FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Pada Perusahaan yang Melaksanakan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014) 1
Adinda Solida , Yunilma1, Popi Fauziati1 1
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected] Abstract
The purpose of this study is to demonstrate emirically the effect of variable undewriter reputation, accounting method choice, ownership structure, and the type of industry to level of underpricing shares. The study was conducted on 61 companies which did an IPO on the Stock Exchange in 2010-2014. The result of multiple regresion model for this study found that simultaneous variable underwriter reputation, inventory accounting method, accounting method of depreciation, ownership structure, and the type of industry affect the level of underpricing shares. Partially, only underwriter reputation variables that significantly and negatively affect the level of underpricing shares, while the vaiable accounting methode of inventory, depreciation accounting method, ownership structure, and industry types not significant with a positive coefficient direction the level of underpricing shares. Keyword: Initial Public Offering (IPO), underpricing, underwriter reputation, accounting method choice, owership structure, type of industry. PENDAHULUAN Latar Belakang Initial
(IPO)
perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan.
merupakan kegiatan penawaran saham untuk
Keuntungan yang dapat diperoleh melalui go
pertama kalinya ke masyarakat umum oleh
public bagi emiten menurut Desyanti (2012)
emiten. Desyanti (2012) mengatakan initial
yaitu: (1) Kemudahan meningkatkan modal
public offering = IPO atau penawaran umun
dimasa yang akan datang. Dengan go public
atau go public merupakan surat berharga
maka
yang pertama kali dijual ke publik di jual di
keuangannya
pasar perdana, dan penawaran saham perdana
memudahkan untuk mendapatkan tambahan
merupakan kegiatan yang dilakukan emiten
modal dimasa akan datang, (2) Manfaat
untuk menjual saham baru pada masyarakat
diversifikasi. Perusahaan akan membagi
umum atau investor.
kepemilikan perusahaan pada calon investor,
Melalui
Public
IPO
Offering
secara
harus kontinu,
melaporkan sehingga
akan
dengan membagi kepemilikan maka otomatis
mendapatkan tambahan pendanaan yang
perusahaan juga berbagi risiko dengan
dapat
investor, (3) Meningkatkan likuiditas bagi
digunakan
perusahaan
perusahaan
untuk
kelangsungan
1
pemegang saham. perusahaan yang sudah go
periode 2010-2014 mengalami underpricing
public akan mudah untuk melakukan jual beli
saham hingga 70% yaitu pada perusahaan
saham di pasar modal, dan transaksi yang
MFMI (PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk.)
terjadi antara pelaku pasar modal terhadap
yang merupakan perusahaan yang bergerak
suatu saham akan meningkatkan likuiditas
pada industri other trade, service and
saham
investment ,PT Bank Sinarmas Tbk. (BSIM)
tersebut,
dan
(4)
Nilai
pasar
perusahaan diketahui.
,AGRS (PT Bank Agris Tbk.) dan DNAR
Namun dalam kegiatan IPO, emiten
(PT Bank Dinar Indonesia Tbk). Padahal
atau perusahaan yang akan melakukan IPO
secara teori fenomena underpricing ini dapat
seringkali
mengalami
diminimumkan
underpricing.
Underpricing
fenomena merupakan
yaitu
melalui
Asymetric
Information Theory dan Signaling Theory.
selisih kurang antar harga penawaran saham
Fenomena underpricing tersebut bisa
perdana dengan harga penutupan pada hari
disebabkan oleh banyak faktor yang dapat
pertama di pasar sekunder (Rusmanto dan
mempengaruhi, diantaranya yaitu reputasi
Fransiska,
2012).
underwriter, pemilihan metode akuntansi,
gambaran
fenomena
Berikut
merupakan
underpricing
pada
struktur kepemilikan, dan jenis industri.
perusahaan yang melaksanakan IPO periode
Underwriter atau penjamin emisi berfungsi
tahun 2010-2014 yang mengalami tingkat
sebagai pihak yang membuat kontrak dengan
underpricing saham diatas 50% yaitu:
emiten untuk melakukan penawaran umum
Tabel 1. Fenomena Underpricing di BEI Periode 2010-2014 Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa perusahaan yang melakukan IPO pada tahun No
Kode Perusahaan
IPO Price (Rp) 1 MFMI 200 2 BSIM 150 3 GREN 105 4 ALDO 200 5 SRAJ 120 6 GAMA 105 7 BEST 170 8 NAGA 180 9 VICO 125 10 AGRS 110 11 TARA 106 12 DNAR 110 Sumber: www-bursa.com
Closing Price (Rp) 340 255 178 310 200 178 285 305 219 187 180 187
Initial Return (%) 70 70 69,5 55 66,7 69,5 67,6 69,4 68 70 69,8 70
bagi kepentingan emiten. Pemilihan metode akuntansi diduga dapat mempengaruhi tingkat underpricing saham pada perusahaan yang go public. Dalam menentukan metode pencatatan yang dipilih oleh perusahaan tentunya yang akan menguntungkan
perusahaan
tersebut,
terutama dalam penelitian ini adalah metode penilaian persediaan dan penyusutan aset tetap. Struktur
kepemilikan
atau
perbandingan jumlah saham yang dijual melalui IPO dengan total saham yang telah disetujui (investor lama). Calon investor memiliki akses informasi yang terbatas 2
tentang emiten daripada investor lama, sehingga calon investor akan berpikir bahwa
Landasan Teori dan Hipotesis Asymetric Information
semakin kecil akses informasi atau risiko ketidakpastian, maka tingkat underpricingnya akan semakin besar (Rusmanto dan Fransiska : 2012).
