FRAKSI ETANOL 96% BUI KORO BENGUK ( Mucuna pruriens L. ) SEBAGAI PENINGKAT KUALITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus) The 96% Ethanol Fraction Seed of "Koro Benguk" (Mucuna Pruriens L) to Enhance The Quality Of Spermatozoa Of Mice (Mus Musculus) Sri Winarni1, Rina Judiwati2, Bambang Prajogo3, Alfiah Hayati4 'Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 2 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 3 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 4 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Email:
[email protected]
Abstract Background:The examination of sperm quality is the main priority for infertility diagnosis. Based on previous study with mice, active ingredient of Mucuna pruriens L. or koro benguk (Papilionaceae), the Ldopa, mav affect the quality of spermatozoa. Objective: Research was to study the effect of 96% ethanol fraction Mucuna pruriens seed on spermatozoa quality of mice exposed to 2-Methoxy ethanol. L-dopa in 96% ethanol fraction of M. pruriens seed was 14.7%. Methode: This was an experimental study using complete randomized design. Subjects were BALB/C mice (Mus musculus). Five groups served as control, 3 groups received subcutaneos injection of2-ME as much as 100 mg/kg.bw/day for 12 days, followed with 96% ethanol fraction Mucuna pruriens seed starting from 14 mg/kg.bw/day, 28 mg/kg.bw/day, and 56 mg/kg.bw/day for 51 days. Result: The 96% ethanol fraction of Mucuna pruriens seeds are significant increase motility (p<0,01) and the percentage of normal spermatozoa morphology (p= 0,042). Conclusion: 96% ethanol fraction of Mucuna pruriens seeds are able to increase motility and the percentage of normal spermatozoa morphology in mice exposed to 2-ME. Keywords: Mucuna pruriens L., L-dopa, mouse spermatozoa
Abstrak Latar belakang: Pemeriksaan kualitas spermatozoa (sperma analisa) merupakan penentu pertama diagnosa infertilitas. Berdasarkan penelitian pada mencit, bahan aktif dari Mucuna pruriens L, atau koro benguk (Papilionaceae) yaitu L-dopa dapat meningkatkan kualitas spermatozoa. Tujuan: Mempelajari pengaruh fraksi etanol 96% biji Mucuna pruriens terhadap kualitas spermatozoa mencit yang terpapar 2-Metoksietanol. L-dopa yang terdapat pada fraksi etanol 96% biji M. pruriens L. = 14,7%.
Metode: Penelitian bersifat eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Subjek adalah mencit (Mus musculus). Lima kelompok sebagai kontrol, 3 kelompok diberikan injeksi subcutan 2-ME 100 mg/kg.bb/ hari selama 12 hari, dilanjutkan dengan fraksi etanol 96% yang dimulai dari dosis 14 mg/kg.bb/hari, 28 mg/kg.bb/hari, dan 56 mg/kg.bb/hari selama 51 hari. Hasil: Fraksi etanol 96% biji Mucuna pruriens meningkatkan motilitas (p<0,01) dan persentase morfologi spermatozoa normal (p= 0,042). Kesimpulan: Fraksi etanol 96% biji Mucuna pruriens dapat dipakai meningkatkan motilitas dan persentase morfologi spermatozoa normal mencit yang terpapar 2-ME. Kata kunci: Mucuna pruriens L, L-dopa, spermatozoa mencit.
