Jurnal Ekonomi (JE) Vol .1(1), April 2016 E-ISSN: 2503-1937 Page: 119-127
DAMPAK KREDIT PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) GANDA LATA TERHADAP PENDAPATAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KECAMATAN UNAAHA KABUPATEN KONAWE 1
Shalihuddin, 2Akhmad Firman dan 3La Ode Samsul Barani 1 Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo 2, 3 Staf Pengajar Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Email:
[email protected]
ABSTRACT This study aimed to find out credit impact of BPR Ganda Lata for small traders of basic commodity in Unaaha District Konawe Regency. Data used in this study was primary and secondary data. Samples in this study were 21 respondents. Data analyzed through descriptive analysis, by compare condition of traders before and after receiving credit of BPR Ganda Lata. The result showed that the credit impact for small traders increased in revenue about 95.23% of respondent. The traders with 9 million rupiah of credit or below experienced increased in revenue monthly about 21,50 %; for traders with 10 - 19 million of credit increased in income about 17,45 %, and about 19,89% for traders with 20 - 29 million rupiah of credit. While respondents who took credit 40 - 50 million rupiah have average monthly incomes increased to 17,89 %. Keywords: credit, income, basic commodity
1.
Pendahuluan
Kredit memiliki peran yang cukup penting dalam menentukan kondisi perekonomian, sebab dengan adanya kredit perekonomian rakyat khususnya bagi pengusaha kecil dan menengah akan dapat berjalan, dan tentunya pelaksanaan pembangunan suatu negara juga turut berjalan, disamping untuk meningkatkan pendapatan masyarakat juga meningkatkan pendapatan nasional. Dengan demikian, berkembangnya suatu kegiatan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta untuk mencapai tujuan negara yang adil dan makmur baik material maupun spiritual. Mengamati keadaan ekonomi Indonesia saat ini yang masih merasakan dampak dari krisis ekonomi. Kondisi seperti ini masih sangat dirasakan oleh perusahaanperusahaan atau kelompok usaha besar maupun kecil, akan tetapi ternyata kelompok usaha yang tergolong kecil lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mampu bertahan dibandingkan usaha yang tergolong besar. (Wahyu Tri Nugroho, 2009). Usaha kecil yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya, serta berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
119
Shalihuddin, Akhmad Firman dan La Ode Samsul Barani: Dampak Kredit.......
masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi agar trus menerus meningkat. (Erlina Fitriyaningsih, 2012). Peran usaha kecil dapat dilihat pada kontribusi usaha kecil terhadap perekonomian nasional. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Disamping itu UMKM sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah, hal ini dapat dibuktikan dengan pertumbuhan UMKM dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan oleh data yang dikeluarkan Kementrian Koperasi dan UKM dengan jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 57.895.721 Juta unit, dan terbukti memberikan kontribusi 60,34 % terhadap PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan 96,99 % terhadap penyerapan tenaga kerja. Pedagang kecil mempunyai potensi yang sangat besar dan sangat luas untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kembali perekonomian ini. Perannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal bagi upaya pembangunan. Namun keterbatasan modal akan membatasi ruang gerak pengusaha dalam menjalankan serta meningkatkan usahanya dan pendapatanya. Dengan kepemilikan modal yang sangat terbatas serta sangat sulitnya mendapatkan modal dari luar membuat semakin sulitnya para pedagang kecil mengembangkan usahanya dan pendapatannya. Pemerintah melalui jasa perbankan yang bertujuan untuk dapat membantu UMKM dalam memberikan tambahan modal untuk menjalankan usahanya melalui akses kredit. Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan bank yang kegiatan utama usahanya ditujukan untuk melayani usahausaha kecil dan masyarakat pedesaan dimana kegiatannya dilakukan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dica Suci Enggar Jati (2015) yang meneliti tentang pengaruh pemberian kredit modal kerja terhadap peningkatan pendapatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Margirizki Bahagia Bantul menemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan pada pemberian kredit modal kerja terhadap tingkat pendapatan UMKM. Menurut Kasmir (2012), kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan bank umum, hanya yang menjadi perbedaan adalah jasa yang dilakukan BPR jauh lebih sempit karena dibatasi oleh beberapa syarat dan aturan. Fungsi atau kegiatan BPR yaitu (1) menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan deposito, (2) menyalurkan dana dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan. Karena keterbatasan yang dimiliki ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan BPR, yaitu (1) menerima simpanan giro, (2) mengikuti kliring, (3) melakukan kegiatan valuta asing, dan (4) melakukan kegiatan perasuransian. Pendirian PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Ganda Lata Unaaha juga dimakssudkan untuk menjalankan fungsi BPR tersebut. BPR Gandalata memiliki program kemitraan yaitu memberikan kredit untuk membantu pedagang kecil dalam mengatasi masalah permodalan, mengembangkan usahanya serta yang paling diharapkan adalah meningkatkan pendapatan pedagang kecil agar kesejahteraan pedagang kecil lebih terjamin. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut apakah program kemitraan tersebut telah berjalan efektif dan atau telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
120
Shalihuddin, Akhmad Firman dan La Ode Samsul Barani: Dampak Kredit.......