kelompok industri mempunyai karakteristik tertentu yang berbeda dari kelompok industri lain.
Karena
industri
yang
berbeda
mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Kadangkala calon investor IPO secara tidak rasional terlalu optimis terhadap suatu industri tertentu (Junaeni dan Agustian, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris:
underpricing
merupakan
suatu kondisi di mana terdapat informasi yang tidak sama atau seimbang baik antara yang
maupun
pihak
dimiliki lain
oleh
manajer
misalnya
investor
(Junaeni dan Agustian, 2013). Model Baron (1982)
menawarkan
informasi
yang
hipotesis
menjelaskan
asimetri perbedaan
informasi yang dimiliki oleh pihak – pihak yang terlibat dalam penawaran perdana yaitu emiten, penjamin emisi, dan masyarakat pemodal. Model ini juga dikenal sebagai monopoly
power
investment
banker
hypothesis,
yang
menjelaskan
bahwa
penjamin
emisi
(underwriter)
memiliki
informasi tentang pasar yang lebih lengkap
1. Pengaruh reputasi underwriter terhadap tingkat
Asymetric Information
informasi
Terkait variabel jenis industri, setiap
Pengembangan
saham
pada
perusahaan yang melakukan IPO di BEI
daripada emiten, sedangkan terhadap calon investor, penjamin emisi memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten.
periode 2010-2014. 2. Pengaruh pemilihan metode akuntansi
Signaling Theory Teori
terhadap tingkat underpricing saham pada
sinyal
digunakan
untuk
perusahaan yang melakukan IPO di BEI
menjelaskan bahwa pada dasarnya suatu
periode 2010-2014.
informasi dimanfaatkan perusahaan untuk
3. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap tingkat
underpricing
saham
pada
memberi sinyal positif maupun negatif kepada
pemakainya
Oleh
karena
dan
perusahaan yang melakukan IPO di BEI
Hudiwinarsih,
periode 2010-2014.
perusahaan yang baik akan memberikan
4. Pengaruh jenis industri terhadap tingkat
2013).
(Ratnasari
itu
sinyal terkait dengan prospek perusahaannya
underpricing saham pada perusahaan yang
di
masa
depan
melalui
melakukan IPO di BEI periode 2010-
Meskipun
2014.
penawaran perdana, namun melalui itu
mengalami
underpricing.
kerugian
pada
3
diharapkan underpricing menjadi sinyal yang
Semakin tinggi reputasi underwriter,
ampuh bagi investor dan selanjutnya dapat
maka
akan
semakin
menutupi kerugian melalui kenerjanya di
underpricing saham perusahaan yang IPO.
masa yang akan datang. Sebaliknya pada
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
perusahaan yang kurang baik, mereka tidak
Junaeni dan Agustian (2013) menyimpulkan
akan memberikan sinyal kembali karena
bahwa reputasi underwriter berpengaruh
mengetahui bahwa mereka tidak akan dapat
signifikan
mengganti kerugian yang timbul akibat
dengan arah negatif. Hasil penelitian Astuti
underpricing (Alteza, 2010).
dan Syahyunan (2013) menunjukkan variabel
terhadap
rendah
tingkat
underpricing
saham
reputasi underwriter berpengaruh negatif dan Underpricing Underpricing
signifikan terhadap underpricing saham. merupakan
selisih
kurang antara harga saham ketika melakukan penawaran perdana (IPO) dengan harga penutupan saham pada hari pertama ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Menurut Astuti dan Syahyunan (2013) underpicing terjadi ketika harga saham pada pasar perdana (IPO) lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama. Selisih inilah yang dikenal
Rusmanto dan Fransiska (2012) menyatakan reputasi
underwriter
tidak
berpengaruh
terhadap underpricing saham. Lestari et al. (2015)
menyimpulkan
variabel
reputasi
underwriter berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap underpricing. Oleh sebab itu, hipotesis pertama yang disimpulkan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H1: Reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing saham.