PENDAHULUAN Beberapa jenis koro (Papilionaceae) antara lain koro pedang (Canavalia ensijormis),
koro glinding (Phaseolus lunatus), koro kecipir (Psophocarpus tetragonolobus), dan koro benguk (Mucuna pruriens L). Mucuna pruriens L. yang dikenal di daerah dengan
60
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 2, April 2011 : 60 - 66
koro benguk mempunyai kandungan hydrogen cyanide (HCN) yang tinggi apabila dibandingkan dengan jenis koro yang lain. Beberapa penelitian terdahulu, dengan penanganan dan pengolahan yang tepat (menghilangkan bahan toksik) tanaman ini mempunyai potensi yang sangat tinggi. Di India (terutama) banyak memanfaatkan kadar mikroelemen dan makroelemen ekstrak biji M. pruriens. Pada hewan coba terbukti meningkatkan aktifitas seksual hewan coba tikus putih jantan yang normal.1 M. pniriens dapat dimanfaatkan juga sebagai obat herbal mengurangi stres dan meningkatkan kualitas sperma, memperbaiki profil semen dan parameter biokimia seminal plasma dan meningkatkan fertilitas pria2'3'4. Semua ini didukung oleh bahan yang terdapat pada M pruriens, terutama kandungan mikroelemen non protein asam amino (-)-3-(3,4dihydrox)'phenyl)-L-alanine (L-dopa) (3,6% - 4,2%).3 Hal ini sangat berbeda dengan pemanfaatan biji M. pruriens di Indonesia. M. pruriens selama bertahun-tahun di Indonesia dikenal sebagai tumbuhan beracun yang berbahaya bagi manusia dan ternak. Kandungan HCN tersebut, menyebabkan M. pruriens banyak diabaikan bahkan dimusnahkan. Ada beberapa tempat di Indonesia misalnya di Kabupaten Klaten, Wonogiri, Karanganyar dan Surakarta, industri rumah tangga memanfaatkan biji M. pruriens untuk dibuat tempe (tempe benguk), geblek, besengek, kecap." Manfaat M. pruriens untuk penanganan masalah kesehatan reproduksi (infertilitas) di Indonesia belum diteliti secara maksimal. Hal ini sangat diperlukan, karena mengingat infertilitas dalam dekade terakhir ini semakin meningkat. Insiden infertilitas meningkat sejak 40 tahun terakhir.6 Kurang lebih 10-15% jumlah penduduk mengalami infertilitas. Panati7 menyatakan bahwa dua dari setiap sepuluh pasangan suami istri infertil, sedangkan Aesoph7 menjelaskan bahwa 10-15% pasangan suami isteri infertil. Dikatakan bahwa 50% kasus infertil faktor pria terlibat di dalamnya, baik sebagai problem primer atau kombinasi dengan pasangan wanitanya. Pendapat lain menyatakan bahwa penyebab infertil 40% dari pihak pria dan 40% terdapat pada wanita serta 30% pada pihak pria dan 61
wanita.8 Olsen9 melaporkan bahwa konsentrasi spermatozoa berkurang sebanyak 50% dalam kurun waktu 50 tahun (1940-1990). Adanya penurunan konsentrasi sperma dari 113 juta spermatozoa/ml menjadi 66 juta spermatozoa/ml. Faktor yang menyebabkan infertilitas dan dapat berinteraksi dengan sistem endokrin adalah faktor mayor (imun, infeksi), faktor minor (hormon, radiasi, obat, bahan kimia baik yang alami maupun sintetik, dan bahan toksik dari lingkungan dan pekerjaan), dan idiopatik. Salah satu bahan toksik yang sering digunakan dan diketahui mempengaruhi fertilitas adalah 2-Metoksietanol (2-ME). Bahan ini sering dijumpai di industri kimia sebagai pelarut cat, tinta, dan vernis, perekat lem, parfum, kosmetik, pelapis porselin, bahan pembersih, digunakan dalam industri kecil, industri kulit, dan industri plastik pembungkus makanan.10 Toksisitas 2-ME pada pekerja di industri kimia yang menggunakan 2-ME mempunyai resiko infertilitas 1,73 kali dari pada pekerja lain.11 Pada hewan coba, 2ME bisa menyebabkan kerusakan sel, abnormal morfologi spermatozoa, atrofi testis, temporary infertile, infertil yang permanen pada hewan coba. l 2 Harapan dan penyembuhan baru bagi pasangan-pasangan yang tidak mempunyai anak merupakan perhatian utama dalam kemajuan-kemajuan medis di bidang seksologi selama tahun 1980-an. Penyembuhan bisa melalui hormonal dan non hormonal (sintetik dan alam). Menurut Panati, perawatan ini ditujukan tidak hanya untuk para wanita, tetapi juga para pria, karena diketahui bahwa para suami menyebabkan hampir sepertiga masalah infertilitas. Hal ini didukung dengan royal college of obstetricians and gynaecologist (RCOG) sebagai hasil ESHRE Capri Workshop (2000)13 yang menyatakan bahwa sperma analisa merupakan penentu pertama diagnosa infertilitas disamping patensi tuba, diagnosis ovulasi. Berdasarkan hasil workshop tersebut, maka faktor spermatozoa sangat penting dalam mengatasi kasus infertilitas. Keberhasilan proses fertilisasi salah satunya dipengaruhi oleh kualitas spermatozoa yang dihasilkan dari testis. Salah satu penyembuhan melalui jalur non hormonal dari bahan alam yang bisa digunakan adalah biji M. pniriens.
