang nilai indeks ekologimangrove. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil penelitian Kerapatan relatif jenis tumbuhan mangrove jenis Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata di pulau Pengujan cendrung lebih tinggi dibanding di jenislainnya. Frekuensi relatif jenis tumbuhan mangrove jenis Rhizophora mucronatadi dipulau Pengujan cendrung lebih tinggi dibanding di jenislainnya. Tingkat Keseragaman Ekosistem Mangrove Diperairan Pulau Pengujaan dapat digolongkan dalam keseragaman kecil Parameter lingkungan Ekosiste Mangrove dipulau Pengujan baik itu Suhu, Do,pH dan salinitas dapat digolongkan dalam keadaan bagus.
Kata Kunci: Struktur Ekosistem Mangrove, Pulau Pengujan
ABSTRACT
Iskandar , Iskandar .2015 Called Structure Ecosystem Mangrove Trees At The Waters Pengujan Kecamatan The Gulf Of Bintan Kabupaten Bintan Provincial Riau Islands .Tanjungpinang: Of Resources Management Waters , The Faculty Maritime Affairs And Fisheries .Maritime University The King Ali Haji .Andi Zulfikar Mentor Father , S.Pi And Mother Ir .Linda Waty Zen , M.Sc . Get and composing data on the quality and quantity of waters ecosystem mangrove environment , and composing data on composition kind of ecosystem mangrove , and arrange data on index value ecology mangrove . The research is obtained results relative density sorts of crops mangrove type rhizophora apiculata and rhizophora mucronata on the island of pengujan are more higher than in jenislainnya .The relative frequency of sorts of crops mangrove rhizophora mucronatadi dipulau pengujan are more higher than in jenislainnya .The ecosystem diperairan uniformity mangrove island pengujaan can be classified uniformity small environmental parameters ekosiste mangrove dipulau pengujan whether it is temperature , do , ph and salinitas can be grouped in a state of good . Key words: Diversity phytoplankton , excavation sand mining , the mountain village antelope
dengan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, menyebabkan
peningkatan
pembangunan
dan
pemukiman. Hal ini akan menimbulkan tekanan terhadap ekosistem mangrove, dimana pemanfaatannya I. PENDAHULUAN belum
banyak
memperhitungkan
kerugian
yang
berdampak ekologis. Pemanfaatan kawasan pantai tidak A.
Latar Belakang dilakukan
secara
bijaksana
dan
berwawasan
Indonesia merupakan suatu wilayah yang Lingkungan.
Untuk mengurangi kerusakan dan
strategis dimana terdapat wilayah pesisir laut dan pulaumelestarikan fungsi biologis dan ekologis ekosistem pulau kecil yang dimana di dalamnya terdapat hutan mangrove, perlu suatu pendekatan yang rasional keragaman sumber daya alam, baik yang berupa hayati di
dalam
pemanfaatannya,
dengan
melibatkan
(ikan, crustacea, moluska, mangrove, padang lamun, masyarakat di sekitar kawasan dan masyarakat yang terumbu karang, dan sumber hayati lainnya), dan memanfaatkan
kawasan
hutan
mangrove
secara
sumber daya alam non hayati seperti (kandungan langsung(Wiharyanto, 2007). mineral, gas, minyak bumi dan lainnya) Mukhtasor, Desa
Pengujan
memiliki
perairan
yang
(2007). Ekosistem wilayah pantai berkarakter unik dan tergolong cukup bagus dimana di perairan ini masih khas karena merupakan pertemuan antara ekosistem terdapat hutan mangrove, padang lamun, dan algae yang daratan dan ekosistem lautan. Ekosistem wilayah itu tumbuh dengan baik. Ketiga ekosistem ini memiliki memiliki arti strategi karena memiliki potensi kekayaan pengaruh terhadap produktifitas ikan dan biota-biota hayati baik dari segi biologi, ekonomi dimana salah laut, dimana fungsi dari ekosistem mangrove adalah satunya
adalah
ekosistem
mangrove.