sebagai Initial Return (IR). Fenomena underpricing ini terjadi di setiap negara yang memiliki pasar modal,
Pemilihan Metode Akuntansi Penilaian Persediaan
meskipun tingkat underpricing bervariasi
Terkait persediaan, PSAK No. 14 per
dari satu negara ke negara lain. Secara
1 Juni 2012 selain mendefinisikan persediaan
umum, negara-negara dengan pasar modal
juga menyatakan bahwa perusahaan dapat
yang sudah maju mengalami underpricing
menggunakan metode FIFO (First in First
yang lebih moderat dibandingkan pasar-pasar
Out)
berkembang (Ross et al., 2009).
menghitung
atau
rata-rata
tertimbang
persediaannya.
dalam
Pemilihan
penggunaan metode biaya persediaan yang berbeda akan menghasilkan jumlah yang Reputasi Underwriter
berbeda untuk persediaan akhir, harga pokok
4
penjualan
untuk
periode
tertentu
dan
laba/rugi untuk periode tertentu.
perusahaan perlu mempertimbangkan bahwa biaya pemeliharaan dan perbaikan aset tetap
Berdasarkan penelitian sebelumnya
akan
cenderung
sejalan
aset
Metode
Neil et al. (1995) menyatakan perusahaan
bertambahnya
yang menggunakan metode persediaan FIFO
penyusutan yang digunakan pada penelitian
akan menghasilkan tingkat underpricing
ini yaitu metode garis lurus dan metode saldo
yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan
menurun.
yang menggunakan metode persediaan LIFO.
usia
meningkat
Berdasarkan
hasil
sebelumnya
metode
tidak
menyimpulkan metode akuntansi penyusutan
terhadap
garis lurus mengalami underpricing yang
(2003)
lebih besar dibandingkan penyusutan saldo
menyimpulkan bahwa pada perusahaan yang
menurun. Hasil Penelitian Dwimulyani dan
menggunakan metode penilaian persediaan
Arius (2006) menyatakan bahwa pemilihan
FIFO akan tifak menghasilkan tingkat
metode akuntansi persediaan tidak terdapat
underpricing yang lebih tinggi dibandingkan
pengaruh terhadap underpricing. Oleh sebab
dengan
perusahaan
itu, hipotesis ketiga yang disimpulkan pada
metode
penilaian
berpengaruh underpricing.
persediaan
signifikan Ali
dan
Hartono
yang
menggunakan
persediaan
rata-rata
(weighted average method). Oleh sebab itu
Neil
et
penelitian
Rusmanto dan Fransiska (2013) menyatakan akuntansi
oleh
tetap.
al.
(1995)
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H3: Metode
akuntansi
hipotesis kedua yang disimpulkan pada
berpengaruh
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
underpricing saham.
penyusutan
terhadap
tingkat
H2: Pemilihan metode akuntansi persediaan berpengaruh
terhadap
underpricing
Struktur Kepemilikan Struktur
saham.
kepemilikan
atau
perbandingan jumlah saham yang dijual Pemilihan Metode Akuntansi Penyusutan Aset Tetap PSAK No. 16 per 1 Juni 2012 menjelaskan
bahwa
penyusutan
dapat
disetujui (investor lama) diduga memiliki pengaruh
positif
terhadap
tingkat
metode
underpricing saham karena semakin besar
untuk
persentase porporsi saham yang ditawarkan
mengalokasikan jumlah yang disusutkan
oleh pemilik lama, maka semakin besar
secara sistematis dari suatu umur
manfaatnya.
penyusutan
aset
tetap
berbagai
melalui IPO dengan total saham yang telah
digunakan
aset
selama
informasi
Pemilihan
metode
pemegang lama, sehingga semakin tingginya
digunakan
asimetri informasi bagi calon investor dan
yang
privat
yang
dimiliki
oleh
5
semakin
tingginya
initial
return
atau
underpricing ketika IPO.
pada jenis indutri barang konsumen memiliki underpricing yang lebih kecil dibandingkan
Berdasarkan penelitian Yeh et al.
dengan
industri
lainnya.
Sedangkan
(2008) dalam penelitiannya pada perusahaan-
penelitian oleh Junaeni dan Agustian (2013)
perusahaan yang melakukan IPO di Taiwan
menyatakan pengelompokan jenis industri
menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan
tidak
berkorelasi negatif dengan IPO underpricing.
underpricing. Oleh sebab itu hipotesis kelima
Sedangkan
yang
Elston
menyimpulkan
dan
Yang
bahwa
(2010)
kepemilikan
berpengaruh terhadap underpricing saham pada perusahaan IPO di Jerman. Oleh sebab
berpengaruh
disimpulkan
terhadap
pada
IPO
penelitian
ini
dirumuskan sebagai berikut: H5: Jenis industri bepengaruh terhadap tingkat underpricing saham.