Fraksi etanol 96% biji koro...( Sri, Rina, Bambang & Alfiah)
Berdasarkan data di atas maka peneliti akan menganalisa apakah dengan pemberian fraksi etanol 96% biji M. pruriens dapat memperbaiki (meningkatkan) kualitas spermatozoa mencit yang terpapar bahan toksik (2Metoksietanol). Pada penelitian ini digunakan hewan coba mencit, karena tidak memungkinkan apabila dilakukan pada manusia baik secara etika dan moral. METODE Hewan coba mencit (Mus musculus) yang digunakan adalah mencit jantan, umur 8 minggu, dengan berat badan 25-30 gram dengan jumlah 5 ekor pada tiap kelompok (8 kelompok perlakuan). Hewan coba tersebut diberi perlakuan fraksi etanol 96% biji M. pruriens dari mulai dosis 14 mg/kg.bb/hari, 28 mg/kg.bb/hari, 56 mg/kg.bb/hari selama 51 hari dan sebelumnya diberi perlakuan bahan toksik 2-ME dosis 100 mg/kb.bb/hari selama 12 hari. Fraksi etanol 96% biji M. pruriens diperoleh dengan cara fraksinasi berdasarkan metoda MWEL-1299.14'17 Fraksi etanol 96% biji M. pruriens diberikan kepada hewan coba dengan cara peroral disonde selama 51 hari. Jenis penelitian ini adalah penelitian true experimental laboratoric dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dilakukan di laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan pemberian perlakuan fraksi etanol 96% biji M. pruriens selama 51 hari pada mencit jantan dan dibandingkan dengan kelompok kontrol, yang sebelumnya dipapar dengan 2-ME (2-Metroxyetanol) selama 12 hari. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari delapan kelompok yaitu lima kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Pemberian nomernya dengan randomisasi/dilotre. Variabel bebas penelitian ini adalah pemberian biji Mucuna pruriens L. (bentuk bahan uji dan dosis). Variabel tergantung penelitian ini adalah jumlah, kecepatan motilitas. persentase viabilitas spermatozoa, dan persentase morfologi spermatozoa normal. Variabel kendali penelitian ini meliputi lama dan cara pemberian fraksi etanol 96% biji M. pruriens, jenis dan cara pemberian aquabidestilata, dosis, cara dan lama pemberian 2-ME, dosis, cara, dan lama
pemberian L-dopa, kesehatan fisik (sehat), pemeliharaan mencit, lingkungan kandang dan ukuran kandang. Setelah perlakuan terhadap hewan coba berakhir, pembedahan diawali dengan pengurbanan hewan coba dengan cara dislokasio os atlas, desinfeksi dengan alkohol 70%, pembedahan abdomen dengan cepat untuk pengambilan epididimis-vas deferen, dan pengumpulan spermatozoa. Pengumpulan spermatozoa dilakukan dengan cara epididimis dan vas deferen dari