Hal
itu sebagai tempat berkembang biak dan tempat mencari
mengakibatkan berbagai pihak ingin memanfaatkan makan bagi biota-biota yang ada di sekitarnya.Kawasan secara maksimal potensi tersebut. ini telah dimanfaatkan masyarakat setempat untuk Beberapa waktu terakhir ini, pemanfaatan
kegiatan tempat mencari ikan, kepiting dan kerang-
hutan dan ekosistem mangrove terus meningkat. Bukan
kerangan yang dipanen langsung dari area hutan
saja dari segi pemanfaatan lahannya, tetapi juga segi
mangrove di Desa Pengujan. Karena itu, diperlukan
pemanfaatan
secara
pengelolaan yang baik agar ada keseimbangan antara
tradisional maupun komersial (Naamin, 1991). Seiring
pemanfaatan dengan daya tampung atau daya pulih.
pohon
mangrovenya,
baik
Pemanfaatan yang berlebihan dan pengelolaan yang
1.
Mendapatkan dan menyusun data tentang kualitas
lemah dapat mengakibatkan terancamnya keberadaan
dan kuantitas perairan di lingkungan ekosistem
hutan mangrove dan efek secara keseluruhan
mangrove,
dapat
mengancam ekosistem lainnya.
2.
Berkaitan hal ini, diperlukan data dasar yang merujuk kepada pengelolaan hutan mangrove. Namun,
Mendapatkan
dan
menyusun
data
tentang
komposisi jenis ekosistem mangrove, 3.
saat ini informasi dan data dasar tentang pengelolaan
Mendapatkan dan menyusun data tentang nilai indeks ekologimangrove.
hutan mangrove di kawasan perairan Desa Pengujan Kecamatan Teluk Bintan masih minim terutama
D.
Manfaat Penelitian
mengenai informasi keanekaragaman jenis dan nilai
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat
indeks ekologi mangrove yang mendiami kawasan
memberikan informasi mengenai kondisi ekosistem
perairan tersebut.
Mangrove yang ada di perairan Desa Pengujan dalam
B.
Perumusan Masalah
bentuk data base, sehingga dapat digunakan sebagai
Hutan mangrove di perairan Desa Pengujan
sumber referensi dasar atau rujukan dalam pengelolaan
mempunyai peran dan fungsi ekologis serta fungsi
hutan mangrove yang ada khususnya di perairan Desa
ekonomis, sehingga potensi sumberdaya ekosistem
Pengujan Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan.
mangrove di perairan Desa Pengujan begitu besar. Oleh
C.
Tujuan Penelitian
karena itu, perlu dilakukanya pegumpulan data dasar 1.
Mendapatkan dan menyusun data tentang
dan informasi untuk pengelolaan hutan mangrove. kualitas dan kuantitas perairan di lingkungan Permasalahannya
adalah
bagaimana
kondisi
keanekaragman jenis ekosistem mangrove dan nilai
ekosistem mangrove,
indeks ekologi ekosistem mangrove yang ada di
2. Mendapatkan dan menyusun data tentang
perairan Desa Pengujan Kecamatan Teluk Bintan?. Hal
komposisi jenis ekosistem mangrove,
inilah yang menarik Penulis untuk melakukan observasi dan pengamatan di perairan Desa Pengujan Kecamatan Teluk Bintan tersebut.
C.
Tujuan Penelitian
Mendapatkan dan menyusun data tentang nilai indeks ekologimangrove
1.
Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
III.
METODE PENELITIAN meliputi konsultasi dengan dosen pembimbing, survei awal kondisi mangrove dilapangan, penentuan lokasi
A. Waktu dan Tempat yang akan dijadikan sebagai stasiun pengambilan Penelitian
ini
akandilakukan
pada
bulan sampel mangrove, pengumpulan referensi dan persiapan
November 2014 sampai Januari 2015 yang terdiri dari peralatan penelitian. identifikasi
jenis,kerapatan
jenis,
frekuensi
jenis,
tutupan mangrove, dan nilai indeks ekologi mangrove, 2.