2. Kajian Literatur Konsep Kredit Kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata “kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti “Kepercayaan” atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam praktek sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi antara lain : 1. Menurut Eric L, Kohler yang dikutip oleh Teguh Pudjo Muljono (1990) Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati bersama. 2. Menurut Rolling E, Thomas yang dikutip oleh Hadiwijaya (2000) dalam pengertian umum kredit di dasarkan pada kepercayaan atas kemampuan sipeminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang. 3. Menurut Muchdarsyah (1991), kredit adalah suatu pemberian persentasi atas suatu pihak kepada pihak yang lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontrak prestasi berupa bunga. 4. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2008), kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Tujuan kredit, mencakup scope yang luas. Dua fungsi pokok yang saling berkaitan dari kredit adalah : 1. Profitabilitas, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa yang diteguk dari pemungutan bunga. 2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatanhambatan yang berarti. Bank selaku lembaga kredit melepaskan uangnya untuk kedua tujuan di atas dalam rangka mencapai tujuan itulah maka selukbeluk kegiatan bank untuk menjamin rentabilitas serta penjagaan posisi likuiditas perlu dilakukan dengan seksama. Mencapai keuntungan dengan aman adalah tujuan setiap usaha. ( Muchdarsyah, 1991) Masyarakat luas sebetulnya tidak mempunyai kepentingan langsung atas kegiatan perkreditan yang diberikan oleh perbankan. Namun ada kepentingan tidak langsung yang diharapkan dapat ikut dinikmatinya dari perkreditan yang disalurkan oleh perbankan antara lain : 1. Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan akan diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan membuka lapangan usaha, lapang kerja baru, seakan menimbulkan kenaikan tingkat dan pendapatan dan pemerataan pendapatan di masyarakat. 2. Untuk beberapa golongan profesional seperti konsultan, akuntan publik, notaris, assets appraisal dan lain-lain akan banyak menikmati manfaat dalam proses pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya, karena mereka ikut pula terlibat didalamnya, antara lain : a. Konsultan – dalam penyusunan project proposal, feasibility study b. Akuntan publik – dalam memeriksa neraca dan laporan perhitungan laba rugi dari debitur
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
121
Shalihuddin, Akhmad Firman dan La Ode Samsul Barani: Dampak Kredit.......
c. Notaris – dalam pembuatan ikatan perjanjian kredit, pengikatan barang jaminan d. Assets appraisal – dalam penilaian barang-barang yang akan dijaminkan.
Prinsip-prinsip pemberian kredit diatas merupakan suatu upaya yang ditempuh oleh pihak bank dalam rangka menjaga atau mengamankan dana yang diberikan kepada pihak kredit. ( Rachmat Firdaus, 2001) Selain prinsip-prinsip 5C dan 5P diatas, ada juga prinsip 3R, yaitu : 1. Returns (hasil yang dicapai) yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur setelah mendapat kredit, apakah cukup untuk memadai untuk menutup pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula usahanya untuk berkembang luas. 2. Repayment (pembayaran) yaitu lanjutan daripada penilaian terhadap Returns diatas, kemudian diperhitungkan kemampuan jadwal serta jangka waktu pengembalian kredit. 3. Risik Bearing Ability (kemampuan untuk menanggung resiko) yaitu kemampuan untuk menanggung risiko kegagalan andaikata terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkn misalnya perusahaan mengalami kebangkrutan dan hanya perusahaan yang memiliki modal kuat, biasanya akan lebih kuat bersaing dibandingkan dengan perusahaan lain pihak bank dalam mempertimbangkan pemberian kredit sehat. ( Rachmat Firdaus, 2001) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pasal 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menerangkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan kriteria sebagai berikut : 1. Usaha Mikro a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 (Tiga ratus juta rupiah). 2. Usaha Kecil a. Memiliki kekayaan besih lebih dari Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
122
Shalihuddin, Akhmad Firman dan La Ode Samsul Barani: Dampak Kredit.......