masingmasing kelompok dipisahkan secara perlahan dari lemak dan testis. Epididimis bagian kauda dipisahkan dengan bagian lainnya (kaput dan korpus) secara perlahan-lahan dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi 2 ml larutan fisiologis (NaCl 0,9%) pada suhu 37-40 °C. Spermatozoa dikoleksi dengan cara flushing, dengan menggunakan mikroskop. Jarum suntik insulin yang mengandung 1 ml larutan NaCl fisiologis dimasukkan ke dalam lubang vas deferen. Jarum ditekan pelan-pelan sampai larutan NaCl fisiologis dapat mendorong spermatozoa yang ada di vas deferen dan epididimis ke luar.15'16 Suspensi spermatozoa ditampung dan siap dianalisis kualitas spermatozoa. Data yang diperoleh dianilisis menggunakan uji komparasi Kruskal-wallis test dan oneway analysis of variance (one-way ANOVA). Hasil yang diperoleh signifikan (menunjukkan perbedaan), uji komparasi Kruskal-wallis test dilanjutkan dengan uji Mann-whitney test dan one-way ANOVA dilanjutkan dengan multiple comparisons (LSD), pada tingkat signifikan 0,05. HASIL Bahan baku dan bahan uji (fraksi etanol 96% biji M. pruriens} dilakukan uji keamanan sebelum perlakuan. Hasil uji keamanan ini diperoleh dari penelitian sebelumnya oleh Winarni (2010). Kandungan HCN pada biji mentah M. pruriens adalah 123,66 ppm. Setelah dilakukan fraksinasi, kandungan HCN-nya menjadi 0,02879 ± 0,0067 ppm (jauh di bawah batas aman). Iy Batas aman makanan yang mengandung HCN adalah 10 ppm.18 Batas maksimal HCN yang terkandung dalam makanan (bisa diterima) di negara Indonesia adalah 40 ppm.'9 Sisa kandungan HCN dalam fraksi etanol 96%
62
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 2, April 2011 : 60 - 66
biji M. pruriens yang sangat kecil di dalam tubuh akan dinetralisir (detoksifikasi) dengan bantuan enzim rodanase dan asam amino sistin dan metionin yang akan dikeluarkan lewat urin dalam bentuk tiosianat.20 Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa biji M. pruriens mengandung metionin sebesar 0,75 gram/16 gram protein.21
dopa, dengan proporsi 77,6 %, biji M. pruriens memiliki 10 peak, satu puncak
Hasil HPLC menunjukkan bahwa fraksi etanol 96% biji M. pruriens memiliki 19 peak, satu puncak dominan dimiliki oleh L-
Pengaruh fraksi etanol 96% biji M. pruriens pada masing-masing variabel kualitas spermatozoa bisa dilihat pada tabel 1 .
dominan dimiliki oleh L-dopa, dengan kemurnian 94,7 %, dan L-dopa memiliki 9 peak, satu puncak dominan dimiliki oleh Ldopa, dengan kemurnian 94,2 %. Kandungan L-dopa dalam fraksi etanol 96% biji M l7 pruriens sebesar 14,7%.