Penentuan Stasiun Pengamatan
serta pengukuran parameter lingkungan yang meliputi Penentuan
stasiun
mengunakan
metode
suhu, salinitas, pH, DO, di perairan pesisir Pengujan, purposive sampling, metode ini merupakan teknik Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi pengambilan contoh yang digunakan apabila contoh Kepulauan Riau. yang akan diambil mempunyai pertimbangan tertentu dan juga penentuan lokasi penelitian ini secara sengaja B. Alat dan Bahan berdasarkan tingkat kerapatan tutupan mangrove dan C. Metode Pengambilan Data berdasarkan lokasi tempat penelitian yang dianggap Data yang digunakan dalam penelitian ini representatif bagi ekosistem mangrove di kawasan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer perairan Pulau Pengujan. Misalnya berdasarkan jenis, diperoleh melalui observasi pada titik sampling yang usia, ukuran, dan sebagainya (Fachrul, 2007). Setelah sudah ditentukan, semua hasil yang diperoleh ditabulasi melakukan survey awal di lokasi penelitian, dapat dan dianalisis secara deskriftif dalam bentuk tabel dan disimpulkan bahwa pengambilan sampel mangrove gambar. Selanjutnya dataprimer yang diambil langsung untuk memenuhi representatif ekosistem mangrove di dari lapangan, berupa datastudi struktur komunitas dan kawasan perairan Pulau Pengujan diputuskan membagi data pengukuran parameter fisika dan kimia perairan. stasiun pengamatan
menjadi 3 stasiun. Stasiun 1
Data sekunder diperoleh melalui penulusuran berbagai dengan kerapatanmangrove yang padat, sedangkan pustaka dan instansi pemerintah Kabupaten Bintan dan stasiun 2 kerapatan mangrovenya sedang, dan stasiun 3 instansi lainnya yang terkait mengenai pengelolaan dengan kerapatan mangrove yang renggang dan sedikit. ekosistem mangrove dalam bentuk dokumen.
Pada setiap wilayah kajian ditentukan stasiunstasiun
pengamatan
keterwakilan
secarakonseptual
lokasi
kajian.
Pada
berdasarkan
setiap
stasiun
dilakukan pada saat pagi, siang dan sore hari yang dibandingkan dalam tiga kali pengulangan. 2.
pengamatan, tetapkan transek-transek garis dari arah
Salinitas Pengukuran
salinitas
dilakukan
dengan
laut kearah darat (tegak lurus garis pantai sepanjang
menggunakan Refraktrometer dan dilakukan langsung
zonasi hutan mangrove yang terjadi) di daerah intertidal.
pada stasiun pengamatan. Sampel air laut di ambil
Pada setiap zona mangrove yang berada disepanjang
dengan
transek garis, letakkan secara acak
pengamatan refraktrometer nilai yang ditunjukkan
D.
Metode
Pengumpulan
Data
Parameter
pipet
selanjutnya
teteskan
pada
lensa
kemudian dicatat. Pengambilan data salinitas dilakukan pada saat air laut dalam keadaan pasang dan surut,
Perairan Pengumpulan
data
parameter
kimia-fisika
perairan (suhu, salinitas, pH, DO) adalah dengan cara melakukan pengukuran secara langsung di lapangan
pengukuran dilakukan dalam tiga kali pengulangan dengan waktu yang berbeda. 3.
pH (Derajat Keasaman)
menggunakan alat ukur yang dilakukan pada setiap
Pengkuran pH perairan dilakukan pada setiap
stasiun pengamatan, pengamatan untuk (suhu, salinitas,
stasiun pengamatan dengan menggunakan pH meter.
pH, DO) dilakukan pada saat pasang dan pengamatan
Dengan cara mencelupkan ujung tali pH meter kedalam
substrat
Pengamatan
perairan, kemudian melihat hasilnya berupa angka
dilakukan pada bagian dalam, tepi, dan luar hutan
digital yang muncul dilayar. Pengukuran pH dilakukan
mangrove yang bertujuan sebagai perbandingan saja.
pada waktu pasang dan surut dengan tiga kali
1.
pengulangan.
dilakukan
pada
saat
surut.
Suhu Suhu
diukur
dengan
menggunakan 4.