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (Tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar limaratus juta rupiah) 3. Usaha Menengah a. Memiliki kekayaan besih lebih dari 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 (dua milyar limaratus juta rupiah) sampai dengan dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah). 3. Metode Penelitian Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang berisikan keterangan yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan dari obyek yang diteliti, data ini kami peroleh melalui wawancara kepada pedagang Kios Sembako dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data tersebut meliputi data penjualan rata-rata perhari sebelum dan setelah menerima kredit dan data pengeluaran rata-rata perhari dan perbulan (termasuk biaya operasinal, listrik dll) sebelum dan setelah menerima kredit. Populasi dalam penelitian ini yaitu pedagang kios sembako di Kecamatan Unaaha yang menjadi nasabah kredit pada BPR Ganda Lata Unaaha yang kreditnya masih sedang berjalan yaitu berjumlah 21 nasabah. Populasi tersebut sekaligus dijadikan sampel. Analisis data dilakukan secara dekriptif dengan bantuan persentase. 4. Hasil Penelitian Hasil olah data penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penjualan perbulan pedagang sembako sebelum menerima kredit Rp 7.285.714, sementara setelah menerima kredit meningkat menjadi Rp 8.328.571. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa, secara keseluruhan rata-rata pengeluaran perbulan sebelum menerima kredit yaitu Rp 4.280.952. Pengeluaran perbulan tersebut memiliki beberapa unsur yaitu: pengeluaran belanja dagangan, biaya listrik air dan telpon, biaya transportasi dan biaya lain-lain perbulan. Sementara setelah mendapat kredit, pengeluaran rata-rata perbulan sebesar Rp 4.747.619. Berdasarkan informasi pendapatan dan pengeluaran ini maka dapat diketahui bahwa, keuntungan pedagang sembako sebelum menerima kredit sebesar Rp 3.004.762; sementara setelah menerima kredit naik menjadi Rp 3.580.952. Secara individu ressponden, keuntungan sebelum dan setelah pemberian kredit disajikan sebagaimana Tabel 1. Rata-rata selisih antara sebelum dan setelah memperoleh kredit sebesar Rp. 576,190. Hal ini terjadi karena adanya penambahan modal usaha setelah mendapat kredit dari BPR Ganda Lata sehingga pengeluaran belanja bahan dagangan meningkat, penjualan meningkat dan pada akhirnya pendapatan juga meningkat. Peningkatan keuntungan tertinggi sebesar 950 rrupiah per bulan. Namun terdapat seorang responden yang tidak mengalami peningkatan pendapatan meskipun telah menerima kredit. Tabel 1 Kuntungan Rata-rata Per-Bulan Pedagang Kios Sembako http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
123
Shalihuddin, Akhmad Firman dan La Ode Samsul Barani: Dampak Kredit.......
No Ressponden 1.
Sebelum dan Setelah Menerima Kredit di BPR Ganda Lata Plafond Sebelum Setelah Menerima (000 rupiah) Menerima Kredit Kredit (000 rupiah) (000 rupiah) 20.000 3.800 4..650
20.000 1.850 2. 20.000 2.050 3. 15.000 2.550 4. 5.000 4.000 5. 10.000 2.850 6. 20.000 3.700 7. 12.000 2450 8. 5.000 2.350 9. 50000 4.750 10. 10.000 2.550 11. 20.000 4.600 12. 20.000 3.700 13. 10.000 2.750 14. 15.000 2.050 15. 20.000 3.750 16. 5.000 1..000 17. 8.000 2..650 18. 25.000 3.700 19. 10.000 2.850 20. 10.000 3.150 21 Rata-rata 3.005 Sumber : data primer diolah 2016
Keuntungan Perbulan (000 rupiah) 850
2.800 2.300 2.550 4.800 3.400 4.300 3.200 2.850 5.600 2.950 5.000 4.450 3.200 2.600 4.400 1.400 3.100 4.650 3.400 3.600 3.581
950 250 0 800 550 600 750 500 850 400 400 750 450 550 650 400 450 950 550 450 576