Tabel 1. Perbandingan mean dan median masing-masing variabel kualitas spennatozoa antara kelompok kontrol (negatif dan positif) dengan kelompok perlakuan fraksi etanol 96% biji M pruriens berbagai dosis Variabel Perlakuan
jumlah spermatozoa (106)
kecepatan motilitas (um/detik)
persentase viabilitas (%)
persentase morfologi spermatozoa norma (%)
2,25 "
4,54 ± 0,6 l a
81,00a
84,50 a
Kontrol negatif (aqua)
4,18a
5,44 ± 0,76 a
79,00 a
92,50 b
Kontrol positif
4,81 a
8,32 ± 0,72 b
83,00a
95,00 b'cj
Fraksi dosis I
5,15 a
7,36 ± 1,05 b
83,50 a
94,50 b'c'*
Fraksi dosis II
4,82 "
7,68 ± 0,86
b
84,50 a
94,00 b'c
Fraksi dosis HI
4,88 a
8,04 ± 0,96 b
87,00 a
95,00 b'c'd
Kontrol negatif (2-ME dan aqua)
Keterangan : Huruf kecil yang mengikuti angka sama menunjukkan tidak ada perbedaan (tidak signiflkan median antar kelompok (p > 0,05)
Ada peningkatan jumlah spermatozoa antara kelompok kontrol (positif dan negatif) apabila dibandingkan dengan kelompok perlakuan, akan tetapi secara statistik tidak ada beda yang signiflkan. Hal ini bisa dilihat dari uji Kruskal-wallis test, yang menyatakan nilai p = 0,298 atau tidak signiflkan. Dari data pada tabel 1. di atas didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan terjadi peningkatan kecepatan motilitas spermatozoa secara signiflkan apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini bisa dilihat dari uji one-way ANOVA yang menyatakan nilai p = 0,000 (p< 0,05 atau signiflkan). Uji one-way ANOVA dilanjutkan dengan uji LSD, untuk melihat letak perbedaan antara masing-masing kelompok perlakuan. Uji 63
LSD yang dilakukan dapat diketahui bahwa, tidak terdapat perbedaan yang signiflkan kecepatan motilitas antara kelompok kontrol positif (L-dopa) dengan kelompok perlakuan fraksi dosis I sampai dengan dosis III. Tidak terdapat perbedaan yang signiflkan kecepatan motilitas antar kelompok perlakuan fraksi etanol 96% biji M. pruriens. Ada perbedaan yang signiflkan kecepatan motilitas antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan fraksi etanol 96% biji M. pruriens berbagai dosis. Ketiga kelompok kontrol (positif dan negatif) dibandingkan dengan kelompok perlakuan pada variabel persentase viabilitas spermatozoa. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terjadi peningkatan persentase
Fraksi etanol 96% biji koro...( Sri, Rina, Bambang & Alfiah)
viabilitas spermatozoa secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari uji Kruskal-wallis test yang menyatakan nilai p = 0,252 (p>0,05 atau tidak signifikan). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase morfologi spermatozoa normal pada kelompok perlakuan secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari uji Kruskal-wallis test yang menyatakan nilai p = 0,042 (p<0,05 atau signifikan). Uji Kruskal-wallis test dilanjutkan dengan uji Mann-whitney test, untuk melihat letak perbedaan antara mas ingmas ing kelompok perlakuan. Uji Mann-whitney test menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan persentase morfologi spermatozoa normal antara kelompok kontrol positif dengan fraksi etanol 96% biji M. pruriens berbagai dosis. Ada perbedaan yang signifikan persentase morfologi spermatozoa normal antara kelompok kontrol negatif dengan perlakuan fraksi dosis I sampai dosis III dan antara kelompok kontrol negatif tersebut dengan kelompok kontrol positif. PEMBAHASAN