Substrat
Thermometer dilakukan langsung dilapangan pada Sampel substrat diamati pada setiap stasiun stasiun
pengamatan
dengan
cara
mencelupkan dengan cara mengambil substrat dibagian dasar yang
Thermometer kedalam perairan selanjutnya diangkat berada sedikit
sampai
dapat
dibaca
nilai
suhu
didalam
stasiun
pencuplikan
dengan
pada menggunakan sekop, lalu dilakukan pengamatan dan
Thermometer. Nilai yang ditunjukan oleh Thermometer pengukuran butiran secara estimasi menggunakan yang digunakan kemudian dicatat. Pengukuran suhu penggaris dengan tingkat ketelitian 0,5 mm dan juga dilakukan pengamatan visual dengan panduan estimasi
skala Wenworth
(Wenworth, 1992 dalam Mckenzie
Pi
=
Jumlah petak contoh dimana ditemukan
n
dan Yoshida, 2009). Golongan substrat terlampir
Pi spesies i
i 1
dilampiran, sedangkan untuk tambahan substrat yang
= Jumlah total petak contoh yang diamati
ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm termasuk dalam kategori lumpur.
4.
Frekuensi relatif spesies (RFi)
RFi
= Frekuensi relatif spesies = Jumlah frekuensi untuk seluruh spesies
E. Pengolahan dan Analisis Data n
Data primer dan data sekunder yang telah
F
Fi i1
i
= Frekuensi spesies ke-i
diperoleh disajikan dalam bentuk table, skema dan gambar. Untuk mengetahui gambaran kondisi hutan
5.
mangrove baik atau buruknya dicari nilai kerapatan
BA
= π DBH2 : 4 (dalam Cm2)
spesies, kerapatan relatif spesies, frekuensi spesies,
π
= konstanta (3,14)
frekuensi relatif spesies, penutupan spesies, penutupan
DBH
= diameter pohon dari jenis i
relatif spesies menurut Kusmana, C (1997).
A
=
Penutupan Spesies (Ci)
luas area total pengambilan contoh
1.
Kerapatan jenis (Di)
(luas total petak/plot/kuadrat)
Di
= kerapatan spesies i
DBH
ni
= jumlah total individu dari spesies
lingkaran pohon setinggi dada
A
= luas area total pengambilan contoh
= CBH/ π (dalam Cm), DBH adalah
D
Dalam hal ini unit luasan yang digunakan adalah meter persegi (m2).
n
i
i
A
2.
Kerapatan relatif spesies (RDi)
RDi
= Kerapatan relatif spesies
RCi = Penutupan relatif spesies dan luas total area
ni
= Jumlah individu Spesies i
Ci
n i 1
3. Fi
n
i
= Total individu seluruh jenis
6.
Penutupan Relatif Spesies (RCi)
= Luas area penutupan spesies i
n
Ci= Penutupan untuk seluruh spesies i 1
Frekuensi jenis (Fi)
F. Indeks Ekologi Ekosistem Mangrove
= Frekuensi spesies i
RD
n n i
i
100
n
i 1
i
Untuk
melihat
Indeks
Keanekaragaman
Kisaran nilai indeks dominansi berkisar antara
digunakan metode Shannon – Wiener dalam Krebs
0 – 1. Nilai C mendekati 1 maka semakin kecil
(1997) di setiap stasiun yaitu :
keseragaman suatu populasi dan terjadi kecendrungan suatu jenis yang mendominansi populasi tersebut. Kisaran indeks dominansi adalah sebagai berikut :
Dimana H’
00,0
= Dominansi rendah
= indeks keanekaragaman
0,30
= Dominansi sedang
Ni
=jumlah individu jenis ke i
0,60
= Dominansi tinggi
N
= jumlah individu total
Pi
= proporsi frekwensi jenis ke
untuk melihat apakah spesies yang ada disuatu
I terhadap jumlah total
ekosistem berada dalam keadaan seimbang atau tidak,
Dengan nilai H’ : H’< 1
Penghitungan mengenai keseragaman bertujuan
=Keanekaragaman
rendah
dengan
serta bertujuan untuk melihat apakah terjadi persaingan
jumlah individu tidak seragam
pada ekosistem tersebut. Untuk itu dapat dihitung
dan salah satu spesiesnya ada yang
mengacu pada Pielou dalam Krebs (1985), dengan
dominan. 1 ≤ H’≤ 3
=Keragaman sedang dengan jumlah
rumus :
individu tiap spesies tidakseragam tapi tidak ada yang dominan. H’>3
=Keragaman tinggi dengan jumlah individu
setiap
seragamdan
tidak
spesies ada
yang Dimana E
dominan.