itu hipotesis keempat yang disimpulkan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H4:
Struktur
kepemilikan
berpengaruh
terhadap tingkat underpricing saham.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data kuantitatif berasal dari laporan
Jenis Industri
keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh
Setiap kelompok industri mempunyai
perusahaan yang melakukan Initial Public
karakteristik tertentu yang berbeda dari
Offering (IPO) yang terdaftar di Bursa Efek
kelompok industri lain. Oleh karena itu jenis
Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014.
industri berkorelasi positif dan signifikan
Populasi dalam penelitian ini adalah
terhadap underpricing saham. Semakin tinggi
124 perusahaan yang listing di BEI periode
risiko suatu industri maka semakin tinggi
2010-2014. Sampel dipilih dengan metode
ketidakpastian harga saham ketika IPO
purposive sampling dengan kriteria sebagai
sehingga meningkatkan underpricing saham,
berikut:
dan sebaliknya semakin rendah risiko suatu
1) Perusahaan yang melakukan penawaran
industri maka semakin rendah ketidakpastian
saham perdana (IPO) di BEI selama
harga
periode 2010-2014,
saham
ketika
IPO
dan
tingkat
underpricing saham akan semakin kecil.
2) Perusahaan yang mengalami underpricing
Berdasarkan penelitian Yolana dan
pada periode tersebut, yaitu perusahaan
Martani (2005) menyimpulkan variabel jenis
yang harga penawaran saham pada saat
industri
berpengaruh
underpricing
saham,
terhadap
tingkat
IPO lebih rendah dibandingkan dengan
dimana
dengan
harganya
pengelompokkan jenis industri, perusahaan
saat
penutupan
di
pasar
sekunder hari pertama, 6
3) Tidak termasuk kelompok perusahaan perbankan,
lembaga
keuangan
dan
sejenisnya
oleh Junaeni dan Agustian (2013) yaitu dinilai secara dummy, dengan memberikan
4) Menerbitkan laporan keuangan sebelum tanggal
underwriter sama seperti yang dilakukan
listing
sampai
dengan
31
Desember 2014.
nilai 1 untuk nama penjamin emisi di Indonesia yang masuk dalam 5 besar top underwriter menurut Bloomberg dan nilai 0
5) Data yang diperlukan dalam penelitian tersedia
untuk penjamin emisi yang tidak masuk 5 besar.
Dalam proses penelitian, variabel
Pengukuran
variabel
pemilihan
yang digunakan yaitu variabel terikat dan
metode akuntansi sama dengan metode
variabel
pada
pengukuran yang dialkukan oleh Rusmanto
penelitian ini adalah tingkat underpricing
dan Fransiska (2012), metode akuntansi
saham yang diukur dengan initial retur
penilaian persediaan dinilai secara dummy,
saham, yaitu selisih antara harga penawaran
dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan
umum
yang
bebas.
Variabel
(offering
price)
terikat
dengan
harga
menggunakan
metode
penilaian
penutupan di pasar sekunder pada hari
persedian FIFO dan memberikan nilai 0 jika
pertama (closing price) dikali dengan 100%
perusahaan metode penilaian persediaan rata-
dan dibagi dengan harga penawaran umum
rata
(Junaeni
penyusutan aset tetap juga dinilai secara
dan
Agustian,
2013).
Secara
matematis dapat ditulis yaitu:
tertimbang.
dummy, dengan memberikan perusahaan
( )
penyusutan
hari pertamadi pasar sekunder) OP = Offering Price (Harga penawaran umum)
garis
ini
yaitu:
reputasi
underwriter, pemilihan metode akuntansi persediaan,
metode
akuntansi
penyusutan struktur kepemilikan, dan jenis industri.
lurus.
metode
metode
dan
0
penyusutan
bila saldo
Struktur
kepemilikan
(ownership
structure) diukur dengan cara mencari persentase jumlah saham yang dipertahankan pada saat perusahaan melakukan IPO. Rumus
Variabel bebas (variabel independen)
penilaian
nilai 1 jika
menurun.
CP = Closing Price (Harga penutupan pada
penelitian
akuntansi
menggunakan
menggunakan Keterangan:
pada
Metode
Pengukuran
variabel
reputasi
yang digunakan sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmanto dan Fransiska (2012) yaitu: SK = 100% - (SHM_IPO / TOT_SHM IPO x 100%) Keterangan: 7
SK
= Struktur Kepemilikan
SHM_IPO
= Jumlah lembar saham yang ditawarkan
pada
perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh,
saat
maka seluruh perusahaan yang melakukan
melakukan
IPO di BEI pada periode 2010-2014 yaitu
IPO
sebanyak
TOT_SHM IPO = Jumlah total saham yang telah
disahkan
oleh
perusahaan
yang
perusahaan
dan
sampel
sebanyak 61 data perusahaan. Sehingga secara umum proses pengumpulan sampel pada penelitian ini sebagai berikut:
Jenis industri merupakan variabel dummy,
124
dimaksudkan
untuk
Tabel 2. Hasil Penentuan Sampel No
Keterangan
Jumlah
menunjukkan apakah tingkat underpriced perusahaan industri manufaktur berbeda
%
Perusahaan 1
Perusahaan melakukan
dengan industri non manufaktur (Junaeni dan
yang IPO
124
100
(21)
16,94
(22)
17,74
(20)
16,13
61
49,19
periode
tahun 2010-2014
Agustian, 2013). Untuk pengukuran variabel
Perusahaan
yang
ini yaitu, untuk perusahaan yang termasuk
mengalami
underpricing
jenis indutri manufaktur diberi nilai 1,
ketika IPO
2
3
tidak
Perusahaan yang termasuk
sedangkan untuk perusahaan yang termasuk
kelompok
kepada jenis industri non manufaktur diberi
perbankan,
nilai 0.