Adapun peningkatan pendapatan pedagang sembako berdasarkan plafond kredit disajikaan sebagaimana Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 19,05% atau 4 orang responden yang mengambil kredit 9 juta kebawah. 38,09% atau 8 orang responden mengambil kredit 10 juta – 19 juta dan 20 juta – 29 juta. Sedangkan 30 juta – 39 juta tanpa responden dan 40 juta – 50 juta hanya 4,76% atau 1 orang dari total sampel yang ada. Responden yang mengambil kredit dibawah 9 juta rata-rata keuntungan perbulannya sebelum mengambil kredit Rp. 2.500.000 sedangkan setelah mengambil kredit Rp. 3.037.500 atau meningkat 21,50 %, responden yang mengambil kredit 10 juta – 19 juta rata-rata keuntungan perbulannya sebelum mengambil kredit Rp. 2.650.000, setelah mengambil kredit Rp 3.112.500 atau meningkat 17,45 %. Responden yang mengambil kredit 20 juta – 29 juta rata-rata keuntungan perbulannya sebelum kredit Rp 3.393.750 sedangkan setelah mengambil kredit Rp 4.068.750 atau meningkat 19,89 %. Adapun responden yang mengambil kredit 40 juta – 50 juta hanya 1 responden dan keuntungan perbulannya sebelum mengambil kredit sebesar Rp 4.750.000 sedangkan setelah mengambil kredit Rp 5.600.000 atau meningkat 17,89 %. Tabel 2 Peningkatan Pendapatan Responden Berdasarkan Kelompok Plafond Kredit No
Plafond Kredit (Rp.)
Frekuensi (Orang/%)
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
Rata-rata pendapatan Sebelum Kredit
Rata-rata pendapatan Setelah Kredit
Peningkatan pendapatan (%)
124
Shalihuddin, Akhmad Firman dan La Ode Samsul Barani: Dampak Kredit.......
1 2 3 4 5
< 9 Juta 10 juta – 19 Juta 20 Juta – 29 Juta 30 Juta – 39 Juta 40 Juta – 50 Juta Total
4 / 19,05 8 / 38,09 8 / 38,09 0 1 / 4,76 100
Rp. 2.500.000 Rp. 2.650.000 Rp. 3.393.750 0 Rp. 4.750.000
Rp. 3.037.500 Rp. 3.112.500 Rp. 4.068.750 0 Rp. 5.600.000
21.50 17.45 19.89 0 17.89 100,00
Sumber : data primer diolah 2016 Responden yang mengambil kredit dibawah dari 9 juta tampaknya memiliki keuntungan tidak jauh berbeda dengan responden yang mengambil kredit 10 juta – 19 juta, ini disebabkan karena responden yang mengambil kredit dibawah dari 9 juta omsetnya sudah terbilang cukup banyak atau hampir sama dengan omset responden yang mengambil kredit 10 juta – 19 juta, apalagi adanya tambahan modal usaha dari kredit yang diambil, yang betul-betul digunakan untuk tambahan modal usaha seperti penambahan barang dagangan. Secara jelas, pemanfaatan kredit bagi pedagang sembako disajikan sebagaimana Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Kredit Modal Usaha
No 1 2 3 4 5
Plafond Kredit (Rp.) < 9 Juta 10 juta – 19 Juta 20 Juta – 29 Juta 30 Juta – 39 Juta 40 Juta – 50 Juta Jumlah (Orang) Persentase (%)
Kredit yang diambil digunakan untuk tambahan modal usaha 0% < 50% 50 % - 100% (Orang) (Orang) (Orang) 4 1 7 8 1 1 16 4 4,76 76,19 19,05
Jumlah (Orang) 4 8 8 1 21 100
Sumber : data primer diolah 2016 Kelompok responden yang menerimaa kredit 20 Juta – 29 Juta diketahui ratarata memiliki omset yang besar apalagi adanya tambahan modal usaha dari kredit yang diambil sehingga pendapatannya meningkat. Namun kelompok ini menggunakan sebagian besar kredit yang diberikan untuk kebutuhan non usaha, untuk kepentingan konsumtif atau kepentingan pribadi seperti pembelian sepeda motor atau membayar biaya pendidikan anak. Tetapi dari sebagian kredit yang digunakan untuk modal usaha tersebut tetap dapat meningkatkan pendapatan karena terdapat penambahan barang dagangan, memperbanyak item yang dijual dan merenofasi tempat usaha. Perilaku yang tidak berbeda juga dimiliki oleh kelompok responden dengan kredit 40 Juta – 50 Juta. Responden tersebut memiliki beberapa usaha selain sembako, yaitu: penjualan bahanbahan pertanian seperti pestisida, pupuk dan menjual bahan-bahan bangunan. Secara total sebagaimana Tabel 3 tampak bahwa sebanyak 4,76% atau hanya 1 orang responden yang memanfaatkan pinjaman yang diterima seluruhny tidak digunakan untuk tambahan modal usaha tetapi digunakan pada hal konsumtif. Sebanyak 76,19 % atau 16 orang responden yang kreditnya hanya 50% kebawah digunakan untuk tambahan modal usaha dan sebagiannya digunakan pada hal konsumtif. Sedangkan http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
125
Shalihuddin, Akhmad Firman dan La Ode Samsul Barani: Dampak Kredit.......
19,05 % atau 4 orang responden yang 50 - 100% kreditnya digunakan untuk tambahan modal usaha, ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari pedagang kios sembako di unaaha yang mengambil kredit pada BPR Ganda Lata tahun 2015 yang kreditnya masih sedang berjalan menunjukkan bahwa kredit yang diambil tidak digunakan untuk tambahan modal usaha tetapi digunakan pada hal konsumtif. 5. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Dampak Kredit PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Ganda Lata Terhadap Pendapatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe, dengan objek penelitian pedagang kios sembako yang sedang menggunakan fasilitas kredit disimpulkan bahwa: 1. Dampak kredit yang disalurkan PT. BPR Ganda Lata kepada pedagang kios sembako yang menjadi sampel sebanyak 20 orang responden atau 95,23% pedagang kios sembako yang mengalami peningkatan pendapatan sedangkan terdapat 1 orang responden atau 4,77% pedagang kios sembako yang tidak mengalami peningkatan pendapatan. 2. Pedagang kios sembako penerima kredit 9 juta kebawah rata-rata keuntungan perbulannya meningkat 21,50 %, responden dengan penerima kredit 10 juta – 19 juta rata-rata keuntungan perbulannya meningkat 17,45 %, responden dengan kredit 20 juta – 29 juta memiliki peningkatan rata-rata keuntungan perbulan sebesar 19,89 %, sedangkan responden penerima kredit 40 juta – 50 juta mengalami peningkatan keuntungan sebesar 17,89 %.
Daftar Pustaka Baridwan Zaki, 2011. Akuntansi Keuangan Intermediate: Masalah-masalah Khusus Edisi 1, Yogyakarta: BPFE Erlina Fitriyaningsih, 2012. Pengaruh Besar Modal (Modal Sendiri), Pemberian Kredit, Dan Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil Di Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Tidak Diterbikan Dica Suci Enggar Jati. 2015. Pengaruh Pemberian Kredit Modal Kerja Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pada PT Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Margirizki Bahagia Bantul. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Hadiwijaya. 2000. Analisis Kredit, Bandung : CV. Pioner Jaya Inayah Nurul, dkk., 2014. Pengaruh Kredit Modal Kerja terhadap pendapatan bersih Usaha Kecil dan Menegah (UKM) Sektor Formal, Jurnal Manajemen, Vol. 2, Universitas Pendidikan Genesha, Singaraja Kasmir, 2012. Dasar-Dasar Perbankkan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Hasibuan,Malayu S.P., 2008. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara Muchdarsyah Sinungan, 1991. Dasar-dasr dan teknik manajemen kredit. Jakarta : Bumi Aksara. Rachmat Firdaus, 2001. Manajemen Dana Bank. Bandung : STIE INABA
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
126
Shalihuddin, Akhmad Firman dan La Ode Samsul Barani: Dampak Kredit.......
Siamat Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. “Kebijakan Moneter dan Perbankan”. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi kesatu Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV. Alfabeta. Suhartana, 2007. Analisis pengaruh pemberian kredit modal kerja terhadap pendapatan pedagang kecil PD. BPR BKK Purwodadi Cabang Kedungjati Kabupatan Grobongan. Skripsi. STIE Wijaya Mulya Surakarta. Teguh Pudjo Muljono, 1990. Manajemen perkreditan. Yogyakarta : BPFE Wahyu Tri Nugroho. 2009. Pengaruh Pemberian Kredit PD BPR Badan Kredit Kecamatan (BKK) Ngadirojo Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil Di Kecamatan Ngadirojo Wonogiri Jawa Tengah. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta. UU Perbankan No. 10 Pasal 1 Ayat 4 Tahun 1998.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
127