=
Indeks
keseragaman
(
Equilibility) jenis Perhitungan Indeks Dominasi digunakan untuk mengetahui
jenis
yang
mendominasi
di
suatu
perairan.Dominansi jenis dihitung menggunakan indeks dominansi Simpson (Odum, 1997, dalam Fachrul 2007)
H’
= Indeks keragaman
Hmaks
= Indeks keragaman
jenis maksimum = Log2 S Apabila nilai E mendekati 1 ( > 0,5 ) berarti keseragaman organisme dalam suatu perairan berada
sebagai berikut :
dalam keadaaan seimbang. Berarti tidak terdapat D= persaingan baik dari faktor tempat ataupun makanan. Tetapi apabila nilai E berada dibawah 0,5 atau
mendekati 0, berarti keseragaman jenis organisme
Pengujan tersebut. Dari tujuh jenis mangrove yang di
dalam perairan tersebut tidak seimbang dan terdapat
temukan pada titik pengamatan, jenis Rhizophora
persaingan baik dari faktor tempat maupun makanan.
apiculata memiliki indeks nilai penting yang tergolong
Indeks ini menunjukan keseragaman biota
sedang, karna berada tidak kurang dari 100 dan tidak
yaitu merata atau tidak. Nilai indeks kemerataan
lebih dari 200. Seperti yang kita ketahui bahwa indeks
berkisar antara 0 - 1 dengan katagori sebagai berikut:
nilai penting tersebut berkisar antara 0 – 300. Namun
E < 0,4 = Keseragaman kecil
nilai jenis Rhizophora apiculata cukup tinggi dari jenis
0,4 ≤ E <0,6
= Keseragaman sedang
lainnya
E ≥ 0,6
= Keseragaman besar
pengambilan sampel di Pulau Pengujan Kecamatan Teluk
IV.
yang
Bintan
ditemukan
yaitu
dalam
sebesar
petakan
194.7029915.
plot
Jenis
Rhizophora apiculata ini dapat dijumpai pada setiap
HASIL DAN PEMBAHASAN
petakan contoh pengangambilan sampel danjumlah Indeks Nilai Penting (INP) dan Kriteria
pohonnya juga paling banyak dari jenis lainnya, begitu
Baku Kerusakan Mangrove
juga dengan nilai dominansinya. Hal ini disebabkan
Indeks Nilai Penting digunakan sebagaidasar
kualitas perairan di Pulau Pengujan Kecamatan Teluk
monitoring ekosistem mangrove, di masa yang akan
Bintan masih dalam keadaan baik-baik saja dan berada
dating untuk melihat perubahan kedudukan ekologi.
pada toleransi untuk kehidupan ekosistem mangrove
Kerusakan mangrove diukur untuk menentukan kondisi
dipesisir.
A.
terkini
ekosistem
mangrove.
Berdasarkan
hasil
Perhitungan indeks nilai penting di atas
penelitian yang dilakukan, diperoleh indeks nilai
menunjukkan kerapatan jenis ekosistem mangrovedi
penting setiap
jenis mangrove dan nilai criteria
Pulau Pengujan termasuk dalam kriteria sedang dan
kerusakan mangrove yang dilihat dari kerapatannya
masih dalam keadaan baik - baik saja. Hal ini dapat
yang disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.
dilihat
Tabel 4. Indeks Nilai Penting ekosistem mangrove di perairan Pulau Pengujan
perhitungan hasil langsung oleh peneliti. Menurut
dari
hasil
pengamatan
dilapangan
dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Sumber : Data Primer (2015) 201 Tahun 2004, tentang criteria baku kerusakan Hasil perhitungan indeks nilai penting pada mangrove bahwa kerapatan atau kelimpahan (ind/ha) tabel di atas sangat jelas bahwa jenis Rhizophora dalam keadaan baik dan tergolong sedang apabila nilai apiculata memiliki nilai yang penting di perairan Pulau
kerapatan berada ≥1000 hingga< 1500 pohon/ha.
caramelakukan pengukuran secara langsung dilapangan
Sedangkan nilai kerapatan ekosistem mangrove di Pulau
menggunakan alat ukur yang dilakukan pada setiap
Pengujan dari tiga stasiun pengamatan diperoleh nilai
stasiun, dan pengamatan dilakukan berdasarkan dengan
sebesar 1259,26 pohon/ha.
kebutuhan data parameter lingkungan yang diperlukan,
a.
baik itu dilakukan pada keadaan air pasang maupun
Indeks Ekologi Mangrove Indeksekologi
yang
surut. Untuk parameter ( Suhu, Salinitas, pH, DO )
dihitungpadapengamatan di perairan Pulau Pengujan
dapat dilakukan pengamatan pada air pasang dan untuk
Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan yaitu indeks
parameter sedimen dapat dilakukan pengamatan pada
keanekaragaman
air
dan
mangrove
indeks
keseragaman.