keuangan dan sejenisnya 4
Penelitian ini menggunakan model regresi
linear
berganda
besarnya
pengaruh
saham
terhadap
untuk
tingkat
menguji
underpricing
variabel
reputasi
underwriter, pemilihan metode akuntansi, struktur kepemilikan, dan jenis industri. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu, pertama analisis statistik deskriptif, selanjutnya melakukan uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Untuk menguji hipotesis
perusahaan lembaga
Perusahaan yang datanya tidak tersedia TOTAL
Sumber: www.idx.co.id dan www.e-bursa.com
Setelah semua data dan informasi yang dibutuhkan tersedia, maka proses pengolahan data dapat dilakukan. Proses pengolahan
data
dilakukan
dengan
menggunakan program SPSS21. Berdasarkan pengolahan data
yang telah dilakukan,
sampel penelitian selama periode tahun 2010-2014 secara statistik deskriptif dapat disajikan sebagai berikut:
yaitu diukur menggunakan uji R2, uji F, dan uji t.
8
yang mengalami underpricing yaitu 0,00 dan
Tabel 3. Statistik Deskriptif Frekuensi
tingkat underpricing tertinggi yaitu 0,70 atau
Variabel Frequency % Underwriter non 5 top underwriter 42 68,9 5 top underwriter 19 31,1 Metode Akuntansi Persediaan: FIFO 16 26,2 Rata-rata Tertimbang 45 73,8 Metode Akuntansi Penyusutan: Garis Lurus 4 6,6 Saldo Menurun 57 93,4 Jenis Industri Manufaktur 43 70,5 Non Manufaktur 18 29,5 Sumber: Data diolah menggunakan SPSS21
70% dengan rata-rata 0,2341. Sedangkan nilai terendah variabel struktur kepemilikan yaitu -0,51 dan angka tertinggi yaitu 0,91 dengan rata-rata 0,6536. Uji Asumsi Klasik Uji normalitas; digunakan untuk menguji apakah
dalam
model
regresi,
variabel
Berdasarkan tabel 3. dapat diliihat bahwa
pengganggu atau residual memiliki distribusi
dari 61 sampel perusahaan, terdapat 19
normal (Ghozali, 2013). Pada penelitian ini
perusahaan yang menggunakan penjamin
untuk menguji normalitas menggunakan
emisi yang termasuk 5 top underwriter dan
Kolmogorov-Smirnov test dengan tingkat
16 perusahaan yang menggunakan metode
signifikansi 0,05 yaitu sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Normalitas
FIFO untuk menilai persediaannya, serta 45 perusahaan lainnya menggunakan metode rata-rata tertimbang. Sementara pada variabel metode penyusutan aset tetap, terdapat 4 perusahaan yang menggunakan metode garis lurus dan 57 perusahaan yang menggunakan metode saldo menurun ganda. Dari 61 data
Variabel
N
Kolmogorov- Asymp. Sig. Smirnov Z (2-tailed) 61 1,178 0,125 61 3,406 0,00
SqrtUnderpricing Reputasi Underwriter MA Persediaan 61 3,597 0,00 MA Penyusutan 61 4,202 0,00 Struktur Kepemilikan 61 1,149 0,143 Jenis Industri 61 3,471 0,00 Sumber: Data diolah menggunakan SPSS21
perusahaan yang menjadi sampel tersebut, 43
Berdasarkan tabel 5. variabel yang
diantaranya merupakan perusahaan yang
terdistribusi normal yaitu variabel tingkat
tergolong
underpricing
industri
manufaktur
dan
18
saham
dan
struktur
perusahaan lainnya bergerak pada industri
kepemilikan, sedangkan variabel reputasi
non manufaktur.
underwriter, metode akuntansi persediaan,
Tabel 4. Statistik Deskriptif
metode akuntansi penyusutan, dan jenis industri tidak terdistribusi normal karena
Variabel N Min Max Mean Underpricing 61 0,00 0,70 0,2341 Struktur 61 -,50 0,91 0,6536 Kepemilikan Sumber: Data diolah menggunakan SPSS21
Tabel 4. menjelaskan bahwa dari 61 sampel penelitian, nilai terendah perusahaan
varibel-variabel tersebut merupakan variabel dummy. Uji
Multikolinieritas;
bertujuan
untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi
antar
variabel
bebas 9
(Ghozali,2013). Uji moltikolinieritas dapat
Berdasarkan dada tabel 7. bahwa
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance
dalam model regresi liniear tidak terjadi
dan VIF, apabila nilai Tolerance < 0,10 atau
autokorelasi karena nilai du < d < 4 – du.
nilai VIF > 10, maka disimpulkan bahwa
Uji Heterokedastisitas; bertujuan untuk
terdapat
gejala
multikolinieritas
menguji
variabel
bebas
pada
antar
penelitian
apakah
model
regresi
terjadi
dan
ketidaksamaan variance dari residual atau
sebaliknya. Hasil uji multikolonieritas pada
pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali,
penelitian ini adalah sebagai berikut:
2013).
Untuk
mendeteksi
terjadinya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
Tabel 6. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF Reputasi Underwriter 0,930 1,075 MA Persediaan 0,822 1,216 MA Penyusutan 0,837 1,194 Struktur Kepemilikan 0,830 1,206 Jenis Industri 0,969 1,032 Sumber: Data diolah menggunakan SPSS21
melihat grafik scatterplot, yaitu sebagai berikut: Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pada tabel 6. dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel bebas pada penelitian ini memiliki
nilai
VIF<10,
sehingga
dapatdisimpulkan bahwa data bebas dari gejala multikolinieritas. Uji Autokorelasi; bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada perode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2013). Untuk
pengujian
Autokorelasi
pada
penelitian ini menggunakan uji DurbinWatson
(DW
test).
Hasil
pengujian
autokorelasi adalah sebagai berikut: Tabel 7. Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Du 4-du 2,124 1,7671 2,2329 Sumber: Data diolah menggunakan SPSS21
Sumber: Data diolah menggunakan SPSS21
Berdasarkan grafik scatterplot pada gambar 1. terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa didalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Analisis Data Uji R2, bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji R2 pada penelitian ini yaitu:
10
Berdasarkan tabel 9. dapat dilihat
Tabel 8. Hasil Uji R2 Model
bahwa hanya variabel reputasi underwriter
R
R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 1 ,464a ,216 ,144 ,20585 Sumber: Data diolah menggunakan SPSS21
Pada tabel 8. dapat dilihat bahwa nilai R Square sebesar 0,216 yang artinya bahwa kontribusi variabel reputasi underwriter, metode
akuntansi
persediaan,
metode
akuntansi penyusutan, struktur kepemilikan, dan jenis industri dalam mempengaruhi tingkat underpricing saham yaitu sebesar 21,6% dan sisa 88,4 % dipengaruhi oleh
Uji t, menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara dalam
terhadap tingkat underpricing saham dengan tingkat signifikansi 0,001. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Tingkat Underpricing dengan Uji t Dapat disimpulkan bahwa: Reputasi Underwriter, Berdasarkan hasil pengujian
diketahui
underwiter
bahwa
berpengaruh
reputasi
negatif
dan
signifikan terhadap underpricing saham pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI
faktor-faktor lainnya.
individual
yang berpengaruh signifikan dan negatif
menerangkan
variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013). Tabel. 9 Hasil Uji t Varibel
B Sig. (Constant) ,203 ,201 Reputasi Underwriter -,206 ,001 MA Persediaan ,082 ,221 MA Penyusutan ,162 ,169 Struktur Kepemilikan ,181 ,141 Jenis Industri ,002 ,967 Sumber: Data diolah menggunakan SPSS21
Y = 0,203 – 0,206X1 + 0,082X2 + 0,162X3 + 0,181X4 + 0,02X5
karena memiliki besaran koefisien regresinya -0,206 dan signifikan 0,001. Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu Junaeni dan Agustian (2013), Astuti dan syahyunan
(2013)
dan
Ratnasari
dan
Hudiwinarsih (2013). Dalam melakukan pembelian saham perdana yang ditawarkan oleh emiten, calon investor tentunya akan mempertimbangkan dengan siapa emitennya dijamin, apakah oleh underwriter-nya yang memiliki reputasi yang baik atau tidak. Semakin rendahnya nilai underpricing
menunjukkan
semakin
Dimana:
akuratnya harga IPO yang telah ditetapkan
Y = Tingkat Underpricing saham
oleh underwriter, artinya kesalahan estimasi
X1 = Reputasi Underwriter
dalam menetapkan harga IPO menjadi
X2 = Metode Akuntansi Persediaan
semakin
X3 = Metode Akuntansi Penyusutan
underwriter yang bagus, IPO diharapkan
X4 = Struktur Kepemilikan
berjalan dengan lancar dan underpricing
X5 = Jenis Industri
dapat diminimalisir.
berkurang.
Dengan
reputasi
11
Underwriter yang bereputasi baik
yang
dapat
secara
persediaan FIFO akan menghasilkan tingkat
profesional dan memberikan pelayanan yang
underpricing yang lebih tinggi dibandingkan
lebih baik kepada investor karena lebih
dengan
perusahaan
mengathui
metode
penilaian
akan
mengorganisir
kondisi
pasar
IPO
dan
lebih
berpengalaman dalam membantu emiten ketika
proses
IPO.
Oleh
karena
itu
menggunakan
metode
yang
penilaian
menggunakan
persediaan
rata-rata
(weighted average method). Pemilihan Metode Akuntansi Penyusutan
underwiter yang bereputasi bagus tidak
Aset Tetap, secara parsial pemilihan metode
mematok harga yang rendah pada saham
akuntansi penyusutan tidak berpengaruh
IPO, sehingga underpricing akan dapat
terhadap tingkat underpricing saham pada
diminimalisir (Ratnasari dan Hudiwinarsih,
perusahaan IPO di BEI periode tahun 2010-
2013).
2014. Variabel ini mempunyai koefisien
Pemilihan Metode Akuntansi Penilaian
positif dan tidak signifikan karena besaran
Persediaan, Berdasarkan hasil uji diketahui
koefisien regresinya 0,181 dan signifikan
bahwa pemilihan metode akuntansi penilaian
0,141 (lebih besar dari 0,05).
persediaan
tidak
terhadap
Hasil pengujian ini konsisten dengan
underpricing saham karena besaran regresi
penelitian sebelumnya yaitu Dwimulyani dan
variabel metode akuntansi persediaan yaitu
Arius (2006) pada perusahaan yang IPO di
0,082 dan signifikan 0,221 (lebih besar dari
BEI periode 2000-2003 yang menyatakan
0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan
bahwa
penelitian Rusmanto dan Fransiska (2013)
persediaan tidak terdapat pengaruh terhadap
menyatakan metode akuntansi persediaan
underpricing. Hasil ini juga sejalan dengan
tidak
penelitian Rusmanto dan Fransiska (2013)
berpengaruh
berpengaruh
signifikan
terhadap
underpricing.
pemilihan
akuntansi
yang menyimpulkan tidak terdapat pengaruh
Begitupun juga dengan penelitian
yang signifikan pada pemilihan metode
Dwimulyani dan Arius (2006) menyatakan
akuntansi
tidak
underpricing.
terdapat
metode
perbedaan
rata-rata
penyusutan
terhadap
IPO
underpricing yang signifikan yang dihasilkan
Struktur Kepemilikan, secara parsial tidak
oleh metode penilaian persediaan yaitu
berpengaruh terhadap tingkat underpricing
metode FIFO maupun rata-rata tertimbang
saham. Hasil pengujian ini konsisten dengan
(weighted average method). Hasil penelitian
penelitian sebelumnya yaitu Elston dan Yang
lainnya yaitu Ali dan Hartono (2003) yang
(2010) belum berhasil membuktikan bahwa
tidak berhasil membuktikan pada perusahaan
struktur kepemilikan berpengaruh terhadap 12
underpricing saham pada perusahaan IPO di
variabel pemilihan metode akuntansi,
Jerman. Penelitian lainnya yaitu Rusmanto
struktur kepemilikan, dan jenis industri.
dan Fransiska (2012) yang menyimpulkan
tidak
bahwa
underpricing saham.
struktur
kepemilikan
tidak
berpengaruh
terhadap
tingkat
berpengaruh terhadap underpricing saham
3. Reputasi underwriter berpengaruh secara
pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI
negatif terhadap tingkat underpricing
pada periode 2001-2010.
saham,
Jenis Industri, Berdasarkan hasil pengujian
underwriter, maka semakin rendah tingkat
diketahui bahwa secara parsial variabel jenis
underpricing yang dialami emiten.
semakin
industri yang dibagi menjadi dua dalam
Keterbatasan Penelitian
penelitian ini yaitu industri manufaktur dan
1. Penelitian
ini
tinggi
hanya
reputasi
terbatas
pada
industri non manufaktur memiliki koefisien
perusahaan yang melakukan IPO periode
regresi positif dan tidak signifikan dengan
tahun 2010-2014
besaran koefisien regresi yaitu 0,002 dan
2. Secara parsial penelitian ini belum dapat
signifikan 0,967 (lebih besar dari 0,05). Oleh
membuktikan
karena itu disimpulkan variabel jenis industri
pemilihan metode akuntansi persediaan,
tidak
tingkat
pemilihan metode akuntansi penyusutan,
underpricng saham. Hasil pengujian ini
struktur kepemilikan dan jenis industri
sejalan
terhadap tingkat underpricing saham IPO
berpengaruh
dengan
terhadap
penelitian
Junaeni
dan
Agustian (2013) yang menyimpulkan bahwa
3. Peneliti
hanya
pengaruh
variabel
mengelompokan
jenis
pengelompokan jenis industri berpengaruh
industri menjadi dua kelompok yaitu
positif dan tidak signifikan terhadap IPO
industri manufaktur dan nonmanufaktur Saran Penelitian
underpricing.