(0,53 %), coumarins, flavonoid (0,55%), metionin (0,75 gram/16gram protein) dan alkilamin yang mempunyai aktivitas meningkatkan antioksidan.21'" Selain yang disebutkan di atas biji ini juga mengandung tirosin yang lebih tinggi dari kedelai, yaitu sebesar 5,17 gram/16gram protein. 21 Tirosin berfungsi untuk mensin hormon tiroid, anak ginjal, dan merupakan suinber terbentuknya L-dopa (neurohormon otak).26 Pemberian fraksi etanol 96% biji M. pruriens, terbukti dapat meningkatkan kualitas spermatozoa secara signifikan (kecepatan motilitas dan persentase morfologi spermatozoa normal) dibandingkan kelompok kontrol. Data penelitian menunjukkan ada peningkatan kualitas spermatozoa (jumlah spermatozoa dan persentase viabilitas) akan tetapi tidak signifikan. Hal ini dikarenakan sejak awal perlakuan pemberian 2-ME tidak menyebabkan penurunan jumlah spermatozoa. Variabel jumlah spermatozoa dan presentase viabilitas tidak mengalami kenaikkan secara signifikan. Hal ini disebabkan karena dosis yang diberikan pada fraksi terlalu kecil dan dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor pemeriksaan jumlah dan persentase viabilitas spermatozoa (pemeriksaan yang dilakukan adalah secara manual dan tidak menggunakan alat seperti CASA / Computer Assisted Sperm Analysis). Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan- nya tidak ada beda secara statistik (tidak signifikan). Hal-hal yang mempengaruhi persentase viabilitas antara lain lingkungan pemeriksaan (suhu, sterilitas, kelembaban), kecepatan pemeriksaan, dan faktor teknis yang lain. Penelitian sebelumnya LD50 L-dopa per oral untuk mencit adalah 3650 mg/kg.bb.27
Nilai masing-masing variabel kualitas spermatozoa dibandingkan pada perlakuan dengan fraksi etanol 96% biji M. pruriens dengan L-dopa ada sedikit perbedaan (kenaikan). Hal ini disebabkan karena fraksi etanol 96% biji M. pruriens mengandung bahan aktif lain di luar L-dopa yang dapat mendukung peningkatan kualitas spermatozoa, antara lain kandungan mineral Zn (5,0-10,9 mg/100 gram serbuk biji), Mg (174,9-387,6 mg/100 gram serbuk biji), Cu (0,9-2,2 mg/100 gram serbuk biji), Fe (10,815,0 mg/100 gram serbuk biji).4'22 Hal ini juga didukung penelitian lain dari Pugalenthi et al, kandungan mineral dalam biji M. pruriens, Zn :1,0 - 15 mg/100 gram serbuk biji, Mg :85 - 477 mg/100 gram serbuk biji, Cu :0,33 - 4,34 mg/100 gram serbuk biji, Fe :1,3 - 15 mg/100 gram serbuk biji. 21 Mg dan Zn berperan dalam spermatogenesis dan membentuk kofaktor dari beberapa metaloenzim.23 Penelitian Aydemir et al (2006)24 menyatakan bahwa Cu dan Fe ikut berperan
Dosis kelompok fraksi etanol 96% biji M. pruriens perlu dinaikkan dan tetap memperhatikan lethal dose dan dosis lazim. Dosis lazim maksimal untuk L-dopa adalah 800 mg/ hari per oral. Jika dosis tersebut dikonversikan ke mencit menjadi 28 2,08 mg/hari. Dosis yang terbesar dari fraksi etanol 96% biji M. pruriens apabila dibandingkan dengan LD5o L-dopa, yaitu :
penting dalam spermatogenesis dan fertilitas. Biji M. pruriens juga mengandung alkaloids
Fraksi = 14,7X56/100 = 8.23 = 8,23/73 64
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 2, April 2011 : 60 - 66
= 0,11 LD50 (untuk mencit berat badan 20 gram) Nilai yang diperoleh menyatakan bahwa fraksi masih jauh apabila dibandingkan dengan nilai LD50. Peneliti lain yang akan menaikkan dosis fraksi etanol 96% biji M.pruriens dalam perlakuan ke mencit masih memungkinkan. Harapannya jumlah spermatozoa dan persentase viabilitas spermatozoa dapat meningkat secara signifikan. Perlakuan fraksi etanol 96% biji M. pruriens dapat meningkatkan kecepatan motilitas spermatozoa secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari uji one-way ANOVA yang menyatakan nilai p = 0,000 (p< 0,05 atau ada perbedaan yang signifikan). Uji LSD menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kecepatan motilitas antara kelompok kontrol positif (L-dopa) dengan kelompok perlakuan fraksi dosis I sampai III. Ada perbedaan yang signifikan kecepatan motilitas antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan fraksi berbagai dosis. Perlakuan fraksi etanol 96% biji M pruriens dapat meningkatkan persentase morfologi spermatozoa normal secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari uji Kruskalwallis test yang menyatakan nilai p = 0,026 (p< 0,05 atau signifikan). Berdasarkan uji Mann-whitney test menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan persentase morfologi spermatozoa normal antara kelompok kontrol positif dengan fraksi berbagai dosis. KESIMPULAN DAN SARAN
65
etanol untuk melihat sisa etanol yang masih ada dalam fraksi etanol 96% biji M. pruriens. UCAPAN TERIMA KASIH Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kasih sayang dan kemudahan yang diberikan-Nya sehingga penelitian ini dapat selesai dan memberikan manfaat untuk diri saya sendiri dan orang lain yang membacanya. Dengan selesainya penelitian ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro (Dra. V.G. Tinuk Istiarti, M.Kes) atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada saya. 2. Tim Laboratorium Biologi Fakultas Sainstek Unair, Laboratorium Fitofarmaka-Farmakognosi Unair, LPPT Unit I Universitas Gadjah Mada, Laboratorium BATAN (Yogyakarta), Laboratorium Kimia Pangan di Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan/Umbi-umbian (Malang) dan bagian pemeliharaan hewan percobaan Bioteknologi Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. 3. Bu Rina, Pak Bambang, Bu Alfiah, dan teman kantor yang lain, yang telah memberikan semangat dan dukunganya. 4. Semua pihak yang telah banyak membantu penelitian ini selesai, yang namanya tidak dapat disebutkan saru-persatu.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah fraksi etanol 96% biji koro benguk (Mucuna pruriens L.) meningkatkan kecepatan motilitas dan persentase morfologi spermatozoa normal.
DAFTAR PUSTAKA
Saran yang bisa disampaikan untuk peneliti selanjutnya adalah menaikkan dosis dan lama paparan bahan toksik (2-ME) lebih tinggi dari 100 mg/kg.bb/hari dengan waktu paparan di atas 12 hari, menaikkan dosis L-dopa standart yang dipakai lebih tinggi dari 1,3 mg/hari, dengan tetap memperhatikan dosis lazim dan LDso L-dopa, menaikkan dosis fraksi etanol 96% lebih tinggi 56 mg/kg.bb/hari, dengan tetap memperhatikan LD5o L-dopa, dan melakukan uji residu
2.
1.
3.
4.
Suresh S, Prithiviraj E, Prakash S. Dose and time dependent effects of ethanolic extract of mucuna pruriens linn, seed on sexual behaviour of normal male rats. Journal of Ethnopharmacology, 2009; 122 (3): 497-501. Shukla KK, Mahdi AA, Ahmad MK, Jaiswar SP, Shankwar SN, Tiwari SC. Mucuna pruriens reduces stress and improves the quality of semen in infertile men. eCAM Advance Access published, 2007: pp 1-8. Ahmad MK, Mahdi AA, Shukla KK et al. Effect of mucuna pruriens on semen profile and biochemical parameters in seminal plasma of infertile man. Fertility and Sterility journal, 2008; 90(3): 627-635. Shukla KK, Mahdi AA, Ahmad MK, Shankwar SN, Rajender S, Jaiswar SP. Mucuna pruriens improve male fertility by its action on the
Fraksietanol 96% biji koro...( Sri, Rina, Bambang & Alfiah)
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
hypothalamus-pituitary-gonadal axis. American Society for Reproductive Medicine Published, 2008. Rukmi. Pengaruh berbagai konsentrasi tempe gembus dalam ransum pakan terhadap profil lipid serum darah mencit. Tidak dipublikasi. MGI, 1999. Magister Ilmu Biomedik. Undip. Semarang. Rayburn WF dan Carey JC. Obstetri dan Ginekologi (Obstetrics and Gynecology). Alih bahasa oleh Chalik TMA, 2004. Jakarta: EGC: him 313-332. Pasqualotto FF, Lucon AM, Sobreiro BP, Pasqualotto EB, and Arap S. Effects of medical therapy, alcohol, smoking, and endocrine disrupters on male infertility. Rev. Hosp. Clin. Med. S. Paulo, 2004; 59(6): 375-382. Speroff L, & Fritz MA. Clinical gynecology endocrinology and infertility. (7th edition). 2005. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Sigman M and Jarow JP. Male infertility, In: Campbell-Walsh Urology. University of Pennsylvania Medical Center. (9th edition). 2007. Saunders-Elsevier; 1:609-625. Wang W and RE. Chapin. Differential gene expression detected by supression subtractive hybridization in the cthylene glycol monomethyl ether-induced testicular lesion. Toxicological Sciences, 2000; 56:165-174. Shih TS, AT Hsieh, YH Chen, GD Liao, CY Chen, JS Chou, and SH Liou. Follow up study of hematological effects in wokers exposed to 2methoxyetbanol. Occupational and Environmental Medicine, 2003; 60:130-135. Millar JD. Glycol ether, 2-methoxyethanol and 2ethoxyethanol in current Intelligent Bulletin 39. DHHS (NIOSH) Publication, 1983: 83-112 RCOG Guidelines. The first category the basic routine infertility, investigation grade B recommendation 1999 in ESHRE Capri Workshop, 2000. National Guidelines Clearinghouse. Misra L, Wagner H. Extraction of bioactive principles from mucuna pruriens seeds. Indian Journal of Biochemistry & Biophysics , 2007; 44: 56-60. Goyal HO, TD Braden, M Mansour, CS William, A Kamaleldin, and KK Srivastava. Diethylstilbestrol-treated adult rats with altered apididymal sperm numbers and sperm motility parameter but without alteration in sperm production and sperm morphology. Biology of reproduction, 2001; 64: 927-934
16. Hayati A. Kajian kualitas dan protein membran spermatozoa tikus (Rattus novergicus) akibat pemaparan 2-methoxyethanol. Disertasi, 2007. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 17. Winarni S. Pengaruh fraksi etanol 96% dan isolat biji koro benguk (Mucuna pruriens L.) terhadap kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus) terpapar 2-metoksietanol. Tesis, 2010. 18. FAO/WHO. Joint FAO/WHO food standarts programme. Codex Alimentarius Commission XII. FAO, 1991; Supplement 4. Rome. Italy. 19. Cardoso AP, Mirione E, Ernesto M, Massaza F, Cliff J, Haque MR, et al. Processing of cassava roots to remove cyanogens. Journal of Food Composition And Analysis, 2005; 8:451-460. 20. Montagnac JA, Davis CR, Tanumihardjo SA. Processing techniques to reduce toxicity and antinutrients of cassava for use as a staple food. In Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. Institute of Food Technologists, 2009; 8: 17-27. 21 Pugalenthi M, Vadivel V, Siddhuraju P. Alternative food/feed perspectives of an underutilized legume mucuna pruriens var. utilisA Review. Plant Foods for Human Nutririon, 2005; 60: 201-218. 22 Vijayakumari K, Smitha KB, Junardhanan K. Biochemical characterization of the tribal pulse, Mucuna utilis Wall ex. Weight Seeds. J Food Sci Technol, 2002; 39: 650 - 653 23 Galdes and Vallee. Categories of zinc metalloenzymes. In: Sigel H, ed. Metals ions in biological system, 1983. New York : Dekker: 1-6. 24. Aydemir, Kizeler, Onaran. Aliei, Ozkara, Akyoleu. Impact of Cu and Fe concentrations on oxidative damage in male infertility. Biol Trace Elem Res, 2006; 112: 193-203. 25. Rajeshwar Y, Kumar GPS, Gupta M, Mazumder UK. es on in vitro antioxidant activities of methanol extract of Mucuna pruriens (Fabaceae) seeds. Eur Bull Drug Res, 2005; 13: 31-39. 26. Tjay T.H. and Rahardja K. Dasar-dasar diet sehat. (Ed 5). 2002. Jakarta: PT Elex Media Komputindo: 838-850. 27. Budavari S, O'Neil J, Smith Ann, Heckelman PE. The Merck Index. An Encyclopedia of chemicals, drugs, and biological. (Eleventh Edition). 1989. USA: Merck & Co.,Inc: 860-861. 28. Dorfman P and de Landoni JH. Levodopa. 1999.. Diakses pada tanggal 8 Januari 2010. melalui www.inchem.org/documents/pims/pharm/levedop a.htm -
66