Hasil
surut,
berdasar
kanpengamatan
parameter
mengenai indeks ekologi mangrove di perairan Pulau
lingkungan yang di lakukanlangsung di perairan Pulau
Pengujan tersaji pada table berikut ini.
Pengujan dapat kita lihat pada tabel 6 di bawah.
Tabel 5. NilaiIndeksEkologi Mangrove di perairan Pulau Pengujan
Tabel 6. Parameter LingkunganEkosistemMangrove di perairanPulauPengujan
Sumber : Data Primer (2015) Sumber : Data Primer (2015) Hasil penghitungan indeks ekologi mangrove Berdasarkan hasil perhitungan suhu di perairan di perairan Pulau Pengujan menunjukkan bahwa nilai pulau pengujan didapati rata-rata 31.57777778 dan dapa keanekaragaman dapat dikatakan rendah dengan jumlah disimpulkan bahwa suhu diperairan tersebut dalam individu yang tidak seragam dana dan suatu spesies keadaan bagus karena berdasarkan dengan KepMen LH yang mendominasi di ekosistem mangrove Pulau No. 51Tahun 2004, tentang Baku Mutu Air laut berkisar Pengujan tersebut .Hal ini dikarenakan hasil nilai indeks dari 28-32 serta dapat menunjang kehidupan biaota keanekaragaman
berkisar
antara
0,241-0,418. dalam kawasan
tersebut
hal
ini
sesuai
dengan
Sedangkan nilai indeks keseragaman ekologi ekosistem dikemukakan (Nybakken, 1992). Perubahan suhu dapat mangrove diperairan Pulau Pengujan dapat dikatakan menjadi isyarat bagi organisme untuk memulai dan kecil karena hasil nilai indeks dari penghitungan nilai mengakhiri berbagai aktivitas .Kehidupan organisme indeks berkisar antara0.152-0.251. dalam suatu ekosistem dipengaruhi oleh faktor fisika tempat hidupnya. B.
Parameter LingkunganEkosistem Oksigen adalah salah satu faktor yang sangat Pengumpulan
data
parameter
kimiapenting untuk menunjang organisme karena berkaitan
fisikaperairan( Suhu, Salinitas, pH, DO ) adalah dengan
erat
dengan
proses
metabolisme
makanan
yang
komsumsi oksigen dalam air menjadi berkurang. Suhu
diperlukan untuk kehidupan organisme itu sendiri.
juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari,
Oksigen terlarut (DO) merupakan suatu nilai yang
pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
menunjukkan banyaknya oksigen yang terkandung
ketinggian geografis dan juga oleh faktor penutupan
dalam setiap liter air laut. Kelarutan oksigen dan gas-gas
oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh ditepi
lainnya diperairan dipengaruhi oleh suhu dan salinitas,
(Barus, 2002).
meningkatnya suhu menyebabkan kandungan oksigen
Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan
bertambah. Bertambahnya kedalaman akan menurunkan
banyaknya kandungan garam-garam mineral yang
kelarutan oksigen (Effendi, 2003). Kisaran oksigen yang
menyusun suatu perairan yang ikut mempengaruhi
bagus untuk bisa menunjang kehidupan suatu ekosistem
kehidupan molusca (gastropoda) pada hutan mangrove.
berkisar antara 3,2-4,5 mg/L. Untuk parameter Oksigen
Hutan mangrove dapat tumbuh pada kisaran salinitas 38
Terlarut (DO) diperairan pulau pengujan didapati
ppt tetapi kisaran optimal untuk pertumbuhan mangrove
dengan hasil 5.044444444 dan dapat digolongkan dalam
adalah 30-37 ppt.(Anonim, 2003) berdasarkan hasil
keadaan baik karena berdasarkan nilai bakumutu air
penelitian yang di dapat di Pulau Pengujan Kabupaten
lautbahwa OksigenTerlarut yang baik berkisa rantara
Bintan salinitas parairan tersebut dengan rata-rata
>5.