1. Peneliti dimasa mendatang disarankan PENUTUP
untuk memperpanjang periode penelitian,
Kesimpulan 1. Secara
karena semakin panjang periode penelitian simultan
variabel
reputasi
underwriter, pemilihan metode akuntansi, struktur kepemilikan, dan jenis industri berpengaruh
terhadap
tingkat
underpricing saham 2. Secara parsial hanya variabel reputasi underwriter yang berpengaruh terhadap
akan
menunjukkan
siklus
perubahan
kondisi perekonomian yang lebih luas yang akan memberikan keakuratan dan ketepatan hasil penelitian. 2. Peneliti dimasa mendatang disarankan untuk menggunakan faktor-faktor lain yang
dapat
mempengaruhi
tingkat
tingkat underpricing saham, sedangkan 13
undepricing saham IPO. Seperti faktor internal perusahaan yaitu kualitas kinerja perusahaan, corporate governance dan lain lain, serta faktor eksternal perusahaan seperti industri
ekonomi dan
perpengaruh
makro,
lainnya
lingkungan yang
terhadap
dapat
underpricing
saham. 3. Peneliti dimasa mendatang diharapkan untuk mengelompokkan jenis indutri lebih spesifik karena karesteristik yang berbeda dan
akan
underpricing
mempengaruhi saham
yang
tingkat berbeda.
Misalnya industri manufaktur yang dibagi lagi menjadi perusahaan industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi, dan aneka industri. Sedangkan perusahaan non manufaktur dibagi lagi menjadi industri pertanian dan pertambangan. DAFTAR PUSTAKA Ali, Syaiful, dan Hartono, Jogiyanto. 2003. Pengaruh Pemilahan Metode Akuntansi terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 6: 41-53. Alteza, Muniya. 2010. Underpricing Saham Perdana: Suatu Tinjauan Kritis. Jurnal Manajemen, Vol.9, No.2. Astuti dan Syahyunan, 2013. Pengaruh Variabel Keuangan dan Non Keuanagan terhadap Underpricing pada Saham Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. Media Informasi Manajemen, Vol.1, No.4. Desyanti, Rika. 2012. Teori Investasi dan Portofolio. Padang: Penerbit Bung Hatta University Press
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2012. Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012: PSAK No. 14 dan 16. Jakarta: Penerbit Ikatan Akuntans Indonesia Dwimulyani dan Arius, 2006. Analisis Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi terhadap Underpricing saham Perdana. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, Vol.1, No.2 : 103117. E-Bursa. 2016. IDX IPO Stocks Performance. http://www.ebursa.com. Diakses tanggal 18Februari 2016. Elston, J.A. dan Yang, J.J. 2010. Venture capital, ownership structure, accounting standards and IPO underpricing: Evidence from Germany. Journal of Economics and Business. 62: 517-536. Finance, Yahoo. 2015. Clossing Price Perusahaan yang IPO Tahun 20102014. http://www.Finance.yahoo.com. Diakses tanggal 26 September 2015 Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Idx. 2015. Laporan Keuangan Tahunan. http://www.idx.co.id. Diakses Tanggal 26 September 2015 Junaeni dan Agustian, 2013. Analisis FaktorFaktor yang Memepngaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offerring di BEI. Jurnal Ilmiah WIDYA, Vol.1, No.1, MeiJuni Lestari et al., 2015. Analisis Faktor-Faktor yang memepengarihi Underpricing Saham pada Penawaran Umum Perdana di BEI Periode 2012-2014 (Studi pada Perusahaan yang Melaksanakan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol.25, No.1, Agustus 14
Lind et al. 2014. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Empat. Martani, Dwi et al. 2012. Pengantar Akuntansi Menengah Berbasis PSAK. Edisi Satu. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Neil, J. D. et al. 1995. Accounting Method Choice and IPO Valuation. Accounting Horizons. 9 (3): 68-80. Ratnasari dan Hudiwinarsih, 2013. Analisis Pengaruh Informasi Keuangan, Non Keuangan Serta Ekonomi Makro terhadap Underpricing pada Perusahaan ketika IPO. Jurnal Buletin studi Ekonomi, Vol.18, No.2, Agustus Rusmanto dan Fransiska, 2012. Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi, Auditor, Underwriter, dan Kepemilikan terhadap Tingkat Underpricing Saham. Trikonomika, Vol.11, No.2, Desember Sekaran, Uma. 2014. Research Methods for Business. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Yeh, Y. H., Shu, P. G. and Guo, R. G. 2008. Ownership Structure and IPO Valuation-Evidence from Taiwan. Financial Management, 37 (1): 141161.
15