27.56666667 dan berdasarkan Dalam
perhitungan
parameter
KepMen LH No.
tersebut
51Tahun 2004, tentang Baku Mutu Air lautsalinitas
DerajatKeasaman (pH) juga dapat mempengaruhi
yang di golongkan dalam keadaan baik itu adalah s/d
keadaan perairan, dan berdasarkan hasil yang didapat
34.
diperairan Pulau Pengujan seperti pada tabel di atas, dapat kita lihat Derajat Keasaman (pH)di perairan tersebut memiliki rata-rata 7.504333333 dan dapat di golongkan dalam pada kulitas perairan yang bagus, karena sesuai dengan nilai baku mutu perairan dikatakan bahwa perairan yang baik itu memiliki Derajat Keasaman (pH) berkisar antara 7-8,5, Kenaikan suhu dapat meningkatkan laju metabolisme air, akibat meningkatnya laju metabolisme akan meningkatkan
Perlunya dilakukan program penyuluhan lebih lanjut ke masyarakat mengenai arti penting dan fungsi hutan mangrove dalam upaya mencegah terjadinya kepunahan hutan mangrove di Perairan Pulau Pengujan Kecamatan V.
Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan
KESIMPULAN DAN SARAN
Riau. 5.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Hasil Penelitian di perairan Pulau Pengujan Kecamatan Arief,
A.2003.
Hutan
Mangrove
(Fungsi
dan
Teluk Bintan Kabupaten Bintan dapat menunjukan Peranannya). Kanisius, Yogyakarta. bahwa Bahwa : Bengen. D.G.2001. Sinopsis Ekosistem Dan Sumber 1.
Kerapatan relatif jenis tumbuhan mangrove Daya Alam Pesisir Dan Laut. Dicetak: Pusat jenis Rhizophora apiculata dan Rhizophora Kajian Sumber Daya Pesisir Dan Lautan mucronatadipulau Pengujan cendrung lebih Institut Pertanian Bogor. tinggi dibanding di jenislainnya. Ellen Tjandra, S.Si & Yosua Rolando, S.Si, 2001
2.
Frekuensi relatif jenis tumbuhan mangrove mengenal hutan mangrove, Bogor, Jawa Barat. jenis
Rhizophora
mucronatadi
dipulau Fachrul. M .F. 2007. Metode Sampling Bioekologi.
Pengujan cendrung lebih tinggi dibanding di Penerbit. Bumi Aksara: Jakarta. jenislainnya. Ir. Arifin Arief, M.P., 2003 hutan mangrove fungsi dan 3.
Tingkat Keseragaman Ekosistem Mangrove manfaat, Yogyakarta. Diperairan Pulau Pengujaan dapat digolongkan Kepmen Lingkungan Hidup Tahun 2004. Tentang Baku dalam keseragaman kecil Mutu air laut.
4.
Parameter lingkungan
Ekosiste Mangrove Kusmana. C. S. Takeda, and H. Watanabe. 1995. Litter
dipulau Pengujan baik itu Suhu, Do,pH dan Production of a Mangrove Forest in East salinitas dapat digolongkan dalam keadaan Sumatera, Indonesia. Prosidings Seminar V: bagus. Ekosistem Mangrove, Jember, 3-6 Agustus 5.2. Saran
1994: 247-265. Kontribusi MAB Indonesia No. 72-LIPI, Jakarta.
Kusmana, dkk , 2003 , Teknik Rehabilitasi Mangrove , Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
M. Ghufran H. Kordi K. 2012, Ekosistem mangrove, PT RINEKA CIPTA, Jakarta Muktasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan laut. Penerbit. PT Pradnya Paramita: Jakarta. Nontji. A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan : Jakarta. Kusumana Cecep, 2011 Manajemen Hutan Mangrove, PT Penerbit IPB press, Kampus IPB Taman Kenvana Bogor. Romimohtarto. Juwana. K. S. 2007. Biologi Laut. Penerbit Djambatan : Jakarta . Wibisono,M.S.2005.Pengantar Ilmu Kelautan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarata.